• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Self Regulated Learning Pada Siswa Kelas VIII SMP N 03 Suruh T1 132008013 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Self Regulated Learning Pada Siswa Kelas VIII SMP N 03 Suruh T1 132008013 BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Self-Regulated Learning

Zimmerman dalam Ahmadi mendefinisikan self-regulated learning sebagai

suatu proses dimana seorang siswa mengaktifkan dan mendorong kognisi

(cognition), perilaku (behaviours) dan perasaannya (affect) secara sistematis dan

berorientasi pada pencapaian tujuan belajar. Berdasarkan perspektif sosial

kognitif, siswa yang dapat dikatakan sebagai selfregulated learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral aktif dan turut serta

dalam proses belajar mereka. Siswa tersebut dengan sendirinya memulai usaha

belajar secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang

diinginkan, tanpa bergantung pada guru, orang tua atau orang lain. Self-regulated learning dapat berlangsung apabila peserta didik secara sistematis mengarahkan perilakunya dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada

instruksi-instruksi, tugas-tugas, melakukan proses dan menginterpretasikan pengetahuan,

mengulang-mengulang informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan

dan memelihara keyakinan positifnya tentang kemampuan belajar dan mampu

mengantisipasi hasil belajarnya Schunk, dalam Schunk & Zimmerman (1998).

Susanto (2006) Setiap orang memiliki usaha untuk meregulasi dirinya

sendiri dengan berbagai cara yang berbeda dalam mencapai tujuannya yang

membedakan adalah efektivitas dari regulasi diri tersebut. Regulasi diri dalam

(2)

15 perilaku seperti apa yang dapat diterima oleh orangtua dan lingkungannya,

sehingga peserta didik bisa menetapkan target pencapaian prestasi yang harus

diraihnya. Self-regulated learning yang baik juga membantu dalam mengatur, merencanakan dan mengarahkan dirinya, untuk mencapai tujuan tertentu, dalam

hal ini pencapaian mendorong peserta didik untuk mempunyai motivasi untuk

berprestasi di sekolah. Tentunya didalam mendapatkan prestasi belajar yang

diinginkan peserta didik perlu terlebih dahulu menumbuhkan motivasi di dalam

dirinya agar dapat berprestasi, dengan adanya motivasi ini peserta didik akan

terdorong untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Dengan didukung

pengaturan diri ini, peserta didik akan mampu menunjukkan atau menahan

perilaku tertentu secara tepat sesuai dengan kondisi yang dihadapi dalam usaha

mencapai prestasinya.

Menurut Piaget unsur yang paling penting dalam perkembangan pemikiran

seseorang adalah mekanisme internal yang disebut dengan ekuilibrium. Hal ini

merupakan regulasi-diri, yaitu unsur pengaturan dalam diri seseorang

berhadapan dengan rangsangan atau rangsangan dari luar. Berhadapan dengan

lingkungan luar, seseorang mengalami ketidakseimbangan (Disekuilibrium)

dalam dirinya. Sehingga individu akan berusaha membuat keseimbangan

(Ekuilibrasi) dengan lingkungannya. Ekuilibrasi ini sering juga disebut motivasi

dasar seseorang yang memungkinkannya selalu berusaha memperkembangkan

pemikiran dan pengetahuannya. Untuk mengembangkan pengetahuan individu

maka ia harus mengembangkan regulasi-diri untuk mencapai ekuilibrasi dalam

(3)

16 2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning.

Sel-regulated learning dipengaruhi beberapa factor, diantaranya adalah

self efficacy, motivasi dan tujuan.

a. Self efficacy.

Merupakan penilaian individu terhadap kemampuan nya untuk

melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, atau mengatasi hambatan dalam

belajar (Bandura, 2003). Self efficacy dapat mempengaruhi siswa dalam memilih suatu tugas, usaha, ketekunan, dan prestasi. Siswa yang memiliki self efficacy

yang tinggi akan meningkatkan penggunaan kognitif dan strategi self-regulated learning.

b. Motivasi .

