• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN MALANG TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN MALANG TAHUN"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N M A L A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG

NOMOR : 2 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

(RPJMD) KABUPATEN MALANG

TAHUN 2010-2015

(3)

A B Daerah (RPJ bersama ant adalah mewu Timur yang M (MADEP MAN perkebunan, mendorong s D masyarakat penyediaan ketahahanan miskin dan d maka strate Timur, Nasio efisien dan e membangun K terima kasih kerjasama da W Assalamu alai Berkat rahma JMD) Kabupat tar stakeholde ujudkan Kabu Mandiri, Agam NTEB). Sekto peternakan, sektor potensi Dalam rangk diarahkan pa infrastruktur n pangan, pela desa tertingga gi yang akan onal dan linta ekonomis. Ole Kabupaten Ma Kepada semu h dan selanju an partisipasin Wassalamuala

KAT

kum warahma at Allah Yang ten Malang ers pemerinta upaten Malang mis, Demokra r yang akan perikanan, seperti perta ka penyeleng ada 7 priorita r, perluasan ayanan publik al. Menyadari n ditempuh a as daerah ter eh karena itu alang dalam r a pihak yang utnya dalam nya. aikum warahm

TA PENGAN

atullahi waba Maha Kuasa R Tahun 2010-ahan dan pem g sebagai Bum tis, Produktif menjadi an perindustrian ambangan, pe garaan peme as utama yai n kesempata k, pelayanan d akan keterba adalah bersine masuk lemba kami mengun rangka mening g telah memb rangka imple matullahi waba

NTAR

arakatuh Rencana Pem 2015 telah d mbangunan. T mi Agro-Wisat f, Maju, Aman ndalan pereko n, perdaganga rumahan/ban erintahan ya itu : pelayan an kerja, p dasar dan jam atasan sumbe ergi bersama ga non peme ndang berbaga gkatkan kesej bantu mewuju ementasinya arakatuh. B H. bangunan Jan dirumuskan d Tema besar y ta yang Terke n, Tertib dan onomian ada an dan pariw ngunan dan ke ng fokus pa nan pendidika peningkatan minan sosial ba er daya dan d pemerintah erintah dengan ai pihak untuk jahteraan ber udkan RPJMD kedepan tet BUPATI MALAN RENDRA KRE ngka Menenga dan disepaka yang disepaka emuka di Jaw Berdaya Sain lah pertanian wisata; denga elautan. ada pelayana an, kesehatan produksi da agi masyaraka dana yang ada Provinsi Jaw n azas efekti k bekerja sam rsama. ini diucapka ap diharapka NG ESNA ah ati ati wa ng n, an an n, an at a, wa f, ma an an

(4)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Dasar Hukum Penyusunan ... 3

1.3. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lainnya ... 5

1.4. Sistematika Penulisan ... 8

1.5. Maksud dan Tujuan ... 9

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ... 10

2.1. Aspek Geografi dan Demografi ... 10

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... 15

2.3. Aspek Pelayanan Umum ... 28

2.4. Aspek Daya Saing Daerah ... 37

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN ... 44

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu ... 46

3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu ... 53

3.3. Kerangka Pendanaan Tahun 2011-2015 ... 54

BAB IV ANALISIS ISU STRATEGIS ... 58

4.1. Permasalahan Pembangunan Kabupaten Malang ... 58

4.2. Isu Strategis Pembangunan Kabupaten Malang ... 60

4.3. Fokus Pembangunan Sektoral ... 61

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ... 64

5.1. Visi ... 64

5.2. Misi ... 65

5.3. Tujuan ... 66

5.4. Sasaran ... 66

BAB VI AGENDA, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN ... 68

6.1. Agenda dan Prioritas Pembangunan ... 68

6.2. Strategi Pembangunan ... 69

6.3. Arah Kebijakan Umum ... 70

6.4. Icon Promotif ... 79

6.5. Kerjasama Antar Kabupaten/Kota ... 80

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ... 81

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM DAN PENDANAANNYA ... 99

BAB IX INDIKATOR KINERJA DAERAH ... 130

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN ... 136

10.1. Pedoman Transisi... 136

(5)

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Kependudukan Tahun 2006-2010 ... 13

Tabel 2.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Malang Tahun 2011-2015 .... 14

Tabel 2.3 Perkembangan Jumlah Peserta KB dan PUS Tahun 2006-2010 ... 14

Tabel 2.4 Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2006-2010 ... 14

Tabel 2.5 Perkembangan Jumlah Pemeluk Agama Tahun 2006-2010 ... 15

Tabel 2.6 Perkembangan PDRB, PDRB Per Kapita, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Tahun 2006-2010 ... 15

Tabel 2.7 Proyeksi PDRB, PDRB per Kapita, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Tahun 2011-2015 ... 16

Tabel 2.8 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK Tahun 2006-2010 ... 16

Tabel 2.9 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK Tahun 2011-2015 .... 17

Tabel 2.10 Perkembangan Struktur Ekonomi PDRB ADHK Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 ... 17

Tabel 2.11 Proyeksi Struktur Ekonomi PDRB ADHK Kabupaten Malang Tahun 2011-2015 ... 18

Tabel 2.12 Struktur Ekonomi PDRB ADHB Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 ... 18

Tabel 2.13 PDRB ADHB per SSWP Tahun 2005-2009 ... 19

Tabel 2.14 Perkembangan PDRB ADHK per SSWP Tahun 2005-2008 ... 20

Tabel 2.15 Klasifikasi Kinerja Ekonomi SSWP Tahun 2005-2008 ... 21

Tabel 2.16 PPrrooyyeekkssiiPPeerrttuummbbuuhhaannEEkkoonnoommiippeerrWWiillaayyaahhPPeennggeemmbbaannggaann Tahun 2015-2015 ... 22

Tabel 2.17 PPeerrkkeemmbbaannggaann AAnnggkkaa KKeemmiisskkiinnaann,, PPeennggaanngggguurraann ddaann IIPPM Kabupaten M Malang Tahun 2006-2010 ... 24

Tabel 2.18 PPrrooyyeekkssii AAnnggkkaa KKeemmiisskkiinnaann,, PPeennggaanngggguurraann ddaann IIPPM Kabupaten Malang M Tahun 2010-2015 ... 25

Tabel 2.19 Daftar Desa Tertinggal Kabupaten Malang ... 26

Tabel 2.20 Perkembangan Jumlah Penduduk Rawan Sosial Tahun 2006-2010 ... 27

Tabel 2.21 Perkembangan Keterlibatan Perempuan Dalam Organisasi Tahun 2006-2009 ... 28

Tabel 2.22 Perkembangan APM dan APK Tahun 2006-2009 ... 28

Tabel 2.23 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Umur 15 Tahun Keatas di Kabupaten Malang dan Sekitarnya Tahun 2005-2010 ... 29

Tabel 2.24 Perkembangan Guru yang Berkualifikasi Tahun 2006-2010 ... 29 Tabel 2.25 PPeerrkkeemmbbaannggaann PPaarrttiissiippaassii SSeekkoollaahh DDiibbaannddiinnggkkaann ddeennggaann JJuummllaahh

P

Peenndduudduuk Tahun 2006-2009 ... k 30 Tabel 2.26 KKeetteerrsseeddiiaaaannSSeekkoollaahhddaannPPeenndduudduukkUUssiiaaSSeekkoollaah Tahun 2006-2009 ... 30 h

(6)

iii Tabel 2.27 PPeerrkkeemmbbaannggaann JJuummllaahh GGuurruu ddaann MMuurriidd ppeerr JJeennjjaanngg PPeennddiiddiikkaann DDaassaar r Tahun 2006-2009 ... 31 Tabel 2.28 PPeerrkkeemmbbaannggaann IInnddeekkss HHaarraappaann HHiidduupp,, KKeemmaattiiaann BBaayyii,, KKeemmaattiiaann AAnnaak k d daannIIbbu Tahun 2006-2009 ... 31 u Tabel 2.29 PPeerrkkeemmbbaannggaann JJuummllaahh DDookktteerr,, PPaarraammeeddiiss ddaann SSaarraannaa PPrraassaarraannaa K Keesseehhaattaann Tahun 2006-2009 ... 32

Tabel 2.30 Perkembangan Ketenagakerjaan Tahun 2007-2009 ... 33

Tabel 2.31 Produksi Komoditas Andalan Pertanian Tahun 2006-2009 ... 34

Tabel 2.32 Perkembangan Industri dan Perdagangan Tahun 2006-2009 ... 34

Tabel 2.33 Potensi Mineral di Kabupaten Malang ... 35

Tabel 2.34 Perkembangan Peran Sektoral Dalam Perekonomian Berdasarkan PDRB ADHK Tahun 2006-2010 ... 38

Tabel 2.35 Daerah Yang Potensi Andalannya Sama Dengan Kabupaten Malang ... 38

Tabel 2.36 Realisasi Ekspor Non Migas Menurut Tujuan Tahun 2009 ... 39

Tabel 2.37 Perkembangan Jumlah dan Nilai Investasi PMDN/PMA Tahun 2008-2009 ... 39

