• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ( PAUD ) AT RAAT-TAQWA 2012-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ( PAUD ) AT RAAT-TAQWA 2012-2013."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS : 1847/UN.40.2.6.1/PL/2013

POLA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI RA AT-TAQWA CIMAHI

TAHUN 2012-2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SITI NURFAUZIAH

(0906592)

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

POLA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI RA AT-TAQWA CIMAHI

TAHUN 2012-2013

Oleh

SITI NURFAUZIAH

0906592

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Siti Nurfauziah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak

seluruhnya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau

(3)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI SITI NURFAUZIAH

0906592

POLA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI RA AT-TAQWA CIMAHI TAHUN 2012-2013

Pembimbing I

Drs. Udin Supriadi, M.Pd. NIP. 19590617 198601 1 001

Pembimbing II

Dra. Hj. Kokom Siti Komariah, M.Pd. NIP. 19620513 198803 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari : Kamis, 31 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian :

Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

Penguji :

Dr. H. Abas Asyafah, M.Pd. NIP. 19581016 198601 1 003

Drs. Wahyu Wibisana M.Pd. NIP. 19591017198803 1 002

(5)

ABSTRACT

Siti Nurfauziah, 0906592, Pola Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) at

RAAt-Taqwa 2012-2013

The research is based on problems which related to the awareness of people about the meaning of education for child, limited institutes of education for child, limited the governtment education estimate for PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ), limited PAUD educator both in quality and quantity, and limited facilities for PAUD. In fact, PAUD is an important golden age in continuing stimulate all development aspects. Nowadays, the growth of brain is really fast and the intellectual growth in 4 years old is getting up to 50%, in 8 years old is getting up to 80% and in 18 years old is getting up to 100%. Starting from the basic step which is the institutes of education of PAUD, the parents have to choose the right school who can give the best education for their children.

According to the school of the researcher, the researcher offers the process of education at RA At-Taqwa Cimahi. The researcher choose this school is because it is not like the others general school. RA At-Taqwa is not only focus on the theory but also in practice. The aim of this research is to find the proccess of PAUD at RA At-Taqwa Cimahi. The methode which is used in this research is qualitative descriptive methode and using techniques observation, interviewing, and documentation study.

(6)

ABSTRAK

Siti Nurfauziah, 0906592, Pola Pendidikan Anak Usia Dini di RAAt-Taqwa Tahun

2012-2013

Penelitian ini dilatarbelakangi suatu permasalahan yang berkenaan dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendidikan bagi anak sejak usia dini, masih relatif/terbatasnya dukungan anggaran dari pemerintah terhadap PAUD, masih terbatasnya tenaga pendidik dan kependidikan PAUD dalam segi kualitas maupun kuantitas, dan masih minimnya ketersediaan sarana dan prasrana pendidikan bagi anak usia dini. Padahal, masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Pada masa ini pertumbuhan otak berlangsung sangat pesat. Perkembangan intelektual anak usia 4 tahun telah mencapai 50%, pada usia 8 tahun mencapai 80% dan pada saat usia 18 tahun perkembangan telah mencapai 100%. Maka, diawali dari tahapan yang paling mendasar yaitu lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Orang tua harus benar-benar memilih sekolah yang mampu memberikan pelayanan pendidikan maksimal kepada anak usia dini tersebut

Dari sekolah yang menjadi usulan peneliti, peneliti menawarkan proses pembelajaran yang dilakukan di RA At-Taqwā Cimahi. Peneliti memilih sekolah ini karena berbeda dari sekolah pada umumnya. Sekolah ini bukan hanya menitik beratkan pelajaran dalam segi teoritik, tetapi juga sisi praktiknya. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui Pola Pendidikan Anak Usia Dini di RA At-Taqwa Cimahi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan teknik yang digunakan ialah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

(7)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. TujuanPenelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Struktur Organisasi Skripsi... 10

BAB II POLA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI... 12

A. Pola pendidikan Anak Usia Dini... 12

B. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini... 15

1. Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini/ Raudatul Aţfal (RA)... 15

2. Urgensi pendidikan Anak Usia Dini... 19

3. Pendidik Anak Usia Dini... 39

4. Tujuan, Fungsi dan prinsip pendidikan Anak Usia Dini.. 43

5. Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini... 50

6. Model Pembelajaran Anak Usia Dini... 55

7. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini... 57

(8)

BAB III METODE PENELITIAN... 63

A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 63

B. Metode Penelitian... 63

C. Definisi Operasional ... 65

D. Instrumen Penelitian... 67

E. Teknik Pengumpulan Data... 69

F. Tahapan Pelaksanaan Penelitian... 73

G. Uji Keabsahan Data... 77

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 81

A. Deskripsi Hasil Penelitian... 81

1. Profil Sekolah... 81

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini di RA At-Taqwa .... 88

3. Program Pendidikan Anak Usia Dini di RA At-Taqwa... 89

4. Proses Pembelajaran di RA At-Taqwa... 101

5. Evaluasi Pendidikan Anak Usia Dini di RA At-Taqwa... 105

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 107

1. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini di RA At-Taqwa ... 107

2. Program Pendidikan Anak Usia Dini di RA At-Taqwa... 113

3. Proses Pembelajaran di RA At-Taqwa... 119

4. Evaluasi Pendidikan Anak Usia Dini di RA At-Taqwa... 131

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 138

A. Kesimpulan... 138

B. Rekomendasi... 140

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada zaman modern sekarang ini, masalah pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan. Hasbullah, (1999:5) menjelaskan bahwa :

“Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi sewasa susila. Proses ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pribadi dewasa susila, maka ia sepenuhnya mampu bertindak sendiri bagi kesejahteraan hidupnya dan masyarakatnya.” Berkaitan dengan masalah pendidikan telah disebutkan pengertian pendidikan nasional dan tujuan pendidikan nasional dalam undang-undang republik Indonesia No.20 tahun 2003 BAB I Pasal 1 yang berbunyi sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.”

