• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Banjarmasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Arahan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Banjarmasin"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh: M.Yuda Islami 1.06.10.007

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(5)

iii

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Strata 1. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW., beserta keluarga serta

sahabat hingga akhir zaman. Aamiin ya Rabbal’alaamiin.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang selama penyusunan tugas akhir ini telah banyak memberi bantuan baik berupa bantuan moril dan materil maupun berupa saran, dan dorongan semangat kepada penulis. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Muhammad Sauki Sam dan Ibu Ziah Quartina yang sangat penulis cintai beserta kakak dan adik penulis yaitu Ibnu

Sina Sam, Muhammad Zulfikar Rahmani dan Sasty Norasyifa Zahra yang sangat penulis sayangi. Terimakasih atas segala dukungan, dorongan, semangat, kasih sayang, dan doa yang tiada henti-hentinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan yang sangat tulus kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dan memperoleh gelar Strata 1;

2. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, MSc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia;

3. Bapak Prof.Dr.H. Denny Kurniadie, Ir. MSc selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer;

4. Ibu Rifiati Safariah, ST., MT. selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan dan selaku Dosen Wali angkatan 2010 yang telah menjadi orang tua wali di kampus UNIKOM;

(6)

iv penulisan Tugas Akhir ini.

7. Ibu Dr. Lia Warlina, Ir., M.Si.., sebagai dosen pembahas dan penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun dalam penulisan Tugas Akhir ini.

8. Seluruh Dosen dan Sekretariat Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia;

9. Seluruh pegawai dan staf di Instansi Pemerintahan dan tokoh masyarakat yang terlibat selama proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini;

10. Keluarga Besar penulis, terimakasih atas rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang tinggi, atas kebersamaan, atas motivasi, doa, nasehat dan saran yang diberikan;

11. Nisa Martiany, terimakasih atas kesabaran yang tak pernah habisnya, atas dukungan, waktu, doa, semangat, perhatian, kasih sayang yang diberikan kepada penulis, juga atas kebersamaannya sehingga memotivasi penulis menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini;

12. Sahabat-sahabat PWK Universitas Komputer Indonesia angkatan 2010, kawan seperjuangan dalam pembuatan tugas akhir, Alfredho Septian, Ilham

Dirgayusa, Edison Siboro dan Ricky Wildanyah Hasibuan. Terimakasih atas kebersamaan kita selama 5 tahun terakhir ini, semoga perjalinan kita sebagai saudara tetap erat meskipun nantinya kita akan terpisah-pisah.

13. Sahabat-sahabat PWK Universitas Komputer Indonesia angkatan 2010 yaitu Natalius Lampang, Riyan Hidayatullah, Chandra Firmansyah, Goldie Melinda W., Ilham Dirgayusa, Selfa Septiani A., Riska Helman, Ricky Wildansyah Hsb., Barnes Chrisma N., Tasa Andrian, Alfredo Septian, Edison Siboro, Ismaturrachman, Christi Maria, dan Faisal Perwira yang selalu ada

memberikan semangat, dukungan, dan do’a. Semoga selamanya kita akan

terus kompak dan solid hingga akhir hayat memisahkan kita. Aamiin;

14. Sahabat-sahabat Panti As-Saman, yang selalu merikan semangat, motivasi,

(7)

v

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis berusaha membuat dan menyelesaikannya dengan sebaik mungkin, namun kekurangan- kekurangan yang terdapat didalamnya semata-mata karena keterbatasan penulis dalam kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu saran dan kritik yang tentunya sangat bermanfaat dan sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan pada umumnya.

Bandung, Agustus 2015

(8)

vi

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 3

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 3

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 3

1.4.2 Ruang Lingkup Materi ... 4

1.5 Teknik dan Pengumpulan Data ... 4

1.5.1 Data Primer ... 4

1.5.2 Data Sekunder ... 5

1.6 Teknik Analisis Data ... 6

1.6.1 Metode Analisis Deskriftif ... 6

1.6.2 Metode Analisis Swot ... 7

1.7 Teknik Pengambilan Sampel... 8

1.8 Kerangka Pemikiran ... 10

1.9 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsepsi Dasar RTH... 12

(9)

vii

2.3 Kategori RTH ... 17

2.4 Perkembangan dan Pembangunan RTH... 18

2.5 Faktor Penyebab Perubahan RTH ... 18

2.6 Teknis Perencanaan ... 19

2.7 Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan... 20

2.7.1 Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah ... 20

2.7.2 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ... 20

2.7.3 Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu ... 21

2.8 Jenis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) ... 21

2.9 Faktor Pertimbangan dalam Penyediaan RTH Kota ... 22

2.10 Arahan Pengembangan RTH di Kota Banjarmasin ... 23

2.11 Standar Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ... 25

2.12 Kriteria Umum Pengembangan RTH ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Gambaran Umum RTH Kota Banjarmasin ... 32

3.2 Gambaran Umum Kota Banjarmasin ... 32

3.2.1 Batas Administrasi ... 32

3.2.2 Kondisi Fisik Dasar ... 33

3.2.3 Kependudukan ... 33

3.2.4 Pemanfaatan Lahan ... 35

3.3 Sebaran RTH di Kota Banjarmasin per Kecamatan ... 37

3.3.1 Kecamatan Banjarmasin Utara ... 37

3.3.2 Kecamatan Banjarmasin Tengah ... 39

3.3.3 Kecamatan Banjarmasin Timur ... 44

3.3.4 Kecamatan Banjarmasin Selatan ... 45

(10)

viii

4.1.1 Potensi dan Permasalahan RTH di Kecamatan BanjarmasinUtara ... 54

4.1.2 Potensi dan Permasalah RTH di Kecamatan Banjarmasin Tengah ... 55

4.1.3 Potensi dan Permasalah RTH di Kecamatan Banjarmasin Selatan ... 57

4.1.4 Potensi dan Permasalah RTH di Kecamatan Banjarmasin Timur ... 58

4.1.5 Potensi dan Permasalah RTH di Kecamatan Banjarmasin Barat ... 59

4.2 Identifikasi Luasan yang dibutuhkan Kota Banjarmasin Untuk Mencapai Ideal RTH 30% ... 61

4.2.1 Identifikasi Luas RTH Eksisting ... 61

4.2.2 Identifikasi Guna Lahan Per Kecamatan ... 61

4.2.3 Identifikasi Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ... 65

4.3 Arahan Pengembangan RTH di Kota Banjarmasin ... 69

4.3.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pengembangan RTH di Kota Banjarmasin ... 69

4.3.1.1 Identifikasi Faktor Internal ... 69

4.3.1.2 Identifikasi Faktor Eksternal ... 71

4.3.2 Analisis Swot Arahan Pengembangan RTH Kota Banjarmasin ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ...

(11)

1

Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta teknik pengambilan sampel. Pada bagian akhir bab ini juga akan dijelaskan mengenai sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan kerangka struktur pembentuk kota. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota yang juga diperuntukkan sebagai ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan.

Tipologi Ruang Terbuka Hijau berdasarkan kepemilikannya terbagi menjadi RTH Publik dan RTH Privat. Penjabaran jenis RTH yang termasuk dalam masing-masing tipologi tersebut adalah sebagai berikut :

 RTH Publik, yang terdiri atas :

 Lindung (kecuali cagar budaya);  Pertanian;

 Taman hijau;

 Fasos/fasum hijau (kebun binatang, Sarana Olahraga,

Permakaman, taman hijau)  RTH Privat, yang terdiri atas :

 Pertanian Privat;

 Fasos (taman hijau, Sarana Olahraga, permakaman keluarga); dan  Pekarangan (rumah, kantor)

(12)

Kota Banjarmasin yang padat akan fungsinya sebagai pusat perdagangan, pendidikan, jasa dan permukiman menyebabkan perkembangan Kota Banjarmasin terdesak oleh arus pembangunan kota. Salah satunya dikarenakan oleh jumlah penduduk Kota Banjarmasin yang meningkat setiap tahunnya. Pembangunan yang dilakukan membawa dampak terhadap perunan kualitas lingkungan.