Menurut Cobb (2003), motivasi yang dimiliki siswa secara positif

berhubungan dengan self-regulated learning. Motivasi dibutuhkan siswa untuk

melaksanakan strategi yang akan mempengaruhi proses belajar. Siswa

cenderung akan lebih efisien mengatur waktunya dan efektif dalam belajar

apabila memiliki motivasi belajar. Motivasi yang berasal dari dalam diri

seseorang (intrinsic)cenderung akan lebih memberikan hasil positif dalam proses

belajar dan meraih prestasi yang baik. Motivasi ini akan lebih kuat dan le bih

stabil / menetap bila

dibandingkan dengan motivasi yang berasal dari luar diri (extrinsic).

c. Tujuan (goals).

Menurut Cobb (2003) goal merupakan penetapan tujuan apa yang

(4)

17 memonitor kemajuan mereka dalam belajar. Goal memiliki dua fungsi dalam self-regulated learning yaitu menuntun siswa untuk memonitor dan mengatur

usahanya dalam arah yang spesifik. Selain itu goal juga merupakan kriteria bagi siswa untuk mengevaluasi performansi mereka.

Dalam perspektif sosial kognitif keberadaan strategi self-regulated

learning ditentukan oleh tiga faktor yakni faktor pribadi, perilaku dan lingkungan (Bandura dalam Pintrich & Schunk,2002).

1. Faktor pribadi

Self-regulated learning terjadi pada derajat dimana peserta didik dapat

menggunakan proses personal untuk secara strategis mengatur perilaku dan

lingkungan belajar disekitarnya. Faktor ini meliputi penggunaan strategi

mengatur materi pelajaran (organizing & transforming), membuat rencana dan

tujuan belajar (goal setting & planning), mencatat hal penting (keeping record & monitoring), serta mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing).

2. Faktor perilaku

Menunjuk pada kemampuan peserta didik dalam menggunakan self-evaluation strategy sehingga mendapatkan informasi tentang keakuratan dan

mengecek kelanjutan dari hasil umpan balik. Faktor ini melibatkan strategi

konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences) dan evaluasi

terhadapkemajuan tugas (self-evaluating). 3. Faktor lingkungan

Menunjuk pada sikap proaktif peserta didik untuk menggunakan strategi

(5)

18 kebisingan, penataan cahaya yang tepat, dan pencarian sumber belajar yang

relevan. Faktor ini meliputi strategi mencari informasi (seeking information),

mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), mencari bantuan sosial (seek social assistance), serta meninjau kembali catatan, tugas atau tes sebelumnya dan buku pelajaran (review record).

2.1.2 Komponen Self-Regulated Learning

Menurut Kermarrec dkk (2004) ada tiga komponen teoritis yang

menggambarkan proses self-regulated learning dalam pendidikan, yaitu strategi

belajar (learning strategi), strategi pengelolaan (management strategi),dan pengetahuan tentang belajar atau knowledge of learning.

a. Strategi belajar merupakan strategi utama yang mengindikasikan tentang

cara peserta didik memilih dan memproses informasi yang disajikan

dalam pelajaran.

b. Strategi pengelolaan adalah strategi pendukung yang merepresentasikan

tentang bagaimana peserta didik secara mental mengorganisasi

lingkungan belajar dan memfasilitasi pemrosesan informasi.

c. Adapun pengetahuan tentang belajar berkenaan dengan informasi umum

yang digunakan oleh peserta didik untuk menjelaskan cara-cara strategi

dalam belajar.

Berdasarkan hasil penelitian Kermarrec, dkk. (2004) menyebutkan ada 17

kategori empiris dalam proses regulasi diri. Ke-17 kategori tersebut dipilah

menjadi 6 kategori strategi belajar, 7 strategi pengelolaan, dan 4

(6)

19 efektif digunakan dalam pendidikan adalah : (a) mendengarkan instruksi (b)

berfikirdan menemukan pemahaman; (c) melihat dan meniru; (d)

memvisualisasikan dan membayangkan; (e) memfokuskan perhatian; (f)

mengulang dan melatih. Selanjutnya, 7 kategori empiris dalam strategi

pengelolaan terdiri dari (a)mengelola perhatian; (b) mencari bantuan; (c)

mengelola tugas dan menyesuaikan tingkat kesulitan; (d) mengelola waktu; (e)

mengurangi interaksi teman sebaya; (f) mengelola motivasi; (g) melakukan

evaluasi diri. Adapun ke- 4 kategori yang termasuk dalam pengetahuan

tentang belajar adalah :(a)pengetahuan tentang diri; (b) pengetahuan tentang

strategi (c) pengetahuan tentang situasi; (d) pengetahuan tentang orang lain.

