Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Nisa Wangsita (1001411). INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM
BERPACARAN (Studi Kasus Terhadap Wanita Dewasa Awal). Skripsi. Departemen Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung (2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran intimacy wanita korban kekerasan dalam berpacaran. Intimacy adalah bentuk kedekatan dalam hubungan berpacaran yang dibangun dengan kepercayaan, pengertian, penerimaan, dan menghargai pasangan. Penelitian ini dilakukan kepada tiga orang wanita dewasa awal yang berusia 20-30 tahun dan merupakan korban kekerasan dalam berpacaran. Penggalian informasi dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara yang mendalam. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa intimacy yang dibangun oleh ketiga subjek dipengaruhi oleh pola kelekatan (attachment) pada masa anak. Pada masa dewasa awal, ketiga subjek mencari attachment figure dengan membangun intimacy dalam sebuah hubungan berpacaran yang diwarnai tindakan kekerasan. Intimacy yang dibangun oleh ketiga subjek dipengaruhi oleh empat aspek yang mempengaruhi intimacy, yaitu: kepercayaan, pengertian, penerimaan, dan menghargai pasangan untuk mendapatkan attachment figure. Jenis intimacy yang muncul dalam hubungan berpacaran yang dibangun oleh ketiga subjek adalah manipulative intimacy. Selain itu, tindakan kekerasan yang dialami oleh ketiga subjek menyebabkan U mengalami learned helplessness, DSY mengalami hollow forgiveness, dan D mengalami full forgiveness.
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Nisa Wangsita (1001411). INTIMACY OF WOMEN AS A VICTIMS OF DATING
VIOLENCE (A Case Study on Women of Early Adulthood). Paper. Psychology Department, Faculty of Science Education, Indonesia University of Education, Bandung (2015).
This study aimed to examine the intimacy of women as a victim of dating violence. Intimacy is state of having close relationship with someone, usually filled with trust, understanding, acceptance, and appreciating partner. Three women in early adulthood aged from 20 -30 years old who is a victim of dating violence participated in this study. Information was obtained by using qualitative approach and case study method. Data was gathered by using in-depth interview technic. Through the results indicated, that intimacy created by those three subjects was an effect of attachment during childhood development. With that, the impact was seen during early adulthood where those three subjects trying to discover an attachment figure by creating an intimacy in a dating relationship full of violence. To obtain an attachment figure, those three subjects build an intimacy in a dating relationship with involves these four aspects: trust, understanding, acceptance, and appreciating partner. Manipulative intimacy was found in those three subjects dating relationships. Besides that, due to the violence occurred towards those three subjects, U is experiencing learned helplessness, DSY with her hollow forgiveness while D is experiencing full forgiveness.
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Fokus Penelitian ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intimacy Wanita ... 7
1. Definisi intimacy ... 7
2. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Intimacy... 7
3. Jenis-Jenis Intimacy ... 8
4. Intimacy Wanita terhadap Pasangannya ... 11
B. Kekerasan dalam Berpacaran ... 11
1. Definisi Kekerasan dalam Berpacaran ... 11
2. Bentuk-Bentuk Kekerasan dalam Berpacaran ... 11
3. Tanda-Tanada Kekerasan dalam Berpacaran ... 12
4. Siklus Kekerasan dalam Berpacaran ... 13
C. Forgiveness ... 15
1. Definisi Forgiveness ... 15
2. Jenis-Jenis Forgiveness ... 15
3. Tahapan Forgiveness ... 16
D. Attachment ... 17
E. Dewasa Awal ... 18
1. Definisi Dewasa Awal ... 18
2. Karakteristik Dewasa Awal ... 19
F. Intimacy Wanita Korban Kekerasan dalam Berpacaran ... 20
G. Penelitian Terdahulu ... 22
