1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah perkembangan keperawatan di era globalisasi ini
sangat meningkat. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional
(Anjaswari, 2002). Keperawatan merupakan bagian integral
dari layanan kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
yang profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan. Adapun pengertian menurut Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 menyebutkan bahwa perawat
adalah mereka yang memilki kemampuan dan kewenangan
dalam melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu
yang diperoleh melalui pendidikan (Asmadi,2005).
Perawat memiliki peran yang sangat besar dalam
pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama kepada
keluarga dan pasien. Pelaksanaan layanan asuhan
keperawatan yang dilandasi caring juga mengikat perawat
dalam beberapa peran. Terdapat delapan peran yang
dimilikioleh perawat dalam menjalankan layanan asuhan
keperawatan, yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan,
2
manajer kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan,
komunikator, dan sebagai penyuluh (Potter dan Perry, 2005).
Salah satu peran perawat pada pasien dan keluarga yaitu
advokasi
Advokasi merupakan salah satu peran perawat dalam
memberikan layanan asuhan keperawatan. Advokasi
dimaksudkan untuk melindungi orang yang tidak mampu
membela diri. Perawat advokasi berperan dalam memberi
bantuan dan memberikan informasi pada pasien mengenai
keputusan apa yang diambil pasien tersebut (Priharjo, 1995).
Tindakan advokasi tidak hanya untuk mereka yang kurang
mampu melindungi diri sendiri, tetapi juga ditujukan kepada
pasien yang membutuhkan advokasi dalam hal penyediaan
data yang dibutuhkan dalam mengambil keputusan tentang
pengobatan dan proses terapi (Promtape, 2004).
Definisi peran advokasi perawat adalah tindakan perawat
untuk memberikan informasi dan bertindak atas nama pasien,
sebagai pelaksana tindakan peran advokasi perawat yaitu
dengan memberikan informasi, menjadi mediator dan
melindungi pasien serta ada juga faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan peran advokasi yang terdiri dari 2 bagian yaitu
3
hal yaitu kepemimpinan dokter dan terbatasnya jumlah
tenaga perawat. Sedangkan faktor yang mendukung meliputi:
kondisi pasien dan dukungan instansi. Ini diungkapkan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Etty Nurul Afidah dan Madya
Sulisno (jurnal managemen keperawatan 2013)
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Zacky
Mubaraq, 2011) salah satu mahasiswa Universitas Sumatera
Utara dengan jumlah sampel sebanyak 70 responden
menunjukkan bahwa sebanyak 47% responden
melaksanakan perannya sebagai advokat pada pasien dalam
kategori baik. Kategori baik yaitu mampu meningkatkan peran
sebagai advokat sehingga kepercayaan pasien terhadap
perawat lebih baik.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat peneliti
melakukan praktik klinik di ruang Diamond B didapatkan
bahwa perawat kurang optimal dalam menjalankan perannya
sebagai advokat dalam hal ini melindungi, menjadi mediator
dan pelaksana tindakan. Contohnya dalam hal penjelasan
mengenai pengobatan yang diberikan, hak-hak pasien saat
pertama masuk ruangan tersebut. Berdasarkan pengamatan
tersebut maka peneliti melakukan studi pendahuluan di ruang
4
memperkuat data tersebut dengan cara mewawancarai
kepala ruangan dan beberapa pasien dan keluarga yang
dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 27 – 28 Februari
2014.
Hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan hasil
belum ada buku pedoman atau acuan khusus mengenai
advokasi. Selama ini perawat hanya mengacu pada SPO
(Standart Prosedure Operational) tindakan asuhan
keperawatan dan pengalaman mereka sebelumnya di
berbagai RS. Namun sebagian adalah perawat baru yang
masih dalam proses pembelajaran. Menurut kepala ruang,
perawat – perawat di sana masih kurang dalam sisi advokasi
dan perlu pembelajaran lagi. Dari hasil wawancara dengan
pasien di ruang Diamond didapatkan hasil bahwa perawat
sudah memberikan informasi dan berusaha memenuhi
hak-hak pasien namun dirasakan masih kurang karena perawat
terkadang menjelaskan hanya pada saat ditanya oleh pasien.
Fenomena tersebut menarik minat peneliti untuk
melakukan penelitian tentang bagaimana gambaran
pelaksanaan peran advokasi perawat pada pasien dan
keluarga di ruang Diamond B Rumah Sakit Ken Saras
5 1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pelaksanaan peran advokasi
perawat pada pasien dan keluarga di ruang Diamond B
Rumah Sakit Ken Saras Ungaran?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan peran
advokasi perawat pada pasien dan keluarga di ruang
Diamond B Rumah Sakit Ken Saras Ungaran.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui gambaran pelaksanaan peran
advokasi perawat pada pasien dan keluarga
sebagai pelindung
1.3.2.2 Mengetahui gambaran pelaksanaan peran
advokasi perawat pada pasien dan keluarga
sebagai mediator
1.3.2.3 Mengetahui gambaran pelaksanaan peran
advokasi perawat pada pasien dan keluarga
6 1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara Praktis
1.4.1.1 Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pembelajaran
kompetensi untuk mengetahui dan memahami
pelaksanaan peran advokasi perawat pada
pasien dan keluarga
1.4.1.2 Partisipan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan pasien & keluarga
mengenai haknya untuk mendapatkan
pelayanan dalam hal advokasi dari perawat
melalui penjelasan informasi saat pertama kali
pasien masuk ke ruangan tersebut sehingga
tidak lagi timbul keraguan dari pasien dan
keluarga dalam usaha memperoleh informasi.
1.4.1.3 Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi
bahan masukan bagi rumah sakit mengenai
gambaran pelaksanan peran advokasi perawat
dan membantu dalam peningkatkan pelayanan
tindakan-7
tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
terutama dalam hal advokasi sehingga bisa di
tindak lanjuti melalui program-program atau
pelatihan berkala mengenai peran tersebut.
1.4.2 Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pertimbangan atau masukan untuk menambah
wawasan bagi pasien dan keluarga mengenai
strategi perawat sebagai advokasi dan