2.1.3 Karakteristik Individu Yang Memiliki Self Regulated Learning

Menurut Zimmermen, dkk dalam Haryu (2004) karakteristik individu

yang memiliki self-regulated learning adalah memiliki kemampuan untuk mempersiapkan aktifitas dan langkah-langkah dalam belajar supaya individu

tersebut dapat secara aktif mengatur aktifitasnya di dalam belajar dapat

mempertimbangkan segala tindakanya, dapat menerima masukan serta

mempunyai motivasi tetap tinggi di dalam belajarnya.

Sedangkan menurut Rochester Institute Of Technology mengemukakan

ciri-ciri individu yang memiliki self-regulated learning memiliki kemandirian dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya serta dapat membuat

perencanaan untuk mengatur penggunaan waktu serta sumber-sumber yang

dimiliki baik yang besumber dari dalam individu tersebut maupun rangsangan

(7)

20 individu juga harus memiliki need for challenge yang berarti pelajar memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap kesulitan yang dihadapinya di

dalam mengerjakan tugas dan mengubahnya menjadi sebuah tantangan yang

lebih menarik untuk dipelajari sehingga mereka dapat menggunakan

sumber-sumber yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya didalam proses

belajar.

Zimmerman dan Martinez-Pons dalam Purdie, dkk, (1996) melakukan

sebuah penelitian dengan metode wawancara yang telah menghasilkan 10

kategori perilaku belajar sebagai strategi self regulated learning sebagai berikut :

a. Evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluating)

Merupakan inisiatif siswa dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas

tugas dan kemajuan pekerjaannya. Peserta didik memutuskan apakah hal-hal

yang telah dipelajari mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dalam hal

ini peserta didik membandingkan informasi yang didapat melalui selfmonitoring

dengan beberapa standar atau tujuan yang dimiliki.

b. Mengatur materi pelajaran (organizing & transforming)

Strategi organizing menandakan perilaku overt dan covert dari peserta

didik untuk mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan

efektivitas proses belajar. Strategi transforming dilakukan dengan mengubah

materi pelajaran menjadi lebih sederhana dan mudah dipelajari.

c. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tujuan umum

(8)

21 bagaimana memanfaatkan waktu dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan

dengan tujuan tersebut. Perencanaan akan membantu peserta didik untuk

menemu-kenali konflik dan krisis yang potensial serta meminimalisir

tugas-tugas yang mendesak. Perencanaan juga memungkinkan peserta didik untuk

fokus pada hal-hal yang penting bagi perolehan kesuksesan jangka panjang.

Untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari perencanaan, maka

perencanaan perlu ditinjau kembali secara rutin.

d. Mencari informasi (seeking information)

Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar

sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas ataupun ketika mempelajari

suatu materi pelajaran. Strategi ini dilakukan dengan menetapkan informasi apa

yang penting dan bagaimana cara mendapatkan informasi tersebut.

e. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

Strategi ini dilakukan dengan mencatat hal-hal penting yang

berhubungan dengan topik yang dipelajari, kemudian menyimpan hasil tes, tugas

maupun catatan yang telah dikerjakan.

f. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

Peserta didik berusaha memilih atau mengatur aspek lingkungan fisik

dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih

baik.

g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences)

Strategi ini dilakukan dengan mengatur atau membayangkan reward atau

(9)

22 h. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

Peserta didik berusaha mempelajari ulang materi pelajaran dan mengingat

bahan bacaan dengan perilaku yang overt dan covert.

i. Mencari bantuan sosial (seek social assistance)

Bila menghadapi masalah dengan tugas yang sedang dikerjakan, peserta

didik dapat meminta bantuan teman sebaya (seek peer asistance), meminta bantuan guru (seek teacher assistance) dengan bertanya kepada guru didalam

maupun luar jam belajar untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan

baik. Peserta didik juga meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance)

yang berada di dalam dan di luar lingkungan belajar bila ada topik yang tak

dimengerti. Orang dewasa yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang lebih

berpengalaman.

