• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS REDUKSI SAMPAH ANORGANIK MELALUI PERAN PEMULUNG DI KECAMATAN DENPASAR BARAT DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENCACAH PLASTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS REDUKSI SAMPAH ANORGANIK MELALUI PERAN PEMULUNG DI KECAMATAN DENPASAR BARAT DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENCACAH PLASTIK."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS REDUKSI SAMPAH ANORGANIK

MELALUI PERAN PEMULUNG DI KECAMATAN

DENPASAR BARAT DAN PERENCANAAN

BANGUNAN PENCACAH PLASTIK

( METODE LRFD )

(Times New Roman-TNR, capital, font 16, bold, hitam putih)

TUGAS AKHIR

(TNR, capital, font 14, bold)

(logo hitam putih 4x4 cm)

Oleh :

I GEDE GITA ARI KUSUMA 0919151048

(TNR, font 12, bold)

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

2015

(2)
(3)

i ABSTRAK

Kecamatan Denpasar Barat teridri dari sebelas desa, yang memiliki karakteristik penduduk pendatang lebih banyak dari Kecamatan yang lainnya di Kota Denpasar. Penduduk pendatang tersebut kebanyakan berprofesi sebagai pemulung maupun pengepul. Timbulan sampah di Kecamatan Denpasar Barat cukup besar dengan jumlah penduduk 250.440 jiwa, Kecamatan Denpasar Barat menghasilkan sampah 200.352 kg/hari. Posisi Kecamatan Denpasar Barat yang berhimpitan dengan Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, menjadi perhatian yang serius dalam hal pengelolaan sampah. Karena Kecamatan Kuta Utara merupakan wilayah andalan Kabupaten Badung sebagai zona pariwisata. Konsekuensinya Kecamatan Denpasar Barat diharuskan memiliki kondisi wilayah yang bersih dan nyaman sehingga kebersihan wilayahnya mejadi persoalan yang prinsip atau utama.

Penelitian ini menggunakan metode survai dengan jumlah populasi pemulung 358 orang. Dengan rumus Slovin didapat responden dengan jumlah 78 orang. Penentuan pemulung dengan metode random sampling. Analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menghitung berat sampah dan pemilahan komposisi sampah anorganik di pengepul.

Hasil penelitian ini mendapatkan berat pengumpulan sampah rata-rata pemulung perhari sebanyak 110,65 kg dan komposisi sampah anorganik yang dikumpulkan oleh pemulung. Selanjutnya didapat jumlah pengumpulan sampah anorganik oleh pemulung di Kecamatan Denpasar Barat sebesar 39.612,1 kg. Hasil reduksi sampah anorganik oleh pemulung di Kecamatan Denpasar Barat adalah 65,9%. Berdasarkan jumlah pengumpulan sampah oleh pemulung di Kecamatan Denpasar Barat dan hanya terdapat satu tempat pencacah plastik maka selanjutnya direncanakan bangunan pencacah plastik tambahan yang sesuai dengan luas tanah yang tersedia.

(4)

ii UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya maka tugas akhir yang berjudul “ANALISIS REDUKSI SAMPAH ANORGANIK MELALUI PERAN PEMULUNG DI KECAMATAN DENPASAR BARAT DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENCACAH PLASTIK” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Selama penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat informasi, bantuan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Gede Made Konsukartha, MSi. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ida Ayu Rai Widhiawati, ST, MT. selaku dosen pembimbing II, Orangtua, Andre, Hidayat, Agus, Dina, Selly, serta pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan penyempurnaan tugas akhir ini di masa mendatang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi para pembaca.

Denpasar, Januari 2016

(5)

iii

1.3 Tujuan Penelitian ...3

1.4 Manfaat Penelitian ...3

1.5 Batasan Masalah...3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1 Pengertian Sampah ...4

2.2 Jenis Sampah ...4

2.3 Karakteristik Sampah ...6

2.4 Sumber Sampah ...7

2.5 Volume Timbulan Sampah ...8

2.6 Standar Teknis Operasional Pengelolaan Sampah ...11

2.7 Pengumpulan Sampah ...14

2.8 Pengelolaan Sampah ...15

2.9 Pengolahan Sampah ...17

2.10 Jenis Sampah Anorganik ...19

2.11 Pemulung ...21

2.11.1 Karakteristik Pemulung ...22

2.11.2 Jenis Aktivitas Pemulung ...22

2.11.3 Peran dan Fungsi Pemulung ...23

2.12 Pengepul ...25

2.13 Bandar ...25

2.14 Suplier ...25

2.15 Reduksi Sampah ...25

BAB III. METODE PENELITIAN ...27

3.1 Kerangka Penelitian ...27

3.2 Identifikasi Masalah dan Studi Pendahulan ...29

3.3 Studi Pustaka ...30

3.4 Pemilihan Lokasi ...30

3.5 Ruang Lingkup Penelitian ...31

3.6 Pengumpulan Data ...32

3.6.1 Data Primer ...32

3.6.2 Data Sekunder ...32

(6)

