PENGARUH TAMAN KOTA
SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN
POLUTAN DEBU
O l e h :
WEGIG BUDI WICAKSONO
0652010037
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
2010
.
PENGARUH TAMAN KOTA
SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN
POLUTAN DEBU
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( S-1)
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
O l e h :
WEGIG BUDI WICAKSONO
0652010037
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
2010
.
SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN
POLUTAN DEBU
oleh :
WEGIG BUDI WICAKSONO
NPM :0652010037
Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada hari : Selasa Tanggal : 26 Oktober 2010
Menyetujui Pembimbing
Ir. Naniek Ratni JAR, MKes NIP:030 184 976
Penguji I
Ir. Putu Wesen, MS NIP:030 174 661
Mengetahui
Penguji II
Ir. Yayok Suryo P., MS__ NIP:19600601 198703 1 00 1 Ketua Program Studi
Ir. Tuhu Agung R., MT__ NIP:19620501 198803 1 00 1
Penguji III
Okik Hendriyanto C., ST, MT NPT: 3 7507 99 0172 1
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar sarjana (S1), tanggal :
Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Stempel
NPM : 0652010037
Tempat/ tanggal lahir : Tulungagung/ 17 Oktober 1985
Alamat : Dsn Krajan RT/ RW : 002/ 001
Tulungagung
Telp rumah : -
Nomor Hp. : 081333859234
Email : W_wonokromo@yahoo.com
Pendidikan
No. Kegiatan Tempat/ Judul Selesai tahun
1 Kuliah Lapangan Water Treatment Megumi, Bali dan
Pengelolaan Hutan Mangrove, Bali
2008
2 Kunj. Pabrik PT.Kertas Leces dan PT. PJB Paiton 2008
3 KKN Kelurahan Medokan Ayu, Surabaya 2008
4 Kerja Praktek Studi Proses Penjernihan Air Minum Di
I nstalasi Penjernihan Air Minum (I PAM) Ngagel I I PDAM Kota Surabaya
2009
5 PBPAB Bangunan Pengolahan Air Buangan I ndustri
Pupuk
2010
6 SKRI PSI Pengaruh Taman Kota Sebagai Upaya Untuk
Menurunkan Polutan Debu
2010
Orang Tua
Nama : Drs. Ahmad Pitoyo
Alamat : Dsn Krajan RT/ RW : 002/ 001 Desa Wonokromo
Telp : 081359525966
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
secara ekologi sama pentingnya dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan perkotaan. Kondisi demikian menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan, yang berupa meningkatnya suhu udara, pencemaran udara (seperti meningkatnya kadar debu, belerang, ozon, karbonmonoksida, karbondioksida, dan nitrogenoksida), menurunnya air tanah, banjir, dan meningkatnya kandungan logam berat dalam air tanah. Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Keadaan tersebut menyebabkan hubungan masyarakat perkotaan dengan lingkungannya tidak harmonis. Menyadari ketidakharmonisan tersebut dan mempertimbangkan dampak negative yang akan terjadi, maka harus ada usaha-usaha untuk menata dan memperbaiki lingkungan melalui taman kota. Taman kota selain mempunyai nilai keindahan juga mampu menyerap partikel debu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dengan membandingkan ruang terbuka hijau (RTH) khususnya taman kota dengan ruang terbuka kosong (RTK) serta pengaruh ruang terbuka hijau (RTH) khususnya taman kota terhadap kadar debu dan kelembaban di udara.
Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik tanaman dalam taman kota, untuk mengetahui tingkat pencemaran debu di udara di bandingkan dengan BML, mengetahui efektifitas dengan membandingkan ruang terbuka hijau (RTH) khususnya taman kota dengan ruang terbuka kosong (RTK), mengetahui pengaruh (RTH) khususnya taman kota terhadap kadar debu dan kelembaban di udara.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti melalui tingkat pencemaran debu taman kota yaitu data konsentrasi kadar debu di lingkungan udara taman kota. Data-data tersebut dianalisis dengan membandingkan dengan baku mutu lingkungan (BML).
Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh karakteristik tanaman di Taman Prestasi, Taman Dr. Sutomo, Taman Diponegoro bersifat heterogen. Kadar debu ruang terbuka hijau pada lokasi pengamatan hanya Taman Diponegoro yang memiliki kadar debu di atas nilai baku mutu. Pada ruang terbuka hijau (RTH) taman kota mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kelembaban di lokasi Taman Dr. Sutomo Surabaya. Sedangkan Taman Diponegoro dan Taman Prestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kelembaban.
Kata kunci : Pengaruh, Taman Kota, Polutan Debu.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah –Nya sehingga penyusun dapat menyeleseikan tugas skripsi ini dengan judul PENGARUH TAMAN KOTA SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN POLUTAN DEBU. Tugas ini merupakan salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, UPN “ Veteran “ Jawa Timur untuk mendapatkan gelar sarjana. Selama menyeleseikan tugas ini, penyusun telah banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak DR. Ir. Edi Mulyadi, SU., selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaaan, UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Tuhu Agung., selaku Kepala Jurusan Teknik Lingkungan, UPN ”Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Ir. Naniek Ratni J.A.R., MKes selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu, mengarahkan dan membimbing hingga tugas ini dapat selesei dengan baik.
4. Bapak dan Ibu Penguji yang selalu memberi masukan yang positif.
5. Bapak dan Ibu dosen/ staf jurusan teknik lingkungan yang memberikan arahan selama masa perkuliahan.
6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moril maupun material.
ii
maupun tidak langsung telah membantu hingga terselesainya tugas ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dan yang tidak dapat saya sebutukan satu per satu.
Apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas skripsi ini, saran dan kritik yang membangun akan saya terima. Saya juga berharap skripsi akhir ini bisa bermanfaat bagi pihak – pihak yang membaca khususnya bagi yang memerlukan. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesr-besarnya apabila didalam laporan ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan atau kurang dipahami.
