i
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM
PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN
Studi Kasus: Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Prawigati Legowo
NIM : 071334003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
KEPATTIHAN
WAJIB PAJAK
ORANG
PRIBAI}I
DALAM
PENGISIAN
ST]RATPEMBERITAHUAFI
(SPT)TAIIT'NAN
Studi Kasus: Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Oieh:
Prawigati Legowo
NIM:
071334003Telah disetujui oleh :
SKRIPSI
KEPATT]IIAN WAJIB PAJAK
ORANG
PRIBAI}I
DALAM
PENGISIAN
STIRATPEMBERITAHUAIY (SPD
TAHTINAI\I
Studi Kasus: Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Prawigati Legowo
NIM:071334003
Telatr dipertahankan di depan Fanitia Penguji
pada tanggal 4 Juli 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Ketua
Selaetaris
Anggota
Anggota
Anggota
Susunan Paoitia Penguj
i
Nama Lengkap
IodreDarmawan" S.E.,
M.Si-
,
Laurentius saptono, S.Pd.; :M.Si.
Drs. Barnbang Purnomo, S"8., M.Si
Rita Eny Pqrwant!
S.Pd.,M.Si.
,
:B. Indah N., S.Pd.,S.LP.,M.Pd.
ilt
PERNYATAAI\ KEASLIAI\I KARY^A
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini
tidakmemuat karya atau bagian kar'ya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
hrtipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,4 Juli 2013
Penulis
P:Y*
Prawigati Legowo
I
LEMBAR PER}TYATAAIYPERSETUJUAI\I
PUBLIKASI KARYA
ILMIAH
T]NTUK KEPEI{TINGAIY AKADEMISYang bertanda tangan di bawatr ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
Nomor Mahasiswa
: Prawigati Legowo
:071334003
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pengisian Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan. Studi Kasus: I)osen Universitas Sanata Dharma Yoryakarta
Beserta perangkat
yang
diperlukan(bila
ada).
Dengandemikian
sayamemberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak
untukmenyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya m.axpun m.emberikan royal.ti kspada saya selauo? tgtap mencan-tumkan nama.
saya sebagai penulis.
Demikian p€mJeIAAr! ini yang spya bugt dengan Sgbqqany?:
Dibuat di Yogyakarta
Padatanggal:4
Jili2AI3
Yang menyatakan:Fre- a rt-,
vi
ABSTRAK
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM PENGISIAN
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN Studi Kasus: Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Prawigati Legowo Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa patuh wajib pajak orang pribadi, yang terkait dengan kewajiban yang harus dilakukan sebagai wajib pajak orang pribadi dalam pengisian dan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan tahun pajak 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah responden penelitian sebanyak 100 Dosen. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah deskriptif kuantitatif.
vii
ABSTRACT
THE OBEDIENCE OF INDIVIDUAL TAXPAYERS IN COMPLETING
ANNUAL TAX RETURNS A Case Study: Lecturers of Sanata Dharma University Yogyakarta
Prawigati Legowo Sanata Dharma University
2013
This research aims to know how obedient individual taxpayers are in completing annual tax return. This research is related to the obligation of individual taxpayers in completing The Annual Tax Returns (SPT) in 2012 tax year. This is a descriptive research. The population of this research are all lecturers of Sanata Dharma University. There are 100 lecturers as respondents. The technique used to collect the data is questionnaire. The technique used to analyze the data is descriptive quantitative.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena skripsi ini telah
selesai pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai
masukan, kritik, saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang
telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
dukungan, kritik, dan saran untuk kesempatan skripsi ini.
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Akuntasi yang telah memberikan
ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga menjadi bekal dalam penyusunan
ix
6. Bapak Drs. Silverio Raden Lilik Aji Sampurno, M.Hum. yang telah
memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, kritik, dan saran untuk
kesempatan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Yohanes Rasul Subakti, M.Pd. yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk berdiskusi dan memberi bimbingan, kritik, bantuan dan saran
dalam skripsi ini.
8. Karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi (Mbak Aris) atas segala
pelayanannya dan bantuannya selama penulis kuliah di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
9. Bapakku tercinta Khasir bin Rastini dan Ibuku Maria Goretti Marsinem yang
selalu memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan, dan pengorbanan baik
material maupun spiritual sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
10.Kakakku tersayang Yohanes Teddy Darmawan, Vincentius Meggi Nugroho,
dan Elsa Handayani yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada
penulis.
11.Adik-adikku tersayang Fransiska Rina Anggraeni, Yohanes Irwan Ardiansyah
dan Natasya Nesya yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada
penulis.
12.Fendy ZS terima kasih untuk semua dukungan, cinta, perhatian, pengorbanan,
pendampinganmu dan bantuan yang diberikan selama ini sehingga penulis
13. Aikidoka Dojo Depok Sport Center tercinta Sensei
Aji,
Sensei Damar, Rini,Mas Yos, Mba Lusi, Mas Aiman, Mas Dimas, Adi, Paul, Rico, yang selalu memberikan doa" dukungan, perhatiano dan semangat kepadapenulis.
14. Teman-teman Kost Putri Dhyastra yang selalu memberikan doa, dukunga&
perhatian, dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis masih membuka diri terhadap saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Penulis
9*a'
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
xii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Arti Pajak ... 7
B. Arti Kepatuhan Wajib Pajak ... 8
C. Pentingnya Kepatuhan Perpajakan ... 12
D. Bagaimana Tingkat Kepatuhan Pajak di Indonesia ... 13
E. Arti Wajib Pajak ... 17
F. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan ... 18
G. Sejarah Pajak Penghasilan ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27
D. Populasi ... 27
E. Operasional Variabel ... 27
F. Teknik Pengumpulan Data ... 28
G. Teknik Analisis Data ... 28
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 29
B. Visi, Misi, dan Tujuan Universitas Sanata Dharma ... 32
C. Struktur Organisasi ... 35
D. Daftar Jumlah Dosen ... 38
E. Sejarah Pajak Penghasilan ... 39
BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 45
xiii
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 55
B. Keterbatasan Penelitian ... 55
C. Saran ... 56
xiv
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Indikator Kepatuhan Formal Berdasarkan UU No. 28 Tahun
2007 Tentang KUP ... 15
Tabel 4.1 Jumlah Keseluruhan Dosen Tetap dan Tidak Tetap Diklasifikasikan Berdasarkan Setiap Fakultas Tahun 2012 ... 38
Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian ... 45
Tabel 5.2 Tingkat Kepatuhan Fakultas Ekonomi ... 47
Tabel 5.3 Tingkat Kepatuhan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 47
Tabel 5.4 Tingkat Kepatuhan Fakultas Psikologi ... 48
Tabel 5.5 Tingkat Kepatuhan Fakultas Farmasi ... 49
Tabel 5.6 Tingkat Kepatuhan Fakultas Sains dan Teknologi ... 49
Tabel 5.7 Tingkat Kepatuhan Fakultas Sastra ... 50
Tabel 5.8 Tingkat Kepatuhan Fakultas Teologi ... 51
Tabel 5.9 Tingkat Kepatuhan Fakultas Pasca Sarjana ... 51
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ………. 56
Lampiran 2. Hasil Microsoft Excel……….. 64
Lampiran 3. Data Seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Naluri alamiah manusia sebagai makhluk sosial sejak dahulu adalah
keinginan untuk selalu hidup bersama, berkelompok, bekerja sama untuk
dapat bertahan hidup, dan melanjutkan kehidupannya.