Pembangunan yang terjadi saat ini dikarenakan oleh pemenuhan yang harus dilakukan oleh pemerintah sebagai pemegang kewenangan dalam pembangunan dan penataan ruang seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana yang ada. Akan tetapi, seharusnya pembangunan yang terjadi memperhatikan daya dukung lingkungan kota antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan kota. Pengalokasian lahan RTH seringkali dikalahkan dengan peruntukan lahan lainnya dalam pembangunan kota, sehingga terjadi peralihfungsian lahan RTH menjadi kawasan lainnya.

Keberadaan RTH sangat penting pada suatu wilayah perkotaan, disamping sebagai salah satu fasilitas sosial masyarakat, RTH mampu menjaga keserasian

antara kebutuhan ruang aktifitas masyarakat dengan kelestarian bentuk lansekap alami wilayah itu. RTH juga memiliki berbagai manfaat seperti kenyamanan, estetika, hidrologis, klimatologis, ekologis, protektif, edukatif, kesehatan dan

wisata.

Melihat kondisi RTH di Kota Banjarmasin yang ada pada saat ini belum berfungsi dengan maksimal. Dengan begitu dibutuhkan adanya penelitian mengenai “Arahan pengembangan RTH di Kota Banjarmasin” untuk merumuskan arahan pengembangan RTH di Kota Banjarmasin berdasarkan identifikasi RTH yang meliputi jenis, sebaran dan luasan agar dapat mengembangkan RTH seefektif mungkin sehingga fungsi RTH di Kota Banjarmasin akan menjadi optimal.

1.2 Rumusan Masalah

(13)

pengembangan RTH di Kota Banjarmasin. Rumusan pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Apakah jenis RTH yang ada di Kota Banjarmasin, luasannya dan persebarannya ?

2) Apa yang menjadi potensi dan masalah RTH di Kota Banjarmasin ?

3) Berapa jumlah luasan yang dibutuhkan Kota Banjarmasin untuk mencapai ideal RTH 30% ?

4) Bagaimana arahan pengembangan RTH yang dapat diterapkan di Kota Banjarmasin ?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian berjudul “Arahan Pengembangan RTH di Kota

Banjarmasin” adalah untuk merumuskan arahan pengembangan RTH di Kota

Banjarmasin. Sedangkan sasaran yang harus dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Identifikasi jenis, sebaran dan luasan RTH di Kota Banjarmasin.

2) Identifikasi potensi dan masalah RTH di Kota Banjarmasin

3) Identifikasi luasan yang dibutuhkan Kota Banjarmasin untuk mencapai ideal RTH 30%

4) Identifikasi arahan pengembangan RTH yang dapat diterapkan di Kota

Banjarmasin.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup ruang wilayah dan ruang lingkup materi.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

(14)

Banjarmasin Tengah, Kecamatan Banjarmasin Utara dan Kecamatan Banjarmasin Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis, sebaran dan luasan RTH di Kota Banjarmasin (publik dan privat), selanjutnya membahas mengenai potensi dan masalah TH di Kota Banjarmasin, luasan yang dibutuhkan untuk mencapai ideal RTH 30% dan membahas mengenai arahan pengembangan di Kota Banjarmasin.

1.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam proses penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 bagian, antara lain :

1.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, untuk memperoleh data primer itu dapat dilakukan beberapa teknik pengambilan data yaitu antara lain:

 Observasi

Observasi dilakukan pada kondisi RTH eksisting di Kota Banjarmasin, teknik

observasi dilakukan peneliti dengan mengadakan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian dengan maksud meng-cross check data yang diperoleh.  Kuesioner

Peneliti akan menyebarkan kuesioner dengan mengambil beberapa warga sebagai sampel yang nantinya dapat mewakili seluruh masyarakat diwilayah studi yang merasakan fungsi dari keberadaan RTH di Kota Banjarmasin. Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner dilakukan pada masyarakat di Kota Banjarmasin.

 Wawancara

(15)

Gambar 1.1 Ruang Lingkup Wilayah 1.5.2 Data Sekunder

pengumpulan data sekunder dilakukan yaitu dengan meminta data/dokumen berupa softcopy maupun hardcopy yang berkaitan dengan Ruang Terbuka Hijau kepada dinas-dinas terkait, yaitu pada dinas Bappeda Kota Banjarmasin, Dinas Tata Ruang Kota Banjarmasin, dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banjarmasin serta dokumen mengenai rencana Ruang Terbuka Hijau di Kota Banjarmasin. Selain itu juga dengan melakukan studi literatur RTH yang terkait dengan pengembangan RTH di perkotaan, kajian literatur terhadap buku-buku, laporan-laporan penelitian, artikel hasil browsing, dan data-data statistik serta kelengkapan lainnya yang menunjang terhadap penelitian.

Tabel 1.1

Matrik Kebutuhan Data

Sasaran Kebutuhan

Informasi

Survei Teknik Analisis

(16)

Sasaran Kebutuhan Informasi

Survei Teknik Analisis

jenis, sebaran dan

lapangan - Profil Dinas Pertamanan

1.6 Teknik Analisis Data

1.6.1 Metode Analisis Deskriftif

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriftif kualitatif yang bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis masalah-masalah yang terkait dalam RTH berdasarkan variabel yang telah ditentukan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Variabel Penelitian

No Karakteristik Variabel Penelitian Informasi yang diperoleh

1

RTH  Persebaran RTH  Jenis RTH  Luas lahan RTH  Kondisi eksisting RTH

Untuk mengetahui persebaran, jenis, luas serta kondisi eksisting RTH

 Pengatur iklim  Produsen oksigen  Penyerap air hujan

(17)

No Karakteristik Variabel Penelitian Informasi yang diperoleh  Penyedia habitat satwa

 Penyerap polusi serasi dan seimbang antar area terbangun dan tidak terbangun

 Peran pemerintah  Peran masyarakat  Pendanaan untuk rth  Kesediaan masyarakat

dalam menyediakan RTH privat

 Kesediaan masyarakat dalam penggunaan lahan untuk RTH publik

kekuatan dan kelemahan RTH pada saat ini

 Peningkatan persebaran dan luas RTH

 Menjadikan RTH sebagai tempat wisata dan

 Bantuan pemerintah pusat  Kebijakan pemerintah

terhadap pengembangan RTH

Peluang yang dimiliki untuk pengembangan RTH

 Perilaku masyarakat  Alihfungsi lahan

Ancaman yang dimiliki untuk pengembangan RTH

1.6.2 Metode Analisis Swot

(18)

RTH dalam meningkatkan kualitas lingkungan di Kota Banjarmasin dalam bentuk arahan pengembangan RTH. Metode analisis data yang digunakan untuk mencapai setiap sasaran adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi bentuk, jenis dan luasan RTH yang ada di Kota Banjarmasin, yaitu dengan mengidentifikasi teori-teori dasar yang berkaitan dengan RTH dan jenis-jenis/bentuk-bentuk dan luasan ruang terbuka hijau yang ada di Kota Banjarmasin.

b. Identifikasi potensi dan permasalahan RTH pada saat ini.

c. Identifikasi luasan yang dibutuhkan untuk mencapai ideal RTH 30%.

d. Merumuskan arahan pengembangan RTH dengan menggunakan analisis SWOT berdasarkan data potensi dan permasalahan setiap RTH yang ada didapat dari studi normatif dan kondisi eksisting.

1.7 Teknik Pengambilan Sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin, berikut adalah rumus slovin yang digunakan :

Keterangan :

n : Ukuran sampel

N : Ukuran Populasi

e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel dalam penelitian ini diambil nilai e = 10% (0.01)

Berdasarkan rumus Slovin dengan populasi sebanyak 648.029 jiwa dan nilai kritis atau batas ketelitian yang diinginkan 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh adalah :

(19)

Maka sampel yang akan digunakan dalam penyebaran kuesioner terhadap masyarakat setempat dibulatkan menjadi 100 responden. Dalam penelitian ini ditentukan sampel sebanyak 100 responden.

