• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ALIRAN TERHADAP FORMASI BED LOAD DI SUNGAI CIKAPUNDUNG-BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH ALIRAN TERHADAP FORMASI BED LOAD DI SUNGAI CIKAPUNDUNG-BANDUNG."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ALIRAN TERHADAP FORMASI BED LOAD DI SUNGAI CIKAPUNDUNG-BANDUNG

Diajukan untuk MemenuhiSebagiandariSyaratMemperolehGelarSarjana Program Studi TeknikSipil

Oleh

AZWAR SAMITRA 0705193

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S-1

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Azwar Samitra, 2013

Pengaruh Aliran Terhadap Formasi Bed Load Di Sungai Cikapundung - Bandung

PENGARUH ALIRAN TERHADAP FORMASI BED LOAD DI SUNGAI CIKAPUNDUNG - BANDUNG

Oleh:

AzwarSamitra

Sebuah TugasAkhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© AzwarSamitra2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Azwar Samitra

PENGARUH ALIRAN TERHADAP FORMASI BED LOAD DI SUNGAI CIKAPUNDUNG – BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. Sohulturon Siregar, MA., MT NIP.19470921 197903 1 001

Pembimbing II

Drs. H. Rakhmat Yusuf, MT NIP. 19640424 199101 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Sipil

(4)

i

Azwar Samitra, 2013

ABSTRAK

PENGARUH ALIRAN TERHADAP FORMASI BED LOAD DI SUNGAI

CIKAPUNDUNG – BANDUNG

OLEH

AZWAR SAMITRA

Sungai Cikapundungmerupakansalahsatusungai yang terdapat di kota Bandung.AliransungaiCikapundungdapatdikategorikanjenisaliranturbulen.Sungai Cikapundungbanyakmembawaangkutansedimenpadasaatbanjir. Salah satuangkutansedimen yang diangkutadalahbed load(angkutandasar). Material bed

load yang

terdapatpadasungaiCikapundungcukupbervariasiukurandanbentukbutiran.Ukuranb utir yang terdapat di sungaiCikapundungmenentukanjenis material yang banyakterdapat di sungaiCikapundung.Ukuranbutir yang terdapat di

sungaiCikapundungcukupbervariasi.Ukuran yang

bervariasitersebutdapatdilihatdari debit aliran yang terjadi.Debit aliran yang terjadimenentukanjenisangkutan material yang diangkutolehaliran. Semakinbesar debit aliranmakasemakinbesarukuranbutir yang dapatdiangkut. Debit banjir yangseringterjadipadaaliransungaiCikapundungmenyebabkanbanyakjenisukuranb utir.Ukuranbutir yang mengendappadadasarsungaiinilah yang disebutdenganbed

load.Ukuranbutirbed load yang terdapat di

sungaiCikapundungtidaksertamertaterjadibegitusaja, itudisebabkanolehadanya debit aliran. Debit aliranmemilikiperananpentingdalam proses terjadinyabed load. Karenaberdasarkandarirejimpergerakanbed load itusendiri, ada yangmenggelinding (wheel),bergelombang (ripples), membentukbukitpasir (dunes),antidunes, gelombangberdiri (standing waves)melompat (jump),

meluncurdankolam (chute and pool).Bed load

padasungaiCikapundungsangatberpengaruhterhadapaliran yang

terjadi.SedangkanuntukkecepatanaliransungaiCikapundungtergolongkedalamkece

patanaliran Sub kritis.Bed load yangterjadi di

sungaiCikapundungjugadipengaruhiolehkekasaran yang terdapatpadadasarsungai.

Dasarsungai yang

kasardapatmempengaruhikecepatanaliran.Kekasaransungaijugadisebabkanolehmu

atandasar yang beradapadadasarsungai.Jikadasarsungai yang

memilikinilaikekasaran yang besar, makakecepatanaliran yang terjadiakansemakinkecil.

Kecepatanaliranjugamemilikihubunganterhadapkekasaransungai,sedangkankekasa

ransungaimempengaruhiterhadapbed load yang terjadi di

dasarsungai.Semakinbesar debit aliran yang terjadi, makaakansemakinbesar pula

bed load yangterangkutoleh debitaliran. Jenis material bed load yang

terdapatpadaaliransungaiCikapundungadalahpasir (sand) danpasirkasar (very

coarse sand).