j. Meninjau kembali catatan, tugas atau tes sebelumnya dan buku pelajaran

(review record)

Dalam strategi ini peserta didik meninjau kembali catatan pelajaran

sehingga tahu topik apa saja yang akan diuji. Selanjutnya peserta didik meninjau

kembali tugas atau tes sebelumnya (review test/work) yang meliputi soal-soal

ujian terdahulu tentang topik-topik tertentu, juga tugas tugas yang telah

(10)

23 2.2 Pengertian Motivasi Berprestasi

Mc Clelland dalam Wardi (2010) bahwa motivasi berprestasi merupakan

kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah

laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi

digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang

menginginkan prestasi yang baik akan menilai apakah kegiatan yang

dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Motivasi berprestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi

semangat seseorang, yang mendorong seseorang untuk mengembangkan

kreativitas dan menggerakkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya

demi mencapai prestasi kerja yang maksimal (Mc Clelland, 1987). Motivasi

berprestasi merupakan suatu kebutuhan untuk memberikan prestasi yang

mengungguli standar. Menurut McClelland dan Atkinson bahwa motivasi

berprestasi merupakan ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk

mencapai keberhasilan dari pada ketakutan kegagalan. Selanjutnya dinyatakan

McClelland bahwa motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang

dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu

standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai

kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik

akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan.

Motivasi berprestasi adalah orientasi seseorang dalam berusaha sedemikian

(11)

24 kegagalan, dan perasaan bangga ketika mencapai keberhasilan (Gill dalam

Weinberg dan Gould, 1995). Motivasi berprestsi sering disebut juga dengan

isitilah daya saing (competitiveness). Daya saing adalah disposisi berusaha sedemikian rupa untuk memperoleh kepuasan ketika dibandingkan dengan

standar kesempurnaan atau ukuran keunggulan orang lain (Cox, 2002).

Berkaitan dengan penelitian ini, motivasi berprestasi memiliki 9 indikkator,

yaitu:1) memiliki semangat yang tinggi untuk mencapai kesuksesan; 2) memiliki

tanggung jawab; 3) memiliki rasa percaya diri; 4) memilih untuk melakukan

tugas yang menantang; 5) menunjukkan usaha keras dan tekun dalam mencapai

tujuan yang bersifat lebih baik; 6) memupuk keberanian untuk mengambil

resiko; 7) adanya keinginan untuk selalu unggul dari orang lain; 8) kreatif; 9)

selalu menen-tukan tujuan yang realistik (Mc Clelland, dkk. (1976) dan

Abdullah (Azwar, 1999).

Mc Clelland dalam Sukadji dkk (2001) mendefinisikan motivasi

berprestasi sebagai motivasi yang mendorong seseorang untuk mencapai

keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence). Sedangkan menurut Murray dalam Beck (1998), motivasi

berprestasi adalah suatu keinginan atau kecenderungan untuk mengatasi

hambatan, melatih kekuatan, dan untuk berusaha melakukan sesuatu yang sulit

dengan baik dan secepat mungkin. Sementara itu Atkinson dalam Petri (2001)

menyatakan bahwa motivasi berprestasi individu didasarkan atas dua hal, yaitu

tendensi untuk meraih sukses dan tendensi untuk menghindari kegagalan.

(12)

25 untuk meraih sukses yang lebih kuat daripada motivasi untuk menghindari

kegagalan, begitu pula sebaliknya.

Motivasi yang muncul dari dalam diri individu tidak terlepas dari adanya

kebutuhan. Faktor utama yang menyebabkan timbulnya suatu kebutuhan dalam

kehidupan individu adalah untuk mempertahankan hidup dan memelihara

keseimbangan psikis (homeostatis). Adanya kebutuhan tersebut yang akan menimbulkan dorongan atau motif dalam diri individu untuk melakukan

tindakan.

