• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELIBATAN MASYARAKAT DAN LINTAS SEKTORAL DALAM MANAJEMEN PENGEMBANGAN/ PEMBINAAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH : Studi pada PKBM di lingkungan Pendidikan Masyarakat Kantor W

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PELIBATAN MASYARAKAT DAN LINTAS SEKTORAL DALAM MANAJEMEN PENGEMBANGAN/ PEMBINAAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH : Studi pada PKBM di lingkungan Pendidikan Masyarakat Kantor W"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT

(PKBM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS

PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

(Studi pada PKBM di lingkungan Pendidikan Masyarakat Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Propinsi Jawa Barat)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

dalam Bidang Administrasi Pendidikan

Drs. H. MAMAT RACHMATULLOH 989557

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG
(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Prof. DR. H. ABIN SYAMSUDIN MAKMUN. MA

Pembimbing I

Prof. DR. H. ISHAK ABDULHAK. M.Pd

Pembimbing II

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(3)

H. Mamat Rachmatulloh (2000), Pengaruh Pelibatan Masvarakat dan Lintas

Sektoral dalam Manajemen Pengembangan/ Pembinaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terhadap Peningkatan Kualitas Program

Pendidikan Luar Sekolah.

Pendidikan Luar Sekolah di dalam perkembangannya menghadapi bebagai permasalahan baik disebabkan oleh faktor jangkauan pelayanan,

efisiensi internal dan eksternal serta pengelolaan. Faktor-faktor tersebut

merupakan kendala dan berpengaruh terhadap keberhasilan peningkatan

kualitas program pendidikan luar sekolah.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai inovasi manajemen

dalam pengembangan/ pembinaan PKBM yang berbasis masyarakat secara

konseptual ditujukan dalam upaya meningkatkan kualitas program-program pendidikan luar sekolah dimana dalam pengembangan/ pembinaannya

melibatkan masyarakat dan lintas sektoral.

Dalam upaya menggali informasi sejauhmana hubungan pelibatan masyarakat dan lintas sektoral pengaruhnya terhadap program-program

pendidikan luar sekolah, maka masalah penelitian yang diselidiki dalam studi ini adalah "Apakah pelibatan masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen

pengembangan/ pembinaan PKBM berpengaruh terhadap peningkatan

kualitas program-program pendidikan luar sekolah? ".

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan antara keterlibatan masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen

pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program

pendidikan luar sekolah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan teknik pengumpulan data melalui angket dengan Skala Likert. Sebagai objek penelitian adalah seluruh PKBM yang ada di Jawa Barat dengan sampel 103

PKBM (60% dari populasi 172 PKBM).

Temuan hasil analisis data dari penelitian ini adalah :

1. Korelasi pelibatan masyarakat (X|) terhadap kualitas penyelenggaraan

program pendidikan luar sekolah (Y) adalah sebesar 0.38 (koefisien

determinasi 0.144 x 100 = 14.4%).

(4)

determinasi 0,036 x 100 = 3,6%).

3. Korelasi joint effect X]X2 terhadap kualitas penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah (Y) adalah sebesar 0,28 (koefisien determinasi

0,0784 x 100 - 7,8%).

Hubungan korelasional tersebut Xi atas Y signifikan pada taraf kepercayaan 99%, kemudian X? atas Y signifikan pada taraf kepercayaan 95%, dan joint effect (X]X2) atas Y signifikan pada taraf kepercayaan 99%, dengan persamaan regresi sederhana X| atas Y, Y=34,64 + 0,52Xi, regresi sederhana

X2 atas Y, f =62,13 + 0,17X2, dan regresi ganda X,X2 atas Y, 7 =

325,07-2,4X, + 0,85X2.

Implikasi penelitian. Inovasi manajemen dalam pengembangan/ pembinaan pendidikan luar sekolah melalui PKBM merupakan indikasi terjadinya perubahan kualitas penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah. Di mana pelibatan masyarakat dan lintas sektoral merupakan faktor substansi yang ada pengaruhnya dengan peningkatan kualitas tersebut. Kemudian rekomendasi dari penelitian ini adalah peran para penyelenggara PKBM dan para petugas Pendidikan Masyarakat sangat menentukan, sehingga

harus betul-betul memahami konsep-konsep PKBM dan mampu dalam

(5)

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

1. Pendidikan Luar Sekolah dalam Sistem

Pendidikan Nasional 1

2. Permasalahan dalam Pendidikan Luar Sekolah .... 4 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 15

1. Pembatasan Masalah 15

2. Perumusan Masalah 17

C. Tujuan Penelitian 18

D. Kegunaan Penelitian 18

1. Secara Teoritik 18

2. Secara Praktis 19

E. Anggapan Dasar 20

F. Hipotesis 21

G. Definisi Operasional 22

H. Paradigma Penelitian 25

I. Sistematika Tesis 32

BAB II LANDASAN TEORITIS PENELITIAN

A. Pengelolaan Pendidikan Luar Sekolah 34

1. Konsep Administrasi/ Manajemen Pendidikan ... 34

2. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 38

3. Manajemen Pendidikan Luar Sekolah 62 4. Fungsi Manajemen dalam Pendidikan Luar

Sekolah 64

(6)

1. Konsep PKBM 67

2. Pengelolaan PKBM 78

C. Pelibatan Masyarakat dan Lintas Sektoral dalam

Pengembangan/ Pembinaan PKBM 81

1. Pelibatan Masyarakat 83

2. Pelibatan Pemerintah (Lintas Sektoral) 86

3. Pengembangan/Pembinaan 90

4. Koordinasi dalam Pendidikan Luar Sekolah 97 D. Telaah Penelitian Relevan 103

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian 107

B. Variabel Penelitian 108

C. Populasi dan Sampel Penelitian 109

1. Populasi Penelitian 109

2. Sampel Penelitian Ill

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 112

1. Teknik Pengumpulan Data 112

JL_

Alat Pengumpulan Data

112

3. Ujicoba Alat Pengumpul Data 116

4. Deskripsi Kegiatan Ujicoba 118

E. Mengukur Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penelitian 119

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian 119 2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian 127

F. Pengemasan Pengolahan Data 129

1. Prosedur pengolahan dan analisa data 129 2. Cara Pengolahan dan Analisis Data 131

3. Teknik Analisis Data 132

G. Pelaksanaan Penelitian 133

1. Persiapan 133

(7)

B. Analisis Regresi Sederhana 137

C. Analisis Regresi Ganda 142

D. Pengujian Koefisien Korelasi (X]X2)

terhadap Y 144

BAB V PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian 146

B. Pembahasan 148

1. Pelibatan Masyarakat 149

2. Pelibatan Lintas Sektoral 151

3. Pengukuran Pelibatan Masyarakat dan

Lintas Sektoral 153

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 160

B. Implikasi 161

C. Rekomendasi 164

DAFTAR KEPUSTAKAAN 166

LAMPIRAN-LAMPIRAN 169

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 242

(8)

TABEL 1 PERBEDAAN KARAKTERISTIK

PROGRAM-PROGRAM 48

TABEL 2 PERBEDAAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR

SEKOLAH DAN PROGRAM PENDIDIKAN SEKOLAH ... 51

TABEL 3 PERHITUNGAN NILAI SKALA KATEGORI JAWABAN

UNTUK PERNYATAAN POSITIF (ITEM SKALA

PELIBATAN MASYARAKAT) 122

TABEL 4 PERHITUNGAN NILAI SKALA KATEGORI JAWABAN UNTUK PERNYATAAN NEGATIF (ITEM SKALA

PELIBATAN LINTAS SEKTORAL) 125

TABEL 5 DATA HASIL UJI VALIDITAS ANTAR PENILAI 127

TABEL 6 HASIL UJICOBA RELIABILITAS 128

TABEL 7 HASIL UJI NORMALITAS DISTRIBUSI 137

TABEL 8 REKAPITULASI UJI URUN RELATIF VARIABEL BEBAS

(X,X2) ATAS Y (VARIABEL TERIKAT)

143

TABEL 9 REKAPITULASI NILAI KOEFISIEN KORELASI

VARIABEL BEBAS (X,X2) ATAS VARIABEL

TERIKAT (Y) 144

TABEL 10 DATA TEMUAN PENELITIAN PENGARUH VARIABEL

BEBAS (X,X2) TERHADAP VARIABEL TERIKAT (Y)

147

(9)
[image:9.595.75.486.127.669.2]