(5)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FLOW TOWARDS BED LOAD FORMATION ON CIKAPUNDUNG RIVER -BANDUNG

BY

AZWAR SAMITRA

Cikapundung is a river located in the city of Bandung. Cikapundung streams can be categorized types of turbulent flow. River transport cikapundung many carrying sediment at the time of the flood. One of the sediment transport is bed load. Bed load Material contained on the Cikapundung quite varied in size and form. Grain size found in the Cikapundung determine the kind of material available at the Cikapundung. Size varying the can be seen from flow discharge. Flow discharge that determinestype of freight carried by the flow of material. The greater the discharge flow will be the larger grain size also can be transported. Grain size that settles on the bottom of the river called the bed load. Flow discharge has important role in the process of bed load. Regime of bed load movement itself is rolling, wheels, ripples, dunes, antidunes, standing waves, jump, chute and pool. Bed load Cikapundungriver is very influential on the flow. Cikapundung river flow speed belongs to the Sub critical flow velocities. Bed load in the Cikapundung also influenced by the roughness on riverbed. Riverbed coarse can influenced the flow velocity. Roughness is also caused by bed load discharge at the bottom of river. If the river had roughness values greater then the velocity flow will be smaller. Flow velocity also has a relationship with roughness, while of the roughness has influence towards bed load which occurs at the base of the river. The greater the flow rate that happens, then the greater the bed load transported by the flow. Bed load material types contained in the flow Cikapundung is sand and very coarse sand.

(6)

vi Azwar Samitra, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Pembatasan Masalah ... 2

I.4 Rumusan Masalah... 2

I.5 Tujuan Penelitian ... 3

I.6 Lokasi Penelitian ... 3

I.7 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Konsep Dasar Aliran ... 6

2.2 Klasifikasi Aliran ... 6

2.3 Aliran Pada Saluran Terbuka ... 12

2.4 Analisa Bed Load Einstein-Barbosa (1952) ... 19

2.4.1 Ukuran dan Bentuk ... 22

2.4.2 Pengukuran Distribusi Ukuran ... 25

2.4.3 Analisa Settling untuk Partikel Kecil ... 25

2.4.3.1 Distribusi Ukuran Partikel... 25

2.4.3.2 Bentuk Partikel ... 28

2.4.4 Kecepatan Jatuh (Fall Velocity) ... 29

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1 Pengukuran kecepatan Aliran ... 34

3.2 Pengukuran Profil Melintang Sungai ... 34

3.3 Pengambilan Sedimen Dasar ... 37

3.4 Proses Pengeringan Sampel ... 37

3.5 Pengujian Laboratorium ... 38

3.5.1 Uji Berat Jenis ... 38

3.5.2 Uji Saringan (Sieve Analysis) ... 44

3.5.3 Uji Hidrometer ... 45

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran ... 49

4.1.2 Pengukuran Profil Melintang Sungai ... 51

4.1.3 Klasifikasi Aliran ... 53

4.1.4 Hasil Pengujian di Laboratorium ... 55

4.1.5 Klasifikasi Jenis Karakteristik Bed Load ... 55

4.1.6 Total Muatan Sedimen Dasar (Total Bed Load Sediment Discharge) ... 56

4.2 Pembahasan Penelitian ... 85

4.2.1 Hubungan Koefisien Kekasaran Sungai dengan Debit Aliran ... 85

4.2.2 Hubungan Koefisien Kekasaran Sungai dengan Total Bed Load ... 87

4.2.3 Hubungan antara Koefisien Kekasaran dan Jari-jari Hidrolis Sungai ... 88

4.2.4 Pengaruh Kecepatan Jatuh terhadap Ukuran Butir d65 ... 89

4.2.5 Hubungan Debit Aliran dan Debit Bed Load ... 91

4.2.6 Formasi Sungai Cikapundung ... 91

4.2.7 Uji Statistik ... 92

4.2.7.1 Uji Statistik Hubungan Koefisien Kekasaran denga Debit Aliran ... 92

4.2.7.2 Uji Statistik Hubungan Debit Aliran dan Bed Load... 94

(8)

viii Azwar Samitra, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

5.1 Kesimpulan ... 100

5.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan suatu

proses alamiyang terjadi secara berkelanjutan. Sungai disamping berfungsi

sebagai mediauntuk mengalirkan air, juga berfungsi untuk mengangkut

material sebagaiangkutan sedimen. Berdasarkan mekanisme pergerakannya,

angkutan sedimen disungai dapat dibedakan sebagai angkutan sedimen dasar

(bed load) dan angkutansedimen layang (suspended load).