Tabel 2.38 Prasarana Jalan Tahun 2006-2009 ... 40

Tabel 2.39 Perkembangan Telekomunikasi Tahun 2006-2009 ... 41

Tabel 2.40 Perkembangan Kelistrikan Tahun 2006-2009 ... 41

Tabel 2.41 Perkembangan Sarana Transportasi Tahun 2006-2009 ... 42

Tabel 2.42 AAnnggkkaaKKrriimmiinnaalliittaass Tahun 2006-2009 ... 43

Tabel 3.1 Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2006-2010 ... 47

Tabel 3.2 Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2006-2010 ... 48

Tabel 3.3 Rasio Pendapatan dengan Belanja Dalam Tahun Berjalan Tahun Anggaran 2006-2010 ... 49

Tabel 3.4 Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2006-2010 ... 50

Tabel 3.5 Asset Daerah Tahun Anggaran 2005-2009 ... 51

Tabel 3.6 Hutang/Kewajiban Tahun Anggaran 2006-2009 ... 52

Tabel 3.7 Ekuitas Dana Tahun Anggaran 2006-2009 ... 52

Tabel 3.8 Jumlah Kewajiban Dan Ekuitas Dana Tahun Anggaran 2006-2009 ... 52

Tabel 3.9 Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2010-2015 ... 56

Tabel 3.10 Proyeksi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010-2015 ... 57

Tabel 4.1 Analisa SWOT ... 60

Tabel 4.2 Hubungan Fokus Pembangunan Sektoral dengan Isu Strategis ... 61

Tabel 7.1 Kebijakan Umum dan Program Kabupaten Malang ... 82

Tabel 8.1 Indikasi Rencana Program Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Kabupaten Malang Tahun 2011-215 ... 100

Tabel 9.1 Indikator Kinerja Daerah ... 131

(7)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hubungan RPJMD Kabupaten Malang dengan Dokumen lainnya ... 5 Gambar 2.1 Peta Wilayah Pengembangan Kabupaten Malang ... 23 Gambar 3.1 Kerangka Hubungan Antara Kebijakan Keuangan Daerah/APBD dengan

RKPD dan Visi, Misi, Strategi RPJMD ... 44 Gambar 3.2 Kerangka Hubungan Antara Strategi dan Komponen APBD ... 45

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah Kabupaten Malang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 dengan pusat pemerintahan berada di Kota Malang, namun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008 maka Ibukota Kabupaten Malang dipindahkan dari Wilayah Kota Malang ke wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Adapun tujuan umum pembentukan Kabupaten Malang selaras dengan semangat dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat yang merupakan warisan leluhur pendahulu yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur material spiritual diatas dasar kesucian yang langgeng (abadi) dan dikenal dengan sesanti Satata Gama Karta Raharja.

Pemerintah Daerah Kabupaten Malang Periode 2010-2015 ini adalah hasil pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2010 yang disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.35–803 Tahun 2010 tentang Pengesahan Pemberhentian dan Pengesahan Pengangkatan Bupati Malang Provinsi Jawa Timur serta Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132.35–804 Tahun 2010 tentang Pengesahan Pemberhentian Wakil Bupati Malang dan Pengesahan Pengangkatan Wakil Bupati Malang Provinsi Jawa Timur.

Dalam kerangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta peraturan perundangan di era desentralisasi memperlihatkan komitmen politik pemerintah untuk menata kembali dan meningkatkan sistem, mekanisme, prosedur dan kualitas proses perencanaan dan penganggaran daerah. Ini dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang lebih baik, demokratis, dan pembangunan daerah berkelanjutan. Dalam peraturan dan perundangan baru, penyusunan rencana dikehendaki memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom-up dan top down process. Ini bermakna bahwa perencanaan daerah selain diharapkan memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan dan akuntabel, konsisten dengan rencana lainnya yang relevan, juga kepemilikan rencana (sense of ownership) menjadi aspek yang perlu diperhatikan. Keterlibatan stakeholders dan legislatif dalam proses pengambilan keputusan perencanaan menjadi sangat penting untuk memastikan rencana yang disusun mendapatkan dukungan optimal bagi implementasinya.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 telah ditetapkan proses pelaksanaan desentralisasi dimana Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan antar daerah tanpa mengurangi kewenangan yang diberikan. Selanjutnya sebagaomana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(9)

2

disebutkan bahwa perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, dan tanggap terhadap perubahan, demikian juga perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah tersebut disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, sehingga perencanaan pembangunan daerah harus disusun secara terpadu (integrated), terukur (measurable), dapat dilaksanakan (aplicable) dan berkelanjutan (sustainable). Undang–Undang tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa daerah kabupaten/kota yang memiliki Kepala Daerah baru diharuskan memiliki Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah.

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Undang-Undang 32 Tahun 2004, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 ini pula diamanatkan bahwa daerah kabupaten/kota wajib memiliki Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dijelaskan bahwa pengertian RPJMD adalah dokumen rencana pembangunan jangka menengah, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 tahun. Yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan memperhatikan RPJM Nasional dan RPJMD Provinsi. Selanjutnya pula berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 bahwa RPJMD ditetapkan paling lambat 6 bulan setelah Kepala Daerah dilantik.

Sebagai suatu dokumen rencana yang penting sudah sepatutnya Pemerintah Daerah bersama DPRD, dan masyarakat memberikan perhatian penuh pada proses penyusunan dokumen RPJMD, dan yang tentunya diikuti dengan pemantauan, evaluasi, dan review berkala atas implementasinya. Dokumen RPJMD ini disusun guna menjabarkan visi dan misi serta program Kepala Daerah terpilih sesuai dengan janji-janjinya di masa kampanye berdasarkan isu dan permasalahan strategis dan potensi Kabupaten Malang. Dalam rangka tetap menjaga sinkronisasi perencanaan antar level pemerintahan dalam jangka menengah baik dalam hal program pembangunan di daerah, provinsi, maupun pusat, maka RPJMD Kabupaten Malang disusun dengan berpedoman pada RPJPD Kabupaten Malang Tahun 2005-2025 dan memperhatikan RPJM Nasional Tahun 2010–2014 dan RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2009–2014 yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Pada tahapan pembangunan pertama RPJPD Kabupaten Malang Tahun 2005-2025 selama kurun waktu 5 tahun yang lalu banyak permasalahan pembangunan di Kabupaten Malang yang telah ditangani dan mengalami perubahan yang cukup signifikan baik dalam segi pelayanan pemerintahan maupun pembangunan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya kepercayaan masyarakat antara lain disebabkan banyaknya permasalahan yang dapat diatasi secara bersama serta memberikan rasa kepuasan kepada masyarakat, dengan demikian dapat mensinergikan ketiga kekuatan utama pembangunan yaitu pemerintah dan DPRD,

(10)

3

dunia usaha serta masyarakat, walaupun masih banyak permasalahan pembangunan dan kemasyarakatan yang masih harus ditangani kedepan. Namun hal yang mendasar dari keberhasilan pembangunan 5 tahun tahap pertama RPJPD Kabupaten Malang adalah telah mampu menggeser paradigma pembangunan dari ketergantungan sepenuhnya kepada pemerintah menjadi pembangunan terpadu antar stakeholder dan paradigma pembinaan masyarakat menjadi pemberdayaan serta mampu pula merubah paradigma aparatur dari kebiasaan yang minta dilayani menjadi melayani masyarakat.

RPJMD sebagai dokumen perencanaan 5 tahunan merupakan penjabaran RPJPD yang memiliki kurun waktu 20 tahun. RPJMD selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan perencanaan tahunan dan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD). RPJM Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010–2015 merupakan dokumen perencanaan kebijakan pembangunan 5 tahun kedepan. Dengan demikian, substansi materi didalamnya harus mengacu dan mengarah bagi terwujudnya ketentuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan pemanfaatan ruang baik kebijakan struktur ruang maupun pola ruang.

Berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 050/915/II/Bangda tanggal 3 Maret 2011 perihal Konsultasi Rancangan Akhir RPJMD dan RKPD, dijelaskan bahwa periodesasi RPJMD sesuai dengan masa jabatan Kepala Daerah terpilih terhitung sejak dilantik sedangkan Bupati Malang dan Wakil Bupati Malang dilantik pada tanggal 26 Oktober 2010, maka dengan demikian RPJMD Kabupaten Malang ditetapkan periodesasinya Tahun 2010-2015, walaupun secara substansi perencanaan Tahun 2010 sudah tertuang dalam RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 yang telah dilaksanakan serta telah dipertanggung jawabkan melalui Laporan Keterangan Pertangung Jawaban (LKPJ) Tahun 2010 tanggal 14 Maret 2011.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Dalam menyusun RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku antara lain 1) landasan idiil Pancasila, 2) Landasan konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. serta landasan operasional sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

(11)

4

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

16. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

19. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2014;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Malang Dalam Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

22. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2008 tentang RPJPD Kabupaten Malang Tahun 2005-2025.