iv

3.6.4 Jumlah Responden ...33

3.7 Perhitungan timbulan sampah Denpasar Barat ...33

3.8 Analisis Data dan Pembahasan Hasil ...34

3.9 Perencanaan Bangunan Pencacah Sampah Plastik ...34

BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL ...36

4.1 Kondisi Umum Kota Denpasar ...36

4.2 Kondisi Umum Kecamatan Denpasar Barat ...36

4.3 Jumlah Penduduk dan Kondisi Wilayah Kecamatan Denpasar Barat ...36

4.4 Volume dan Komposisi Sampah Denpasar Barat ...37

4.5 Pengelolaan Sampah di Kota Denpasar ...38

4.5.1 Aspek Teknis Operasional ...39

4.5.2 Aspek Kelembagaan/Institutional ...40

4.5.3 Aspek Hukum/Peraturan ...40

4.5.4 Aspek Pembiayaan ...41

4.5.5 Aspek Peran Serta Masyarakat...41

4.6 Jumlah dan Sebaran Pengepul dan Pemulung di Kecamatan Denpasar Barat ...41

4.7 Hasil Pengumpulan Sampah Responden ...43

4.8 Volume Rata-rata Pengumpulan Sampah Responden per Hari ...45

4.8.1 Menghitung Volume Sampah Total Oleh Pemulung per hari...46

4.8.2 Volume Timbulan Sampah Kota Denpasar Barat ...46

4.8.3 Jumlah Sampah Anorganik Kota Denpasar Barat ...47

4.8.4 Persentase Reduksi Sampah Oleh Pemulung di Kecamatan Denpasar Barat ...47

4.9 Bangunan Pencacah Plastik ...48

BAB V. PENUTUP ...51

5.1 Kesimpulan ...51

5.2 Saran ...52

DAFTAR PUSTAKA ...53

LAMPIRAN A Daftar Identitas Pengepul dan Pemulung LAMPIRAN B Kuisioner dan Tabel Tabulasi

(7)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Individual Tidak Langsung ...11

Gambar 2.2 Pola Individual Langsung ...12

Gambar 2.3 Pola Komunal Langsung ...12

Gambar 2.4 Pola Komunal Tidak Langsung ...13

Gambar 2.5 Pola Pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung ...14

Gambar 2.6 Pola Pengumpulan Sampah Komunal ...15

Gambar 2.7 Pengelolaan Sampah Anorganik Melalui Peran Pemulung ...23

Gambar 2.8 Pola Reduksi Sampah Rumah Tangga ...25

Gambar 3.1 Diagram Kerangka Penelitian ...28

Gambar 3.3 Peta Wilayah Kota Denpasar ...30

Gambar 4.1 Peta Sebaran Pengepul di Kecamatan Denpasar Barat ...41

Gambar 4.2 Diagram Hasil Pengumpulan Sampah Anorganik Semua Responden ...43

(8)

vi DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Timbulan Sampah ...9

Tabel 2.2 Timbulan Sampah ...10

Tabel 2.3 Jenis-jenis Sampah Plastik ...19

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Denpasar ...36

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Masing-masing Desa di Kecamatan Denpasar Barat ...36

Table 4.3 Tabel Volume dan Persentase Sampah di Kecamatan Denpasar Barat ...37

Tabel 4.4 Hasil Pengumpulan Sampah Anorganik yang Dikumpulkan Semua Responden per Hari ...42

Tabel 4.5 Pengumpulan Sampah Rata-rata per Pemulung per Hari ...44

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Denpasar merupakan ibukota dari Provinsi Bali yang menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pariwisata, pendidikan, dan sudah berstatus kota metro pada saat ini. Berdasarkan data BPS tahun 2013, jumlah penduduk kota Denpasar sebanyak 846.200 jiwa dengan luas wilayah mencapai 127,78 km2. Kota Denpasar terbagi atas 4 wilayah kecamatan yaitu Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat, dengan kepadatan penduduk Kota Denpasar sebesar 66 jiwa/km2. Khusus untuk Kecamatan Denpasar Barat memiliki jumlah penduduk 245.580 jiwa.

Permasalahan sampah di kota Denpasar bisa disebut menjadi masalah yang sangat penting pada saat ini. Besarnya volume sampah yang dihasilkan pada suatu daerah sebanding dengan jumlah penduduk dan tingkat konsumsi terhadap

barang,sehingga volume sampah yang dihasilkan setiap harinya semakin besar, baik menyangkut sampah organik maupun sampah anorganik. Permasalahan sampah ini sangat signifikan pengaruhnya terhadap lingkungan. Penumpukan

sampah atau membuang sampah sembarangan di kawasan terbuka akan menyebabkan pencemaran tanah. Demikian juga pembakaran sampah akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke sungai akan menyebabkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan bisa mengakibatkan banjir.