Banjarmasin Selatan : 151.175 jiwa Banjarmasin Timur : 115.147 jiwa Banjarmasin Barat : 146.448 jiwa Banjarmasin Tengah : 93.167 jiwa Banjarmasin Utara : 142.029 jiwa

(20)

1.8Kerangka Pemikiran

RTH PUBLIK

Terdesak oleh arus pembangunan dengan status Kota Banjarmasin sebagai IbuKota Provinsi

Mencapai RTH Kota Banjarmasin 30%

RTH PRIVAT

 UU Penataan Ruang No.20 Tahun 2007  RTRW Kota Banjarmasin

 Pedoman Penyediaan RTH di Kawasa Perkotaan  PERDA kota Banjarmasin

Perlunya perumusan arahan pengembangan RTH di Kota Banjarmasin sehingga RTH di Kota Banjarmasin dapat

meningkat

ANALISIS SWOT

Kesimpulan dan Rekomendasi IDENTIFIKASI

1. Jenis , Sebaran dan luasan RTH 2. Potensi dan Permasalahan RTH

3. Identikasi Luasan yang Dibutuhkan Untuk Mencapai Ideal RTH 30%

Arahan Pengembangan RTH di Kota Banjarmasin

(21)

1.9Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian mengenai “Arahan Pengembangan RTH di Kota Banjarmasin” Studi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan uraian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai gambaran umum penelitian yang meliputi latar belakang rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, studi metodologi penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai konsepsi RTH (pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat) yang terkait dengan ruang terbuka hijau, jenis-jenis RTH berdasarkan kebijakan nasional dan standar kebutuhan RTH.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Bab ini membahas mengenai gambaran umum Kota Banjarmasin

meliputi aspek fisik dasar kependudukan, penggunaan lahan serta kondisi eksisting RTH yang terdapat di Kota Banjarmasin

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil studi meliputi identifikasi potensi dan permasalah setiap jenis RTH publik dan privat berdasarkan per kecamatan, luas lahan yang dibutuhkan untuk mencapai ideal RTH 30% dan analisis perumusan arahan pengembangan RTH di Kota Banjarmasin.

BAB V KESIMPULAN

(22)

12

dan manfaat) yang terkait dengan ruang terbuka hijau, jenis-jenis RTH berdasarkan kebijakan nasional dan standar kebutuhan RTH.

2.1 Konsepsi Dasar RTH

2.1.1 Pengertian RTH

Ruang Terbuka Hijau adalah lahan yang digunakan untuk berbagai kegiatan termasuk di dalamnya olahraga dan bermain, pada suatu area yang luas dengan sifat kepemilikan publik atau semi publik, pada lahan yang tidak terbangun dan tidak memiliki bangunan diatasnya, pada lahan yang terbuka pemandangannya atau pada tempat-tempat yang berada di luar bangunan (Lynch, 1990).

Ruang terbuka hijau terdiri dari RTH publik dan RTH Privat. Proporsi RTH di wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota yang terdiri dari proporsi RTH publik paling sedikit 20% dan RTH privat 10%. Ruang Terbuka Hijau publik diharapkan dapat tersebar merata dari mulai tingkat RT sampai dengan tingkat kecamatan serta disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang. Dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 RTH Publik terdiri dari taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau jalan dan sempadan sungai

Sedangkan RTH privat terdiri dari kebun atau halaman rumah/ gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Status kepemilikan RTH dapat berupa RTH publik yang penyediaan dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab pemerintah dan RTH privat yang penyediaan dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah. Adapun tujuannya adalah menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan,

(23)

2.1.2 Fungsi dan Manfaat RTH

Ruang Terbuka Hijau memiliki fungsi utama (intristik) yaitu sebagai fungsi ekologis dan sebagai fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi sosial dan budaya, fungsi ekonomi, dan fungsi estetika.

 Fungsi utama (intristik)

 RTH berfungsi ekologis: merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota untuk menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik serta RTH untuk perlindungan sumber daya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar, memberi jaminan pengadaan RTH dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen

oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air, dan tanah serta penahan angin. RTH secara ekologis juga dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk RTH yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, hutan kota, taman botani dan sempadan sungai.

 Fungsi tambahan (ekstrinsik)

 Fungsi ekonomi: melalui pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan pertanian/perkebunan (urban argriculture) dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan, bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain.

 Fungsi sosial dan budaya

Fungsi sosial dan budaya: seperti media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, menggambarkan ekpresi budaya lokal dan wadah dan objek

pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam. Bentuk RTH yang berfungsi sosial budaya antara lain adalah taman-taman kota, lapangan olahraga, kebun bunga dan taman pemakaman umum (TPU).

 Fungsi estetika

(24)

maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan), menstimulasi kreatifitas dan produkvitas warga kota, pembentuk faktor keindahan arsitektural, menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

Manfaat RTH kota secara langsung dan tidak langsung, sebagian besar dihasilkan dari adanya fungsi ekologis. Penyeimbang antara lingkungan alam dan buatan, yaitu sebagai penjaja fungsi kelestarian pada media air, tanah, dan udara serta konservasi sumber daya hayati flora dan fauna (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008).

Tabel 2.1

Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH

No Jenis RTH Fungi lahan Tujuan Keterangan 1 Taman Kota Ekologis

Mutlak dibutuhkan bagi kota, keserasian, rekreasi aktif dan pasif, nuansa rekreatif, terjadinya keseimbangan mental, (psikologis) dan fisik manusia, habitat

Perlindungan total tepi kiri sungai, rawan erosi, taman laut

5 Pertanian Kota Produksi, estetika, pelayanan publik (umum)

(25)

Waduk Empang

(budidaya ikan air tawar)

8 Kebun raya elemen khusus kota besar, kota madya

Keamanan Penunjang iklim mikro, thermal, estetika

Pengaman jalur lalu lintas, rel KA, jalur listrik tegangan tinggi, kawasan berkala dan subsistent Sumber : Direktorat Jenderal Penataan Ruang Depertamen Pekerjaan Umum, 2006

2.2 Tipologi RTH

Berdasarkan pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan, pembagian jenis-jenis RTH yang ada sesuai dengan tipologi RTH. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tipologi RTH

RTH Fisik Fungsi Struktur Kepemilikan RTH Alami Ekologis Pola Ekologis RTH Publik

Sosial Budaya RTH Non

Alami

Estetika Pola Planologis RTH Privat Ekonomi

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008)

Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi dua (2) yakni RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika dan ekonomi.

Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan

struktur ruang perkotaan. Dari segi kepemilikan RTH dibedakan ke dalam RTH Publik dan RTH Privat. Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat dapat

(26)

RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta fungsi tambahan yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika/arsitektural. Khusus untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga, dan atau area bermain maka RTH ini harus memiliki aksebilitas yang baik untuk semua orang termasuk aksebilitas bagi penyandang cacat. Karakteristik RTH disesuakan dengan topologi kawasannya, arahan karakteristik RTH di perkotaan untuk berbagai tipologi kawasan perkotaan dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.3 Kepemilikan RTH

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008.

Tabel 2.4

Fungsi dan Penerapan RTH pada Beberapa Tipologi Kawasan Perkotaan

Tipologi Kawasan Perkotaan

Karakteristik RTH

Fungi Utama Penerapan Kebutuhan RTH

Pantai  Pengamanan wilayah

pantai

 Sosial budaya

 Berdasarkan luas

wilayah

 Berdasarkan fungsi

No. Jenis RTH

Publik

RTH Privat 1. RTH Pekarangan

a.Pekarangan rumah tinggal √

b.Halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha √

c.Taman atap bangunan √

2. RTH Taman dan Hutan Kota

c.Ruang dibawah jalan laying √ 4. RTH Fungsi Tertentu

a.RTH sempadan rel kereta api √ b.Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi √

c.RTH sempadan sungai √

d.RTH sempadan pantai √

e.RTH pengamanan sumber air baku/mata air √

(27)

Tipologi Kawasan Perkotaan

Karakteristik RTH

Fungi Utama Penerapan Kebutuhan RTH

 Memitigasi bencana tertentu

Pegunungan  Konservasi tanah

 Konservasi air  Keanekaragaman

hayati

 Berdasarkan luas

wilayah

 Berdasarkan fungsi

tertentu

Rawan Bencana  Mitigasi/evakuasi

bencana

 Berdasarkan fungsi

tertentu

Berpenduduk jarang sd

sedang

 Dasar perencanaan

kawasan

 Sosial

 Berdasarkan jumlah

penduduk

Berpenduduk padat  Ekologis

 Sosial  Hidrologis

 Berdasarkan fungsi

tertentu

 Berdasarkan jumlah

penduduk

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008.

