• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara komitmen organisasi dengan Organizational Citizenship Behaviour [OCB] di PT Percetakan Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara komitmen organisasi dengan Organizational Citizenship Behaviour [OCB] di PT Percetakan Bali."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

DI PT. PERCETAKAN BALI

I Ketut Wijaya Kusuma

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dengan OCB di PT. Percetakan Bali. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara komitmen organisasi dengan OCB. Dan hipotesis tambahan adalah ada hubungan positif antara komitmen organisasi dengan komponen-komponen OCB (Altruism, Courtesy, Conscientiousness, Sportmanship, dan Civic virtue).

Subjek penelitian adalah karyawan di PT. Percetakan Bali yang masa kerjanya 2 tahun keatas. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 50 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala komitmen organisasi dan skala OCB. Koefisien reliabilitas dari skala komitmen organisasi adalah 0.9207, sedangkan untuk skala OCB sebesar 0.8832.

(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN ORGANIZATIONAL COMMITMENT AND ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

AT PT. PERCETAKAN BALI

I Ketut Wijaya Kusuma Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

This research aimed at knowing the relationship between organizational commitment and OCB at PT. Percetakan Bali. Hypotesa presented were that there was a positive relationship between the organizational commitment and OCB. Moreover, the additional hypothesis was that there was a positive relationship between organizational commitment and the component of OCB (Altruism, Courtesy, Conscientiousness, Sportsmanship, and Civic virtue).

The subjects of this research were the employees at PT. Percetakan Bali whose working experiences were more than two years. The total of the subject in this research was 50 employees. Gathering data was done by distributing a scale of organizational commitment and OCB. The reliability coefficient of organizational commitment is 0.9207, meanwhile the reliability coefficient of OCB is 0.8832.

(3)

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

DI PT. PERCETAKAN BALI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

I Ketut Wijaya Kusuma

NIM: 019114153

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

"SUKSES ADALAH SEBUAH PERJALANAN

BUKAN TUJUAN”

"KALAU KITA MAU MENGUBAH CARA BERPIKIR

KITA, KITA BISA MENGUBAH PERASAAN KITA,

KALAU KITA UBAH PERASAAN KITA, KITA BISA

MENGUBAH TINDAKAN-TINDAKAN KITA"

Dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan

kepada…

KEDUA ORANG TUAKU

Yang telah mengukir jiwaku, menjaga ragaku dan mendidikku

dengan kasih sayang yang tulus ikhlas

Kakak-Kakakku Tercinta

Atas perhatiannya selama ini, dan dukungan tiada henti terhadap

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta Agustus 2007

Penulis

(8)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

DI PT. PERCETAKAN BALI

I Ketut Wijaya Kusuma

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dengan OCB di PT. Percetakan Bali. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara komitmen organisasi dengan OCB. Dan hipotesis tambahan adalah ada hubungan positif antara komitmen organisasi dengan komponen-komponen OCB (Altruism, Courtesy, Conscientiousness, Sportmanship, dan Civic virtue).

Subjek penelitian adalah karyawan di PT. Percetakan Bali yang masa kerjanya 2 tahun keatas. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 50 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala komitmen organisasi dan skala OCB. Koefisien reliabilitas dari skala komitmen organisasi adalah 0.9207, sedangkan untuk skala OCB sebesar 0.8832.

(9)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN ORGANIZATIONAL COMMITMENT AND ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

AT PT. PERCETAKAN BALI

I Ketut Wijaya Kusuma Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

This research aimed at knowing the relationship between organizational commitment and OCB at PT. Percetakan Bali. Hypotesa presented were that there was a positive relationship between the organizational commitment and OCB. Moreover, the additional hypothesis was that there was a positive relationship between organizational commitment and the component of OCB (Altruism, Courtesy, Conscientiousness, Sportsmanship, and Civic virtue).

The subjects of this research were the employees at PT. Percetakan Bali whose working experiences were more than two years. The total of the subject in this research was 50 employees. Gathering data was done by distributing a scale of organizational commitment and OCB. The reliability coefficient of organizational commitment is 0.9207, meanwhile the reliability coefficient of OCB is 0.8832.

(10)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Tuhan Ynag Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Komitmen Organisasi

dengan Organizational Citizenship Behavior di PT. Percetakan Bali”. Skripsi ini

disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Terselesaikannya tugas akhir ini tentunya tak lepas dari dukungan dan

bantuan dari banyak pihak. Maka pada kesempatan ini pula, dngan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada:

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si selaku Dekan dan Dosen Pembimbing

Akademik penulis, atas nasehat dan dukungannya serta atas bantuannya

selama penulis menjalani kuliah.

2. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si selaku pembimbing utama yang telah

membimbing, mengarahkan, mendukung dan selalu memberikan dorongan

pada penulis dalam menyusun dan pada akhirnya menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

3. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S, S.Psi atas kesediannya meluangkan waktu bagi

penulis untuk bertanya, dan atas masukan-masukannya yang sangat berarti

bagi penulis.

4. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi atas waktunya buat penulis bertanya tentang

(11)

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Univesitas Sanata Dharma yang telah

membagikan ilmu dan wawasannya kepada penulis selama ini.

6. Karyawan Fakultas Psikologi Mbak Nani, Mas Gandung dan Pak Gi’ di

sekretariat Psikologi serta mas Muji dan Mas Donny di Lab. Fakultas

Psikologi. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Almarhum Bapak dan Ibu saya yang telah memberikan kasih sayang dan

motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakak-kakakku yang selalu sabar dalam membimbing dan selalu memotivasi

saya dalam proses pembuatan skripsi ini.

9. Teman-teman kontrakan, Made Arya,Ode, Dolong, Dek Edi, Agus, Saindra,

Komang, Baygon, Zember, Arika. Terima kasih atas dukungan kalian terutama

buat Arika, yang telah meminjamkan Laptop pada saya untuk menyelesaikan

skripsi ini, dan Dek edi yang telah meminjamkan komputernya untuk

menyimpan data-data saya, dan atas motivasi-motivasinya. Tidak lupa terima

kasih pada Sony atas pinjaman printernya. Skripsi ini tidak aka nada tanpa

bantuan dan motivasi kalian. Thanks guys…

10. Teman-teman kampus yang selalu memotivasi saya. Mas Bimo, Toni, Adek,

Obeth, Adi, Ucup, Maria, Sony, Yayak, Tyas, Rolan, terima kasih atas

kebersamaannya selama ini yang sangat menyenangkan. Terutama Bimo, aku

sangat berterima kasih atas bimbingan dan saran-sarannya selama proses

pembuatan skripsi ini.

11. Terima kasih kepada Brita Hapsari yang telah menginspirasi saya dalam

pembuatan skripsi ini. Terima kasih atas motivasinya yang selalu membuatku

(12)

12. Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman-teman yang tidak dapat

penulis sebutkan satu-persatu, terimakasih atas segala bantuan dan dukungan

yang telah diberikan kepada penulis.

Dengan penuh kesadaran diri dan segala kerendahan hati, penyusunan

Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga tugas akhir ini

bermanfaat bagi teman-teman dan para pembaca sekalian.

Yogyakarta, Agustus 2007

(13)

DAFTAR ISI

A. LATAR BELAKANG MASALAH……….

B. RUMUSAN MASALAH………..

C. TUJUAN PENELITIAN………...

D. MANFAAT PENELITIAN………..

BAB II LANDASAN TEORI………...

A. ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR………

1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior………

2. Komponen-komponen OCB………...

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi……….

(14)

1. Pengertian Komitmen Organisasi………...

2. Komponen-komponen Komitmen Organisasi………

3. Peran Komitmen Organisasi………..

C. HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN

OCB………..

D. HIPOTESIS………..

BAB III METODE PENELITIAN ………..

A. JENIS PENELITIAN………

B. IDENTIFIKASI VARIABEL………

C. DEFINISI OPERASIONAL………..

1. Komitmen Organisasi………..

2. Organizational Citizenship Behavior (OCB)………...

D. SUBJEK PENELITIAN……….

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA………..

1. Skala Komitmen Organisasi……….

2. Skala OCB………

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS……….

G. METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA………..

BAB IV PERSIAPAN, PENELITIAN, PELAKSANAAN, DAN

PEMBAHASAN………..

A. SEKILAS TENTANG PERUSAHAAN………

(15)

E. PEMBAHASAN……….

.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………

A. KESIMPULAN……….

B. SARAN……….

DAFTAR PUSTAKA………...