(10)

2 (recycle), digunakan kembali (reuse), dan kegiatan yang mereka lakukan juga otomatis mengurangi (reduce) sampah yang akan di angkut ke TPA. Peran pemulung ini memberikan kontribusi positif terhadap pengelolaan dan pengolahan sampah di sebuah kota.Semua pihak harus memberikan apresiasi terhadap peran pemulung ini. Dapat dikatakan pemulung dianggap sebagai sebuah potensi yang mampu memberikan income/penghasilan pada keluarganya.

Persoalan sampah sudah banyak diteliti oleh berbagai pihak seperti LSM, dan melalui kajian-kajian ilmiah mahasiswa. Penelitian sebelumnya sudah dilakukan, beberapa kajian tentang sampah dilakukan oleh Rizqy (2015) pengelolaan sampah terpadu dengan menggunakan metode 4R (reduce, reuse, recycle, dan regulation) di banjar kelod, desa adat renon, Denpasar. Clara dan Benno (2013) penelitian efektivitas reduksi timbulan sampah kota dengan mechanical biological treatment, selanjutnya Pramestyawati dan Warmadewanthi (2013) potensi reduksi sampah terhadap penurunan timbulan gas rumah kaca di tempat pemrosesan akhir (TPA) Kota Madiun.Pada tugas akhir ini penulis berkeinginan untuk menganalisis reduksi sampah anorganik melalui peran

pemulung di Kecamatan Denpasar Barat dan perencanaan bangunan pencacah sampah plastik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Berapa volume sampah anorganik yang dikumpulkan pemulung di Kecamatan Denpasar Barat?

2. Bagaimana komposisi sampah anorganik di Kecamatan Denpasar Barat? 3. Berapa persentase reduksi sampah anorganik yang dilakukan oleh

pemulungterhadap total timbulan sampah anorganik di Kecamatan Denpasar Barat?

(11)

3 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Volume sampah anorganik yang dikumpulkan oleh pemulung di Kecamatan Denpasar Barat.

2. Komposisi sampah anorganik di Kecamatan Denpasar Barat.

3. Persentase reduksi sampah anorganikyang dilakukan oleh pemulung terhadap total timbulan sampah anorganik di Kecamatan Denpasar Barat. 4. Rencana bangunan pencacah sampah plastik.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai volume sampah anorganik yang dikumpulkan oleh pemulung di Kecamatan Denpasar Barat, komposisi sampah anorganik di Kecamatan Denpasar Barat, persentase reduksi sampah anorganik yang dilakukan oleh pemulungterhadap total timbulan sampah anorganik di Kecamatan Denpasar

Barat, rencana bangunan pencacah sampah plastik.

1.5 Batasan Masalah

Untuk memberikan arahan yang jelas dari penelitian tugas akhir ini agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka perlu adanya pembatasan masalah, sebagai berikut:

1. Hanya menghitung sampah anorganik berupa sampah plastik, botol plastik, kardus, kertas dan besi bekas.

(12)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Secara umum sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai atau sesuatu yang harus dibuang. Pada umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), yang bukan biologis (karena kotoran manusia tidak termasuk di dalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk di dalamnya). Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah merupakan sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya, karena pengolahan maupun karena sudah tidak memberikan manfaat dari segi sosial ekonomi serta dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983).

Pendapat lain yang menyatakan tentang sampah antara lain:

1. Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari sampah organik dan anorganik yang tidak berguna lagi dan harus dikelola

agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Badan Standarisasi Nasional, 2002).

2. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang yang merupakan hasil aktivitas manusia maupun alam yang sudah diambil unsur fungsi utamanya (Kuncoro, 2009).

2.2 Jenis Sampah

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 tahun 2008 dinyatakan bahwa jenis sampah yang dikelola sebagai berikut:

(13)

5 b. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan atau fasilitas lainnya.

c. Sampah spesifik adalah

1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;

2. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; 3. Sampah yang timbul akibat bencana;

4. Puing bongkaran bangunan;

5. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; 6. Sampah yang timbul secara tidak periodik.

Menurut Tchobanoglous et al. (1993) dalam Widodo (2007), berdasarkan sumbernya sampah dikelompokkan menjadi:

a. Pemukiman: berupa rumah atau apartemen jenis sampah yang dihasilkan adalah sisa makanan, kertas, kardus, pastik, tekstil kulit, sampah kebun, kayu, kaca, logam, barang bekas rumah tangga, limbah berbahaya dan

beracun, dan sebagainya.

b. Daerah komersil: meliputi pertokoan, rumah makan, pasar, perkantoran, hotel dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain kertas,

kardus, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah berbahaya dan beracun, dan sebagainya.

c. Institusi yaitu sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan sama dengan jenis sampah daerah komersil.

d. Konstruksi dan pembongkaran bangunan: meliputi pembuatan konstruksi baru, perbaikan jalan, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain kayu, baja, beton, debu dan lain-lain.

