• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Al Qardh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Makalah Al Qardh"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Contoh Makalah Al-Qardh

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan

Rahmat serta hidayahnya dan telah mengutus Muhammad

dengan petunjuk din yang benar untuk dimenangkan atas semua

din.Semoga Salawat serta salam selalu di limpah curahkan

kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW,beserta segenap

pengikutnya hingga hari akhir.

Syukur alhadulillah makalah ini telah kami susun sesuai

dengan jadwal yang di tetapkan.Makalah ini merupakan

himpunan dari berbagai referensi buku lain.

Atas saran dari beberapa rekan,mengingat isi buku tersebut

masih relevan da actual untuk diketahui oleh mahasiswa,praktisi

dan diperlukan masyarakat umum,maka buku tersebut kami

ambil bagian-bagian yang sangat diperlukan dalam mengerjakan

(2)

Kami berterima kasih yang tak terhingga kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun

materil sehingga makalah yang sederhana ini dapat Kami

selesaikan.

Secara khusus kami sapaikan terimakasih kepada teman-teman

seperjuangan yang telah mensupport dan terimakasih juga

kepada perpustakaan syaria’ah yang telah meminjamkan buku

sehingga dapat tersusun bentuk makalah seperti sekarang ini.

Oleh karena hal-hal yang tersbut dalam makalah ini masih banyak

terdapat kekurangan dan kesempurnaan,baik dari segi teknik

penulisan maupun materi yang disajikan,oleh karena itu kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat

bagi semua yang membacanya.

(3)

PENDAHULUAN

Ajaran Islam mengakui adanya perbedaan pendapatan dan

kekayaan pada setiap orang dengan syarat bahwa perbedaan

tersebut diakibatkan karena setiap orang mempunyai perbedaan

keterampilan, inisiatif, usaha dan resiko. Namun perbedaan itu

tidak boleh menimbulkan kesenjangan yang terlalu jauh antara

yang kaya dengan yang miskin karena kesenjangan yang terlalu

dalam tidak sesuai dengan syariah Islam yang menekankan

bahwa sumber-sumber daya bukan saja karunia dari Allah bagi

semua manusia, melainkan juga merupakan suatu amanah. Oleh

karena itu tidak ada alasan untuk mengkonsentrasikan

(4)

Kurangnya program-program efektif untuk mereduksi

kesenjangan sosial yang terjadi selama ini dapat mengakibatkan

kehancuran, bukan penguatan perasaan persaudaraan yang

hendak diciptakan ajaran Islam. Syariah Islam sangat

menekankan adanya suatu distribusi kekayaan dan pendapatan

yang merata sebagaimana yang tercantum dalam Surah Al Hasyr

ayat 7, yakni “… kekayaan itu tidak beredar di kalangan

orang-orang kaya di antara kamu saja.”

Distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata bukan

berarti sama rata sebagaimana faham kaum komunisme, tetapi

ajaran Islam mewajibkan setiap individu untuk berusaha

memenuhi kebutuhan hidupnya, dan sangat melarang seseorang

menjadi pengemis untuk menghidupi dirinya.

Dalam literatur Ekonomi Syariah, terdapat berbagai macam

bentuk transaksi

kerjasama usaha, baik yang bersifat komersial maupun sosial,

salah satu berbentuk “qardh”. Qardh adalah pemberian harta

kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali tanpa

(5)

transaksi pinjam meminjam tanpa syarat tambahan pada saat

pengembalian pinjaman. Dalam literatur fiqh klasik, qardh

dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad tolong menolong

dan bukan transaksi komersial.

1. Definisi al-Qardh

Secara umum pinjaman merupakan pengalihan hak milik

harta atas harta. dimana pengalihan tersebut merupakan kaidah

dari Qardh.

A.Pengertian Pinjaman Menurut Bahasa Arab

Qardh secara bahasa, bermakna Al-Qath’u yang berarti

memotong. Harta yang disodorkan kepada orang yang berhutang

disebut Qardh, karena merupakan potongan dari harta orang

yang memberikan hutang. Kemudian kata itu digunakan sebagai

bahasa kiasan dalam keseharian yang berarti pinjam meminjam

(6)

orang kaya bersaudara dengan orang kaya, kemudian mereka

saling meminjamkan, sedangkan orang miskin tidak memiliki

saudara”

B. Pengertian Pinjaman Menurut Hukum Syara’

Secara syar’i para ahli fiqh mendefinisikan Qardh:

1. Menurut pengikut Madzhab Hanafi , Ibn Abidin mengatakan

bahwa suatu pinjaman adalah apa yang dimiliki satu orang lalu

diberikan kepada yang lain kemudian dikembalikan dalam

kepunyaannya dalam baik hati.