Awal gerak butiran sedimen dasar merupakan awal terjadinya angkutan

sedimendi suatu saluran terbuka, dan oleh karenanya merupakan hal penting

dalamperhitungan angkutan sedimen. Awal gerak butiran dasar merupakan

kondisi atasantara aliran tanpa angkutan sedimen dan aliran dengan sedimen

dasar.

Angkutan sedimen yang dialirkan melalui saluran terbuka atau sungai

dapat menyebabkan penumpukan sedimen terutama dibagian hulu sungai.

Angkutan sedimen yang diangkut oleh sungai dapat menyebabkan

pendangkalan pada sungai. Akibat dari pendangkalan sungai tadi, sungai tidak

dapat memaksimalkan fungsinya sehingga dapat menyebabkan banjir.

Sedimentasi mempengaruhi banyak aspek lingkungan-erosi tanah, kualitas

air, pasokan air, pengendali banjir, pengaturan sungai, umur rencana waduk,

permukaan air tanah, irigasi, navigasi, perikanan, pariwisata dan lain-lain.

Dengan banyaknya timbunan sedimen dalam sistem irigasi sering

dijumpai, biasanya dari sungai yang terbebani sedimen. Pengerukan dan

pembersihan endapan tersebut dalam saluran irigasi memakan biaya yang

cukup besar.

Akibat banyaknya faktor masalah yang disebabkan oleh sedimen, maka

(10)

2

Azwar Samitra, 2013

sedimen dengan judul “PENGARUH ALIRAN TERHADAP FORMASI

(11)

3

1.2 Identifikasi Masalah

Bed load(sedimen dasar) memiliki peran penting terjadinya sedimentasi

pada bagian hilir sungai. Faktor-faktor penyebab bed load bisa terjadi karena

faktor alami maupun aktivitas manusia. Berdasarkan asumsi tersebut, maka

dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Angkutan sedimen yang banyak di bawa oleh aliran adalah angkutan

alami dari ekologi sekitar

2. Sedimen dapat menyebabkan tidak maksimalnya fungsi sungai

terutama daya angkutsehingga dapat menyebabkan pendangkalan

sungaidan bisa berakibat banjir.

1.3 Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang telah diuraikan di atas

dan panjangnya Sungai Cikapundung, dengan menyadari keterbatasan yang

ada pada penulis, maka perlu diadakan pembatasan masalah pada ruang

lingkup dalam Tugas Akhir ini yaitu dengan aspek sebagai berikut :

1. Pengukuran tinggi muka air Sungai Cikapundung.

2. Pengukurankecepatan Sungai Cikapundung.

3. Karakteristik jenis bed load yang terdapat di Sungai Cikapundung.

4. Waktu penelitian dan pengambilan sampel dilakukan pada musim

hujan bulan Desember 2012.

5. Pengujian akan dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan

Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat

mengambil beberapa rumusan masalahterkait tentang formasi bed load di

Sungai Cikapundung-Bandung, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik bed load yang terjadi di sungai

(12)

4

Azwar Samitra, 2013

2. Bagaimanabed load sediment dischargeyang terdapat di Sungai

Cikapundung – Bandung.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

untuk mengetahui karakteristik jenisbed load yang ada di Sungai Cikapundung

Untuk mengetahuibed load yang terdapat di Sungai Cikapundung

 Untuk mengetahui formasi dasar di Sungai Cikapundung

1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukandiSungai Cikapundungpada daerah aliran

sungai yang landai. Dalam melakukan penelitian tidak melibatkan seluruh

daerah aliran sungai Cikapundung-Bandung, oleh karena itu ditetapkan

batasan daerah yang dijadikan lokasi penelitian dan tempat pengambilan

sampel sedimen dasar yaitu di Kp. Ranca Bentang RT.03/ RW.06 di koordinat

(13)

5

Gambar 1.1 Titik Lokasi Penelitian

(Sumber : GPS etrek10merk Garmin)