(12)

5

23. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang;

1.3. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan lainnya

Gambar 1.1

Hubungan RPJMD Kabupaten Malang dengan Dokumen lainnya

1.3.1 RPJM Nasional

RPJM Nasional Tahun 2014 menyebutkan bahwa visi Indonesia Tahun 2010-2014 adalah terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan, serta dengan misi 1) melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera, 2) memperkuat pilar-pilar demokrasi, 3) memperkuat dimensi keadilan di semua bidang. Untuk mewujudkan visi misi tersebut Pemerintah memiliki 5 agenda pembangunan yaitu 1) Pembangunan Ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat, 2) perbaikan tata kelola pemerintahan, 3) penegakan pilar demokrasi, 4) penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, 5) Pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Dengan 11 prioritas pembangunan nasional yaitu (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

1.3.2 RPJMD Provinsi Jawa Timur

RPJM Daerah Jawa Timur Tahun 2009-2014 memiliki visi terwujudnya Jawa Timur yang makmur dan berakhlak dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mempunyai satu misi mewujudkan makmur bersama wong cilik melalui APBD untuk rakyat. Untuk mewujudkan visi misi tersebut maka Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiliki 9 agenda utama yaitu 1) Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, terutama bagi masyarakat miskin. 2) Memperluas lapangan kerja, meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan, memberdayakan ekonomi rakyat, terutama wong cilik, dan meningkatkan kesejahteraan sosial rakyat. 3) Meningkatkan percepatan pemerataan dan

RPJM NASIONAL RPJPD KABUPATEN MALANG RKPD KABUPATEN MALANG RPJMD KABUPATEN MALANG RPJMD PROVINSI JATIM RTRW PROVINSI JATIM RENJA SKPD RENSTRA SKPD TH. 2010-2015 RTRW KABUPATEN MALANG

(13)

6

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, terutama melalui pengembangan agroindustri/agrobisnis, serta pembangunan dan perbaikan infrastruktur, terutama pertanian dan pedesaan. 4) Memelihara kualitas dan fungsi lingkungan hidup, serta meningkatkan perbaikan pengelolaan sumber daya alam, dan penataan ruang. 5) Mewujudkan percepatan reformasi birokrasi, dan meningkatkan pelayanan publik. 6) Meningkatkan kualitas kesalehan sosial demi terjaganya harmoni sosial. 7) Meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan, serta terjaminnya kesetaraan gender, dan meningkatkan peran pemuda, serta mengembangkan dan memasyarakatkan olahraga. 8) Meningkatkan keamanan dan ketertiban, supremasi hukum, dan penghormatan hak asasi manusia. 9) Mewujudkan percepatan penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi sosial ekonomi dampak lumpur panas Lapindo.

1.3.3 RTRW Provinsi Jawa Timur

Arahan Pengembangan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur yang cukup terkait dengan Kabupaten Malang adalah tentang struktur pemanfaatan ruang wilayah, menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan di Provinsi Jawa Timur sehingga terjadi pemerataan pelayanan, mendorong pertumbuhan wilayah di perdesaan dan perkotaan.

Perwilayahan Jawa Timur direncanakan dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan yang dibagi dalam 9 SWP yaitu 1) SWP Gerbangkertosusila Plus, 2) SWP Malang Raya, 3) SWP Madiun dan sekitarnya, 4) SWP Kediri dan sekitarnya, 5) SWP Probolinggo, Lumajang, 6) SWP Blitar, 7) SWP Jember, 8) SWP Banyuwangi, 9) SWP Madura dan Kepulauan. Sedangkan kedudukan Kabupaten Malang di dalam orde-orde perkotaan di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Malang termasuk dalam Orde II-B yang memiliki fungsi utama sebagai penunjang sistem metropolitan dan sebagai pusat pertumbuhan wilayah dengan potensi utama pertanian, industri dan pariwisata.

1.3.4 RTRW Kabupaten Malang

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Malang adalah 1) Kebijakan dan strategi perencanaan ruang wilayah yang meliputi penetapan struktur ruang wilayah, penetapan pola ruang wilayah, penetapan kawasan strategis serta penetapan fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. 2) Kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang wilayah daerah memuat kebijakan dan strategi sistem perdesaan; kebijakan dan strategi sistem perkotaan; kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan; kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.

RTRW Kabupaten Malang sampai dengan akhir 2009 sebagaimana Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 11 Tahun 2003 yang mengarahkan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) menjadi 8 SSWP yaitu 1) SSWP I Ngantang 2)

(14)

7

SSWP II Lingkar Kota Malang 3) SSWP III Lawang 4) SSWP IV Tumpang 5) SSWP V Kepanjen 6) SSWP VI Donomulyo 7) SSWP VII Gondanglegi 8) SSWP VIII Dampit. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang SSWP diubah menjadi 6 Wilayah Pengembangan (WP) yang terdiri 1) WP I lingkar kota Malang 2) WP II Kepanjen 3) WP III Ngantang, 4) WP IV Tumpang, 5) WP V Turen dan Dampit, 6) WP VISumbermanjing Wetan.

1.3.5 RPJPD Kabupaten Malang

RPJPD Kabupaten Malang Tahun 2005-2025 menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam penyusunan RPJMD karena RPJMD Tahun 2010-2015 ini merupakan bagian tahapan pembangunan kedua. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan ini mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena itu tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, tetapi semua harus berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan sasaran pokok pembangunan jangka panjang. Prioritas utama menggambarkan makna strategis dan urgensi permasalahan, atas dasar pemikiran tersebut tahapan skala prioritas utama dalam Tahapan Pembangunan kedua RPJPD (2010-2015) yaitu: 1) Meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat dengan mengembangkan sistem informasi hukum; 2) Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik; 3) Mengembangkan perekonomian berbasis pertanian, pertambangan, kelautan, industri, perdagangan dan pariwisata yang didukung infrastruktur yang memadai; 4) Mengembangkan sistem pengamanan, perbaikan dan pelestarian lingkungan hidup; 5) Mengurangi kemiskinan, pengangguran dan perbaikan iklim ketenagakerjaan; 6) Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan; 7) Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, meningkatkan kualitas keluarga dan

pengarusutamaan gender, serta diarahkan pula pada sasaran untuk melanjutkan program-program RPJMD Tahap I yang belum terselesaikan.

1.3.6 Renstra SKPD

Penyusunan Renstra SKPD harus mengacu dan berpedoman pada RPJMD. Kinerja penyelenggaraan urusan SKPD akan sangat mempengaruhi kinerja pemerintahan daerah dan Kepala Daerah selama masa kepemimpinannya. Dalam konteks ini, adalah sangat penting bagi SKPD untuk mengklarifikasikan secara eksplisit visi dan misi Kepala Daerah terpilih dan RPJMD, kemudian menerjemahkan kedalam rencana strategis SKPD, dan disajikan secara sistematis, dan terpadu ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan prioritas SKPD serta dilengkapi dengan indikator atau tolok ukur pencapaiannya.

1.3.7 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Malang

RKPD merupakan dokumen perencanaan pemerintah untuk periode satu tahun dan merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat a) rancangan kerangka ekonomi daerah b) program prioritas pembangunan daerah dan c) rencana kerja, pendanaan

(15)

8

dan prakiraan maju, yang selanjutnya akan dipakai sebagai dasar penyusunan KUA-PPAS.

1.3.8 Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)

Dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 tahun yang merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang memuat: a) program dan kegiatan; b) lokasi kegiatan; c) indikator kinerja; d) kelompok sasaran; e) pagu indikatif dan prakiraan maju.

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

1.3. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lainnya

1.4. Sistematika Penulisan 1.5. Maksud dan Tujuan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA

PENDANAAN

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu

3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu 3.3. Kerangka Pendanaan Tahun 2011-2015 BAB IV ANALISIS ISU STRATEGIS

4.1. Permasalahan Pembangunan Kabupaten Malang 4.2. Isu Strategis Pembangunan Kabupaten Malang 4.3. Fokus Pembangunan Sektoral

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi

5.2. Misi 5.3. Tujuan 5.4. Sasaran

BAB VI AGENDA, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Agenda dan Prioritas Pembangunan 6.2. Strategi Pembangunan

6.3. Arah Kebijakan Umum 6.4. Icon Promotif

6.5. Kerjasama Antar Kabupaten/Kota

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM DAN PENDANAANNYA BAB IX INDIKATOR KINERJA DAERAH

(16)

9

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Pedoman Transisi

10.2. Kaidah Pelaksanaan

1.5. Maksud dan Tujuan 1.5.1 Maksud

1. Sebagai pedoman atau acuan dalam menetapkan arah kebijakan pembangunan dan strategi pembangunan daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang serta dalam rangka menjamin keberlanjutan pembangunan jangka panjang (sustainibility development) dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama 5 (lima) tahun yang akan datang sehingga secara bertahap dapat mewujudkan cita-cita masyarakat Kabupaten Malang.