2. Menurut Madzhab Maliki mengatakan Qardh adalah

Pembayaran dari sesuatu yang berharga untuk pembayaran

kembali tidak berbeda atau setimpal.

3. Menurut Madzhab Hanbali Qardh adalah pembayaran uang ke

seseorang siapa yang akan memperoleh manfaat dengan itu

dan kembalian sesuai dengan padanannya.

4. Menurut Madzhab Syafi’i Qardh adalah Memindahkan

kepemilikan sesuatu kepada seseorang, disajikan ia perlu

membayar kembali kepadanya.

(7)

Menurut Syafi’i Antonio (1999), qardh adalah pemberian harta

kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau

dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharap imbalan.

Menurut Bank Indonesia (1999), qardh adalah akad pinjaman dari

bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib

dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.

2. Aspek Syariah Al-Qardh

Transaksi qardh diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan

hadits riwayat Ibnu Majjah dan ijma ulama. Sungguhpun demikian

,Allah SWT mengajarjkan kepada kita agar meminjamkan sesuatu

bagi “agama Allah”.

a. Al-Qur’an

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,

pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka

Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan

(8)

melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu

dikembalikan.(Al-Baqarah : 245)

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.(Al-Maidah : 2)

Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseru

untuk “meminjamkan kepada Allah”,artinya untuk

membelanjakan harta di jalan Allah.

Selaras dengan memeinjamkan kepada Allah,kita juga diseru

untuk “meminjamkan kepada sesama manusia”.Sebagai bagian

dari kehidupan bermasyarakat.

b. As-Sunnah

Dari Anas ra, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda :

“Pada malam peristiwa Isra’ aku melihat di pintu surga tertulis

’shadaqoh (akan diganti) dengan 10 kali lipat, sedangkan Qardh

dengan 18 kali lipat, aku berkata : “Wahai jibril, mengapa Qardh

(9)

meminta, peminta tersebut memiliki sesuatu, sementara ketika

berutang, orang tersebut tidak berutang kecuali karena

kebutuhan”.

(HR. Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abas bin Malik ra, Thabrani dan

Baihaqi meriwayatkan hadits serupa dari Abu Umamah ra).

Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi saw berkata,”Bukan

seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim(lainya)dua

kali lipat kecuali yang satunya adalah (senilai)sedekah”(HR Ibnu

Majah,Ibnu Hibban dan Baihaqi).

c. Ijma’

Secara ijma’ juga Para ulama menyatakan bahwa Qardh

diperbolehkan. Qardh bersifat mandub (dianjurkan) bagi muqridh

(orang yang mengutangi) dan mubah bagi muqtaridh (orang yang

berutang) kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang

tidak bias hidup tanpa pertolongan dan bantuan

saudaranya.Tidak ada sesoranga pun yang memiliki segala

barangyang ia butuhkan.Oleh karena itu, pinjam meminjam sudah

(10)

agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan

umatnya.

3. Aplikasi dalam Perbankan

Akad qard biasanya diterapkan sebagai berikut:

a. Sebagai produk perlengkapan kepada nasabah yang telah

terbukti loyalitas dan bonafiditasnya,yang membutuhkan dana

talangan segera untuk masa yang rlatif pendek. Nasabah

tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang

dipinjamnya itu.

b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana

cepat,sedangkan ia tidak bisa menarik dananya

karena,misalnya tersimpan dalam bentuk deposito.

c. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kcil

atau memebayar sektor sosial. Guna pemenuhan skema

khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu al-qardh

Al-hasan

(11)

Madzhab Hanafi berpendapat, Qardh dibenarkan pada harta

yang memiliki kesepadanan, yaitu harta yang perbedaan nilainya

tidak meyolok, seperti barang-barang yang ditakar, ditimbang,

biji-bijian yang memiliki ukuran serupa seperti kelapa, telur. Tidak

diperbolehkan melakukan qardh atas harta yang tidak memiliki

kesepadanan, baik yang bernilai seperti binatang, kayu dan

agrarian, dan harta biji-bijian yang memiliki perbedaan menyolok,

karena tidak mungkin mengembalikan dengan semisalnya.

Madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali berpendapat,

diperbolehkan melakukan qardh atas semua harta yang bisa

diperjualbelikan objek salam, baik ditakar, atau ditimbang, seperti

emas, perak dan makanan atau dari harta yang bernilai, seperti

barang-barang dagangan, binatang dan sebagainya, seperti

harta-harta, biji-bijian.

4. Hukum Qardh

Hak kepemilikan dalam Qardh menurut Abu Hanifah dan

Muhammad – berlaku melalui Qabdh (penyerahan).Jika seseorang

(12)

berhak menggunakan dan mengembalikan dengan semisalnya

meskipun muqridh meminta pengembalian gandum itu sendiri,

karena gandum itu bukan lagi miliki muqridh. Yang menjadi

tanggung jawab muqtaridh adalah gandum yang semisalnya dan

bukan gandum yang telah diutangnya, meskipun Qardh itu

berlangsung.

Abu yusuf berkata : muqtaridh tidak memiliki harta yang

menjadi objek Qardh selama Qardh itu berlangsung.

Mazhab hanafi berpendapat, Qardh dibenarkan pada harta

yang memiliki kesepadanan, yaitu harta yang perbedaan nilainya

tidak menyolok, seperti barang-barang yang ditakar, ditimbang,

biji-bijian yang memiliki ukuran serupa seperti kelapa dan telur,

dan yang diukur, seperti kain bahan. Di perbolehkan juga

meng-qardh roti, baik dengan timbangan atau biji.

Mazhab Maliki, Syafi’I, dan Hambali berpendapat,

diperbolehkan melakukan qardh atas semua harta yang bias

dijualbelikan obyek salam, baik itu ditakar, ditimbang, seperti

emas, perak dan makanan atau dari harta yang bernilai, seperti

(13)

harta-harta biji-bijian, karena pada riwayat Abu Rafi’ disebutkan

bahwa Rasulullah SAW berutang unta berusia masih muda,

padahal untuk bukanlah harta yang ditakar atau ditimbang, dan

karena yang menjadi obyek salam dapat di hakmiliki dengan jual

beli dan ditentukan dengan pensifatan. Maka bisa menjadi obeyek

qardh. Sebagaimana harta yang ditakar dan ditimbang.

Dari sini, menurut jumhur ahli fiqih, diperbolehkan melakukan

qardh atas semua benda yang boleh diperjualbelikan kecuali

manusia, dan tidak dibenarkan melakukan qardh atas

manfaat/jasa, berbeda dengan pendapat Ibnu Taimiyah, seperti

membantu memanen sehari dengan imbalan ia akan dibantu

memenen sehari, atau menempoati rumah orang lain dengan

imbalan orang tersebut menempati rumahnya.

5. Manfaat Al-Qardh

a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan

mendesak untuk mendapat talangan jangka pendek.

b. Al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri syariah dan

bank konvensional yang didalamnya terkandung pembeda

(14)

c. Adanya misi kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik

dan meningkatkan loyalitas masyarakat kepada bank syariah. d. Risiko al-qardh terhitung tinggi karena ia di anggap

pembiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan.

Dilihat dari definisi diatas, maka pinjaman dapat dibagi

menjadi dua bagian, yaitu pinjaman seorang hamba untuk

Tuhan-Nya dan pinjaman seorang muslim untuk saudaranya.

a. Pinjaman seorang hamba untuk Tuhan-Nya

Yaitu apa yang diberikan oleh seorang muslim untuk

membantu saudaranya tanpa mengharap kembalinya barang

tersebut karena semata-mata untuk mengharapkan balasan di

akhirat nanti.

Hal ini mencakup infaq untuk berjihad, infaq untuk anak-anak

(15)

orang-orang miskin. Jenis ini telah disebutkan di dalam Al-Qur’an

dengan kata ‘al-qardh’, sebagaimana tersebut dalam firman Allah

SWT “Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan

ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui.”