Perkembangan peradaban dalam kehidupan membuat manusia menata
pola kehidupannya lebih kepada hubungan sosial dalam kelompok yang lebih
besar dan menetap dalam suatu daerah yang sudah diakui oleh kelompoknya
dan adanya pengakuan dari kelompok besar lainnya pula. Kemudian untuk
dapat mengatur kehidupan sosial dan kelompok menjadi lebih baik, maka
manusia membutuhkan seorang pemimpin yang dianggap lebih cakap, pintar,
dan memiliki karisma sebagai seorang yang patut dihormati, ditaati
perintahnya, dan diteladani sikap dan tingkah lakunya. Dengan adanya
pemimpin kehidupan manusia lebih teratur, dan adanya ketaatan anggota
kelompok terhadap pemimpinnya menimbulkan dalam kelompok itu suatu
kekuasaan pemerintahan yang sederhana.
Mengenai peran pemerintah dalam suatu negara, biasanya warga
negara menerimanya begitu saja peraturan-peraturan yang dibuat oleh
pemerintah di mana hal tersebut seolah-olah memang seharusnya terjadi.
Pemerintah berwenang dalam mengatur kehidupan berkenegaraan dan
pemerintah juga sudah semestinya bertanggung jawab pada perikehidupan
rakyatnya. Pada intinya peran pemerintah sangat besar dalam menjalankan
pemerintahan negara dan menjalankan kehidupan masyarakat. Fungsi
pemerintahan dalam perekonomian sangat berperan dalam menjaga kestabilan
ekonomi negara rakyatnya. Pemerintah tentunya memerlukan dana, sumber
daya alam, dan sumber daya manusia dalam pembiayaan pelaksanaan
fungsinya, baik fungsi pokok ekonominya maupun fungsi secara keseluruhan.
Dalam suatu negara untuk menjalankan fungsinya, pemerintah atau
pengusaha setempat memerlukan dana atau modal. Modal yang diperlukan itu
salah satunya bersumber dari pungutan pajak dari rakyatnya. Pajak juga
merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat, tanpa
adanya masyarakat, tidak mungkin ada pajak. Masyarakat yang dimaksud
adalah masyarakat hukum atau Gemeinschaft menurut Ferdinand Tonnies
(2001). Adanya proses timbal balik antara individu dan masyarakat
berdampak kepada hubungan timbal balik hak dan kewajiban yang melekat
pada masyarakat. Maksudnya, terdapat hak dan kewajiban individu terdapat
masyarakat dan sebaliknya, terdapat juga hak dan kewajiban masyarakat
terdapat individu.
Pajak sudah dikenal oleh masyarakat sejak zaman kerajaan-kerajaan di
Indonesia seperti Mataram, Kediri, Majapahit, dan Pajang, dalam bentuk
pajak tanah dan pajak tidak langsung terhadap barang dagangan. Seringkali
ditunjuk untuk melaksanakan pemungutan, dikarenakan mereka tidak digaji
oleh kerajaan. Sebagai timbal balik dari kerajaan terhadap rakyatnya berupa
pelayanan keamanan dan jaminan ketertiban.
Sejak dikenalnya pajak oleh masyarakat Indonesia, sistem perpajakan
Indonesia mengalami perubahan berdasarkan UU No. 7 Tahun 1983, yaitu
mengenai sistem pajak Indonesia menggunakan self assessment system.
Artinya, wajib pajak diminta memenuhi kewajiban pajak dengan cara
menghitung, mencatat, melaporkan, dan menyetorkan sendiri jumlah pajak
yang terutang. Pemahaman yang mendalam terhadap sistem self assessment
dalam pelaksanaan administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan
dengan mudah, tertib, efektif, efisien, dan terkendali sehingga diharapkan
akan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Melalui pendidikan diharapkan dapat mendorong individu ke arah yang
positif dan mampu menghasilkan pola pikir yang positif yang selanjutnya
akan dapat memberikan pengaruh positif sebagai pendorong untuk
melaksanakan kewajiban membayar pajak.
Seseorang yang mempunyai penghasilan yang tinggi diharapkan
mempunyai pola pikir positif dan sadar akan kewajibannya untuk
menyisihkan kekayaannya untuk pembangunan negara. Kualitas pelayanan
yang diberikan pada wajib pajak akan dapat mendorong kesadaran membayar
dan mau melunasi kewajibannya untuk melunasi utang pajaknya dengan baik
dan benar.
Jika kita bertanya kepada beberapa Wajib Pajak mengenai sikap
mereka mengenai kepatuhan dalam mengisi, melaporkan, dan membayar
pajak berbagai respon yang diberikan, diantaranya menyatakan sikap malas
dalam melaksanakan kewajiban tersebut. Sehingga muncul sebuah pertanyaan
mengapa seorang individu melakukan penghindaran bahkan terkesan menolak
untuk membayar pajak? Permasalahan mengenai mengapa individu menolak
membayar pajak telah menjadi pertanyaan yang mengemuka dalam lingkup
Kepatuhan Pajak sejak dahulu.
Masih berkaitan dengan pertanyaan mengapa seorang individu
melakukan penghindaran bahkan terkesan menolak untuk membayar pajak.
Pertanyaan inilah yang memacu untuk mengungkap apakah individu ada yang
melakukan penghindaran tersebut. Berkaitan dengan studi kasus dalam
penelitian ini yakni memilih Universitas Sanata Dharma karena berkaitan
dengan motto dari Universitas Sanata Dharma itu sendiri, yaitu Memadukan
keunggulan akademik dan nilai-nilai kemanusiaan, disingkat: CERDAS dan
HUMANIS.
Mengenai kepatuhan wajib pajak orang pribadi khususnya dalam
melaporkan, menghitung dan membayar sejumlah kewajibannya atas
beberapa hak yang sudah diterima oleh wajib pajak itu sendiri. Hal ini akan
yang diperoleh dari hasil “bekerja”. Namun muncul kembali fakta yang
ditemukan yakni mengenai tata cara pembayaran dalam pajak, Universitas
Sanata Dharma sudah memotong sejumlah penghasilan yang bersumber dari
pekerjaan yang terkait dengan Universitas sendiri, namun yang jadi masalah
akan hal ini apakah wajib pajak (dalam kasus ini adalah Dosen Sanata
Dharma) melaporkan adanya penghasilan dari pekerjaan lain (untuk Dosen
yang memiliki pekerjaan lain).
B. Batasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada variabel kepatuhan
wajib pajak khususnya orang pribadi dalam melakukan pengisian Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang melatarbelakangi masalah tersebut,
selanjutnya dapat dirumuskan masalah yang berfungsi sebagai indikasi dan
sasaran yang akan dicapai dalam penelitian, yaitu : Seberapa patuh Dosen
Universitas Sanata Dharma dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT)
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pengisian Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan khususnya Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tentang kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pada Dosen Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta adalah :
1. Bagi Wajib Pajak
Dapat memberikan suatu informasi dan pengetahuan mengenai pajak
dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Bermanfaat untuk bahan kajian pembelajaran dan studi kasus dalam
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Arti Pajak
Berbicara mengenai persoalan pajak tentunya membuat pemikiran kita
mengalir pada permasalahan mengenai uang atau sebagaian hasil rakyat, yang
sudah seharusnya dibayarkan ke negara guna memenuhi segala macam hal
yang berkaitan dengan kehidupan kenegaraan. Masalah ini tentunya sudah
terjadi sejak Indonesia belum menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia,
namun pada masa itu dikenal dengan istilah upeti.
Pajak adalah harta kekayaan rakyat atau swasta berdasarkan
undang-undang yang wajib diberikan oleh rakyat kepada negara tanpa mendapat
kontra prestasi yang diterima rakyat secara individual dan langsung dari
Negara, serta bukan merupakan penalti yang berfungsi sebagai dana untuk
penyelenggaraan negara, dan sisanya, jika ada, digunakan untuk
pembangunan, serta berfungsi sebagai instrument untuk mengatur kehidupan
sosial ekonomi masyarakat. Pajak adalah bantuan, baik secara langsung
maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari
barang untuk menutupi belanja pemerintah (R. Santoso Brotodihardjo: 2003).
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapatkan
imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan (Moh.
Zain:2005)
Prof. Dr. P.J. A. Andriani merumuskan bahwa pajak adalah iuran
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan (R. Santoso Brotodihardjo:2003)
B. Arti Kepatuhan Wajib Pajak
Berbicara mengenai soal kepatuhan, tentunya dihadapkan pada dua
pilihan yaitu antara patuh dan tidak patuh. Kepatuhan ini berkaitan dengan
pelaksanakan pemungutan pajak, memerlukan sistem yang telah disetujui
masyarakat melalui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan
menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pelaksanaan perpajakan bagi fiskus maupun wajib pajak. Sistem pemungutan
pajak yang berlaku di Indonesia menuntut wajib pajak untuk turut aktif dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya. Sistem pemungutan yang berlaku
adalah self assesment system, yang di mana segala pemenuhan wajib pajak
yang di mana fiskus atau petugas pajak hanya melakukan pengawasan melalui
Selain dikaitan dengan pelaksanaan pemungutan pajak yang
memerlukan sistem juga harus dikaitkan dengan kondisi perpajakan yang
menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan
perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Yaitu
kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan
kebenarannya. Karena sebagaian besar pekerjaan dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan itu dilakukan oleh wajib pajak (dilakukan sendiri atau
dibantu tenaga ahli misalnya praktisi perpajakan profesional/ tax agent),
bukan fiskus selaku pemungut pajak. Sehingga kepatuhan diperlukan dalam
self assesment system, dengan tujuan pada penerimaan pajak yang optimal.
Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of
compliance) merupakan tulang punggung sistem self assesment , di mana
wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan
kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya
tersebut.
Wajib pajak patuh, adalah wajib pajak yang sadar, paham hak dan
kewajiban perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak, yaitu melaksanakan
kewajiban perpajakan dengan benar dan paham akan hak perpajakannya
(Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu:2006)
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1995: 1013), istilah
kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam
merupakan ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan ketentuan
perpajakan. Jadi, wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan
memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kepatuhan wajib pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak (Moh.
Zain: 2004) sebagai “suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan
kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana wajib pajak paham
atau berusaha memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan; mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas; menghitung
jumlah pajak yang terutang dengan benar; membayar pajak yang terutang
tepat pada waktunya.
Safri Nurmantu mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannnya. Ada dua
macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan
formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi kewajiban secara
formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan.
Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana wajib pajak
secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material
perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Kepatuhan
Menurut Chaizi Nasucha, kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan
dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri; kepatuhan untuk
menyetorkan kembali surat pemberitahuan; kepatuhan dalam perhitungan dan
pembayaran pajak terutang; dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.
Erard dan Feinstin menggunakan teori psikologi dalam kepatuhan
wajib pajak, yaitu rasa bersalah dan rasa malu, persepsi wajib pajak atas
kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh
kepuasaan terhadap pelayanan pemerintah (Chaizi Nasucha)
Kemudian merujuk pada kriteria wajib pajak patuh menurut
Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000, bahwa kriteria
kepatuhan wajib pajak adalah tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk
semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir; tidak mempunyai tunggakan
pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak; tidak pernah dijatuhi hukuman
karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu
sepuluh tahun terakhir; dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan
pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan
pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing
jenis pajak yang terutang paling banyak 5%; wajib pajak yang laporan
keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian
C. Pentingnya Kepatuhan Perpajakan
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh
dunia, baik negara maju maupun di negara berkembang. Karena jika, wajib
pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan
tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan, dan pelalaian pajak.
Yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak
negara akan berkurang.
Menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu dalam bukunya
Perpajakan tahun 2006 ada beberapa faktor yaitu kondisi sistem administrasi
perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum
perpajakan, pemeriksaan perpajakan, dan tarif pajak.
Kesadaran dan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tidak
hanya tergantung kepada masalah-masalah teknis saja yang menyangkut
metode pemungutan, tarif pajak, teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan
sanksi sebagai perwujudan pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dan pelayanan kepada wajib pajak selaku pihak
pemberi dana bagi Negara dalam hal membayar pajak. Di samping itu juga
tergantung pada kemauan wajib pajak juga, sampai sejauh mana wajib pajak
tersebut akan mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada sebagian besar rakyat di seluruh negara tidak akan pernah
menikmati kewajibannya membayar pajak sehingga memenuhinya tidak ada
ikut bertanggung jawab membiayai pemerintahan suatu negara. Tidak banyak
yang merasa bangga sudah membayar pajak dan ikut berpartisipasi dalam
pembiayaan negara.
Membayar pajak bukanlah tindakan yang mudah dan sederhana, tetapi
di dalam pelaksanaannya penuh dengan hal yang bersifat emosional. Karena
pada dasarnya tidak seorang pun yang menikmati kegiatan membayar pajak
seperti menikmati kegiatan berbelanja. Di samping itu, potensi bertahan untuk
tidak membayar pajak sudah menjadi taxpayers behavior.