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku pembangunan di Kabupaten Malang serta menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.

3. Menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintah.

4. Sebagai dasar komitmen bersama antara eksekutif, legislatif dan pemangku kepentingan pembangunan terhadap program-program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan kurun waktu 5 tahun dalam rangka pencapaian visi misi daerah.

1.5.2. Tujuan

1. Tersedianya dokumen RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 yang menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

2. RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2010-2015 sebagai indikator evaluasi kinerja lima tahunan pemerintah daerah.

(17)

B BAABB IIII G GAAMMBBAARRAANN UUMMUUMM KKOONNDDIISSII DDAAEERRAAHH 2 2..11 AsAsppeekk GGeeooggrraaffii ddaann DDeemmooggrraaffii 2 2..11..11 AAssppeekk GGeeooggrraaffii

1. Karakter Lokasi dan Wilayah

Wilayah Kabupaten Malang terletak pada wilayah dataran tinggi dengan koordinat antara 112O17’10,90” – 112O57’00,00” Bujur Timur, 7O44’55,11” – 8O26’35,45” Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Malang adalah 3.534,86 km2 atau 353.486 ha terletak pada urutan luas terbesar kedua setelah Kabupaten Banyuwangi dari 38 Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Timur, terdiri dari 33 Kecamatan 12 Kelurahan, 378 Desa, 3.217 Rukun Warga (RW) dan 14.718 Rukun Tetangga (RT), yang tersebar pada wilayah perkotaan dan perdesaan dan terletak antara 0–2000 m dari permukaan laut.

Wilayah datar sebagian besar terletak di Kecamatan Bululawang, Gondanglegi, Tajinan, Turen, Kepanjen, Pagelaran, Pakisaji sebagian Kecamatan Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Pakis, Dampit, Sumberpucung, Kromengan, Pagak, Kalipare, Donomulyo, Bantur, Ngajum, Gedangan. Wilayah bergelombang terletak di wilayah Sumbermanjing Wetan, Wagir dan Wonosari. Daerah terjal perbukitan sebagian besar di Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon, Poncokusumo, Jabung, Wajak, Ampelgading dan Tirtoyudo. Secara administrasi wilayah Kabupaten Malang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Mojokerto dan Jombang

Sebelah Timur : Kabupaten Lumajang Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri Lingkar dalam : Kota Malang dan Kota Batu

Kondisi topografis Kabupaten Malang merupakan dataran tinggi yang dikelilingi oleh beberapa gunung dan dataran rendah atau daerah lembah pada ketinggian 250-500 meter dari permukaan laut yang terletak di bagian tengah wilayah Kabupaten Malang. Daerah dataran tinggi merupakan daerah perbukitan kapur (Gunung Kendeng) di bagian Selatan pada ketinggian 0-650 meter dari permukaan laut, daerah lereng Tengger Semeru di bagian Timur membujur dari Utara ke Selatan pada ketinggian 500-3600 meter dari permukaan laut dan daerah lereng Kawi Arjuno di bagian Barat pada ketinggian 500-3.300 meter dari permukaan laut. Terdapat 9 gunung dan 1 pegunungan yang menyebar merata di sebelah Utara, Timur, Selatan dan Barat wilayah Kabupaten Malang: G. Kelud (1.731 m), G. Kawi (2.651 m), G. Panderman (2.040 m), G. Anjasmoro (2.277 m), G. Welirang (2.156 m), G. Arjuno (3.339 m), G.Bromo (2.329 m), G. Batok (2.868 m), G.Semeru (3.676 m), Pegunungan Kendeng (600 m). Dengan kondisi topografi seperti ini mengindikasikan potensi hutan yang besar, memiliki sumber air yang cukup yang mengalir sepanjang tahun melalui sungai-sungainya untuk mengaliri lahan pertanian. Memiliki 18 sungai besar, diantaranya Sungai Brantas sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Timur.

(18)

11

Kondisi topografis pegunungan dan perbukitan menjadikan wilayah Kabupaten Malang sebagai daerah yang sejuk dan banyak diminati sebagai tempat tinggal dan tempat peristirahatan. Suhu udara rata-rata berkisar antara 19,1º C hingga 26,6º C. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 71º C hingga 89º C dan curah hujan rata-rata berkisar antara 2 mm hingga 780 mm. Curah hujan rata-rata terendah terjadi pada bulan Juni, dan tertinggi pada bulan Desember.

Struktur penggunaan lahan meliputi: permukiman/kawasan terbangun 22,5%; industri 0,2%; sawah 13%; pertanian lahan kering 23,8%; perkebunan 6%; hutan 28,6%; rawa/waduk 0,2%; tambak kolam 0,1% padang rumput/tanah kosong 0,3%; tanah tandus/tanah rusak 1,5%; tambang galian C 0,3%; lain-lain 3,2%.

2. Potensi Pengembangan Wilayah

Secara geografis wilayah Kabupaten Malang merupakan pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah dan pesisir. Klasifikasi pengembangan wilayah adalah hutan bakau, perikanan darat, perkebunan, permukiman dan hutan. Beberapa permasalahan pengembangan wilayah adalah kerusakan alam dan lingkungan seperti banjir, erosi, longsor, kerusakan hutan, kekeringan, alih fungsi lahan, sumber daya manusia yang rendah, pengangguran, terbatasnya ketersediaan lahan. Sedangkan potensi pengembangan wilayah diarahkan ke pengembangan kawasan a) Gunung Bromo di Kecamatan Poncokusumo meliputi potensi alam yang sangat indah, aktifitas keagamaan dan acara ritual Yadnya Kasada dari masyarakat Tengger yang memiliki keunikan sendiri, vegetasi yang beragam seperti bunga abadi edelweis, flora fauna yang sangat indah; b) Gunung Kawi di Kecamatan Wonosari dengan aktifitasnya antara lain adanya mitos dan kepercayaan tentang Gunung Kawi dan komodifikasi budaya termasuk Kirab Budaya Agung, Pesarean yang dikeramatkan, kirab dan gebyar Suroan; c) Wisata Selorejo di Kecamatan Ngantang yaitu keindahan bendungan yang dikelilingi gunung; d) potensi alam Sendangbiru di Kecamatan Sumbermanjing Wetan memiliki potensi perikanan tangkap dan olahan yang sangat besar.

Untuk efektifitas dan efisiensi percepatan dan pemerataan pembangunan Kabupaten Malang dibagi menjadi 6 wilayah pengembangan (WP):

1) WP lingkar Kota Malang yang berorientasi ke Kota Malang (meliputi Kecamatan Dau, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Lawang, Kecamatan Singosari, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Wagir, Kecamatan Tajinan, Kecamatan Bululawang, Kecamatan Pakis), memiliki potensi pengembangan sub sektor perdagangan dan jasa, pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan), industri, pariwisata serta transportasi udara, dengan prioritas pengembangan infrastruktur; 1) Peningkatan akses jalan tembus terkait Kota Malang, 2) Pengembangan jalan Malang–Batu, 3) Peningkatan konservasi lingkungan, 4) Peningkatan kualitas koridor jalan Kota Malang-Bandara Abdul Rahman Saleh; dan pengembangan permukiman.

2) WP Kepanjen dengan pusat di perkotaan Kepanjen (meliputi Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Kromengan, Kecamatan Pagak, Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan Kalipare, Kecamatan

(19)

12

Donomulyo, Kecamatan Gondanglegi, Kecamatan Pagelaran), memiliki potensi pengembangan sub sektor perdagangan dan jasa skala Kabupaten, pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan), peternakan, perikanan darat, industri, pariwisata, kehutanan serta pariwisata pilgrim, dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan Lingkar Timur dan penyelesaian Jalan Lingkar Barat Kepanjen, 2) Peningkatan akses menuju Gunung Kawi dan Wisata Ngliyep, 3) Jalan penghubung antar sentra ekonomi di perdesaan dengan pusat kecamatan, 4) Percepatan penyelesaian JLS, 5) Peningkatan sediaan air bersih pada kawasan rawan kekeringan; dan pengembangan permukiman. 3) WP Ngantang dengan pusat pelayanan di perkotaan Ngantang (meliputi

Kecamatan Ngantang, Kecamatan Pujon, Kecamatan Kasembon), memiliki potensi pengembangan di sub sektor pariwisata antara lain Bendungan Selorejo, pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan), peternakan, industri serta perikanan air tawar, dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan menuju sentra produksi pertanian di perdesaan, 2) Jalan penghubung dengan Blitar dari Ngantang, 3) Peningkatan pengelolaan tanah pada kawasan rawan longsor sepanjang Pujon–Ngantang–Kasembon–Kandangan, 4) Peningkatan sediaan air di perdesaan dan penunjang irigasi.