(Q.S Al-Baqarah : 244)

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman

yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan

meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda

yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki)

dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”(Q.S Al-Baqarah :

245)

Sebagaimana yang kita lihat ayat di atas, jelaslah bahwa

pinjaman yang dimaksud disini berbeda dengan apa yang sering

kita lihat didalam kehidupan bermasyarakat, yang mana

seseorang meminjam dari temannya karena didorong oleh

adanya suatu kebutuhan. Karena pinjaman yang dimaksud dalam

ayat ini sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.

(16)

Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan masalah

ini.Madzhab Abu Hanifah berkata, “Pinjaman yang diperbolehkan

adalah sesuatu yang mempunyai persamaan yang mungkin dapat

digantikan dengan sesuatu yang seruoa, akan tetapi menyangkut

barang-barang bernilai seperti hewan, property, kayu bakar dan

segala sesuatu yang tidak mungkin ditemukan barang yang

serupa dan persis dengannya waktu pengembalian barang

pinjaman tersebut, maka tidak boleh dipinjamkan. Karena

menurut golongan ini, bahwa pinjam meminjam dengan sesuatu

yang tidak dapat digantikan dengan yang serupa tidak

diperbolehkan.

Madzhab Imam Malik menambahkan definisi ini dengan

beberapa point berikut :

• Hendaklah barang yang dipinjamkan mempunyai nilai jual,

dengan begitu tidak dibenarkan meminjamkan sepotong api. • Orang yang meminjam harus mengembalikan barang

pinjamannya.

• Pengembalian pinjaman hendaklah diberikan sesudah

menerima pinjamannya.

• Hendaklah orang yang memberikan pinjaman tersebut berniat

(17)

saja, dan tidak berniat untuk mendapatkan keuntungan pribadi

maupun untuk mendapatkan keuntungan bersama.

• Tidak boleh meminjamkan alat fital seorang sahaya perempuan

kepada seseorang untuk dimanfaatkan

• Hendaklah orang yang meminjam sesuatu harus menjamin

bahwa ia akan mengembalikan pinjamannya, sehingga dalam

hal ini masjid dan madrasah tidak bisa dipinjamkan.

Setelah kita memberikan pinjaman kepada seseorang

(saudaranya), hendaklah pinjaman tersebut mengandung unsur

kebaikan, begitu juga apabila pinjaman tersebut telah jatuh

tempo.

Ber-ihsan dalam menagih hutang (Qardh), adakalanya

dilakukan dengan menganggapnya lunas, semua maupun

sebagiannya, atau dengan mengundurkan waktu pembayaran

tersebut yang telah jatuh tempo, ataupun dengan mengurangi

pelbagai persyaratan pembayaran yang telah memberatkan.

Semua itu sangat dianjurkan, Sebagaimana dalam Sabda Nabi

(18)

“Rahmat Allah tercurah atas siapa-siapa yang’mudah’ dalam

membeli, ‘mudah’ dalam menjual, ‘mudah dalam membayar dan

‘mudah’ dalam menagih”

Rasulullah SAW, juga pernah menyebutkan tentang seorang

laki-laki yang masa lalunya penuh dengan perbuatan dosa, yang

ketika dihisab, ternyata tidak memiliki cacatan amal kebaikan

yang pernah ia lakukan.

Maka ditanyakan kepadanya, “Apakah anda tidak pernah

melakukan kebaikan apapun ? “Tidak, “jawabnya. “Tetapi saya

dahulu adalah seorang pemberi hutang, dan senantiasa

mengingatkan kepada para pegawai saya : ‘Perlakukanlah yang

mampu diantara para penghutang dengan perlakuan yang baik,

dan undurkanlah waktu pembayaran bagi yang dalam

kesusahan’. (Dalam versi lain : ‘….dan maafkanlah (yakni

anggaplah hutangnya lunas) bagi yang dalam kesusahan’). Lalu

Allah SWT pun menghapus dosa-dosanya dan mengampuninya.

Seandainya semua masyarakat mengetahui hal demikian,

tidak akan terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan seseorang

(19)

bantuan. Apalagi ditengah kondisi krisis sekarang ini. Dimana,

kita sebagai orang yang memiliki kelebihan harta hendaklah

menolong saudara-saudara kita yang telah dilanda kesusahan

dengan memberikan bantuan berupa pinjaman yang ihsan,

bahkan tidak sekadar itu dapat memberikan Qardhul Hasan

(menginfakkan, mensedeqahkan sebagaian hartanya tanpa

mengaharapkan imbalan seperserpun tetapi hanya mengharap

ridha Allah SWT). Tetapi kalau hanya memikirkan kehidupan

duniawi manusia takluput akan kerakusan harta, yang diingat

hanyalah berapa besar kelebihan dari kembalian harta yang telah

dipinjamkan.