LAMPIRAN………..

38

43

43

44

45

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi Item Skala Komitmen Organisasi……… 24

Tabel 2. Distribusi Item Skala OCB……….. 25

Tabel 3. Spesifikasi Item Skala Komitmen Organisasi

setelah digugurkan………. 34

Tabel 4. Spesifikasi Item Skala OCB setelah digugurkan……….. 35

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A Alat Ukur………. 49

LAMPIRAN B Skoring………. 59

LAMPIRAN C Reliabilitas Skala……….. 72

LAMPIRAN D Data Penelitian………. 77

LAMPIRAN E Tabel Pembobotan……… 91

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi yang terjadi saat ini memberikan dampak yang signifikan

bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Globalisasi telah menyebabkan

terjadinya perubahan-perubahan yang begitu cepat di dalam bisnis, yang menuntut

perusahaan untuk lebih mampu beradaptasi, mempunyai ketahanan, mampu

melakukan perubahan arah dengan cepat, dan memusatkan perhatiannya kepada

pelanggan.

Di bidang industri, perusahaan dapat disamakan dengan organisasi kerja.

Sebagai suatu organisasi kerja, perusahaan di bidang manapun akan sangat

mengutamakan hasil produktivitas kerja bila ingin tetap bertahan dalam persaingan

terutama di era globalisasi saat ini. Suatu organisasi akan dapat bertahan bila

organisasi tersebut mampu untuk belajar dan berubah dengan cepat sesuai dengan

tuntutan pasar. Untuk memenuhi hal tersebut salah satu jalan yang ditempuh

adalah menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan teknologi yang ada.

Pembaruan alat-alat produksi, perbaikan sistem manajemen dan pembentukan

program-program baru adalah contoh dari bentuk penyesuaian diri yang dilakukan.

Perubahan budaya perusahaan juga merupakan salah satu bentuk

penyesuaian terhadap era globalisasi. Hal serupa dilakukan oleh perusahaan PT.

Percetakan Bali, dimana perusahaan tersebut melakukan perubahan pada

manajemen dan budaya perusahaan. Perusahaan yang bergerak di bidang

(19)

budaya organisasi, dari perusahaan yang berbudaya birokrasi ke perusahaan yang

berbudaya professional

Menurut Jatnika (1998) dalam suatu perusahaan, salah satu elemen yang

menjadi kunci keberhasilan dalam mengantisipasi dan menyikapi perubahan

tersebut adalah faktor sumber daya manusia yaitu karyawan. Supaya dapat

beradaptasi dengan cepat, karyawan dalam perusahaan harus memiliki daya dan

energi untuk berubah. Dia juga berpendapat bahwa energi itu hanya mungkin ada

bila terdapat komitmen dari sumber daya manusia tersebut. Dalam komitmen

terkandung keyakinan, pengikat, yang akan menimbulkan energi untuk melakukan

yang terbaik. Secara riil, komitmen berdampak kepada performansi kerja

karyawan, dan pada akhirnya juga sangat berpengaruh terhadap kinerjanya.

Komitmen merupakan suatu proses dimana tujuan organisasi dan individu

menjadi terintegrasi atau kongruen sehingga mengikat identifikasi seorang

karyawan, serta keinginan untuk berprestasi lebih baik dalam organisasi kerja.

Menurut Mowday, Steers & Porter (Schultz & Schultz, 1990), keinginan yang kuat

untuk bertahan menjadi anggota perusahaan dan kemauan untuk berusaha sekuat

tenaga melaksanakan tugas dan kewajiban demi kepentingan perusahaan

merupakan komponen penting dalam komitmen.

Steers & Porter (1983) selanjutnya memberikan batasan mengenai

pengertian komitmen organisasi sebagai kemauan individu untuk

mengidentifikasikan dirinya pada organisasi kerja dan keinginan untuk

berpartisipasi secara aktif di dalamnya. Keadaan seperti tersebut ditandai dengan

adanya (1) kepercayaan dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan

(20)

organisasi dan (3) keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Berdasarkan hal-hal tersebut, menurut Steers & Porter (1983) akan dapat dilihat

tinggi rendahnya komitmen seorang karyawan terhadap organisasinya.

Dengan adanya komitmen terhadap perusahaan, dapat merangsang karyawan

untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Kinerja dalam hal ini merupakan tingkah

laku atau sesuatu yang dilakukan oleh karyawan dalam sebuah perusahaan atau

organisasi. Setiap organisasi sangat membutuhkan karyawan yang memiliki

kinerja yang baik. Karyawan dituntut untuk mampu beradaptasi baik dengan

lingkungan perusahaan maupun dengan rekan sekerja. Selain itu karyawan juga

harus mampu untuk menumbuhkan rasa sosial dan bersikap sukarela dalam

membantu rekan kerja. Dengan kata lain karyawan harus memiliki Organizational

Citizenship Behavior (OCB) yang tinggi dalam perusahaan.

Menurut Podsakoff (2000) OCB dapat mempengaruhi keefektifan organisasi.

Organ (Hardaningtyas, 2005) mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu yang

bebas, tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit dengan sistem reward dan

bisa meningkatkan fungsi efektif organisasi.

OCB ini melibatkan beberapa perilaku meliputi perilaku menolong orang

lain, menjadi volunteer untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan

prosedur-prosedur di tempat kerja. Perilaku-perilaku ini menggambarkan "nilai

tambah karyawan" dan merupakan salah satu bentuk perilaku prososial, yaitu

perilaku sosial yang positif, konstruktif dan bermakna membantu. Tugas-tugas

pimpinan akan menjadi lebih ringan jika terdapat karyawan-karyawan dengan

OCB tinggi, sehingga konsekuensinya akan meningkatkan produktivitas dan

(21)

Komitmen dan OCB merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai

tujuan suatu perusahaan. Pada prinsipnya kedua variabel itu saling berhubungan.

Jadi semakin seorang karyawan memiliki komitmen yang tinggi terhadap

perusahaannya maka karyawan tersebut akan memiliki OCB yang baik. Beberapa

peneliti seperti Aloitaibi (2001) membuktikan bahwa ada hubungan positif antara

komitmen dengan OCB. Namun penelitian lain seperti yang dilakukan Sanders &

Koster (2003) tidak menemukan adanya hubungan antara komitmen dengan OCB.

Uraian diatas dapat memberi penjelasan bahwa OCB dan komitmen

merupakan suatu hal yang memiliki kaitan dengan organisasi atau perusahaan.

Dalam suatu perusahaan, pihak manajemen cenderung mengharapkan adanya

komitmen dan OCB yang tinggi dari karyawannya. Lebih-lebih di era globalisasi

saat ini, setiap perusahaan berusaha untuk bersaing dan menjadi yang terbaik. Pada

kasus di PT. Percetakan Bali dapat dilihat pentingnya perombakan budaya dan

sistem manajemen untuk dapat bersaing dan menjadi yang terbaik. Dan tentunya

perombakan seperti itu akan melibatkan karyawan dalam perusahaan yang

bersangkutan dan sangat beresiko.

Dari kasus tersebut dan adanya dua pendapat yang bertentangan tentang

hubungan antara komitmen dan OCB, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

lebih dalam mengenai komitmen dan OCB. Selain itu peneliti juga tertarik untuk

mengetahui apakah ada hubungan antara komitmen dan OCB di PT.Percetakan

Bali.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara komitmen oraganisasi dengan Organizational

(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara komitmen organisasi dan OCB karyawan di PT. Percetakan Bali.