4) WP Tumpang dengan pusat pelayanan di perkotaan Tumpang (meliputi Kecamatan Tumpang, Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak, Kecamatan Jabung), memiliki potensi pengembangan sub sektor pariwisata, pertanian (tanaman pangan, sayuran, hortikultura, dan perkebunan), Peternakan, Perikanan serta Industri; dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan utama Pakis–Tumpang–Poncokusumo–Ngadas–Bromo, 2) Jalan pada pusat ekonomi di perdesaan, 3) Jalan tembus utama antar kecamatan, 4) Perbaikan sistem irigasi dan sediaan air; di WP ini dikembangkan Kawasan Agropolitan Poncokusumo termasuk pengembangan kawasan wisata menuju Gunung Bromo dan kawasan Minapolitan Wajak.

5) WP Turen dan Dampit (meliputi Kecamatan Turen, Kecamatan Dampit, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Ampelgading) dengan pusat pelayanan sosial di Turen, dan pusat pelayanan ekonomi di Dampit, memiliki potensi pengembangan sub sektor pertanian (tanaman pangan dan perkebunan), peternakan, perikanan laut, industri, pariwisata serta kehutanan, dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan menuju perdesaan pusat produksi, 2) Jalan menuju pantai selatan (untuk perikanan dan pariwisata), 3) Jalan khusus penunjang ekonomi sekaligus untuk evakuasi bencana (bila terjadi letusan Gunung Semeru) dan kemungkinan tsunami, 4) Peningkatan irigasi dan sediaan air; dikawasan ini dikembangkan peternakan kambing Peranakan Etawa (PE).

6) WP Sumbermanjing Wetan dengan pusat pelayanan di perkotaan Sendangbiru (meliputi Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Gedangan, Kecamatan Bantur), memiliki potensi pengembangan sub sektor pertanian (perkebunan, tanaman pangan), perikanan laut, pertambangan, industri, pariwisata serta kehutanan, dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan kearah

(20)

13

perdesaan pusat produksi, 2) Jalan menuju pantai selatan terutama ke Sendangbiru dan Bajulmati (untuk perikanan dan pariwisata), 3) Pengembangan pelabuhan berskala nasional, 4) Jalur jalan khusus untuk evakuasi bencana (kemungkinan tsunami), 5) Peningkatan irigasi dan sediaan air; dikawasan ini dikembangkan Pelabuhan Perikanan Nusantara Sendangbiru dan direncanakan pembangunan pelabuhan umum.

3. Wilayah Rawan Bencana

Dengan kondisi topografis Kabupaten Malang yang bergunung-gunung serta memiliki bentang wilayah yang sangat luas selain memiliki potensi keindahan dan kesuburan juga memiliki potensi rawan bencana banjir, erosi, longsor dan juga tsunami, yaitu antara lain:

1) Daerah rawan longsor berada di wilayah sebelah Timur dan Selatan meliputi Kecamatan Tumpang, Jabung, Poncokusumo, Bantur, Gedangan dan Sumbermanjing Wetan.

2) Daerah rawan banjir meliputi wilayah Kabupaten Malang sebelah Barat yaiku Kecamatan Ngantang, Pujon dan Kasembon.

3) Daerah rawan tsunami meliputi wilayah Kabupaten Malang bagian Selatan yaitu Donomulyo, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan dan Ampelgading.

2

2..11..22 AsAsppeekk DDeemmooggrraaffii

Jumlah penduduk Kabupaten Malang sebanyak 2.419.889 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki 1.230.461 jiwa (50,8%) dan perempuan 1.189.426 jiwa (49,2%). Tingkat pertumbuhan rata-rata 5 tahun terakhir 0,4 %, dan tingkat kepadatan sebesar 685 jiwa/Km². Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Malang 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1

Perkembangan Kependudukan Tahun 2006-2010

Sumber : BPS Kab. Malang, 2010

Dari data diatas pertumbuhan dalam 5 tahun rata-rata sebesar 0,5% namun sebagai konsekuensi daerah penyangga Kota Malang dan Kota Batu serta percepatan pembangunan lingkar Kota Malang, Kota Kepanjen dan wilayah Malang Selatan dengan terbukanya Jalan Lintas Selatan (JLS) maka untuk 5 tahun kedepan diasumsikan pertumbuhan penduduk rata-rata 0,8 % sehingga prakiraan jumlah penduduk dalam 5 tahun kedepan adalah sebagai berikut:

Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

Luas wilayah km2

3.535 3.535 3.535 3.535 3.535

Jumlah penduduk jiwa 2.419.822 2.401.624 2.413.779 2.419.887 2.443.609 Jumlah Laki-laki jiwa 1.218.739 1.221.001 1.227.297 1.230.461 1.233.691 Jumlah Perempuan jiwa 1.201.083 1.180.623 1.186.482 1.189.426 1.191.309 Pertumbuhan

penduduk % 1,08 -0,75 0,51 0,25 0.21

(21)

14

Tabel 2.2

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Malang Tahun 2011-2015 Uraian Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 Luas wilayah km2 3.535 3.535 3.535 3.535 3.535 Juml penduduk: - BPS jiwa 2.463.158 2.482.863 2.502.726 2.522.748 2.542.930 - Dispenduk jiwa 2.789.336 2.817.229 2.845.402 2.873.856 2.899.805 Kepadatan: - BPS jiwa/km2 697 702 708 714 719 - Dispenduk jiwa/km2 789 797 805 813 821

Sumber : BPS dan Dinas Kependudukan dan Capil Kab. Malang, 2010 diolah

Salah satu faktor yang juga berpengaruh terhadap perkembangan jumlah penduduk diatas adalah pelaksanaan program Keluarga Berencana di Kabupaten Malang. Jika dilihat dari perkembangan jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yang bermakna bahwa tingkat kesadaran masyarakat juga sudah meningkat, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.3

Perkembangan Jumlah Peserta KB dan PUS Tahun 2006 -2010

Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2010

Mata pencaharian penduduk hampir 40 % didominasi sektor pertanian, 18% di sektor industri, 11 % di sektor jasa dan sisanya 32 % di sektor yang lain, secara rinci mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.4

Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2006–2010

Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2010

Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

PUS pasangan 455.209 465.336 471.768 483.061 491.481

Peserta KB aktif Orang 326.076 336.429 333.585 353.064 367.378 Prosentase Peserta

KB dg PUS % 71,63 72,30 70,71 73,09 74,75

Peserta KB Mandiri orang 175.112 184.706 187.142 201.320 201.230

Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 Pertanian orang 464.171 464.171 462.658 462.658 462.658 Pertambangan orang 4.489 4.489 4.445 4.445 4.445 Perindustrian orang 206.585 206.585 219.255 219.255 219.255 Jasa orang 129.221 129.221 133.103 133.103 133.103 Lain-lain orang 383.813 383.813 381.934 381.934 381.934

(22)

15

Mayoritas penduduk Kabupaten Malang beragama Islam, Kristen, Katolik serta sarana peribadatan secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5

Perkembangan Jumlah Pemeluk Agama Tahun 2006-2010 Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 Islam orang 2.250.321 2.250.321 2.308.854 2.338.170 2.338.170 Kristen orang 127.479 127.479 62.822 60.543 60.543 Katolik orang 20.349 20.349 25.417 17.147 17.147 Hindu orang 9.576 9.576 22.144 16.161 16.161 Budha orang 3.112 3.112 5.429 3.034 3.034 Lain-lain orang 2.873 2.873 43 43 43

Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2010

2

2..22 AsAsppeekk KKeesseejjaahhtteerraaaann MMaassyyaarraakkaatt 2

2..22..11 KeKesseejjaahhtteerraaaann ddaann PPeemmeerraattaaaann EEkkoonnoommii

Kabupaten Malang merupakan satu Kabupaten yang tergolong memiliki tingkat aktifitas ekonomi yang cukup tinggi, hal ini terlihat dari besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB Kabupaten Malang yang dalam 5 tahun terakhir selalu masuk 5 besar di Jawa Timur.

Secara umum aktifitas ekonomi Kabupaten Malang yang tinggi selama 5 tahun terakhir mengalami trend kenaikan yang positif hal ini dicerminkan dari pertumbuhan PDRB baik Atas Dasar Harga Konstan maupun Atas Dasar Harga Berlaku. Seiring dengan hal tersebut PDRB per kapita ADHB juga meningkat pada Tahun 2006 sebesar Rp. 7.997.915,- sedangkan pada Tahun 2010 sebesar Rp. 12.144.878,-. Kabupaten Malang memiliki jumlah penduduk yang terbesar kedua di Jawa Timur mengakibatkan tingkat PDRB perkapita masih relatif rendah. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang selama 5 tahun terakhir rata-rata sebesar 5,8% dan inflasi pada Tahun 2010 berkisar 7,5-6,0%.