Dan Bab II pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan berTaqwā kepada tuhan yang Maha Esa. Berakhlāq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta tanggung jawab”(Tn, 2009:2).

(10)

bangsa dan agama jika ia diberikan pendidikan secara komprehensif sejak kecil (Mansur, 2009:83).

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antar keluarga, sekolah, dan masyarakat, bahkan menjadi tanggung jawab seluruh bangsa Indonesia. Ajaran Islām pun mengajarkan betapa pentingnya seorang muslīm untuk menuntut ilmu, karena ajaran Islām menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Allāhta‟ala berfirman:

 Salah satu tujuan diturunkannya agama Islām adalah memperbaiki akhlāq manusia. Akhlāq hanya dapat diperbaiki dengan proses pendidikan, baik formal maupun informal. Dan Al-Qur‟ān pun memuat betapa pentingnya pendidikan seperti yang dijelaskan dalam Q.S Al-Mujādalah ayat 11 yaitu :

Artinya : “Allāh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

(Q.S Al-Mujādalaħ [58] : 11).

Ayat tersebut menjelaskan tentang pentingnya pendidikan karena manusia yang berkedudukan baik dan di tinggikan derajatnya di hadapan Allāh adalah orang yang mempunyai ilmu dan mau belajar. Walaupun tidak ada ajaran agama yang secara detail membahas tentang pendidikan, namun setiap ajaran agama baik secara eksplisit maupun implisit telah menyinggung

(11)

bahwa pendidikan adalah aktivitas yang dapat memberikan kebaikan kepada

Artinya : “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmullah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. al-„Alaq [96]:1-5).

Betapa pentingnya pendidikan sehingga ayat yang pertama diturunkan adalah perintah Allāh kepada manusia untuk membaca. Konsep membaca hanya dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Turunnya ayat tersebut juga menjadi bukti bahwa Al-Qur‟ān memandang penting pendidikan agar manusia dapat memahami seluruh kejadian yang ada disekitarnya, sehingga meningkatkan rasa syukur dan mengakui akan kebesaran Allāh. Adapun tujuan pendidikan menurut Islām adalah agar seseorang dapat memahami tentang kekuasaan Allāh swt (yang tersirat dan tersurat) dengan segala peraturan-peraturan Allāh serta mampu menempatkan posisinya sebagai hamba Allāh swt. Awal pendidikan itu di mulai sejak anak usia dini atau sejak lahir karena pendidikan usia dini pada dasarnya berpusat pada kebutuhan anak, yaitu pendidikan yang berdasarkan pada minat, kebutuhan, dan kemampuan sang anak (Permana, 2012).

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa:

(12)

Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting untuk dilakukan karena merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian seorang anak. Hal ini sejalan dengan pendapat ahli pendidikan anak bahwa pendidikan yang diberikan pada rentang usia 0-8 tahun, bahkan sejak anak dalam kandungan adalah penting sekali untuk proses pertumbuhan dan perkembangan (Sujiono, 2013:6).

Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Pada masa ini pertumbuhan otak berlangsung sangat pesat. Perkembangan pada tahun-tahun pertama sangat penting menentukan kualitas anak di masa depan. Perkembangan intelektual anak usia 4 tahun telah mencapai 50%, pada usia 8 tahun mencapai 80% dan pada saat usia 18 tahun perkembangan telah mencapai 100%. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya (Suryadi, 2009:67).

Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat seperti pemberian upaya stimulasi, membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak usia dini tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa informasi awal yang diterima anak akan cenderung permanen dan menentukan perilaku anak pada masa berikutnya. Oleh karenanya anak perlu rangsangan psikososial dan pendidikan (Sujiono, 2013:7).

(13)

buaian hingga ajal datang. Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia (Mansur, 2009:307).

Apalagi globalisasi telah mengukuh gaya hidup dan akhlāq masyarakat menjadi lebih bebas dan berani, cenderung berpakaian yang menampakkan aurat, bertutur kata yang kurang sopan, senang menimbulkan kekerasan dimana-mana dan sikap amoral sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti banyak diungkap penelitian tentang ini sebelumnya, golongan anak-anak dan belia adalah kelompok paling mudah terpengaruh oleh globalisasi itu. Kebijakan-kebijakan dalam sistem pendidikan harus memenuhi unsur aktualisasi dan berdaya guna. Konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam meninggikan harkat dan martabat manusia. Anak-anak bangsa ini tidak boleh tertinggal dengan anak-anak bangsa lainnya di dunia (Ibrahim, 2012).

PAUD adalah pendidikan yang cukup penting dan bahkan menjadi landasan kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan kuat. Sujiono (2013:6) menjelaskan bahwa :

“PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.”

(14)

Sebagaimana tertulis pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 yang menjelaskan bahwa :

“Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan melalui 3 jalur yaitu: Pertama, jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat; Kedua, jalur pendidikan non formal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat dan ketiga, jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.”

Isjoni (2011:12) menjelaskan bahwa:

“PAUD berfungsi membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya. Agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional.”

Manfaat penyelenggaraan PAUD salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta mengembangkan bakat-bakatnya secara optimal.

Studi Empiris (Ibrahim, 2012) menuliskan data bahwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2003, diperkirakan jumlah anak usia dini (0-6) tahun di Indonesia adala 26,17 juta. Dari 13,50 juta anak usia (0-3) tahun, yang terlayani melalui layanan Bina Keluarga Balita sekitar 2,53 juta (18,74%). Sedangkan untuk anak (4-6) tahun dengan jumlah 12,67 juta, yang terlayani melalui Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), Kelompok Bermain (KB), dan Taman Penitipan Anak (TPA) sebanayak 4,63 juta (36, 54%). Artinya, baru sekitar 7,16 juta (27,36%) anak yang terlayani PAUD melalui program PAUD, sehingga dapat disimpulkan masih terdapat sekitar 19,01 juta (72,64%) anak usia dini yang belum terlayani PAUD.