D. Manfaat

Teoretis

a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam ilmu psikologi, khususnya

psikologi industri, terutama yang berhubungan dengan komitmen

organisasi dan OCB. Sekaligus untuk mengetahui hubungan antara

komitmen organisasi dengan OCB

b. Apabila penelitian yang dilakukan ini terbukti maka dapat menjadi

salah satu bahan referensi yang dapat memberikan informasi yang

bermanfaat untuk penelitian selanjutnya terutama mengenai komitmen

organisasi dan OCB

Praktis

Dari penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menambah

pengetahuan orang-orang yang bergerak di bidang industri, mengenai

pentingnya komitmen organisasi dan OCB dalam meningkatkan

produktivitas perusahaan. Dan apabila dari penelitian ini ditemukan

hubungan antara komitmen organisasi dengan OCB, maka dapat membantu

perusahaan PT. Percetakan Bali untuk mengetahui tentang komitmen dan

OCB secara teori. Sehingga dalam praktek sehari-hari dapat dengan baik

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Organizational Citizenship Behaviors (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behaviors

Sumberdaya manusia dalam organisasi merupakan aspek krusial yang

menentukan keefektifan suatu organisasi. Kerja yang dilakukan individu

merupakan suatu investasi karena mereka harus memberikan waktu, tenaga, dan

usahanya untuk memperoleh apa yang mereka inginkan, seperti keuntungan

ekonomi, fellowship, dan status sosial. Perilaku karyawan di tempat kerjanya dapat

dikelompokkan ke dalam 2 jenis, perilaku yang berkaitan dengan tugas-tugas

resminya (in-role behavior), dan perilaku di luar peran resmi (extra-role

behavior). Ada berbagai jenis konstrak perilaku extra-role behavior diantaranya adalah Organizational Citizenship Behavior (OCB).

OCB merupakan perilaku individual yang bersifat bebas (discretionary),

yang tidak secara langsung dan eksplisit mendapat penghargaan dari sistem

imbalan formal, dan yang secara keseluruhan mendorong keefektifan fungsi-fungsi

organisasi Organ (1988). Bersifat bebas dan sukarela, karena perilaku tersebut

tidak diharuskan oleh persyaratan peran atau deskripsi jabatan, yang secara jelas

dituntut berdasarkan kontrak dengan organisasi, melainkan sebagai pilihan

personal, Podsakoff (2000). OCB ini melibatkan beberapa perilaku meliputi

perilaku membantu orang lain dalam mengerjakan tugas-tugas ekstra, patuh pada

(24)

Borman dan Motowidlo, 1993 (Hardaningtyas, 2005) mengkontruksi

contextual behavior tidak hanya mendukung inti dari perilaku itu sendiri melainkan mendukung semakin besarnya lingkungan organisasi, sosial dan

psikologis sehingga inti teknisnya berfungsi. Definisi ini tidak dibayangi istilah

sukarela, reward atau niat seseorang melainkan perilaku seharusnya mendukung lingkungan organisasi, sosial dan psikologis lebih dari sekedar inti teknis.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Organizational

Citizenship Behavior (OCB) merupakan:

1. Perilaku yang bersifat sukarela, bukan merupakan tindakan yang terpaksa

terhadap hal-hal yang mengedepankan kepentingan organisasi.

2. Perilaku individu sebagai wujud dari kepuasan berdasarkan performance,

tidak diperintahkan secara formal.

3. Tidak berkaitan secara langsung dan terang-terangan dengan sistem reward

yang formal.

2. Komponen-komponen OCB

Dari beberapa penelitian yang dilakukan dikemukakan lima faktor dari

OCB (Organ, 1988):

(25)

2. Conscientiousness, berisi tentang kinerja dari prasyarat peran yang melebihi standar minimum, seperti kepatuhan terhadap aturan dan

kehadiran.

3. Sportmanship, berisi tentang pantangan-pantangan membuat isu-isu yang merusak meskipun merasa jengkel.

4. Courtesy, adalah perilaku meringankan problem-problem yang berkaitan dengan pekerjaan yang dihadapi orang lain.

5. Civic virtue, menunjukkan partisipasi sukarela dan dukungan terhadap fungsi-fungsi organisasi baik secara profesional maupun sosial ilmiah.

Penelitian lain menyatakan bahwa OCB ada yang bersifat individual-

directed (OCBI) dan ada yang organization-directed (OCBO) Willams & Anderson, 1991 (Koster & Sanders, 2006). OCBI lebih berkaitan dengan perilaku

seperti membantu rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya, dimana faktor

courtesy dan altruism terdapat didalamnya. Sedangkan OCBO berkaitan dengan

bagaimana tanggapan karyawan terhadap pekerjaan mereka yang mencakup faktor

conscientiousness, civic virtue dan sportsmanship.

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menggunakan faktor-faktor

dari OCB yang diungkapkan oleh Organ (1988) untuk mengukur seberapa besar

OCB yang dimiliki karyawan di PT. Percetakan Bali.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi OCB

OCB dipandang sebagai manifestasi dari kodrat manusia sebagai mahluk

sosial, maka akan sangat mungkin dipengaruhi oleh kompetensi sosial yang

(26)

mengidentifikasikan seberapa tinggi tingkat kompetensi personal dan sosial dari

orang yang bersangkutan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa OCB

dapat juga dipengaruhi oleh kecerdasan emosi (Hardaningtyas, 2005).

Beberapa ahli mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi OCB. Podsakoff (2000) berpendapat bahwa faktor yang

mempengaruhi OCB antara lain adalah umur dan gender. Karyawan yang sudah

berumur dan berjenis kelamin perempuan, cenderung menunjukkan OCB yang

rendah. Penelitian lain mengungkapkan bahwa OCB dipengaruhi oleh faktor

individual, team, dan organisasi (Podsakoff, Mackenzie, Paine & Bachrach, 2000).

Faktor individual meliputi kepuasan kerja, kepribadian, dan faktor-faktor

demografis seperti usia dan jenis kelamin. Adanya kepuasan kerja dapat

mempengaruhi OCB dan meningkatkan komitmen organisasi pada karyawan

(Danan, 2007).

B. Komitmen Organisasi

1. Pengertian Komitmen Organisasi

Komitmen disini mempunyai arti peristiwa dimana individu sangat tertarik

pada tujuan nilai-nilai dan sasaran organisasi. Jadi komitmen lebih dari hanya

sekedar keanggotaan karena meliputi sikap kesetiaan untuk berusaha dengan

segenap kemampuan bagi kepentingan organisasi dan memperlancar tujuan

(Steers, 1985)

Tetrick (1989) mengemukakan bahwa apabila seorang karyawan menolak

untuk pindah atau berganti pekerjaan meskipun pekerjaan baru tersebut

(27)

tersebut adalah akibat dari komitmen yang tinggi dari karyawan terhadap

perusahaannya. Komitmen tidak berjalan searah tetapi timbal balik antara

perusahaan dengan karyawan. Perusahaan yang memperhatikan karyawan akan

mendapatkan karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap perusahaan.

Komitmen organisasi yang tinggi sangat diperlukan dalam sebuah

organisasi, karena dengan terciptanya komitmen yang tinggi akan berpengaruh

pada iklim kerja yang professional. Berbicara mengenai komitmen organisasi tidak

lepas dari istilah loyalitas yang sering mengikuti kata komitmen. Pemahaman yang

demikian membuat istilah loyalitas dan komitmen mengandung makna yang

confuse.

Loyalitas disini secara sempit diartikan sebagai berapa lama karyawan

bekerja dalam perusahaan atau sejauh mana mereka tunduk pada perintah atasan

tanpa melihat kualitas kontribusi terhadap perusahaan. Dessler (1994)

mengemukakan bahwa komitmen organisasi nampak dalam tiga bentuk sikap yang

terpisah tapi saling berhubungan erat, pertama identifikasi dengan misi organisasi,

kedua keterlibatan secara psikologis dengan tugas-tugas organisasi dan yang

terakhir loyalitas serta keterikatan organisasi.

Gibson (1987) mengemukakan bahwa komitmen organisasi seorang

karyawan menunjukkan pengidentifikasian dengan tujuan organisasi, perasaan

keterlibatan dalam perusahaan dan rasa kesetiaan. Hal serupa juga dikemukakan

oleh Porter, Steers, Mowday dan Boulian (1974) bahwa komitmen adalah suatu

orientasi terhadap organisasi yang menghubungkan atau mengikat identifikasi diri

seorang karyawan, serta keinginan untuk berprestasi lebih baik dalam organisasi

(28)

terlibat aktif di suatu organisasi kerja tertentu. Komitmen adalah proses dimana

organisasi dan individu menjadi terintegrasi atau kongruen.

Manusia atau karyawan memiliki sistem nilai sendiri, demikian pula

organisasi. Nilai-nilai, peraturan, kebijakan organisasi berbeda-beda dan ini

berpengaruh terhadap anggotanya. Harapan organisasi adalah dukungan anggota

sehingga mau dan mampu bekerja sebaik mungkin untuk tujuan dan kepentingan

organisasi. Salah satu bentuk dukungan adalah komitmen yang tinggi terhadap

organisasi. Karyawan juga punya harapan pada perusahaan antara lain jenis

pekerjaan yang diinginkan, gaji, status lingkungan kerja dan pengembangan diri

(Steers & Porter, 1983). Bila harapan, keyakinan dan nilai-nilai individu karyawan

tersebut terpuaskan maka komitmen terhadap organisasi akan meningkat,

sebaliknya jika tidak terpenuhi maka komitmen terhadap organisasi rendah dan

mereka akan meninggalkan organisasi.