H. Perbedaan dengan penelitian terdahulu ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24
B. Instrumen Penelitian ... 24
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Teknik Pengumpulan Data ... 25
E. Teknik Analisis Data ... 26
F. Uji Keabsahan Data ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Subjek Penelitian ... 28
1. Subjek 1 (MU) ... 28
a. Riwayat Hidup ... 28
b. Riwayat Hubungan Berpacaran ... 29
c. Catatan Lapangan ... 31
2. Subjek 2 (DSY) ... 32
a. Riwayat Hidup ... 32
b. Riwayat Hubungan Berpacaran ... 33
c. Catatan Lapangan ... 35
3. Subjek 3 (AD) ... 35
a. Riwayat Hidup... 35
b. Riwayat Hubungan Berpacaran ... 36
c. Catatan Lapangan ... 37
B. Hasil dan Pembahasan ... 38
1. Gambaran intimacy wanita korban kekerasan dalam berpacaran ... 38
a. Subjek 1 (MU) ... 38
b. Subjek 2 (DSY) ... 65
c. Subjek 3 (AD) ... 103
C. Keterbatasan Peneliti ... 131
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 132
B. Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 134
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 137
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Kekerasan Walker ... 14 Gambar 4.1 Siklus Kekerasan Walker ... 55 Gambar 4.2 Intimacy MU sebagai wanita korban kekerasan
dalam berpacaran ... 65 Gambar 4.3 Intimacy DSY sebagai wanita korban kekerasan
dalam berpacaran ... 103 Gambar 4.4 Intimacy AD sebagai wanita korban kekerasan
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 138
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Subjek 1 (MU) ... 140
Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Wawancara 1 ... 141
Lampiran 4 Verbatim Subjek 1 Wawancara 2 ... 148
Lampiran 5 Verbatim Subjek 1 Wawancara 3 ... 152
Lampiran 6 Verbatim Subjek 1 Wawancara 4 ... 161
Lampiran 7 Verbatim Subjek 1 Wawancara 5 ... 168
Lampiran 8 Verbatim Significant Other Subjek 1 ... 172
Lampiran 9 Display Data Subjek 1 ... 175
Lampiran 10 Lembar Member Check Subjek 1 ... 190
Lampiran 11 Lembar Persetujuan Subjek 2 (DSY) ... 193
Lampiran 12 Verbatim Subjek 2 Wawancara 1 ... 194
Lampiran 13 Verbatim Subjek 2 Wawancara 2 ... 206
Lampiran 14 Verbatim Subjek 2 Wawancara 3 ... 220
Lampiran 15 Verbatim Subjek 2 Wawancara 4 ... 228
Lampiran 16 Verbatim Significant Other Subjek 2 ... 235
Lampiran 17 Display Data Subjek 2 ... 238
Lampiran 18 Lembar Member Check Subjek 2 ... 259
Lampiran 19 Lembar Persetujuan Subjek 3 (AD) ... 261
Lampiran 20 Verbatim Subjek 3 Wawancara 1 ... 262
Lampiran 21 Verbatim Subjek 3 Wawancara 2 ... 269
Lampiran 22 Verbatim Subjek 3 Wawancara 3 ... 276
Lampiran 23 Verbatim Subjek 3 Wawancara 4 ... 285
Lampiran 24 Verbatim Significant Other Subjek 3 ... 289
Lampiran 25 Display Data Subjek 3 ... 291
Lampiran 26 Lembar Member Check Subjek 3 ... 306
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kekerasan dalam berpacaran menjadi sebuah fenomena sosial yang
sangat memprihatinkan. Lundberg & Marmion (2006), menyatakan bahwa
kekerasan dalam berpacaran adalah pola perilaku yang digunakan untuk
mengendalikan pasangan dalam sebuah hubungan yang belum menikah dan
menjadi upaya pembelajaran untuk melakukan tindakan kekerasan dalam
hubungan pernikahan. Terdapat bentuk-bentuk kekerasan dalam berpacaran
yang meliputi kekerasan fisik, psikis, dan seksual.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Komnas Perempuan, setiap
tahunnya daerah Jawa Barat menduduki peringkat ketiga tertinggi di
Indonesia dalam kasus kekerasan terhadap perempuan. Kasus kekerasan
dalam berpacaran yang terjadi di Indonesia menduduki peringkat kedua
tertinggi setelah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Sepanjang
tahun 2011 terdapat 1.405 kasus kekerasan dalam berpacaran dan terdapat
1.085 kasus sepanjang tahun 2012. Sedangkan, sepanjang tahun 2013 kasus
kekerasan dalam berpacaran meningkat jumlahnya menjadi 2.507 kasus dan
menurun menjadi 1.784 kasus sepanjang tahun 2014. Wanita yang menjadi
korban kekerasan dalam berpacaran pada umumnya berusia 13-40 tahun.