(15)

tergolong rendah, di mana pada tahun 2005 Indonesia berada pada urutan ke-109 dari 174 negara sebagai responden. Sedangkan negara ASEAN lainnya seperti Singapura berada pada peringkat 22, Brunei Darussalam peringkat 25, Malaysia peringkat 56, Thailand peringkat 67 dan Filipina peringkat 77 (Anwar dan Ahmad, 2009:5).

Berdasarkan fakta di atas akar permasalahan mendasar mengenai PAUD tersebut yaitu masih rendahnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendidikan bagi anak sejak usia dini, masih terbatasnya lembaga layanan pendidikan anak usia dini terutama bagi anak yang masih dibawah 4 tahun, masih relatif/terbatasnya dukungan anggaran dari pemerintah terhadap PAUD, masih terbatasnya tenaga pendidik dan kependidikan PAUD, dalam segi kualitas maupun kuantitas, dan masih minimnya ketersediaan sarana dan prasrana pendidikan bagi anak usia dini. Dari hal tersebut perlu adanya upaya-upaya cerdas dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, yang dapat dimulai sejak usia dini, karena usia dini merupakan periode awal dari perkembangan setiap individu, dengan demikian pendidikan yang diterimanya merupakan pendidikan awal yang akan mendasari pendidikan selanjutnya.

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM bagi anak usia dini adalah dengan memberikan pengertian kepada setiap masyarakat khususnya orang tua akan pentingnya memberikan pendidikan kepada anak sejak usia dini. Diawali dari tahapan yang paling dasar yaitu mengenalkan anak pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Di sini orang tua harus benar-benar memilih sekolah yang memberikan pelayanan pendidikan maksimal kepada anak usia dini tersebut. Bukan semata-mata karena terkenalnya ataupun bagus fasilitasnya.

(16)

do‟a sehari-hari, pembiasaan „ibadaħ harian, pembiasaan hafalan al-Qur‟ān,

ataupun program ekstrakurikuler. Oleh sebab itu, sekolah ini bisa dijadikan salah satu sekolah percontohan untuk proses pendidikan di sekolah lain. Maka peneliti mengangkat penelitian yang berjudul “Pola Pendidikan Anak usia

Dini di RA At-Taqwa Mekarsari Cimahi Tahun 2012-2013”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pola Pendidikan Anak usia Dini di RA At-Taqwa Cimahi.” Dengan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tujuan pendidikan anak usia dini di RA At-Taqwa ? 2. Apa saja program pendidikan anak usia dini yang terdapat di RA

At-Taqwa?

3. Bagaimana proses pendidikan anak usia dini di RA At-Taqwa ?

4. Bagaimana evaluasi pendidikan anak usia dini yang terdapat di RA At-Taqwa?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai Pola Pendidikan Anak Usia Dini di RA At-Taqwa Cimahi.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain untuk mengetahui: a. Tujuan pendidikan anak usia dini di RA At-Taqwa.

b. Program pendidikan anak usia dini yang terdapat di RA At-Taqwa. c. Proses pendidikan anak usia dini di RA At-Taqwa.

(17)

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dalam kajian keilmuan pendidikan Islām dan sekaligus memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam bidang pendidikan anak usia dini yang dilakukan di PAUD At-Taqwa Bandung, dan umumnya bagi umat islam.

2. Praktis

a. Instansi / Lembaga / RA At-Taqwa

1) Sebagai sumbangan pemikiran untuk lebih baik dalam proses pembelajaran ataupun penanaman nilai-nilai pendidikan pada siswa.

2) Sebagai tolak ukur keberhasilan siswa

3) Dapat menjadi bahan pertimbangan oleh pemerintah terutama Departemen pendidikan Nasional dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam mengembangkann kemampuannya mendidik anak usia dini.

b. Jurusan

1) Sebagai upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan Prodi IPAI untuk membuat inovasi dalam memberikan proses pembelajaran yang lebih aktif dan produktif.

2)Sebagai cerminan keberhasilan pada pembelajaran nilai kependidikan di PAUD tersebut.

c. Pendidik

1)Memberikan masukan kepada guru dan orang tua bagaimana mendidik anak usia dini menurut islam

2)Memberikan masukan kepada guru dan orang tua agar dapat menjadikan Islām sebagai pedoman dalam mendidik anak.

d. Peneliti

(18)

2)Mengetahui proses pembelajaran yang diadakan di RA At-Taqwa Cimahi.

E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Untuk mempermudah penyusunan dan pemahaman dalam penelitian untuk skripsi ini, maka peneliti menyajikan skripsi ini dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I pendahuluan, pada bab ini penulis menguraikan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II menyajikan kajian mengenai konsep dasar pendidikan anak

usia dini yang di dalamnya membahas hakikat pendidikan anak usia dini, fungsi dan tujuan pendidikan anak usia dini, hakikat pendidik anak usia dini, sejarah dan perkembangan anak usia dini, prinsip pendidikan anak usia dini, kurikulum PAUD, model pembelajaran PAUD, dan evaluasi PAUD.

BAB III membahas metode penelitian, penulis menjelaskan lokasi,

subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, prosedur dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV menyajikan hasil penelitian untuk menjawab pertanyaan dari

permasalahan yang telah penulis rumuskan. Pada bab ini juga dituliskan deskripsi hasil penelitian dan pembahasannya.

BAB V menyajikan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil

(19)
(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan seting penelitian di Rauḍatul Aţfal At-Taqwa, yang terletak di Jalan lapang Tembak Selatan Mekarsari Rt 09 Rw 07 Padasuka Cimahi 40513 Jawa Barat-Indonesia. RA At-Taqwa yang berada di dalam naungan Yayasan Taman Pendidikan At-Taqwa berdiri sejak tahun 1991 dan mendapatkan izin operasional pada tanggal 24 September 2003 dengan No. MI.30/IV/PP.00.4/523/2003. Sekolah ini peneliti ambil karena pertimbangan prestasi yang telah diraih ditambah dengan nuansa islami yang melekat pada RA ini. Sekolah ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu lebih menitikberatkan pelajaran bukan hanya pada segi teoritik melainkan pada segi praktik.