Ada beberapa ahli yang memberikan definisi tentang komitmen organisasi

antara lain, Staw (1991) menjelaskan bahwa komitmen diartikan sebagai sikap

karyawan untuk tetap berada dalam organisasi dan terlibat dalam upaya-upaya

mencapai misi, nilai-nilai dan tujuan organisasi atau dengan kata lain komitmen

merupakan ikatan psikologis individu terhadap perusahaan. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa komitmen adalah bentuk loyalitas yang konkrit yang dapat dilihat dari

sejauh mana karyawan mencurahkan perhatian, gagasan dan tanggung jawab

dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Identifikasi yang dilakukan anggota

terhadap organisasi dan tujuan organisasi serta keinginan untuk bekerja keras dan

tetap menjadi anggota untuk mencapai tujuan organisasi disebut komitmen (Steers

(29)

Secara singkat pada intinya beberapa definisi komitmen organisasi dari

beberapa ahli diatas mempunyai penekanan yang hampir sama yaitu proses pada

individu (pegawai) dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai,

aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Disamping itu, komitmen organisasi mengandung

pengertian sebagai sesuatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif

terhadap organisasi, dengan kata lain komitmen organisasi menyiratkan hubungan

pegawai dengan perusahaan atau organisasi secara aktif. Karena pegawai yang

menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan

tanggung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan

organisasi tempatnya bekerja.

2. Komponen-komponen Komitmen Organisasi

Ada beberapa ahli yang mengungkapkan jenis-jenis komitmen. Allen dan

Meyer (1991) membedakan komitmen organisasi atas tiga komponen, yaitu :

afektif, normatif dan continuance.

c. Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan pegawai di dalam suatu organisasi.

d. Komponen normatif merupakan perasaan-perasaan pegawai tentang kewajiban

yang harus ia berikan kepada organisasi.

e. Komponen continuance berarti komponen berdasarkan persepsi pegawai tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi

Meyer dan Allen 1991 (Kuntjoro, 2002) berpendapat bahwa setiap

(30)

masih bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota

organisasi. Sementara itu pegawai dengan komponen continuance tinggi, tetap

bergabung dengan organisasi tersebut karena mereka membutuhkan organisasi.

Pegawai yang memiliki komponen normatif yang tinggi, tetap menjadi anggota

organisasi karena mereka harus melakukannya. Setiap pegawai memiliki dasar dan

tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya.

Pegawai yang memiliki komitmen organisasi dengan dasar afektif memiliki

tingkah laku berbeda dengan pegawai yang berdasarkan continuance. Pegawai

yang ingin menjadi anggota akan memiliki keinginan untuk menggunakan usaha

yang sesuai dengan tujuan organisasi.

Sebaliknya, mereka yang terpaksa menjadi anggota akan menghindari

kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha

yang tidak maksimal. Sementara itu, komponen normatif yang berkembang

sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan

kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normatif menimbulkan perasaan

kewajiban pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya

dari organisasi.

Sedangkan menurut Mowday, Porter dan Steers (1982) seseorang yang

memiliki komitmen tinggi akan memiliki identifikasi terhadap organisasi, terlibat

sungguh-sungguh dalam kepegawaian dan ada loyalitas serta afeksi positif

terhadap organisasi. Selain itu tampil tingkah laku berusaha kearah tujuan

organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka

(31)

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga komponen

penting dalam komitmen dan akan digunakan dalam penelitian ini. Komponen

tersebut yaitu (1) kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas

nilai-nilai dan tujuan organisasi, (2) keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi

kepentingan organisasi dan (3) keinginan yang kuat untuk tetap terlibat menjadi

anggota organisasi.

Oleh peneliti untuk tiap komponen dilakukan pembagian ke dalam

indikator variabel yaitu :

(1). Kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan

tujuan organisasi memiliki indikator variabel :

• Ada kesamaan antara nilai-nilai pribadi dengan nilai-nilai

perusahaan

• Menyetujui sebagian besar kebijakan perusahaan

• Merasa bahwa bekerja di perusahaan tersebut adalah yang terbaik

(2). Keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan organisasi,

memiliki indikator variabel :

• Memanfaatkan peluang yang ada di perusahaan

• Peduli akan kemajuan dan masa depan perusahaan

• Bersedia mendahulukan kepentingan perusahaan

(3). Keinginan yang kuat untuk tetap terlibat menjadi anggota organisasi,

memiliki indikator variabel :

(32)

• Merasa bangga menjadi anggota perusahaan

• Merasakan keuntungan selama bergabung dengan perusahaan

• Bersedia bekerja atau ditempatkan di bagian apa saja dalam perusahaan.

3. Peran Komitmen Organisasi

Di era globalisasi saat ini setiap perusahaan mutlak membutuhkan sumber

daya manusia yang berkualitas dan memiliki komitmen tinggi terhadap perusahaan

tempat ia bekerja. Hal ini disebabkan semakin tinggi komitmen karyawan terhadap

perusahaannya semakin tinggi pula usaha yang dikeluarkan karyawan dalam

melakukan pekerjaannya (Mowday, Steers & Porter, 1983).

Komitmen memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan suatu

perusahaan atau organisasi. Seperti kita ketahui bahwa suatu perusahaan tidak

akan bisa hidup dan berkembang tanpa peran dari karyawan yang ada dalam

perusahaan tersebut. Pihak manajemen harus selalu mengelola, membina, dan

memperhatikan kesejahteraan setiap karyawannya. Sehingga dengan demikian

karyawan akan merasa aman dan akan betah berada dalam perusahaan, atau

dengan kata lain karyawan memiliki komitmen terhadap perusahaannya. Dengan

adanya komitmen maka absensi dan turn over akan dapat dikurangi. Hal ini

diperkuat dengan pernyataan Luthan (2005) bahwa ada hubungan positif antara

komitmen terhadap organisasi dan hasil yang diharapkan serta berkurangnya

absensi. Adanya komitmen yang tinggi juga dapat menambah rasa memiliki dan

(33)

Kerjasama yang baik antar karyawan dan adanya sifat sosial pada setiap

karyawan, muncul karena komitmen yang tinggi dari karyawan tersebut. Sehingga

hal tersebut dapat menambah kekompakan karayawan dan menambah kenyamanan

dalam bekerja (Pareke, 2004).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya komitmen yang

tinggi dari karyawan dimana ikatan psikologis karyawan dengan perusahaan

terbentuk, maka keinginan untuk berpartisipasi penuh demi pencapaian tujuan

perusahaan dapat juga terbentuk. Hal ini berdampak positif bagi karyawan maupun

perusahaan yang bersangkutan.

C. Hubungan antara komitmen organisasi dengan organizational citizenship

behavior

Perusahaan di era globalisasi ini sangat memerlukan karyawan yang

berkualitas. Kualitas dalam hal ini bukan hanya dilihat dari hasil produksinya atau

intelegensinya saja, namun kualitas disini mencakup kepribadian, kemampuan

serta hal-hal yang berhubungan dengan motivasi. Karyawan yang dimaksud antara

lain harus bisa bekerja dalam sebuah kelompok, bisa bekerjasama satu sama lain

dalam perusahaan dan mampu memberi dorongan pada karyawan lainnya, serta

sukarela dalam membantu rekan kerja menyelesaikan tugas-tugasnya. Karyawan

yang demikian merupakan karyawan yang memiliki OCB yang baik. OCB akan

muncul pada karyawan, apabila karyawan yang bersangkutan merasa bahwa

dirinya merupakan bagian dari perusahaan dimana dia bekerja. Dengan kata lain

karyawan yang memiliki komitmen pada perusahaan akan memiliki OCB yang

(34)

Penelitian yang dilakukan oleh Pareke (2004) menemukan bahwa

keinginan untuk berpindah kerja mempengaruhi OCB karyawan. Selain itu

penelitian Alotaibi (2001) menyatakan adanya hubungan yang postif antara

komitmen organisasi dengan OCB. Morison, 1994 (Ronald, Kevin, Nathan, 1997)

menemukan bahwa terdapat hubungan antara komitmen afektif dan dimensi dari

OCB. Hubungan antara OCB dengan komitmen organisasi juga dapat dilihat dari

pernyataan Van Scotter & Motowidlo (1996) bahwa pegawai yang kinerja

kontekstualnya (OCB) lebih tinggi menyatakan bahwa mereka merasa lebih puas

dengan pekerjaan mereka dan lebih berkomitmen terhadap organisasinya.