T Taabbeell22..66

Perkembangan PDRB, PDRB Per Kapita, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Tahun 2006-2010 Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 PDRB ADHB Juta Rp 19.030.257 21.702.482 27.716.128 31.087.994 31.573.866 PDRB ADHK Juta Rp 11.617.937 12.325.207 13.035.088 14.542.303 14.537.635 PDRB/KAPITA ADHB Rp. 7.997.915 9.036.586 10.232.446 11.288.183 12.981.456 PDRB/KAPITA ADHK Rp. 4.882.712 5.132.030 5.400.282 5.619.894 5.977.084 Pertumb. Ekonomi % 5,74 6,09 5,76 5,25 5,97 Inflasi % 11,76 7,50 7,61 6,01 7,35

(23)

16

Sedangkan untuk proyeksi 5 tahun ke depan, PDRB ADHB Kabupaten Malang pada Tahun 2015 diperkirakan sebesar Rp. 53.168.244.000.000,- dan PDRB ADHK sebesar Rp. 19.847.571.000.000,- dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% per tahun. Tingkat inflasi dalam 5 tahun kedepan juga relatif terkendali dengan kisaran 6-7% per tahun.

Tabel 2.7

Proyeksi PDRB, PDRB per Kapita, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Tahun 2011-2015 Uraian Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 PDRB ADHB Juta Rp. 35.574.189 40.302.895 44.231.925 48.839.376 53.168.244 PDRB ADHK Juta Rp. 15.443.926 16.430.793 17.498.795 18.636.216 19.847.571 PDRB ADHB Perkapita Rp. 14.862.778 16.008.123 17.394.768 19.016.541 20.497.097 Pertumbuhan Ekonomi % 6,2 6,4 6,5 6,6 6,7 Inflasi % 6,6-5,9 6,3-5,6 6-5,3 5,8-5,2 5,5-4,9

Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang , 2010

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan trend positif dalam 5 tahun terakhir, walaupun masih lamban. Hal ini disebabkan karena kontribusi sektor yang dominan di Kabupaten Malang adalah sektor primer yang pada umumnya menghasilkan nilai tambah yang sedikit atau dengan kata lain harga jualnya masih relatif rendah dibanding sektor yang lain. Oleh karena itu kontribusi ekonomi diharapkan bergeser pada sektor industri olahan (agroindustri dan pertambangan). Pertumbuhan ekonomi sektoral secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini dimana sektor yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dibanding pertumbuhan Kabupaten Malang secara rerata adalah sektor bangunan sebesar 10,3 %, industri pengolahan 8,2 %, pertambangan dan penggalian 7,3 %, disusul, hotel dan restoran. Sedangkan pertumbuhan terendah dan stabil adalah di sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yaitu sebesar 4,4 %.

Tabel 2.8

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK Tahun 2006-2010 (dalam persen)

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata

Pertumbuhan ekonomi 5,74 6,09 5,76 5,25 5,97-6 5,71

Primer

1. Pertanian 4,29 4,28 4,39 4,81 4,9 4,4

2. Pertambangan & Penggalian 7,81 7,89 6,55 7,08 7 7,3 Sekunder

3. Industri Pengolahan 8,37 9,54 8,47 6,41 6,5 8,2

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5,32 3,85 6,30 4,81 5,0 5.1

5. Bangunan 9,14 10,49 10,93 10,68 10,7 10,3

Tersier

6. Perdag, Hotel & Restoran 6,54 7,06 5,95 4,72 6,5 6,1 7. Pengangkutan & Komunikasi 4,87 5,37 4,23 3,66 4,2 4,5 8. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 6,12 5,14 5,79 5,46 6 5,6

9. Jasa-jasa 3,97 4,07 4,59 5,05 5,0 4,4

(24)

17

Kontribusi sektoral dalam menopang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang selama 5 tahun ke depan diproyeksikan terus mengalami peningkatan pertumbuhan dengan pertumbuhan terbesar pada sektor sekunder dan sektor tersier, sementara pertumbuhan sektor primer relatif stagnan.

Tabel 2.9

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK Tahun 2011-2015 (dalam persen)

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

Pertumbuhan ekonomi 6,2 6,4 6,5 6,6 6,7

Primer

1. Pertanian 4,9 4,9 5 5 5

2. Pertambangan & Penggalian 7,2 7,3 7,4 7,5 7,6 Sekunder

3. Industri Pengolahan 6,6 6,7 6,8 6,9 7,0

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5,1 5,2 5,3 5,4 5,6

5. Bangunan 10,7 10,8 10,8 10,9 10,9

Tersier

6. Perdag, Hotel & Restoran 6,7 7,0 8,0 8,3 8,9

7. Pengangkutan & Komunikasi 5,0 5,4 6,1 6,7 7,2 8. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 6,3 6,3 6,7 6,8 7,1

9. Jasa-jasa 5,2 5,3 5,4 5,5 5,6

Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2010

Cukup tingginya aktifitas ekonomi di Kabupaten Malang tidak terlepas dari tingginya aktifitas masyarakat dalam masing-masing sektor ekonomi produktif yang ada di Kabupaten Malang. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi paling tinggi selama kurun waktu 5 tahun terakhir adalah pertanian dengan rata-rata sebesar 30,77 %, disusul perdagangan, hotel dan restoran sebesar 23,87 %, dan industri pengolahan sebesar 18,04 %, jasa-jasa sebesar 13,17 %. Tumbuhnya perekonomian Kabupaten Malang juga mengundang sektor retail pasar modern seperti Indomart, Alfamart dan sejenisnya menjamur. Sektor ini mulai tumbuh dan mencoba bersaing dengan pasar tradional yang terlebih dahulu berkembang, untuk itu Pemerintah Kabupaten Malang akan menerapkan regulasi yang tepat, guna menyeimbangkan persaingan pasar tradisional dan pasar modern agar dapat bejalan selaras beriringan.

Tabel 2.10

Perkembangan Struktur Ekonomi PDRB ADHK Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 (dalam persen)

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata

Primer 34,03 33,54 33,16 33,08 32,8 33,45

1. Pertanian 31,40 30,87 30,47 30,34 30 30,77

2. Pertambangan & Penggalian 2,63 2,67 2,69 2,74 2,8 2,68

Sekunder 20,45 21,05 21,60 21,88 22,1 21,24

3. Industri Pengolahan 17,34 17,91 18,37 18,57 18,7 18,04 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,57 1,54 1,55 1,54 1,6 1,55

5. Bangunan 1,54 1,60 1,68 1,77 1,9 1,65

Tersier 45,52 45,41 45,24 45,04 45,2 45,30

6. Perdag, Hotel & Restoran 23,71 23,93 23,97 23,85 24,0 23,87 7. Pengangkutan & Komunikasi 4,48 4,45 4,38 4,32 4,4 4,41 8. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 3,89 3,85 3,85 3,86 3,9 3,86

9. Jasa-jasa 13,44 13,19 13,04 13,00 13,0 13,17

(25)

18

Untuk 5 tahun ke depan, struktur perekonomian Kabupaten Malang masih didominasi oleh sektor primer dengan perkiraan sebesar 31,1% sekunder 23,1% dan tersier 45,9% pada Tahun 2015. Dari data tersebut terlihat bahwa dalam kurun 5 tahun mendatang secara perlahan struktur ekonomi Kabupaten Malang mengalami pergeseran dengan semakin meningkatnya sektor sekunder dan tersier.

Tabel 2.11

Proyeksi Struktur Ekonomi PDRB ADHK Kabupaten Malang Tahun 2011-2015 (dalam persen)

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

Primer 32,4 32,1 31,7 31,4 31,1

1. Pertanian 29,6 29,2 28,9 28,5 28,1

2. Pertambangan & Penggalian 2,8 2,8 2,9 2,9 2,9

Sekunder 22,3 22,5 22,7 22,9 23,1

3. Industri Pengolahan 18,8 18,9 19,0 19,1 19,2

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6

5. Bangunan 1,9 2,0 2,1 2,2 2,3

Tersier 45,3 45,5 45,6 45,7 45,9

6. Perdag, Hotel & Restoran 24,1 24,2 24,3 24,5 24,6

7. Pengangkutan & Komunikasi 4,4 4,4 4,4 4,5 4,5

8. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 3,9 3,9 3,9 3,9 4,0

9. Jasa-jasa 12,9 12,9 12,9 12,9 12,8

Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2010

Hal yang sama juga berlaku pada struktur ekonomi ADHB Kabupaten Malang selama kurun waktu 5 tahun terakhir juga masih didominasi oleh sektor pertanian dengan rerata sebesar 29,15% kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 23,82% dan disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar 19,71%.