Mc Clelland dalam Sukadji dkk (2001) mendefinisikan motivasi

berprestasi sebagai motivasi yang mendorong seseorang untuk mencapai

keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence). Sedangkan menurut Irwanto dalam Khairi Wardi (2010) motivasi

adalah penggerak perilaku (the energizer of behavior), dan penentu perilaku, dengan kata lain motivasi adalah suatu konstruk teoritis mengenai terjadinya

perilaku.

Sudarsono dalam Khairi Wardi (2010) motivasi adalah tenaga yang

mendorong seseorang berbuat sesuatu keinginan, kecenderungan organisme

untuk melakukan sesuatu sikap atau perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan

dan diarahkan kepada tujuan tertentu yang telah direncanakan

sebelumnya,sifatnya sebagai alat pengontrol terhadap dirinya sendiri.

Komarudin (1994) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi meliputi:

pertama kecenderungan atau upaya untuk berhasil atau mencapai tujuan yang

(13)

26 suatu tugas yang terlihat oleh tanggapnya subyek, keempat motif untuk

mengatasi rintangan atau berupaya berbuat sesuatu dengan cepat dan baik.

Edwards dalam putu (2008) mengartikan motivasi berprestasi sebagai

suatu kebutuhan untuk berbuat lebih baik dari orang lain, yang mendorong

individu untuk menyelesaikan tugas lebih sukses untuk mencapai prestasi yang

lebih tinggi.

Heckhausen dalam Martaniah (1987) menyatakan bahwa seseorang yang

motivasi berprestasinya tinggi mempunyai disposisi penilaian antara lain:

a. Jika motivasi berprestasi lebih kuat, perbedaan antara bayangan diri yang

nyata dan yang ideal akan lebih besar.

b. Orang yang berorientasi sukses akan lebih mengharapkan kemungkinan

sukses, dan yang berorientasi gagal akan lebih mengharapkan kemungkinan

kegagalan dalam mencapai kegagalan.

c. Tingkat aspirasi yang berorientasi sukses biasanya hanya sedang, dan yang

berorientasi gagal biasanya terlalu tinggi atau terlalu rendah.

d. Subjek yang dimotivasi sukses menganggap sukses sebagai akibat faktor yang

mantap seperti kemampuan dan menganggap kegagalan bukan karena faktor

tersebut, tetapi sebagai akibat kurangnya usaha yang momental.

Pengertian kebutuhan untuk berprestasi menurut Mc Clelland dalam Sobur

(2003) adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan

yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan

yang dilaksanakan sebelumnya. Ini disebabkan oleh virus mental. Dari pendapat

(14)

27 mampu mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat sehingga dengan daya

tersebut, ia dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat.

Menurut perspektif kognitif mengenai motivasi, pemikiran siswa

mengarahkan motivasi mereka. Perspektif kognitif juga menekankan pentingnya

penetapan tujuan, perencanaan, dan pemantauan menuju suatu sasaran.

Perspektif kognitif berargumen bahwa tekanan eksternal seharusnya kurang

ditekankan. Perspektif kognitif merekomendasikan bahwa siswa harus diberi

lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengendalikan hasil

prestasi mereka sendiri.

Motivasi Berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses. Sukses

berkaitan dengan perilaku 'produktif dan selalu memperhatikan / menjaga

'kualitas' produknya. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang

merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang

diinginkannya agar meraih kesuksesan. Untuk mencapai kesuksesan tersebut

setiap orang mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda, dan dengan

memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatan-hambatan

tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang dinginkan dapat diraih.

Dengan memiliki motivasi berprestasi maka akan muncul kesadaran bahwa

dorongan untuk selalu mencapai kesuksesan (perilaku produktif dan selalu

memperhatikan kualitas) dapat menjadi sikap dan perilaku permanen pada diri

individu. Motivasi berprestasi akan dapat mendobrak ketahanan individu dalam

(15)

28 Motivasi berprestasi adalah daya dorong yang terdapat dalam diri

seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan /

kegiatan dengan baik dan berhasil dengan predikat unggul (excellent) dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari luar dirinya.

2.2.1 Ciri-Ciri Orang Yang Mempunyai Motivasi Berprestasi

Ada beberapa karakteristik dari individu yang memiliki motivasi

berprestasi yang dijabarkan oleh McClelland (1987), yakni sebagai berikut:

a. Menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan.