Korban kekerasan dalam berpacaran pada usia 25-40 tahun menduduki
peringkat pertama, usia 13-18 tahun menduduki peringkat kedua, sedangkan
usia 19-24 tahun menduduki peringkat ketiga (Komnas Perempuan, 2012;
2013; 2014; 2015).
Salah satu kasus kekerasan dalam berpacaran yang terjadi di Indonesia
dan terpublikasi di media masa adalah kasus yang dialami oleh Ardina Rasti.
Tindakan kekerasan yang dialami Rasti selama satu setengah tahun
berpacaran dengan Eza Gionino, sebanyak dua kali. Eza melakukan tindakan
kekerasan di kediaman Rasti. Pada bulan Juli 2011, Rasti pertama kalinya
mengalami tindakan kekerasan. Pada saat itu, Eza cemburu terhadap seorang
2
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merendahkan Rasti dengan kata-kata kasar tetapi juga melakukan tindakan
kekerasan fisik sehingga Rasti menjalani perawatan di rumah sakit. Tindakan
kekerasan yang kedua, dialami Rasti pada bulan Juni 2012. Pada saat itu,
Rasti tidak mengikuti permintaan Eza untuk tidak melakukan sebuah syuting
sehingga Rasti mengalami penamparan, benturan di kepala, dorongan, dan
direndahkan dengan menggunakan kata-kata kasar (Tribunnews.com, 2013;
detik.com, 2013).
Kecemburuan terhadap sutradara menyebabkan Eza melakukan
kekerasan psikis yang diikuti oleh kekerasan fisik. Hal ini, sejalan dengan
penelitian Murfy et al (dalam Foran et al, 2014) yang menyatakan bahwa
kekerasan fisik dalam sebuah hubungan disebabkan oleh kekerasan psikis
yang sebelumnya telah dialami.
Kecemburuan merupakan salah satu tanda yang selalu diperlihatkan oleh
pelaku kekerasan. Selain itu, pelaku juga memperlihatkan tanda-tanda, seperti
mengatur, memiliki keinginan yang tidak realistis, mengisolasi, menyalahkan
pasangan, “playfull” menggunakan kekerasan seksual, kekerasan verbal,
kepribadian Jeklly and Hyde, melakukan ancaman, dan menggunakan
kekerasan saat berdebat (Lundberg & Marmion, 2006).
Kekerasan dalam berpacaran menjadi sebuah siklus dalam pola interaksi
pasangan. Walker (dalam Krahe, 2005) menjelaskan mengenai siklus
kekerasan yang terjadi dalam pola interaksi pasangan. Siklus kekerasan
tersebut membantu menjelaskan mengapa para korban tetap bertahan dalam
suatu hubungan yang disertai penganiayaan selama siklus tersebut
berlangsung.
Siklus kekerasan dalam berpacaran, diawali dengan membangun
ketegangan dalam hubungan sehingga mengakibatkan terjadinya ledakan
kekerasan. Setelah itu, diikuti oleh periode yang lebih harmonis dimana
pelaku kekerasan memperlihatkan kasih sayang yang dimilikinya sehingga
korban tetap mempertahankan hubungan dan membangun intimacy dengan
pelaku. Menurut Linder (2007), intimacy dalam hubungan berpacaran
dibangun dengan kepercayaan, pengertian, penerimaan, dan menghargai
3
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jenis intimacy yang dibangun oleh pasangan dalam hubungan berpacaran
berbeda-beda. Oleh sebab itu, mungkin setiap pasangan memiliki jenis
intimacy yang berbeda dengan pasangan lain dalam hubungan berpacaran.