Penelitian oleh Meyer, Paunonen, Gellatly, Goffin, & Jackson (1989) menemukan

bahwa ada hubungan postif antara komitmen terutama komitmen afektif terhadap

OCB.

Meskipun ada banyak penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan

positif antara komitmen dengan OCB, namun itu bukan berarti tidak ada peneliti

yang menemukan bahwa hubungan antara komitmen dengan OCB tidak

signifikan, atau tidak ada hubungan yang positif antara kedua hal tersebut.

Beberapa penelitian yang tidak mendukung adanya hubungan antara komitmen

dengan OCB antara lain penelitian yang dilakukan oleh Koster & Sanders (2003)

dimana di dalam penelitiannya tidak ditemukan hubungan antara komitmen

dengan OCB. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kidwell, Mossholder, dan

Nathan (1997) juga tidak menemukan adanya hubungan antara komitmen dengan

OCB.

Hasil penelitian beberapa ahli tersebut membuktikan bahwa komitmen dan

(35)

faktor-faktor yang mempengaruhi kedua variabel. Faktor-faktor yang dimaksud

antara lain lingkungan kerja, usia, jenis kelamin dan masa kerja. Menurut Koster,

Sanders & Emmerik (2003), semakin lama seorang karyawan bekerja pada sebuah

perusahaan maka OCB karyawan tersebut akan semakin baik. Selain itu

lingkungan kerja yang baik juga dapat meningkatkan OCB dan komitmen

karyawan (Kidwell, Mossholder, Nathan, 1997) Pada penelitian ini peneliti

berasumsi bahwa semakin tinggi komitmen karyawan terhadap perusahaannya,

maka OCB karyawan akan baik.

D. Hipotesis

Dari uraian diatas peneliti memiliki hipotesis mayor bahwa ada hubungan

positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan OCB. Selain ttu peneliti

juga mengajukan hipotesis minor yaitu:

H1. Ada hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan

Altruism

H2. Ada hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan

Conscientiousness

H3. Ada hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan

Sportmanship

H4. Ada hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan

Courtesy

H5. Ada hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan

untuk melihat ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan

serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Arikunto, 1996). Namun karena dalam

penelitian ini hipotesis yang dibentuk berarah tunggal maka penelitian

dimaksudkan untuk melihat apakah terjadi hubungan yang positif antara kedua

variabel.

B. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas : Komitmen Organisasi

2. Variabel Tergantung : OCB

C. Definisi Operasional

1. Komitmen organisasi

Komitmen organisasi adalah ikatan psikologis yang dirasakan seorang

karyawan terhadap organisasi tempat ia bekerja, sehingga menimbulkan keinginan

untuk bekerja lebih keras dan tetap bekerja disana karena ada kesamaan tujuan.

Komitmen organisasi diukur dengan menggunakan skala komitmen

organisasi yang didasari oleh teori Steers & Porter mengenai tiga komponen yang

(37)

kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan

organisasi, (2) keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan

organisasi dan (3) keinginan yang kuat untuk tetap terlibat menjadi anggota

organisasi.

Skor bergerak dari angka 3 sampai angka 0 untuk item yang favorabel dan

0 sampai 3 untuk item unfavorabel. Skor Komitmen organisasi tinggi

menunjukkan karyawan memiliki kesediaan untuk berusahaa sekuat tenaga untuk

perusahaan dan berusaha tetap menjadi bagian dari perusahaan tersebut.

2. Organizational Citizenship Behavior (OCB)

OCB merupakan perilaku dalam organisasi yang bersifat sosial, bebas,

tidak mengikat, tidak secara eksplisit dan tidak secara langsung dikaitkan dengan

sistem pemberian reward (Organ, 1988).

OCB diukur dengan menggunakan skala OCB yang berdasarkan

komponen-komponen OCB yaitu altruism, concientiousness, sportsmanship,

courtesy, dan civic virtue. Skor bergerak dari angka 5 sampa 1 untuk item

favorabel dan 1 sampai 5 untuk yang unfavorabel.

Skor OCB tinggi menunjukkan bahwa karyawan dalam setiap kesempatan

cenderung membantu rekan kerja dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk

(38)

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan di PT. Percetakan

Bali dengan deskripsi sebagai berikut:

• Jenis Kelamin : Pria dan Wanita

• Usia : 20 tahun sampai 50 tahun

• Masa Kerja : 2 tahun keatas

E. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan bentuk data yang akan diambil dalam penelitian ini maka

teknik pengumpulan data yang dipakai lebih dari satu. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 macam yaitu :

1. Skala Komitmen organisasi

Skala komitmen dalam penelitian ini merupakan skala adaptasi dari

penelitian Mowday (1979) dengan koefisien alpha = 0.90 (O’Brien, Richards,

Akroyd, 1994). Skala komitmen dalam penelitian ini dikembangkan dari

Organizational Commitment Questionaire oleh Mowday, Steers & Porter, 1979 (Luthans, 2005), kemudian dilakukan penambahan dan penyesuaian kata serta

kalimat.

Skala komitmen terhadap organisasi digunakan untuk mengetahui tinggi

rendahnya komitmen karyawan terhadap organisasinya. Steers & Porter

mengatakan ada 3 karakteristik yang dapat mengungkap tinggi rendahnya

komitmen karyawan terhdap organisasinya, yaitu : (1) kepercayaan yang pasti dan

(39)

berusaha sekuat tenaga demi kepentingan organisasi dan (3) keinginan yang kuat

untuk tetap terlibat menjadi anggota organisasi. Oleh karena itu skala ini akan

mencakup ketiga karakteristik tersebut untuk mengukur tingkat komitmen

terhadap organisasi seorang karyawan.

Skala komitmen terhadap organisasi menggunakan model Likert dengan

modifikasi. Modifikasi dilakukan dengan hanya menyediakan empat alternatif

jawaban yang dimaksud untuk menghindari bias yang terjadi apabila peneliti

memberikan lima alternatif jawaban dengan adanya pilihan tengah. Ini didasarkan

pada pendapat Hadi (1991) yang mengatakan walaupun pilihan tengah dapat

diartikan netral, kadang-kadang, jarang atau ragu-ragu namun ditemukan bahwa

subjek memiliki kecenderungan untuk memilih jawaban yang ada di tengah

(Central Tendency Effect). Distribusi atau penyebaran item pada skala tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Table 1. Tabel distribusi item skala Komitmen Organisasi

Aspek Komitmen Organisasi

1. Kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan organisasi

9, 19, 31

2. Kesediaan untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan organisasi

(40)

Skala ini terdiri dari 42 item berdasarkan ketiga komponen komitmen

terhadap organisasi. Setiap aspek yang diteliti dijabarkan menjadi pernyataan

favorabel yaitu pernyataan yang mendukung aspek yang diukur dan pernyataan

unfavorabel yaitu pernyataan yang tidak mendukung aspek yang diukur (Azwar,

1999) dengan jumlah seimbang. Alternatif jawaban yang ada pada setiap item

pernyataan dalam skala ini adalah Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (ST),

Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS). Nilai bergerak dari 3 sampai 0 untuk item yang

favorabel dan 0 sampai 3 untuk item unfavorabel.

2. Skala OCB

Metode ini dipilih untuk digunakan sebagai sarana untuk menilai perilaku

subjek dalam situasi kerja. Setiap aspek memiliki persentase yang sama, karena

penilaian terfokus pada kualitas kerjanya yang terkait dengan hubungan sosial

dalam organisasi. Skala OCB dalam penelitian ini merupakan skala adaptasi dari

Organ (1988). Distribusi atau penyebaran item pada skala tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Table 2. Tabel distribusi item skala OCB

ITEM

Blanko ini terdiri dari 30 item. Aspek-aspek yang terdapat dalam blanko

(41)

Sportmanship. Penskoran dalam blanko ini menggunakan sistem rating. Jenjang yang digunakan berkisar antara 1 sampai 5 dengan alternatif jawaban tidak pernah,

hampir tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan sangat sering. Pemberian skor

atas jawaban subjek adalah sebagai berikut: untuk jawaban jenis favorable, bila

jawabannya sangat sering maka skornya adalah 5, sering = 4, skor kadang-kadang

adalah 3, hampir tidak pernah = 2, tidak pernah = 1. Untuk item unfavorable,

pemberian skornya merupakan kebalikan dari item favorable.