Rohwer (dalam Robbins, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha mencoba setiap tugas yang

menantang tetapi mampu untuk diselesaikan, sedangkan orang yang tidak

memiliki motivasi berprestasi tinggi akan enggan melakukannya. Robbins (2001)

menambahkan bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi

menyukai tugas-tugas yang menantang serta berani mengambil resiko yang

diperhitungkan untuk mencapai suatu sasaran yang telah ditentukan. Oleh karena

itu, mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menyukai tugas-tugas

dengan taraf kesulitan sedang yang dianggap realistis sesuai dengan

kemampuannya untuk melakukan tuntutan pekerjaan (McCelland, 1987).

b. Bertanggung jawab secara personal atas performa kerja.

Individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memilih untuk

bertanggung jawab secara personal terhadap performanya. Mereka akan

memperoleh kepuasan setelah melakukan sesuatu yang lebih baik dengan

(16)

29 kecenderungan untuk menyelesaikan pekerjaan sampai tuntas, dan selalu ingat

akan tugas-tugasnya yang belum terselesaikan.

c. Menyukai umpan balik

Umpan balik merupakan aspek penting dalam proses motivasi karena dapat

memberikan informasi kepada karyawan apakah hasil kerjanya telah berhasil

mencapai hasil seperti yang diharapkan. Mereka yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi menganggap umpan balik sebagai hadiah karena mereka ingin

mengetahui seberapa baik mereka mengerjakan tugas tersebut. Individu yang

memiliki motivasi berprestasi yang tinggi mengharapkan umpan balik dan

membandingkan hasil kerjanya dengan hasil kerja orang lain dengan suatu ukuran

keunggulan yaitu perbandingan dengan prestasi orang lain atau standard tertentu.

Individu tersebut senang mendapatkan umpan balik yang tepat, cepat dan jelas

dari apa yang telah mereka kerjakan. Umpan balik menunjukkan seberapa baik

mereka telah bekerja. Mereka selalu mengontrol hasil kerja mereka karena tidak

suka mengambil risiko untuk gagal.

d. Inovatif

Mereka yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi juga selalu berupaya

untuk lebih inovatif, menemukan cara baru yang lebih baik dan efisien untuk

menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka didorong oleh motif efisiensi, dimana

mereka memperhitungkan keefisienan ketika melakukan sesuatu dengan lebih

baik. Mereka senang mencari informasi untuk menemukan cara menyelesaikan

tugas dengan lebih baik dan menghindari cara kerja yang monoton dan rutin.

(17)

30 menantang mulai dari yang mampu mereka lakukan sampai pada sesuatu

kesempatan yang sedikit lebih menantang. Ketika orang yang memiliki kebutuhan

berprestasi meraih kesuksesan pada tugas dengan taraf kesulitan sedang, maka

mereka akan terus meningkatkan level aspirasi mereka dengan cara yang realistis,

sehingga dapat bergerak menuju tugas yang lebih sulit dan lebih menantang.

e. Ketahanan

Mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki ketahanan kerja

yang lebih tinggi dalam mengerjakan tugas dibanding dengan orang dengan

motivasi berprestasi rendah. Individu tersebut umumnya mampu bertahan

terhadap tekanan sosial yang ada. Orang dengan motivasi berprestasi tinggi

percaya bahwa mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat dan baik

serta mampu mengerjakan pekerjaan yang serupa dengan hasil yang lebih baik di

masa yang akan datang.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Menurut Mc Clelland (1953) mengungkapkan bahwa terdapat

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, meliputi:

a. Faktor Individual

Dalam hal ini, faktor individual yang dimaksud terutama adalah factor

intelegensi dan faktor penilaian individu tentang dirinya. Intelegens merupakan

kecakapan yang bersifat potensial yang dimiliki seseorang dan merupakan salah

satu unsur penting dalam proses pemecahan masalah yang dilakukan individu.