GAMBAR 1 PARADIGMA PENELITIAN 31

GAMBAR 2 DESAIN PENELITIAN 109

GAMBAR 3 PENGARUH VARIABEL X, TERHADAP Y 138

GAMBAR 4 REGRESI Y ATAS X, 139

GAMBAR 5 PENGARUH VARIABEL X2 TERHADAP Y 140

GAMBAR 6 REGRESI Y ATAS X2 141

GAMBAR 7 PENGARUH X,X2 TERHADAP Y 145

(10)

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17

ITEM DATA HASIL UJICOBA ANGKET 171

REKAPITULASI DATA AWAL (ROW SCORE) PADA

SAMPEL PENELITIAN 188

KISI-KISI PENELITIAN 191

SAMPEL UJICOBA 194

HASIL SELEKSI ITEM SKALA PELIBATAN

MASYARAKAT 195

DATA SAMPEL PENELITIAN SKOR PELIBATAN

MASYARAKAT (X,), SKOR PELIBATAN LINTAS

SEKTORAL (X2), DAN KUALITAS PROGRAM PLS (Y).... 201

REKAPITULASI DATA AWAL HASIL UJICOBA

INSTRUMEN PENELITIAN 204

UJI NORMALITAS DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR VARIABEL X, (PELIBATAN MASYARAKAT) 205

UJI NORMALITAS VARIANS SKOR VARIABEL X2

(PELIBATAN LINTAS SEKTORAL) 207

UJI NORMALITAS VARIANS SKOR VARIABEL Y

(KUALITAS PROGRAM PLS) 209

ANALISIS REGRASI LINIER SEDERHANA 211 PERHITUNGAN RELIABILITAS ANTAR PENILAI UNTUK PERNYATAAN SKALA PELIBATAN MASYARAKAT

OLEH TIGA PENIMBANG 216

PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN

PELIBATAN MASYARAKAT 223

PERHITUNGAN KOEFISIEN KORELASI ANTARA

SKOR PELIBATAN LINTAS SEKTORAL (X2)

DENGAN SKOR KUALITAS PROGRAM PLS (Y) 230

ANALISIS REGRESI GANDA 234

PENGUJIAN KOEFISIEN KORELASI (X2 THD Y) 239 REKAPITULASI JUMLAH PKBM SE INDONESIA 241

(11)

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

1. Pendidikan Luar Sekolah dalam Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan Luar Sekolah sebagai sub sistem dari pendidikan nasional

menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan bagi

perannya di masa yang akan datang.

Pendidikan Luar Sekolah dalam Sistem

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka

upaya mewujudkan tujuan Nasional. Selanjutnya pendidikan luar sekolah

bersama pendidikan sekolah memiliki kedudukan dan tanggung jawab

bersama dalam mewujudkan tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 1991 tentang

Pendidikan Luar Sekolah dapat dikemukakan bahwa :

(12)

meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental

yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah

atau melanjutkan ke tingkat dan/ atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidkan sekolah".

Sasaran pendidikan luar sekolah adalah : 1) Warga masyarakat yang

membutuhkan pendidikan karena berbagai hal tidak dapat atau tidak sempat

mengikuti pendidikan di jalur sekolah sepenuhnya. 2) Warga masyarakat yang

ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang tidak dapat diperoleh

pada jalur sekolah. 3) Warga masyarakat yang akan/ sudah bekerja tetap

menuntut persyaratan tertentu yang tidak diperoleh dari jalur pendidikan

sekolah. 4) Warga masyarakat yang ingin melanjutkan pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

luar sekolah dalam Sistem Pendidikan Nasional adalah mempunyai fungsi

utama yaitu untuk menyiapkan,

meningkatkan,

mengembangkan,

dan

membina sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan,

sikap dan daya saing untuk merebut peluang yang tumbuh dan berkembang

(13)

agar memiliki kecerdasan, keterampilan, kemandirian, dan sikap sehingga

masyarakat mampu menghadapi dan menyongsong perubahan yang datang

dengan cepat yang mungkin tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.

Sejalan dengan penjelasan di atas, tepatlah Direktorat Pendidikan

Masyarakat menetapkan Visi Pendidikan Luar Sekolah yaitu

mewujudkan

masyarakat yang cerdas, terampil, mandiri, berdaya saing dan gemar belajar.

Sedangkan Misi yang harus diemban adalah

memasyarakatkan belajar dan

membelajarkan masyarakat, sehingga terwujud masyarakat yang memiliki

budaya gemar belajar dan bekerja.

Aparat yang bertugas melaksanakan pembinaan pendidikan luar sekolah

tersebut adalah, Direktorat Pendidikan Masyarakat yang memiliki aparat teknis

di tingkat propinsi, di tingkat kabupaten, sampai di tingkat kecamatan, yaitu

Penilik Dikmas. Berdasarkan tugas tersebut pendidikan luar sekolah/

pendidikan masyarakat (Dikmas) melaksanakan tujuh program utama, yaitu ;

Program PADU (Pengembangan Anak Dini Usia); Program Pemberantasan

Buta Huruf, Program Kejar Paket A setara SD; Program Kejar Paket B setara

SLTP; Program Magang; Program Kewanitaan; Program Kursus Diklusemas.

(14)

merupakan program pendukung upaya pemberantasan buta huruf. Selanjutnya

pada saat ini sedang dikembangkan pula program rintisan baru yaitu Program

Pembinaan Lanjut Usia, Program Pembinaan Pekerja Anak dan Program Paket

C setara SMU.

2. Permasalahan dalam Pendidikan Luar Sekolah

Permasalahan adalah segala gangguan, hambatan, tantangan yang

datang menerpa pendidikan luar sekolah dan dapat mempengaruhi arah, gerak

program. Permasalahan ini dibagi dua bagian yaitu :

a. Permasalahan Eksternal

Krisis ekonomi yang terjadi sampai saat ini telah mengakibatkan

perubahan besar-besaran terhadap struktur ekonomi bangsa Indonesia. Selama

krisis

ekonomi

telah terjadi pemutusan

hubungan

kerja dan/ atau

pengangguran dalam jumlah besar, yang mengakibatkan peningkatan jumlah

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Menurut Sihombing

(1999:55) mengungkapkan bahwa, pada tahun 1998 tercatat sekitar 79,4 juta

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, padahal pada tahun 1996

(15)

kesejahteraan masyarakat. Akibat dari penurunan kesejahteraan masyarakat

membawa dampak negatif terhadap kemampuan keluarga dalam membiayai

pendidikan anak-anaknya, dimana hal ini membawa dampak yang cukup luas

terhadap dunia pendidikan luar sekolah antara lain ; jumlah anak usia 7-12

tahun yang tidak sekolah meningkat secara komulatif sekitar 12,9 juta pada

tahun 1999, tamat Sekolah Dasar tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi sekitar 5,5 juta anak; jumlah anak putus dari Sekolah Dasar

dan SLTP sekitar 8 juta anak; jumlah penduduk buta huruf usia 10-44 tahun

sekitar 8.571.000 orang. Jumlah tenaga penganggur sebanyak 13,2 juta orang,

yang terdiri dari penganggur akut 6 juta orang, penganggur yang baru selesai

pendidikan 2 juta orang dan penganggur akibat PHK 5,2 juta orang.

Data sasaran pendidikan luar sekolah secara komulatif cenderung

meningkat seiring dengan semakin banyaknya keluarga miskin yang tidak

sanggup memikul biaya pendidikan bagi anak-anaknya. Apabila lebih

dicermati data tersebut akan lebih besar lagi jika diperoleh data dari akibat

kerusuhan atau bencana alam diberbagai daerah yang mengakibatkan banyak

keluarga harus meninggalkan kampung halaman dan hal ini semakin

(16)

Bidang Pendidikan Masyarakat Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa sampai tahun 1999/2000 masyarakat yang memerlukan pelayanan pendidikan dan pelatihan melalui jalur pendidikan luar sekolah antara lain sebagai berikut : 1) Penduduk usia 10-44 tahun penyandang buta huruf yang menjadi sasaran pendidikan masyarakat hingga tahun 2000 masih tersisa 230.987 orang. 2) Penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 6.652.442 orang, baru terlayani 4.711.664 orang bersekolah di SD/MI, dan di Kejar Paket A setara SD 3.330 orang, sedangkan sebanyak 1.937.448 orang belum terlayani. 3) Penduduk usia 13-15 tahun

sebanyak 4.119.688 orang, baru terlayani 1.142.552 orang bersekolah di

SLTP/MTs dan 23.330 orang di Kejar Paket B setara SLTP.