2.3 Kategori RTH

 Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi : a. Bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung).

b. Bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olahraga dan pemakaman).

 Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi:

a. RTH berbentu kawasan/areal, meliputi RTH yang berbentuk hutan (hutan kota, hutan lindung, hutan rekreasi), taman, lapangan olahraga, kebun raya, kebun pembibitan, kawasan fungsional (RTH kawasan perdagangan, RTH kawasan perindustrian, RTH kawasan permukiman, RTH kawasan pertanian), RTH kawasan khusus (Hankam, perlindungan

tata air, plasma nutfah, dan sebagainya).

(28)

 Berdasarkan status kepemilikan, RTH diklafisikan menjadi dua, yakni : a. RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau

lahan yang dimiliki pemerintah.

b. RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik pribadi.

2.4 Perkembangan dan Pembangunan RTH

Perkembangan dan pembangunan RTH Kota akibat pembangunan tidak berwawasan lingkungan, luas RTH Kota diberbagai kota semakin berkurang, jauh dari luas optimal 30 persen dari total luas kota. Menurut Purnomohadi (1994) dan KLH (2001) secara umum, permasalahan ketidaktersediaan RTH Kota secara ideal disebabkan oleh :

a. Pemeliharaan RTH tidak konsisten dan tidak rutin. RTH sering dianggap sebagai tempat sampah, gubug liar dan sarang vektor pembawa penyakit, sehingga cenderung lebih menjadi masalah dibanding manfaat.

b. Pencemaran ekosistem perkotaan terhadap media tanah, air dan udara

semakin meningkat dan menimbulkan penyakit fisik dan psikis yang serius. c. Inkosistensi kebijakan dan strategi penataan ruang kota, kurangnya pengertian

dan perhatian urgensi eksistensi RTH dalam kesatuan wilayah perkotaan.

Perencanaan strategis pembangunan RTH di daerah belum memadai, karena dianggap sebagai ruang publik (common property) yang secara ekonomis

tidak menguntungkan sehingga saling melepas tanggung jawab.

d. Kurangnya pemahaman pada poin nomor 3, berakibat tidak tersedianya RTH yang memadai, semakin mengurangi peluang bagi warga kota, terutama bagi anak-anak, remaja wanita, manusia usia lanjut (manula) dan penyandang cacat, untuk mendapat pendidikan dan pelajaran tentang kehidupan langsung dari alam sekitar serta fasilitas olahraga, bereaksi dan bermain.

2.5 Faktor Penyebab Perubahan RTH

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perubahan RTH, yaitu : 1) Terbatasnya lahan yang hendak digunakan pada daerah RTH yang

(29)

2) Kebutuhan akan pemenuhan fasilitas yang ingin dibangun untuk melayani penduduk.

3) Kurangnya pengawasan dari pemerintah terhadap perubahan RTH.

4) Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan akan RTH seperti penjelasan berikut:

a. Masyarakat tingkat pendapatan rendah membutuhkan RTH sebagai sarana membina hubungan sosial antar keluarga karena keterbatasan luas rumah yang sempit, kebutuhan RTH bukan merupakan kebutuhan langsung yang dapat dirasakan sehingga menimbulkan ketidak pedulian terhadap ada atau tidaknya penyediaan RTH.

b. Masyarakat tingkat pendapatan sedang, membutuhkan RTH untuk kenyamanan terhadap lingkungannya, sehingga kebutuhan RTH sudah menjadi kebutuhan yang dipentingkan.

c. Masyarakat tingkat pendapatan tinggi, membutuhkan RTH karena sebagai kepentingan aspek visual dan estetika, sehingga kebutuhan akan RTH sudah menjadi kebutuhan utama untuk kegunaan spiritual,

keindahan dan kenyamanan.

2.6 Teknis Perencanaan

Dalam rencana pembangunan dan pengembangan RTH yang fungsional suatu wilayah perkotaan, ada 4 (empat) hal utama yang harus diperhatikan yaitu :

1) Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan ditentukan secara komposit oleh 3(tiga) komponen berikut ini, yaitu :

a. Kapasitas atau daya dukung alam wilayah

b. Kebutuhan per kapita (kenyamanan, kesehatan dan bentuk pelayanan lainnya).

c. Arah dan tujuan pembangunan kota

(30)

pendukung dan penambah nilai rasio terutaman dalam meningkatkan nilai dan kualitas lingkungan dan kultutral kota.

2) Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH.

3) Struktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi dan distribusi).

4) Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota.

2.7 Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan

Penyediaan RTH di kawasan perkotaan terdiri dari penyediaan RTH berdasarkann luas wilayah, penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk dan penyediaan RTH berdasarkan fungsi tertentu.

2.7.1 Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotan adalah sebagai berikut :

1) Ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH privat.

2) Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari RTH publik 20% dan 10% RTH privat.

3) Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku,maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari total luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal (Permen No.5/PRT/M/2008

2.7.2 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

(31)

perkapitas sesuai peraturan yang berlaku. Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5

Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

No Unit 3 30.000 jiwa Taman Kelurahan 9000 0,3 Dikelompokkan

dengan sekolah pusat kelurahan 4 120.000 jiwa Taman Kecamatan 24.000 0,2 Dikelompokkan dengan sekolah Sumber : Direktorat Jenderal Penataan Ruang Depertamen Pekerjaan Umum, 2008

2.7.3 Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu

Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam, pengamanan pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak terganggu. RTH kategori ini meliputi jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan setemp at berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai dan RTH pengamanan sumber air baku/mat air (Permen No.5/PRT/M/2008).

2.8 Jenis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP)

Berdasarkan Peraturan Menteri No.01 Tahun 2007 tentang Penataan

(32)

margasatwa, bentang alam seperti gunung, bukit, lereng, lembah, cagar alam, kebun raya, kebun binatang, pemakaman umum, lapangan olahraga, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan pertanian perkotaan, jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET), sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa, jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa, gas dan pedestrian, kawasan dan jalur hijau, daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara dan tamanatap (roof garden).

2.9 Faktor Pertimbangan dalam Penyediaan RTH Kota

Faktor pertimbangan dalam penyediaan RTH kota dapat dilihat dari 2 (dua) sisi antara lain : RTH Kota sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau dan merupakan kebijakan RTH Kota.

a) RTH Kota sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau

Fungsi kota yang beraneka ragam dan kepadatan makin tinggi, maka kualitas lingkungan kota dapat menjadi masalah. Kenyamanan kota yang mendukung produkvitas dan fungsi kota sangat ditentukan oleh kualitas

lingkungan seperti suhu dan kelembaban, kandungan polusi dan bentuk visual bentangan alamnya.

b) Kebijakan RTH Kota

Selaras dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang pemerintah daerah, komitmen untuk mewujudkan pembangunan kota secara berkelanjutan, antara lain telah mensyaratkan pembangunan dan pengelolaan RTH secara konsisten dan profesional. Peraturan perundang-undangan mengenai RTH Kota dapat dilihat sebagai berikut ini :

1) Inmendagri No.114 Tahun 1998 tentang Penataan RTH di wilayah perkotaan, RTH merupakan bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, hijau hutan kota, hijau rekreasi kota, hijau kegiatan olahraga, hijau pemakaman, kawasan jalur hijau dan pekarangan.

(33)

kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya ekonomi dan estetika. 3) UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penatan Ruang Pasal 1, RTH adalah

area memanjang/jalur/mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun sengaja yang ditanam.

4) UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 30, distribusi RTH publik disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hirarki pelayanan dengan rencana struktur dan pola ruang.

5) Permendagri No Tahun 2007 tentang Penataan RTHKP, RTHKP adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (pasal 1), luas ideal RTHKP meliputi minimal 20% dari dari luas kawasan perkotaan(pasal 9, ayat 1) luas RTHKP mencakup RTHKP publik dan privat (Pasal 9, ayat

2).

6) Depertamen PU/RTH Wilayah Perkotaan RTH Kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemic introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak

langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan dan kesejahteraan wilayah tersebut.