Apabila individu mempunyai taraf intelegensi diatas rata-rata maka kemungkinan

(18)

31 di bawah rata-rata maka kemungkinan taraf motivasi berprestasinya rendah. Taraf

kecerdasan (intelegensi) yang dimiliki indviidu juga akan turut menentukan atau

mempengaruhi prestasi yang dicapainya. Faktor lainnya adalah penilaian individu

mengenai dirinya sendiri.

b. Faktor Lingkungan

Maksud dari faktor lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada

diluar diri individu, yang turut mempengaruhi motivasi berprestasinya.

Faktor lingkungan ini dibagi menjadi 3, yaitu :

1) Lingkungan Keluarga

Relasi yang kurang harmonis dalam keluarga dapat menimbulkan

gangguan-gangguan emosional pada anggota keluarga, termasuk anak sebagai anggota

sebuah keluarga. Gangguan emosional seringkali berupa bentuk-bentuk

ketegangan atau konflik yang dirasakan dalam diri individu. Keadaan seperti ini

akan menyebabkan berkurangnya fungsi perhatian individu sehingga daya

konsentrasi dalam menghadapi tugas-tugas yang menuntut kemampuannya

menurun. Akibatnya, sekalipun peserta didik mempunyai tingkat intelegensi

tinggi namun bila ia mengalami gangguan emosional maka motivasi

berprestasinya akan cenderung rendah. Sebaliknya, bila relasi dalam keluarga

berlangsung harmonis dan dapat memberikan rasa aman, maka individu akan

merasa bebas untuk bereksplorasi dan mengekspresikan diri. Individu yang diberi

kesempatan untuk mengekpresikan diri dan ternyata berhasil, maka ia akan

merasa tertantang untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi. Bila mengalami

(19)

32 kegagalan tersebut disebabkan oleh kurangnya usaha dalam mencapai prestasi

yang diinginkan.

2) Lingkungan Sosial

Merupakan lingkungan sekitar tempat individu hidup dan bergaul

sehari-hari. Lingkungan sekitar yang banyak memberikan rangsangan akan membantu

meningkatkan rasa ingin tahu individu sehingga akan mengembangkan dan

meningkatkan motivasi berprestasinya. Disamping itu, lingkungan sekitar yang

memberikan kesempatan pada individu untuk dapat lebih mengekspresikan

kemampuannya, akan membuat individu lebih percaya diri, sehingga meskipun

mengalami kegagalan, ia akan terdorong untuk mengatasinya dan berusaha lebih

baik lagi.

3) Lingkungan Akademik

Lingkungan akademik menyangkut sejauh mana sebuah institusi

pendidikan dapat memenuhi kebutuhan individu sebagai siswa berprestasi di

sekolahnya, meliputi fasilitas yang disediakan, hubungan antara siswa dan guru,

dan hubungan antar siswa sendiri.

2.3 Kajian Penelitian Yang Berhubungan

Hasil penelitian Nehwan (1994) menunjukkan bahwa siswa dikalangan

Menengah Pertama seringkali menunjukkan kekurangmampuan dalam bentuk

self-regulated learning seperti siswa tidak bisa mengatur waktu belajar dengan

baik, banyak pekerjaan rumah yang tidak terselesaikan, hasil ulangan yang jelek

(20)

33 Ketidakmampuan peserta didik dalam SRL perlu menjadi perhatian khususnya sekolah agar siswa dapat berkembang belajarnya secara optimal.

Lebih lanjut Khul (1992) mengemukakan bahwa SRL sangat berkaitan dengan motivasi yang ada di dalam diri seseorang. Motivasi yang tinggi dalam

diri seseorang akan mempengaruhi pencapaian tujuan yang diharapkan. Dalam

proses belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh motivasi di dalam

dirinya. Motivasi yang dimaksud dalam konteks self-regulated learning adalah

self motivation (Smith,2001)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Zimmerman dan Martinez-Pons pada tahun (1988 , 1990) dalam Afianti, dkk,

yang menunjukkan bahwa SRL membantu siswa berbakat mencapai tujuan belajarnya. Menurut Santrock (2007) dalam Ryza Afianti, dkk, siswa yang

memiliki SRL menunjukkan karakteristik mengatur tujuan belajar, mempunyai

strategi untuk mengatur emosi, memantau kemajuan yang mendekati tujuan secara

periodik, memeriksa strategi belajar yang didasarkan pada kemajuan yang mereka

buat, dan mengevaluasi rintangan yang mungkin timbul dan membuat adaptasi

yang diperlukan.