Layder (2009), mengungkapkan bahwa jenis intimacy dalam hubungan
berpacaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan berkomunikasi. Wanita
memiliki kemampuan berkomunikasi yang berbeda dengan laki-laki.
Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki seorang wanita dapat
membantu wanita tersebut untuk melakukan pendekatan terhadap
pasangannya dalam hubungan berpacaran. Menurut Erickson (1968), intimacy
adalah proses dalam sebuah hubungan dimana individu menemukan identitas
dan melakukan pendekatan terhadap diri individu lain (dalam Santrock,
2012).
Proses dimana individu menemukan identitasnya terjadi pada masa
dewasa awal. Menurut Erikson, pada masa dewasa awal (young adulthood)
individu mampu membangun sebuah hubungan romantis dan komitmen yang
dipenuhi dengan rasa cinta terhadap individu lain (dalam Friedman dan
Schustack, 2006).
Kriteria usia periode masa dewasa awal (young adulthood) adalah 18-40
tahun (Hurlock, 1991). Pada usia 20-30 tahun, selain berada pada masa
dewasa awal (young adulthood), individu juga berada pada tahap ke VI
perkembangan psikososial intimacy vs isolation. Menurut Boeree (2010),
pada tahap intimacy individu memiliki tugas untuk menjalin intimacy dengan
individu lain dan tidak menjauhkan diri dari lingkungan sosial isolation. Ciri
khas pada tahap intimacy vs isolation, menunjukkan adanya hubungan yang
dipenuhi rasa cinta terhadap individu lain untuk menjalin intimacy seperti
keluarga, kerabat, dan lawan jenis.
Intimacy dengan lawan jenis tidak jarang disertai dengan komitmen
untuk menjalin hubungan berpacaran. Menurut Erickson (1968), komitmen
sebuah hubungan terdapat di dalam intimacy (dalam Santrock, 2012). Dalam
penelitiannya, Marcus et al (2002) menyatakan bahwa intimacy merupakan
inti dari sebuah hubungan. Oleh sebab itu, intimacy dalam hubungan
4
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumter et al
(2013) bahwa masa dewasa awal memiliki tingkat intimacy yang lebih tinggi
daripada masa remaja. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh
Montgomery (2005) juga menjelaskan bahwa pada dewasa awal wanita
memiliki intimacy yang lebih besar daripada laki-laki meskipun wanita
tersebut tidak mengalami cinta pada pandangan pertama dan tidak memiliki
kepercayaan terhadap pasangannya.
Meskipun intimacy memiliki peran yang penting dalam sebuah hubungan
namun kekerasan dalam berpacaran sering terjadi pada jenis intimacy yang
modern. Santore (2008) dalam penelitiannya, menjelaskan bahwa intimacy
yang modern memberikan peluang yang lebih besar untuk melakukan
perubahan gaya dalam menjalin sebuah hubungan sesuai dengan tradisi sosial
yang terdahulu secara umum.
Kekerasan yang terjadi dalam hubungan berpacaran pada masa dewasa
awal dapat menyebabkan perubahan intimacy pasangan dalam hubungan.
Rubin et al (2012) dalam penelitiannya, menjelaskan bahwa intimacy dapat
berubah dari waktu ke waktu dan intimacy dapat terus berkembang pada
sebuah hubungan yang memiliki gairah.