Surabaya, Oktober 2010
Penyusun
KATA PENGANTAR ...……….……….... i
ABSTRAK ...……….……...….... iii
DAFTAR ISI ...………... iv
DAFTAR GAMBAR ...……….... vii
DAFTAR TABEL .……...……….... viii
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ………... 1
I.2. Rumusan Permasalahan ...………..… 3
I.3. Tujuan Penelitian...………..……... 3
I.4. Manfaat Penelitian ... 4
I.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Taman Kota ... 5
II.2. Tanaman... ... 10
II.2.1. Kriteria Tanaman Penghijauan... 11
II.2.2.Jenis-JenisTanamannPenghijauan... 11
II.2.3. Kemampuan Tanaman... 14
II.3. Variable Analisis Vegetasi ... 14
II.4. Sumber Pencemar Udara... 15
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. Rancangan Penelitian ...………... 20
III.2. Penentuan Sampel Penelitian .………... 20
III.3. Lokasi Penelitian ... 21
III.4. Variable Penelitian ... 21
III.5. Pengumpulan Data ... 22
III.6. Analisa Data ... 23
III.7. Prosedur Kerja ... 24
III.7.1. Prosedur Kerja Alat... 24
III.7.2. Prosedur Kerja Lapangan... 27
III.8. Peralatan... 28
BAB IV HASIL DAN PENELITIAN IV.1. Karakteristik Tanaman Dalam Taman Kota ...……….. 29
IV.2. Kadar Debu Pada RTH Dan RTK ...………... 31
IV.3. Kelembaban Pada RTH Dan RTK ...………... 35
IV.4. Perbedaan Kadar Debu Pada RTH Dan RTK ... 38
IV.5. Perbedaan Kelembaban Pada RTH Dan RTK ... 41
IV.6. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Kota Terhadap Kadar Debu Di Udara ... 43
V.1. Kesimpulan ...………... 49 V.2. Saran ...………... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A DATA PENELITIAN LAMPIRAN B PERHITUNGAN LAMPIRAN C GAMBAR
Gambar 3.1 Gambar Bagan Diagram Alir Pengujian Debu …..……... 26 Gambar 3.1 Gambar High Volume Sampler (HVS)……..……..……... 28 Gambar 3.2 Gambar High Volume Sampler (HVS)……..……..……... 28 Gambar 4.1 Grafik Perbedaan Rata-rata Kadar Debu Di Tiga Lokasi….... 34 Gambar 4.2 Grafik Perbedaan Kadar Debu RTH Dengan RTK
Di Taman Diponegoro... 39 Gambar 4.3 Grafik Perbedaan Kadar Debu RTH Dengan RTK
Di Taman Prestasi... 39 Gambar 4.4 Grafik Perbedaan Kadar Debu RTH Dengan RTK
Di Taman Dr. Sutomo... 40 Gambar 4.5 Grafik Perbedaan Kelembaban RTH Dengan RTK
Di Taman Diponegoro... 41 Gambar 4.6 Grafik Perbedaan Kelembaban RTH Dengan RTK
Di Taman Prestasi... 41 Gambar 4.7 Grafik Perbedaan Kelembaban RTH Dengan RTK
Di Taman Dr. Sutomo... 42
Tabel 1.1 Jenis Tanaman Peneduh ... 11
Tabel 1.2 Jenis Tanaman Taman Hutan ...…... 12
Tabel 1.3 Jenis Tanaman Kebun Dan Halaman ... 13
Tabel 1.4 Jenis Tanaman Hias ...……...… 13
Tabel 1.5 Tanaman Yang Dapat Menyerap Debu ... 14
Tabel 4.1 Data Nama Taman/ Jalur Hjau di Surabaya Pusat ...….... 29
Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Nama Jenis Tanaman ……….….... 29
Tabel 4.3 Data Dan Hasil Pengamatan Kadar Debu Di Taman Diponegoro ...…….... 31
Tabel 4.4 Data Dan Hasil Pengamatan Kadar Debu Di Taman Prestasi ...…….... 32
Tabel 4.5 Data Dan Hasil Pengamatan Kadar Debu Di Taman Dr. Sutomo ...…….... 33
Tabel 4.6 Data Hasil Pengamatan Kelembaban Di Taman Diponegoro ...…….... 35
Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Kelembaban Di Taman Prestasi ...……... 36
Tabel 4.8 Data Hasil Pengamatan Kelembaban Di Taman Dr. Sutomo ...……... 37
ix
Di Taman Prestasi ...……... 44 Tabel 4.11 Hasil Analisis Kadar Debu Dengan Cara Uji T
Di Taman Dr. Sutomo ... 45 Tabel 4.12 Hasil Analisis Kelembaban Dengan Cara Uji T
Di Taman Diponegoro ... 46 Tabel 4.13 Hasil Analisis Kelembaban Dengan Cara Uji T
Di Taman Prestasi ... 47 Tabel 4.14 Hasil Analisis Kelembaban Dengan Cara Uji T
I.1. Latar Belakang
Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan oleh sarana dan prasarana yang ada. Perkembangan pembangunan kota cenderung menghilangkan wajah alam dan meminimalkan taman kota.Lahan-lahan bertumbuhan banyak dialihfungsikan menjadi kawasan perdagangan, kawasan pemukiman, kawasan industri, jaringan transportasi serta sarana dan prasarana yang ada.
Keadaan lingkungan perkotaan menjadi berkembang secara ekonomi, namun menurun secara ekologi. Padahal keseimbangan lingkungan perkotaan secara ekologi sama pentingnya dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan perkotaan.Kondisi demikian menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan, yang berupa meningkatnya suhu udara, pencemaran udara (seperti meningkatnya kadar debu, belerang, ozon, karbonmonoksida, karbondioksida, dan nitrogenoksida), menurunnya air tanah, banjir, dan meningkatnya kandungan logam berat dalam air tanah.
Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia.
Selama tiga dasa warsa terakhir, kota Surabaya telah berkembang begitu pesat menuju sebuah kota metropolis yang dipadati bangunan beton yang menjulang ke langit.Kondisi ini terus bekembang, bila tidak direncanakan dan diantisipasi secara baik akan berakibat munculnya masalah buruk di kemudian hari, di antaranya adalah masalah banjir, sampah, dan polusi.
Semakin memanasnya suhu kota Surabayadisebabkan tingginya gas emisi (komponen gas-gas dan senyawa buangan yang dibuang di udara bebas) yang lepas di udara.Sumber emisi terbesar berasal dari karbon monooksida (CO), partikulat (Pb, Zn, Cu, dan Cd), hidrokarbon di samping emisi lain seprti NOx dan SOx emisi pencemar jenis partikulat (Pb, Zn, Cu, dan Cd) bersumber dari industri dan transortasi.Sedangkan emisi karbon monooksida sumber transportasi (96 %), untuk emisi pencemar NOx dan SOx dihasilkan sektor industri (88 %), dan hidrokarbon yang bersumber dari transportasi (30 %) debudari jalan yang belum diaspal atau tanah kering juga merupakan sumber pencemar udara ( Rahayu, 2005).
1.2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam kajian ini adalah :
1. Untuk mengetahui ruang terbuka hijau kususnya taman kota dapat menurunkankadar debu.
2. Mengetahui perbedaan kadar debu pada ruang terbuka hijau (RTH) khususnya taman kota dengan ruang terbuka kosong (RTK).
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan diatas maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :
1. Mengetahui karakteristik tanaman dalam taman kota.
2. Untuk mengetahui tingkat pencemaran debu di udara di bandingkan dengan BML.
3. Mengetahui efektifitas dengan membandingkan ruang terbuka hijau (RTH) khususnya taman kota dengan ruang terbuka kosong (RTK). 4. Mengetahui pengaruh (RTH) khususnya taman kota terhadap kadar
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan hendaknya memberikan manfaat yang optimal kepada pihak – pihak terkait seperti :
1. Masyarakat setempat
Penelitian ini diharapkan memberi gambaran tentang pentingnya keberadaan taman kota untuk melestaikan lingkungan hidup.
2. Pemerintah Kota Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya sebagai pembuat kebijakan pengelolaan ruang terbuka hijau dapat melakukan tindakan tepat dalam mengantisipasi perkembangan pembangunan bangunan yang dapat merusak ekosistem alam yang ada di kota Suabaya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wilayah yang diteliti adalah taman Dr. Sutomo surabaya,taman Prestasi surabaya,dan taman Raya Diponegoro surabaya dengan membandingkan lokasi sebagai ruang terbuka hijau dengan ruang terbuka kosong di luar area taman Dr. Sutomo surabaya, taman Prestasi surabaya, dan taman Raya Diponegoro surabaya terhadap kadar debu.
2. Observasi di taman kota.
5
II.1. Pengertian Taman Kota
Taman kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang banyak
digunakan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai macam aktivitas mulai
rekreasi, olah raga maupun aktivitas yang bersifat pasif .
Taman-taman kota secara prinsip termasuk fasilitas umum yang dapat
diakses oleh siapapun warga kota tanpa membayar uang sepeserpun. Oleh karena
itu taman kota yang bagus adalah taman kota yang mampu mengakomodasi
berbagai kegiatan (fungsí) pengguna serta dapat digunakan oleh siapa saja
(berbagai kelompok umur, jenis kelamin, dan tingkat sosial) termasuk para
penyandang cacat. Untuk bisa menjaga kualitas taman kota tidak saja dibutuhkan
pemeliharaan taman yang baik, namun pendekatan harus juga dilakukan sejak
perencanaan dan perancangan taman.
Dalam perencanaan dan perancangan taman kota, prinsip-prinsip fungsi
publik harus diakomodasikan dalam desain. Agar tidak terjadi konflik dalam
penggunaan taman diperlukan zonasi. Zonasi dalam bahasa ‘awam’ berarti
menentukan suatu area tertentu pada taman yang diperuntukkan bagi kegiatan
tertentu ataupun bagi kelompok pengunjung tertentu. Semakin intensif
penggunaan suatu area oleh pengunjung maka semakin membutuhkan perhatian
semakin rendah intensitas penggunaan, semakin sedikit upaya pemeliharaan yang
dilakukan (Baskara Medha, 2007).