D. Bagaimana Tingkat Kepatuhan Pajak di Indonesia
Menurut Simon James yang dikutip oleh Gunadi (2005), pengertian
kepatuhan pajak adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi
kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu
diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, atau pun ancaman
dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
Dalam Practice Note tentang Compliance Measurement yang
diterbitkan oleh OECD (2001), kepatuhan dibagi menjadi dua kategori, yaitu
kepatuhan administratif dan kepatuhan teknis. Kepatuhan administratif
mencakup kepatuhan pelaporan dan kepatuhan prosedural. Sedangkan
kepatuhan teknis mencakup kepatuhan dalam perhitungan jumlah pajak yang
Menurut Nurmantu (2003), terdapat dua macam kepatuhan yaitu
kepatuhan formal dan kepatuhan material.
1. Kepatuhan Formal
Kepatuhan pajak merupakan persoalan rumit yang sejak dulu ada
diperpajakan. Di Indonesia sendiri, rasio kepatuhan Wajib Pajak yang
menjadi indikator kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan
pemenuhan kewajiban perpajakannya dari tahun ke tahun masih
menunjukkan presentase yang tidak mengalami peningkatan secara
berarti. Hal ini didasarkan jika melihat perbandingan jumlah Wajib Pajak
yang memenuhi syarat patuh di Indonesia sedikit sekali jika
dibandingkann dengan jumlah total Wajib Pajak terdaftar, pada data
terakhir dari Direktorat Jendral Pajak mengenai penyampaian SPT
Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2007 jumlah Wajib Pajak
efektif sebanyak 2.267.965 dibandingkan dengan jumlah SPT yang masuk
sebanyak 765.665 maka angka rasionya SPT masuk hanya berkisar
33,36%. Di Indonesia, kepatuhan formal ditunjukkan dengan ketepatan
waktu responden dalam melaksanakan kewajibannya.
Menurut Undang Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang dapat diidentifikasi sebagai
kewajiban Wajib Pajak dalam Perpajakan adalah hal-hal berikut di mana
Tabel 2. 1
Indikator Kepatuhan formal
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP
No Pasal Perihal Ketentuan Pajak
1.
2.
3.
2 ayat (1)
2 ayat (2)
3 ayat (1)
Pendaftaran dan Pengukuhan Pendaftaran dan Pengukuhan Kewajiban Penyampaian SPT
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subyektif dan obyektif sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan
diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib
Pajak dan kepadanya diberikan Nomor
Pokok Wajib Pajak.
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha
yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
dan perubahannya, wajib melaporkan
usahanya pada kantor Direktorat Jendral
Pajak yang wilayahnya kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan
Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha
dilakukan untuk dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak.
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka arab,
4.
5.
3 ayat (3)
9 ayat (1)
Batas Waktu
Penyampaian SPT Pembayaran dan Penyetoran Pajak
menandatangani serta menyampaikan ke
kantor Direktorat Jendral Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan
atau tempat lain yang ditetapkan oleh
Direktorat Jendral Pajak.
Batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan adalah :
a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa,
paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah akhir Masa Pajak,
b. Untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak OP, paling lama 3 (tiga)
bulan setelah akhir Tahun Pajak,
atau
c. Untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan, paling lama 4
(empat) bulan setelah akhir Tahun
Pajak.
Menteri Keuangan menentukan tanggal
jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
pajak yang terutang untuk suatu saat atau
Masa Pajak bagi msing-masing jenis
pajak, paling lama 15 (lima belas) hari
setelah saat terutangnya pajak atau
2. Kepatuhan Material
Jika kepatuhan formal terbatas pada pemenuhan Wajib Pajak
secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan,
maka kepatuhan material lebih dalam cakupannya yaitu pemenuhan secara
substantif isi dan jiwa ketentuan perpajakan. Kepatuhan material adalah
suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif (hakikat) memenuhi
semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa
undang-undang perpajakan (Widi Widodo, 2010:69).
Berdasarkan kedua definisi kepatuhan, dapat disimpulkan bahwa
kepatuhan administratif adalah kepatuhan formal, yakni kepatuhan yang
terkait dengan ketentuan umum dan tatacara perpajakan, sedangkan
kepatuhan teknis adalah kepatuhan material, yakni kepatuhan yang terkait
dengan kebenaran pengisian SPT dalam menentukan jumlah pajak yang
harus dibayar.
E. Arti Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak
tertentu. Kewajiban dari wajib pajak yang utama adalah membayar pajak
menyetorkan pajak orang lain dan kemudian menyetorkannya kepada negara
melalui bank atau kantor pos.
F. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
1. Pengertian SPT (Pasal 1 UU NOMOR 28 Tahun 2007)
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib
Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak,
objek pajak, dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban,
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat Pemberitahunan terdiri dari :
a. Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) yaitu Surat Pemberitahuan
untuk suatu Masa Pajak.
b. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) yaitu Surat
Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak.
2. Fungsi SPT
a. Bagi Wajib Pajak PPh
1) Sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang.
2) Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang
atau pemungutan pajak lain dalam satu tahun pajak atau bagian
tahun pajak.
3) Untuk melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut
tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau
badan lain dalam satu masa.
b. Bagi Pengusaha Kena Pajak
1) Sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan PPn
BM yang sebenarnya terutang.
2) Untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap
Pajak Keluaran.
3) Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang
telah dilaksanakan olek PKP dan atau melalui pihak dalam satu
Masa Pajak.
c. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak
Untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
3. Pengambilan dan Penyampaian SPT
a. Pengambilan SPT
Surat Pemberitahuan (SPT) dapat diambil di :
1) Kantor Pelayanan Pajak
3) Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
4) Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak
5) Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak
6) Melalui sistem computer dengan alamat situs internet atau
Homepage Direktorat Jendral Pajak, yaitu
http://www.pajak.go.id atau mencetak/ menggandakan/
fotocopi sendiri dengan bentuk dan isi yang sama dengan
aslinya.
b. Penyampaian SPT
SPT disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar. Penyampaian SPT bisa langsung atau melalui Kantor
Pos dengan Pos tercatat. Tanda bukti dari Kantor Pos dianggap sebagai
tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT, sepanjang SPT tersebut telah
lengkap.