Dengan asumsi penilaian, semakin tinggi nilai yang diperoleh subjek maka

semakin tinggi OCB dan semakin rendah nilai yang diperoleh maka akan semakin

rendah OCB yang dimiliki karyawan.

Pengambilan data dilakukan dengan try out terpakai. Hal ini dilakukan

mengingat kondisi perusahaan yang hanya memiliki pegawai tetap 50 orang.

Selain itu alat ukur sudah pernah diuji oleh beberapa ahli seperti Mowday (1979)

dengan koefisien alpha = 0.90 untuk skala komitmen organisasi, dan Organ

(1988) untuk skala OCB. Jarak penelitian yang jauh (Bali) juga menjadi faktor

dilakukannya try out terpakai.

F. Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997). Salah satu bentuk validitas

adalah validitas isi. Validitas isi diselidiki melalui bentuk analisis rasional terhadap

(42)

Pada penelitian ini, untuk mengukur validitas pada alat tes dipilih validitas

isi. Pengujian validitas isi ini tidak melalui analisis statistik, melainkan

menggunakan analisis rasional atau professional judgement (Azwar, 1996). Dalam

hal ini peneliti melakukan analisis rasional terhadap item-item yang telah disusun

untuk melihat kesesuaian antar item dengan blue-print nya. Blue-print yang disusun telah sesuai dengan batasan domain ukur yang telah ditetapkan dan

mengandung aspek-aspek yang bersangkutan. Untuk menghindari bias

subjektivitas dalam analisis rasional ini juga diperlukan penilai lain selain peneliti.

Sehingga analisis rasional ini juga dilakukan oleh Dosen Pembimbing.

Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability yang berarti keajegan atau

konsistensi. Sebuah pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi menunjukkan

bahwa pengukuran tersebut dapat menghasilkan data yang reliabel.

Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’)

yang angkanya berada dalam rentang nilai dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin

tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi

reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0

berarti semakin rendah reliabilitasnya. Dalam pengukuran psikologi, koefisien

reliabilitas yang mencapai angka rxx’ = 1,00 tidak pernah dapat dijumpai.

G. Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah uji asumsi

dan uji hipotesis. Oleh karena penelitian ini bersifat korelasional maka dalam uji

asumsi digunakan uji normalitas dan uji linearitas. Berikut adalah penjelasan

(43)

f. Uji Asumsi

Dalam sebuah uji asumsi pada metode penelitian yang bersifat korelasional

ada dua hal yang digunakan di dalamnya:

g. Normalitas

Uji ini akan digunakan untuk melihat distribusi variabel terhadap

suatu sampel. Teknik yang digunakan dalam uji normalitas adalah

Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS for Windows versi 11.5

h. Linearitas

Uji ini dipergunakan untuk melihat seberapa besar tingkat

hubungan yang terjadi antara dua variabel yang bersangkutan.

Teknik yang dipakai untuk mengetahui Linearitas pada dua buah

variabel yang bersangkutan adalah Compare Means pada program

SPSS for Windows versi 11.5

i . Uji Hipotesa

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan formula korelasi

Product Moment Pearson pada program SPSS for Windows versi 11.5 untuk mengetahui tinggi rendahnya koefisien korelasi yang dihasilkan dari

hubungan antara kedua variabel diatas, yaitu komitmen organisasi dan

(44)

BAB IV

PERSIAPAN, PENELITIAN, PELAKSANAAN

DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas tentang Perusahaan

Secara defacto Percetakan Bali sudah ada pada jaman jepang, tahun 1942

bernama Bali Simbunsya, yang beralamat di suatu gedung sewaan di Wangaya

Kelod dan saat itu dipimpin oleh Tuan N. Narasawa. Percetakan yang pertama di

Bali, yang mesinnya sebagaian disewa dari Lettergieterij Amsterdam dan sebagian

tidak diketahui asalnya (dibawa Jepang ke Bali).

Kekalahan Jepang dalam perang dunia II, yang berpengaruh terhadap

kekuasaan Jepang di negara-negara Jajahan mengalami banyak perubahan.

Percetakan ini diubah namanya menjadi Percetakan Suara Indonesia, yang

dipimpin oleh Cokorde Ngurah Pemayun dan Ketut Subrata. Tahun 1946 tentara

NICA masuk ke Bali, percetakan ini diambil alih dan diserahkan kepada NV.

LETTERGIETERIJ AMSTERDAM di Surabaya di bawah pengawasan NIBI dan

bernama Amacab Bali Drukkeraij, dipimpin oleh : Tn. N.L. Manson dan P.A.

Schwab serta kemudian oleh J. Van Riel.

Tahun 1949, penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Dengan

adanya penyerahan kedaulatan tersebut Bali Drukrij diserahkan oleh Dr. M.

BBBoom atas nama Residen Bali dan Lombok kepada A.A. Gede Oka atas nama

Ketua Dewan raja-raja. Atas kemufakatan sdr. K. Bagiada (Perdi) dengan A.

(45)

Percetakan Bali dengan Akte Notaris No. 56 tertanggal 1 Juni 1950 dan dipimpin

oleh Antony Casse (mendahului keputusan rapat pemegang saham). Modal

pertama sebesar Rp. 312.000,- yang berasal dari Pemerintah sebesar Rp. 300.000,-

(setoran andil dari kekayaan Bali Drukkereij) dan dari swasta sebesar Rp. 12.000,-

(NV. GIEB, NV. GEHI, PERDI, SUARA INDONESIA, NV. SERIKAT

DAGANG, NV. ARTHA BALI).

Akte Pendirian NV. Percetakan Bali disahkan oleh Menteri Kehakiman RI

dengan Surat penetapannya No. : J.A. S/32/15 tertanggal 20 April 1951. Dan untuk

pertama kalinya diadakan Rapat Umum Peserta pada tanggal 17 Juni 1951 dan

terpilihlah sdr. I Gst. Ngurah jelun sebagai direktur dan ketua/anggota-anggota

Dewan komisaris masing-masing : sdr. Putu Rudolf, Wayan dangin dan I Made

Sugitha. Disetujui pula penjualan saham-saham untuk penambahan modal.

Tahun 1953/54 didirikan cabang Singaraja dan dibuka perwakilan di Lombok,

Sumbawa Besar. Tahun 1956 perusahaan membangun gedung di tempat yang

sekarang. Karena situasi dalam tahun enam puluhan kurang baik (politik) maka

perusahaan mengalami kemunduran.

Tahun 1970 diadakan reorganisasi atas usul para pemegang saham

terutama pemerintah Daerah Tingkat I Bali, dan diadakanlah pergantian Direksi

serta Dewan Komisaris. Tahun 1971 ditunjuklah Drs. I.G.A.R. Pirawana selaku

Direksi dan sebagai Ketua/Anggota Komisaris masing-masing : Drs. I Gst. Ngurah

Ketut, I Gusti Ketut Gde dan I Made Rasna. Dengan Direktur dan Komisaris baru

disusunlah program kerja yang ketat dan diadakan perbaikan-perbaikan secara

(46)

peralatan repro seperti camera, Mesin Setting IBM dan Plate Maker serta perlatan

penjilidan seperti Mesin potong, mesin kacip dan mesin lem.

Tahun 1982 salah seorang anggota dewan komisaris meninggal dunia dan

digantikan oleh Drs. I Made Muka pada rapat tahunan pemegang saham tahun

1983. Dengan perbaikan diseluruh sektor dan didukung adanya SK. Gubenur Bali

No. Ek/II.b/2.1979, dimana Pemerintah Daerah Tingkat I Bali adalah pemegang

saham terbesar, maka Percetakan Bali mengalami perkembangan yang sangat

pesat.

Pada tahun 1999 terjadi reorganisasi, dan dalam Rapat Umum Pemegang

Saham Luar Biasa, diputuskan untuk menjual seluruh saham milik swasta kepada

Pemerintah provinsi Bali melalui Perusahaan Daerah Tingkat I Bali. Komposisi

kepemilikan saham saat ini adalah : 95,35% milik Pemerintah Daerah Bali

sedangkan 4,65% dimiliki oleh Pemerintah kabupaten Badung.