(14)

6 f. Pengolah sampah domestik seperti instalasi pengolahan air minum, instalasi pengolahan air buangan dan incinerator. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain: lumpur hasil pengolahan, debu, dan sebagainya. g. Kawasan industri: jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa proses

produksi, buangan non industri, dan sebagainya.

h. Pertanian: jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa makanan busuk, sisa pertanian.

Menurut Hadiwiyoto (1983) dalam Widodo (2007), berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan yaitu:

1. Sampah organik

Sampah organik adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik yang tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen. Sampah yang termasuk dalam golongan ini adalah sampah basah, yaitu daun-daunan, kayu, kertas, karton, tulang, sisa makanan ternak, sayur, buah yang mudah didegradasi oleh mikroba.

2. Sampah anorganik

Sampah anorganik ini terdiri dari plastik, kaleng, besi, logam-logam lainnya, gelas, mika atau bahan yang tidak tersusun oleh senyawa-senyawa

organik. Sampah jenis ini tidak bisa didegradasi oleh mikroba.

2.3 Karakteristik Sampah

Menurut Mukono (2006), karakteristik sampah menurut sumbernya adalah sebagai berikut:

a. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas. b. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat

(15)

7 c. Ashes (abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar

baik di rumah, kantor, dan industri.

d. Street Sweeping (sampah jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan.

e. Dead Animal (bangkai binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan.

f. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal dari perumahan.

g. Abandonded Vehicles (bangkai kendaraan) yaitu bangkai-bangkai mobil, truk, kereta api.

h. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri, pengolahan hasil bumi.

i. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung. j. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan,

perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.

k. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air buangan. l. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus

misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif.

2.4 Sumber Sampah

Menurut Chandra (2007), sampah yang ada pada suatu daerah atau tempat didominasi dari beberapa sumber berikut:

a. Pemukiman penduduk.

(16)

8 b. Tempat umum dan tempat perdagangan.

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

c. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah.

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud antara lain tempat hiburan khusus dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

d. Industri berat dan ringan.

Industri yang di maksud adalah industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau

memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

e. Pertanian.

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

2.5 Volume Timbulan Sampah

(17)

9 Tabel 2.1 Faktor yang berpengaruh terhadap timbulan sampah

Teori Penyebab Faktor Timbulan

Tchobanoglous, George et. al.,

1993

Alam

1. Musim: musim hujan dan musim kemarau 2. Iklim, daerah hujan (kandungan air tinggi).

3. Letak geografis, buah-buahan tropis (lebih banyak air).

Manusia

1. Perlakuan Terhadap sampah:

a. Frekuensi pengumpulan sampah.

b. Penggunaan alat pengolah sampah pada sumber. c. Tingkat penyelamatan lingkungan

d. Peraturan serta perilaku masyarakat terhadap sampah. e. Tingkat teknologi, teknologi maju (efisiensi bahan

baku).

2. Aktivitas sehari-hari:

a. Tingkat aktivitas tinggi (timbulan) makin besar. b. Kebiasaan.

c. Topografi, kepadatan dan jumlah penduduk.

3. Keadaan rumah:

Jenis bangunan, bangunan kantor, bangunan pasar, bangunan industri.

4. Jenis sampah:

Ada tidaknya proses daur ulang

5. Kondisi Ekonomi:

kelembaban tinggi disebabkan cuaca dingin dengan kandugan air tinggi

Manusia

2. Aktivitas sehari-hari:

a. Cara hidup dan mobilitas penduduk b.Cara penanganan makanan.

c. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya.

3. Kondisi Ekonomi

Tingkat hidup: makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar pula timbulan sampahnya.

(18)

10

Berdasarkan Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian PU, secara umum komposisi sampah di Indonesia terdiri dari 70% sampah organik dan 30% sampah anorganik. Khusus timbulan sampah Kota Denpasar sebesar 3,25 l/orang/hari atau= 0,8 kg/orang/hari.

Menurut SNI nomor 19-3983-1995, bila pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Timbulan sampah

No KomponenSumberSampah Satuan Berat(kg) Volume (liter) 1 Rumah Permanen /orang/hari 0,350-0,400 2,25-2,50 2 Rumah Semi Permanen /orang/hari 0,300-0,350 2,00-2,25 3 Rumah Non Permanen /orang/hari 0,250-0,300 1,75-2,00 4 Kantor /pegawai/hari 0,025-0,100 0,50-0,75 5 Toko/Ruko /petugas/hari 0,150-0,350 2,50-3,00 6 Sekolah /murid/hari 0,010-0,020 0,10-0,15 7 Jalan Arteri Sekunder /m2/hari 0,020-0,100 0,10-0,15 8 Jalan Kolektor Sekunder /m2/hari 0,010-0,050 0,10-0,15 9 Jalan Lokal /m2/hari 0,005-0,025 0,05-0,10