Tabel 2.12

Struktur Ekonomi PDRB ADHB Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 (dalam persen)

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata

Primer 31,97 31,50 31,1 31,00 30,58 31,39

1. Pertanian 29,75 29,26 28,88 28,74 28.26 29,15

2. Pertambangan & Penggalian 2,22 2,24 2,22 2,26 2,32 2,23

Sekunder 22,36 23,24 23,73 23,96 24,56 23,32

3. Industri Pengolahan 18,86 19,65 20,09 20,26 20.62 19,71 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,96 1,91 1,8 1,79 1.87 1,86

5. Bangunan 1,54 1,68 1,84 1,91 2.07 1,74

Tersier 45,67 45,24 45,17 45,04 44,86 45,28

6. Perdag, Hotel & Restoran 23,86 23,74 23,93 23,78 23.65 23,82 7. Pengangkutan & Komunikasi 5,35 5,08 4,95 4,92 4.47 5,07 8. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 3,66 3,72 3,73 3,74 3.90 3,71

9. Jasa-jasa 12,80 12,70 12,56 12,60 12.84 12,66

(26)

19

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa struktur ekonomi Kabupaten Malang apabila dikelompokkan dalam 3 sektor pokok yaitu primer, sekunder dan tersier maka sektor yang memberikan kontribusi paling tinggi selama kurun waktu 5 tahun terakhir adalah sektor tersier dengan rerata sebesar 45,28 %, disusul sektor primer dengan rerata sebesar 31,39 % dan sektor sekunder rerata sebesar 23,32 %.

Untuk melihat disparitas wilayah dari aspek ekonomi sekaligus gambaran pemerataan pertumbuhan masih disajikan perbandingan dari 8 Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) belum mengacu pada 6 Wilayah Pengembangan (WP) sebagaimana Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang dikarenakan data yang tersaji pada laporan BPS masih 8 SSWP. Sebagai gambaran tingkat pemerataan ekonomi antar wilayah di Kabupaten Malang dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 2005-2009 kegiatan ekonomi antar SSWP, posisi perbandingannya, dilihat dari sisi besaran nilai nominal PDRB ADHB sedikit mengalami perubahan. Posisi pertama dengan nilai nominal PDRB ADHB tertinggi dibangkitkan oleh SSWP II Lingkar Kota Malang. Ditinjau dari pendekatan produksi, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) SSWP II pada tahun berjalan mencapai Rp 7.916,67 milyar. Pendukung utama PDRB ADHB SSWP II Tahun 2009 adalah sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, yang masing-masing mencapai Rp 2.671,54 milyar, Rp 1.788,57 milyar dan Rp 1.497,31 milyar. Posisi kedua yang sejak Tahun 2000 dipegang oleh SSWP VIII Dampit dan sekitarnya, memasuki Tahun 2009 posisinya belum mengalami perubahan dengan sumbangan sebesar Rp 5.036,45 milyar. Urutan berikutnya SSWP V Kepanjen dan sekitarnya Rp 5.034,81 milyar, SSWP VII Gondanglegi dan sekitarnya Rp 2.784,29 milyar, SSWP I Ngantang dan sekitarnya Rp 1.760,44 milyar serta SSWP III Lawang Rp 1.472,79 milyar.

Pada posisi terakhir masih diduduki oleh SSWP VI Donomulyo dengan sumbangan sebesar Rp 663,13 milyar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.13 di bawah ini :

Tabel 2.13 PDRB ADHB per SSWP Tahun 2005–2009 (milyar rupiah)

Sub Satuan Wilayah Pengembangan

(SSWP)

2005 2006 2007 2008*) 2009**)

I. Ngantang & Sekitarnya 1.014,49 1.206,72 1.367,13 1.581,28 1.760,44 II. Lingkar Kota Malang 4.523,92 5.340,51 6.101,18 7.155,37 7.916,67

III. Lawang 832,63 986,77 1.136,91 1.317,78 1.472,79

IV. Tumpang & sekitarnya 1.796,48 2.123,93 2.400,53 2.763,32 3.086,57 V. Kepanjen & sekitarnya 2.943,51 3.468,22 3.923,04 4.514,05 5.034,81

VI. Donomulyo 397,76 467,87 527,66 602,43 663,13

VII. Gondanglegi &

sekitarnya 1.620,28 1.912,37 2.163,44 2.495,86 2.784,29 VIII. Dampit & sekitarnya 2.973,22 3.523,86 3.975,90 4.558,06 5.036,12 KAB. MALANG 16.103,30 19.030,26 21.595,80 25.026,86 27.754,81 * Angka diperbaiki ** Angka Sementara

(27)

20

Sedangkan dari perkembangan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan untuk masing masing SSWP, secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.14

Perkembangan PDRB ADHK per SSWP Tahun 2005–2008 (dalam juta rupiah)

SSWP 2005 2008

Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier SSWP I 276.863,25 89.777,88 325.716,67 324.709,64 114.870,58 384.088,70 SSWP II 836.534,87 962.313,11 1.225.991,66 945.999,52 1.229.260,01 1.444.988,31 SSWP III 68.394,09 234.476,37 242.285,04 79.118,02 298.468,43 286.715,50 SSWP IV 438.026,14 147.750,27 634.940,27 504.379,21 189.757.79 746.086,17 SSWP V 780.961,39 262.078,92 944.020,80 886.742,81 340.272,69 116.216,56 SSWP VI 127.265,36 21.578,84 128.552,94 144.544,05 27.529,19 151.367,59 SSWP VII 359.843,23 182.063,11 540.939,05 412.768,35 235.512,92 632.307,22 SSWP VIII 893.452,05 296.781,22 966.461,51 1.024.129,56 379.477,64 1.135.784,08 Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas kecamatan yang ada di Kabupaten Malang didominasi oleh sektor tersier dan tertinggi pada Tahun 2005 maupun Tahun 2008 adalah di SSWP II (lingkar Kota Malang) dan diikuti SSWP VIII (Turen dan sekitarnya), sedangkan terendah di SSWP VI (Donomulyo). Sektor Sekunder pada Tahun 2005 dan Tahun 2008 tertinggi berada di SSWP II sedang terendah di SSWP VI.

Sedangkan sektor primer baik Tahun 2005 tertinggi berada di SSWP VIII diikuti SSWP II, dan pada Tahun 2008 tertinggi pada SSWP II diikuti SSWP VIII. Terendah di Tahun 2005 berada di SSWP III dan pada Tahun 2008 di SSWP VI, namun demikian sektor ini tidak mendominasi di semua SSWP.

Untuk membandingkan posisi SSWP dengan wilayah regional Kabupaten Malang maka dipakai analisis typologi Klassen untuk melihat aktifitas ekonomi dan kecenderungan kemajuan suatu wilayah. Analisis typologi Klassen membagi daerah menjadi 4 kwadran yaitu: 1) daerah yang memiliki PDRB per kapita dan laju pertumbuhan lebih tinggi dari Kabupaten Malang disebut daerah maju dan cepat tumbuh, 2) daerah yang PDRB per kapita lebih tinggi tetapi laju pertumbuhan lebih rendah dengan Kabupaten Malang disebut daerah maju tapi tertekan, 3) daerah yang memiliki PDRB per kapita rendah namun laju pertumbuhan tinggi disebut daerah berkembang cepat, 4) daerah yang PDRB per kapita dan laju pertumbuhan rendah dibanding Kabupaten Malang disebut daerah relatif tertinggal. Gambaran analisis typologi Klassen Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(28)

21 Tabel 2.15

Klasifikasi Kinerja Ekonomi SSWP Tahun 2005–2008 PDRB per kapita Laju Pertumbuhan Tinggi Rendah Tinggi

Daerah maju dan cepat tumbuh: - SSWP II

- SSWP III

Daerah berkembang cepat: - SSWP I

Rendah

Daerah maju tapi tertekan: - SSWP V

Daerah relatif lamban: - SSWP IV - SSWP VI - SSWP VII - SSWP VIII Sumber : Bappekab. Malang, 2010 (data diolah)

SSWP yang berada di kwadran I yaitu SSWP II (lingkar Kota Malang) dan SSWP III (Kecamatan Lawang) merupakan daerah maju dan berkembang cepat dan mampu tumbuh karena adanya aktifitas ekonomi yang cukup tinggi baik disebabkan oleh faktor internal (potensi daerah itu sendiri) maupun eksternal seperti lingkar Kota Malang yang mendapat imbas pertumbuhan Kota Malang.

SSWP pada kwadran II yaitu SSWP V (Kepanjen dan sekitarnya) merupakan daerah maju dengan income perkapita tinggi tetapi pertumbuhan ekonomi relatif rendah. Hal ini disebabkan potensi ekonomi wilayah ini didominasi oleh sektor primer yang pada umumnya memiliki produktifitas rendah sehingga pertumbuhan ekonomi rendah. Namun demikian masih memiliki harapan dengan meningkatkan sektor sekunder dan tersier seperti perdagangan, hotel, restoran, angkutan rel, angkutan jalan raya, jasa penunjang angkutan, pos dan telekomunikasi, bank, lembaga keuangan bukan bank, sewa bangunan, jasa perorangan dan rumah tangga. Diharapkan dengan kepindahan ibukota Kabupaten Malang ke Kepanjen akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Kepanjen dan sekitarnya.