Penyampaian SPT selain melalui Kantor Pos dapat dilakukan
dengan melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk
oleh Direktorat Jendral Pajak. Perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Berbentuk badan
2) Memiliki izin usaha jasa atau jasa kurir
4) Bersedia menandatangani perjanjian dengan Direktorat
Jendral Pajak
4. Hal-hal yang berhubungan dengan SPT
Ada beberapa hal yang berhubungan dengan Surat Pemberitahuan (SPT),
antara lain :
a. Setiap Wajib Pajak harus mengambil sendiri SPT ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau tempat lain ditentukan oleh Direktorat
Jendral Pajak seperti yang tertera pada pengambilan SPT.
b. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, jelas,
lengkap sesuai dengan petunjuk yang diberikan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku, kemudian menandatangani dan menyampaikan ke Kantor
Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat
Jendral Pajak.
c. Untuk Wajib Pajak Badan. Surat Pemberitahuan harus ditandatangi
oleh pengurus atau direksi.
d. Apabila Surat Pemberitahuan yang mengisi dab menandatangani
orang lain bukan Wajib Pajak, harus melampirkan surat kuasa
khusus.
e. Surat Pemberitahuan Wajib dilengkapi dengan lampiran yang
termasuk neraca dan perhitungan rugi laba (bagi Wajib Pajak yang
wajib melakukan pembukuan).
f. Setelah Surat Pemberitahuan tersebut telah diisi lengkap beserta
lampiran-lampirannya, diserahkan kembali ke Kantor Pelayanan
Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan dengan tanda bukti
penerimaan. Jika SPT disampaikan tidak lengkap, dianggap SPT
tidak disampaikan.
g. Kalau dikirim melalui Pos, harus tercatat dan bukti tercatat
tersebut adalah bukti penerimaan.
h. Angsuran PPh Pasal 25 nihil, tetap wajib menyampaikan SPT
Masa PPh Pasal 25.
5. Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)
a. Tempat Pemasukan SPT (Pasal 3 UU Nomor 28 Tahun 2007)
Surat Pemberitahuan disampaikan ke Kantor Direktorat Jendral
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau disampaikan
melalui Kantor Pos secara tercatat, dan tanda bukti serta tanggal
pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT.
b. Batas Waktu Penyampaian SPT (Pasal 3 UU Nomor 28 Tahun 2007)
1) Untuk SPT Masa
a) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (Formulir 1771 dan
1721), yang menyampaikan Wajib Pajak, disampaikan
paling lambat empat bulan setelah akhir tahun pajak.
b) SPT Tahunan PPh Perseorangan (Formulir 1770 dan 1721),
yang menyampaikan Wajib Pajak, disampaikan paling
lambat tiga bulan setelah akhir tahun pajak.
3) Apabila batas waktu akhir pelaporan jatuh pada hari Minggu
atau Libur Nasional, maka batas akhir pelaporan dimajukan
sehari sebelumnya.
c. Sanksi berkenaan dengan SPT (Pasal 3 UU Nomor 28 Tahun 2007)
G. Sejarah Pajak Penghasilan
Pajak sudah dikenal oleh masyarakat sejak zaman kerajaan-kerajaan di
Indonesia seperti Mataram, Kediri, Majapahit, dan Pajang, dalam bentuk
pajak tanah dan pajak tidak langsung terhadap barang dagangan. Seringkali
pajak yang dikenakan dipungut seraca berlebihan oleh pejabat kerajaan yang
ditunjuk untuk melakukan pemungutan, dikarenakan mereka tidak digaji oleh
kerajaan.
Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di Indonesia dimulai dengan
adanya tenement tax (huistaks) pada tahun 1816, yakni sejenis pajak yang
dikenakan sebagai sewa terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai
Sebelum tahun 1920 sistem pajak yang diberlakukan di Indonesia
dibedakan atas orang pribumi, orang asing Asia, dan orang Eropa. Yaitu tax
patent duty yang merupakan pajak pendapatan bagi orang Eropa, dan business
tax untuk Pajak Penghasilan bagi orang Indonesia.
Pada tanggal 31 Desember 1983 Undang-Undang No.7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang disahkan, dan berlaku pada tanggal 1
Januari 1984. Kemudian dilakukan perubahan atas Undang-Undang No.7
Tahun 1983, yaitu dengan disahkannya No.7 Tahun 1991 tentang Pajak
Penghasilan. Tahun 1994 telah lahir pula Undang-Undang No.10 Tahun 1994
tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang PPh
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1991. Terakhir
diubah lagi dengan Undang-Undang No.17 Tahun 2000 yang mulai berlaku
tanggal 1 Januari 2001.
Sejalan perkembangan dunia usaha dan perekonomian dunia
internasional, pemerintah sekali lagi melakukan reformasi pajak atas
Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang PPh dengan mengesahkan Undang-Undang-Undang-Undang
No.36 Tahun 2008 tentang PPh yang merupakan perubahan ketiga atas
Undang No.7 Tahun 1983 tentang PPh. Sebelum terbitnya
Undang No.36 Tahun 2008, telah pula dilakukan perubahan terhadap
Undang No.16 Tahun 2000 yang merupakan perubahan ketiga atas
Perpajakan, yaitu dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Dikutip dari jurnal ekonomi pembangunan vol. 10, no.1, juni 2009,
hal. 125-137 dalam tulisan ini yang dimaksud dengan pajak penghasilan
adalah pajak penghasilan perorangan atau rumah tangga, pajak upah dan gaji,
BAB III
METODE PENELITIAN
F. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif yang dilakukan bagi variabel yang bersifat kuantitatif. Analisis ini
digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai variabel yang akan diteliti
dari hasil kuesioner. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif maka dapat diperoleh deskripsi mengenai gambaran
mengenai kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pengisian surat
pemberitahuan (SPT) tahunan.
G. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, Jalan Affandi, Mrican, Trompol Pos 29 Yogyakarta 55002.
2. Waktu Penelitian
Penelitian diadakan selama bulan Maret 2012.
H. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Dosen
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam
pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan untuk tahun pajak 2011.
I. Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh Dosen
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sejumlah 345 Dosen.
J. Operasionalisasi Variabel
Tingkat kepatuhan wajib pajak khususnya orang pribadi menunjukkan
seberapa besar keterkaitannya dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan. Hubungan ini dapat diukur dengan melihat dua hal. Pertama, dengan
melihat kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi khusunya Dosen Universitas
Sanata Dharma dalam melaporkan dan menghitung sejumlah penghasilannya.
Ketika Wajib Pajak Orang Pribadi dengan kepatuhannya dalam melaporkan
sejumlah penghasilanya, kemungkinan ada pengaruh terhadap pengetahuan
Memadukan Nilai Akademik dan Nilai Humanistik. Kesamaan antara
kepatuhan wajib pajak dengan nilai humanistik sangatlah jelas bahwa
keduanya berasal dari hati nurani seseorang.
K. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner
Teknik kuesioner sering disebut teknik angket. Digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari responden dan teknik ini merupakan alat
utama untuk melaksanakan penelitian survei. Dalam teknik ini pertanyaan
diajukan secara tertulis dan disebarkan kepada responden untuk dijawab
L. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
penelitian kuantitatif. Pada analisis data secara kuantitatif, tujuan penelitian
menguji teori dan menegakan fakta-fakta. Ada pun pola dalam penelitian
kuantitatif yaitu ada masalah, berteori, dan ke lapangan mencari dan
mengumpulkan data. Mengenai objek yang diteliti perilaku manusia, proses
kerja dan fenomena alam, yang dalam kasus ini objek yang diteliti mengenai
perilaku manusia dan proses kerja yaitu kepatuhan wajib pajak orang pribadi
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Universitas Sanata Dharma
1. PTPG Sanata Dharma (1955-1958)
Ide untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) oleh
Prof. Moh. Yamin, S.H. (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
RI) pada tahun 1950-an disambut baik oleh para imam Katolik, terutama Ordo
Societas Jesus (Serikat Yesus yang lazim disingkat S.J.). Waktu itu Ordo ini
telah membuka kursus-kursus B1, antara lain B1 Mendidik (Yayasan De
Britto) di Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa
Inggris (Yayasan Loyola) di Semarang yang dikelola oleh Pater W.J. Van der
Meulen, S.J. dan Pater H. Bastiaanse, S.J. Dengan dukungan dari
Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya Pater Kester yang waktu itu
menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus menggabungkan
kursus-kursus ini menjadi sebuah perguruan tinggi dan lahirlah PTPG Sanata Dharma
pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah pada tanggal
17 Desember 1955.
Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 jurusan, yaitu
Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para pembesar misi Serikat
Yesus menunjuk Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG
Sanata Dharma dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan. Nama “Sanata
Dharma” diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu itu menjadi
pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Kantor Wali
Gereja Indonesia. “Sanata Dharma” sebenarnya dibaca “Sanyata Dharma”
yang artinya “kebaktian yang sebenarnya” atau “pelayanan yang nyata”.
Kebaktian dan pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan gereja (Pro Patria
et Eclessia).
2. FKIP Sanata Dharma (1958-1965)
Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini
Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tentang perubahan
PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958
berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma
dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta.
Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil memperoleh status “disamakan”
dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.1/1961 pada tanggal 6 Mei
1961 jo No.77/1962 tanggal 11 Juli 1962. Walaupun bagian dari Universitas
Katolik Indonesia, secara de facto FKIP Sanata Dharma berdiri sendiri.
3. IKIP Sanata Dharma (1965-1993)
Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universita
Katolik Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKIP Sanata
Dharma sebagai sebuah institusi pendidikan, FKIP Sanata Dharma berubah
menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP
Selain melaksanakan Program S1 (sebelumnya Sarjana Muda dan Sarjana),
IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program
Diploma I, II, dan III untuk jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada
tahun 1990 dan selanjutnya dibuka program Diploma II PGSD (Pendidikan
Guru Sekolah Dasar).
4. Universitas Sanata Dharma (1993 sampai sekarang)
Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat serta kemajuan zaman, tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK
Mendikbud No.46/D/O/1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi
Universitas Sanata Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan
perkembangan ini, USD diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan
guru sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Setelah berkembang menjadi universitas, Sanata Dharma
terdorong untuk memperluas muatan program pendidikannya. Di samping
tetap mempertahankan pendidikan guru dengan tetap membuka FKIP
(Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan), Sanata Dharma membuka beberapa
fakultas baru. Universitas Sanata Dharma sekarang memiliki 8 Fakultas
dengan 25 Program Studi, 3 Program Pasca Sarjana, 1 Program Profesi, dan 3
Program Khusus Bersertifikat. Sekarang ini banyak hal berkembang di
Universitas Sanata Dharma. Perkembangannya meliputi berbagai aspek, baik
administrasi (sistem informasi, manajemen, biro/lembaga/pusat/serta unit
pendukung), peningkatan mutu akademik, penelitian, pengajaran, serta
pengabdian pada masyarakat.
5. Nama-nama yang pernah menjabat Rektor Universitas Sanata Dharma:
a. Prof. Dr. N. Drijarkara, S.J. (1955-1967)
b. Drs. J. Drost, S.J. (1968-1976)
c. Prof. Dr. A.M. Kadarman, S.J. (1977-1984)
d. Drs. F.X. Danuwinata, S.J. (1984-1988)
e. Drs. A. Tutoyo, M.Sc. (1988-1993)
f. Dr. M. Sastrapratedja, S.J. (1993-2001)
g. Dr. Paulus Suparno, S.J., MST (2001-2006)
h. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., M.Sc. (2006-sekarang)
B. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma
1. Visi
Universitas Sanata Dharma (USD) didirikan oleh Serikat Yesus
Provinsi Indonesia bersama dengan rekan imam dan awam Katolik untuk
berpartisipasi dalam usaha melindungi dan meningkatkan martabat manusia
dengan memadukan keunggulan akademik dan nilai kemanusiaan.
a. Universitas Sanata Dharma terdorong untuk terus mencari, menemukan,
dan mengungkapkan kebenaran secara obyektif dengan kebebasannya. Hal
Allah yang harus dipelajari, diselidiki, dan direnungkan maknanya serta
dibangun dan dilestarikan demi kesejahteraan umat manusia dan
kemuliaan Allah yang lebih besar.
b. Menyadari peran penting generasi muda dalam mewujudkan masa depan
bangsa Indonesia. Universitas Sanata Dharma merasa terpanggil untuk
memberikan sumbangan positif kepada usaha bersama dalam
pengembangan pikiran, hati, dan kehendak kaum muda, dengan maksud
membangkitkan potensi mereka untuk secara aktif dan kreatif ikut
membangun masyarakat pluralistic yang adil, demokratis, dan sejahtera.
c. Usaha pengembangan itu didasarkan pada nilai kebangsaan dan
kebudayaan nasional seperti terungkap dalam Pancasila dan UUD 1945.
Pada visi kristiani mengenai martabat manusia sebagai ciptaan Allah,
tanggung jawab sosialnya serta tujuannya yang luhur dan pada
spiritualitas Ignatian yang terwujud dalam arah pendidikan Serikat Yesus
seperti “menjadi manusia bagi sesama” (men and women for and with
others), perhatian pribadi (cura personalis), serta semangat keunggulan
(magis) dan dialogis.
2. Misi
a. Mengembangkan sistem pendidikan yang dapat memadukan keunggulan
akademik dan nilai kemanusiaan.
b. Mengembangkan universitas yang dapat menjadi hati nurani kritis
c. Menyelenggarakan penelitian terutama untuk lebih menggali secara kritis
kebenaran manusiawi dan mengembangkan martabat manusia.
d. Mengembangkan kebebasan akademik dan otonomi keilmuan untuk dapat
menemukan kebenaran berdasarkan pada etika keilmuan.
e. Menyelenggarakan pendidikan yang humanis dengan semangat dialogis
yang mengembangkan segi intelektual, moral, emosional, dan spiritual
secara terpadu.
f. Membantu mahasiswa menjadi manusia yang utuh, kritis, dewasa, dan
dapat berguna bagi masyarakat.
g. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sekaligus membantu
mahasiswa untuk mengembangkan kepekaan social terhadap masyarakat.
h. Mempersiapkan tenaga yang professional, baik dalam bidang keilmuan
maupun dalam bidang kependidikan.