Pinjaman Berbunga

Bahwa pinjaman yang berbunga adalah haram berdasarkan

Al-Qur’an, Sunnah, ijma’. Keharaman itu meliputi segala macam

bunga yang dijadikan syarat oleh orang yang memberi pinjaman

kepada si peminjam. Karena tujuan dari pemberi pinjaman adalah

mengasihi si peminjam dan menolongnya. Tujuannya bukan

mencari kompensasi atau keuntungan. Oleh sebab itu, pinjaman

(20)

orang yang meminjamkan uang itu, mengambil kembali uang

tersebut. Namun, yang diambil kembali bukan uang yang

dipinjamkan, tetapi senilai dengan uang tersebut. Berarti

derajatnya sama dengan orang yang meminjami fasilitas uangnya

kemudian mengambil kembali uangnya. Dengan dasar itu, berarti

pinjaman berbunga yang diterapkan oleh bank-bank maupun

rentenir dimasa sekarang ini jelas-jelas merupakan riba yang

diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. sehingga bisa terkena

ancaman keras baik didunia maupun diakhirat dari Allah SWT.

Jenis-jenis pinjaman yang mengandung riba

1. Pinjaman Konsumtif

Pinjaman-pinjaman semacam ini dilakukan oleh orang-orang

yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

pribadinya. Pinjaman jenis ini amat biasa di kalangan orang-orang

miskin dan menengah, khususnya di negara-negara yang sedang

berkembang, seperti terjadi di Indonesia sejak dilanda krisis

multidimensi salah satu diantara krisis moneter, dimana terjadi

kenaikan pada semua harga barang, akibatnya masyarakat

(21)

mata uang yang menurun disamping itu juga pendapatan

masyarakat yang cenderung tidak meningkat. Sebagian besar

orang mengambil pinjaman ini untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Oleh karena itu, sebagian besar dari pendapatan

mereka diambil alih oleh pemilik modal dalam bentuk bunga.

Jutaan manusia di negara-negara yang sedang berkembang

menggunakan seluruh hidupnya untuk membayar utang yang

diwariskan kepada mereka. Upah dan gaji mereka sangat rendah

sehingga setelah membayar bunga, sangat sedikit yang tersisa

untuk menjadikan mereka mampu mendapatkan satu dua piring

makanan setiap hari.

Pembayaran angsuran bunga yang berat secara terus

menerus ini telah merendahkan standard kehidupan dan

pendidikan anak-anak mereka. Disamping itu, kecemasan yang

terus menerus rupanya mempengaruhi efisiensi kerja mereka

yang pada akhirnya akan memperlemah perekenomian negara

mereka.

Selanjutnya, pembayaran bunga telah mengurangi

(22)

industri yang memenuhi permintaan golongan miskin dan

menengah akan memperoleh kesan akan rendahnya permintaan

pada kalangan tersebut. Dan secara berangsur-angsur tetapi

dengan pasti, hal ini akan menurunkan pembangunan industri

serta menghambat kemajuan masyarakat.

1. Pinjaman Produktif

Pinjaman ini dilakukan oleh para pedagang, industrialis dan

para petani untuk tujuan-tujuan yang produktif termasuk dalam

kategori peminjam jenis ini. Kapitalis, dengan malapraktek

mereka, telah menimbulkan banyak kesengsaraan dengan

memungut bunga dari para peminjam, begitu juga terhadap

masyarakat.

6. Aplikasi Qardh

Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh bank kepada

nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman talangan pada saat

nasabah mengalami overdraft. Fasilitas ini dapat merupakan

bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk memudahkan

nasabah bertransaksi. Aplikasi qardh dalam perbankan ada empat

(23)

a. Sebagai pinjaman talangan haji

b. Sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit syariah c. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil

d. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank

Rukun dan Syarat

1. Rukun :

– Muqridh (pemilik barang)

– Muqtaridh (yang mendapat barang atau peminjam) – Ijab qobul

– Qardh (barang yang dipinjamkan)

2. Syarat sah qardh :

– Qardh atau barang yang dipinjamkan harus barang yang

memiliki manfaat, tidak sah jika tidak ada kemungkinan

pemanfaatan karena qardh adalah akad terhadap harta.

– Akad qardh tidak dapat terlaksana kecuali dengan ijab dan

qobul seperti halnya dalam jual beli.

3. Sumber dana

Sifat qardh tidak memberikan keuntungan finansial. Karena

(24)

a. Al-qardh yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil

dan keperluan social, dapat bersumber dari dana zakat, infaq,

dan sedekah.

b. Al-qardh yang diperlukan untuk membantu keuangan nasabah

secara cepat dan berjangka pendek. Talangan dana di atas

dapat diambilakan dari modal bank.

Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Pembiayaan

Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah Di antara keputusan

fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional No.

29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga

Keuangan Syariah adalah sebagai berikut:

– Dalam pengurusan haji bagi nasabah, Lembaga Keuangan

Syariah (LKS) dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah)

dengan menggunakan prinsip al-ijarah sesuai Fatwa DSN-MUI

no. 9/DSN-MUI/IV/2000.

– Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada

jumlah talangan al-Qardh yang diberikan Lembaga Keuangan

Syariah (LKS) kepada nasabah.

– Apabila diperlukan, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat

(25)

menggunakan prinsip al-Qardh sesuai dengan Fatwa

DSN-MUI nomor 19/DSN-DSN-MUI/IV/2001.[1][3]

Keputusan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional

ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

– Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi

kebutuhan masyarakat adalah pengurusan haji dan talangan

pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).

– Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) perlu merespon

kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya. – Agar pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip

syari’ah, maka Dewan Syariah Nasional memandang perlu

menetapkan fatwa tentang pengurusan dan pembiayaan haji

oleh Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) untuk dijadikan

pedoman.[1][4]

Berdasarkan pertimbangan di atas itulah, Dewan Syariah

Nasional memberikan ketetapan hukum boleh melakukan ibadah

haji dengan bantuan talangan dari pihak Lembaga Keuangan

Syari’ah (LKS), dengan syarat ia harus mampu melunasinya

(26)

Bahkan pendapat yang paling ketat mensyaratkan pihak

peminjam harus melunasinya sebelum pemberangkatan haji,

sebab kalau tidak demikian berarti ia termasuk orang yang tidak

diwajibkan menunaikannya karena belum cukup syarat (mampu).

Telaah terhadap Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang

Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah Sistem

keuangan dan perbankan Islam hadir untuk memberikan berbagai

jasa keuangan yang dapat diterima secara religius kepada

komunitas-komunitas muslim.[1][5] Dapat diterima secara religius

artinya tujuan dari sirkulasi keuangan itu sesuai dengan

prinsip-prinsip Islam dan tidak mengandung unsur riba dan pemerasan.

Jadi, aspek utama yang ditekankan di sini adalah kesejahteraan

sosial yang dilihat dari apakah aktivitas tersebut

menambahkegunaan (masalih) atau tidak (mafasid).[1][6]

Bila dikaitkan dengan jasa yang diberikan oleh Lembaga

Keuangan Syari’ah (LKS) untuk menalangi pelunasan Biaya

Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) cukup jelas bahwa kegiatan tersebut

sangatlah membantu kemudahan masyarakat yang ingin

(27)

ibadah haji, meski biaya yang mereka butuhkan belum tersedia

secara memadai. Menurut penyusun, faktor inilah yang menjadi

pertimbangan Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa

mengenai kebolehan menalanginya bagi Lembaga Keuangan

Masyarakat.

Bila ditelaah melalui perspektif ushul fiqh, sikap yang diambil

oleh Dewan Syariah Nasional didasarkan para prinsip li

al-maslahah al-mursalah. Namun yang perlu ditekankan di sini

adalah bahwa orang tersebut tetap berada dalam koridor istitha’

(sanggup atau mampu) untuk melunasinya dalam waktu yang

disepakati, karena bila ia hanya mengandalkan keinginan semata

tanpa disertai kesanggupan untuk melunasi berarti ia telah

memaksakan diri (bukan berdasar keikhlasan) padahal yang

namanya ibadah harus dilaksanakan secara ikhlas dan sesuai

kesanggupannya.