2.10 Arahan Pengembangan RTH di Kota Banjarmasin

Kebijakan pengembangan RTH Kota Banjarmasin dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan menciptakan keserasian lingkungan dengan terdesaknya oleh pembangunan fisik yang yang terjadi dipaparkan oleh Perda No.5 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banjarmasin. Arahan pengembangannya, yaitu berupa :

(34)

b. Menambah ruang terbuka hijau pada kawasan yang kurang ruang terbuka hijaunya

c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan dan pengelolaan ruang terbuka hijau

d. Menyediakan ruang terbuka hijau sebagai satu kesatuan ekologi

e. Mempertahankan ruang terbuka hijau 30% dari luas kota Banjarmasin yang meliputi :

1) RTH di Kecamatan Banjarmasin Timur seluas 0,65 ha yang terdiri atas: taman median jalan A.yani, taman depan PDAM, taman depan Distran, taman simpang terminal, taman depan ford, taman depan HBI, taman depan Suzuki, taman depan asrama tentara, taman depan komplek bunyamin, taman depan RS Ulin, taman pasar A.yani, pertanian berkelanjutan Sungai Lulut, RTH Sungai Lulut dan lapangan bola sungai Lulut.

2) RTH di Kecamatan Banjarmasin Barat seluas 0,09 ha yang terdiri atas: taman siring Jafri Zam-zam dan taman siring RE.Martadinata

3) RTH di Kecamatan Banjarmasin Tengah seluas 6,47 ha yang terdiri atas: RTH Sabilal, taman kamboja, taman Kota Korem, taman Maskot, taman ex. Puskesmas, taman tower PDAM, taman bundaran Gila Bola, taman

monumen KB, taman bundaran Panin, taman bundaran Close Up, taman bundaran Koran, taman segitiga Antasari, taman segitiga Taman Sari, taman segitiga Sudi Mampir, taman segitiga Tampekong, taman segitiga bundaran Panin, taman segitiga depan rumah Kapolda, taman segitiga Haryo MT, taman segitiga Lambung Mangkurat, taman segitiga Hasanuddin HM, taman Relief I, taman Relief II, taman median jalan P.Antasari, taman median jalan Samudera, taman median jalan Lambung Mangkurat, taman median jalan Sudirman, taman median jalan Jembatan Merdeka, taman median jalan Mulawarman, taman depan Kanwil Diknas, taman depan Yayasan Kristen, taman Jalan Keramaian, taman Batung Batulis, taman Pasar Telawang, Stadion 17 Mei dan Pulau Insan. 4) RTH di Kecamatan Banjarmasin Utara seluas 691,79 ha yang terdiri atas:

(35)

segitiga Kayu Tangi, taman depan Unlam I, taman depan Unlam II, taman depan Jamsostek, taman depan Kejari, taman simpang Tulip, taman depan Pusri, taman depan SMK 2 dan 4, taman depan Gedung Susu, taman depan Gedung Wanita, RTH sungai Andai, lapangan bola Kuin Utara, taman median jalan Kayu Tangi dan kawasan sungai Gampa. 5) RTH di Kecamatan Banjarmasin Selatan seluas 914,22 ha yang terdiri atas: RTH resapan air Mantuil, RTH resapan air Kelayan Selatan, RTH resapan air Kelayan Timur, RTH resapan air Tanjung Pagar dan RTH resapan air Pemurus Dalam.

6) RTH pemakaman seluas 62,64 ha.

7) RTH sempadan sungai seluas 1,25 ha yang terdiri atas: taman siring depan Pemko, taman siring depan Sabilal, taman siring Sudirman, taman siring Ujung Murung, taman siring jalan Pos, taman siring Tendean, taman siring RK Ilir dan taman siring RE.Martadinata.

Sedangkan rencana pengembangan RTH di Kota Banjarmasin,yaitu : a. Pengembangan RTH publik terdiri atas:

1) RTH Sungai Lulut seluas 22 ha; 2) Taman Kamboja seluas 2,2 ha;

3) RTH Resapan Air Mantuil seluas 44,47 ha;

4) RTH Resapan Air Kelayan Timur seluas 111,89 ha; 5) RTH Resapan Air Tanjung Pagar seluas 98,23 ha; 6) RTH Resapan Air Pemurus Dalam seluas 15,33 ha; 7) Hutan Kota Basirih seluas 3 ha;

8) Hutan Kota Antasan Bondan seluas 15 ha; dan 9) Hutan Kota Banua Anyar seluas 3 ha;

b. Pengembangan RTH privat minimal 10% dari luas kota seluas 984 ha.

2.11 Standar Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

(36)

lingkungan fisik kota tersebut yang terjamin dari pengaruh negatif lingkungan. Dalam kaitan itu maka dibutuhkan alokasi dan pemanfaatan RTH yang sepadan dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota. Dengan pertimbangan bahwa penduduk adakah merupakan isi (content) objek dan subjek pembangunan. Maka strategi pengembangan RTH Kota yang tepat adalah jika pengembangan RTH disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota.

Beberapa acuan dapat digunakan untuk mengukur standar kebutuhan dan alokasi ruang terbuka hijau, antara lain :

a) Kepmen PU Nomor 378/IGTS/1987 yang menentukan standar kebutuhan tanaman meliputi fasilitas/sarana olahraga, taman bermain dan kuburan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6

4 120.000 jiwa Satu lapangan hijau yang terbuka

Sumber : Kepmen PU Nomor 378/KPTS/1987

(37)

ditentukan berdasarkan sistem penyempurnaan yang dianut sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

b) Pedoman dari Brown dalam AB Grove dkk (1983)

Menurut pandangan Brown dalam tulisan yang berjudul “Design of Planting and Pave Areas and Their Role in the City”, dikemukakan bahwa daerah seluas 30 hingga 40 meter persegi ditanami pohon-pohon, yang setiap hari mensuplay oksigen untuk satu orang.

c) Pedoman dari Drabkin (1977)

Drabkin menyatakan untuk kota-kota di Negara berkembang disarankan open space seluas 16 m2/pdk. Kota metropolitan Negara maju 48m2/pdk, dengan kepadatan kota ideal rata-rata 35 orang/hektar. Open space lebih berorientasi kepada kepentingan dan kesenangan serta peningkatan kualitas kota.

Green spaces yang dimaksudkan (48m2/pdk) itu diperhitungkan pada tingkat kepadatan ideal 35 jiwa/ha. Angka itu bila dilihat pada elemen kota lainnya belum termasuk RTH kawasan perumahan, jalan, komersial dan

industri serta kantor pemerintah. Bila dikaitkan dengan RTH pada elemen lainnya berari luas ruang hiijau di atas tentunya lebih besar lagi. Pada Tabel 2.7 dapat dilihat pedoman alokasi RTH di Negara maju secara umum

menurut Drabkin, untuk kepentingan perbandingan perkiraan alokasi RTH secara umum.

Tabel 2.7

Pedoman Alokasi RTH

No Alokasi lahan kota (Aktivitas Kota)

Range (M2/Org) Average (M2/Org)

1 Residensial 100-150 125

2 Green spaces 40-56 48

3 Roads 30-50 40

4 Publik service 20-40 30

5 Industry 20-40 30

6 Commercial service 10-14 12

220-350 285

Sumber : Drabbkin, 1997:40

(38)

e) KTT Bumi di Rio de Jeneiro, Brasil (1992) dan Johanes Burg Afrika Selatan (2002) menyepakati sebuah kota sehat idealnya memiliki luas minimal RTH 30% dari total luas kota.

f) Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan menyatakan bahwa luas minimal RTH Kawasan Perkotaan adalah minimal 20% dari luas wilayah.

g) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa :  Ruang Terbuka Hijau terdiri dari RTH publik dan RTH privat.

 Proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

 Proporsi RTH publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.

h) PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ditetapkan kriteria ruang terbuka hijau kota yaitu :

 Didominasi komunitas tumbuhan.

 Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur.

 Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 meter persegi.

2.12 Kriteria Umum Pengembangan RTH

Kriteria pengembangan kawasan yang terbuka hijau merupakan suatu keterkaitan hubungan antara bentang alam atau peruntukan kriteria vegetasi.