Taman kota merupakan sarana paru-paru kota, atau biasa juga di sebut
ruang terbuka.Fungsi taman kota antara lain sebagai berikut:
1. Taman perkotaan yang merupakan lahan terbuka hijau, dapat berperan
dalam membantu fungsi hidroorologi dalam hal penyerapan air dan
mereduksi potensi banjir. Pepohonan melalui perakarannya yang dalam
mampu meresapkan air ke dalam tanah, sehingga pasokan air dalam tanah
(water saving) semakin meningkat dan jumlah aliran limpasan air juga
berkurang yang akan mengurangi terjadinya banjir. Diperkirakan untuk
setiap hektar ruang terbuka hijau, mampu menyimpan 900 m3 air tanah per
tahun. Sehingga kekeringan sumur penduduk di musim kemarau dapat
diatasi. Sekarang sedang digalakan pembuatan biopori di samping untuk
dapat meningkatkan air hujan yang dapat tersimpan dalam tanah, juga
akan memperbaiki kesuburan tanah. Pembuatan biopori sangat sederhana
dengan mengebor tanah sedalam satu meter yang kemudian dimasuki
dengan sampah, maka di samping akan meningkatkan air tersimpan juga
akan meningkatkan jumlah cacing tanah dalam lubangan tadi yang akan
ikut andil menyuburkan tanah(Atmojo Sunturo, 2007).
2. Taman kota mempunyai fungsi kesehatan. Taman yang penuh dengan
pohon sebagai jantungnya paru-paru kota merupakan produsen oksigen
yang belum tergantikan fungsinya. Peran pepohonan yang tidak dapat
kehidupan manusia. Setiap satu hektar ruang terbuka hijau diperkirakan
mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen guna dikonsumsi 1.500 penduduk
perhari, membuat dapat bernafas dengan lega(Atmojo Sunturo, 2007).
3. Taman kota mempunyai fungsi ekologis, yaitu sebagai penjaga kualitas
lingkungan kota. Bahkan rindangnya taman dengan banyak buah dan
biji-bijian merupakan habitat yang baik bagi burung-burung untuk tinggal,
sehingga dapat mengundang burung-burung untuk berkembang. Kicauan
burung dipagi dan sore akan terdengar lagi. Terkait dengan fungsi ekologis
taman kota dapat berfungsi sebagai filter berbagai gas pencemar dan debu,
pengikat karbon, pengatur iklim mikro. Pepohonan yang rimbun, dan
rindang, yang terus-menerus menyerap dan mengolah gas karbondioksida
(CO2), sulfur oksida (SO2), ozon (O3), nitrogendioksida (NO2), karbon
monoksida (CO), dan timbal (Pb) yang merupakan 80 persen pencemar
udara kota, menjadi oksigen segar yang siap dihirup warga setiap saat.
Kita sadari pentingnya tanaman dan hutan sebagai paru-paru kota yang
diharapkan dapat membantu menyaring dan menjerap polutan di udara,
sehingga program penghijauan harus mulai digalakkan kembali. Tanaman
mampu menyerap CO2 hasil pernapasan, yang nantinya dari hasil
metabolisme oleh tanaman akan mengelurakan O2 yang kita gunakan
untuk bernafas. Setiap jam, satu hektar daun-daun hijau dapat menyerap
delapan kilogram CO2 yang setara dengan CO2 yang diembuskan oleh
napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama. Dengan
resiko yang berupa kemandulan, infeksi saluran pernapasan atas, stres,
mual, muntah, pusing, kematian janin, keterbelakangan mental anak- anak,
dan kanker kulit. Kota sehat, warga pun sehat(Atmojo Sunturo, 2007).
4. Taman dapat juga sebagai tempat berolah raga dan rekreasi yang
mempunyai nilai sosial, ekonomi, dan edukatif. Tersedianya lahan yang
teduh sejuk dan nyaman, mendorong warga kota dapat memanfaatkan
sebagai sarana berjalan kaki setiap pagi, olah raga dan bermain, dalam
lingkungan kota yang benar-benar asri, sejuk, dan segar sehingga dapat
menghilangkan rasa capek. Taman kota yang rindang mampu mengurangi
suhu lima sampai delapan derajat Celsius, sehingga terasa sejuk(Atmojo
Sunturo, 2007).
5. Memiliki nilai estetika. Dengan terpeliharanya dan tertatanya taman kota
dengan baik akan meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan,
sehingga akan memiliki nilai estetika. Taman kota yang indah, dapat juga
digunakan warga setempat untuk memperoleh sarana rekreasi dan tempat
anak-anak bermain dan belajar. Bahkan taman kota indah dapat
mempunyai daya tarik dan nilai jual bagi pengunjung. Solo merupakan
kota budaya yang memiliki daya tarik peninggalan budaya seperti kraton
kasunanan dan kraton mangkunegaran. Jika lingkungan kotanya sehat
dengan taman kotanya tertata indah akan menambah daya tarik bagi
6. Fungsi tumbuhan penahan dan penyaring partikel padat dari udara
udara alami yang bersih sering di kotori oleh debu, baik yang dihasilkan
oleh kegiatan alami maupun oleh kegiatan manusia. Pembangunan taman
kota mengakibatkan partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer
bumi akan dapat di bersihkan oleh tajuk pohon melalui poses jerapan dan
serapan . Pengaruh mekanisme ini menjadikan jumlah debu yang
melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang
di permukaan bumi sebagian akan menempel di pemukaan daun,
khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang
kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam uang stomata daun. Ada
juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Daun
yang berbulu dan berlekuk seperti halnya bunga matahari dan kersen
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel daripada
daun yang mempunyai permukaan yang halus (Smith dalam Dahlan,
1992).
7. Fungsi tumbuhan peredam kebisingan
Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang suara
oleh daun, cabang, dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk
meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang
II.2. Tanaman
Tanaman adalah mahluk hidup yang tidak dapat berpindah tempat dan
memproduksi makanannya sendiri. Sangat berbeda dengan hewan terutama
manusia yang menggantungkan hidupnya dengan mahluk hidup lainnya, dengan
bantuan sinar matahari makanan tanaman diproduksi sendiri menggunakan
unsur-unsur anorganik yang terdapat di tempat sekitar mereka hidup. Proses ini disebut
fotosintesis dan dilakukan oleh semua jenis tanaman. Sifat tanaman ini disebut
autotrof, dan karena sifat inilah tanaman selalu ditempatkan di tempat pertama di
setiap rantai makanan mahluk hidup.
Pada tanaman proses fotosintesis dilakukan di siang hari dikala matahari
menyinari bumi. Proses ini adalah proses biokimia yang juga dilakukan oleh jenis
lumut dan bakteri untuk memproduksi makanan. Photos artinya cahaya dan
dengan menggunakan cahaya matahari inilah tumbuhan mengubah gas
karbondioksida dan unsur-unsur mineral dalam tanah serta air untuk
menghasilkan gula (glukosa) dan oksigen. Proses ini dilakukan oleh zat hijau daun
bernama klorofil yang berada di daun dan dilindungi oleh lapisan lilin untuk
mencegah penguapan. Gula disini disimpan tumbuhan sebagai cadangan energi,
dan oksigen yang dihasilkan dinikmati oleh semua mahluk hidup di dunia ini.
Tanaman selain berfungsi sebagai penyedia oksigen di dunia juga memiliki
banyak manfaat bagi mahluk hidup yaitu : sebagai makanan, sebagai produk non
makanan, sebagai penggunaan estetika, dan sebagai pengembang ilmu dan budaya
II.2.1. Kriteria Tanaman Penghijauan
Penghijauan kota adalah upaya menciptakan keseimbangan dan keserasian
lingkungan fisik perkotaan melalui kegiatan tanam menanam agar tercipta
lingkungan perkotaan yang sehat, indah, dan nyaman.
Rencana pembuatan tanaman penghijauan kota disusun berdasarkan kajian:
1. Aspek teknis, yaitu memperhatikan kesiapan lahan, jenis tanaman, bibit,
dan teknologi.
2. Aspek ekologis, yaitu memperhatikan keserasian hubungan manusia
dengan lingkungan alam kota.
3. Aspek ekonomis, yaitu berkaitan dengan biaya dan manfaat yang
dihasilkan.