Keadaan di atas cukup merisaukan walaupun belum muncul, menjadi masalah besar karena masih dapat ditahan dengan bantuan pengadaan

beasiswa melalui Jaring Pengaman Sosial (JPS). Tetapi sampai kapan hal ini

mampu bertahan, karena persoalan sebenarnya bukan pada anak tetapi pada

kemampuan ekonomi keluarga yang semakin terpuruk yang mengakibatkan

orang tua melibatkan anak dalam mencukupi kebutuhan hidup. Cepat atau

(17)

tanggap mengantisipasi. Hal ini menjadikan tantangan dan peluang bagi

pendidikan luar sekolah.

b. Permasalahan Internal

Di dalam perkembangannya, pendidikan luar sekolah dipandang dari

segi kuantitas cukup berhasil. Hal ini apabila dilihat dari jumlah warga belajar

yang sudah dibina dan anak putus sekolah semakin banyak mengikuti program

pendidikan luar sekolah baik melalui kelompok belajar maupun kursus-kursus.

Akan tetapi berdasakan kondisi objektif di lapangan dan menurut H.D.

Sudjana (2000), bahwa pengelolaan pendidikan luar sekolah pada masa lalu

juga masa sekarang ditemukan berbagai permasalahan dihadapi ditinjau dari

aspek jangkauan pelayanan, efisiensi, internal dan eksternal dan pengelolaan.

(18)

kepada masyarakat belum optimal. Terbatasnya pelayanan petugas dalam

memenuhi kebutuhan belajar masyarakat selama ini disebabkan faktor

kuantitas dan faktor kualitas. Faktor kuantitas sampai saat ini tenaga atau

petugas yang melayani pendidikan luar sekolah masih terbatas, sedangkan

faktor kualitas belum didukung oleh sumber daya manusia yang handal dan

terlatih. 3) Program-program pendidikan masyarakat kurang didukung oleh

sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini karena terbatasnya anggaran yang

disediakan pemerintah sangat terbatas, serta kurangnya kemampuan untuk

menggali sumber-sumber yang ada di masyarakat atau yang ada pada

lembaga-lembaga terkait..

Masalah Kedua, adalah efisiensi internal dan efisiensi eksternal

program-program pendidikan luar sekolah. 1) Efisiensi internal menyangkut

sejauh mana sumber-sumber yang tersedia atau yang dapat disediakan bisa

didaya gunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan untuk

meningkatkan kuantitas peserta didik dalam setiap program pendidikan luar

sekolah. 2) Efisiensi eksternal berkaitan dengan seberapa jauh pendidikan luar

sekolah telah membantu warga belajar untuk memiliki keterampilan,

(19)

selanjutnya. Dilihat dari kedua efisiensi ini nampaknya program-program

pendidikan luar sekolah, khususnya yang diperuntukkan bagi masyarakat,

masih menunjukkan rendahnya pembinaan komponen-komponen program. Proses pembelajaran, penampilan warga belajar, dan banyaknya lulusan yang belum memanfaatkan hasil belajar untuk memasuki lapangan kerja, membuka kesempatan kerja, dan/ atau berwiraswasta.

Masalah pengelolaan, pendidikan luar sekolah menyangkutpenelitian

dan pengembangan, perencanaan, dan koordinasi. 1) Penelitian dan

pengembangan program pendidikan luar sekolah yang telah dilakukan baik

oleh lembaga penyelenggara program maupun oleh lembaga perguruan tinggi,

hasilnya belum dijadikan bahan masukan untuk perbaikan program pendidikan

luar sekolah.. 2) Perencanaan partisipatif yang didasarkan atas keterlibatan

masyarakat, lembaga terkait, dan peserta didik belum dilaksanakan

sebagaimana mestinya, selama ini perencanaan datang dan di pola dari pusat

(top down). Perencanaan belum menyeluruh dan belum terpadu sehingga

terdapat kecenderungan disatu pihak adanya tumpang tindih program,

sedangkan dipihak lain mungkin ada program yang dianggap penting tetapi

(20)

lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan luar sekolah belum terwujud

sesuai dengan kepentingan bersama. 4) Penjabaran fungsi-fungsi manajemen/

pengelolaan program belum dikoordinasikan baik inter maupun antar

penyelenggara program pendidikan luar sekolah.

Permasalahan-permasalahan sebagaimana diuraikan di atas perlu dikaji

dengan seksama sehingga upaya pemecahannya dapat dilakukan secara efektif.

Untuk mengembangkan pendidikan luar sekolah dimasa depan yang

berkualitas, para pengambil kebijaksanaan dan para perencana perlu

menggunakan alternatif pendekatan penelitian masa depan dan perencanaan

strategik sebagai fungsi manajemen strategik yang berorientasi ke masa depan.

Keterlibatan berbagai lembaga pemerintah, lembaga swasta, perorangan

dan masyarakat, menyelenggarakan program pendidikan luar sekolah yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lembaga atau untuk pelayanan kepada

masyarakat. Adanya variasi program sangat diperlukan koordinasi yang baik

antar pihak penyelenggara guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program serta untuk mendaya gunakan

sumber-sumber dan fasilitas dengan lebih terarah sehingga program tersebut

(21)

Penjabaran fungsi-fungsi administrasi/ manajemen sangat diperlukan

dalam upaya mengembangkan dan pembinaan pendidikan luar sekolah di masa

depan yang handal, maka dipandang perlu mencari dan menggunakan

alternatif pendekatan yang inovatif melalaui pendekatan penelitian, dan

inovasi pengembangan manajemen pendidikan luar sekolah, yang selaras

dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungannya.

Memperhatikan

serta

menyikapi

permasalahan-permasalahan

pengelolaan pendidikan luar sekolah pada masa lalu serta kendala-kendala

yang terjadi maka diperlukan upaya perubahan strategi agar

kelemahan-kelemahan yang selama ini terjadi dapat diperbaiki dan dicari upaya

pemecahan masalahnya. Sebagai upaya pemecahan permasalahan tersebut

Direktorat Pendidikan Masyarakat beserta jajarannya dalam rapat kerja

nasional Kepala Bidang Pendidikan Masyarakat se Indonesia, bulan Agustus

1998 di Bali menghasilkan rumusan strategik berupa inovasi pengembangan

manajemen pendidikan luar sekolah yang berbasis masyarakat, yang

diwujudkan dalam bentuk institusi baru yang disebut

PUSAT KEGIATAN

BELAJAR MASYARAKAT dan disingkat (PKBM).

PKBM dimaksud adalah "suatu tempat kegiatan pembelajaran

(22)

menggerakkan pembangunan di bidang pendidikan, sosial ekonomi, dan

budaya (Sihombing, 1999)".

Institusi PKBM tersebut dibentuk dengan tujuan yaitu :

Pertama, menggali, menumbuhkan, mengembangkan dan

mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di masyarakat untuk

sebesar-besarnya diarahkan dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

Kedua, mendekatkan wadah di mana masyarakat dapat menimba ilmu

yang diperlukan, memadukan program pembelajaran dengan tuntutan

lingkungan, memudahkan pengendalian masyarakat terhadap kualitas

pendidikan bagi masyarakat.

Ketiga,

mengoptimalkan pelibatan peian serta masyarakat dan lintas

sektoral dalam pengembangan/ pembinaan pendidikan luar sekolah dalam

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui pendekatan pendidikan

luar sekolah yang berbasis masyarakat (community base education).

Melalui PKBM dapat bermanfaat bagi masyarakat dan diharapkan; 1)

Mampu melayani kebutuhan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan

dalam arti kuantitatif, serta menjamin lahirnya para lulusan yang secara

kualitatif

memenuhi

harapan

masyarakat

banyak

(efektivitas

dan

(23)

pengalaman belajar selaras dengan dunia pekerjaan yang akan dimasuki oleh

para lulusan (relevansi) dan 3) Mendaya gunakan berbagai sumber daya yang

ada secara optimal bagi tercapainya tujuan pendidikan luar sekolah (efisiensi).

Kegiatan yang diprogramkan di PKBM bervariasi sesuai dengan profil

PKBM itu sendiri dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Beberapa jenis

kegiatan yang dipusatkan di PKBM dapat berupa : Program Pengembangan

Anak Dini Usia (PADU), Program Pemberantasan Buta Huruf, Kejar Paket A

setara SD, Kejar Paket B setara SLTP, Kejar Paket C/ Bimbingan Belajar,

Kursus-kursus Keterampilan, Pendidikan Mata Pencaharian (Kejar Usaha),

Magang, Taman Bacaan Masyarakat sebagai pendukung program.