3. Tujuan Pendidikan
Pendidikan di USD bertujuan membantu mencerdaskan putra-putri
bangsa dengan memadukan keunggulan akademik dan nilai-nilai humanistic
yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani yang universal dan cita-cita
kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila, sehingga memiliki
kemampuan akademik sesuai dengan bidang studinya dan integritas
C. Struktur Organisasi
Keterangan:
: Garis komando : Garis koordinasi
1. Senat Fakultas merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi di tingkat
fakultas yang memiliki wewenang dalam menjabarkan kebijakan dan
peraturan universitas untuk fakultas.
SENAT FAKULTAS
Unit MKK Fakultas (MKDK)
LPPM DEKAN FKIP
WD I WD II
Pusat Penelitian & Pelayanan Pendidikan (PA) Unit PPL dan
Laboratorium
Micro Teaching
Unit Tata Usaha
2. Dekan FKIP memimpin FKIP dibantu oleh WD I (Wakil Dekan I bidang
akademik) dan WD II (Wakil Dekan II bidang administrasi umum dan bidang
keuangan). Tugas Dekan dan Wakil Dekan (Staf Dekanat) adalah sebagai
berikut:
a. Dekan bertugas memimpin penyelenggaraan pendidikan, pengajaran,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, membina tenaga
kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi, dan bertanggung jawab
kepada Rektor.
b. Wakil Dekan I (WD I) bertugas membantu dekan dalam memimpin
pelaksanaan kegiatan di bidang akademik yang meliputi pengajaran,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
c. Wakil Dekan II (WD II) bertugas membantu Dekan dalam memimpin
pelaksanaan kegiatan di bidang administrasi umum dan keuangan.
d. Tugas yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan di bidang
pendidikan yang bersifat kokurikuler dan ekstrakurikuler serta
kemahasiswaan menjadi tanggung jawab bersama Staf Dekanat,
sedangkan urusan yang berhubungan dengan keuangan kegiatan
kemahasiswaan tingkat fakultas dikelola oleh WD II.
3. Unit MKK Fakultas (MKDK) bertugas mengatur dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan Mata Kuliah Keahlian (MKK) fakultas atau Mata Kuliah
Dasar Keahlian (MKDK) di lingkup fakultas. Unit ini dipimpin oleh WD I
4. Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan (P4) bertugas membantu dan
mengkoordinasikan kegiatan penelitian dan pelayanan pendidikan kepada
masyarakat luar dan membagikan berbagai tugas tersebut kepada dosen-dosen
yang terkait dalam koordinasi dengan dekanat FKIP. P4 dipimpin oleh kepala
P4.
5. Unit tata usaha menyelenggarakan administrasi kegiatan akademik pada
tiap-tiap program studi. Unit tata usaha dalam menjalankan tugasnya berada di
bawah koordinasi Wakil Dekan II. Unit tata usaha FKIP dipimpin oleh
seorang Kepala Tata Usaha (KTU) yang bertanggung jawab langsung kepada
WD II.
6. Unit PPL bertugas mengatur dan mengkoordinasikan penyelenggaraan PPL
mahasiswa dalam lingkup fakultas dan mengelola Laboratorium Micro
Teaching fakultas. Unit PPL fakultas dipimpin oleh seorang ketua unit PPL
yang sekaligus menjadi koordinator Laboratorium Micro Teaching fakultas
dan bertanggung jawab langsung kepada dekan.
7. Ketua Jurusan (kajur) bertugas memimpin jurusan, dibantu oleh sekretaris
jurusan (sekjur).
8. Ketua program studi (kaprodi) bertugas memimpin prodi, dibantu oleh
seorang wakil ketua program studi (wakaprodi). Prodi adalah satuan
pelaksana pendidikan yang bertugas melaksanakan satuan kurikulum untuk
9. Dosen tetap FKIP USD terdiri dari dosen yang diangkat oleh Yayasan Sanata
Dharma dan dosen PNS yang diperbantukan pada USD menjadi pegawai tetap
di lingkup FKIP dengan tugas untuk mengajar, mengadakan penelitian, dan
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Setiap dosen tetap di lingkup
FKIP diindukkan pada suatu prodi sesuai dengan bidang keahlian yang
dimilikinya.
10.Dosen tidak tetap (DTT) FKIP USD adalah tenaga pendidik yang mendapat
surat tugas dari rektor USD dengan tugas untuk mengajar di suatu prodi di
lingkup FKIP USD untuk jangka waktu tertentu.
11.Mahasiswa FKIP USD adalah orang yang terdaftar sebagai peserta didik di
suatu program studi yang diselenggarakan oleh suatu jurusan atau prodi di
lingkup FKIP USD.
[image:53.612.108.530.153.695.2]D. Daftar Jumlah Dosen
Tabel 4.1
Tabel Jumlah Keseluruhan Dosen Tetap dan Tidak Tetap Diklasifikasikan Berdasarkan Setiap Fakultas Tahun 2012
No Fakultas Jumlah Dosen
1 Ekonomi 41
2 Farmasi 29
3 MIPA 2
4 Psikologi 22
5 Sains dan Teknologi 67
6 Sastra 37
7 Teknik 2
8 Teologi 22
10 Program S2 2
11 Pascasarjana 3
Jumlah 340
E. Sejarah Pajak Penghasilan
Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di Indonesia dimulai dengan
adanya tenement tax (huistaks) pada tahun 1816, yakni sejenis pajak yang
dikenakan sebagai sewa terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai
tempat berdirinya rumah atau bangunan.
1. Sebelum tahun 1920
Widi Widodo (2010: 103) sistem pajak yang diberlakukan di Indonesia
dibedakan atas orang pribumi, orang asing Asia, dan orang Eropa. Yaitu tax
patent duty merupakan pajak penghasilan bagi orang Eropa, dan business tax
untuk Pajak Penghasilan bagi orang Indonesia.
Tobias Soebekti dalam Azhar A. Samudera menjelaskan bahwa business tax
tahun 1878 dikenakan untuk pribumi sebesar 2% per tahun dati penghasilan,
dan 4% per tahun dari penghasilan bagi orang asing Asia. Seluruh orang
Imdonesia atau yang dianggap secara hokum menjadi orang Indonesia yang
ikut serta dalam perdagangan kecil-kecilan atau eceran baik untuk dirinya
sendiri maupun untuk pihak lain yang merupakan subjek dari pajak ini.
Dikecualiakan menurut Undang-undang business tax adalah para petani dan
buruh yang bekerja pada tanah pertanian, kepala desa dan pegawai
Tax patent duty yang berlaku di Indonesia adalah pajak yang
dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh dari usaha. Pajak tersebut
dikenakan terhadap pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian,
manufaktur, kerajinan tangan, atau kegiatan industry di Hindia Belanda.
Memiliki tarif proporsional, yakni 2% dari penghasilan. Penghasilan
minimum tidak disebutkan dan biaya pengeluaran dari rumah tangga atau
pengeluaran pribadi tidak termasuk dalam perhitungan yang dikenakan pajak.