B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan oleh peneliti ialah metode penelitian deskriptif kualitatif. Karena metode ini tepat untuk meneliti sebuah penelitian yang dilakukan dilapangan. Oleh karena itu data yang dikumpulkan adalah berupa deskripsi. Dengan demikian laporan penelitian ini berisi kutipan-kutipan data dari hasil wawancara, observasi, atau sumber lainnya.

Metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan atau memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam suatu penelitian metode penelitian merupakan bagian yang terpenting. Metode merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Metode penelitian membahas bagaimana suatu penelitian dilakukan.

(21)

gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah“

Metodologi penelitian merupakan suatu cara kerja yang harus dilakukan oleh seorang peneliti dalam sebuah penelitian, seorang peneliti harus dapat menentukan metode yang tepat dan fleksibel guna mencapai tujuannya. Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Jenis penelitian deskriptif sebagaimana yang dikemukakan oleh Best (Subakti, 2011: 90) bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek secara apa adanya.

Metode ini tepat digunakan karena penelitian ini mengambil masalah berkenaan untuk menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada masa sekarang. Best (Subakti, 2011:90) menyatakan penelitian deskriptif ialah:

”Melukiskan dan menafsirkan keadaan yang ada sekarang. Penelitian ini berkenaan dengan kondisi atau hubungan yang ada: praktek-praktek yang sedang berlaku: keyakinan, sudut pandang, atau sikap yang dimiliki: proses-proses yang sedang berlangsung: pengaruh-pengaruh yang sedang dirasakan; atau kecenderungan-kecenderungan yang sedang berkembang. ”

Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, aktual dan akurat tentang fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Jadi penelitian ini bertujuan untuk memaparkan gambaran secara empirik mengenai Pola Pendidikan Anak Usia Dini di RA At-Taqwa Cimahi.

(22)

yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahan.”

Sementara Moleong (2012:17) sendiri mengatakan bahwa: “Pendekatan kualitatif berpandangan fenomenologis yang pada dasarnya berusaha memahami (verstehen) perilaku manusia dalam lingkungan hidupnya, bahasa, dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.”

Sebagaimana menurut beberapa tokoh yang menyatakan bahwa Penelitian kualitatif ialah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris (Masyhuri, 2008:13). Sedangkan menurut Ali (1995: 160) penelitian kualitatif yaitu :

a. Tatanan alami merupakan sumber data yang bersifat langsung dan peneliti itu sendiri menjadi instrumen kunci.

b. Bersifat deskriptif.

c. Penelitian kualitatif memperdulikan proses, bukan hasil dan produk. d. Analisis datanya bersifat induktif.

e. Keperdulian utama penelitian kualitatif adalah pada “makna.”

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pola Pendidikan

Pola Menurut Kristianti (2007:10) pola adalah model, sistem, cara kerja, atau bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan menurut Dahliany (2011:10) pola adalah bentuk atau model (lebih abstrak, suatu set peraturan) yang biasa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang ditunjukan atau terlihat.

Secara etimologi pendidikan di terjemahkan kedalam bahasa arab “tarbiyah” dengan kata kerjanya “robba” yang berarti mengasuh,

(23)

kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut UU No 20 tahun 2003 Pendidikan ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlāq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Oleh karena itu pola pendidikan diartikan sebagai suatu model, sistem, cara kerja atau struktur dalam pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan proses pembelajaran kepada peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlāq mulia,serta keterampilan.

2. Anak usia Dini

Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Menurut para pakar pendidikan anak, yaitu kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun. Usia dini merupakan masa keemasan (The Golden Age), namun sekaligus periode yang sangat kritis dalam tahap perkembangan manusia.

(24)

Anak Usia dini yang dimaksud dalam penelitian adalah anak usia 4-6 tahun di RA At-Taqwa Cimahi Kelompok A dan B Tahun Ajaran 2012/2013.

3. RA At-Taqwa Cimahi

RA At-Taqwa Cimahi adalah suatu lembaga pendidikan anak usia dini yang beralamatkan di jalan lapang tembak Selatan Mekarsari Cimahi. RA At-Taqwa merupkan lembaga pendidikan anak usia dini yang mengimplementasikan pendidikan agama Islām dalam setiap proses pembelajarannya, sekolah ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu lebih menitikberatkan pelajaran bukan hanya pada segi teoritik melainkan pada segi praktik.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian Kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Sugiyono (2013:60) menyatakan:

“Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.”

Nasution (Sugiyono, 2013: 60) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang diharapkan, semua itu tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

(25)

lapangan. Peneliti akan terjun ke lapangan untuk melakukan observasi, wawancara untuk mengumpulkan data menganalisis data dan membuat kesimpulan. Menurut Nasution (Sugiyono, 2013:61) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat yang peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan, hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami situasi dalam segala seluk beluknya.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata. Untuk memahaminya kita sering perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan penghayatan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. 6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, atau penolakan.

7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan bertentangan dipakai untuk mempetinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

(26)

demikian akan diperoleh data yang lebih akurat, benar, dan dapat dipercaya keabsahannya.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh suatu data dan informasi yang akurat dalam melakukan suatu penelitian, dibutuhkan teknik pengumpulan data yang dipandang sesuai dengan penelitian yang akan dijalankan, dimana peneliti bertindak sebagai instrumen utama yang menyatu dengan sumber data.

Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan cara terjun ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang diperlukan berkenaan dengan penyusunan perencanaan strategis. Hal tersebut dilakukan untuk lebih memahami kenyataan yang terjadi di lapangan sesuai dengan konteks.

Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2012: 112) menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain -lain.Walaupun dikatakan bahwa sumber data di luar kata dan tindakan merupakan data tambahan, namun jelas sumber data tersebut tidak dapat diabaikan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi berbagai cara, yaitu melalui pengamatan (observasi), wawancara dan studi dokumentasi. Ketiga teknik pengumpulan data tersebut digunakan dengan harapan saling melengkapi sehingga dapat diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut jenisnya, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi.