Sejak adanya upaya perubahan dalam pengembangan manajemen

pendidikan luar sekolah dalam bentuk PKBM yang digulirkan mulai bulan

Agustus 1998 sampai dengan bulan Mei 2000 perkembangannya cukup pesat

khususnya di Jawa Barat telah terbentuk 172 PKBM, tersebar di 25 kabupaten/

kota (Depdiknas Provinsi Jawa Barat, 2000). Dengan berdirinya PKBM

berdampak terjadi perubahan dalam proses pembangunan sosial, ekonomi dan

budaya di masyarakat khususnya di wilayah binaan PKBM.

Kehadiran PKBM tersebut, menurut kalangan berbagai pihak

(24)

suatu kemajuan yang cukup menggembirakan dalam pendidikan sekolah. Hal

tersebut dirasakan misalnya;

1) Masyarakat dilibatkan dalam merencanakan, melaksanakan, mengambil

keputusan dan pengawasan program pendidikan luar sekolah sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi lingkungannya.

2)

Terlibatnya dinas instansi dalam mengembangkan dan membina

program-program pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan di

PKBM.

3) Adanya koordinasi antara penyelenggara program pendidikan luar

sekolah, sehingga program-program pendidikan luar sekolah menjadi

terintegrasi dalam hal perencanaan, pembiayaan dan pengendalian.

4)

Dengan adanya pelibatan masyarakat dan lintas sektoral tersebut

menyebabkan perogram-program pendidikan luar sekolah yang ada di

PKBM penyelenggaraannya menjadi lebih berkualitas dan bermakna

dalam pemberdayaan masyarakat.

5)

Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah menjadi melembaga dalam

(25)

6)

Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah terasa manfaatnya dalam

upaya memberdayakan masyarakat, karena program-program dirancang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

7) Sebagai pusat informasi bagi masyarakat dan sebagai wadah/ tempat,

pembinaan, pengetahuan, keterampilan, keagamaan dan peningkatan

kesejahteraan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Telah diuraikan sebelumnya bahwa pendidikan luar sekolah dalam

perkembangannya menghadapi berbagai permasalahan baik disebabkan oleh

faktor jangkauan pelayanan, efisiensi internal dan eksternal serta faktor

pengelolaan.

Faktor-faktor

tersebut

merupakan

kendala

dan

diduga

berpengaruh terhadap keberhasilan peningkatan kualitas program PLS.

Kehadiran PKBM sebagai inovasi manajemen dalam pengembangan/

pembinaan PLS yang berbasis masyarakat, secara konseptual akan berdampak

positif terhadap peningkatan program-program PLS seperti halnya; program

pendidikan luar sekolah menjadi melembaga dan lebih terkoordinasi serta

(26)

peluang bagi masyarakat untuk memilih sesuai dengan kebutuhannya. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat dengan penciptaan lapangan kerja baru karena dikembangkannya berbagai jenis usaha. Meningkatnya anggota masyarakat yang menjadi warga belajar sehingga dapat membantu penarikan kembali dan merehabilisasi drop out dalam pendidikan dasar. Motivasi para tutor dan disiplin menjadi lebih baik, demikian halnya koordinasi antar lintas

sektoral sudah menunjukkan adanya kemajuan.

Adanya kemajuan yang positif dari PKBM dalam menjalankan misinya diduga dipengaruhi berbagai faktor. Faktor yang menurut dugaan penulis lebih

urgen adalah dengan adanya keterlibatan masyarakat dan keterlibatan lintas

sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM. Pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/

pembinaan PKBM diduga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas

program-program PLS, khususnya yang diselenggarakan di PKBM.

Sebagai upaya untuk memperoleh informasi sejauhmana hubungan

antara pelibatan masyarakat dan lintas sektoral terhadap peningkatan kualitas

program PLS, maka fokus permasalahan dan pembatasan masalah dalam

penelitian ini adalah "Apakah dengan pelibatan masyarakat dan lintas sektoral

(27)

peningkatan kualitas program PLS ?. Untuk lebih jelasnya diuraikan dalam

perumusan masalah.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka rumusannya

adalah Bagaimana hubungannya pelibatan masyarakat dan lintas sektoral

dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan

kulitas program Pendidikan Luar Sekolah ?, apabila dirinci permasalahannya

sebagai berikut:

a. Adakah hubungan antara pelibatan masyarakat (Xj) dalam manajemen

pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS (Y) ? yang dikelola di PKBM.

b. Adakah hubungan antara pelibatan lintas sektoral (X2) dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS (Y) ? yang dikelola di PKBM.

c. Adakah hubungan bersama (joint effects = Xi X2) antara pelibatan

masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/

pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS (Y) ?

(28)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Ingin memperoleh informasi tentang hubungan antara keterlibatan masyarakat dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS yang dikelola di PKBM. 2. Ingin memperoleh informasi tentang hubungan antara keterlibatan lintas

sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap

peningkatan kualitas program PLS yang dikelola di PKBM.

3. Ingin memperoleh informasi tentang hubungan antara pelibatan

masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/

pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS yang

dikelola di PKBM.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:

1. SecaraTeoritik

(29)

dan khususnya dalam usaha meningkatkan pengembangan dan pembinaan program pendidikan luar sekolah.

b. Dapat dijadikan sebagai alternatif model inovasi dalam pengembangan manajemen pendidikan luar sekolah dalam wujud pelembagaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

c. Dapat dijadikan salah satu pola atau strategis dalam pembinaan eksistensi PKBM menuju penyelenggaraan PKBM yang mandiri dan

berkualitas.

d. Sebagai masukan bagi Direktorat Pendidikan Masyarakat beserta jajaran aparatnya dalam upaya memperkaya khasanah strategi pemandirian PKBM.

e. Temuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk para peneliti berikutnya terutama berkaitan dengan masalah pengembangan keilmuan dalam manajemen pendidikan luar sekolah

2. Secara Praktis

(30)

b. Berguna bagi pengelola PKBM, dalam tugasnya mengembangkan dan membina PKBM yang mandiri.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan landasan pemikiran dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Subino (1982:6) mengemukakan bahwa anggapan dasar ini merupakan suatu kebenaran yang tidak memerlukan

pengujian lagi, sekurang-kurangnya bagi si peneliti saat ini. Yang diaggap

dapat dijadikan anggapan dasar misalnya hasil-hasil penelitian orang lain pada masa lampau, teori-teori, atau pemikiran-pemikiran manthiq si peneliti. Dalam penelitian tentang pelibatan masyarakat dan lintas sektoral dalam pembinaan/ pengembangan PKBM ini dilandasi beberapa anggapan dasar sebagai berikut:

1. Pelibatan masyarakat dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM diduga ada hubungannya terhadap peningkatan kualitas program

pendidikan luar sekolah.

2. Pelibatan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan

PKBM diduga ada hubungannya terhadap peningkatan kualitas program

(31)

3. Pelibatan masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen

pengembangan/ pembinaan PKBM diduga ada hubungannya terhadap

peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah.

Ketiga faktor tersebut di atas, dipandang perlu untuk diteliti dan

dievaluasi guna mengetahui sejauhmana hubungan atau pengaruh diantara

variabel-variabel tersebut.

F. Hipotesis

Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis :

1.

Terdapat hubungan yang siginifikan antara pelibatan masyarakat dalam

pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas

program PLS.

2.

Terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan lintas sektoral

dalam pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas

program PLS.

3.

Terdapat hubungan yang signifikan antara pelibatan masyarakat dan

lintas sektoral dalam pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap

(32)

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memberi makna terhadap

istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, berikut akan dijelaskan beberapa

definisi secara operasional yang dipandang perlu diketahui kejelasannya.

1. Pengaruh adalah akibat dari adanya penyertaan unsur lain pada suatu

obyek dan unsur lain tersebut memberi makna baik negatif maupun

positif (Depdikbud, 1996:207). Yang dimaksud dengan pengaruh dalam

penelitian ini adalah pelibatan unsur masyarakat dan lintas sektoral dalam pengembangan/ pembinaan PKBM, dan memberikan makna terhadap peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah.

2. Pelibatan masyarakat adalah "masyarakat diikut sertakan di dalam

program-program pemerintah yang telah mendapat persetujuan

masyarakat karena lahir dari kebutuhan nyata masyarakat itu sendiri

(H.R.D. Tilaar, 1999:169)". Yang dimaksud dengan pelibatan

masyarakat dalam penelitian adalah masyarakat dilibatkan dalam

manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM meliputi perencanaan, penentuan, pelaksanaan, dan pengendalian dengan tujuan untuk

meningkatkan kualitas program pendidikan luar sekoj^l^^^i^jakat

(33)

a. Individu, yaitu anggota masyarakat, pendidik, tokoh agama, tokoh

masyarakat, dan pengusaha. b. Kelompok, yaitu karang taruna, majelis

taklim, PKK dan kelompok belajar. c. Lembaga, yaitu LSM, LKMD,

dan Yayasan. d. Komunitas yaitu masyarakat yang ada di pedesaan

seperti Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), dan Dasa Wisma.