10 Pasar /m2/hari 0,350-0,400 0,20-0,60

Sumber: SNI nomor 19-3983-1995

Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut dapat dianggap sudah meliputi sampah yang ditimbulkan oleh setiap orang dalam berbagai kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah, jalan, pasar, hotel, taman, kantor dan sebagainya. Namun tambah besar sebuah kota, maka tambah mengecil porsi sampah dari permukiman, dan tambah membesar

porsi sampah non-permukiman, sehingga asumsi tersebut di atas

(19)

11 2.6 Standar Teknis Operasional Pengelolaan Sampah

Standar teknis operasional pengelolaan sampah untuk kawasan permukiman diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 3242-2008 tentang pengelolaan sampah di permukiman dan SNI Nomor 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan. Menurut kedua SNI tersebut, pengelolaan sampah kawasan permukiman terdiri dari serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara integral dan terpadu, meliputi:

1. Pewadahan

Pewadahan adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Pewadahan terdiri dari dua macam, yaitu pewadahan individual dan pewadahan komunal. Tiap rumah minimal memiliki 2 buah wadah sampah untuk memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik.

2. Pengumpulan

Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau wadah komunal,

melainkan juga mengangkutnya ke terminal tertentu. Pola pengumpulan sampah dibedakan menjadi empat pola, yaitu:

a. Pola individual tidak langsung dari rumah ke rumah.

Gambar 2.1 Pola individual tidak langsung

(20)

12 Keterangan untuk gambar 2.1:

: sumber timbulan sampah pewadahan individual. : lokasi pemindahan.

: gerakan alat pengangkut. : gerakan alat pengumpul.

b. Pola individual langsung dengan truk untuk jalan dan fasilitas umum.

Gambar 2.2 Pola individual langsung

Sumber: SNI Nomor 3242-2008

Keterangan untuk gambar 2.2:

: sumber timbulan sampah pewadahan individual. :gerakan alat pengangkut.

: gerakan alat pengumpul.

c. Pola komunal langsung untuk pasar dan daerah komersial.

Gambar 2.3 Pola komunal langsung

(21)

13 Keterangan untuk gambar 2.3:

: sumber timbulan sampah pewadahan individual. : pewadahan komunal.

:gerakan alat pengangkut.

: gerakan penduduk kea rah komunal.

d. Pola komunal tidak langsung untuk permukiman padat.

Gambar 2.4 Pola komunal tidak langsung

Sumber: SNI Nomor 3242-2008

Keterangan untuk gambar 2.4:

: sumber timbulan sampah pewadahan individual. : pewadahan komunal.

: lokasi pemindahan. :gerakan alat pengangkut. : gerakan alat pengumpul.

: gerakan penduduk kea rah komunal.

3. Pengolahan dan daur ulang di sumber dan TPS

Mekanisme pengolahan dan daur ulang sampah di sumber dan TPS dapat dilakukan dengan:

a. Pengomposan skala rumah tangga dan daur ulang sampah anorganik,

sesuai dengan tipe rumah atau luas halaman yang ada. b. Pengomposan skala lingkungan di TPS.

(22)

14 4. Pemindahan

Pemindahan sampah adalah proses memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Pemindahan sampah dapat dilakukan di TPS atau TPST dan di lokasi wadah sampah komunal.

5. Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah dari TPS atau wadah komunal ke TPST atau TPA dengan frekuensi pengangkutan disesuaikan dengan jumlah sampah yang ada.

6. Pembuangan Akhir ke TPA

Menurut SNI 19-2454-2002, terdapat tiga metode pembuangan akhir yang dapat dilakukan pada TPST atau TPA, yaitu:

a. Penimbunan terkendali (controlled landfill) yang dilengkapi pengolahan dan gas.

b. Lahan urug saniter (sanitary landfill) yang dilengkapi pengolahan lindi dan gas.

c. Penimbunan dengan sistem kolam (fakultatif, maturasi) untuk daerah pasang-surut.

2.7 Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat penampungan/pewadahan sampai ke tempat pembuangan sementara. Berdasarkan SNI 19-2454-2002, pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam 2 yaitu, pola individual dan pola komunal sebagai berikut:

a. Pola Individual

(23)

15 Gambar 2.5 Pola pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung

Sumber: SNI 19-2454-2002

b. Pola Komunal

Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan/ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.

Gambar 2.6 Pola Pengumpulan Sampah Komunal

Sumber: SNI 19-2454-2002

2.8 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang berhubungan dengan pengendalian timbulan, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan sampah dengan cara yang merujuk pada dasar-dasar terbaik mengenai kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi, estetika, dan pertimbangan lingkungan lainnya serta tanggap terhadap perilaku masa (Yones, 2007).

(24)

16 1. Peraturan/Hukum

Peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah diperkotaan antara lain adalah yang mengatur tentang:

a. Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan sampah. b. Rencana induk pengelolaan sampah kota.

c. Bentuk lembaga dan organisasi pengelola. d. Tata-cara penyelenggaraan pengelolaan. e. Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi.

f. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, di antaranya kerjasama antar daerah, atau kerjasama dengan pihak swasta.