Schunk (2005) mengemukakan bahwa Self-regulated learning dan motivasi merupakan hubungan yang penting dalam belajar siswa. Siswa yang

memiliki self-regulated learning yang baik cenderung memiliki motivasi yang

(21)

34 Penelitian yang dilakukan oleh Prasaja (2011) mendapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan

self-regulated learning pada student athlete DBL.

Hasil penelitian Schunck & Zimmerman dalam Kermarrec, dkk. (2004)

membuktikan bahwa salah satu faktor dari aktivitas peserta didik yang

mempengaruhi performa akademik dan motorik adalah regulasi diri.

Zimmerman (1989) juga mengatakan bahwa siswa yang memiliki regulasi diri

dalam belajar merupakan siswa yang aktif secara metakognitif, motivasi dan

perilakunya dalam proses belajar. Regulasi diri dalam belajar juga merupakan

kemampuan individu yang aktif secara metakognitif yang mempunyai dorongan

atau motivasi untuk belajar dan berpartisipasi aktif dalam proses belajar.

Pintrich & Schunk (1996) mengatakan self-regulation / regulasi diri

sangat erat hubunganya dengan motivasi agar siswa dapat berprestasi, yaitu

termotivasi untuk meraih tujuan dengan melibatkan kegiatan self-regulated

learning yang mereka percaya dapat membantu mereka (misalnya menghafal materi yang dipelajari, memperjelas informasi yang tidak jelas). Sebagai gantinya

self-regulation meningkatkan belajar dan persepsi kompetensi yang lebih besar

untuk melanjutkan motivasi dan self-regulation untuk meraih tujuan baru .

Hasil penelitian penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman dan

Martinez-Pons pada tahun (1988 , 1990) dalam Afianti, dkk, yang menunjukkan bahwa SRL membantu siswa berbakat mencapai tujuan belajarnya. Menurut Santrock (2007)

(22)

35 mengatur emosi, memantau kemajuan yang mendekati tujuan secara periodik,

memeriksa strategi belajar yang didasarkan pada kemajuan yang mereka buat, dan

mengevaluasi rintangan yang mungkin timbul dan membuat adaptasi yang

diperlukan.

Haryu (2004) mendapatkan bahwa terdapat hubungan positif dan

signifikan antara Self regulation learning dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar pada siswa MTs Negeri I Jember.

Hasil penelitian dari Mousoulides dan Philipou (2005) di University of

Cyprus Melbourne pada calon guru yang mendapatkan hasil bahwa self-regulation

mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap prestasi belajar matematika,

karena calon guru mempunyai keyakinan yang tinggi pada dirinya telah

menggunakan self-regulation dengan baik namun mempertimbangkan

Referensi

Dokumen terkait

Kapten Sudibyo Tahun Anggaran 2016 dalam waktu 3 (tiga) hari kalender setelah pengumuman pemenang, terhitung mulai tanggal 8 Juni 2016 sampai dengan tanggal 10 Juni 2016,

Analisis statistik pemberian TDT sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam pakan tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan berat harian patin.Pakan uji B

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji hipotesis diperoleh informasi bahwa komitmen organisasi (X 1 ) dan hubungan kerja (X 2 ) mempunyai pengaruh langsung maupun tidak

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah terkait dengan tiga substansi yang diteliti yakni,

Aplikasi Fuzzy AHP dalam Seleksi Karyawan, jurnal dosen fakultas teknik industri, jurusan teknik industri, Universitas kristen Petra, Surabaya.. How to make a decision:

Ada dua alternatif dalam mengganti Sistem Operasi, yang pertama dengan melakukan upgrade Sistem Operasi dan yang kedua dengan melakukan migrasi dari server lama ke server yang

Korelasi antara komponen hasil lateks terhadap hasil lateks pada klon IRR seri 300 memiliki hubungan yang nyata yaitu indeks penyumbatan, indeks produksi, lilit batang,

dilakukan dengan menggunakan lembar instrumen observasi yang telah.