Gambar 1.2 Lokasi Penelitian

(Sumber : googleearth.com)

Titik lokasi pengambilan

(14)

6

Azwar Samitra, 2013

1.1Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada laporan penelitian ini terdiri dari 5 bab,

dimana uraian dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, lingkup penelitian serta

sistematika penulisan laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mencakup segala hal yang dapat mencakup sebagai dasar tema

penelitian, penentuan langkah dan metode penganalisaan yang diambil dari

beberapa pustaka yang memiliki tema sesuai dengan penelitian, untuk melihat

perbandingan tujuan, metode dan hasil analisa yang ada.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan metode-metode yang digunakan untuk mendukung

penelitian yang akan dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi data-data sekunder dan data primer yang diperoleh

langsung dari lapangan baik itu survey pengukuran, pengambilan sampel dan

pengujian di Laboratorium. Hasil analisa ini selanjutnya dibahas secara rinci

untuk memudahkan penarikan kesimpulan hasil penelitian.

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

Pada bab ini disampaikan hasil analisis yang telah dilakukan. Setelah itu

penyusunan rekomendasi guna penanggulangan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

(15)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1Pengukuran Kecepatan Aliran

Pengukuran kecepatan aliran diukur berdasarkan keadaan aliran pada saat

pengambilan sampel sedimentasi.Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali setiap

satu titik, sedangkan di setiap pengkuran ada tiga titik pengkuran yang dilakukan

yang dilakukan. Untuk lebih jelas pengukuran akan dijelaskan seperti gambar

dibawah ini.

Gambar 3.1 Titik pengukuran kecepatan aliran

3.2Pengukuran Profil Melintang Sungai

Pengukuran penampang melintang sungai dilakukan secara manual, dengan

memasang tali yang melintang di atas permukaan air selebar sungai.Kemudian

tali tersebut di ukur kerataannya dengan menggunakan waterpas air.Tali yang

telah dipasang diatas permukaan air tadi kemudian di ukur dengan jarak 25 cm

sebagai batas rai (batas tiap vertical) yang di ikatkan diatas tali dan dibiarkan

jatuh vertikal kebawah sebagai titik tumpu pada saat pengukuran.Kemudian

pengukuran dapat dilakukan dengan memulai dati pinggir tebing sungai

menyusuri tengah sungai hingga ke pinggir sungai seberang dengan jarak 25 cm

tiap rai.

Titik 3

Titik 2

(16)

35

Azwar Samitra, 2013

Gambar 3.2 Profil penampang sungai dengan pembagian rai (Sumber : Foto Ranca bentang, Sungai Cikapundung)

Pengukuran dilakukan perlahan untuk mendapatkan profil melintang sungai

yang dibutuhkan.Pengukuran penampang profil melintang sungai bertujuan untuk

mendapatkan luas area pada penampang sungai.Dan pengukuran ini dilakukan

karena sangat dibutuhkan pada pengolahan data dan termasuk salah satu

parameter yang dibutuhkan.

(17)

36

Gambar 3.4 Penampang melintang sungai (Sumber : Foto Ranca bentang, Sungai Cikapundung)

Dari hasil pengukuran penampang melintang sungai akan didapatkan

bentuk profil melintang Sungai Cikapundung yang diteliti di Kp. Ranca Bentang

di koordinat 48M 0788537 UTM 9239507 BM 7 ELEVASI + 793.

Gambar 3.5 Titik koordinat lokasi penelitian (Sumber: GPS etrek10merkGarmin )

Berdasarkan pengukuran profil melintang sungai maka akan didapatkan

luas penampang basah sungai untuk mencari besar debit (Q) di Sungai

Cikapundung.

189 Cm 202 Cm

92 Cm 1300 Cm

(18)

37

Azwar Samitra, 2013

3.3Pengambilan Sedimen di Dasar Sungai

Pengambilan sedimen dasar sungai dilakukan di tiga titik, yaitu

tepi-tengah-tepi.Tiga titik pengambilan ini diharapkan dapat mewakili sedimen dasar pada

daerah lokasi penelitian.Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

sebuah kaleng.

Gambar 3.6 Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel (Sumber: Foto di Sungai Cikapundung, Ranca Bentang)

Sampel yang telah di ambil akan di keringkan dengan panas matahari

sebelum dibawa ke Laboratorium Mekanika Tanah.