2. Kelembagaan dan organisasi

Perancangan dan pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan: a. Peraturan pemerintah yang membinanya.

b. Pola sistem operasional yang diterapkan. c. Kapasitas kerja sistem.

d. Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani.

3. Teknik operasional

Teknik operasional pengelolaan sampah kota meliputi dasar-dasar perencanaan untuk kegiatan:

a. Pewadahan sampah. b. Pengumpulan sampah. c. Pemindahan sampah. d. Pengangkutan sampah. e. Pengolahan sampah. f. Pembuangan akhir sampah. 4. Pembiayaan

Pembiayaan sistem pengelolaan sampah kota secara ideal dihitung berdasarkan:

a. Biaya investasi.

b. Biaya operasi dan pemeliharaan. c. Biaya manajemen.

(25)

17 e. Biaya penyuluhan dan pembinaan masyarakat.

5. Peran serta masyarakat

Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang sesuai dengan tujuan program itu. Hal ini antara lain menyangkut:

a. Bagaimana mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib dan teratur.

b. Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat. c. Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.

d. Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan, antara lain:

e. Tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata.

f. Belum melembaganya keinginan dalam masyarakat untuk menjaga lingkungan.

g. Belum ada pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan

pedoman pelaksanaan.

h. Masih banyak pengelola kebersihan yang belum mencantumkan penyuluhan dalam programnya.

i. Kekawatiran pengelola bahwa inisiatif masyarakat tidak akan sesuai dengan konsep pengelolaan yang ada.

2.9 Pengolahan Sampah

Terdapat beberapa jenis pengolahan sampah, yang mahal hingga yang murah, atau yang beresiko tinggi hingga yang beresiko kecil.

Menurut SNI 19-2454-2002, pengolahan sampah berskala besar di Indonesia ada beberapa cara, yaitu:

1. Open Dumping

(26)

18 penutup dan pengolahan. Akan tetapi sampah yang tidak mendapat perlakuan apapun ini dapat mengakibatkan bau busuk dan penyakit.

2. Sanitary Landfill

Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian pada ketebalan tertentu diurug dengan tanah. Pada bagian atas urugan digunakan lagi untuk menimbun sampah lalu diurug lagi dengan tanah sehingga berbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar konstruksi sanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses penguraian sampah organik.

3. Pembakaran (incineration)

Cara pembakaran dapat dilakukan pada skala kecil, akan tetapi hal itu merupakan tindakan yang melanggar peraturan pemerintah karena mengganggu hak pengguna jalan yang melewati tempat pembakaran. Untuk skala besar proses ini menggunakan alat bernama incinerator, alat ini dapat mebakar hingga suhu 600 – 800 0C pada ruang bakar pertama,

massa sampah akan tereduksi hingga 70 – 75 %. Pada ruang bakar kedua, suhu ditingkatkan menjadi 800 – 1.100 0C untuk mengoksidasi senyawa-senyawa gas yang belum teroksidasi sempurna pada ruang bakar pertama.

Untuk menerapkan cara ini juga harus diperhatikan karena pada proses ini biasa menghasilkan polusi debu, asap, dan partikulat yang dapat mengganggu kesehatan dan aktivitas masyarakat. Senyawa yang berbahaya dari proses pembakaran adalah dioxin, dan senyawa dioxin dapat menyebabkan kanker. Dioxin terbentuk pada proses pembakaran senyawa yang mengandung khlor dengan hidrokarbon dengan temperatur rendah sekitar 2500C.

4. Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat

Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan masyarakat yaitu dengan mempraktekkan gerakan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle).

(27)

19 pakai. Berarti mengurangi kebiasaan konsumtif dan mengurangi potensi menumpuknya sampah.Recycle, mengolah kembali yaitu kegiatan yang memanfaatkan barang bekas atau sampah dengan cara mengolah materinya untuk dapat digunakan lebih lanjut. Recycle merupakan alternatif terakhir jika reduce dan reuse sudah tidak dapat dipraktekkan lagi terhadap suatu barang atau sampah (Hasim, 2010; Hedianto, 2010).

2.10 Jenis Sampah Anorganik

Jenis-jenis sampah anorganik ada beberapa macam jenisnya. Dari jenis sampah anorganik yang paling sering didiskusikan karena berpotensi paling besar mendegradasikan lingkungan adalah sampah plastik. Sampah plastik umum dikenal oleh masyarakat. Berikut ini sampah plastik dari berbagai jenis ditampilkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.3 Jenis-jenis sampah plastik

No

Nama Jenis

Plastik Kegunaan Hasil daur ulang

Polyethylene terephtalate.

Plastik ini digunakan untuk

membuat sebagian besar

botol plastik dan kontainer

dari minuman, dan juga

digunakan untuk

salad dressing kontainer,

botol minyak sayur dan

tempat makanan

ovenproof.

Didaur ulang menjadi pakaian,

tote bags, furnitur, karpet, hiasan

jalur, dan kontainer baru.