4. Aspek sosial dan budaya setempat yaitu memperhatikan nilai dan norma
sosial serta budaya setempat (Anonim, 2004).
II.2.2. Jenis-jenis Tanaman untuk Penghijauan
Tabel 1.1.Jenis tanaman peneduh
No Nama Tanaman Nama latin
1. Kenari Cacarim vulgare
2. Mahoni Sweetinia mahagoni
3. Angsana Pterocapus indicus
4. Akasia Acacia auriculiformis
5. Ganitri Elaeocarpus spahaericus
6. Bungur Lagestroenea landoni
8. Asam kranji Pithecelobium dulce
9. Beringin Flais benjamina
10. Famboyan Delonix regia
11. Pinus Pinus merkusii
12. Damar Agatis alba
13. Cemara Cupresus papuana
Sumber : Dahlan E. N .1999
Tabel 1.2.Jenis tanaman taman hutan
No Nama Tanaman Nama latin
1. Jening Pithecolobium lobatum
2. Khaya Khaya anthotheca
3. Pingku Dysoxylum excelsum
4. Puspa Schima wallichii
5. Kenanga Canangium adoratum
6. Trembesi Samanea saman
7. Kepuh Sterculia foetida
8. Salam Eungenia polyantha
9. Kecapi Sandoricumkoetjape
10. Tanjung Mimusops elengi
11. Sawo kecik Manilkara kauki
12. Kayu manis Cinnamomum burmanni
Tabel 1.3.Jenis tanaman kebun dan halaman
No Nama Tanaman Nama latin
1. Nangka Artocarpus integra
2. Sirsak Annona muricata
3. Srikaya A.squamosa
4. Alpokat Persea americana
5. Belimbing Averrhoa carambola
6. Jambu monyet Anacardium occidentale
7. Kopi Coffea robusta
8. Mangga Mangifera indica
9. Jeruk Citrus sp
10. Rambutan Nephelium lappaceum
Sumber : Dahlan E. N .1992
Tabel 1.4.Jenis tanaman hias
No Nama Tanaman Nama latin
1. Bunga kancing Gomphrena globosa
2. Bunga matahari Helianthus annus
3. Kecubung Dafura metel
4. Nusa indah Musaena ahphilippica
5. Mawar Rosa hybrida
6. Melati Jasminum sambac
7. Kembang sepatu Hibiscus rosasinensis
II.2.3. Kemampuan Tanaman
Tabel 1.5.Tanaman yang dapat menyerap debu
No Nama Tanaman Serapan (μg/g)
1. Kembang Merak 46,3
2. Trengguli 48,0
3. Sonokeling 41,6
4. Sengon 34,6
5. Srikoyo 33,4
6. Mindi 37,5
7. Jambu Air 34,1
8. Asam Keranji 76,3
9. Bonger 22,9
Sumber : Tanjung ,2003
II.3. Variabel Analisis Vegetasi (Kerapatan, Kerimbunan)
Vegetasi merupakan salah satu komponen dari ekosiatem, yang dapat
menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungan dan sejarah dari
factor-faktor itu dalam suatu yang mudah di ukur dan nyata. Analisis vegetasi di
pakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang
komponen-komponen lainnya dari ekosistem.
Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi di mulai dari suatu titik pandang
bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dari tumbuh-tumbuhan yang
oleh spesies sebagai komponennya, maupun oleh kombinasi dari struktur dan
fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum.
Variabel-variabel yang diperlukan untuk menganalisis vegetasi adalah: (1)
jumlah anggota populasi per satuan luas/kerapatan; (2) bagaimana populasi
menguasai areal atau dominasinya/kerimbunan; (3) bagaimana populasi menyebar
di arealnya/frekuensi.
Kerapatan ditentukan bedasarkan jumlah individu dalam satuan luas
tertentu. Perhitungannya didasarkan pada jumlah individu rata-rata dari sejumlah
kuadrat yang diseba secara acak.
Kerimbunan dapat di definisikan sebagai seberapa luas area/tanah yang di
kuasai oleh tumbuhan. Hal ini didasarkan pada daerah yang tertutup oleh
tumbuhan. Untuk pohon umumnya berdasarkan luas kanopinya. Perhitungannya
didasarkan pada prosentase daerah yang dikuasai tertutup oleh tumbuhan tersebut
(Syafei, 1990).
II.4. Sumber Pencemar Udara
Polusi atau pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain ke
dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung
maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkatan
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai peruntukkannnya. Setiap substansi yang merupakan bagian dari
Sumber-sumber pencemaran udara dapat dibagi dalam dua kelompok besar
sumber alamiah dan akibat perbuatan manusia seperti berikut :
1. Alami
Sumber pencemaran yang berasal dari proses atau kegiatan alam. Contoh :
kebakaran hutan, kegiatan gunung berapi, dan lainnya(Dwipuspita, 2009).
2. Aktifitas manusia
Sumber pencemaran yang berasal dari perbuatan manusia. Contoh : sisa
pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor, limbah industri dan
limbah rumah tangga, sisa pembakaran dari gas alam, dan lainnya(Dwipuspita,
2009).
3. Lalu lintas
Sistem transportasi dan manajemen lalu lintas
Sistem manajemen transportasi dan tata ruang perkotaan mempengaruhi pola
pergerakan manusia dan kendaraan di suatu kota yang pada akhirnya
mempengaruhi kualitas udara. Pengendalian pencemaran udara melalui
peningkatan sistem transportasi terfokus pada dua aspek, yaitu pengurangan
volume kendaraan dan pengurangan kepadatan lalu lintas. Makin banyak volume
kendaraan yang beroperasi di jalan, makin banyak jumlah emisi gas buang total.
Di negara-negara maju, walaupun catalytic converter telah dapat mengurangi
emisi gas buang per kendaraan per kilometer tempuh, jika jumlah kendaraan
semakin banyak dan jarak kilometer semakin bertambah maka jumlah emisi total
tetap meningkat. Artinya, sistem transportasi memegang peranan penting dalam
4. Sumber pencemar lainnya
Sumber-sumber pencemar udara lain di wilayah perkotaan seperti pembakaran
sampah secara terbuka.Kegiatan tersebut menyebabkan terbakarnya timbunan
sampah sehingga terjadi emisi partikulat, CO dan HC(Anonim, 2007).
II.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara
1. Meteorologi dan Iklim
Pencemaran udara yang terjadi di permukaan bumi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor meteorologi dan iklim serta faktor topografi.
a. Temperatur
Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan industri dapat
menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain, udara dingin akan
terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung
menahan polutan tetap berada dilapisan permukaan bumi sehingga konsentrasi
polutan dikawan tersebut semakin lama semakin tinggi. Dalam keadaan tersebut,
dipermukaan bumi dapat dikatakan tidak terdapat pertukaran udara sama sekali.
Karena kondisi itu dapat berlangsung sampai beberapa hari atau beberapa minggu,
udara yang berada dekat permukaan bumi akan penuh dengan polutan dan dapat
menimbulkan keadaan sangat kritis bagi kesehatan.
b. Arah dan Kecepatan Angin
Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana dan
dapat mencemari udara negara lain. Sebaliknya, apabila kecepatan angin lemah,
yang terdapat disekitar lokasi pencemaran tersebut.
c. Hujan
Air hujan sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang
terdapat dalam udara. Contoh, pembakaran batubara yang menghasilkan gas
sulfurdioksia dan apabila gas tersebut tercampur dengan air hujan akan
menimbulkan hujan yang bersifat asam, atau sering disebut hujan asam.
2. Topografi
Variabel-variabel yang termasuk di dalam faktor topografi, antara lain :
a. Dataran Rendah
Didaerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang jauh ke
seluruh penjuru dan dapat melewati batas negara dan mencemari udara negara
lain.
b. Dataran Tinggi
Didaerah dataran tinggi sering terjadi temperatur inversi dan udara dingin yang
terperangkap akan menahan polutan tetap berada di lapisan permukaan bumi.
c. Lembah
Di daerah lembah, aliran angin sangat sedikit dan tidak bertiup ke segala penjuru.
Keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat dipermukaan bumi
(Dwipuspita, 2009).
II.6. Landasan Teori
Faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan dan penurunan kelembaban
a. Pemanasan global yang disebabkan dari tansportasi, industry,
dan pembakaran yang tidak sempurna.Pemanasan global secara
umum telah merusak lapisan ozonyang menimbulkan bahaya
ultraviolet dan menuebabkan tenggelamnya beberapa
permukaan air laut.
b. Kenaikan kadar debu yang berasal dari jalan yang belum di
aspal atau tanah kering.
c. Tanaman pelindung mempunyai manfaat regulative yaitu
berupa penurunan suhu, peredam kebisingan, memperkecil
suhu cahaya, perlindungan tanah, mengurangi polusi udara dan
menjaga kondisi lingkungan(Wardana dalam Rahayu,2005).
Dalam penelitian ini pembuktian hipotesis yang digunakan adalah menurut
Cannon Mill yakni metode perbedaan.Metode perbedaan di sini menjelaskan
bahwa dalam penelitian ini ada 2 tempat / keadaan yang diteliti, yang pertama
adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya taman kota yang merupakan
tempat terjadinya pencemaran udara dan sebagai kontrolnya adalah Ruang
Terbuka Kosong (RTK) metode perbedaan ini dapat di jelaskan sebagai berikut :
Keadaan I (terpapar) R E
Keadaan II (kontrol) R E (Zaenuddin,1988)
II.7. Hipotesis
Dengan adanya Ruang Terbuka Hijau(RTH) khususnya Taman Kota
III.1. Rancangan Penelitian
Berdasarkan caranya dan lokasinya penelitian observasional yaitu penelitian dimana fenomena tidak dapat dikendalikan atau diatur oleh peneliti.
Berdasarkan analisa data yang akan dilakukan, rancangan penelitian ini menggunakan peneliti deskriptif yaitu teori atau konsep yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data atau menunjukkan komperasi atau hubungan seperangkat data lain,yaitu hubungan antara jenis tanaman, jumlah tanaman dan luas area terhadap penurunan kadar debu dan kelembaban udara pada lokasi yang berbeda. (Zainuddin, 1988).
III.2. Penentuan Sampel Penelitian
Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling, berdasarkan karakteristik tertentu dengan pertimbangan yaitu terdapat perbedaan jenis tanaman, terdapat variasi kadar debu dan kelembaban udara, dan perbedaan kadar debu dan kelembaban udara pada pagi hari, siang hari dan sore hari.
Purposive sampling/ Judmental sampling adalah peneliti menggunakan
pertimbangan sendiri dengan berbekal kemampuan pengetahuan yang cukup tentang populasi tersebut untuk memilih anggota- anggota sampel. Data yang diperoleh dari purposive sampling paling banyak akan memberikan arah kesimpulan. Prosedur dari purposive sampling ini akan didefinisikan dari populasi
yang akan diteliti, tentukan dasar membuat pertimbangan, tekanan pengambilan sampel (n), dan ambil sampel secara sengaja sesuai tujuan (Silalahi, 2003).
III.3. Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan di Surabaya Pusat yaitu ditaman Dr Sutomo, Taman Prestasi, Taman Diponegoro Surabaya sebagai ruang terbuka hijau (RTH) dan sebagai ruang terbuka kosong (RTK) di luar area ketiga Taman tersebut yaitu di jalan Dr. Cipto.
III.4. Variable Penelitian
A. Variable yang ditetapkan:
1. Jenis tanaman : Mahoni, Sansivera, Palem Kuning, Ketapang, Angsana, Akalaipa, Tabarnae, Erva Merah, Kana, Tricolour, Melati Jepang, Rowelia Tegak, Ketapang, Tabarnae, Iris Bunga Kuning, Teh- tehan, Pandanus, Palem Raja dan Nanas Kerang.
2. Luas area : Taman Diponegoro 18.082 m2, Taman Prestasi 15.303 m2 dan Taman Dr. Sutomo 9.572 m2
3. Jumlah Tanaman : Taman Diponegoro 566, Taman Prestasi 1038, Taman Dr. Sutomo 699.
B. Keadaan
C. Variable yang mempengaruhi:
1. RTH (taman kota)
D. Variable yang diteliti
1. Kelembaban Udara
2. Kadar Debu
III.5. Pengumpulan data
Data yang dipergunakan dalam penyusun skripsi ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu :
1. Data primer
Dalam penelitian ini data dikumpulkan sendiri oleh peneliti, pada permulaan penelitian data belum ada jadi harus dikumpulkan sendiri oleh peneliti, yang harus dikumulkan sendiri oleh peneliti, yang dari data kelembapan udara dan kadar debu.
2. Data sekunder
Dalam penelitian data yang digunakan adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain, pada waktu penelitian dimulai data telah tersedia, yang terdiri dari:
III.6. Analisa Data
1. Untuk mengetahui karakteristik tanaman dalam taman kota.Data-data mengenai karakteristik tersebut dianalisa dengan analisa diskriptif.
2. Tingkat pencemaran debu taman kota adalah data konsentrasi kadar debu di lingkungan udara taman kota. Data-data tersebut dianalis dengan membandingkan dengan baku mutu lingkungan ( BML).
3. Data yang sudah terkumpul yaitu data kadar debu sesuai dengan lokasi pencemaran.Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya taman kota kemudian dibandingkan dengan data-data pada Ruang Terbuka Kosong (RTK). Dari hasil – hasil tersebut di atas dapat diketahui efektifnya.Untuk mengetahui efektifitasnya menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Efektifitas =
III.7. Prosedur kerja
III.7.1. Prosedur Kerja Alat
A. Kadar Debu dan Kelembaban Udara
Prinsip:
Melewatkan udara dengan volume tertentu melalui kertas saring serat gelas (gelas fiber filter). Sebelum maupun setelah pengambilan contoh: udara kertas saring di timbang dengan timbangan analitis.
Alat:
1. High Volume Air Sample (HVS) dan filter GFA 2. Neraca Analitis
3. Termometer / Hygrometer 3. Pinset
Cara Kerja :
a. Ambil filter glass dengan pinset, kondisikan filter dalam desikator( suhu 15 – 27 oC dan kelembaban relatif 0 -50 %) selama 24 jam, lalu timbang dengan neraca analitis.
b. Pasang filter pada high volume air sample.
c. Debit aliran di lihat pada flow meter (misal Q m3/ menit). d. Kemudian alat dihidupkan selama 30 menit di tiap titik.
- Diagram alir pengujian debu.
Ambil filter fiber glass dengan pinset masukkan dalam desikator
Dinginkan dalam desikator selama 24 jam
Timbang berat awal Filter
Filter digunakan untuk pengambilan debu
Ambil filter yang digunakan tersebut,masukkan dalam desikator selama 24 jam
Timbang kembali filter tersebut,didapatkan berat akhir filter
Hitung kadar total kadar debu
Gambar 3.1
III.7.2. Prosedur Kerja Lapangan
A.Pengukuran di Area Ruang Terbuka Hijau
1. Menentukan titik-titik yang diamati untuk mengukur kadar debu dan kelembaban udara di area Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya taman kota.
2. Memasang alat pengukur kadar debu dan kelembaban udara di setiap titik-titik yang ditentukan.
3. Pengukuran dilakukan hingga tahu kadar debu dan kelembaban udara di setiap titik-titik yang ditentukan serta diambil rata-rata sehingga tahu kadar debu di Ruang Terbuka Hijau(RTH).