Disamping itu adanya suatu keharusan untuk segera merubah bentuk

perusahaan menyesuaikan dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas. Melalui Akta Notaris No. 2 tanggal 1 Pebruari 2002 dan

mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor :

C-05655 HT.01.04 TH. 2003, NV. Percetakan Bali berubah status Badan

Hukumnya menjadi Perseroan Terbatas (PT. Percetakan Bali), dengan komposisi

kepemilikan Saham 95,35% dimiliki oleh Perusahaan Daerah Provinsi Bali dan

4,65% dimiliki oleh Pemkab. Badung.

Saat ini PT. Percetakan Bali telah memiliki Ijin Dokumen Sekuriti yang

(47)

B. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2007.

Data penelitian diperoleh dengan membagikan Skala Komitmen Organisasi dan

Skala OCB kepada subjek penelitian, yaitu karyawan tetap PT. Percetakan Bali.

Pengambilan data menggunakan teknik try out terpakai. Hal ini dilakukan karena

jumlah karyawan tetapnya hanya 55 orang serta jarak penelitian yang jauh

menjadi faktor di pakainya try out terpakai.

Pembagian skala penelitian dilakukan secara klasikal pada jam istirahat

agar tidak mengganggu aktivitas karyawan. Jumlah seluruh skala yang dibagi

sebanyak 55 lembar, mengingat jumlah karyawan tetapnya hanya 55 orang. Dari

jumlah tersebut hanya 50 karyawan yang mengisi dengan lengkap skala yang

dibagikan. Jumlah karyawan tersebut terdiri dari: laki-laki 29 orang dan

perempuan 21 orang. Usia karyawan berkisar antara 20 tahun sampai 53 tahun,

dengan rata-rata usia 40 tahun. Masa kerja karyawan berkisar antara 2 sampai 33

tahun, dengan rata-rata masa kerja 16 tahun.

Pada saat penelitian dilakukan, perusahaan yang bersangkutan sedang

menerima pesanan untuk mencetak soal-soal EBTA Sekolah Menengah Atas di

beberapa daerah di Bali. Hal ini menyebabkan penelitian agak terhambat beberapa

waktu, dan pembagian skala tidak berbarengan. Skala yang dibagi terlebih dahulu

adalah skala Komitmen Organisasi, kemudian beberapa hari berikutnya skala OCB

(48)

C. Uji Item dan Alat Ukur

Pengujian reliabilitas skala ukur dalam penelitian ini menggunakan teknik

korelasi dengan melihat koefisien alpha. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan

program statistik SPSS versi 11.5 for windows. Penyebaran item untuk skala

komitmen organisasi setelah ujicoba dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Tabel spesifikasi item skala Komitmen Organisasi setelah digugurkan

Aspek Komitmen Organisasi

1. Kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan organisasi

19, 31 5, 28 15, 27

10, 11, 37 9

2. Kesediaan untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan organisasi

3. Keinginan yang kuat untuk tetap terlibat menjadi anggota organisasi

Hasil analisis item Skala Komitmen Organisasi menunjukkan dari 42 item

ternyata 32 item yang dapat digunakan. Daya beda item antara 0.3064-0.7011

dengan koefisien reliabilitas dari 32 item tersebut sebesar 0.9207. Jumlah item

favorabel sebanyak 17 buah item dan item tidak favorabel sebanyak 15 item.

Untuk hasil analisis item skala OCB menunjukkan dari 30 item ternyata 24

item yang dapat digunakan dengan daya beda item antara 0.3511-0.5978 dengan

(49)

12 buah dan item tidak favorabel 12 item. Distribusi item skala OCB dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4. Tabel spesifikasi item skala OCB setelah digugurkan

ITEM

Untuk menyeimbangkan jumlah item dan mendapatkan hasil yang lebih

baik maka dilakukan penyeimbangan blue print. Penyeimbangan kedua blue print

dilakukan dengan pembobotan item. Untuk skala komitmen organisasi

pembobotan dilakukan dengan mengalikan 14 (sebagai jumlah item tertinggi dari

salah satu aspek dalam skala) total skor yang dihasilkan oleh tiap aspek, kemudian

dibagi jumlah item yang ada dalam aspek tersebut. Hal yang sama juga dilakukan

pada skala OCB, pembobotan dilakukan yaitu dengan total skor yang dihasilkan

oleh tiap aspek dikalikan 6 (sebagai jumlah item tertinggi dari salah satu aspek

dalam skala) kemudian dibagi jumlah item yang ada dalam aspek tersebut.

Setelah seluruh data penelitian diperoleh, dilakukan uji asumsi yang

meliputi uji normalitas sebaran dan uji linearitas hubungan. Analisis data dan uji

(50)

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel bebas, yaitu variabel

komitmen organisasi dalam formula Kosmogorov-Smirnov untuk uji normalitas

menunjukkan harga Z sebesar 0,781 dengan p = 0,575 (syarat, p > 0,05) yang

berarti skor variabel komitmen organisasi memiliki distribusi normal.

Sedangkan hasil untuk variabel tergantung, yaitu variabel OCB

menunjukkan harga Z pada uji normalitas sebesar 0,985 dengan p = 0,286 hal ini

berarti bahwa variabel OCB memiliki distribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat hubungan antara skor variabel

komitmen organisasi dan variabel OCB linear atau tidak. Hasil uji linearitas

menunjukkan harga 0,262 dengan p = 0,616 (syarat, p < 0,05), yang berarti

hubungan kedua variabel tidak linear.

2. Uji Hipotesis

Untuk mengkorelasikan antara variabel komitmen organisasi dengan OCB

menggunakan rumus Product Momen Pearson dengan program SPSS versi 11.5

for wimdows.

Dari analisis data diperoleh koefisien korelasi (r) = 0.065 dengan

signifikansi (p) = 0.326. Perhitungan dilakukan pada taraf signifikansi p ≤ 0.01 dan

memakai uji satu ekor (1–tailed). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada

(51)

Selain hasil tersebut diatas, peneliti juga melakukan analisis data tambahan

untuk melihat aspek OCB mana yang memiliki korelasi paling tinggi dan kuatnya

sumbangan efektif yang paling besar terhadap Komitmen Organisasi. Hasil

korelasi tiap aspek dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 5. Tabel Korelasi dan koefisien determinasi peraspek

No. Aspek yang dikorelasikan r Signifikansi 1 ekor

1 Komitmen*Altruism 0.040 0.391

2 Komitmen*Courtesy 0.119 0.206

3 Komitmen*Conscientiousness 0.030 0.418

4 Komitmen*Sportmanship 0.048 0.369

5 Komitmen*civic virtue -0.081 0.288

Uji Hipotesis 1

Hasil analisis data tambahan yaitu hubungan antara komitmen organisasi

dengan altruism menunjukkan koefisien (r) = 0.040 dengan nilai p = 0.391 (syarat,

p≤0.01). Hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan positif yang signifikan

antara komitmen organisasi dengan altruism.

Uji Hipotesis 2

Hasil analisis data tambahan menunjukkan nilai r = 0.119 dengan p

= 0.206 (syarat, p≤0.01). Hal tersebut membuktikan bahwa tidak ada hubungan

(52)

Uji Hipotesis 3

Hasil analisis menunjukkan nilai r = 0.030 dengan p = 0.418

(syarat, p <0.01). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan conscientiousness.

Uji Hipotesis 4

Hasil analisis menunjukkan nilai r = 0.048 dengan p = 0.369 (syarat,

p ≤0.01). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan positif

yang signifikan antara komitmen organisasi dengan sportsmanship.

Uji Hipotesis 5

Hasil analisis menunjukkan nilai r = -0.081 dengan p = 0.288

(syarat, p ≤0.01) dimana dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan civic virtue.

F. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilihat bahwa hasil penelitian

ini tidak menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara komitmen

organisasi dengan OCB. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi (r = 0.065) yang

tidak signifikan antara variabel komitmen organisasi dengan OCB. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ditolak.

Hasil analisis data tambahan juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

(53)

Analisis data komitmen organisasi dengan altruism menghasilkan nilai koefisien

(r) = 0.040 dengan p = 0.391 (syarat, p≤0.01). Hasil tersebut menunjukkan

hubungan antara komitmen organisasi dengan altruism tidak signifikan. Komitmen

organisasi tidak mempengaruhi perilaku karyawan dalam membantu karyawan

lain.