3.4Proses Pengeringan Sampel

Sampel yang diambil dari sungai sebelum dibawa ke laboratorium akan di

keringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan membutuhkan waktu sekitar 3 hari

pada saat musim panas. Proses pengeringan dibutuhkan sebelum diuji

dilaboratorium. Maka proses pengeringan dilakukan secara alami dengan

melakukan pengeringan melalui proses pengeringan di bawah matahari. Karena

kering yang dibutuhkan adalah kering secara alami melalui panas matahari.

Pengeringan melalui proses penjemuran di bawah matahari ini juga dapat

(19)

38

Gambar 3.7 Sedimen yang masih berupa lumpur

Gambar 3.8 Sedimen yang sudah kering

3.5Pengujian Laboratorium

3.5.1 Uji Berat Jenis

Berat jenis (specific gravity) tanah adalah perbandingan antara berat isi

butir tanah terhadap berat isi pada temperatur 4⁰C, tekanan 1 atmosfir.Berat jenis

tanah digunakan pada hubungan fungsional antara fase udara, air, dan butiran

dalam tanah dan oleh karenanya diperlukan untuk perhitungan-perhitungan

(20)

39

Azwar Samitra, 2013

Metoda yang digunakan pada uji berat jenis ini adalah Metode

Erlenmeyer. Metode ini tidak dpat digunakan untuk fraksi kasar dan jenis-jenis

material yang larut dalam air atau jenis tanah dengan berat jenis < 1,0.

Gambar 3.9 Uji berat jenis tanah dengan Erlenmeyer (Sumber : Foto di Laboratorium Mekanika Tanah JPTS UPI)

a. Peralatan

Alat-alat yang digunakan :  Botol Erlenmeyer  Aquades

 Timbangan dengan ketilitian 0.01 g  Termometer

 Alat pemanas berupa kompor listrik  Oven

Evaporating dish dan mangkok porselin

 Pipet volume

(21)

40

Gambar 3.10 Botol Erlenmeyer

(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah JPTS UPI)

b. Persiapan Uji

Dilakukan kalibrasi terhadap Erlenmeyer, yaitu dengan melakukan:

1. Erlenmeyer yang kosong dan bersih ditimbang kemudian diisi aquades

sampai batas kalibrasi (calibration mark).

2. Keringkan bagian luar Erlenmeyer dan juga di daerah leher botol.

3. Erlenmeyer yang berisis aquades ditimbang dan diukur suhunya. Harus

diperhatikan bahwa suhu di dalam botol harus merata.

4. Erlenmeyer dan aquades tadi dipanaskan diatas kompor sampai suhunya

naik 5 - 10⁰C. maka air akan naik melewati batas kalibrasi. Kelebihan air

diambil degan pipet volume, kemudian ditimbang.

5. Dalam melakukan pengukuran suhu, air aquades dalam botol harus kita

aduk dengan batang pengaduk agar suhunya merata.

6. Dengan cara di atas, suhunya dinaikkan lagi 5 - 10⁰C, kelebihan air

diambiil, kemudian ditimbang lagi. Proses ini dilakukan terus sampai

suhunya ± 60°.

7. Hasil yang didpat digambarkan dalam suatu grafik dengan temperature

sebagai absis, berat Erlenmeyer + aquades sebagai ordinat.

Termometer

Batas Kalibrasi

Dinding Erlenmeyer

Larutan Tanah

(22)

41

Azwar Samitra, 2013

Gambar 3.11 Proses menaikkan suhu air di botol Erlemeyer (Sumber :Foto di Laboratorium Mekanika Tanah JPTS UPI)

(23)

42

c. Prosedur Uji

1. Ambil sampel seberat ± 60 gr, yaitu sampel yang lolos saringan No.4. Sampel

tersebut kemudian dicampur dengan aquades di dalam suatu cawan sehingga

menyerupai bubur yang homogen.

2. Adonan sampel yang telah homogeny, kemudiandimasukkan ke dalam

Erlenmeyer dan tambahkan aquades.

3. Erlenmeyer yang berisi larutan tanah dipanaskan di atas kompor listrik

selama ± 10 menit supaya gelembung udaranya keluar.

4. Sesudah itu Erlenmeyer diangkat dari kompor dan ditambah dengan aquades

sampai batas kalibrasi, lalu diaduk supaya suhunya merata.

