Pikiran
Rakyat
o
Sen;n
1
(!)
3
17
18
19
OJan
OPeb
. Selasa 0 Rabu 0 Kam;s 0 Jumat
4
5
6
7
8
9
10
11
20
21
22
23
24
25
26
8
Mar OApr
OMel
OJun
OJui
0 Ags
o Sabtu 0 M;nggu
12
13
14
15
16
27
28
29
30
31
OSep
OOkt
ONov
ODes
KQmodifikasi Kasus Bank Century
-="-Oleh GUN GUN HERYANTO
S
ATU hal yang layak di-beri catatan akhir dari prosesi Pansus Bank Century sejak Desember hingga awal Maret ini adalah liputan media massa. Setiaphari' ber-bagai media, baik cetak, radio, televisi, maupun media online, intensif membingkai pemberi-taan Bank Century. Kasus Bank Century memang isu seksi, me-menuhi kriteria nilai berita se-kaligus layak menjadi menu utama media karena sarat kon-troversi dan menjadi sorotan publik. Di satu sisi, banyak me-dia telah berupaya menghadir-kan perannya sebagai ruang publik (public sphere) berkai-tan dengan kasus ini. Namun, di sisi lain, banyak juga media yang lekat dengan kepentingan ekonomi-politiknya sehingga kasus Bank Century tak lebih dari sekadar komoditas.Ruang publik Apresiasi yang tinggi sudah sepatutnya kita sampaikan ke-pada para insan pers yang tak henti-hentinya mewartakan se-tiap dinamisasi yang teIjadi di Pansus Bank Century kepada khalayak: Jika dilihat dari per-spektif literasi politik, media massa cukup memberi 1<ontri-busi pada pendidikan politik warga negara.
Lantas, di mana posisi
strate-gis media dalam pemetaan
ka-. ka-.?
sus In1.
.
Pertama, satu perkembangan menarik dalam konteks demo-kratisasi inforlnasi dan politik di Indonesia adalah disep~tinya siaran langsung dan terbuka hampir seluruh rapat pansus. Hal ini memberi keleluasaan ba-gi media untuk melaporkan, menelisik, juga memublikasikan dinainisasi pansus secara cepat, transparan, dan kritis. Media menghadirkan berbagai sepak teIjang anggota pansus, menca-tat track record, konsistensi, serta reliabilitas ucapan dan tin-dakan mereka. Jika seseorang atau sekelompok orang dari sua-tu fraksi ataupun partai politik berkhianat atas sikap kritis me-reka, seperti kerap mereka eks-presikan melalui media, tersedia cukup banyakfile untuk meng-hukum mereka di kemudian ha-ri. Publikasi media yang luas dan intensif ini cukup membata-si ruang gerak politimembata-si dalam berbagai manuver lobi dan ne-gosiasi mereka.
Kedua, bingkai media massa telah turut memberi fokus pada ranah diskursus publik. Pe-nguasaan opini publik, debat, perang urat saraf, dan persuasi di antara.para anggota pansus telah diberi ruang oleh media. Mereka secara langsung dapat berbicara dan menjelaskan
ke-Kliping Humas Unpad 2010
---
--pada publik mengenai aktivitas pemeriksaan guna mengurai benang kusut Bank Century ini.
Begitu pun masyarakat, mu-lai dari pengamat, peneliti, ke" I lompok kepentingan, kelompok
penekan,
.dan
masyarakat
awam telah banyak difasilitasi media untuk mengartikulasi-kan opini mereka masing-ma-sing. Perlahan, tetapi pasti, bingkai isu mengerucut pada empat upaya identifikasi pe-langgaran hukum, yakni dalam proses akuisisi dan merger, fa-silitas pen!1anaan jangka pen-dek, kebijakan dana talangan (bailout), dan aliran dana. Ke-empat isu ini menjadi penting dalam perhatian khalayak kare-na media juga menempatkan-nya sebagai sesuatu yang pen-ting.
Ketiga, media massa juga berperan penting dalam pene-guhan (reinforcement) gerakan sosial-politik yang muncul dari simpul-simpul kekuatan rak-yat. Berbagai pemberitaan kri-tis media telah mentransforma-sikan skandal Bank Century yang mulanya isu elitis menjadi isu publik dan masif. Publik pa-da akhirnya merasakan bahwa kasus Bank Century sebagai ba-gian persoalan rakyat Indone-sia karena turut mencederai idealisasi demokrasi di negeri ini.
publi<. Menurut Jurgen Haber-mas dalam esainya, ''The Struc-tural Transformation of the Pu-blic Sphere", ruang publik me-rupakan wtlayah yang me-mungkinkan kita untuk mem-bentuk opini publik yang relatif bebas. Ini merupakan praktik pertukaran pandangan yang terbuka dan diskusi mengenai masalah-masalah kepentingan umum. Media turut memben-tuk kepekaan publik (sense of public) selaku pemilik mandat. Negara pun tak bisa lagi mem-batasi, apalagi menjadikan me-dia sebagai ideological state apparatus.
Komodifikasi
Selain apresiasi, kritik juga sepatutnya penulis kemukakan alas peran media selama liput-aD Pansus Bank Century. Perta-ma, masih banyak media yang teljebak dalam logika akumula-si keuntungan. Kasus Bank Century diposisikan dalam konteks komodifikasi. Mengacu pada Vincent Mosco dalam "The Political Economy of Communication" (1996), ko-modifikasi itu merupakan pe-manfaatan isi media dilihat da-ri kegunaannya sebagai komo-ditas yang dapat dipasarkan.
Jika kasus Bank Century ha-nya diposisikan sebagai komo-difikasi, tak heran produk me-dia yang menonjol adalah sen-sasi, gosip, dan ulasan yang menonjolkan kontroversi
di--
---bandingkan dengan substansi. Tak ada yang salah jika media untung karena oplah atau pe-ringkat naik selama kasus Bank Century. Yang tidak tepat ada-lah jika realitas simbolis yang dikonstruksi media seputar Bank Century bersifat dangkal dan tak memberikan pendidik-an politik ypendidik-ang memadai.
Kedua, terkait dengan impar-sialitas media. Jika kita perhati-kan seeara saksama, beberapa media massa yang sahamnya dimiliki oleh politisi yang terkait langsung ataupun tidak lang-sung dengan polemik kasus Bank Century cenderung bias. Secara halus pembingkaian be-rita (news framing) dari media tersebut mengarah pada posisi yang kurang objektif. Misalnya, terlihat dari pemilihan nara-sumber berita ataupun gelar wi-eara (talk show), termasuk da-lam narasi teks dan program. yang diproduksi dan didistribu-sikan kepada khalayak.
Bagaimanapun, media massa memiliki peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, seyo-gianya media selalu memiliki komitmen pada upaya literasi politik sehingga publik kian berdaya dalam menyikapi ber-bagai
. .
persoalan di negeri***
mI.