Hubungan antara komitmen organisasi dengan courtesy juga tidak

signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil analisis yang menunjukkan nilai

koefisien r= 0.119 dengan p = 0.206 (syarat, p≤0.01). Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa komitmen organisasi tidak mempengaruhi perilaku karyawan

dalam meringankan problem-problem yang berkaitan dengan pekerjaan yang

dihadapi orang lain dalam perusahaan.

Dari hasil analisis data hubungan antara komitmen organisasi dengan

Conscientiousness tidak menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan, dengan nilai koefisien r = 0.030 dan p = 0.418 (syarat, p ≤0.01). Hal ini berarti

tinggi rendahnya komitmen organisasi tidak mempengaruhi kepatuhan karyawan

terhadap aturan-aturan dalam perusahaan. Komitmen organisasi juga tidak

mempengaruhi intensitas kehadiran karyawan pada perusahaan.

Demikian juga dengan hasil analisis data komitmen organisasi dengan

sportsmanship menghasilkan nilai koefisien r = 0.048 dengan p = 0.369 (syarat, p ≤0.01), yang berarti tidak ada hubungan positif yang signifikan. Jadi komitmen

organisasi tidak mempengaruhi keinginan karyawan untuk membuat isu-isu

(54)

Hal serupa juga ditemukan pada hasil analisis data komitmen organisasi

dengan civic virtue. Hasil analisis menunjukkan nilai r = -0.081 dengan p = 0.288

(syarat, p ≤0.01) yang berarti tidak ada hubungan positif yang signifikan. Hasil

tersebut memiliki pengertian bahwa komitmen organisasi tidak mempengaruhi

partisipasi sukarela dan dukungan dari karyawan terhadap perusahaan. Hasil

analisis data diatas membuktikan bahwa OCB karyawan di PT. Percetakan Bali

tidak dipengaruhi oleh komitmen organisasi.

Penelitian tentang hubungan antara komitmen organisasi dengan OCB

sudah kerap kali dilakukan. Beberapa ahli seperti Kidwell, Mossholder, Nathan

(1997) meneliti secara khusus hubungan antara OCB dan kepuasan kerja serta

komitmen organisasi. Dalam penelitiannya mereka menemukan bahwa OCB

berhubungan dengan kepuasan kerja, tapi tidak berhubungan dengan komitmen

organisasi. Dari hasil penelitiannya, mereka berpendapat bahwa OCB dipengaruhi

oleh faktor kontekstual seperti kekompakan atau kebersamaan dalam kelompok.

Mereka juga berpendapat bahwa karyawan dalam sebuah perusahaan akan

menunjukkan OCBnya bila terdapat keselarasan antara tujuan karyawan dengan

tujuan perusahaan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Koster, Sanders & Emmerik (2003)

juga menemukan tidak adanya hubungan positif yang signifikan antara komitmen

organisasi dan OCB. Penelitiannya menunjukkan bahwa ada beberapa faktor

seperti umur dan jenis kelamin yang dapat mempengaruhi OCB. Mereka juga

menemukan bahwa OCB pada karyawan tergantung pada periode waktu atau

lamanya karyawan bekerja dalam suatu perusahaan. OCB juga tergantung pada

(55)

Penelitian diatas memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian yang

dilakukan di PT. Percetakan Bali. Di perusahaan tersebut, karyawan sudah bekerja

selama puluhan tahun, sehingga masing-masing karyawan memiliki ikatan yang

kuat terhadap perusahaan dan rekan kerja. Setiap karyawan dalam perusahaan

tersebut menganggap karyawan yang lain adalah keluarganya. Adanya ikatan yang

demikian menjadikan sifat-sifat sosial kerap kali terjadi. Selain itu kebersamaan

dan kekompakan dalam bekerja mudah terbentuk.

Meskipun terjadi ikatan yang kuat antar karyawan, hal tersebut tidak

menjamin perilaku karyawan sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Adanya

perubahan budaya organisasi dalam perusahaan membuat karyawan memiliki

perpedaan pandangan terhadap tujuan perusahaan.. Karyawan cenderung

mengalami stress karena tuntutan manajemen untuk selalu siap menerima dan

menjalankan sistem yang baru. Keadaan seperti itu sangat berpotensi untuk

karyawan meninggalkan perusahaan dan mencari perusahaan yang lebih baik.

Namun dengan situasi dan kondisi seperti tersebut, karyawan PT. Percetakan Bali

yang telah puluhan tahun bekerja di perusahaan itu memilih untuk tetap bertahan.

Adanya peraturan dalam perusahaan dimana perusahaan akan memberikan

tunjangan pensiun sesuai dengan masa kerjanya menjadikan karyawan tetap

bertahan. Jadi semakin karyawan bekerja di perusahaan tersebut dalam kurun

waktu yang lama, maka tunjangan pensiunnya akan semakin tinggi begitu

sebaliknya. Dengan alasan tersebut sebagian karyawan memilih untuk tetap

(56)

Dengan bertahannya karyawan di perusahaan tersebut maka masa kerjanya

pun bertambah. Sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan sifat sosial dan

kebersamaan antar karyawan yang semakin kuat. Hal ini diperkuat oleh pendapat

Koster, Sanders & Emmerik (2003), dimana dalam penelitiannya menemukan

bahwa sifat sosial, kebersamaan dan sifat-sifat yang tidak terikat dengan sistem

reward perusahaan dapat muncul akibat masa kerja yang lama.

Sehingga dari penelitian ini ditemukan bahwa OCB karyawan di PT.

Peercetakan Bali tidak dipengaruhi oleh Komitmen organisasi. Hasil penelitian

juga menemukan bahwa OCB dipengaruhi oleh masa kerja karyawan yang cukup

lama, dimana hal tersebut dapat terjadi karena adanya harapan-harapan karyawan

terhadap tunjangan pensiun yang tinggi dari perusahaan.

(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi dengan OCB. Hal

ini berarti bahwa jika komitmen tinggi maka OCB karyawan belum tentu tinggi.

Sebaliknya jika komitmen rendah OCB belum tentu rendah juga. Diketahui

pula dari hasil analisis data tambahan yaitu hubungan antara komitmen dengan

komponen-komponen OCB (Altruism, Courtesy, Conscientiousness, Sportmanship, Civic virtue) tidak ditemukan adanya hubungan positif yang signifikan. Jadi hipotesis mayor dan hipotesis minor penelitian ditolak:

H1. Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi

dengan Altruism

H2. Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi

dengan Conscientiousness

H3. Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi

dengan Sportmanship

H4. Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi

dengan Courtesy

H5. Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara komitmen organisasi

(58)

Hal ini membuktikan bahwa masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi OCB

diluar komitmen organisasi.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti-peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat melakukan

penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai Komitmen organisasi dan OCB

dengan menggunakan faktor-faktor lain seperti masa kerja, budaya perusahaan,

dan harapan karyawan serta kebersamaan dalam kelompok. Sehingga segala

permasalahan yang belum terjawab pada penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut

dan menemukan sesuatu yang baru, yang dapat membantu perusahaan-perusahaan

Gambar

Tabel 1. Distribusi Item Skala Komitmen Organisasi……………………        24
Table 1. Tabel distribusi item skala Komitmen Organisasi
Table 2. Tabel distribusi item skala OCB
Tabel 3. Tabel spesifikasi item skala Komitmen Organisasi setelah digugurkan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Data tabel 5 yang menunjukkan data demografi subyek peneltian terhadap kultur bakteri positif dalam penelitian ini memperlihatkan pasien kelompok umur kurang dari 60 tahun

Kecenderungan pada kedua grafik tersebut yaitu semakin bertambahnya kadar tannin dan semakin besarnya harga koefisien transfer massa pada pertambahan kecepatan

[r]

Berdasarkan hal tersebut diatas, aplikasi ini diharapkan dapat menciptakan pengolahan data yang baik sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan hotel. Selain itu pemanfaatan

Tabel V.7 Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Lulusan Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Bandar Pusaka,. 2013

Bersama ini disampaikan bahwa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian

Cakupan rahasia bank meliputi keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Bank sebagai lembaga intermediasi dalam melaksanakan kegiatan usahanya senantiasa bertumpu pada