B.Pengukuran di Luar Ruang Terbuka Hijau/Ruang Terbuka Kosong
1. Menentukan titik-titik pengamatan di luar area Ruang Terbuka Hijau (RTH) .
2. Memasang alat pengukur dititik yang ditentukan.
III. 8. Peralatan yang digunakan seperti berikut dalam gambar : 3.2 dan 3.3 laju alu udara dalam
c. Fuse, sebagai sekring e. Tempat kertas
4.1. Karakteristik Tanaman Dalam Taman Kota
Karakteristik tanaman yang terdapat pada Taman Diponegoro, Taman Prestasi dan di Taman Dr. Sutomo Surabaya jenis tanaman bersifat heterogen di antaranya yaitu :
Tabel 4.1. Data Nama Taman/ Jalur Hjau di Surabaya Pusat
No. Nama Taman/ Jalur Hijau
Lokasi Luas Taman (m2)
1 Prestasi Jl. Ketabang Kali 15.303,00
2 Dr. Sutomo Jl. Dr. Sutomo 9.572,00
3 Diponegoro Jl. Diponegoro 18.082,00
Sumber : Laporan Status Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2008 Tabel 4.2. Data Hasil Pengamatan Nama Jenis Tanaman
B Taman Jh. Jl. Diponegoro
4.2. Kadar Debu Pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka
Kosong (RTK)
Pada penelitian ini dilakukan pada cuaca cerah pada suhu antara 27,0oC – 35,0oC dalam 1 (satu) kali percobaan di 3 (tiga) lokasi yaitu Taman Diponegoro, Taman Prestasi dan Taman Dr. Sutomo Surabaya. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3. Data Hasil Pengamatan Kadar Debu di Taman Diponegoro
Kadar Debu No Tempat
Pengamatan Waktu RTH (mg/Nm3)
Rata-rata 0,3504 0,1421 50,23 Sumber : Penelitian
Sedangkan pada tingkat efektitas kadar debu yang terendah terletak pada pengamatan titik I (pertama) pada waktu pagi hari yaitu sebesar -74,78% dengan kadar debu di Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 0,0813 mg/Nm3 dan di Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 0,1421 mg/m3.
Rata-rata kadar debu di Taman Diponegoro pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 0,3504 mg/Nm3 dan rata-rata pada Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 0,1421 mg/m3 dengan rata-rata tingkat efektitasnya sebesar 50,23%
Tabel 4.4. Data Hasil Pengamatan Kadar Debu di Taman Prestasi
Kadar Debu No Tempat
Pengamatan Waktu RTH (mg/Nm3)
Rata-rata 0,1434 0,1421 -5,89 Sumber : Penelitian
Sedangkan pada tingkat efektitas kadar debu yang terendah terletak pada pengamatan titik I (pertama) pada waktu siang hari yaitu sebesar -72,87% dengan kadar debu di Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 0,0822 mg/Nm3 dan di Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 0,1421 mg/m3.
Rata-rata kadar debu di Taman Prestasi pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 0,1434 mg/Nm3 dan rata-rata pada Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 0,1421 mg/m3 dengan rata-rata tingkat efektitasnya sebesar -5,89%.
Tabel 4.5. Data Hasil Pengamatan Kadar Debu Taman Dr. Sutomo
Kadar Debu No Tempat
Pengamatan Waktu RTH (mg/Nm3)
Rata-rata 0,2127 0,1421 13,23 Sumber : Penelitian
Sedangkan pada tingkat efektitas kadar debu yang terendah terletak pada pengamatan titik III (ketiga) pada waktu pagi hari yaitu sebesar -132,57% dengan kadar debu di Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 0,0611 mg/Nm3 dan di Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 0,1421 mg/m3.
Rata-rata kadar debu di Taman Dr. Sutomo Surabaya pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 0,2127 mg/Nm3 dan rata-rata pada Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 0,1421 mg/m3 dengan rata-rata tingkat efektitasnya sebesar 13,23%.
Perbedaan rata-rata kadar debu di 3 (tiga) lokasi yaitu Taman Diponegoro, Taman Prestasi dan Taman Dr. Sutomo Surabaya dibandingkan dengan BML (Baku Mutu Lingkungan), dapat dilihat pada gambar grafik berikut :
0
Grafik Perbedaan Rata-Rata Kadar Debu di Tiga Lokasi
keterkaitan vegetasi (tanaman) dengan unsur-unsur iklim. Dan dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa rata- rata kadar debu di Taman Diponegoro lebih tinggi dari nilai BML, sedangkan di Taman prestasi dan Dr. Sutomo masih di bawah BML. Hal ini dikarenakan pada Taman Diponegoro terdapat banyak populasi kepadatan lalu lintas dibandingkan dengan Taman Prestasi dan Taman Dr.Sutomo.
4.3. Kelembaban Pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka
Kosong (RTK)
Pada penelitian ini dilakukan pada cuaca cerah pada suhu antara 27,0oC – 35,0oC dalam 1 (satu) kali percobaan di 3 (tiga) lokasi yaitu Taman Diponegoro, Taman Prestasi dan di Taman Dr. Sutomo Surabaya. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6. Data Hasil Pengamatan Kelembaban di Taman Diponegoro
Kelembaban No Tempat
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa tingkat efektitas kelembaban yang tinggi terletak pada pengamatan titik I (pertama) pada waktu pagi hari yaitu sebesar 5,56% dengan kelembaban di Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 72,0% dan di Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 68,0%. Sedangkan pada tingkat efektitas kelembaban yang terendah terletak pada pengamatan titik III (ketiga) pada waktu siang hari yaitu sebesar -55,96% dengan kelembaban di Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 43,6% dan di Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 68,0%.
Rata-rata tingkat efektitas kelembaban di Taman Diponegoro sebesar -23,48% dengan rata-rata kelembaban pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 56,6% dan rata-rata kelembaban pada Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 68,0%.
Tabel 4.7. Data Hasil Pengamatan Kelembaban di Taman Prestasi
Kelembaban No Tempat
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa tingkat efektitas kelembaban yang tinggi terletak pada pengamatan titik III (ketiga) pada waktu sore hari yaitu sebesar 10,05% dengan kelembaban di Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 75,6% dan di Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 68,0%. Sedangkan pada tingkat efektitas kelembaban yang terendah terletak pada pengamatan titik I (pertama) pada waktu siang hari yaitu sebesar -59,25% dengan kelembaban di Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 42,7% dan di Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 68,0%.
Rata-rata tingkat efektitas kelembaban di Taman Prestasi sebesar -7,47% dengan rata-rata kelembaban pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 64,8% dan rata-rata kelembaban pada Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 68,0%.
Tabel 4.8. Data Hasil Pengamatan Kelembaban di Taman Dr. Sutomo Surabaya
Kelembaban No Tempat
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa tingkat efektitas kelembaban yang tinggi terletak pada pengamatan titik I (pertama) pada waktu pagi hari yaitu sebesar 17,07% dengan kelembaban di Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 82,0% dan di Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 68,0%. Sedangkan pada tingkat efektitas kelembaban yang terendah terletak pada pengamatan titik V (kelima) pada waktu siang hari yaitu sebesar -17,24% dengan kelembaban di Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 58,0% dan di Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 68,0%.
Rata-rata tingkat efektitas kelembaban di Taman Dr. Sutomo Surabaya sebesar -3,15% dengan rata-rata kelembaban pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 66,7% dan rata-rata kelembaban pada Ruang Terbuka Kosong (RTK) sebesar 68,0%.
4.4. Perbedaan Kadar Debu Pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan
Ruang Terbuka Kosong (RTK)
0
Grafik Perbedaan Kadar Debu RTH dengan RTK di Taman Diponegoro
0
0
Grafik Perbedaan Kadar Debu RTH dengan RTK di Taman Dr. Sutomo
4.5. Perbedaan Kelembaban Pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan
Ruang Terbuka Kosong (RTK)
Dalam penelitian ini dapat dilihat perbedaan antara kelembaban di Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Ruang Terbuka Kosong (RTK), pada gambar grafik berikut :
Grafik Perbedaan Kelembaban RTH dengan RTK di Taman Diponegoro
0
0
Grafik Perbedaan Kelembaban RTH dengan RTK di Taman Dr. Sutomo
Pada grafik kelembaban diatas dapat dilihat bahwa di 3 (tiga) lokasi yang berbeda mempunyai kelembaban di ruang terbuka hijau lebih tinggi dibandingkan dengan di ruang terbuka kosong. Dengan efektifitas yang terbesar terjadi di taman Diponegoro pada waktu pagi hari yaitu sebesar 5,56 %. Hal ini disebabkan kelembaban di RTK dipengaruhi oleh faktor meteorologi yaitu temperatur dan angin. Kelembaban relatif turun disebabkan adanya temperatur yang tinggi. Selain itu akibat dari tidak adanya vegetasi tumbuhan di area pengamatan mengakibatkan suhu udara tinggi. Adanya faktor meteorologi yaitu panas mengakibatkan suhu udara juga meningkat sehingga menyebabkan kelembaban udara rendah.
diolah dalam daun bersama-sama dengan air dan unsur lain dengan bantuan sinar matahari yang kemudian menghasilkan karbohidrat dan energi sedangkan sebagai sisa pembakaran dikeluarkan oksigen semakin banyak dan terasa teduh. Hal inilah juga yang menjadikan ruang terbuka hujau memiliki kelembaban udara yang rendah.