Bersama dengan botol berlabel

code #2, mereka membentuk 96

persen dari semua kontainer dan

botol plastik di Amerika Serikat,

menurut U.S plastic trades

association.

Dapat didaur ulang lagi menjadi

botol dan kontainer, lantai

keramik. pipa drainase, kandang

(28)

20 Tabel 2.3 (lanjutan 1)

No

Nama Jenis

Plastik Kegunaan Hasil daur ulang

dan pemutih, botol jus, botol

oli motor, tempat mentega

dan yogurt, beberapa

kantong sampah dan kotak

cereal.

PVC adalah jenis ini adalah

jenis yang keras dan tahan

cuaca. PVC mengandung

khlor, yang berarti bahwa

beberapa berbahaya karena

dioxins diproduksiselama

manufaktur. Digunakan

Sering di daur ulang oleh

masyarakat, namun dapat didaur

ulang untuk membuat mudflaps,

lantai, kabel, tikar/keset, dan

sebagainya.

untuk membuat beberapa

kontainer dan botol untuk

deterjen dan minyak goreng,

serta jendela, pipa saluran,

kawat jacketing, dan

bungkus makanan.

Low density polyethylene

memiliki banyak aplikasi.

Sering ditemukan dalam

botol, totebags.

Dapat di daur ulang untuk bil

pesawat milik maskapai, tong

penyimpan pupuk kompos, bahan

untuk lantai dan bahan bangunan.

PP umum ditemukan dalam

tutup botol, yogurt kontainer,

botol saus, dan straws.

memiliki titik lebur yang

tinggi dan dapat digunakan

untuk tempat cairan panas.

Bisa didaur ulang dan merupakan

bagian dari pertumbuhan jumlah

program daur ulang kota yang

kemudian lebih berbelok tutup

botol dan item lainnya termasuk

Dapat didaur ulang dan digunakan

(29)

21 Tabel 2.3 (lanjutan 2)

No

Nama Jenis

Plastik Kegunaan Hasil daur ulang

mana-mana dalam kontainer

melepaskan toksin ke dalam

makanan.agen perlindungan

lingkungan hidup AS

menyatakan bahwa styrene

memiliki efek yang

merugikan kesehatan

Klasifikasi ini meliputi

berbagai plastik bukan

Resins yang cocok ke dalam

kategori lainnya.. "Lainnya"

adalah produk yang

digunakan untuk membuat

iPod, DVD, kacamata

hitam, Anti-peluru dan

galon air 5 liter.

Jenis plastik ini tidak mudah untuk

didaur ulang, namun dapat

dilakukan.

Sumber: (Eko, 2012)

2.11 Pemulung

(30)

22 Tinggal memberikan edukasi meski masih dengan verbal saja, namun masih kurang orang yang memberikan edukasi kepada mereka. Peran serta pemulung sebagai dasar mata rantai pengumpulan limbah yang akan dimanfaatkan kembali untuk didaur ulang maupun langsung dipakai kembali. Cara kerja pemulung merupakan organisasi dari sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh hasil pungutan sampah lebih banyak.

2.11.1 Karakteristik pemulung 1. Pemulung reguler

Mereka yang memang aslinya berkerja sebagai pemulung dan bertujuan mengumpulkan sampah-sampah anorganik yang bisa dijual dan menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

2. Pemulung non-reguler atau dadakan

Pemulung jenis ini mungkin saja pekerjaan asli mereka bukan menjadi pemulung pada umumnya. Namun mereka melakukan pekerjaan

memulung pada saat-saat tertentu. Misalnya bisa kita lihat pada saat upacara keagamaan, acara konser musik, pameran, biasanya mereka bekerja setelah acara selesai yaitu malam hari.

2.11.2 Jenis Aktivitas Pemulung

Menurut Nugraha dkk. (2007), ada beberapa jenis pemulung antara lain: a. Pemulung keliling

Pemulung yang memang bekerja secara on the street atau door to door. Hasil yang didapatkan biasanya tidak tetap, tergantung waktu dan tempat pemulung tersebut melakukan aktivitas.

b. Pemulung TPS

Pemulung yang lebih sering melakukan aktivitas berkerja di daerah TPS dan biasanya mereka dalam bentuk kelompok.

(31)

23 Pemulung yang memang menunggu sampah datang ke TPA, kemudian mereka memilih dan memilah lagi sampah-sampah anorganik yang masih bisa dijual atau dipakai kembali.

d. Pemulung (petugas sampah)

Pemulung dalam arti petugas sampah ini adalah para petugas dari Dinas Kebersihan yang memang berkerja mengambil sampah menggunakan mobil angkut dan biasanya jika ada sampah anorganik yang bisa dijual maka akan mereka kumpulkan untuk dijual kembali.

e. Pemulung lainnya

Pemulung lainnya mirip dengan karakteristik pemulung non-reguler atau dadakan yaitu pekerjaan asli mereka bukan menjadi pemulung pada umumnya. Namun mereka melakukan pekerjaan memulung pada saat-saat tertentu. Misalnya bisa kita lihat pada saat upacara keagamaan, acara konser musik, pameran, biasanya mereka bekerja setelah acara selesai yaitu malam hari.

