PEMBINAAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT
(PKBM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS
PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
(Studi pada PKBM di lingkungan Pendidikan Masyarakat Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Propinsi Jawa Barat)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
dalam Bidang Administrasi Pendidikan
Drs. H. MAMAT RACHMATULLOH 989557
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNGDISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Prof. DR. H. ABIN SYAMSUDIN MAKMUN. MA
Pembimbing I
Prof. DR. H. ISHAK ABDULHAK. M.Pd
Pembimbing II
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
H. Mamat Rachmatulloh (2000), Pengaruh Pelibatan Masvarakat dan Lintas
Sektoral dalam Manajemen Pengembangan/ Pembinaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terhadap Peningkatan Kualitas Program
Pendidikan Luar Sekolah.
Pendidikan Luar Sekolah di dalam perkembangannya menghadapi bebagai permasalahan baik disebabkan oleh faktor jangkauan pelayanan,
efisiensi internal dan eksternal serta pengelolaan. Faktor-faktor tersebut
merupakan kendala dan berpengaruh terhadap keberhasilan peningkatan
kualitas program pendidikan luar sekolah.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai inovasi manajemen
dalam pengembangan/ pembinaan PKBM yang berbasis masyarakat secara
konseptual ditujukan dalam upaya meningkatkan kualitas program-program pendidikan luar sekolah dimana dalam pengembangan/ pembinaannya
melibatkan masyarakat dan lintas sektoral.
Dalam upaya menggali informasi sejauhmana hubungan pelibatan masyarakat dan lintas sektoral pengaruhnya terhadap program-program
pendidikan luar sekolah, maka masalah penelitian yang diselidiki dalam studi ini adalah "Apakah pelibatan masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen
pengembangan/ pembinaan PKBM berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas program-program pendidikan luar sekolah? ".
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan antara keterlibatan masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen
pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program
pendidikan luar sekolah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan teknik pengumpulan data melalui angket dengan Skala Likert. Sebagai objek penelitian adalah seluruh PKBM yang ada di Jawa Barat dengan sampel 103
PKBM (60% dari populasi 172 PKBM).
Temuan hasil analisis data dari penelitian ini adalah :
1. Korelasi pelibatan masyarakat (X|) terhadap kualitas penyelenggaraan
program pendidikan luar sekolah (Y) adalah sebesar 0.38 (koefisien
determinasi 0.144 x 100 = 14.4%).
determinasi 0,036 x 100 = 3,6%).
3. Korelasi joint effect X]X2 terhadap kualitas penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah (Y) adalah sebesar 0,28 (koefisien determinasi
0,0784 x 100 - 7,8%).
Hubungan korelasional tersebut Xi atas Y signifikan pada taraf kepercayaan 99%, kemudian X? atas Y signifikan pada taraf kepercayaan 95%, dan joint effect (X]X2) atas Y signifikan pada taraf kepercayaan 99%, dengan persamaan regresi sederhana X| atas Y, Y=34,64 + 0,52Xi, regresi sederhana
X2 atas Y, f =62,13 + 0,17X2, dan regresi ganda X,X2 atas Y, 7 =
325,07-2,4X, + 0,85X2.
Implikasi penelitian. Inovasi manajemen dalam pengembangan/ pembinaan pendidikan luar sekolah melalui PKBM merupakan indikasi terjadinya perubahan kualitas penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah. Di mana pelibatan masyarakat dan lintas sektoral merupakan faktor substansi yang ada pengaruhnya dengan peningkatan kualitas tersebut. Kemudian rekomendasi dari penelitian ini adalah peran para penyelenggara PKBM dan para petugas Pendidikan Masyarakat sangat menentukan, sehingga
harus betul-betul memahami konsep-konsep PKBM dan mampu dalam
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
1. Pendidikan Luar Sekolah dalam Sistem
Pendidikan Nasional 1
2. Permasalahan dalam Pendidikan Luar Sekolah .... 4 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 15
1. Pembatasan Masalah 15
2. Perumusan Masalah 17
C. Tujuan Penelitian 18
D. Kegunaan Penelitian 18
1. Secara Teoritik 18
2. Secara Praktis 19
E. Anggapan Dasar 20
F. Hipotesis 21
G. Definisi Operasional 22
H. Paradigma Penelitian 25
I. Sistematika Tesis 32
BAB II LANDASAN TEORITIS PENELITIAN