3. Pelibatan lintas sektoral yang dimaksud adalah dinas instansi yang ada

hubungannya dengan penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah

dan dilibatkan dalam pengembangan/ pembinaan PKBM bertujuan

untuk meningkatkan program-program pendidikan luar sekolah. Dinas

instansi terkait (lintas sektoral) tersebut adalah : PEMDA, Dinas Tenaga

Kerja, BKKBN, Departemen Agama, DEPERINDAG, Dinas Pertanian

dan Perikanan, Bangdes dan Departemen Koperasi serta Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan.

4.

Manajemen dalam pendidikan luar sekolah yang dimaksud adalah

upaya menerapkan fungsi-fungsi pengelolaan baik untuk setiap kegiatan

yang berkaitan dengan kelembagaan pendidikan luar sekolah maupun

untuk satuan pendidikan luar sekolah.

5.

Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan

(34)

keadaan yang lebih lengkap, lebih besar atau lebih baik, memajukan sesuaiu dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks (Sudjana, 2000:353). Pengembangan dalam PKBM yang dimaksud adalah upaya memperluas dan meningkatkan PKBM yang mengarah kepada pemandirian melalui pelibatan masyarakat dan lintas sektoral.

6. Pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna (Sudjana, 2000:223). Pembinaan dalam PKBM dimaksud adalah upaya pengendalian yang dilakukan masyarakat dan lintas sektoral terhadap semua unsur yang ada dalam PKBM (Pengelola, Tutor, Warga Belajar,

Sarana Prasarana, Biaya) sehingga berfungsi secara berdaya guna dan

berhasil guna sesuai dengan tujuan.

7. Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau

kebutuhan, karakteristik kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan

produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif

(35)

memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu (Vincent Gaspersz, 1997:5). Yang dimaksud dengan kualitas dalam program pendidikan luar sekolah menurut Direktorat Pendidikan Masyarakat, indikator untuk setiap jenis program kriterianya ditetapkan berdasarkan 10 (sepuluh) patokan Pendidikan Masyarakat yang ditinjau dari aspek (1)

Warga Belajar, (2) Sumber Belajar, (3) Pamong Belajar, (4) Kelompok

Belajar, (5) Tempat Belajar, (6) Program Belajar, (7) Sarana Belajar, (8) Dana Belajar, (9) Ragi Belajar, (10) Hasil Belajar. Aspek-aspek tersebut dikatakan berkualitas apabila dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.

8. Program Pendidikan Luar Sekolah dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, atau organisasi (lembaga) dalam usaha pelayanan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, teratur, dan berencana di luar sistem sekolah yang berlangsung

sepanjang umur dan bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia

sehingga terwujud manusia yang gemar belajar - membelajarkan,

(36)

H. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan suatu model yang dijadikan acuan

peneliti dalam melaksanakan penelitian. Bog dan Bikten (1992:33)

menyatakan bahwa paradigma adalah sejumlah asumsi, konsep atau

proposisi-proposisi yang diyakini kebenarannya atau ketidak benarannya yang

mengerahkan cara berpikir dan penelitian.

Yang menjadi acuan paradigma penelitian ini berawal dari

kebijakan-kerbijakan

pemerintah.

temuan-temuan

di

lapangan,

permasalahan-permasalahan dan upaya inovatif dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang

diuraikan sebagai berikut

1.

Pendidikan luar sekolah sebagai sub sistem dari pendidikan nasional

memiliki 1) fungsi yaitu mengembangkan kemampuan serta

meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia, 2) bertujuan

mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya (UU No. 2 Tahun 1989, tentang SISDIKNAS pasal

3 dan 4).

(37)

keterampilan, sikap dan daya saing untuk merebut peluang di masa

depan.

3. Pendidikan luar sekolah bertujuan 1) Melayani warga belajar supaya

tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. 2) Membina warga belajar guna memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ke tingkat atau jenjang yang lebih tinggi. Dan 3) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah (PP No. 71 Tahun 1991). Dalam upaya melayani, membina dan memenuhi kebutuhan belajar masyarakat. Pendidikan luar sekolah mengembangkan berbagai program yaitu :

Pengembangan Anak Dini Usia (PADU), Pemberantasan Buta Huruf,

Kejar Paket A setara SD, Kejar Paket B setara SLTP, Kursus-kursus,

Magang, KBU. Pendidikan Kewanitaan, dan berbagai keterampilan

lainnya.

4. Dalam pelaksanaannya bila ditinjau dari pengelolaan, penyelenggaran

pendidikan luar sekolah tersebut memiliki kelemahan antara lain;

(38)

pemerintah pusat, masyarakat hanya dijadikan objek pendidikan; Pola

penyelenggaraan terpencar-pencar sehingga sulit pengendalian dan

pengawasan; Orientasi program menitik beratkan pada akademis dan

target; Kurang melibatkan masyarakat dan lintas sektoral; Kurang

koordinasi dan sikap aparat yang berpandangan kurang berorientasi

pada masa depan (logis, koservatif dan statis). (Sihombing, 2000).

5.

Dari

kelemahan-kelemahan

tersebut

menimbulkan

berbagai

permasalahan yaitu 1) Program kurang berkembang karena tidak

berbasis pada masyarakat. 2) Keterlibatan masyarakat dan lintas

sektoral sangat lemah sehingga program pendidikan luar sekolah

dirasakan kurang berkualitas dikarenakan adanya keterbatasan sumber

daya seperti tenaga, sarana, dana dan sumber-sumber lainnya yang

diperlukan. 3) Program kurang terkendali karena pada penempatan

program yang terpencar-pencar. 4) Kurang didukung dengan sumber

daya manusia yang dipersiapkan. 5) Pemanfaatan fungsi-fungsi

administrasi/ manajemen pendidikan, terutama koordinasi masih lemah.

6.

Akibat dari permasalahan tersebut berdampak pada hasil pembinaan

yaitu: 1) Pendidikan luar sekolah kurang dikenal baik di masyarakat

(39)

dari masyarakat dan lintas sektoral (dinas/ instansi/ lembaga pemerintah maupun non pemerintah). Akibat dari hal tersebut di atas menyebabkan

program pendidikan luar sekolah kurang berkualitas.

7. Dari penjelasan tersebut di atas, ada upaya pemikiran strategis dari pemerintah yaitu pemikiran inovatif pengembangan manajemen pendidikan luar sekolah yang mengarah pada visi dan misi dengan

menggunakan pendekatan strategis yaitu; 1) Pendidikan luar sekolah dilaksanakan dengan berbasis masyarakat. 2) Proses pembelajaran dari

orientasi akademis mengarah pada orientasi pasar. 3) Penekanan

program dari kuantitas mengarah pada dan mengutamakan kualitas. 4)

Dalam pola pengelolaan mengutamakan pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral. 5) Mengoptimalkan fungsi-fungsi administrasi/ manajemen pendidikan melalui peningkatan koordinasi.

8. Aplikasi dari inovasi pengembangan manajemen pendidikan luar

sekolah melalui pendekatan berbasis masyarakat tersebut diwujudkan

dalam bentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang dalam

pengembangan/ pembinaan melibatkan masyarakat dan lintas sektoral serta menggunakan fungsi administrasi/ manajemen pendidikan melalui

(40)

9.

Pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral sebagai penjabaran

dan fungsi koordinasi dalam administrasi/ manajemen pendidikan

merupakan variabel penelitian yang diduga ada pengarunya terhadap

peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah yang juga

sebagai variabel penelitian.

10.

Untuk mengetahui sejauhmana hubungan pengaruh antar variabel

tersebut perlu dibatasi melalui penelitian.

a.

Apakah ada hubungan antara pelibatan masyarakat dalam

manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM (Xi) terhadap

peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah (Y).

b.

Apakah ada hubungan antara pelibatan lintas sektoral dalam

manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM (X2) terhadap

peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah (Y).

c.

Apakah ada hubungan antara pelibatan masyarakat dan pelibatan

lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan

PKBM (XiX2) terhadap peningkatan kualitas program pendidikan

(41)

h-a. o f-D o Q_ Z) O to LU to O on 0. CO CO C= CO CO 89 ^ n o . i s

CO k .

>- CO 8 5" E £ CO CO >••=; • I

j«: - a

CO k . k IB IB

g. E '="

E « » E ™ J3

j « io 2

jjT f0,

as to J 2 CO E E CD CO

S E

CO

k . 09 as . a

CO a . 89 co E .E _ >* CO CO CO CO CD CO

E . >- «

_ CO CO J3

S «o-a i_

-Si! & S ~s as . a E

3 U .CD ' 5 _ ~ 89

I SI

05 >• E

S 1

CL

DC

r

-CO

CO 3 E

8> . . . .S" CO ^ _

B T l m

09 CO •B E k .

CO •a F a . . e CD o 00 CO k . e n s a . E

(U CO 09

LU OQ O c CO E 09 • a CO CO CO B . "lo CO +•* B CO en E 09 E CO > -CO CO E CO CO CO E

* *• ^ CO E

CO CO E CO m CO J £ CO CO * * *

-09 * JC CO CO

•B

09 CO 09 E J 3 . 8 C • B E CO I S 09 k> CO 09 3 09 09

a . o a . a . J S a . a . to •=

co E _ c "B 5

•— CO co

xj__.se

- SS.^ O " I E ,

•* § E

E 4= 09 CO . _ B .

CO =

OS CO 09 •E E "co*

- . •— —

09 CO

*m CO

S o E

03 c Ah C3 CO (-1 s a . _ 00 E 09 CO . B ^ _ f c O (0

E CL h CO s

CO

, v . E cu E k . _ £

•E 3 COE

3

k .

71 CO CO CO E 09 E 09 CO 09 CO

<c - 3E E 09 • a E CO -a: 89 f -^9 CO E CO CO >• CO CO F •B CO s E CO E '"B E *-> CO CL CO •B E CO k . 09 CL CO CO E —3 E "5 8 9

_ ; CO CO *•> CO *

-=3 1— CO E 09 CO CO » ^ E CO E 09 E T3 CO " B CO *•» CO 09 CO 09 CO _ £ CO k . CO CO to "5 E CO —£ CO k . CO 89 8 9

89 E CO

>-•B . a > - > .

E 09 E 09 E E 09 E 09 8 .

mas

ilmu

Opti

CO CO E

--' oj CO

CO E

+ * CO •_ re

+ ^ CO - a

<s - a CO 5 CO k . CO > -CO CO •B E CO k . E CO - a e n E 3 E E E 09

CC CO CO F CO •B CO CO CO 09 E 09 8 9 se: 2

8 9 J £ _ae CU E

E 3 8 9

CO

CO 09 COk .

CO 09 • a COE

CO > • CO _ J Q_ E LU Q_ QC 8 9 E CO •B k . 09 J 3 E CO >• CO CO E 09 B . E CO E 'co <; COE

E

CO 89'co CO COk _

CO CO CO a Jb Hi E CO E CO CO k . |b E E CO E

rtisipa

ktoral

CO » E CO E 'e E

ngelol

ektif

09 09 09

S CO 09 09 •B 09 h_

a . - n Q. B . CO CL CO Q_ 09

(42)

I. Sistematika Tesis

Sistematika penyusunan tesis ini terbagi ke dalam 6 Bab dan guna

memudahkan pembahasan penelitian ini penulis menyusun sistematika tesis

sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan, mengungkapkan penomena dan

permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pola penyelenggaraan pendidikan luar

sekolah di Jawa Barat dan sekaligus menjadikannya sebagai latar belakang

masalah serta upaya-upaya yang ditempuh dalam pemecahan masalahnya.

Untuk memfokuskan pembahasan masalah penelitian, dijelaskan pula

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan

penelitian. Selanjutnya pembahasan masalah ini didukung dengan kajian

anggapan

dasar,

hipotesis

penelitian,

definisi

operasional,

paradigma

penelitian dan sistematika tesis.

Bab II menjelaskan landasan teoritis penelitian. Pada bab ini

memfokuskan mengenai strategi manajemen dalam pengembangan/

pembinaan serta upaya peningkatan program pendidikan luar sekolah yang

berisi tentang kajian meliputi : konsep manajemen, manajemen strategi,

(43)

pengembangan manajemen pendidikan luar sekolah yang diwujudkan dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat meliputi : konsep dasar Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), arah dan azas PKBM, fungsi PKBM, maksud

dan tujuan PKBM, strategi pengelolaan PKBM, fungsi manajemen PLS dan

koordinasi. Fokus pembahasan koordinasi meliputi : pengertian koordinasi, ruang lingkup koordinasi, pelaksanaan koordinasi, koordinasi dalam PLS, pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral.

Bab III menguraikan prosedur penelitian, berisi tentang : metode penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, mengukur validitas dan reliabilitas instrumen, pengemasan pengolahan data, dan pelaksanaan penelitian.

Bab IV membahas hasil penelitian meliputi: pengujian normalitas data, analisis regresi sederhana, analisis regresi ganda, dan pengujian koefisien

korelasi.

Bab V berisi pembahasan temuan penelitian. Bab VI berisi bab penutup

(44)
(45)

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk mencapai tujuan dalam suatu penelitian. Dalam Bab I telah dikemukakan maksud dan tujuan penelitian, yaitu

berusaha untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara variabel

pelibatan masyarakat dan lintas sektoral terhadap peningkatan kualitas program

Pendidikan Luar Sekolah.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu untuk memperoleh gambaran empirik mengenai keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian ini dilaksanakan. Selanjutnya data yang diperoleh di lapangan dianalisis, secara kuantitatif berdasarkan informasi statistik maupun kualitatif berdasarkan interpretasi terhadap hasil-hasilnya.

Dengan menggunakan metode korelasional, diharapkan memperoleh kesimpulan yang mungkin dapat diangkat ke taraf generalisasi berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data. Kemudian dari kesimpulan dan generalisasi itu akan ditarik implisasi yang bermakna untuk kepentingan pengembangan

pendidikan umumnya dan pendidikan luar sekolah pada khususnya.

(46)

B. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam studi ini terdiri dari tiga variabel yaitu

variabel bebas (X, dan X2, joint effect variabel X,X2), dan variabel terikat (Y).

Untuk kebutuhan dalam penelitian ini faktor-faktor yang dijadikan

variabel penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1.

Pelibatan masyarakat dalam manajemen pengembangan/ pembinaan

PKBM disebut variabel (X,).

2.

Pelibatan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan

PKBM disebut variabel (X2).

3.

Pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral dalam manajemen

pengembangan/ pembinaan PKBM disebut variabel joint effect (X, X2).

4.

Peningkatan

kualitas

program

pendidikan

luar sekolah

disebut

variabel (Y).

Kemudian untuk memetakan lebih lanjut hasil penelitian agar lebih

komunikatif, maka variabel-variabel penelitian digambarkan dalam desain

(47)

xi

rxi y

Rx,x2y

X2

rx2y

Gambar 2 Desain Penelitian

Keterangan :

Xi : variabel pelibatan masyarakat dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM.

x2 : variabel pelibatan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM.

X] x2 : kombinasi (joint effect) variabel Xj dan x2.

y : variabel peningkatan kualiats program pendidikan lular sekolah. rxi y : korelasi X] dengan y.

rx2 y : korelasi X2 dengan y.

Rxix2y : korelasi joint effect X|X2 dengan y.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Sesuai dengan objek penelitian dalam tesis ini, maka sebagai populasi

penelitian adalah pendapat Penyelenggara PKBM se Jawa Barat tentang

(48)

Sekretaris/ Bendahara) PKBM yang ada di Jawa Barat.

Alasan

yang

dijadikan

pertimbangan

untuk mengambil

hanya

Penyelenggara (Ketua/ Sekretaris/ Bendahara) PKBM adalah Penyelenggara

yang menjadi populasi ini pada saat dilaksanakan penelitian merupakan objek

penelitian yang tahu persis dan merasakan maju-mundurnya perkembangan

PKBM yang dikelolannya baik PKBM tersebut mendapat bantuan dari

masyarakat dan lintas sektoral atau pun tidak sama sekali.

Alasan lain adalah atas pertimbangan waktu, tenaga, dan dana yang

tersedia untuk mendukung penelitian ini sangat terbatas. Keterbatasan dana.

waktu dan tenaga dengan sendirinya akan turut mempengaruhi pelaksanaan

penelitian. Dana yang mendukung penelitian ini sangat besar pengaruhnya

terhadap pengadministrasian alat-alat pendidikan serta persiapan administrasi

lainnya, begitupun juga waktu yang tersedia dan tenaga pelaksana penelitian

akan mempengaruhi penyelesaian dan penulisan laporan penelitian ini.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pendidikan Masyarakat

Kanwil Depdiknas Propinsi Jawa Barat, jumlah PKBM yang menjadi anggota

populasi penelitian ini adalah 172 PKBM. tersebar di 25 Kabupaten/ Kota

(49)

2. Sampel Penelitian

Dalam penarikan sampel, besarnya sampel belum cukup menjamin

derajat keandalan hasil penelitian, di samping jumlahnya yang memadai suatu

sampel juga harus mewakili karakteristik anggota populasi. Suatu sampel

penelitian dapat dikatakan mewakili populasi apabila karakteristik populasi

dimiliki pula oleh sampel. Karena itu sampel untuk suatu penelitian antara lain

dapat ditarik secara proporsional.

Dalam penelitian ini sampel diambil secara acak dengan prinsip

proporsional, dari 172 Penyelenggara PKBM anggota populasi diambil untuk

dijadikan sampel sebanyak 103 Penyelenggara PKBM (60%) dari jumlah

populasi PKBM yang ada di Propinsi Jawa Barat. Hal ini sesuai dengan

pendapat Winarno Surachmad (1978:91) bahwa"untuk pedoman umum saja

dapat dikatakan apabila populasi cukup homogen terhadap populasi di bawah

100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50%, dan di atas seribu sebesar 15%.

Untuk jaminan ada baiknya sampel selalu ditambah sedikit lagi dari jumlah

(50)

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada tiga teknik utama yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian, yaitu : 1. Studi Kepustakaan, digunakan untuk

mengungkapkan dan mendalami konsep-konsep para ahli yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian serta dengan teknik ini perlu akan

diungkapkan beberapa penelitian terdahulu yang sejenis. 2. Kuesioner,

digunakan untuk mengungkapkan data mengenai pendapat Penyelenggara

anggota sampel tentang peran serta masyarakat dan lintas sektoral dalam

pembinaan dan pengembangan PKBM. 3. Studi Dokumentasi, digunakan untuk

mengungkapkan data tentang kualitas penyelenggaraan program. Data tersebut

diperoleh dari dokumen administrasi penyelenggaraan PKBM dan data

kegiatan pembelajaran yang diinventarisir oleh Penyelenggara PKBM.

2. Alat Pengumpulan Data

Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis-hipotesis

yang digunakan dalam penelitian ini, maka data yang dibutuhkan adalah skor

dari variabel-variabel penelitian sebagai berikut : 1. Pendapat Penyelenggara

(51)

PKBM, 2. Pendapat Penyelenggara PKBM tentang pelibatan lintas sektoral

dalam pembinaan/ pengembangan PKBM, dan 3. Kualitas program Pendidikan

Luar Sekolah.

Untuk memperoleh skor variabel-variabel penelitian tersebut, maka disusun skala dalam bentuk skala Likert. Dimaksudkan untuk mengumpulkan

data terdapat berisi tentang pernyataan-pernyataan berkaitan dengan pelibatan

masyarakat dan lintas sektoral dalam pembinaan/ pengembangan PKBM dan

pernyataan-pernyataan penyelenggara tentang kualitas penyelenggaraan

program PLS di PKBM.

a. Skala pelibatan masvarakat

Skala ini disusun untuk mengungkapkan pernyataan Penyelenggara

PKBM berkaitan dengan pelibatan masyarakat dalam pembinaan/

pengembangan PKBM.

Adapun bentuk pelibatan masyarakat yang dimaksud adalah : 1) Melaksanakan identifikasi calon warga belajar

2) Menyediakan calon Tutor

3) Menyediakan calon Penyelenggara PKBM

(52)

5) Menyediakan program-program belajar

6) Menetapkan hal-hal yang akan dipelajari, menyepakati jadwal belajar

7) Mengatur pengunaan sarana belajar

8) Memprakarsai diadakannya lomba antar kelompok belajar dan warga

belajar

9) Menyediakan dana

10) Memanfaatkan hasil belajar dan meningkatkannya lebih lanjut.

b. Skala pelibatan lintas sektoral

Skala ini disusun untuk mengungkapkan pernyataan Penyelenggara

PKBM berkaitan dengan pelibatan lintas sektoral dalam pembinaan/

pengembangan PKBM.

Adapun bentuk pelibatan lintas sektoral yang dimaksud adalah :

1)

Memberikan bimbingan dan alat untuk mengidentifikasi warga belajar

2) Melatih Tutor

3) Memberikan pembinaan cara mengelola kegiatan belajar

4) Memberikan bantuan dan pembinaan teknis

5) Membentuk kelompok belajar

(53)

7) Mendampingi dan menampung kebutuhan belajar masyarakat

8) Menyediakan sarana belajar

9) Menyediakan dana

10) Menilai proses dan hasil pembelajaran serta menindak lanjuti.

Unsur-unsur pelibatan masyarakat dan lintas sektoral di atas dijadikan

pegangan dalam menyusun kuesioner yang berbentuk skala dan digunakan

dalam penelitian ini.

c. Skala kualitas penyelenggaraan program PLS

Skala ini disusun untuk mengungkapkan kualitas penyelenggaraan

program PLS di PKBM dan merupakan akumulasi/ tolok ukur dari kegiatan

pelibatan dari masyarakat dan lintas sektoral, ukuran kualitas penyelenggaraan

program dan berdasarkan pedoman menurut Direktorat Pendidikan Masyarakat

diuraikan sebagai berikut:

1) Tersedianya data dasar warga belajar sesuai dengan kriteria yang

ditentukan.

2) Tersedianya data dasar tutor sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

3) Tersedianya data dasar penyelenggara dan administrasi penyelenggaraan

(54)

4) Data kelompok belajar, pengaturan kelompok, dan administrasi kejar sesuai kriteria yang ditetapkan.

5) Menyediakan tempat dan program-program belajar.

6) Sarana dan bahan/ sumber belajar memadai.

7) Terselenggaranya evaluasi program dalam bentuk lomba/ kompetisi

antar kelompok/ warga belajar.

8) Terpenuhinya dana penyelenggaraan program. 9) Adanya data peningkatan hasil program belajar.

10)

Adanya data hasil evaluasi/hasil pengujian.

/[\

i

3. Ujicoba Alat Pengumpul Data

Dalam upaya penyusunan alat pengumpul data untuk penelitian ini,

dilaksanakan ujicoba alat pengumpul data sebanyak dua kali, yaitu tahap pertama dan tahap kedua.

Ujicoba tahap pertama, dilakukan untuk memperoleh informasi

mengenai keterbacaan dan ketidak mengertian kalimat dalam pernyataan dan

pembakuan alternatif jawaban yang dipergunakan. Dalam tahap ini disusun tiga

alat penelitian, yaitu : a) skala tentang pelibatan masyarakat, b) skala tentang

(55)

skala Likert dengan lima alternatif jawaban, yakni sangat setuju, setuju,

ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat setuju.

Dalam rangka ujicoba tahap pertama ini disusun beberapa pernyataan

dengan rincian sebagai berikut:

a. Skala pelibatan masvarakat

Disusun 35 pernyataan, terdiri dari 17 pernyataan positif dan 18

pernyataan negatif.

b. Skala pelibatan lintas sektoral

Disusun 28 pernyataan, terdiri dari 13 pernyataan positif dan 15

pernyataan negatif.

c

Skala kualitas penyelenggaraan program PLS

Di PKBM disusun 90 pernyataan, terdiri dari 45 pernyataan positif dan

45 pernyataan negatif.

Dari hasil ujicoba tahap pertama dan setelah diperbaiki beberapa

pernyataan, maka untuk ujicoba tahap kedua ditetapkan 32 pernyataan skala

pelibatan masyarakat dengan rincian 15 pernyataan positif dan 17 pernyataan

(56)

pernyataan positif dan 13 pernyataan negatif, dan 60 pernyataan skala tentang

kualitas penyelenggaraan program PLS dengan rincian 26 pernyataan positif

dan 34 pernyataan negatif. Penyusunan skala untuk tiga instrumen tersebut

menggunakan pola Likert yang berbutir lima alternatif jawaban, yaitu (SS)

sangat setuju, (S) setuju, (R) ragu-ragu, (TS) tidak setuju, (STS) sangat tidak

setuju.

Kemungkinan jawaban tersebut dipilih mengingat hasil ujicoba tahap

pertama jawaban responden cenderung tersebar antara setuju dan tidak setuju.

Untuk memilih pernyataan yang memenuhi kriteria kebaikan dan dalam rangka

memenuhi validitas serta reliabilitas alat penelitian ini, maka dilakukan ujicoba

tahap kedua.

4. Deskripsi Kegiatan Ujicoba

Setelah melalui proses penyusunan masing-masing alat ukur penelitian

ini diuji-cobakan. Ujicoba tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 7

September 2000 kepada Penyelenggara PKBM sebanyak 25 Penyelenggara.

Dengan pertimbangan yang menjadi sampel ujicoba memiliki karakteristik

(57)

Dari 25 buah perangkat kuesioner yang disebar pada Penyelenggara PKBM sebagai sampel tahap pertama tersebut, ternyata semuanya memenuhi syarat untuk dianalisis, tidak satupun kuesioner yang rusak atau dinyatakan gagal.

Setelah hasil ujicoba pertama dianalisis dan diadakan beberapa

perbaikan dan penyempurnaan mengenai pernyataan-pernyataan dalam

masing-masing alat ukur penelitian, maka pada tanggal 21 September 2000

dilaksanakan ujicoba tahap kedua, sampel ujicoba masih tetap Penyelenggara PKBM. Penyelenggara tersebut merupakan populasi penelitian, dan yang menjadi sampel ujicoba tahap kedua ini sebanyak 25 orang penyelenggara, dan dari 25 kuesioner yang disebarkan semuanya lengkap dan dapat dianalisis untuk memenuhi kriteria alat penelitian ini.

E. Mengukur Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan baik jika instrumen tersebut memiliki validitas tinggi. Pengertian validitas menurut Scawin B. Anderson

(dalam Suhartini Arikunto, 1991:63) adalah suatu alat tes tersebut valid jika

(58)

(1987:119) menyatakan validitas adalah tingkat ketepatan tes dalam mengukur

apa yang harus diukur. Jadi suatu alat tes dapat dikatakan valid jika dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat tes tersebut.

Mengenai validitas tes tersebut dapat diketahui dari hasil pemikiran. Jadi

validitas tersebut dapat dilakukan secara rasional dan secara empirik. Menurut

pengelompokkannya validitas tes dapat dibagi jadi 4 macam, validitas isi

(content validity), validitas konstruk (construct validity), validitas yang ada

sekarang (concurent validity), dan validitas prediksi (prediction validity).

Untuk tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa skala pelibatan

masyarakat, skala pelibatan lintas sektoral, dan skala kualitas penyelenggaraan

program PLS di PKBM, dapat dikatakan telah memenuhi validitas isi karena

telah dianalisis secara rasional. Analisis rasional tolok ukurnya bukan skor-skor

atau ukuran-ukuran statistik lainnya, melainkan sesuatu yang bersifat kualitatif

(Subino, 1987:90).

Prosedur uji validitas yang ditempuh adalah : a. Pembuatan kisi-kisi

angket penelitian (lihat lampiran 3); b. Pengujian skala item (analisis item)

berdasarkan skala likert; c. Melakukan pengujian tentang redaksi, materi, dan

(59)

item yang memenuhi syarat diberi bobot "1" dan yang tidak memenuhi syarat diberi bobot "0". Selanjutnya dihitung dengan rumus :

rtt = (Vt - Vkk)/Vt, kemudian keberartian korelasi diuji dengan rumus t-test:

rV(/i-2)

t = (Sudjana, 1996:380)

vT-7

Alat ukur yang digunakan adalah skala Likert dengan lima kemungkinan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Masing-masing jawaban diberi bobot nilai 4-3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan 0-1-2-3-4 untuk pernyataan negatif. Bobot nilai tersebut langsung dijadikan skor untuk setiap responden yang memilih jawaban terhadap masing pernyataan, sehingga apabila skor masing-masing jawaban dijumlahkan maka akan diperoleh skor total. Walaupun demikian, skor-skor yang diperoleh tersebut belum tetap, karena belum diketahui pernyataan-pernyataan mana yang benar-benar baik dan memenuhi syarat sebagai alat peneliti ini. Oleh sebab itulah setiap pernyataan perlu diuji/

dianalisis terlebih dahulu, sehingga dapat dibedakan antara pernyataan yang

baik dan yang tidak baik.

(60)

dianggap cukup baik untuk pernyataan positifmisalnya 3-2-2-1-0 atau

3-2-1-1-0 atau 3-2-1-3-2-1-1-0-3-2-1-1-0 dan bobot nilai 3-2-1-1-0-1-1-2-3 atau 3-2-1-1-0-3-2-1-1-0-1-2-3 atau 3-2-1-1-0-1-2-2-3

pernyatan negatif, bobot nilai yang tidak memenuhi kriteria tersebut misalnya

0-0-1-1-2 atau 0-1-1-2-2 dianggap tidak memenuhi syarat.

Berikut adalah proses penentuan nilai skala bagi respons terhadap

contoh pernyataan no. 07 pada tabel 3. Pada tabel tersebut tanda (+)

menandakan bahwa pernyataan ini adalah positif.

TABEL 3

PERHITUNGAN NILAI SKALA KATEGORI JAWABAN UNTUK PERNYATAAN POSITIF

(ITEM SKALA PELIBATAN MASYARAKAT)

No. Pernyataan

07(+)

Kategori Respons

STS TS RR S SS

f p = f/N

1

0,04

3

0,12

4

0,16

9

0,36

8

0,32

pk 0,04 0,16 0,32 0,68 1,0

pk-tengah 0,02 0,1 0,24 0,5 0,84

z -2,054 -1,282 -0,700 +0,108 +1,011

z + 2,054 0 0,772 1,354 2,134 3,024

Nilai Skala 0 1 1 2 3

Lanjur pertama pada tabel 3 menurut frekuensi jawaban untuk setiap

(61)

banyak dengan jumlah individu pejawab yang dalam contoh ini adalah 25

respons.

Untuk memperoleh proporsi (p), hanya perlu membagi setiap frekuensi

(f) dengan banyak respons (N). Dalam contoh ini adalah proporsi jawaban STS

adalah 1/25 = 0,04.

Lanjur ke tiga adalah pk (proporsi kumulatif) adalah proporsi dalam

suatu kategori ditambah dengan proporsi semua kategori di sebelah kirinya.

Sebagai contoh pk untuk kategori RR dihitung dengan menjumlahkan 0,16 +

0,12 + 0,04 = 0,32 untuk kategori TS 0,12 + 0,04 = 0,16, dan untuk kategori

STS pindahkan 0,04 dari posisi p ke posisi pk.

Selanjuuiya pk - tengah adalah titik tengah proporsi kumulatif yang

dirumuskan sebagai setengah proporsi dalam kategori yang bersangkutan

ditambah proporsi kumulatif (pk) pada kategori di sebelah kirinya, yaitu :

pk - tengah = 1/2 p + pkb p = proporsi dalam kategori itu

pkb = proporsi kumulatif dalam kategori sebelah kirinya.

Pada contoh dalam tabel 3 pk-tengah untuk kategori jawaban "RR"

(62)

Nilai deviasi z diperoleh dengan melihat harga 2 untuk masing-masing

pk-tengah. Untuk itu digunakan tabel deviasi normal.

Gambar

GAMBAR 1PARADIGMA PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Kegiatan posyandu selama ini ada beberapa faktor penghambatnya yaitu rendahnya kesadaran masyarakat untuk pergi ke posyandu, banyak ibu hamil yang tidak memanfaatkan

The Influence of Firdaus’ Experiences with Men on Her Perception Towards Men as Reflected in Nawal El Saadawi’s Woman at Point Zero.. Yogyakarta: Faculty of Teachers Training

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan anti MPS ecto-CIK dengan konsentrasi 0, 5, 10, dan15 µl dan lama inkubasi 5, 30, 60, dan 120 menghambat viabilitas

Sekarang ini telah bermunculan terutama di kota-kota kecamatan yang masih memiliki nuangsa pedesaan didirikan sekolah menengah umum (SMU) padahal jenjang sekolah

TK SD SMP dan SMA Ruang kelas Area bermain di dalam dan di luar ruangan Perpustakaan Laboratorium Komputer Auditorium Mini theatre Unit Kesehatan Sekolah(UKS) Kebun

Simulasi dilakukan pada sistem pengecekan STNK di posko jalur keluar ITS untuk mendapatkan rekomendasi alokasi jumlah petugas sesuai dengan beban kerja optimal,

Sawijine wacana utawa teks nduweni koheren utawa ora karo perangan liyane ing wacana, ora amarga sesambungane perangan siji karo perangan liyane, nanging

Kebiasaan hidup yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia adalah konsumsi garam ( p = 0,003) sedangkan kebiasaan hidup yang tidak berhubungan dengan kejadian