5. Jika suhunya kurang 45°C, Erlenmeyer dipanaskan sampai 45 - 50°C. Muka

air akan melewati batas kalibrasi lagi, kelebihan air diambil dengan pipet.

Sebelum pengukuran suhu, selalu diaduk supaya suhunya merata.

6. Erlenmeyer direndam dalam suatu dish yang berisi air agar suhunya turun.

7. Aduk kembali agar temperaturnya merata, setelah mencapai suhu 35°C

dikeluarkan daris dish, bagian luar dikeringkan. Disini permukaan air turun

(dari batas kalibrasi) maka perlu ditambahkan aquades sampai batas kalibrasi,

kemudian ditimbang.

8. Suhu diturunkan lagi hingga mencapai 25°C dengan cara yang sama, lalu

Erlenmeyer dikeluarkan, bagian luar dikeringkan, ditambah air hingga batas

kalibrasi dan ditimbang.

9. Sebelum larutan tanah dituang ke dalam dish, timbang terlebih dahulu berat

dish, kemudian tuangkan larutan tanah tersebut ke dalam dish yang telah

ditimbang sebelumnya. Tidak boleh ada tanah yang tersisa dalam

Erlenmeyer, jika perlu bilas dengan aquades hingga bersih.

10.Dish + larutan tanah dioven selama 24 jam dengan suhu 110°C.

11.Berat dish + tanah kering ditimbang sehingga didapatkan berat kering tanah

(Ws).

(24)

43

Azwar Samitra, 2013

Gambar 3.13 Proses memanaskan larutan tanah (Sumber : Foto di Laboratorium Mekanika Tanah JPTS UPI)

Gambar 3.14 Proses penurunan suhu

(25)

44

3.5.2 Uji Saringan (Sieve Analysis)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi ukuran butir tanah

kasar.Sedangkan tujuan dari uji saringan ini adalah mengklafisikasikan tanah butir

kasar berdasarkan koefisien keseragaman (Cu) dan kurva distribusi ukuran butir.

Gambar 3.15 Alat uji saringan (Sieve Shaker)

(Sumber : Foto di Laboratorium Mekanika Tanah JPTS UPI)

a. Peralatan

Alat-alat yang digunakan :

Satu set ayakan (sieve), yang /lengkap dengan saringan dengan urutan ukuran diameter lubang sesuai dengan standar, yaitu no 4, 10, 20 40,80,

150, 200, dan pan  Stopwatch

Timbangan dengan ketelitian 0.01 g Kuas

Shaker (Pengayak)

(26)

45

Azwar Samitra, 2013

Ketentuan untuk ukuran diameter saringan mengikuti standar ASTM D-1140.

Ukuran ayakan yang standar adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Ukuran diameter saringan standar ASTM D-1140

No. Saringan Ukuran Lubang (mm)

4 4.750

10 2.000

20 0.850

40 0.425

80 0.180

120 0.125

200 0.075

b. Prosedur Pengujian

1. Ayakan dibersihkan dengan menggunakan kuas kering, sehingga

lubang-lubang dari ayakan bersih dari butit-butir yang menempel

2. Masing-masing ayakan dan pan ditimbang beratnya

3. Kemudian ayakan tadi disusun menurut nomor ayakan (ukuran lubang

terbesar diatas)

4. Ambil contoh tanah seberat 500 gram, lalu masukkan kedalam ayakan teratas

dan kemudian ditutup

5. Susunan ayakan dikocok dengan bantuan sieve shaker selama kurang lebih 10

menit

6. Diamkan selama 3 menit agar debu-debu mengendap

7. Masing-masing ayakan dengan contoh tanah yang tertinggal ditimbang,

diperoleh berat tanah tertahan

3.5.3 Uji Hidrometer

Analisis hidrometer adalah metode untuk menghitung distribusi ukuran

(27)

46

sedimentasi.Tujuan analisis hydrometer untuk mengetahui pembagian ukuran

butir tanah yang berbutir halus.