Menurut Widi Widodo (2010:104) Pajak penghasilan untuk pertama kali
dipungut di Indonesia berdasarkan Ordonansi Pendapatan 1908 yang
kemudian ordonansi ini diganti dengan Ordonansi Pajak Pendapatan 1920.
2. Tahun 1920
Menurut Mansury (1996) Ordonansi Pajak Pendapatan 1920
merupakan undang-undang pajak yang memberlakukan pengenaan pajak yang
sama tanpa melihat asal usul keturunan dan pada masa itu pula pajak
kekayaan mulai dikenakan.
Pada tahun 1921 Ordonansi PPd 1920 diperbaharui menjadi The
Reseived Ordinance on the Income Tax of 1920. Menurut Ordonansi ini
pengertian penghasilan adalah jumlah keseluruan yang diterima baik dalam
bentuk uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang diperoleh dari
barang-barang bergerak atau tidak bergerak, atau dari kegiatan perdagangan atau
pekerjaan keilmuan atau pekerjaan lain, baik yang dikerjakan sekali-sekali
keuntungan lain yang diperoleh setelah dikurangi ongkos-ongkos
pengeluaran.
Tobias Soebekti dalam bukunya Widi Widodo (2010:104) menjelaskan
mengenai prinsip-prinsip Undang Undang Pajak Pendapatan adalah :
a. Pajak ditetapkan pada perseorangan, Badan, pemegang saham, kerja sama
perdagangan, dan badan hukum lainnya termasuk perusahaan asing yang
berkegiatan di Indonesia.
b. Penilaian pajak tahunan dihitung menurut system fiktif. Penghasilan
secara total yang diperoleh dari berbagai sumber sejak tanggal 1 Januari
setiap tahun digunakan sebagai jumlah penghasilan regular. Peningkatan
atau penurunan pendapatan selama tahun takwin tidak disajikan sebagai
patokan.
c. Penghasilan wanita menikah disatukan dengan penghasilan suaminya,
kecuali dimana pasangan tersebut tinggal secara terpisah atau mengatur
kekayaan terpisah.
Gunawan Wibisono dalam bukunya Widi Widodo (2010:105)
menjelaskan bahwa untuk pertama kalinya pajak atas penghasilan di Indonesia
pada tahun 1878 dengan nama Patentrecht, Ordonansi Pajak Pendapatan 1908
berlaku terhadap golongan penduduk Eropa dan orang-orang yang disamakan
dengan orang Eropa, demikian pula terhadap badan-badan usaha yang
dimilikinya. Sedangkan untuk orang pribumi dan lainnya terkena pajak lebih
Setelah kejadian Perang Dunia I menyebabkan pelaksanaan atas
inifikasi di bidang perpajakan diganti yang hanya berlaku untuk golongan
penduduk tertentu termasuk bagi orang maupun Badan.
Mansury dalam bukunya Widi Widodo mengungkapkan bahwa pada tahun
1925 ditetapkan peraturan perundang-undangan Corporation Tax Ordinance
of 1925 (Ordonansi Pajak Perseroan PPS 1925) yang berlaku hingga tahun
1983.
Berlakunya peraturan perundang-undangan tersebut yang dimana
subjek adalah badan hukum, yaitu PT, CV, atas saham, objeknya adalah laba
bersih. Ordonansi dikeluarkan dengan tujuan guna penanaman modal asing di
Indonesia.
3. Tahun 1932-1983
Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 ini semula bernama Pajak Perang.
Namun sejak 1 Januari 1946 di ubah menjadi Pajak Peralihan. Yang kemudian
dengan Undang Undang No.21 Tahun 1957 nama ordonansi tersebut dengan
resmi menjadi Ordonansi Pajak Pendapatan 1944.
Widi Widodo (2010:106) mengemukakan bentuk asli ordonansi Pajak
Pendapatan disiapkan di Australia oleh pemerintah Hindia Belanda dalam
pelarian, sewaktu Indonesia di duduki Jepang.
Orang Pribadi dan Badan ditetapkan sebagai subjek penghasilan,
sedangkan Objek Pajaknya adalah penghasilan bersih dan tidak jarang
digunakan karena banyaknya persoalan yang tidak tercakup, khususnya yang
menyangkut hal-hal yang tidak diatur dalam Ordonansi Pajak Pendapatan
1944.
4. Tahun 1984
Pada tanggal 31 Desember 1983 Undang-Undang No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang disahkan, dan berlaku tanggal 1 Januari
1984. Kemudian dilakukan perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun
1983, yaitu dengan disahkannya Undang-Undang No.7 1991 tentang Pajak
Penghasilan. Tahun 1984 telah lahir pula Undang-Undang No. 10 Tahun 1994
tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang PPh
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1991.
Terakhir diubah lagi dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 yang mulai
berlaku tanggal 1Januari 2001.
Sejalan perkembangan dunia usaha dan perekonomian dunia
internasional, pemerintah sekali lagi melakukan reformasi pajak atas Undang
Undang No. 7 Tahun 1983 tentang PPh dengan mengesahkan Undang Undang
No. 36 Tahun 2008 tentang PPh yang merupakan perubahan ketiga atas
Undang Undang No. 7 Tahun 1983 tentang PPh. Sebelum terbitnya Undang
Undang No. 36 Tahun 2008, telah pula dilakukan perubahan terhadap Undang
Undang No. 16 tahun 2000 yang merupakan perubahan ketiga atas Undang
Perpajakan, yaitu dengan Undang Undang No. 28 Tahun 2007 tentang
BAB V
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data
Penelitian ini dilakukan pada awal bulan Maret 2012 sampai dengan
akhir bulan Maret 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
melalui penyebaran kuesioner. Subjek penelitian ini adalah dosen tetap dan
dosen tidak tetap Universitas Sanata Dharma. Kuesioner yang dibagikan
kepada Dosen sebagai responden penelitian ini sebanyak 100 kuesioner.
[image:60.612.105.534.275.599.2]Secara lengkap sebaran responden penelitian disajikan pada tabel berikut :
Tabel 5.1
Sebaran Responden Penelitian
No Fakultas Jumlah
Keseluruhan Responden
Jumlah Responden
1 Ekonomi 41 21
2 Keguruan dan Ilmu Pendidikan 125 20
3 Psikologi 35 11
4 Farmasi 40 8
5 Sains dan Teknologi 56 15
6 Sastra 21 10
7 Teologi 22 10
8 Pasca Sarjana 5 5
Jumlah 345 100
Tabel 5.1 menunjukkan penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara
menggelompokkan responden ke dalam beberapa Fakultas, saat ini Sanata
Dharma memiliki 8 Fakultas. Jumlah kuesioner yang dibagikan keseluruh
Fakultas sebanyak 345 kuesioner. Kuesoner yang kembali dan telah terisi
sejumlah