A. Pengelolaan Pendidikan Luar Sekolah 34
1. Konsep Administrasi/ Manajemen Pendidikan ... 34
2. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 38
3. Manajemen Pendidikan Luar Sekolah 62 4. Fungsi Manajemen dalam Pendidikan Luar
Sekolah 64
1. Konsep PKBM 67
2. Pengelolaan PKBM 78
C. Pelibatan Masyarakat dan Lintas Sektoral dalam
Pengembangan/ Pembinaan PKBM 81
1. Pelibatan Masyarakat 83
2. Pelibatan Pemerintah (Lintas Sektoral) 86
3. Pengembangan/Pembinaan 90
4. Koordinasi dalam Pendidikan Luar Sekolah 97 D. Telaah Penelitian Relevan 103
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian 107
B. Variabel Penelitian 108
C. Populasi dan Sampel Penelitian 109
1. Populasi Penelitian 109
2. Sampel Penelitian Ill
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 112
1. Teknik Pengumpulan Data 112
JL_
Alat Pengumpulan Data
112
3. Ujicoba Alat Pengumpul Data 116
4. Deskripsi Kegiatan Ujicoba 118
E. Mengukur Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Penelitian 119
1. Uji Validitas Instrumen Penelitian 119 2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian 127
F. Pengemasan Pengolahan Data 129
1. Prosedur pengolahan dan analisa data 129 2. Cara Pengolahan dan Analisis Data 131
3. Teknik Analisis Data 132
G. Pelaksanaan Penelitian 133
1. Persiapan 133
B. Analisis Regresi Sederhana 137
C. Analisis Regresi Ganda 142
D. Pengujian Koefisien Korelasi (X]X2)
terhadap Y 144
BAB V PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian 146
B. Pembahasan 148
1. Pelibatan Masyarakat 149
2. Pelibatan Lintas Sektoral 151
3. Pengukuran Pelibatan Masyarakat dan
Lintas Sektoral 153
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 160
B. Implikasi 161
C. Rekomendasi 164
DAFTAR KEPUSTAKAAN 166
LAMPIRAN-LAMPIRAN 169
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 242
TABEL 1 PERBEDAAN KARAKTERISTIK
PROGRAM-PROGRAM 48
TABEL 2 PERBEDAAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH DAN PROGRAM PENDIDIKAN SEKOLAH ... 51
TABEL 3 PERHITUNGAN NILAI SKALA KATEGORI JAWABAN
UNTUK PERNYATAAN POSITIF (ITEM SKALA
PELIBATAN MASYARAKAT) 122
TABEL 4 PERHITUNGAN NILAI SKALA KATEGORI JAWABAN UNTUK PERNYATAAN NEGATIF (ITEM SKALA
PELIBATAN LINTAS SEKTORAL) 125
TABEL 5 DATA HASIL UJI VALIDITAS ANTAR PENILAI 127
TABEL 6 HASIL UJICOBA RELIABILITAS 128
TABEL 7 HASIL UJI NORMALITAS DISTRIBUSI 137
TABEL 8 REKAPITULASI UJI URUN RELATIF VARIABEL BEBAS
(X,X2) ATAS Y (VARIABEL TERIKAT)
143
TABEL 9 REKAPITULASI NILAI KOEFISIEN KORELASI
VARIABEL BEBAS (X,X2) ATAS VARIABEL
TERIKAT (Y) 144
TABEL 10 DATA TEMUAN PENELITIAN PENGARUH VARIABEL
BEBAS (X,X2) TERHADAP VARIABEL TERIKAT (Y)
147
GAMBAR 1 PARADIGMA PENELITIAN 31
GAMBAR 2 DESAIN PENELITIAN 109
GAMBAR 3 PENGARUH VARIABEL X, TERHADAP Y 138
GAMBAR 4 REGRESI Y ATAS X, 139
GAMBAR 5 PENGARUH VARIABEL X2 TERHADAP Y 140
GAMBAR 6 REGRESI Y ATAS X2 141
GAMBAR 7 PENGARUH X,X2 TERHADAP Y 145
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17
ITEM DATA HASIL UJICOBA ANGKET 171
REKAPITULASI DATA AWAL (ROW SCORE) PADA
SAMPEL PENELITIAN 188
KISI-KISI PENELITIAN 191
SAMPEL UJICOBA 194
HASIL SELEKSI ITEM SKALA PELIBATAN
MASYARAKAT 195
DATA SAMPEL PENELITIAN SKOR PELIBATAN
MASYARAKAT (X,), SKOR PELIBATAN LINTAS
SEKTORAL (X2), DAN KUALITAS PROGRAM PLS (Y).... 201
REKAPITULASI DATA AWAL HASIL UJICOBA
INSTRUMEN PENELITIAN 204
UJI NORMALITAS DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR VARIABEL X, (PELIBATAN MASYARAKAT) 205
UJI NORMALITAS VARIANS SKOR VARIABEL X2
(PELIBATAN LINTAS SEKTORAL) 207
UJI NORMALITAS VARIANS SKOR VARIABEL Y
(KUALITAS PROGRAM PLS) 209
ANALISIS REGRASI LINIER SEDERHANA 211 PERHITUNGAN RELIABILITAS ANTAR PENILAI UNTUK PERNYATAAN SKALA PELIBATAN MASYARAKAT
OLEH TIGA PENIMBANG 216
PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN
PELIBATAN MASYARAKAT 223
PERHITUNGAN KOEFISIEN KORELASI ANTARA
SKOR PELIBATAN LINTAS SEKTORAL (X2)
DENGAN SKOR KUALITAS PROGRAM PLS (Y) 230
ANALISIS REGRESI GANDA 234
PENGUJIAN KOEFISIEN KORELASI (X2 THD Y) 239 REKAPITULASI JUMLAH PKBM SE INDONESIA 241
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
1. Pendidikan Luar Sekolah dalam Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan Luar Sekolah sebagai sub sistem dari pendidikan nasional
menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan bagi
perannya di masa yang akan datang.
Pendidikan Luar Sekolah dalam Sistem
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka
upaya mewujudkan tujuan Nasional. Selanjutnya pendidikan luar sekolah
bersama pendidikan sekolah memiliki kedudukan dan tanggung jawab
bersama dalam mewujudkan tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 1991 tentang
Pendidikan Luar Sekolah dapat dikemukakan bahwa :
meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental
yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah
atau melanjutkan ke tingkat dan/ atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidkan sekolah".
Sasaran pendidikan luar sekolah adalah : 1) Warga masyarakat yang
membutuhkan pendidikan karena berbagai hal tidak dapat atau tidak sempat
mengikuti pendidikan di jalur sekolah sepenuhnya. 2) Warga masyarakat yang
ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang tidak dapat diperoleh
pada jalur sekolah. 3) Warga masyarakat yang akan/ sudah bekerja tetap
menuntut persyaratan tertentu yang tidak diperoleh dari jalur pendidikan
sekolah. 4) Warga masyarakat yang ingin melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
luar sekolah dalam Sistem Pendidikan Nasional adalah mempunyai fungsi
utama yaitu untuk menyiapkan,
meningkatkan,
mengembangkan,
dan
membina sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan,
sikap dan daya saing untuk merebut peluang yang tumbuh dan berkembang
agar memiliki kecerdasan, keterampilan, kemandirian, dan sikap sehingga
masyarakat mampu menghadapi dan menyongsong perubahan yang datang
dengan cepat yang mungkin tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.
Sejalan dengan penjelasan di atas, tepatlah Direktorat Pendidikan
Masyarakat menetapkan Visi Pendidikan Luar Sekolah yaitu
mewujudkan
masyarakat yang cerdas, terampil, mandiri, berdaya saing dan gemar belajar.
Sedangkan Misi yang harus diemban adalah
memasyarakatkan belajar dan
membelajarkan masyarakat, sehingga terwujud masyarakat yang memiliki
budaya gemar belajar dan bekerja.
Aparat yang bertugas melaksanakan pembinaan pendidikan luar sekolah
tersebut adalah, Direktorat Pendidikan Masyarakat yang memiliki aparat teknis
di tingkat propinsi, di tingkat kabupaten, sampai di tingkat kecamatan, yaitu
Penilik Dikmas. Berdasarkan tugas tersebut pendidikan luar sekolah/
pendidikan masyarakat (Dikmas) melaksanakan tujuh program utama, yaitu ;
Program PADU (Pengembangan Anak Dini Usia); Program Pemberantasan
Buta Huruf, Program Kejar Paket A setara SD; Program Kejar Paket B setara
SLTP; Program Magang; Program Kewanitaan; Program Kursus Diklusemas.
merupakan program pendukung upaya pemberantasan buta huruf. Selanjutnya
pada saat ini sedang dikembangkan pula program rintisan baru yaitu Program
Pembinaan Lanjut Usia, Program Pembinaan Pekerja Anak dan Program Paket
C setara SMU.
2. Permasalahan dalam Pendidikan Luar Sekolah
Permasalahan adalah segala gangguan, hambatan, tantangan yang
datang menerpa pendidikan luar sekolah dan dapat mempengaruhi arah, gerak
program. Permasalahan ini dibagi dua bagian yaitu :
a. Permasalahan Eksternal
Krisis ekonomi yang terjadi sampai saat ini telah mengakibatkan
perubahan besar-besaran terhadap struktur ekonomi bangsa Indonesia. Selama
krisis
ekonomi
telah terjadi pemutusan
hubungan
kerja dan/ atau
pengangguran dalam jumlah besar, yang mengakibatkan peningkatan jumlah
penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Menurut Sihombing
(1999:55) mengungkapkan bahwa, pada tahun 1998 tercatat sekitar 79,4 juta
penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, padahal pada tahun 1996
kesejahteraan masyarakat. Akibat dari penurunan kesejahteraan masyarakat
membawa dampak negatif terhadap kemampuan keluarga dalam membiayai
pendidikan anak-anaknya, dimana hal ini membawa dampak yang cukup luas
terhadap dunia pendidikan luar sekolah antara lain ; jumlah anak usia 7-12
tahun yang tidak sekolah meningkat secara komulatif sekitar 12,9 juta pada
tahun 1999, tamat Sekolah Dasar tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi sekitar 5,5 juta anak; jumlah anak putus dari Sekolah Dasar
dan SLTP sekitar 8 juta anak; jumlah penduduk buta huruf usia 10-44 tahun
sekitar 8.571.000 orang. Jumlah tenaga penganggur sebanyak 13,2 juta orang,
yang terdiri dari penganggur akut 6 juta orang, penganggur yang baru selesai
pendidikan 2 juta orang dan penganggur akibat PHK 5,2 juta orang.
Data sasaran pendidikan luar sekolah secara komulatif cenderung
meningkat seiring dengan semakin banyaknya keluarga miskin yang tidak
sanggup memikul biaya pendidikan bagi anak-anaknya. Apabila lebih
dicermati data tersebut akan lebih besar lagi jika diperoleh data dari akibat
kerusuhan atau bencana alam diberbagai daerah yang mengakibatkan banyak
keluarga harus meninggalkan kampung halaman dan hal ini semakin
Bidang Pendidikan Masyarakat Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa sampai tahun 1999/2000 masyarakat yang memerlukan pelayanan pendidikan dan pelatihan melalui jalur pendidikan luar sekolah antara lain sebagai berikut : 1) Penduduk usia 10-44 tahun penyandang buta huruf yang menjadi sasaran pendidikan masyarakat hingga tahun 2000 masih tersisa 230.987 orang. 2) Penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 6.652.442 orang, baru terlayani 4.711.664 orang bersekolah di SD/MI, dan di Kejar Paket A setara SD 3.330 orang, sedangkan sebanyak 1.937.448 orang belum terlayani. 3) Penduduk usia 13-15 tahun
sebanyak 4.119.688 orang, baru terlayani 1.142.552 orang bersekolah di
SLTP/MTs dan 23.330 orang di Kejar Paket B setara SLTP.
Keadaan di atas cukup merisaukan walaupun belum muncul, menjadi masalah besar karena masih dapat ditahan dengan bantuan pengadaan
beasiswa melalui Jaring Pengaman Sosial (JPS). Tetapi sampai kapan hal ini
mampu bertahan, karena persoalan sebenarnya bukan pada anak tetapi pada
kemampuan ekonomi keluarga yang semakin terpuruk yang mengakibatkan
orang tua melibatkan anak dalam mencukupi kebutuhan hidup. Cepat atau
tanggap mengantisipasi. Hal ini menjadikan tantangan dan peluang bagi
pendidikan luar sekolah.
b. Permasalahan Internal
Di dalam perkembangannya, pendidikan luar sekolah dipandang dari
segi kuantitas cukup berhasil. Hal ini apabila dilihat dari jumlah warga belajar
yang sudah dibina dan anak putus sekolah semakin banyak mengikuti program
pendidikan luar sekolah baik melalui kelompok belajar maupun kursus-kursus.
Akan tetapi berdasakan kondisi objektif di lapangan dan menurut H.D.
Sudjana (2000), bahwa pengelolaan pendidikan luar sekolah pada masa lalu
juga masa sekarang ditemukan berbagai permasalahan dihadapi ditinjau dari
aspek jangkauan pelayanan, efisiensi, internal dan eksternal dan pengelolaan.
kepada masyarakat belum optimal. Terbatasnya pelayanan petugas dalam
memenuhi kebutuhan belajar masyarakat selama ini disebabkan faktor
kuantitas dan faktor kualitas. Faktor kuantitas sampai saat ini tenaga atau
petugas yang melayani pendidikan luar sekolah masih terbatas, sedangkan
faktor kualitas belum didukung oleh sumber daya manusia yang handal dan
terlatih. 3) Program-program pendidikan masyarakat kurang didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini karena terbatasnya anggaran yang
disediakan pemerintah sangat terbatas, serta kurangnya kemampuan untuk
menggali sumber-sumber yang ada di masyarakat atau yang ada pada
lembaga-lembaga terkait..