SSWP pada kwadran III yaitu SSWP I (Kasembon dan sekitarnya) yaitu merupakan daerah yang cepat berkembang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, wilayah ini memiliki potensi ekonomi primer perikanan, kehutanan, peternakan, perkebunan, ekonomi sekunder listrik dan air bersih, dan ekonomi tersier berupa perdagangan, restoran, jasa penunjang komunikasi, lembaga keuangan bukan bank, sewa bangunan, jasa perusahaan, jasa pemerintahan umum, jasa sosial kemasyarakatan dan jasa perorangan dan rumah tangga. Wilayah ini cepat berkembang karena menjadi poros lalu lintas pertemuan ke tiga kota yaitu Malang Raya, Jombang dan Kediri. Namun demikian, income per kapita wilayah ini masih rendah.

(29)

22

SSWP pada kwadran IV adalah SSWP IV (Jabung dan sekitarnya), SSWP VI (Donomulyo), SSWP VII (Bantur dan sekitarnya), SSWP VIII (Turen dan sekitarnya) adalah termasuk daerah tertinggal dengan pertumbuhan ekonomi dan income per kapita rendah, yang secara geografi merupakan daerah dibagian Timur dan Selatan yang memiliki topografi pegunungan sehingga memerlukan biaya tinggi bagi pembangunan sarana prasarananya. Namun demikian diharapkan dengan pembangunan Jalan Lintas Selatan dan Pembangunan Pelabuhan di Sendang Biru dapat lebih meningkatkan aktivitas perekonomian daerah ini.

Namun demikian dari ke-8 SSWP tersebut tidak terdapat perbedaan pertumbuhan ekonomi yang sangat mencolok seperti kondisi 5 tahun yang lalu, semua SSWP hampir mendekati rata-rata.

Kebijakan pembangunan Kabupaten Malang untuk 5 tahun ke depan yang berorientasi pada potensi 6 WP diarahkan semakin terjadi pemerataan pertumbuhan yang diproyeksikan sebagai berikut:

Tabel 2.16

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi per Wilayah Pengembangan Tahun 2011-2015 (dalam persen)

URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015

Pertumbuhan ekonomi 6,2 6,4 6,5 6,6 6,7 1. WP I Lingkar Kota Malang 6,4 6,5 6,6 6,72 6,75

2. WP II Kepanjen 6,2 6,4 6,55 6,6 6,65

3. WP III Ngantang 6,0 6,1 6,2 6,4 6,5

4. WP IV Tumpang 5,8 5,95 6,25 6,3 6,4

5. WP V Turen dan Dampit 5,9 6,1 6,3 6,35 6,45 6. WP VI Sumbermanjing Wetan 5,8 6 6,2 6,3 6,4 Sumber : Bappekab. Malang, 2010 (data diolah)

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi WP I yang terdiri dari Kecamatan Dau, Karangploso, Lawang, Singosari, Pakisaji, Wagir, Tajinan, Bululawang, Pakis; disamping pertanian pangan, perkebunan, industri, perdagangan dan pariwisata. Dengan pengungkit Bandara Abdulrachman Saleh, perusahaan industri besar dan permukiman.

Untuk WP II yang terdiri dari Kecamatan Kepanjen, Wonosari, Ngajum, Kromengan, Pagak, Sumberpucung, Kalipare, Donomulyo, Gondanglegi dan Pagelaran; pertanian pangan, perkebunan, peternakan, perikanan darat, industri, pariwisata dengan pengungkit Jalan Lintas Selatan, wisata budaya Gunung Kawi dan Kota Kepanjen sebagai pusat pemerintahan.

WP III yang terdiri dari Kecamatan Ngantang, Pujon dan Kasembon; pertanian pangan, perkebunan, peternakan, hortikultura, perindustrian, perikanan air tawar dan pariwisata dengan pengungkit Sub Terminal Agrobis Mantung dan wisata Selorejo.

WP IV yang terdiri dari Kecamatan Tumpang, Poncokusumo, Wajak dan Jabung; pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, hortikultura, perikanan, pariwisata

(30)

23

dan industri dengan pengungkit Kawasan Agropolitan Poncokusumo, Minapolitan Wajak, wisata menuju Bromo.

WP V yang terdiri dari Kecamatan Turen, Dampit, Tirtoyudo dan Ampelgading; pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan laut, industri, perdagangan dan pariwisata dengan pengungkit Jalan Lintas Selatan.

WP VI yang terdiri dari Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Bantur dan Gedangan; pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan laut, pertambangan, industri, pariwisata dengan pengungkit Jalan Lintas Selatan, Pelabuhan Nusantara Sendang Biru.

Selain itu akan dipertajam program-program terkait dengan pengentasan kemiskinan dan desa tertinggal karena sebagian besar kecamatan yang memiliki tingkat kemiskinan dan desa tertinggal yang tinggi cenderung pertumbuhan ekonominya lebih rendah.

Gambar 2.1

(31)

24 2

2..22..22 KeKesseejjaahhtteerraaaann SSoossiiaall

1

1.. KKeemmiisskkiinnaann,,PPeennggaanngggguurraann,,DDeessaaTTeerrttiinnggggaallddaannIIPPMM

Sebagai amanat Milenium Development Goals (MDGs) yaitu komitmen dunia untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan, dimana Pemerintah Indonesia termasuk salah satu negara yang menandatangani deklarasi millenium untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan millenium yaitu 1) pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim, 2) pemerataan pendidikan dasar, 3) mendukung adanya persamaan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) mengurangi tingkat kematian anak, 5) meningkatkan kesehatan ibu, 6) perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, 7) menjamin daya dukung lingkungan hidup, 8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Begitu juga dengan arahan RPJM Provinsi Jawa Timur maupun Nasional masalah kemiskinan, pengangguran menjadi urusan bersama yang sangat prioritas. Sama halnya dengan Kabupaten Malang yang sudah dimulai dari RPJMD Kabupaten Malang Periode 2006-2010 sudah memprioritaskan pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja yang dikaitkan dengan seluruh program prioritas pembangunan yang pada impact-nya dapat mengurangi angka kemiskinan dan menurunkan angka pengangguran.

Dalam kurun waktu 5 tahun kondisi kemiskinan, pengangguran IPM serta pemberdayaan gender di Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.17

Perkembangan Angka Kemiskinan, Pengangguran dan IPM Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010* Tingkat Kemiskinan % 22,98 23,15 23,56 14,7 13,6

Tingkat Pengangguran % 5,59 6,44 6,67 4,1 4,1

IPM 66,93 69,07 69,55 69,89 70,3

Indeks Harapan Hidup 67,30 68,22 68,43 72,56 72,7

Indeks Pendidikan 73,27 73,50 73,50 74,40 74,6 Indeks Daya Beli 57,76 65,49 66,72 62,72 63,2

Pemberdayaan Gender - - - 67,4 67,4 Pembangunan Gender - - - 65,0 65,7 S Suummbbeerr ::HHaassiill--hhaassiillppeemmbbaanngguunnaannKKaabbuuppaatteennMMaallaanngg,,22001100 K Keetteerraannggaann::**aannggkkaasseemmeennttaarraa..

Dari data diatas dapat kita lihat tingkat kemiskinan Kabupaten Malang pada level mencapai 13,6 persen di Tahun 2010. Kemudian angka pengangguran sendiri masih tergolong kecil yaitu mencapai 4,1 persen di Tahun 2010. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa indeks pembangunan manusia Kabupaten Malang dari Tahun

Gambar

Tabel 2.13  PDRB ADHB per SSWP   Tahun 2005–2009 (milyar rupiah)
Tabel 2.40  Perkembangan Kelistrikan  Tahun 2006-2009  Uraian  Satuan  2006  2007  2008  2009  Distribusi JTM  kms  2.589.630  2.589.630  2.589.630  2.622.990  Distribusi JTR  kms  5.317.290  5.317.290  5.317.290  5.350.950  Distribusi GRD  unit  3.349  3.
Tabel 3.2  Realisasi Belanja Daerah  Tahun Anggaran 2006-2010
Tabel 3.5  Aset  Daerah  Tahun 2005-2009  Uraian  Tahun (Rp. 000)  2005  2006 2007 2008  2009  Aktiva lancar  112,568,984  215,228,108 145,899,383  117,853,966  149,198,217
+2

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun semua komponen peralatan listrik selalu diisolasi dengan isolasi padat, cair (minyak), udara, gas, dan sebagainya. Namun karena usia pemakaian, keausan,

Atas kesedaran inilah yang mendorong pengkaji untuk menghasilkan satu modul berasaskan multimedia iaitu dalam bentuk CD interaktifbagi mata pelajaran Perdagangan khusus untuk

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin membuat papan gipsum plafon yang memiliki sifat fisis yang baik yaitu memiliki densitas, daya serap air, memiliki sifat mekanik

pelepasan hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bahkan pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) atau yang lebih kenal dengan

Pada lokasi perumahan, sampah-sampah tersebut diangkut dengan gerobak sampah dengan sistem terbuka yang menggunakan tenaga manusia, setelah sampah dikumpulkan baru kemudian sampah

Iklan Baris Iklan Baris Serba Serbi MESIN - MESIN MAKANAN MADU MOBIL KREDIT. AGYA ANG

Alat Pembuat Pupuk Organik Kapasitas 1400 - 1500 kg/jam..

[r]