Berdasarkan data yang telah dipaparkan, kasus kekerasan dalam
berpacaran banyak terjadi di Indonesia. Sebagian besar korban dari kasus
kekerasan dalam berpacaran adalah wanita. Sebagai korban kekerasan, wanita
memilih untuk tetap membangun intimacy dengan pasangannya dalam
hubungan berpacaran meskipun hubungan tersebut diwarnai tindak
kekerasan. Selain itu, wanita juga memiliki cara yang berbeda dalam
membangun intimacy dengan pasangannya. Hal tersebut, menjadi hal yang
menarik perhatian peneliti. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai intimacy wanita korban kekerasan dalam
berpacaran.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penelitian ini berfokus
pada gambaran intimacy wanita korban kekerasan dalam berpacaran. Intimacy
5
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dibangun dengan kepercayaan, pengertian, penerimaan, dan menghargai
pasangan. Penelitian mengenai intimacy wanita korban kekerasan dalam
berpacaran akan digambarkan melalui enam jenis intimacy dalam hubungan
berpacaran yang dikemukakan oleh Layder (2009), yaitu: 1) dynamic
intimacy, 2) episodic intimacy, 3) semi-detached intimacy, 4) pretence
intimacy, 5) manipulative intimacy, dan 6) oppressive intimacy.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, individu berkomitmen
untuk menjalin hubungan berpacaran pada masa dewasa awal. Hubungan
berpacaran pada masa dewasa awal dilandasi dengan intimacy karena
intimacy memiliki peran yang sangat penting dalam membangun hubungan
berpacaran. Namun, terkadang dalam membangun intimacy di dalam
hubungan berpacaran terjadi tindak kekerasan.
Rumusan masalah di atas dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana intimacy wanita korban kekerasan dalam berpacaran?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai:
1. Untuk mengetahui gambaran intimacy wanita korban kekerasan dalam
berpacaran.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai
berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
tambahan Psikologi Perkembangan mengenai tahap perkembangan
psikososial intimacy vs isolation. Dimana salah satu tugas dari tahap
perkembangan psikososial tersebut adalah membangun intimacy dalam
6
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Menjadi sumber informasi bagi masyarakat luas terutama wanita dewasa
awal sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya kasus kekerasan dalam berpacaran di masyarakat.
F. Struktur Organisasi Skripsi
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
Pada bab ini, peneliti menjelaskan alasan mengapa intimacy wanita terhadap
pasangannya yang melakukan kekerasan dalam berpacaran dalam diangkat
dalam penelitian ini.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tinjauan teori yang mendasari masalah yang
menjadi objek penelitian. Teori yang dijabarkan dalam bab ini adalah
mengenai pengertian intimacy, kekerasan dalam berpacaran, dan dewasa
awal.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan desain penelitian, instrumen penelitian, lokasi dan
subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan uji
keabsahan data.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian berupa
pemaparan data dengan tabel display data yang bersisikan pokok-pokok hasil
penelitian yang disertai dengan intepretasi. Pembahasan berisi analisis yang
mendalam mengenai gambaran intimacy wanita terhadap pasangannya yang
melakukan kekerasan dalam berpacaran.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan kesimpulan yang disampaikan dalam bentuk
pendapat baru sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan. Saran berisi anjuran yang bersifat
operasional, kebijakan, maupun konseptual yang ditujukan pengguna hasil
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus. Menurut Creswell (2009), penelitian kualitatif merupakan
sarana untuk mengeksplorasi dan memahami masalah sosial atau manusia
secara individu atau kelompok. Proses penelitian melibatkan pertanyaan yang
terus berkembang untuk membuat gambaran secara holistik, menganalisis dan
mengiterpretasi data, serta melaporkan pandangan informan secara rinci pada
situasi kompleks yang terjadi. Studi kasus merupakan salah satu metode dari
pendekatan kualitatif dimana peneliti melakukan pengumpulan data secara
mendalam dari waktu ke waktu dengan melibatkan berbagai sumber
informasi dan melaporkan deskripsi kasus secara rinci pada sistem (kasus)
yang terbatas (Creswell, 2007).
Oleh sebab itu, pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi
kasus dipilih agar peneliti dapat melakukan eksplorasi dan memahami kasus
intimacy wanita korban kekerasan dalam berpacaran secara mendalam.
Sehingga, peneliti dapat membuat gambaran secara holistik mengenai kasus
tersebut.
B. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang disebut
sebagai human instrument. Sebagai human instrument, peneliti berfungsi
untuk menetapkan fokus penelitian, memilih subjek penelitian sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
menganalisis data, menafsirkan dan menyimpulkan data yang diperoleh
selama proses penelitian (Sugiyono, 2013). Dalam proses pengumpulan data,
peneliti sebagai human instrument menggunakan pedoman wawancara yang
dibuat oleh peneliti sendiri dan menggunakan alat perekam untuk membantu
25
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di daerah Bandung karena berdasarkan
informasi yang diperoleh dari Komnas Perempuan, setiap tahunnya daerah
Jawa Barat menduduki peringkat ketiga tertinggi di Indonesia dalam kasus
kekerasan terhadap perempuan (Komnas Perempuan, 2012; 2013). Kasus
kekerasan dalam berpacaran merupakan bagian dari kasus kekerasan terhadap
perempuan dan menduduki peringkat kedua tertinggi di Indonesia. Oleh
sebab itu, daerah Bandung dipilih sebagai lokasi penelitian.
Subjek penelitian dalam penelitian ini ditentukan menggunakan metode
purposive sampling. Purposive sampling adalah pertimbangan yang
dilakukan oleh peneliti untuk memilih subjek penelitian berdasarkan beragam
informasi lapangan yang diperoleh (Sugiyono, 2013). Penelitian ini dilakukan
terhadap tiga orang subjek dengan kriteria sebagai berikut: wanita, korban
kekerasan dalam berpacaran, dan berusia 20-30 tahun. Usia 20-30 tahun
berada pada periode masa dewasa awal dan tahap intimacy, dimana tugas
perkembangan pada tahap intimacy adalah membangun intimacy dengan
pasangan sementara korban harus menerima tindak kekerasan dari
pasangannya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Catatan Kekerasan
Terhadap Perempuan Tahun 2012 Komnas Perempuan, korban kekerasan
dalam berpacaran pada usia 25-40 tahun menduduki peringkat pertama, usia
13-18 tahun menduduki peringkat kedua, sedangkan usia 19-24 tahun
menduduki peringkat ketiga (dalam Komnas Perempuan, 2013). Oleh sebab
itu, kriteria usia 20-30 tahun di pilih sebagai subjek penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam (in-depth interview) dengan jenis semi-terstruktur.
Tujuannya untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya (Sugiyono,
2013). Oleh sebab itu, teknik wawancara mendalam (in-depth interview)
26
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengenai intimacy wanita korban kekerasan dalam berpacaran secara
mendalam.
Dalam proses pengumpulan data, peneliti melakukan beberapa kali
wawancara terhadap subjek penelitian hingga data yang diperoleh peneliti
menjadi jenuh. Wawancara dalam penelitian ini, dilakukan sebanyak lima kali
untuk subjek pertama sementara untuk subjek kedua dan ketiga wawancara
dilakukan sebanyak empat kali.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah melakukan proses pengambilan data.
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis model interaktif Miles
dan Huberman. Model interaktif Miles dan Huberman (1984 dalam Emzir,
2011) ini memiliki tiga tahap, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu bentuk dalam proses analisis yang
mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data
dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan
diverifikasi.
2. Display Data
Display data merupakan suatu kumpulan informasi yang tersusun
sehingga pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan dapat
dilakukan oleh peneliti.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan pada awal penelitian bersifat sementara dan
dapat berubah apabila dalam proses pengambilan data selanjutnya tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat. Namun, apabila kesimpulan pada awal
penelitian didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan dalam proses
pengambilan data selanjutnya bukti-bukti tersebut konsisten, maka
27
Nisa Wangsita, 2015
INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dilakukan setelah peneliti melakukan analisis data.
Teknik yang digunakan adalah triangulasi sumber dan member check.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui sumber lain. Peneliti melakukan pengecekan data yang
telah diperoleh melalui wawancara terhadap teman terdekat subjek yang
direkomendasikan oleh subjek dan mengetahui kasus subjek. Data yang
diperoleh dari sumber lain akan dideskripsikan dan dikategorisasikan untuk
dianalisis oleh peneliti (Sugiyono, 2013).
Peneliti melakukan member check setelah memperoleh kesimpulan dari
analisis data yang telah dilakukan. Member check adalah proses pengecekan
data yang diperoleh peneliti selama proses penelitian kepada sumber data atau
subjek penelitian. Tujuan dari member check untuk mengetahui seberapa jauh
data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh subjek sehingga
informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai