• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Dominasi Komponen Komitmen Organisasi pada Anggota Ormas "X" di Jakarta Pusat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Dominasi Komponen Komitmen Organisasi pada Anggota Ormas "X" di Jakarta Pusat."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dominasi komponen komitmen organisasi pada anggota Ormas “X” di Kota Jakarta. Judul dari penelitian ini adalah “Studi Deskriptif Mengenai Dominasi Komponen Komitmen Organisasi Pada Anggota Ormas “X” di Kota Jakarta”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Pengambilan data dilakukan kepada 53 orang anggota dengan menggunakan metode total populasi.

Penelitian ini menggunakan teori komitmen organisasi dari Meyer & Allen (1997). Komitmen organisasi terdiri dari komponen affective, continuance, dan normative. Alat ukur yang digunakan adalah modifikasi dari alat ukur Organizational Commitment Questionaire (OCQ) yang dikonstruksi oleh Meyer & Allen (1997). Uji validitas dilakukan dengan korelasi Rank Spearman, dengan 30 item diterima dengan range 0,308 hingga 0,791. Uji reliabilitas alat ukur diuji dengan Alpha Cronbach.

Hasil pengolahan data menunjukkan 49,1% anggota memiliki komponen komitmen organisasi dominan affective. Dengan demikian tergambar bahwa yang menjadi alasan utama bagi sebagian besar anggota untuk tetap mempertahankan statusnya sebagai anggota Ormas “X” di Kota Jakarta adalah karena didasari oleh keinginan pribadinya sendiri (want to), serta karena merasa nyaman serta menyenangi status sebagai anggota Ormas “X” di Jakarta Pusat. Dominansi komponen komitmen organisasi yang menempati urutan kedua adalah komponen normative commitment yang dimiliki oleh 26,4% anggota. Dominansi komponen komitmen organisasi yang menempati urutan ketiga adalah komponen continuance commitment yang dimiliki oleh 9,4% anggota.

(2)

Abstract

This research is conducted to determine the dominance component of organizational commitment on the members of community organizations “X” in Jakarta city. The title of this research is “A Descriptive Study Regarding Dominance Component Organizational Commitment on The members of Community Organizations“X” in Central Jakarta”. This research used a descriptive methods with a survey technique. Data collection was conducted on 53 members using total methods of population.

This research used the organizational commitment theory of Meyer & Allen (1997). Organizational commitment consists of affective, continuance, and normative components. Measuring instruments used in this research is a modification of Organizational Commitment Questionaire (OCQ) that was constructed by Meyer & Allen (1997). Validity test processed with Spearman’s Rank Correlation obtained 30 acceptable items with range 0,308 to 0,791. Reliability test processed with Alpha Cronbach Methods technique. Calculation of the validity and reliability of measuring instruments performed with SPSS 14.

The results of data processing showed 49,1% of members have a dominant affective organizational commitment. Thus envisaged that the main reason for most members to retain their membership in Community Organizations “X” in Jakarta City is due to their willingness (want to), also because they feel, comfortable to become a members of Community Organizations “X” in Jakarta City. The dominant component of organizational commitment which in second ranks was normative commitment owned by 26,4% members. The dominant component of organizational commitment which in third ranks was continuance commitment owned by 9,4% members.

(3)

ix

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

(4)

x BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komitmen Organisasi ... 15

2.1.1 Component Model of Commitment ... 15

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Komitmen ... 17

2.1.3 Konsekuensi dari Komitmen Organisasi ... 20

2.1.4 Pengukuran Komitmen Organisasi ... 22

2.2 Masa Dewasa Awal ... 23

2.3 Organisasi ... 25

2.4 Organisasi Kemasyarakatan/ Organisasi Massa (Ormas) ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 30

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 30

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30

3.3.1 Variabel Penelitian ... 30

3.3.2 Definisi Operasional ... 31

3.4 Alat Ukur ... 31

3.4.1 Alat Ukur Komitmen Organisasi ... 31

3.4.2 Prosedur Pengisian ... 32

3.4.3 Sistem Penilaian ... 32

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 33

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 34

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 34

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 34

(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

3.6.1 Populasi Sasaran ... 35

3.6.2 Teknik Penarikan Sampel ... 35

3.7 Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 37

4.2 Hasil Penelitian ... 38

4.3 Pembahasan ... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 45

5.2 Saran ... 45

5.2.1 Saran Teoritis ... 45

5.2.2 Saran Praktis ... 46

DAFTAR PUSTAKA... 47

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 32

Tabel 3.2 Pola Skoring Penilaian Item Komitmen Organisasi ... 33

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Bergabung ... 37

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Gender ... 38

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dalam mengusir penjajah di bumi pertiwi, salah satunya adalah organisasi pergerakan Budi Oetomo yang mendapat julukan sebagai garda depan dalam kebangkitan nasional. Peran masyarakat sipil dalam konteks pembangunan bangsa sangatlah vital. Peran masyarakat sipil di Indonesia dalam proses pembangunan, baik secara fisik maupun pembangunan sumber daya manusia, sudah terbukti dalam sejarah perjuangan bangsa. Dikatakan bahwa tanpa organisasi masyarakat (Ormas) maka kemerdekaan Indonesia akan sulit diwujudkan ketika itu (Jeirry Sumampow, S.Th. 2011).

Pada awal kemerdekaan, peran Ormas kembali bangkit dengan maraknya pembentukan organisasi-organisasi kemahasiswaan yang mencapai puncaknya hingga tahun 1970-an. Peran Ormas kembali mengalami kemunduran dengan menguatnya pemerintahan Orde Baru. Undang-Undang No. 8/1985 memang dimaksudkan untuk meredam suara-suara kritis Ormas terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru yang sudah semakin jauh dari kepentingan rakyat banyak.

(10)

2 Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Pada masa itu, Ormas yang tak mau mengikuti kehendak pemerintah dapat dengan segera dibubarkan secara sepihak oleh pemerintah. Setelah Orde Baru tumbang Ormas kembali menunjukkan eksistensinya, pertumbuhan Ormas menjadi sangat pesat dari segi jumlah, ragam kegiatan dan fokus bidang perhatian berdasakan visi, misi dan tujuan masing-masing.

Sepuluh (10) tahun belakangan ini Ormas kemahasiswaan semakin sepi dan kurang diminati (Soehat.2011). Meski organisasi kemahasiswaan pada saat ini kurang diminati dibanding pada zaman dulu, tetapi masih ada juga para mahasiswa yang memiliki ketertarikan untuk bergabung menjadi anggota suatu organisasi kemahasiswaan. Ormas yang masih bertahan sampai saat ini salah satunya adalah Ormas “X”. Ormas “X” memiliki tujuan organisasi yang disebut dengan “Tujuan Perjuangan”.

Ormas “X” ini memiliki kurang lebih 145 cabang yang tersebar di seluruh

Indonesia. Anggota yang tergabung dalam Ormas “X" akan bernaung pada cabang di

kota masing-masing, lalu seluruh cabang akan berinduk pada Presidium yang berpusat di Jakarta. Syarat menjadi anggota Ormas “X” adalah anggota merupakan

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha anggota baru selama 1 (satu) tahun, minimal 3 (tiga) orang. Tugas ataupun kewajiban tersebut harus dilakukan mahasiswa yang telah bergabung menjadi anggota Ormas“X” ini, namun tak jarang dalam pelaksanaan tugas tersebut anggota

organisasi dihadapkan dengan banyaknya tantangan dalam mencapai tujuan organisasi.

Anggota Ormas “X” ini sebagian besar memiliki anggota mahasiswa yang

mengambil fakultas hukum dan Ilmu Politik. Tugas-tugas anggota Ormas “X” terbilang cukup berat, antara lain: anggota organisasi diminta untuk selalu siap dan wajib mengikuti demonstrasi apabila ada isu-isu yang disikapi oleh organisasi tersebut, melakukan diskusi-disikusi di luar organisasi serta merekrut anggota baru, mengadakan rapat level anggota, melakukan misi mengenalkan Ormas “X” yang

diikutinya pada teman-teman di kampusnya maupun lain kampus yang dimana teman-teman anggota belum mengetahui organisasi ini dan belum bergabung pada organisasi kemahasiswaan eksternal lainnya.

Tugas anggota organisasi selain berdemo antara lain yaitu melakukan diskusi-diskusi di luar organisasi serta merekrut anggota baru dan mengadakan rapat level anggota organisasi. Para mahasiswa dituntut untuk melakukan misi mengenalkan Ormas “X” yang diikutinya pada teman-teman di kampusnya maupun lain kampus yang dimana teman-teman anggota belum mengetahui organisasi ini dan belum bergabung pada organisasi kemahasiswaan eksternal lainnya.

(12)

4 anggota dalam berkontribusi seperti bentroknya antara jam berorganisasi dan jam kuliah, serta orangtua yang tidak mengizinkan anaknya untuk berkegiatan organisasi seperti berdemo dan kegiatan organisasi lainnya. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya dana yang terkumpul, koordinasi sesama anggota yang kurang optimal, dan hasil yang kurang memuaskan.

Meski banyak kendala dalam organisasi, namun banyak juga anggota yang masih mau melakukan tugasnya secara optimal seperti mengundurkan diri dari pekerjaan sampingan mereka, mau rapat sampai larut malam sampai menginap di sekre berhubung rapat yang mereka lakukan tanpa batasan waktu, dan mau mengorbankan jam main, tenaga, usaha mereka untuk berorganisasi, serta menyisihkan sebagian uangnya untuk membayar uang kas yang sudah ditentukan.

Teori yang membahas alasan akan ketertarikan dan keterlibatan mahasiswa untuk mengikuti sebuah organisasi inilah yang disebut sebagai teori komitmen organisasi. Beberapa penelitian mengenai teori komitmen organisasi dilakukan pada anggota organisasi volunteer doctors yang diteliti oleh Derryna Nadhira Putri (2015) Universitas Padjajaran dan pada Pengurus BEM Kema Unpad yang diteliti oleh Rian Oktora (2015) Universitas Padjajaran, diantara keduanya didapatkan hasil dominasi terbanyak adalah affective commitment. Menurut Meyer & Allen (1991), komitmen organisasi adalah unsur psikologis yang menunjukkan karakteristik relasi antara anggota dengan organisasi dan implikasi anggota untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Terdapat 3 komponen model dari komitmen yaitu: affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.

(13)

5

Universitas Kristen Maranatha Ormas melibatkan afeksi terhadap organisasi yang diikutinya. Komponen kedua adalah continuance commitment yang didasari oleh pertimbangan anggota Ormas

“X” yang akan mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi sehingga anggota

akan tetap mempertahankan keberadaannya dalam organisasi yang diikutinya, sedangkan komponen ketiga yakni normative commitment yang didasari oleh perasaan keterikatan dan keyakinan anggota untuk terus berada dalam Ormas ”X” sebagai bentuk tanggungjawab dan kewajiban.

Berdasarkan hasil survey awal kepada 10 anggota, 50% (5 anggota) merasa tertarik dan menyenangi organisasi, dengan bergabung dalam organisasi ini anggota merasa memiliki teman, kakak dan adik serta saudara yang akrab dan tentunya memberikan rasa nyaman yang dapat menimbulkan ikatan emosional yang erat dengan organisasinya. Hal tersebut mendorong para anggota untuk menjaga dan mengembangkan Ormas “X” ini dengan segenap hati mereka. Para anggota selalu berusaha hadir dalam rapat level anggota, mengikuti setiap program organisasi, dan berperan serta dalam mengerjakan tugas-tugas organisasi dengan maksimal. Anggota yang memiliki affective commitment akan bertahan dalam organisasi karena mereka memang menginginkan hal itu.

(14)

6 continuance commitment akan bertahan dalam organisasi karena didasarkan

perhitungan untung rugi.

Sebanyak 20% (2 anggota) merasa wajib untuk tetap bertahan dalam organisasi karena anggota merasa sudah terikat dan terkontrak untuk mengabdi pada organisasi ini, serta sudah seharusnya anggota memberikan segala upaya dan usaha anggota pada organisasi ini secara maksimal. Anggota yang memiliki normative commitment akan bertahan dalam organisasi karena merasa memang sudah

seharusnya, semua tugas dan tanggung jawab anggota akan dilakukan dengan baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai komitmen organisasi pada anggota Ormas “X” di Kota Jakarta Pusat.

1.2 Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui gambaran mengenai dominasi komponen komitmen organisasi yang dimiliki pada Anggota Ormas “X” di Jakarta Pusat.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

(15)

7

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran dominasi komponen komitmen organisasi pada Anggota Ormas “X” di Jakarta Pusat, melalui komponen affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi di bidang ilmu psikologi sosial mengenai gambaran dominasi komponen komitmen organisasi pada organisasi kemasyarakatan (Ormas).

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai komitmen organisasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi pada anggota Ormas “X” mengenai dominasi komponen

komitmen organisasi yang dimiliki beserta faktor-faktor yang memengaruhinya.

2. Memberikan informasi kepada Presidium Ormas “X”dan Ketua Organisasi Dewan

Pengurus Cabang (DPC) Ormas “X” mengenai dominasi komponen komitmen

organisasi yang ada di dalam Ormas “X” sehingga dapat digunakan sebagai bahan

(16)

8 1.5 Kerangka Pikir

Anggota Ormas “X” berusia antara 20 hingga 24 tahun. Individu dalam rentang usia tersebut termasuk dalam tahap perkembangan dewasa awal, yang ditandai dengan adanya perjuangan antara ketertarikan pada kemandirian dan menjadi terlibat secara sosial (Santrock, 2002). Permulaan dari masa dewasa awal adalah kemandirian dalam membuat keputusan, seperti halnya pada anggota Ormas “X” yang memutuskan untuk masuk ke dalam organisasi kemasyarakatan yang

dijalaninya saat ini, selain itu individu masa dewasa awal ditandai dengan adanya ketertarikan menjadi terlibat secara sosial hal ini ditunjukkan oleh anggota Ormas“X” yang dimana para anggota ini melakukan berbagai tugas maupun kegiatan dengan bersama-sama anggota lainnya seperti demo, diskusi di luar organisasi, rapat level anggota, merekrut anggota baru,mencari dana,serta mempersiapkan acara organisasi.

Individu pada usia ini diharapkan sudah dapat menerima tanggungjawab sebagai anggota organisasi yang mampu menyelesaikan segala permasalahan yang menyangkut organisasi yang dijalaninya serta pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut kehidupannya secara mandiri yakni memutuskan untuk masuk dan berbakti pada Ormas “X” ini. Perkembangan dalam masa dewasa awal sering melibatkan keseimbangan yang membingungkan antara keintiman dan komitmen pada satu sisi, dan kemandirian dan kebebasan disisi yang lain (Mc Adams, dalam Santrock 2002). Seiring menjadi dewasa, individu akan membuat komitmen-komitmen yang baru dalam hidupnya secara mandiri. Para anggota Ormas “X” merupakan individu dewasa awal yang mampu menentukan pilihannya sendiri untuk bergabung di dalam Ormas “X”, meski anggota memiliki tanggungjawab lain

(17)

9

Universitas Kristen Maranatha Anggota Ormas “X” harus memiliki komitmen agar mampu bertahan serta mau peduli dan berjuang demi kemajuan Ormas “X”. Berkembang atau tidaknya

suatu organisasi bergantung kepada para pengurus dan anggotanya. Pemberian gagasan serta ide untuk perkembangan organisasi serta mampu menunjukkan hasil kerja yang optimal membuat organisasi akan berkembang lebih maju. Menurut Meyer dan Allen (1997), komitmen organisasi merupakan keterikatan dan keterlibatan anggota terhadap organisasi, yang ditunjukkan dengan anggota tetap bertahan dalam organisasi meskipun mengalami kesulitan dan masalah dalam pekerjaannya, bekerja secara teratur, melindungi aset organisasi dan ikut serta dalam usaha pencapaian tujuan organisasi.

Meyer & Allen (1997) komitmen organisasi adalah unsur psikologis yang menunjukkan karakteristik relasi antara anggota dengan organisasi dan implikasi anggota untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Komitmen organisasi dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu: Affective Commitment, Normative Commitment, dan Continuance Commitment. Setiap komponen tidak dapat

dijumlahkan dengan komponen yang lainnya, dan tidak dapat dijadikan dalam satu kesimpulan karena setiap komponen didasari oleh motif yang berbeda. Di antara ketiganya pun tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk karena jika komitmen organisasi pada tiap komponen berada pada level tinggi, maka kualitas pekerjaannya pun akan baik.

Komponen yang pertama adalah affective commitment. Komitmen ini berasal dari keinginan (want to) anggota untuk tetap berada di Ormas “X” karena kemauan sendiri, anggota menikmati keanggotaannya dan memutuskan untuk berada dalam organisasi. Anggota Ormas “X” merasa memiliki teman atau saudara yang akrab

(18)

10 Ormas “X” yang memiliki affective commitment, mempunyai kedekatan emosional yang erat terhadap organisasi, merasa organisasi dan seluruh komponennya adalah tempat yang nyaman untuk berorganisasi.

Komponen yang kedua adalah continuance commitment. Anggota yang bertahan di organisasi tersebut didasari oleh (need to) kebutuhan yang menguntungkan anggota organisasi yakni anggota diuntungkan dengan adanya tempat nongkrong/basecamp, memiliki banyak teman dan dikenal dikalangan organisasi (eksistensi), memakai fasilitas sekre, menghadiri dan bertemu langsung dengan pejabat negara melalui kegiatan organisasi, mendapatkan perlindungan hukum dari organisasi serta adanya kesempatan untuk memperluas pemikiran dan pengalaman melalui kegiatan dan tugas organisasi. Anggota Ormas “X” yang memiliki continuance commitment akan bertahan dalam organisasi, bukan karena alasan

emosional, tapi karena adanya kesadaran dalam individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi. Anggota akan menjadi bagian dari organisasi untuk menghindari kerugian. Ormas “X” yang memiliki continuance commitment akan tetap bergabung dengan organisasi, bukan karena keterikatan

emosional, tetapi karena pertimbangan kerugian yang akan mereka peroleh jika keluar.

(19)

11

Universitas Kristen Maranatha organisasi. Normative commitment menimbulkan perasaan kewajiban pada anggota untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisasi. Anggota

Ormas “X” yang memiliki normative commitment akan tetap bertahan dalam

organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau tugas yang memang sudah sepantasnya dilakukan atas benefit yang telah diberikan organisasi.

Meyer & Allen (1997) mengungkapkan lebih lanjut bahwa setiap individu memiliki dominasi komponen komitmen yang berbeda-beda. Hal ini didasarkan pada derajat komponen yang dapat berbeda-beda pada masing-masing pengurus inti organisasi. Perilaku yang ditampilkan oleh masing-masing pengurus inti mungkin sama, namun alasan yang mendasari seseorang berperilaku demikianlah yang akan berbeda sesuai dengan derajat dominasi komponen komitmen organisasi masing-masing individu.

Komponen komitmen yang paling menonjol dari diri para anggota tersebut yang pada akhirnya akan memberikan corak pada dominasi komponen komitmen yang akan ditampilkan oleh anggota tersebut. Komponen yang paling menonjol itu yang dikatakan oleh Meyer & Allen, akan menjadi dasar keterikatan komitmen seseorang terhadap organisasi dimana mereka berada. Hal tersebutlah yang akan menentukan atau menjadi alasan utama mengapa seseorang mempertahankan keanggotaannya di dalam suatu organisasi. Perbedaan derajat komitmen tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu karakteristik organisasi, karakteristik individu, dan pengalaman kerja (Meyer & Allen, 1997).

(20)

12 tersebut. Senioritas sering akan membawa keuntungan yang mengarah pada pengembangan sikap kerja yang baik sehingga akan muncul keinginan untuk memberikan contoh yang baik pada anggota baru. Semakin lama anggota berada dalam organisasinya, maka semakin timbul rasa keterikatan terhadap organisasi tersebut sehingga komitmen terhadap organisasi pun akan semakin kuat.

Faktor kedua yang memengaruhi komitmen organisasi adalah karakteristik organisasi meliputi struktur organisasi dan kebijakan organisasi. Struktur organisasi berpengaruh terhadap affective commitment, seperti keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi akan berpengaruh terhadap kuatnya affective commitment seseorang. Kebijakan organisasi juga menciptakan korelasi

yang positif antara persepsi keadilan peraturan dan affective commitment. Sejumlah kebijakan di dalam organisasi seperti pendelegasian tugas yang dirasakan adil dan bermanfaat bagi para anggotanya, akan menimbulkan efek yang positif bagi affective commitment. Anggota yang merasa puas dengan keadilan dalam pembagian tugas

organisasi akan merasa nyaman, tetapi jika anggota tidak merasa puas dengan keadilan akan cenderung tidak akan bertahan lama di organisasi.

Faktor ketiga yang memengaruhi komitmen organisasi adalah pengalaman selama masa berorganisasi, meliputi tantangan tugas organisasi dan fasilitas organisasi, hubungan antara anggota dengan ketua dan sosialisasi yang dilakukan para anggota. Tugas organisasi yang bervariasi dan menantang serta tersedianya fasilitas yang dapat membantu jalannya tugas organisasi dapat memacu komitmen anggota terhadap Ormas “X”, anggota yang menganggap tugas-tugas organisasinya

(21)

13

Universitas Kristen Maranatha Selain itu relasi anggota dengan ketua juga membangun affective commitment Ormas “X”. Anggota yang diberikan kepercayaan serta kesempatan oleh ketua

seperti ketua mau mendengarkan masalah atau keluh kesah yang menimpa anggota dalam Ormas “X” akan mengembangkan affective commitment yang kuat (e.g., Jermier dan Berkers, 1979; Rhodes dan Steers, 1981) dan ketua yang memberikan perhatian (e.g., Bycio et al., 1995; DeCotiis dan Summers, 1987) serta bersikap adil (e.g., Meyer dan Allen, 1990) terhadap semua anggota akan menghasilkan anggotayang memiliki affective commitment yang kuat.

Pengalaman sosialisasi yang dialami seorang anggota dikatakan dapat memengaruhi normative commitment. Anggota yang mampu bersosialisasi dengan baik saat pertama kali bergabung menjadi anggota dalam organisasi secara formal akan menjadi sebuah kepercayaan yang akan meningkatkan loyalitas anggota tersebut terhadap Ormas “X”.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat disusun dalam bagan berikut :

(22)

14

1.6 Asumsi Penelitian

 Komitmen organisasi dari para Anggota Ormas “X” terdiri dari tiga komponen, yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.  Dengan derajat yang berbeda–beda dari ketiga komponen komitmen organisasi

tersebut maka dihasilkan dominasi komponen komitmen organisasi yang berbeda-beda bagi setiap Anggota Ormas “X”.

(23)

45

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Setengah dari jumlah anggota Ormas “X” di Jakarta memiliki dominasi komponen affective commitment.

2. Setengah dari jumlah anggota Ormas “X” di Jakarta tetap mempertahankan keanggotaannya dikarenakan keinginan anggota sendiri untuk tetap bertahan dalam organisasi tersebut, anggota menikmati keanggotaannya serta memutuskan untuk tetap berada di dalam organisasi berdasarkan kesesuaian dengan pemikiran, tujuan, serta nilai organisasi.

3. Pada penelitian ini juga didapatkan data adanya campuran 2 dominasi komponen komitmen organisasi yaitu affective commitment & continuance commitment serta affective commitment & normative commitment.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan:

5.2.1 Saran Teoritis

(24)

46 menambahkan faktor-faktor yang mempunyai peran dalam mendorong berkembangnya komitmen tertentu pada anggota organisasi.

2. Peneliti yang tertarik untuk meneliti mengenai dominasi komponen komitmen organisasi dapat melakukan penelitian dengan memperbanyak sampel penelitian. 5.2.2 Saran Praktis

1. Disarankan kepada ketua Presidium Ormas “X” dan Ketua Anggota DPC untuk meningkatkan kualitas komitmen yang dimiliki setiap anggota dengan mengadakan acara seminar yang mendatangkan narasumber yang handal di bidangnya.

2. Disarankan kepada anggota Ormas “X” untuk sering mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan semangat dan kebersamaan antar anggota maupun terhadap ketua anggota dalam lingkup organisasi seperti acara rekreasi bersama.

(25)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DOMINASI KOMPONEN

KOMITMEN ORGANISASI PADA ANGGOTA ORMAS “X”

DI JAKARTA PUSAT

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh: ESTER ELINDA

NRP: 1130076

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

(26)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas Kasih Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Dominansi Komponen Komitmen Organisasi Pada

Anggota Ormas “X” di Jakarta Pusat“. Ada pun tujuan penyusunan laporan penelitian ini adalah sebagai tugas akhir untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah skripsi. Selama penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. O. Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. M. Yuni Megarini Cahyono, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing utama dan Stella Sriwulandari, S.Psi. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran untuk membimbing, memberikan bantuan, dukungan, serta arahan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ketua Presidium Nasional Ormas “X”, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC), dan anggota Ormas “X” di Jakarta atas kesediaannya memberikan informasi.

4. Kedua orangtua tercinta, papa dan mama yang selalu memberikan kasih sayangnya kepada peneliti, yang senantiasa mendoakan, dan selalu memberikan dukungan kepada peneliti.

(27)

viii 6. Abang Iman yang selalu menemani peneliti dan memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, khususnya Bang Ari, Kak Ambar, Kak Rara, Kak Susan, Anandita, Immanuel, Effie, Dewinda yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu peneliti menerima kritik dan saran agar skripsi ini dapat diperbaiki kembali.

Akhir kata, peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang membutuhkan.

Bandung, November 2016

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Meyer, John P & Natalie J. Allen. (1997). Commitment in the workplace: Theory, research, and application. United States of America: Sage Publications, Inc.

Santrock, John. (2002). Life-Span Development. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John. (2011). Life-Span Development. (edisi ke-13). Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

(29)

48

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Ali. (2008). UU Ormas, Riwayatmu Kini. (Online). http: //www.hukumonline.com/ berita/ baca/hol19452/uu-ormas-, diakses pada tanggal 25 Agustus 2016). Apriani, Senny. (2015). Ini Bedanya Ormas Kepemudaan Dulu dan Sekarang.

(Online).http://www.wartapriangan.com/ini-bedanya-ormas-kepemudaan-dulu-dan-sekarang/14691/, diakses pada tanggal 5 September 2016).

Kato, Lina. (2015). Pengertian & Contoh Organisasi Sosial Masyarakat Menurut Ahli. (Online). http://www.ilmupsikologi.com/2015/10/pengertian-dan-contoh-organisasi-sosial-masyarakat-menurut-para-ahli.html, diakses pada tanggal 5 September 2016).

Osa, Stefanus. (2015). UU Ormas, Dulu, dan Sekarang. (Online). http: //print. kompas. com/baca /politik/2015/11/12/UU-Ormas%2c-Dulu-dan-Sekarang, diakses pada tanggal 2 September 2016).

Oktora, Rian. (2015). Gambaran Komitmen Organisasi Pada Pengurus BEM Kema Unpad Kabinet Inspirasi Tahun 2015. (Jurnal Online). http://repository.unpad.ac.id/21907/, diakses pada tanggal 5 september 2016).

Prasidha, Gisela Kanya. (2015). Studi Deskriptif Mengenai Dominansi Komponen Komitmen Organisasi Pada Anggota Maranatha Christian University Choir di Kota Bandung. (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Pusdatin. (2015). Perlu Pemberdayaan Ormas Hadapi Perkembangan Dunia Global. (Online).http://www.kemendagri.go.id/article/2015/03/09/perlu-pemberdayaan-ormas-hadapi-perkembangan-dunia-global, diakses pada tanggal 26 Agustus 2016).

Putri, Derryna Nadhira. (2015). Gambaran Organizational Commitment Pada Anggota Organisasi Volunteer Doctors. (Jurnal Online).

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Gambaran-Organizational-Commitment.pdf , diakses pada tanggal 5 september 2016). Rizkia, Septia Annu. (2016). Sejarah Arus Perjalanan “X” (Online).

http://www.academicindonesia.com/sejarah “X” /, diakses pada tanggal 20 November 2016).

Soelistiyani, Soerhapsari Simbarsiladri. (2016). Studi Deskriptif Mengenai Dominasi Komponen Komitmen Organisasi Pada Guru SMK “X” Di Kota Subang (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Soehat. (2011). Lintasan Sejarah “X”. (Online).

(30)

49 Sucahyowati, Hari. (2009). Komitmen Organisasi. (Online). https:// harisucahyowati. wordpress.com/2009/11/08/komitmen-organisasi/, diakses pada tanggal 5 September 2016).

Gambar

Tabel 4.1
Gambar 3.1
Tabel Data Mentah ...................................................................  L-14
Gambar 1.1  Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lainnya dilakukan Wirastuti (2013) dengan topik “Analisis Kesalahan Berbahasa pada Penulisan Latar Belakang Skripsi Mahasiswa Non Bahasa dan

Pola Penggunaan Lahan di Wilayah Kerja BPDAS Benain Noelmina Tahun 2007 (Tahun Terakhir). Statistik Pembangunan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Benain Noelmina Tahun

Bentuk pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap etnis Rohingya dengan melakukan pembiaran tidak bertindak pada situasi yang terjadi, aparat polisi dan militer

Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh padat tebar tinggi terhadap kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan ikan untuk menentukan padat tebar maksimal ikan lele dumbo dengan

Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi.. Pemberian

Kepala mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam melaksanakan kegiatan teknis operasional dinas di bidang teknik penataan ruang bangunan, gedung, perumahan,

Berdasarkan hasil isolasi dan seleksi jamur pendegradasi amilosa pada empelur tanaman sagu ( Metroxylon sago Rottb.), dapat disimpulkan bahwa diperoleh empat jenis