4.6. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Kota terhadap Kadar
Debu Di Udara
Untuk menguji apakah ada pengaruh atau tidak kadar debu pada ruang terbuka hijau (RTH) terhadap ruang terbuka kosong (RTK) digunakan uji t dengan menggunakan program SPSS (Statistical Program for Social Science) di bawah operasi Windows. Berikut ini akan dibahas pengaruh kadar debu pada ruang terbuka hijau terhadap ruang terbuka kosong pada 3 (tiga) lokasi yang berbeda, yaitu :
1. Pengaruh ruang terbuka hijau terhadap kadar debu di udara pada lokasi Taman Diponegoro
Tabel 4.9.
Hasil Analisis Kadar Debu Dengan Cara Uji T Pada Lokasi Taman Diponegoro
Coefficientsa
,14204 ,00002 8093,912 ,000
,00016 ,00005 ,676 3,312 ,006
Dapat dilihat pada tabel 4.7 yang diketahui bahwa nilai t hitung untuk kadar debu pada ruang terbuka hijau (RTH) di lokasi Taman Diponegoro yaitu sebesar 3,312 dengan tingkat signifikansi 0,006 yang berarti bahwa pada ruang terbuka hijau (RTH) taman kota mempunyai pengaruh signifikan terhadap kadar debu di lokasi Taman Diponegoro.
Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 0,458 (lampiran hasil analisis) menunjukkan bahwa kadar debu ruang terbuka hijau (RTH) mempengaruhi ruang terbuka kosong (RTK) pada lokasi Taman Diponegoro sebesar 45,8 %.
2. Pengaruh ruang terbuka hijau (RTH) taman kota terhadap kadar debu di udara pada lokasiTaman Prestasi
Tabel 4.10.
Hasil Analisis Kadar Debu Dengan Cara Uji T Pada Lokasi Taman Prestasi
Coefficientsa
,14209 ,00003 5172,734 ,000
,00004 ,00019 ,054 ,193 ,850
(Constant)
Sedangkan nilai koefisien determinasi (R ) yaitu sebesar 0,003 (lampiran hasil analisis) menunjukkan bahwa kadar debu ruang terbuka hijau (RTH) mempengaruhi ruang terbuka kosong (RTK) pada lokasi Taman Prestasi hanya sebesar 0,3 %.
3. Pengaruh ruang terbuka hijau (RTH) taman kota terhadap kadar debu di udara pada lokasi Taman Dr. Sutomo Surabaya
Tabel 4.11.
Hasil Analisis Kadar Debu Dengan Cara Uji T Pada Lokasi Taman Dr. Sutomo Surabaya
Coefficientsa
,14210 ,00002 8453,561 ,000
-,00002 ,00007 -,066 -,239 ,815
(Constant)
Dapat dilihat pada tabel 4.9 yang diketahui bahwa nilai t hitung untuk kadar debu pada ruang terbuka hijau (RTH) di lokasi Taman Dr. Sutomo Surabaya yaitu sebesar -0,239 dengan tingkat signifikansi 0,815 yang berarti bahwa ruang terbuka hijau (RTH) taman kota tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar debu di lokasi Taman Dr. Sutomo Surabaya.
4.7. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Kota Terhadap
Kelembaban Udara
Untuk menguji apakah ada pengaruh atau tidak kelembaban pada ruang terbuka hijau (RTH) terhadap ruang terbuka kosong (RTK) digunakan uji t dengan menggunakan program SPSS (Statistical Program for Social Science) di bawah operasi Windows. Berikut ini akan dibahas pengaruh kadar debu pada ruang terbuka hijau terhadap ruang terbuka kosong pada 3 (tiga) lokasi yang berbeda, yaitu :
1. Pengaruh ruang terbuka hijau (RTH) taman kota terhadap kelembaban udara pada lokasi Taman Diponegoro
Tabel 4.12.
Hasil Analisis Kelembaban UdaraDengan Cara Uji T Pada Lokasi Taman Diponegoro
Coefficientsa
67,99363 ,00389 17500,448 ,000
,00012 ,00007 ,454 1,836 ,089
(Constant)
Sedangkan nilai koefisien determinasi (R ) yaitu sebesar 0,206 (lampiran hasil analisis) menunjukkan bahwa kelembaban ruang terbuka hijau (RTH) mempengaruhi ruang terbuka kosong (RTK) pada lokasi Taman Diponegoro hanya sebesar 20,6 %.
2. Pengaruh ruang terbuka hijau (RTH) terhadap kelembaban udara pada lokasi Taman Prestasi
Tabel 4.13.
Hasil Analisis Kelembaban UdaraDengan Cara Uji T Pada Lokasi Taman Prestasi
Coefficientsa
67,99655 ,00481 14147,250 ,000
,00006 ,00007 ,233 ,865 ,403
(Constant)
Dapat dilihat pada tabel 4.11 yang diketahui bahwa nilai t hitung untuk kelembaban pada ruang terbuka hijau (RTH) di lokasi Taman Prestasi yaitu sebesar 0,865 dengan tingkat signifikansi 0,403 yang berarti bahwa pada ruang terbuka hijau (RTH) taman kota tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelembaban di lokasi Taman Prestasi.
3. Pengaruh ruang terbuka hijau (RTH) terhadap kelembaban udara pada lokasi Taman Dr. Sutomo Surabaya
Tabel 4.15.
Hasil Analisis Kelembaban UdaraDengan Cara Uji T Pada Lokasi Taman Dr. Sutomo Surabaya
Coefficientsa
67,98867 ,00518 13118,695 ,000
,00018 ,00008 ,543 2,330 ,037
(Constant)
Dapat dilihat pada tabel 4.12 yang diketahui bahwa nilai t hitung untuk kelembaban pada ruang terbuka hijau (RTH) di lokasi Taman Dr. Sutomo Surabaya yaitu sebesar 2,330 dengan tingkat signifikansi 0,037 yang berarti bahwa pada ruang terbuka hijau (RTH) taman kota mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kelembaban di lokasi Taman Dr. Sutomo Surabaya.
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik Tanaman di ketiga Taman bersifat heterogen yaitu :
a. Taman Diponegoro: Mahoni (5,8%), Sansivera (17,7%), Pandanus (22,1%), Iris Bunga Kuning (4,4%), Palem Phoenix (6,4%), Palem Kuning (6,4%), Tricolour (7,9%), Tabernae (4,2%), Rowelia Tegak (4,4%), Angsana (3,1%), Kana (5,3%), Spider Lily (8,8%), Teh- tehan (3,5%). b. Taman Prestasi : Mahoni (3,6%), Erva Merah (17,3%), Bakung Putih
(1,3%), Akalaipa (4,8%), Melati Jepang (12,1%), Kana (7,2%), Palem Kuning (3,6%), Puring (4,3%), Philodendron (1,2%), Ketapang (0,4%), Angsana (2,1%), Pandanus (4,8%), Tabernae (2,3%), Iris Bunga Kuning (7,2%), Nanas Kerang (5,3%), Tricolour (3,7%), Teh- tehan (4,3%), Palem Kuning (3,6%), Tanjung (0,2%), Palem Pinang (1,7%), Glodokan Tiang (0,9%), Sansivera (1,9%), Palem Phoenix (0,8%), Rowelia Tegak (2,4%), Bakung Kuning (0,6%), Spider Lily (2,4%).