Gambar 3.16 Uji Hidrometer

(Sumber : Foto di Laboratorium Mekanika Tanah JPTS UPI)

a. Peralatan

Alat-alat yang digunakan :

 Satu buah hydrometer tipe ASTM – 152 H  Dua buah tabung gelas dengan volume 1000 cc

Stopwatch

Mixer dan mangkoknya

Air gelas (deflocculating agent atau dispering agent), digunakan dengan maksud mencegah penggumpalan butir-butir tanah dalam larutan

 Timbangan dengan ketelitian 0.01 g

 Termometer

Dish

(28)

47

Azwar Samitra, 2013 b. Persiapan Uji

 Siapkan sampel yang lolos saringan No.200

Sampel yang lolos saringan No.200 diberi air dan dicampur dengan dispering

agent berupa sodium hexametaphospate sebanyak 40 gr untuk tiap liter

larutan. Air yang digunakan harus aquades. Kemudian diaduk dengan mixer

selama 15 menit.

Sambil menunggu larutan di mixer, dilakukan koreksi pembacaan hydrometer, yaitu Meniscus Correction dan Zero Correction, dengan cara ;

 Isi tabung gelas dengan aquades volumenya 1000 cc

 Masukkan hydrometer dalam tabung gelas tersebut lalu dilakukan pembacaan pada ujung permukaan hidrometer. Pembacaan ini yang

disebut zero correction, dengan ketentuan bila di atas angka 0 (nol)

berharga negatif (-) dan bila di bawah angka 0 (nol) berharga posiitif

(+).

Meniscus correction diperoleh dengan cara pembacaan permukaan air

yang mendatar dikrangi dengan zero correction.

c. Prosedur Ujiu

1. Larutan dimasukkan kedalam satu tabung gelas dan tambah air hingga

volumenya 1000 cc. tabung gelas yang satu lagi diisi dengan air untuk

tempat hidrometer.

2. Tabung yang berisi larutan sampel dikcocok selama 30 detik, hidrometer

dimasukkan. Pembacaan dilakukan pada menit ke 0, 1, 2, 4 dengan catatan

untuk tiap-tiap pembacaan, hidrometer hanya diperkenankan 10 detik dalam

larutan, selebihnya hidrometer dimasukkan kedalam tabung yang berisi

aquades. Temperatur juga diukur setelah pembacaan.

3. Tabung dikocok lagi dan pembacaan diulang seperti di atas, ini dilakukan 3

kali dan diambil harga rata-ratanya.

4. Setelah ini dilanjutkan pembacaan tanpa mengocok, pembacaan dilakukan

pada menit ke 8, 16, 30, 45, 90, 210, 1290, 1440. Pada tiap-tiap pembacaan

(29)

48

5. Setelah semua pembacaan selesai, larutan dituang ke dalam dish yang telah

ditimbang beratnya. Kemudian dimasukkan dalam oven selama 24 jam pada

temperature 105 -110⁰C untuk mendapatkan berat keringnya.

6. Dari percobaan di atas dapat dan dengan menggunakan chart dapat dibuat

ekuivalennya.

(30)

100

Azwar Samitra, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sungai Cikapundungmerupakanaliransungai yang

sampaisaatinimasihdigunakansebagaikebutuhansehari-haridan air

bakubagimasyarakatsekitarbantaran. Sungai

Cikapundungsudahmulaitercemarolehsampah, sehinggabanyaksampah yang

menumpukdanmengakibatkantidakmaksimalnyafungsisungai.

AliransungaiCikapundungbanyakmembawa material

padasaatbanjir.Banyakjenisangkutaan material yang di

angkutpadasaatbanjirmulaidaributiran yang paling halushinggabutiran yang besar.

Jenis material bed loadyang paling banyak di angkutoleh debit

banjirsungaiCikapundungadalah material coarse sand sebanyak 30.06% di titik I,

33.64% di titik II dan 55.04% di titik III.Jikadilihatdarijumlahpersentase rata-rata

padatiaptitikpengambilan, jenis material bed load yang

banyakdiangkutadalahjenis material pasirkasar (coarse sand).Jenis material

itudibuktikandarihasilujilaboratorium yang

dihasilkandandilihatdariselisihpersentase material yang telahdiuji.

Koefisienkekasaranrata-rata untuksungaiCikapundung yang

ditemukandenganmenggunakanmetode Manning adalah 0.026 (nilai

n).Dengankemiringansungai rata-rata S = 0.00175.