1) Letak Lokasi:

a. Ruang terbuka hijau dikembangkan sesuai dengan kawasan-kawasan peruntukan ruang kota, yaitu :

 Kawasan pemukiman kepadatan tinggi;  Kawsan pemukiman kepadatan sedang;  Kawasan pemukiman kepadatan rendah;  Kawasan industri;

 Kawasan perkantoran;

(39)

 Kawasan jalur jalan;  Kawasan jalur sungai;  Kawasan jalur pesisir pantai;

 Kawasan jalur pengaman utilitas/instalasi.

b. Pada tanah yang bentang alamnya bervariasi menurut keadaan lereng dan ketinggian di atas permukaan laut serta penduduknya terhadap jalur sungai, jalur jalan dan pengaman lalu lintas.

c. Pada tanah di wilayah perkotaan yang dikuasai badan hukum atau perorangan yang tidak dimanfaatkan dan atau atau ditelantarkan.

2) Jenis Vegetasi

Jenis vegetasi adalah rumput, semak, pohon dan lain-lain. Pemilihan vegetasi untuk peruntukan ruang terbuka hijau kota dengan kriteria umum adalah :

 Bentuk morpologi;

 Evariasi yang memilki nilai keindahan;  Penghasil oksigen yang tinggi;

 Tahan terhadap cuaca dan hama penyakit;

 Memiliki peredam intensif daya resapan air tinggi;  Pemeliharaannya tidak intensif;

Sedangkan jenis vegetasi sesuai dengan sifat dan bentuk serta peruntukannya adalah :

a. Kriteria vegetasi untuk kawasan hjau pertamanan kota :  Jenis tanaman tahunan atau musiman;

 Kecepatan tumbuhnya sedang;

 Karakteristik tanaman tidak bergetah, beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun tengah rapat sampai rapat;

 Jenis ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang;

 Berupa habitat tanaman lokal dan budidaya;

(40)

 Karakteristik tanaman struktur daun rapat ketinggian vegetasi bervariasi;

 Kecepatan tumbuhnya cepat;  Dominan jenis tanaman tahunan;  Berupa habitat tanaman lokal;

 Jarak tanaman rapat, 90%-100% dari luas area yang haruis dihijaukan. c. Karakteristik vegetasi untuk kawasan hijau rekreasi kota :

 Karakteristik tanaman tidak bergetah, beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun tengah rapat sampai rapat;

 Kecepatan tumbuhnya sedang;

 Jenis tanaman tahunan atau musiman;  Berupa habitat tanaman lokal;

 Sekitar 40%-60% dan luas area harus dihijaukan. d. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau kegiatan olahraga :

 Karakteristik tanaman tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi;

 Jenis tanaman tahunan atau musiman;

 Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;

 Jarak tanaman tidak rapat, 40-60% dan luas areal harus dihijaukan. e. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau pemakaman :

 Kriteria perakaran tanaman tidak mengganggu pondasi, struktur daun renggang sampai setengah rapat, dominan warna hijau;

 Jenis tanaman tahunan atau musiman;

 Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;

 Jarak tanaman renggang sampai setengha rapat, sekitar 50% dan luas areal harus dihijaukan.

f. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau pertanian :

 Karakteristik tanaman berstruktur daun rapat, dominan hijau;

 Kecepatan tumbuhnya bervariasi, dengan pola tanaman diarahkan sesingkat mungkin lahan terbuka;

(41)

 Berupa habitat tanaman budidaya;

 Jarak setengah rapat sampai 80%-90% dan luas areal harus dihijaukan. g. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau jalur hijau :

 Kriteria tanaman dengan berstruktur berdaun setengah rapat sampai dengan rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu pondasi;

 Kecepatan tumbuhnya tanamann tahunan;  Dominan jenis tanaman tahunan;

 Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya, jarak tanaman setengah rapat sampai dengan rapat, sekitar 90% dari luas areal yang harus dihijaukan.

h. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau perakaran :  Kecepatan tumbuhnya bervariasi;

 Pemeliharaan relatif;

 Jenis tanaman tahunan atau musiman;  Berupa habitat tanaman lokal atau budidaya;

 Jarak tanaman bervariasi, persentasi hijau disesuaikan dengan intensitas kepadatan penduduk.

3) Menurut kondisi dan potensi wilayah, supaya diperankan jenis-jenis

(42)

32

Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum Kota Banjarmasin yang terdiri dari kondisi fisik dasar, pemanfaatan lahan dan kependudukan. Selain itu, dibahas pula mengenai gambaran umum RTH di Kota Banjarmasin yang tersebar di lima (5) Kecamatan.

3.1 Gambaran Umum RTH Kota Banjarmasin

Ruang Terbuka Hijau(RTH) di wilayah Kota Banjarmasin tersebar dengan luas yang beragam pada masing-masing kecamatan. Ruang Terbuka Hijau di Kota Banjarmasin terdiri dari RTH privat dan RTH publik. Ruang Terbuka Hijau di Kota Banjarmasin terdiri dari taman kota, hutan kota, RTH pemakaman, sempadan sungai, jalur hijau jalan, sedangkan RTH Privat terdiri dari RTH kawasan permukiman, pendidikan, kawasan militer, kawasan perdagangan dan jasa, dan RTH perkantoran dan gedung komersial.

Luas Ruang Terbuka HIjau (RTH) di Kota Banjarmasin setiap tahun semakin berkurang, disebabkan terjadinya perubahan fungsi yang semula berupa lahan RTH menjadi area terbangun untuk berbagai keperluan seperti perumahan, industri, pertokoan, kantor dan lain-lain. Hal tersebut lambat laun dapat

menimbulkan berbagai masalah, baik dari segi ekologi, social, hingga ekonomi, sekaligus juga menurunkan kualitas ruang kota.

3.2 Gambaran Umum Kota Banjarmasin 3.2.1 Batas Administrasi

(43)

 Di sebelah utara dengan Kabupaten Barito Kuala  Di sebelah timur dengan Kabupaten Banjar  Di sebelah barat dengan Kabupaten Barito Kuala  Di sebelah selatan dengan Kabupaten Banjar.

3.2.2 Kondisi Fisik Dasar

Kota Banjarmasin terletak di sisi Sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura, secara umum lokasi morfologi Banjarmasin didominasi oleh daerah yang relatif datar dan berada di dataran rendah. Secara umum Kota Banjarmasin merupakan kawasan rawa yang dipengaruhi pasang surut, pada musim hujan tergenang, berada pada ketinggian 0,16 m di bawah permukaan air laut, berair payau, bertopografi relatif datar, beriklim panas (28-35°C), bercurah hujan tinggi (2.400-3.500 mm/tahun), dan didominasi oleh tanah alluvial. Wilayah Banjarmasin dilintasi oleh 2 (dua) sungai besar (sungai Barito dan Sungai Martapura), 7 sungai sedang dan puluhan sungai kecil.

Kondisi hidrologi Kota Banjarmasin dikelilingi oleh sungai-sungai besar

beserta cabang-cabangnya, mengalir dari arah utara dan timur laut ke arah barat daya dan selatan. Sungai-sungai tersebut mengalir dan membentuk pola aliran mendaun (dendritic drainage patern). Sungai utama yang besar adalah Sungai Barito dengan cabang utama seperi Sungai Martapura dan Sungai Alalak, muka air Sungai Barito dan Sungai Martapura dipengaruhi oleh pasang surut Laut Jawa sehingga mempengaruhi drainase kota dan apabila air laut pasang sebagian wilayah kota digenangi air. Rendahnya permukaan lahan (0.16 m di bawah permukan laut) menyebabkan air sungai menjadi payau dan asin di musim kemarau, karena terjadi institusi air laut.

Kondisi fisik alamaiah Kota Banjarmasin sebagai wilayah yang banyak dialiri oleh sungai-sungai besar dan cabang-cabangnya mengalir dari arah utara dan timur laut ke arah barat daya dan selatan, menyebabkan kota ini dikenal dengan julukan Kota Seribu Sungai.

3.2.3 Kependudukan

(44)

sebanyak 324.129 jiwa. Kecamatan yang penduduknya terbanyak adalah Kecamatan Banjarmasin selatan yakni 151.175 jiwa dan penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Banjarmasin Tengah yakni sebanyak 93.167 jiwa. Untuk Jumlah penduduk Kota Banjarmasin dapat dilihat pada Tabel dan Gambar 3.1.