1. Observasi

(27)

a. Alwasilah C. menyatakan bahwa observasi adalah penelitian atau pengamatan sistematis dan terencana dan diniati untuk perolehan data yang dikontrol validasi dan reabilitasnya.

b. Nasution mengungkapkan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Dari semua pendapat tersebut terdapat kesamaan pemahaman tentang pengertian observasi yaitu pengamatan terhadap objek yang diteliti secara langsung maupun tidak langsung untuk memeroleh suatu data yang harus dikumpulkan dalam suatu penelitian. Guba dan Lincoln (Satori dan Komariah, 2011:108) mengemukakan alasan yang kuat mengapa penelitian kualitatif deskriptif harus menggunakan teknik observasi dalam penelitiannya, ialah sebagai berikut:

a. Teknik pengamatan didasarkan pada pengalaman langsung

b. Teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, mengetahui perilaku dan peristiwa karena mengetahui kejadian yang sebenarnya.

c. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data

d. Kadang peneliti ragu terhadap data yang sudah dikumpulkan khawatir ada yang melenceng atau bias. Maka peneliti meyakinkannya dengan melakukan pengamatan

e. Teknik pengamatan mampu mengurai situasi-situasi yang rumit

f. Teknik pengamatan merupakan keharusan saat peneliti berhadapan dengan objek yang tidak memungkinkan diterapkan teknik yang lain seperti pada orang bisu, bayi, dan sebagainya.

(28)

diobservasi. Sesuai dengan yang di kemukakan Sukmadinata (2012:221) bahwa:

“Dalam penelitian kualitatif pedoman observasi dibuat lebih rinci, malahan dalam penelitian tertentu dapat berbentuk ceklis. Terkait dengan hal itu, minimal ada dua macam bentuk atau format pedoman observasi untuk penelitian kualitatif. Pertama, berisi butir-butir pokok kegiatan yang akan diobservasi. Kedua, berisi butir-butir kegiatan yang mungkin diperlihatkan oleh individu yang diamati.”

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam suatu penelitian kualitatif. Melakukan penelitian dengan menggunakan teknik wawancara berarti melakukan interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara dan narasumber/ terwawancara dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi atau data.

Wawancara menurut Satori dan Komariah (2011:130) adalah: “Suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistic dan jelas dalam informan.”

Lebih lanjut, Sugiyono (2013: 81) berpendapat bahwa dalam melakukan wawancara diperlukan alat-alat yang mendukung. Ia mengemukakan bahwa supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, maka peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat berikut: a. Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan

sumber data.

b. Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau

pembicaraan.

c. Camera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan

(29)

Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau informasi yang lebih mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti. Kegiatan wawancara ini ditujukan untuk mengungkap informasi dari responden (Kepala sekolah, guru dan siswa) tentang proses pembelajaran, komponen pendidikan PAUD, dan keunikan yang terdapat di PAUD At-Taqwa Cimahi.

3. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif yang juga berperan besar adalah studi dokumentasi. Dengan teknik dokumentasi, peneliti dapat memperoleh data atau informasi tak hanya lewat narasumber tetapi juga mendapatkan informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari bentuk dokumen yang dimiliki pada narasumber. Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari teknik-teknik sebelumnya yaitu, observasi dan wawancara. Satori dan Komariah (2011:149) menjelaskan :

”Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperklukan dalam permasalahanpenelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara akan lebih dapat dipercaya kalau di dukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian. ”

Sedangkan untuk klasifikasi dokumen Sugiyono (2010: 240) mengemukakan bahwa: “Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan untuk mempelajari dan mendalami berbagai dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik ini juga digunakan untuk memperoleh data dan informasi untuk melengkapi data yang diperlukan, di antaranya :

a. Profil, visi dan misi RA At-Taqwa Cimahi

(30)

e. Evaluasi pembelajaran PAUD At-Taqwa Cimahi

Instrumen yang digunakan oleh peneliti pada penelitian yang akan dilakukan, adalah peneliti sendiri dan kisi-kisi yang akan disusun menjadi pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman studi dokumentasi.

F. TAHAPAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap pemeriksaan keabsahan data, Sampai tahap analisis dan penafsiran data, sebagaimana yang disampaikan oleh Moleong (Ismayanti, 2007: 32 ) sebagai berikut berikut:

Menyusun Rancangan Penelitian

Memilih Latar Penelitian

Mengurus Peizinan Penelitian

Menyiapkan Peralatan Penelitian

Memahami Latar Penelitian

Memasuki Lapangan

Berinteraksi & Mengumpulkan Data

Ketekunan Pengamatan

Ketekunan Sejawat Melalui Diskusi

Triangulasi

Pemrosesan Satuan

Kategorisasi

Penafsiran Data

TAHAP PRALAPANGAN

TAHAP PEKERJAAN LAPANGAN

TAHAP PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

(31)

1. Tahap Pralapangan

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Kegiatan ini merupakan tahap awal, intinya berupa penyusunan rancangan penelitian yang diajukan ke Dewan Skripsi Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islām PFIPS UPI. Kemudian proposal rancangan penelitian tersebut diseminarkan. Selanjutnya, untuk melengkapi dan menyempurnakan rancangan penelitian berdasarkan berbagai masukan pada saat seminar, peneliti melaksanakan konsultasi dan bimbingan intensif dengan Dosen Pembimbing.

b. Mengurus Perizinan

Pengurusan perizinan yang bersifat administratif dilakukan dimulai dari tingkat Jurusan, Fakultas, Universitas. Dimulai dari tingkat Jurusan, peneliti memperoleh surat usulan pengangkatan pembimbing dan surat permohonan izin melaksanakan penelitian ke tingkat Fakultas. Dari tingkat Fakultas peneliti memperoleh surat keputusan pengangkatan pembimbing dan surat permohonan izin melaksanakan penelitian ke tingkat Universitas. Dari tingkat Universitas, peneliti memperoleh surat permohonan izin melaksanakan penelitian untuk Kepala Sekolah PAUD At-Taqwa Cimahi.

c. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

(32)

Untuk mempermudah pencatatan pada saat wawancara, penenliti juga menyiapkan alat perekam (tape recorder).