c. Taman Dr. Sutomo : Trembesi (4,6%), Tabebuya (3,4%), Pandanus (17,9%), Sansivera (14,3%), Spider lily (10,7%), Angsana (1,1%), Palem Raja (2,8%), Tabernae (5,1%), Rowelia Tegak (7,2%), Kana (7,9%), Cemara (0,9%), Taiwan Beauty (4,3%), Erva Merah (4,3%), Nanas
2. Kadar debu ruang terbuka hijau pada lokasi pengamatan di Taman Diponegoro mempunyai rata-rata sebesar 0,3504 mg/Nm3. Pada lokasi pengamatan di Taman Prestasi mempunyai kadar debu rata-rata sebesar 0,1434 mg/Nm3. Dan pada lokasi pengamatan di Jalan Dr. Sutomo Surabaya mempunyai kadar debu rata-rata sebesar 0,2127 mg/Nm3. Sedangkan di ruang terbuka kosong dengan rata-rata kadar debu sebesar 0,1421 mg/Nm3. Dan kadar debu pada baku mutu lingkungan berdasarkan peraturan Gubernur Jawa Timur No. 10 Tahun 2009 untuk debu adalah 0,26 mg/Nm3 sehingga hanya Taman Diponegoro yang memiliki kadar debu di atas nilai baku mutu.
3. Kelembaban ruang terbuka hijau pada lokasi pengamatan di Taman Diponegoro mempunyai rata-rata sebesar 56,6 %. Pada lokasi pengamatan di Taman Prestasi mempunyai kelembaban rata-rata sebesar 64,8 %. Dan pada lokasi pengamatan di Jalan Dr. Sutomo Surabaya mempunyai kelembaban rata-rata sebesar 66,7 %. Sedangkan di ruang terbuka kosong dengan rata-rata kelembaban sebesar 68,0 %.
Jalan Dr. Sutomo Surabaya mempunyai rata-rata efektifitas kadar debu sebesar 13,23 % dengan rata-rata efektifitas kelembabannya sebesar -3,15 %. 5. Adanya (RTH) khususnya Taman Kota berpengaruh terhadap kadar debu di
udara dengan tingkat signifikansi pada Taman Diponegoro sebesar 0,006, Taman Prestasi 0,850 dan Taman Dr. Sutomo sebesar 0,815. Sedangkan untuk kelembaban tingkat signifikansi pada Taman Diponegoro sebesar 0,089, Taman Prestasi 0,403 dan Taman Dr. Sutomo sebesar 0,037.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran yang diberikan untuk dijadikan bahan pertimbangan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut :
1. Pemerintah kota Surabaya sebagai pembuat kebijakan pengelolaan, lebih banyak membuat ruang terbuka hijau berdasarkan standar umum di wilayah perkotaan guna mengurangi kadar polusi serta melakukan tindakan tepat dalam mengantisipasi perkembangan pembangunan yang dapat merusak ekosistem alam yang ada di kota Surabaya.
2. Penambahan jenis tanaman penghijauan dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan menyerap jenis polutan.
4. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian pada wilayah perkotaan yang berbeda dan variabel serta parameter yang berbeda.
Anonim, 2004, ” Pedoman Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota” http://warga hijau.org/index/php/htm,5- 12- 2009
Anonim, 2004, ” Sumber-Sumber Pencemar Udara”
http://udarakota.bappenas.go.id/view.php.htm, 4- 12- 2009 Anonim, 2009, ” Fungsi Tanaman”
http://tanaman.org/index/fungsi-tanaman-123.htm, 6- 12- 2009
Atmojo, S.W. 2007, ” Menciptakan Taman Kota Berseri”, Fakultas Pertanian-UNS, Solo.
Baskara,M. 2007, ” Taman Kota Bagai Gelas Kristal Pajangan” http://brawijaya.co.id/.htm, 28- 11- 2009
Dahlan, E.N. 1992,”Hutan Kota”Asosiasi Pengusaha Hutan Kota Indonesia(APHI), Hal 33-36, Jakarta.
Dwipuspita, 2009,”Pencemaran Udara”
http://wordpress.com/dwipuspita’blogs.htm, 30- 11- 2009
Rahayu, 2005,”Efektifitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wilayah Perkotaan Terhadap Kadar Debu dan Kelembapan Udara” Jurusan Teknik Lingkungan UPN ”Veteran”, Surabaya.
Hasil Analisis Pengaruh Kadar Debu Pada Ruang Terbuka Hijau Terhadap Ruang Terbuka Kosong Pada Lokasi Taman Diponegoro
Model Summary
,676a ,458 ,416 ,000020
Model
,0000000043 1 ,0000000043 10,968 ,006a
,0000000051 13 ,0000000004
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), RTH a.
Dependent Variable: RTK b.
Coefficientsa
,14204 ,00002 8093,912 ,000
,00016 ,00005 ,676 3,312 ,006
Hasil Analisis Pengaruh Kadar Debu Pada Ruang Terbuka Hijau Terhadap Ruang Terbuka Kosong Pada Lokasi Taman Prestasi
Model Summary
,054a ,003 -,074 ,000027
Model
,00000000003 1 ,00000000003 ,037 ,850a
,00000000931 13 ,00000000072
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), RTH a.
Dependent Variable: RTK b.
Coefficientsa
,14209 ,00003 5172,734 ,000
,00004 ,00019 ,054 ,193 ,850
Hasil Analisis Pengaruh Kadar Debu Pada Ruang Terbuka Hijau Terhadap Ruang Terbuka Kosong Pada Lokasi Jalan Dr. Sutomo Surabaya
Model Summary
,066a ,004 -,072 ,000027
Model
,00000000004 1 ,00000000004 ,057 ,815a
,00000000929 13 ,00000000071
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), RTH a.
Dependent Variable: RTK b.
Coefficientsa
,14210 ,00002 8453,561 ,000
-,00002 ,00007 -,066 -,239 ,815
Hasil Analisis Pengaruh Kelembaban Pada Ruang Terbuka Hijau Terhadap Ruang Terbuka Kosong Pada Lokasi Taman Diponegoro
Model Summary
,454a ,206 ,145 ,00239
Model
,00002 1 ,00002 3,369 ,089a
,00007 13 ,00001
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), RTH a.
Dependent Variable: RTK b.
Coefficientsa
67,99363 ,00389 17500,448 ,000
,00012 ,00007 ,454 1,836 ,089
Hasil Analisis Pengaruh Kelembaban Pada Ruang Terbuka Hijau Terhadap Ruang Terbuka Kosong Pada Lokasi Taman Prestasi
Model Summary
,233a ,054 -,018 ,00261
Model
,000005 1 ,000005 ,748 ,403a
,000088 13 ,000007
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), RTH a.
Dependent Variable: RTK b.
Coefficientsa
67,99655 ,00481 14147,250 ,000
,00006 ,00007 ,233 ,865 ,403
Hasil Analisis Pengaruh Kelembaban Pada Ruang Terbuka Hijau Terhadap Ruang Terbuka Kosong Pada Lokasi Jalan Dr. Sutomo Surabaya
Model Summary
,543a ,295 ,240 ,00225
Model
,000027 1 ,000027 5,429 ,037a
,000066 13 ,000005
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), RTH a.
Dependent Variable: RTK b.
Coefficientsa
67,98867 ,00518 13118,695 ,000
,00018 ,00008 ,543 2,330 ,037
FOTO TANAMAN
Gambar Mahoni Gambar Ketapang
Gambar Angsana Gambar Tabebuia
Gambar Akalipa Gambar Bakung Kuning
Gambar Bakung Putih Gambar Erva Merah
Gambar Batavia/ Jatropa
Gambar Gandarusa Gambar Iris Bunga Kuning
Gambar Melati Jepang Gambar Puring
Gambar Taiwan Beauty Gambar Tabernae
Gambar Taiwan Beauty Gambar Palem Kuning
Denah Lokasi Penelitian
Gambar Denah Raya Diponegoro
Gambar Denah Taman Dr.Sutomo
DOKUMENTASI LAPANGAN
Lokasi Pengukuran
Taman Prestasi
Peralatan yang Digunakan
Hygrometer
High Volume Air Sampler