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Kota Banjarmasin Tahun 2013

Kecamatan Luas Km2 Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk per Km2

Banjarmasin Selatan 38,27 151.175 3.950

Banjarmasin Timur 23,86 115.147 4.826

Banjarmasin Barat 13,13 146.448 11.154

Banjarmasin Tengah 6,66 93.167 13.989

Banjarmasin Utara 16,54 142.092 8.591

Sumber : Kota Banjarmasin Dalam Angka 2014

Gambar 3.1

Jumlah Penduduk Kota Banjarmasin Tahun 2012

Laju pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi oleh jumlah penduduk lahir, mati dan migrasi. Berdasarkan hasil sensus laju pertumbuhan penduduk di wilayah Kota Banjarmasin mengalami penurunan sejak dua dawarsa ini. Tercatat laju pertumbuhan penduduk tahun 1980-1990 sebesar 2,36% dan turun menjadi 1,02% pada periode tahun 1990-2000.

Sebaran lokasi studi di Kota Banjarmasin terdiri dari 5 Kecamatan yang dapat dilihat pada gambar

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000

(45)

3.2.4 Pemanfaatan lahan

Pemanfaatan lahan di Kota Banjarmasin pada umumnya beraneka ragam di setiap kecamatan. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :

a. Kecamatan Banjarmasin Utara lahan didominasi oleh permukiman, terdapat juga lahan kosong yang ditanami oleh semak belukar dan pertanian.

b. Kecamatan Banjarmasin Tengah lahan sepenuhnya digunakan untuk lahan permukiman dan perkantoran pemerintah.

c. Kecamatan Banjarmasin Barat lahan dimanfaatkan untuk permukiman, industri dan pertanian.

d. Kecamatan Banjarmasin Timur pemanfaatan lahan didominasi oleh permukiman, terdapat juga lahan pertanian dan lahan kosong yang ditanami oleh semak belukar.

e. Kecamatan Banjarmasin Selatan pemanfaatan lahan didominasi oleh pertanian dan lahan kosong yang ditanami oleh semak belukar dan terdapat juga lahan yang dimanfaatkan untuk permukiman.

Berdasarkan hasil penafsiran (interprestasi) citra Geoeye 1 tahun 2009 dan

world view tahun 2010 serta kondisi lapang, luas kawasan terbangun mencapai 48%. Pola perkembangan mengikuti pola sungai dan jalan, perdagangan dan pemerintah terpusat di tengah kota. Kepadatan bangunan pada bagian utara

(46)

Gambar 3.2

(47)

Tabel 3.2

Penggunaan Lahan Kota Banjarmasin Tahun 2010

No. Fungsi Prosentase

1. Kawasan Terbangun 48 %

2. Kawasan Tidak Terbangun 52 %

Total 100 %

Sumber : RTRW Kota Banjarmasin

Berdasarkan Tabel 3.3 dapat diketahui bahwa kawasan terbangun di Kota Banjarmasin mencapai 48% dari total luas wilayah sedangkan untuk kawasan tidak terbangun mencapai 52% dari total luas wilayah.

3.3 Sebaran RTH di Kota Banjarmasin per Kecamatan

Jenis RTH yang tersebar di Kota Banjarmasin adalah RTH atau taman kota, taman siring atau taman sempadan sungai, jalur hjau dan taman pekarangan. Jalur hijau terdiri dari jalur hijau jalan berbagai kelas, baik jalur hijau median dan pulau jalan maupun jalur hijau di sepanjang sisi jalur pejalan kaki.

3.3.1 Kecamatan Banjarmasin Utara

Sebaran RTH di Kecamatan Banjarmasin Utara terdiri dari dua jenis RTH yaitu RTH Publik dan RTH Privat. RTH Publik yang terdapat pada Kecamatan Banjarmasin Utara adalah RTH Unlam, taman siring AKB, pulau jalan taman bundaran kayu tangi, jalur hijau jalan depan Unlam, jalur hijau jalan depan Jamsostek, jalur hijau jalan depan tulip, jalur hijau jalan depan SMKN 2 dan 4, jalur hijau jalan depan Gedung Sultan Suriansyah, dan lapangan olahraga.

(48)

Gambar 3.3 RTH Publik Unlam

Gambar 3.4

RTH pekarangan SMKN 2 dan 4

Gambar 3.5

RTH Jalur hijau jalan depan Gedung Susu

Gambar 3.6

(49)

Gambar 3.7 Gambar 3.8

RTH Privat pekarangan RTH Privat pekarangan

Gambar 3.9 Lapangan Olahraga

Gambar 3.10 Lapangan Olahraga

3.3.2 Kecamatan Banjarmasin Tengah

(50)

siring depan Sabilal, taman siring sudirman, taman siring Ujung Murung, pulau jalan taman bundaran Gila Bola, pulau jalan taman bundaran KB, pulau jalan

taman bundaran Close Up, pulau jalan taman bundaran Koran, pulau jalan taman bundaran Panin, pulau jalan taman segitiga Antasari, pulau jalan taman segitiga Taman Sari, pulau jalan taman segitiga Sudimampir, pulau jalan taman segitiga Tampekong, pulau jalan taman segitiga depan Rumah Kapolda, pulau jalan taman segitiga Haryono MT, pulau jalan taman segitiga S.Parman, pulau jalan taman segitiga Lambung Mangkurat, pulau jalan taman segitiga Hasanuddin HM, taman relief I, taman relief II, taman oprit Jembatan Dewi, taman oprit RK. Ilir, taman median Jl.P.Antasari, taman median jalan Samudera, taman median jalan Lambung Mangkurat, taman median jalan Jendral Sudirman, taman median jalan Kayu Tangi, taman median jalan jembatan Merdeka, taman median jalan Mulawarman, taman tepi jalan depan Kanwil Diknas, taman tepi jalan depan Yayasan Kristen, taman tepi jalan Keramaian dan taman tepi jalan Batung Batulis. Sedangkan sebaran RTH privat yang terdapat di Kecamatan Banjarmasin Tengah hanya taman pekarangan yang terdapat pada bebapa wilayah permukiman dan perkantoran. Tersedianya taman-taman yang dominan berada pada Kecamatan Banjarmasin Tengah membuat masyarakat yang berada dari luar kecamatan berdatangan ke taman-taman yang terdapat di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Berikut adalah sampel pengambilan foto jenis RTH publik dan privat di

Kecamatan Banjarmasin Tengah yang dapat dilihat pada gambar 3.11 – 3.26.

(51)

Gambar 3.13

RTH Publik Hutan Kota Korem Gambar 3.12

RTH Publik Taman Kamboja

Gambar 3.14

RTH Publik Taman Tower PDAM

Gambar 3.15

RTH Publik Taman Percontohan PKK

Gambar 3.16

Taman Siring Depan Pemko Banjarmasin

Gambar 3.17

(52)

Gambar 3.18

Taman Siring Sudirman

Gambar 3.19

Taman Siring Ujung Murung

Gambar 3.20 Taman Bundaran KB

Gambar 3.21 Taman Bundaran Koran

Gambar 3.22

(53)

Gambar 3.23 Taman Relief I dan II

Gambar 3.26

RTH Privat Pekarangan

RTH Sabilal dan RTH Unlam memiliki pepohonan yang rimbun dengan luasan yang cukup luas. Taman kota yang ada dimanfaatkan oleh pengunjung untuk berbincang-bincang dan bercengkerama. Pemanfaatan taman kota yang ada sampai saat ini termasuk optimal (RTH Sabilal dan RTH Unlam), kecuali taman tower PDAM yang jarang dikunjungi, bahkan seringkali sepi akan pengunjung.

Gambar 3.24

Taman Oprit Jembatan Dewi

Gambar 3.25

(54)

Hal tersebut dikarenakan taman tower PDAM kurang tertata rapi dan tergolong dalam luasan yang kecil.