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Pemahaman latar penelitian sangat penting, sehingga strategi untuk mengumpulkan data menjadi efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi pada lokasi RA At-Taqwa Cimahi

b. Memasuki lapangan

Keakraban hubungan peneliti dengan lingkungan sosial di lokasi penelitian selalu berusaha dijaga dan dibina oleh peneliti untuk menciptakan hubungan yang harmonis agar mempermudah peneliti dalam upaya memperoleh berbagai data yang diinginkan.

3. Berinteraksi dan mengumpulkan data a. Pengarahan batas studi

Ini dilakukan untuk memperhatikan batasan studi berdasarkan fokus masalah yang akan diteliti, yaitu Pendidikan Untuk Anak Usia Dini yang terdapat di RA At-Taqwa Cimahi. Sehingga peneliti tidak terjebak pada masalah-masalah yang berada di luar fokus masalah penelitian.

b. Mencatat data

Dilakukan pada saat berlangsung pengumpulan data baik pada saat kegiatan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data dicatat dari sejak data mentah sampai pada tahap pencatatan lengkap dan formal.

4. Analisis dan Penafsiran Data

Moleong (2011: 103) menyebutkan bahwa “Analisis data adalah proses mengorganisasikan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data.”

(33)

Sebagaimana Nasution (Sugiyono, 2013: 89) menyatakan bahwa “analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penelitian hasil penelitian.”

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data diperoleh dari hasil wawancara, hasil observasi dan hasil studi dokumentasi yaitu dideskripsikan atau digambarkan secara narasi sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Adapun beberapa langkah yang ditempuh peneliti dalam mengadakan kegiatan analisis data yaitu dengan menggunakan analisis data model Miles and Huberman dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi dan Mengateorikan Data

Data yang diperoleh selama melakukan penelitian jumlahnya semakin kompleks. Maka untuk mengatasi hal itu peneliti harus melakukan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum data yang telah di dapatkan, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, mengkategorisasikan data berdasarkan huruf dan angka. Dengan demikian data-data yang kompleks yang didapatkan dari hasil penelitian tersebut dapat dipisahkan dari data yang tidak diperlukan.

Kemudian seluruh data yang telah peneliti peroleh melalui studi dokumentasi, studi observasi dan studi wawancara, diklasifikasikan berdasarkan kateori-kateori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, kategorisasi tersebut menggunakan teknik koding. Koding adala membagi-bagi data dan mengelompokan data dalam sebuah kategori.

(34)

R). Adapun kategorisasi dalam penelitian ini berdasarkan istilah-istilah teknis seperti: Pola pendidikan (PP), Tujuan Pendidikan (TP), Program Pendidikan (PR), Pendidik (PD), Peserta didik (PS), Media Pendidikan (MD), Metode pendidikan (MT) dan Evaluasi Pendidikan (EV).

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan/ mendisplaykan data. Dengan mendisplaykan data, maka akan semakin memudahkan peneliti untuk menentukan dan merencanakan program kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami.

Sugiyono (2013: 95) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, cara mendisplaykan data dilakukan dalam bentuk bagan, uraian singkat, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja penelitian berdasarkan data yang telah diperoleh.

3. Kesimpulan dan verifikasi

(35)

G. UJI KEABSAHAN DATA

Nasution (Subakti, 2011:107) menyatakan bahwa tingkat kebermaknaan proses maupun hasil penelitian kualitatif tergantung kepada: 1. Kredibilitas (validitas internal), 2. Transferabilitas (eksternal), 3. Defendabilitas (reliabilitas), dan 4. Konfirmabilitas (objektivitas). Adapun penjelasan dari keempat hal tersebut ialah sebagai berikut:

1. Uji Kreadibilitas

Cara pengujian kreadibilitas bisa dilakukan dengan bermacam-macam cara, yaitu perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif dan member

check.

a. Perpanjangan pengamatan

Ketika melakukan suatu penelitian, saat peneliti melakukan observasi ataupun hal-hal yang dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi yang akurat dan benar, diperlukan suatu pengamatan agar di dapatkan suatu keabsahan data atau informasi. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kreadibilitas data penelitian, sebaiknya difokuskan terhadap data yang telah peneliti peroleh, apakah data tersebut benar atau tidak dengan cara peneliti mengecek kebenarannya.

b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.dengan meningkatkan ketekunan, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang diperoleh secara akurat dan sistematis dan diakui keabsahannya. Caranya yaitu dengan mempertajam wawasan dengan cara membaca berbagai buku referensi maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang terkait dengan temuann yang diteliti.

c. Triangulasi

(36)

Adapun upaya yang dilakukan dalam teknik Triangulasi (Subakti, 2011: 109) adalah sebagai berikut:

1. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan. 2. Memperbanyak sumber untuk setiap pertanyaan penelitian.

3. Pembicaraan dengan seseorang yang dianggap mampu membahas penelitian secara objektif. Dalam hal ini peneliti membicarakan dengan rekan sejawat di jurusan Imu Pendidikan Agama Islām sehingga dapat memberikan gambaran yang netral dan objektif terhadap hasil penelitian.

4. Penggunaan referensi, yakni peneliti sejak awal penelitian menggunakan catatan kecil untuk mencatat dan merekam hasil pengamatan agar tidak hilang dari ingatan peneliti.

5. Mengadakan member-check, yakni pada setiap akhir wawancara dilakukan konfirmasi dengan seluruh responden, apabila ada kekeliruan dapat diperbaiki dan bila ada kekurangan dapat segera ditambah dengan informasi baru.

Pada penelitian ini sendiri, data hasil pengamatan atau observasi dibandingkan dengan data hasil wawancara. Data hasil wawancara sendiri dibandingkan menurut sumber data wawancara tersebut. Maksudnya, data hasil wawancara dari setiap responden dibandingkan terlebih dahulu, baru kemudian di triangulasikan dengan sumber data lainnya, baik dari data hasil observasi maupun dengan data dari hasil studi dokumentasi.