Berkaitan dengan fatwa Dewan Syariah Nasional mengenai

hukum penalangan tersebut apakah masuk dalam hukum ijarah

(menyewa) ataukah qardh (meminjam), maka di bawah ini perlu

(28)

a. Al-ijarah (operational lease) adalah akad pemindahan hak

guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa,

tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan

(ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri.[1][7]

b. Al-Qardh (soft and benevolent loan) adalah pemberian harta

kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali

atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan

imbalan.

Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategrikan dalam ‘aqd

tathawwu’i atau akad saling membantu dan bukan transaksi

komersial.[1][8]

Dari kedua definisi di atas dapat diketahui bahwa jasa yang

diberikan oleh Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) untuk

menalangi pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) kurang

tepat bila digunakan istilah al-Qardh (meminjamkan), karena

dalam Islam, pinjam meminjam adalah akad sosial, bukan akad

komersial. Artinya bila seseorang meminjam sesuatu, ia tidak

boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas jasa pokok

pinjamannya. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi saw yang

(29)

adalah riba, sedangkan para ulama sepakat bahwa riba itu haram.

Karena itu, dalam Lembaga Keuangan Syari’ah pinjaman tidak

disebut kredit, tapi pembiayaan (financing).

Dalam kasus ini, bila nasabah datang Lembaga Keuangan

Syari’ah (LKS) dan ingin meminjam uang untuk keperluan naik

haji karena biaya yang tersedia tidak cukup, maka ia harus

melakukan akad ijarah (sewa) dan bukan akad qardh (meminjam).

Karena jika LKS memberikan pinjaman kepada nasabah atas

nama akad qardh untuk membantu menalangi pembiayaan haji,

maka LKS tidak boleh mengambil keuntungan dari pinjaman itu.

7. Al-Qardhul hasan

Allah swt berfirman: dalam al-Baqarah ayat 245 : Siapakah

yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik

(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat

gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang

banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan

kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

Secara umum, Qardh Hasan diartikan sebagai infak di jalan

(30)

kebenaran dan bersedekah kepada para fakir miskin dan

orang-orang yang membutuhkan. Ada juga yang mengatakan: Qardh

Hasan itu adalah amal shaleh muthlaqon yang mana dia adalah

bentuk transaksi pinjaman yang benar-benar bersih dari

tambahan/bunga.

Pengertian “al-hasan” disini adalah ketika seorang muslim

meminjamkan atau menginfakkan sesuatu yang ada pada dirinya

hendaklah dia mengeluarkan sesuatu yang elok tanpa cela. Maka

Qardh hasan itu pada dasarnya adalah sedekah yaitu pekerjaan

(31)

KESIMPULAN

Dari uraian makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa bank

syariah memiliki keunggulan atau nilai lebih dibandingkan dengan

bank konvensional dari segi pembiayaan, karena dalam bank

syari’ah memiliki berbagai macam bentuk pembiayaan yang

meudahkan bagi para nasabah dalam segi pembiayaan. Bank

syariah juga memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan

(32)

DAFTAR PUSTAKA

• Antonio Syafi’I. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek, Jakarta:

Gema Insani, 2001

• www.google.com/wiipedia

Referensi

Dokumen terkait

Although the empirical de®nition of a burst must be used in dealing with data from patch clamp recordings, in a simulation it is possible to `observe' which visits to level 0

Kadir (2008) menjelaskan bahwa untuk mengungkap kemampuan siswa dalam berbagai spek komunikasi, dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa dalam mendiskusikan

Yos Sudarso, Jurusan Bolok, Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur Telp.. 76.2 /

iuui ui^u dengan nama agama lainnya' kata Islam tidak memiliki hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia alau dari su-atu n.g.ti... Hal ini dapat kita

Pola difraksi sinar-X serbuk hasil penggilingan basah berbeda dengan pola difraksi komponen-komponen murninya yang mengindikasikan terbentuknya ko-kristal

Strategi pembelajaran edupreneurship berbasis multiple intelligences dilakukan melalui aktivitas peserta didik dengan menggunakan salah satu kecerdasan atau

Setelah batang besi yang dililitkan dengan kawat menunjukkan sifat kemagnetan, kemudian pada salah satu ujung batang besi tersebut didekatkan magnet seperti gambar B.. (2

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bertujuan untuk membentuk mahasiswa praktikan agar menjadi calon tenaga kependidikan yang profesional, sesuai dengan