2.11.3 Peran dan Fungsi Pemulung

Menurut Nugraha dkk. (2007), secara diagramatis pengelolaan sampah

(32)

24 Gambar 2.7 Pengelolaan sampah anorganik melalui peran pemulung

Sumber: (Nugraha, 2007)

Timbulan sampah pada daerah rumah tangga yang berupa sampah anorganik, akan dicari dan diambil oleh para pemulung. Sampah-sampah anorganik dari rumah tangga ini mereka kumpulkan setiap harinya dan akan ditimbang pada lapak pengepul, pada sore hari yang kemudian dijual kepada lapak-lapak pengepul. Pengepul disini mengumpulkan semua hasil pengumpulan sampah anorganik yang bisa dikormesilkan, dari para pemulung yang membawa hasil kerja mereka setiap harinya. Adapun pengepul yang menyuplai barang hasil pengumpulannya kepada bandar dan ada juga pengepul yang memiliki jaringan lebih, dan mereka bisa langsung mengirim barang kepada suplier barang bekas. Suplier barang bekas ini mendapat pasokan barang, kemudian barang bekas ini akan dibawa kepada rumah industri pengolahan yang akan mendaur ulang segala jenis sampah ini, khususnya sampah plastik, botol plastik bekas, kardus, kertas, dan koran. Untuk kardus, kertas, dan koran langsung dikirim ke luar Bali untuk didaur ulang. Untuk plastik dan botol plastik bekas didaur ulang maka akan

didapatkan jenis hasil daur ulang berupa cacahan-cacahan plastik. Dari hasil cacahan-cacahan plastik di Bali selanjutnya akan di kirim ke industri pengolahan

bijih plastik yang berada di luar Bali.

SAMPAH

RUMAH

PEMULUNG

PENGEPUL

SUPLIER

INDUSTRI DAUR

ULANG

PRODUK DAUR

ULANG BANDAR

PEMULUNG PEMULUNG

(33)

25 2.12 Pengepul

Pengepul adalah tempat dimana para pemulung menyetorkan hasil pencarian sampah mereka selama berkerja seharian, bisa juga menjadi tempat tinggal dari beberapa pemulung. Pada tempat pengepul inilah sudah dilakukan pemilahan sampah oleh para pemulung sehingga didapatkan jenis-jenis sampah anorganik yang mampu dikumpulkan oleh para pemulung.

2.13 Bandar

Orang atau perusahaan yang mengumpulkan barang-barang atau sampah anorganik dari pengepul dan biasanya bandar tidak memiliki pemasok barang bekas dari pemulung, karena bandar mengambil barang dalam jumlah besar dan sudah diklasifikasikan dari jenis-jenisnya.

2.14 Suplier

Perusahaan yang hampir mirip dengan bandar tetapi mereka memiliki jaringan yang lebih luas dan modal besar daripada bandar dan bisa langsung menyalurkan sampah-sampah ke tempat industri pengolahan sampah anorganik.

2.15 Reduksi Sampah

(34)

26 pembuangan akhir atau TPA masih banyak pemulung yang melakukan reduksi sampah anorganik (Indrawati, dkk, 2008).

Pola reduksi sampah rumah tangga oleh pemulung dapat dilihat dalam bentuk bagan berikut:

Gambar 2.8 Pola reduksi sampah rumah tangga.

Sumber: (Indrawati, dkk, 2008) Sampah rumah tangga

Petugas pembersih sampah

TPS

TPA

Pemulung

Gambar

Tabel 2.1  Faktor yang berpengaruh terhadap timbulan sampah
Tabel 2.2  Timbulan sampah
Gambar 2.1  Pola individual tidak langsung
Gambar 2.2  Pola individual langsung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa konsumen memiliki 24 atribut kebutuhan yang diinginkan pada

[r]

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Enita di RSUD Sragen dengan jumlah 60 responden didapatkan hasil bahwa sistem penghargaan

Permasalahan yang terjadi dalam konteks ini dilihat dari konsep Collaborative Governance adalah kurang berjalannya sistem contexs yang dilihat dari kondisi

• Alueelle voidaan asemakaavassa osoittaa paljon tilaa vaativan erikoistavaran kaupan myymälätilojen lisäksi muun erikoiskaupan myymälätiloja yhteensä enintään

Hal ini secara umum didukung oleh banyak penulis, diantaranya Barney (1991), yang mendukung kesimpulan bahwa suatu perusahaan mencapai keunggulan kompetitif

Gambar 7 merupakan hasil simulasi spesimen perambatan retak pada spesimen dengan satu lubang, dengan perbandingan nilai K seperti pada Gambar 8. Dari Gambar 8 dapat

Pembelajaran yang sesungguhnya adalah pembelajaran yang tidak hanya sekedar mentransfer ilmu. Akan tetapi yang memberi inspirasi untuk dapat menyelesaikan