Ukuranbutirmemilikipengaruhterhadapkecepatanjatuh (fall

velocity).Karenasetiapkecepatandapatmengangkuttiapukuranbutirjenis material

sesuaidengankecepatannya.

Untukhubunganantarakoefisienkekasarandengan debit

aliranditarikkesimpulanbahwakoefisienkekasaransungaiberpengaruhterhadap

debit aliran.

Untukhubunganantara debit alirandan debit bed load

(31)

101

5.2 Saran

Sungai Cikapundungmemilikijenis material muatandasar (bed load) yang

sebagianbesarjenismaterialnyaadalahpasirkasar (coarse sand). Material

pasirinibanyakdigunakanolehmasyarakatsekitarsebagaisumbermatapencaharian.

Penelitimenyarankanuntukpenelitianselanjutnyadapatdilakukandenganmeng

gunakan data yang lebihbanyaklagi, sehinggadidapatkanhasildata analisis yang

(32)

102

Azwar Samitra, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010).Laporan Foto Lebih Dekat Dengan Sungai Cikapundung. [Online].Tersedia : http://ebookbrowse.com/1-cover-1-lebih-dekat-dengan-sungai-cikapundung-pdf-d79395119 [12 April 2012]

Anonim.(2010). Laporan Praktikum Analisa Besar Butir. [Online].Tersedia : http:// http://dhamadharma.wordpress.com/2010/10/19/laporan-praktikum-analisa-besar-butir/ [12 April 2012]

Anonim.(2010). Sungai

Cikapundung.[Online].Tersedia:http://radenluki23.comxa.com/1_9_Sunga

i-Cikapundung.html[12 April 2012]

Geo,F. (2010). Bab VPetrologi Batuan Sedimen Klasika. [Online].Tersedia : http://www.scribd.com/doc/77455813/Bab-5-Petrologi-Sedimen-Klastika [12 April 2012]

Iskandar, I.W.P. (2008). Studi Karakteristik Sedimen di Perairan Pelabuhan

Belawan.[online].Tersedia:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1177

7/1/09E00010.pdf

Proyek Revitalisasi Sungai Cikapundung. (2009). Laporan Perencanaan

Kawasan Sungai Cikapundung,Bandung: PT. Jasapatria Gunatama.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air. (2003). Pedoman

Pengelolaan dan Pengukuran Sedimen, Bandung: Puslitbang Sumber

Daya Air

Soewarno. (1991). Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai

(Hidrometri), Bandung: Nova

Gambar

Gambar 1.2 Sumber : googleearth.com)
Gambar 3.1 Titik pengukuran kecepatan aliran
Gambar 3.3 Pengukuran penampang melintang sungai (Sumber : Foto Ranca bentang, Sungai Cikapundung)
Gambar 3.4 Penampang melintang sungai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berdasarkan hasil temuan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa gambaran dari kecerdasan emosional guru di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung

Hasil perhitungan nilai H’ dan E Stasiun 1 yang merupakan hulu Sungai Cikaro adalah 1,08 dan 0,98 (Gambar 5) pada stasiun 2 nilai H’ dan E pada adalah 0

Gambar 4.1 Peta DAS Cikapundung hasil pemetaan ArcGIS Pro 33 Gambar 4.2 Kurva Penurunan Luas Kawasan Tak Terbangun 36 Gambar 4.3 Kurva Debit Sungai dari Hulu ke Hilir Selama 5

Uji yang dilaksanakan adalah pengujian sifat fisis tanah terdiri dari pengujian berat jenis, batas-batas Atterberg dan saringan, serta pengujian sifat mekanis yang mencakup

Adapun data hasil uji laboratorium konsentrasi TSS menggunakan membran keramik dengan konsentrasi serbuk gergaji sebanyak 10% dari berat tanah, dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan

Berdasarkan tingkat pelapukan yang telah diuji secara mekanika batuan bahwa semakin bawah lapisan tanah residual (lapisan 1) maka nilai kuat tekan batuannya semakin tinggi

Hasil pengujian yang telah dilakukan diLaboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik antara lain : Uji untuk mengetahui sifat fisik dan sifat mekanis dari masing-masing jenis tanah

Uji heteroskedastisitas ditunjukkan dengan menggunakan grafik Scatterplot: Sumber: data diolah SPSS 29, 2023 Gambar 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan grafik Scatterplot