• Tidak ada hasil yang ditemukan

“PENGARUH PENAMBAHAN GUM ARAB TERHADAP KARAKTERISTIK VELVA PEPAYA ( Carica papaya L) BERAROMA KUINI”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“PENGARUH PENAMBAHAN GUM ARAB TERHADAP KARAKTERISTIK VELVA PEPAYA ( Carica papaya L) BERAROMA KUINI”."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN GUM ARAB TERHADAP

KARAKTERISTIK VELVA PEPAYA ( Carica papaya L)

BERAROMA KUINI

Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian

OLEH

AZHAR ASHARI 06 117 001

POGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

(2)

xiv Pengaruh Penambahan Gum Arab Terhadap Karakteristik Velva Pepaya

(Carica papaya L) Beraroma Kuini

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian,

Universitas Andalas Padang pada bulan Agustus - Maret 2013. Tujuan penelitian

ini adalah mengetahui tingkat penambahan Gum Arab yang tepat dalam

pembuatan velva Pepaya beraroma Kuini sehingga menghasilkan velva yang

mempunyai karakteristik yang baik dan dapat diterima konsumen.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang

digunakan adalah A (penambahan Gum Arab 1,25 % dari puree buah), B

(penambahan Gum Arab 1,5 % dari puree buah), C (penambahan Gum Arab 1,75

% dari puree buah), D (penambahan Gum Arab 2 % dari puree buah). Data yang

diperoleh dianalis dengan menggunakan sidik ragam, jika berbeda nyata

dilanjutkan dengan uji HSD (Honestly Significant Difference) tukey pada taraf

nyata 5%. Pengamatan dilakukan meliputi analisis kimia yaitu nilai pH, kadar air,

total padatan, total asam tertitrasi, dan kandungan vitamin C, analisis fisik yaitu

volume pengembangan (overrun) dan kecepatan leleh, analisis organoleptik yaitu

(tekstur, warna, aroma, dan rasa), dan analisis mikrobiologi yaitu lempeng total.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk yang paling disukai dari

analisis organoleptik adalah perlakuan D (penambahan Gum Arab 2 % dari puree

buah) panelis yang memberikan nilai terhadap terhadap tekstur 4,45, warna 4,20,

rasa 4,35, dan aroma 3,70. Hasil pengujian kandungan kimia, fisik dan

mikrobiologi diperoleh hasil analisis kimia meliputi total padatan 30,33 %, kadar

air 46,33%, total asam 1,61%, vitamin C 174,82 mg/100g bahan, serat kasar 1,2%,

nilai pH 4,34, nilai overrun 101,07, rata-rata kecepatan pelelehan 15:53 menit dan

angka lempeng total diperoleh nilai 8,0 x 103 (cfu/g).

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pepaya (Carica papaya L) merupakan tanaman yang cukup banyak

dibudidayakan di Indonesia. Pada umumnya, para petani menanam pepaya di

tanah pekarangan, baik itu ditanam di depan atau samping rumah dan digunakan

untuk mencukupi sayuran atau buah ± buahan bagi keluarga (Warisno, 2003).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2010, produksi

pepaya di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 621.524 ton. Produksi buah

pepaya di Sumatera Barat pada tahun 2008 sebesar 8.900 ton pada tahun 2009

meningkat menjadi 9.010 ton dan pada tahun 2010 menurun menjadi 8.985 ton

(Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat, 2010).

Buah pepaya merupakan buah yang tergolong populer dan memiliki rasa

manis, enak, menyegarkan, serta melegakan dahaga. Warna daging buah

bervariasi, ada yang berwarna merah, ada juga yang kuning lunak, dan banyak

mengandung air. Selain dapat digunakan untuk sumber asupan gizi, buah pepaya

juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Dengan semakin

bertambahnya jumlah penduduk yang disertai dengan taraf penghasilan, kesadaran

masyarakat akan gizi dapat berdampak positif terhadap kebutuhan buah ± buahan,

termasuk buah pepaya (Warisno, 2003).

Buah pepaya merupakan buah yang mudah mengalami kerusakan yang akan

berpengaruh terhadap tingkat kesegaran, selain berakibat terhadap penurunan

mutu fisik dan nilai gizi. Untuk mengatasi masalah tersebut pepaya perlu diolah

lebih lanjut.