A. Pengujian Transferability

(37)

B. Pengujian Depenability

Dalam penelitian kualitatif, depenability disebut juga sebagai reliabilitas. Sugiyono (2013: 131) “Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut.” Caranya yaitu dilakukan dengan mengaudit keseluruhan proses penelitian, dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing.

C. Pengujian Konfirmability

Pengujian konfirmability dalam penelitian kualitatif disebut juga dengan uji objektivitas penelitian.penelitian dapat dikatakan obyektif bila hasil penelitian tersebut disepakati banyak orang.

Subakti (2011: 110) Dalam menjaga konsistensi dan objektivitas hasil penelitian harus dilakukan pemeriksaan guna meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan itu memang demikian adanya. Oleh karena itu, peneliti melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Menyusun data mentah hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi baik dalam bentuk catatan, tape recorder maupun dalam bentuk dokumen.

b. Menyusun unit analisis sebagai penjabaran dari pertanyaan penelitian.

c. Mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagai langkah awal untuk menganalisis data.

d. Melaporkan keseluruhan proses penelitian dari sejak studi orientasi.

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan beberapa kesimpulan:

1. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini di RA At-Taqwa terbagi menjadi empat bagian. Pertama, tujuan pendidikan anak usia dini ranah afektif yaitu melahirkan generasi yang jujur, disiplin, bertanggung jawab, tertib, percaya diri, rajin, pandai, ramah, sopan dan santun. Kedua, tujuan kognitifnya yaitu menciptakan lulusan yang mempunyai kemampuan berbahasa, mengenal huruf dan angka, mencontoh/menyalin huruf dan angka, menulis huruf dan angka/ kata, menulis Khot, berhitung dan membaca sesuai dengan jenjang perkembangan anak. Ketiga, tujuan psikomotor yaitu menciptakan lulusan yang mampu bergaul, berteman, bertanya, mengendalikan emosi, menggambar, mewarnai, bermain futsal, angklung, drumband dan mengenal dasar-dasar perkembangan tekhnologi (komputer). Keempat, tujuan pendidikan agama islamnya yaitu melahirkan lulusan yang iman dan taat kepada Allāh dan Rasulnya, hafal

do’a-do’a harian, Al-Asmāul al-ḥusnā, hafalan surat pendek, Al-Maḥfuẓħ,

berwudu’, şalāħ fardhu dan duhā, bacaan żikir, berakhlāqul karimah, dan

berzakat. Karena tujuan pendidikan di lembaga RA At-Taqwa ingin bertanggung jawab dalam melahirkan lulusan yang saleh dengan memberikan pendidikan iman, pendidikan ‘ibadaħ dan pendidikan akhlāq kepada siswa-siswanya.

(39)

salam, membuang sampah pada tempatnya dan program pembiasaan penanaman karakter yang lainnya.

3. Pembelajaran di RA At-Taqwa dirancang dalam bentuk bermain disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan kelas sentra. Dengan model tersebut RA At-Taqwa dapat mengembangkan sensori motorik anak, bermain peran, religius, dan pembangunan. Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain yaitu bermain sensorimotor atau fungsional, bermain peran dan bermain konstruktif. Di setiap proses pembelajaran selalu disisipkan nilai-nilai keagamaan. Setiap proses pembelajaran yang akan dilaksanakan di susun dalam Rencana RKH (Rencana Kerja Harian) yang dibuat oleh setiap guru dengan memuat tiga komponen yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan evaluasi keberhasilan juga kegiatan awal, inti dan akhir. Media yang digunakan tergantung dari sentranya masing-masing. Contohnya untuk Sentra balok, media yang digunakan guru yaitu balok, lego, roncean, dan sebagainya. Berbagai metode yang biasa digunakan diantaranya yaitu: Metode bermain, metode bercerita, metode bernyanyi, metode karya wisata, metode demonstrasi, metode bermain peran, metode bercakap-cakap, dan metode pemberian tugas.

(40)

pilihan ganda, jadi siswa hanya memilih jawaban sesuai dengan yang tertera pada gambar. Tes praktik dilakukan untuk mengetahui perkembangan fisik dan karakter siswa, dan pembiasaan / habit yang telah diterapkan selama satu bulan.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil yang diperoleh, ada beberapa hal yang menjadi rekomendasi dari hasil penelitian ini, antara lain :

1. Untuk RA At-Taqwa perlu adanya upaya dari sekolah untuk mempertahankan Pola Pendidikan Anak Usia Dini yang telah dicapai melalui berbagai upaya yaitu:

a. Perencanaan yang lebih lengkap dan terarah

b. Melengkapi fasilitas /sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang belum dimiliki

c. Menambah kompetensi para pendidik dan menambah jumlah pendidik agar mampu menyesuaikan dengan rasio jumlah siswa. d. Peningkatan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran

untuk anak usia dini

e. Meningkatkan prestasi yang telah dicapai RA At-Taqwa dan menjadikannya sebagai motivasi untuk lebih berprestasi dan berkarya lagi.

2. Untuk yayasan TP At-Taqwa perlu adanya upaya untuk tetap memberikan dukungan dan keterlibatan optimal bagi keberhasilan pola pendidikan anak usia dini di RA At-Taqwa melalui:

a. Sumbangan ide dan pemikiran positif untuk peningkatan kualitas RA At-Taqwa

b. Aliran dukungan finansial untuk menunjang perkembangan sekolah, baik berupa iuran wajib maupun sukarela,

(41)

3. Untuk Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam perlu adanya pengembangan materi dan inovasi mata kuliah yang memiliki koherensi dengan objek anak usia dini.

4. Untuk pendidik perlu meningkatkan kompetensi pendidik dalam profesionalisme dalam mendidik dan mengajar anak usia dini di lembaga pendidikan anak usia dini.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

______.( 2002). Al-Quran dan Terjemahannya. Penerjemah: Tim Penerjemah Depag RI. Semarang: CV. Asy. Syifa.

Abbasi. (2013). Konsep-konsep Dasar Pendidikan Anak. [ONLINE]. Tersedia:http://abbassirambasmadina.blogspot.com/2012/03 /konsep-konsep-dasar-pendidikan-anak.html 2013]

Abidin, Y. (2009). Bermain. Pengantar Bagi Penerapan Pendekatan Beyond

Centre And Circle Time (BCCT) Dalam Dimenasi PAUD. Bandung:

Rizqi press.