3.3.3 Kecamatan Banjarmasin Timur

Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Banjarmasin Timur terdiri dari RTH publik dan privat. Pada Kecamatan Banjarmasin Timur terdapat RTH privat pekarangan di beberapa kawasan permukiman dan kantor serta pertanian seperti taman tepi jalan depan HBI, taman tepi jalan depan Ford, sedangkan untuk RTH Publik yang terdapat di Kecamatan Banjarmasin Timur adalah taman median jalan A.Yani, taman tepi jalan depan PDAM, taman tepi jalan depan Distran, taman tepi jalan Simpang Terminal, taman tepi jalan depan Asrama Tentara, taman tepi jalan depan Komplek Bunyamin dan taman tepi jalan Rumah Sakit Ulin. Berikut adalah sampel pengambilan foto jenis RTH Publik dan Privat di Kecamatan Banjarmasin Timur yang dapat dilihat pada Gambar 3.27 – 3.29.

Gambar 3.27

RTH Publik Median Jalan Sudimampir dan Taman Pulau jalan A.Yani

Gambar 3.28

(55)

Gambar 3.29

RTH Privat Pekarangan Permukiman 3.3.4 Kecamatan Banjarmasin Selatan

RTH yang terdapat di Kecamatan Banjarmasin selatan terdiri dari RTH Publik dan Privat. Ruang Terbuka Hijau publik yang terdapat pada Kecamatan Banjarmasin Selatan terdiri dari jalur hijau jalan dan sempadan sungai (taman siring) sedangkan RTH Privat yang terdapat di Kecamatan Banjarmasin Selatan adalah RTH taman pekarangan dan pertanian .Berikut adalah sampel pengambilan foto jenis RTH Publik dan Privat di Kecamatan Banjarmasin Selatan yang dapat dilihat pada Gambar 3.30 – 3.32.

Gambar 3.30

RTH Publik Jalur Hijau Jalan A.Yani

(56)

3.3.5 Kecamatan Banjarmasin Barat

Sebaran RTH di Kecamatan Banjarmasin Barat terdiri dari dua jenis RTH yaitu RTH Publik dan Privat. RTH Publik yang terdapat pada Kecamatan Banjarmasin Barat adalah taman siring Jafri zam-zam, taman median jalan R.E. Martadinata sedangkan untuk RTH Privat yang terdapat di Kecamatan Banjarmasin Barat adalah RTH pekarangan dan pertanian. Berikut adalah sampel pengambilan foto jenis RTH Publik dan Privat di Kecamatan Banjarmasin Barat yang dapat dilihat pada Gambar 3.33 – 3.36.

Gambar 3.33

RTH Publik Taman Siring Jafri Zam-Zam Gambar 3.32

(57)

Gambar 3.34 RTH Privat Pertanian

Gambar 3.35

RTHPublik Jalur Hijau Jalan R.E. Martadinata

Gambar 3.36

(58)

Gambar 3.37

(59)

Gambar 3.38

(60)

Gambar 3.39

(61)

Gambar 3.40

(62)

Gambar 3.41

(63)

Gambar 3.42

(64)

54

permasalah setiap jenis RTH publik dan privat berdasarkan per kecamatan, luas lahan yang dibutuhkan untuk mencapai ideal RTH 30% dan analisis perumusan arahan pengembangan RTH di Kota Banjarmasin

4.1 Identifikasi Potensi dan Permasalahan RTH Publik dan RTH Privat

Potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau di Kota Banjarmasin akan dilihat secara umum.

4.1.1 Potensi dan Permasalahan RTH di Kecamatan Banjarmasin Utara

Potensi dan permasalahan RTH di Kecamatan Banjarmasin Utara dirumuskan berdasarkan hasil kondisi eksisting RTH yang di temukan di Kecamatan Banjarmasin Utara. RTH tersebut antara lain berupa RTH Publik : RTH atau taman kota, RTH sempadan sungai, dan jalur hijau jalan, RTH privat : taman pekarangan. Untuk potensi dan permasalahan RTH di Kecamatan Banjarmasin Utara dapat dilihat pada Tabel 4.1-4.2.

Tabel 4.1

Potensi dan Permasalahan RTH Publik Kecamatan Banjarmasin Utara

Kecamatan Potensi RTH Publik

RTH / Taman Kota RTH Jalur Hijau Jalan

Banjarmasin

 Taman kota dilengkapi dengan lampu taman, kursi, dan adanya tempat sampah

 Pemanfaatan taman dapat digunakan untuk aktivitas masyarakat mengikuti sistem jaringan jalan  ketersediaan tempat sampah di

RTH jalur pejalan kaki merupakan salah satu upaya pemeliharaan kebersihan

 Adanya peran pemerintah dalam pengembangan dan pengawasan RTH jalur hijau jalan

(65)

pemahaman masyarakat terhadap pentingnya keberadaan RTH  Masyarakat masih

belum merasakan manfaat dari RTH yang ada Sumber : Hasil Analisis, 2015

Tabel 4.2

Potensi dan Permasalahan RTH Privat di Kecamatan Banjarmasin Utara

Kecamatan Potensi RTH Privat

Banjarmasin Utara

 Sebagian besar perumahan di Kecamatan Banjarmasin Utara memiliki RTH Taman Pekarangan

 Kondisi RTH Taman Pekarangan tertata dengan baik  Kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan RTH

Taman Pekarangan di permukiman masyarakat yang memiliki pendapatan ke atas

Permasalahan RTH Privat

 Tidak tersedianya RTH taman pekarangan di permukiman padat penduduk

 Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan RTH Privat di permukiman masyarakat yang memiliki pendapatan menengah dan ke bawah

 Terbatasnya lahan di permukiman padat sehingga masyarakat sulit menyediakan RTH dalam bentuk Taman Pekarangan. Sumber : Hasil Analisis, 2015

4.1.2 Potensi dan Permasalahan RTH di Kecamatan Banjarmasin Tengah

Potensi dan permasalahan RTH di Kecamatan Banjarmasin Tengah dirumuskan berdasarkan hasil kondisi eksisting RTH yang ditemukan di Kecamatan Banjarmasin Tengah. RTH tersebut antara lain berupa RTH Publik : RTH Taman Kota, RTH Sempadan sungai dan RTH jalur hijau jalan, RTH Privat : taman pekarangan. Untuk potensi dan permasalahan RTH Publik dan Privat dapat dilihat pada Tabel 4.3-4.4.

Tabel 4.3

Potensi dan Permasalahan RTH Publik Kecamatan Banjarmasin Tengah

Kecamatan Potensi RTH Publik

(66)

Kecamatan Potensi RTH Publik  Masyarakat sudah

mulai merasakan  Beberapa taman kota

terjaga bersih, seperti taman kamboja, taman tower PDAM, taman Percontohan PKK  Pemanfaatan taman

dapat digunakan berperan serta dalam pemeliharaan taman  Beberapa taman kota

yang terdapat di Kecamatan

Gambar

Tabel 2.5 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
Tabel 2.6 Standar Perencanaan Taman
Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Kota Banjarmasin Tahun 2012
Gambar 3.2 Peta Batas Administrasi Kota Banjarmasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kecemasan diri yang sifatnya abstrak akan sulit jika divisualkan secara langsung tanpa ditampilkan secara simbolik. Maka dari itu ungkapan secara simbolik digunakan

Data primer didapat melalui survei dengan teknik wawancara kepada pakar yang bekerja di bidang jasa konsultan/konstruksi dan para pelaku pengambil kebijakan

2016/17/UMK/FKP/LP37 IJAZAH SARJANA MUDA KEUSAHAWANAN (LOGISTIK & PERNIAGAAN PENGEDARAN) DENGAN KEPUJIAN4. 2016/17/UMK/FHPK/LP38 IJAZAH SARJANA MUDA KEUSAHAWANAN

Berdasarkan hasil plot tersebut yang di overlay dengan type curve Ganesh Thakur, maka dapat dilihat bahwa hasil plot berhimpitan dengan type curve nomor 2,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis informasi akuntansi yang dijalankan oleh pemilik badan usaha, mengetahui permasalahan yang dialami oleh pemilik badan

Apakah Anda pernah mengalami kekerasan psikis selain yang disebutkan di

Namun penulis ingin menganalisa dan menghitung perpindahan panas yang terjadi dalam ketel uap pipa air (water tube boiler) dengan data kapasitas uap boiler yang

Penulis memilih tempat di perumahan Pondok Tjandra Indah karena menurut pra survey yang dilakukan oleh penulis, di sana banyak generasi tua etnis Tionghoa dan juga sebagian