Sejalan dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi pangan, berbagai

upaya dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomis serta memperpanjang daya

simpan buah pepaya. Pengolahan dengan suhu rendah, khususnya teknologi

pembekuan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam

pengolahan buah pepaya. Produk hasil pembekuan ini diantaranya velva. Proses

ini mampu mempertahankan keunggulan karakteristik organoleptik yang dimiliki

(4)

2

Velva merupakan campuran dari puree (bubur buah) dengan gula dan bahan

penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim untuk memperoleh tekstur

yang halus. Keunggulan velva dibandingkan dengan makanan beku lain seperti es

krim adalah kandungan lemak yang rendah, lebih kaya serat alami dan kandungan

Y L W D P L Q \ D Q J W L Q J J L W H U X W D P D -karoten) yang Y L W D P L Q & G D Q

berasal dari buah sebagai bahan baku (Winarti, 2006). Kandungan zat gizi velva

yang dihasilkan sangat tergantung pada bahan asalnya. Aroma dan cita rasa yang

khas dari buah menjadikan produk velva memiliki daya tarik dan ciri khas yang

membedakannya dengan produk sejenis.

Untuk menghasilkan velva dengan karateristik yang lembut hingga

menyerupai produk es krim, maka diperlukan zat penstabil untuk

mempertahankan stabilitas es krim. Selain itu fungsi bahan penstabil, yaitu untuk

membentuk tekstur lembut, meningkatkan kekentalan, menghasilkan produk yang

seragam, menyatukan antara total padatan dan total cairan dari velva serta

mencegah pembentukan kristal es yang kasar dan memberikan daya tahan yang

baik terhadap proses pencairan.

Proses pembentukan kristal-kristal es pada tahap pembekuan penting dalam

menentukan mutu bahan pangan. Ukuran kristal yang terbentuk dapat

mempengaruhi tekstur produk. Penggunaan polisakarida seperti bahan penstabil

pada produk makanan beku dapat mengurangi pembentukan kristal es yang

berukuran besar serta membantu pemerangkapan udara di dalam adonan sehingga

menghasilkan tekstur produk yang lembut (Blanshard dan Franks, 1989).

Secara umum bahan penstabil yang biasa digunakan, adalah Locust beat

gum, guar gum, Carboxy Methyl Cellulose (CMC), Xanthan Gum, Gum

Arabicum, Tepung maizena dan Sodium alginate. Masing-masing stabilizer

tersebut memiiki karakteristik berbeda dan sering digunakan sekaligus dua atau

lebih. Dalam penelitian ini penstabil yang digunakan adalah Gum Arabicum, hal

ini dikarenakan pada penelitian pendahuluan telah dilakukan percobaan

penambahan penstabil CMC, Maizena dan Gum Arabicum dan didapatkan hasil

hanya penstabil Gum Arabicum yang cocok untuk pembuatan velva pepaya ini.

Hal ini disebabkan karena dengan Gum Arabicum didapatkan tekstur yang

(5)

3

Penambahan Gum Arab di dalam pembuatan es krim bertujuan untuk

mencegah pembentukan kristal es yang besar dengan cara mengikat sejumlah

besar air. Cara ini dikenal sebagai hidrasi air. Penggunaan Gum Arab dalam

pembuatan es krim akan memberikan tekstur yang lebih baik. Es krim yang

menggunakan Gum Arab sebagai bahan penstabil umumnya tidak cepat meleleh

(Glicksman, dkk, 1973 dalam Wibowo 1992).

Hasil velva buah yang baik dengan tekstur lembut dan halus diperoleh

dengan penggunaan bahan yang tepat. Sifat-sifat tekstur velva buah dipengaruhi

oleh jumlah bahan penstabil yang digunakan serta total padatan.