Ali, M. (1995). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Anwar, dan Ahmad A. (2009). Pendidikan Anak Dini Usia, Panduan Praktis

Bagi Ibu dan Calon Ibu. Bandung : Alfabeta.

Arifin, Z. (2012). Konsep Model dan Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Cakrufi. (2012). Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Perspektif

Pendidikan Islam. [ONLINE]. Tersedia: http://cakrufi.wordpress.com/2012/02/08/ pengembangan-pendidikan-anak-usia-dini-dalam-perspektif-pendidikan-islam/.[ 2012]. Dahliany, A. (2011). Pola Rekrutmen Pemimpin Partai Politik Dalam

Meningkatkan Kinerja Partai Politik (Studi Kasus di DPD Partai Keadilan Sejatera Kota Bandung). Skripsi pada jurusan Pendidikan

Kewarganegaraan di UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Dakir. (2004). Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Daradjat, Z. (2009). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. Daryanto. (2012). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

DEPDIKNAS. (2009). Undang-Undang Sisdiknas. Bandung: Fokus Media. Hasbullah. (1999). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Ibrahim. (2012). Peran Pendidikan Anak Usia Dini. [ONLINE]

(43)

Isjoni. (2011). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung:Alfabeta.

Ismayanti, A. (2007). Pembelajaran Matematika Untuk Anak Tunanetra Di Sdn

Tunas Harapan. Skripsi pada Pendidikan Matematika di UPI Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Rosiyadi, I. (2012). Makalah Pendidikan Anak Usia Dini. [ONLINE] tersedia: http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/11/contoh-makalah-pendidikan-anak-usia.html 2013]

Kartono, K. (1985). Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta: CV Rajawali. Kristianti, D. (2007). Pola Pembinaan Badan Pengelolaan gelanggang Pemuda

Dalam Menanggulangi Dekadensi Moral. Skripsi pada Pendidikan

Kewarganegaraan di UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mansur. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Masyhuri. (2008). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktik & Aplikatif. Malang: Refika Aditama.

Moeslichatoen. (2004). Metode pengajaran di taman kanak-kanak. Jakarta: rineka cipta.

Moleong, L.J. (2012). Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mutiah, D. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Kencana. Jakarta.

Padmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Partoyo (2010). Mendidik Anak Dalam Islam. Bandung: Agung ilmu.

Permana, A.Y. (2012). Peranan Orang Tua dalam menanamkan Pendidikan Islam kepada Anak. [ONLINE] . Tersedia: http://adeyudipermana. blogspot.com/2012/09/peranan-orang-tua-dalam-menanamkan.html

2012]

Rahman, N. (2012). Mendesain Perilaku Anak Sejak Dini. Surakarta: Cv adi citra cemerlang.

(44)

Satori, D. dan Aan K. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Semiawan, C. (2008). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah

Dasar. Jakarta: PT Indeks.

Sitorus, M. (2013. Sejarah Perkembangan Raudhatul Athfal di Indonesia. [ONLINE] tersedia: http://pendidikananakprasekolah.blogspot.com /2010/11/sejarah-perkembangan-raudhatul-athfal.html. 2013]. Solehuddin. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: FIP UPI. Subakti, G. E. (2011). Implementasi pendidikan agama Islām di sd Islām

terpadu. Skrpsi pada Ilmu Pendidikan Ag I ā d UPI B d g: Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, Dan R&D.Bandung: alfabeta.

Sugiyono. (2013).Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabetta.

Sujiono,Y. N. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Indeks.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Suryadi, A. (2009). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar. Bandung: Widya Aksara Press.

Suryosubroto, (2010). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Suwarno, W. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Tim Pustaka Familia. (2006). Menepis Hambatan Tumbuh Kembang Anak. Yogyakarta: Kanisius.

Ulwan, A. N. (1992). Pendidikan Anak Dalam Islām Kaidah-Kaidah Dasar, judul asli tarbiyatu'l-Auladfi'l- Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Universitas Pendidikan Indonesia, (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wahyudin, U. dan Agustin M. (2012). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: PT Refika Aditama.

Widoyoko, E. P. (2012). Evaluasi Program pembelajaran, Panduan Praktis

(45)

Wiyani, N. A dan Barnawi. (2012). Format PAUD (konsep, karakteristik, dan

implementasi Pendidikan Anak Usia Dini). Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

______. (2007). Himpunan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

______. (2007). Mempertimbangkan Hukuman Pada Anak. Yogyakarta: Kanisius.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan peneliti pada tanggal 2 Maret 2017 di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang dengan menggunakan wawancara

 Peserta didik berfikir bersama, tiap peserta didik dalam kelompok membagi tugas, menjelaskan kepada teman kelompoknya yang belum memahami materi, menyatukan pendapat

Kerapatan yang rendah juga ditinjau dari temuan jaringan komunikasi rumor pada jaringan follow dan interaksi yang bukan merupakan satu komponen jaringan besar

Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

1) Munculnya berbagai rangsangan yang membingungkan. Rangsangan tersebut dapat berupa tuntutan atau harapan dari luar yang menimbulkan ketegangan pada atlet untuk mengikuti

Tahun 2006, pertumbuhan jumlah unit usaha mencapai angka tertinggi yakni 6,00% sehingga tahun 2006 jumlah unit usaha industri berjumlah 39.455 unit sedangkan tahun 2003

Suatu dalam memasarkan produk atau jasanya selalu disertai dengan pelayanan, dengan adanya suatu perusahaan dapat memberikan gambaran mengenai produknya dengan

Oleh sebab itu, sebelum menggunakan 3D Pageflip Professional guru harus mendesain tampilan modul elektronik dengan sangat menarik agar dalam proses pembelajaran siswa merasa