Hasil penelitian pendahuluan I dilakukan pembuatan velva pepaya dengan

penambahan Gum arab 0,2 %, 0,4 %, 0,6 %, 0,8 %, 1 %. Dari semua konsentrasi

yang di gunakan tidak menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini terlihat dari

warna, rasa, aroma, tekstur dan kecepatan leleh yang dihasilkan. Konsentrai 0,2

%, 0,4 % dan 0,6 % menghasilkan warna lebih pucat dibandingkan dengan

konsentrasi 0,8 % dan 1 %. Pada konsentrasi 0,8% dan 1% warna dari velva yang

dihasilkan sudah mulai bagus namun tekstur yang diperoleh masih kasar. Begitu

juga dengan kecepatan leleh dimana produk yang diperoleh mudah mencair.

Selain itu aroma yang dihasilkan velva yang disimpan setelah 1 malam pada

freezer menujukkan aroma dan rasa yang kurang segar. Oleh karena itu pada

penelitian selanjutnya digunakan puree kuini dalam mempertahankan aroma,

tekstur dan rasa dari velva pepaya tersebut.

Pada penelitian pendahuluan II dicoba meningkatkan konsentrasi gum arab

serta penambahan puree kuini sebagai aroma dan rasa dari velva pepaya ini.

Konsentrasi yang digunakan adalah 0,6%, 0,8%, 1%, 1,2%, dan 1,4%. Hasil yang

diperoleh dari penambahan gum arab tersebut sudah lebih baik. Aroma velva yang

dihasilkan sudah lebih baik dan lebih tahan lama. Untuk konsentrasi 0,6%, 0,8%,

dan 1% menghasilkan tekstur yang kasar, warna yang pucat dan terlalu cepat

meleleh. Namun untuk konsentrasi 1,2 dan 1,4 menghasilkan tekstur yang lembut,

warna yang cerah, dan lebih lama meleleh. Rata-rata penggunaan penstabil untuk

dessert adalah 1-5 gram atau tidak lebih 2 % dari berat bahan (Astuti, 2006).

Dimana konsentrasi yang digunakan adalah 1,25%, 1,5% , 1,75%, 2%.

(6)

4

Penambahan Gum Arab Terhadap Karakteristik Velva Pepaya (Carica

papaya L) Beraroma Kuini ´.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat penambahan Gum Arab yang

tepat dalam pembuatan velva Pepaya beraroma Kuini sehingga menghasilkan

velva yang mempunyai karakteristik yang baik dan dapat diterima konsumen.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan buah

pepaya melalui diversifikasi produk, dan memberikan informasi jumlah

penggunaan gum arab yang dapat menghasilkan velva dengan karakteristik baik.

1.4 Hipotesis

H0 : Penggunaan Gum Arab sebagai penstabil tidak berpengaruh terhadap

karakteristik dan organoleptik velva Pepaya beraroma kuini yang

dihasilkan.

H1 : Penggunaan Gum Arab sebagai penstabil berpengaruh terhadap

karakteristik dan organoleptik velva Pepaya beraroma kuini yang

Referensi

Dokumen terkait

Pilihan prioritas strategi pemasaran yang dapat diterapkan dalam agroindustri kue bolu adalah 1) Memperluas pemasaran dengan menggunakan ketersediaan sarana

*PILIH SESUAI BIDANG YANG DIMINATI BIDANG TEKNIK MULTIMEDIA. BIDANG TEKNIK JARINGAN

Sistem pakar yang telah dirancang dan dibangun pada penelitian ini menggunakan metode backward chaining , karena dimulai dari sesuatu yang ingin dibuktikan yang

Kasus ini diputus pada tahun 2010, dimana jika dikaji dalam putusan oleh hakim menerapkan Kitab Undang – Undang Hukum Pidana, yang memutus bahwa terdakwa telah bersalah melanggar

Pada peralihan dari bagian kaki ke badan Candi Asu, terdapat antefiks yang memuat konsep bangun datar gabungan yaitu bangun persegi panjang dan trapesium yang dapat

Dari hasil observasi awal oleh peneliti di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar, menunjukan bahwa perpustakaan tersebut mengalami kelemahan dari segi

Oleh karena itu, dengan nilai Prob(F-Statistic) sebesar 0.000, maka model signifikan pada taraf nyata 5%, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara benih,

sesungguhnya Pasal 127 yang menetapkan sanksi pidana atau kriminalisasi terhadap pelaku penyalah guna narkotika sejatinya tidak harus diterapkan karena