Masalah Kedua, adalah efisiensi internal dan efisiensi eksternal
program-program pendidikan luar sekolah. 1) Efisiensi internal menyangkut
sejauh mana sumber-sumber yang tersedia atau yang dapat disediakan bisa
didaya gunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan untuk
meningkatkan kuantitas peserta didik dalam setiap program pendidikan luar
sekolah. 2) Efisiensi eksternal berkaitan dengan seberapa jauh pendidikan luar
sekolah telah membantu warga belajar untuk memiliki keterampilan,
selanjutnya. Dilihat dari kedua efisiensi ini nampaknya program-program
pendidikan luar sekolah, khususnya yang diperuntukkan bagi masyarakat,
masih menunjukkan rendahnya pembinaan komponen-komponen program. Proses pembelajaran, penampilan warga belajar, dan banyaknya lulusan yang belum memanfaatkan hasil belajar untuk memasuki lapangan kerja, membuka kesempatan kerja, dan/ atau berwiraswasta.
Masalah pengelolaan, pendidikan luar sekolah menyangkutpenelitian
dan pengembangan, perencanaan, dan koordinasi. 1) Penelitian dan
pengembangan program pendidikan luar sekolah yang telah dilakukan baik
oleh lembaga penyelenggara program maupun oleh lembaga perguruan tinggi,
hasilnya belum dijadikan bahan masukan untuk perbaikan program pendidikan
luar sekolah.. 2) Perencanaan partisipatif yang didasarkan atas keterlibatan
masyarakat, lembaga terkait, dan peserta didik belum dilaksanakan
sebagaimana mestinya, selama ini perencanaan datang dan di pola dari pusat
(top down). Perencanaan belum menyeluruh dan belum terpadu sehingga
terdapat kecenderungan disatu pihak adanya tumpang tindih program,
sedangkan dipihak lain mungkin ada program yang dianggap penting tetapi
lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan luar sekolah belum terwujud
sesuai dengan kepentingan bersama. 4) Penjabaran fungsi-fungsi manajemen/
pengelolaan program belum dikoordinasikan baik inter maupun antar
penyelenggara program pendidikan luar sekolah.
Permasalahan-permasalahan sebagaimana diuraikan di atas perlu dikaji
dengan seksama sehingga upaya pemecahannya dapat dilakukan secara efektif.
Untuk mengembangkan pendidikan luar sekolah dimasa depan yang
berkualitas, para pengambil kebijaksanaan dan para perencana perlu
menggunakan alternatif pendekatan penelitian masa depan dan perencanaan
strategik sebagai fungsi manajemen strategik yang berorientasi ke masa depan.
Keterlibatan berbagai lembaga pemerintah, lembaga swasta, perorangan
dan masyarakat, menyelenggarakan program pendidikan luar sekolah yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lembaga atau untuk pelayanan kepada
masyarakat. Adanya variasi program sangat diperlukan koordinasi yang baik
antar pihak penyelenggara guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program serta untuk mendaya gunakan
sumber-sumber dan fasilitas dengan lebih terarah sehingga program tersebut
Penjabaran fungsi-fungsi administrasi/ manajemen sangat diperlukan
dalam upaya mengembangkan dan pembinaan pendidikan luar sekolah di masa
depan yang handal, maka dipandang perlu mencari dan menggunakan
alternatif pendekatan yang inovatif melalaui pendekatan penelitian, dan
inovasi pengembangan manajemen pendidikan luar sekolah, yang selaras
dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungannya.
Memperhatikan
serta
menyikapi
permasalahan-permasalahan
pengelolaan pendidikan luar sekolah pada masa lalu serta kendala-kendala
yang terjadi maka diperlukan upaya perubahan strategi agar
kelemahan-kelemahan yang selama ini terjadi dapat diperbaiki dan dicari upaya
pemecahan masalahnya. Sebagai upaya pemecahan permasalahan tersebut
Direktorat Pendidikan Masyarakat beserta jajarannya dalam rapat kerja
nasional Kepala Bidang Pendidikan Masyarakat se Indonesia, bulan Agustus
1998 di Bali menghasilkan rumusan strategik berupa inovasi pengembangan
manajemen pendidikan luar sekolah yang berbasis masyarakat, yang
diwujudkan dalam bentuk institusi baru yang disebut
PUSAT KEGIATAN
BELAJAR MASYARAKAT dan disingkat (PKBM).
PKBM dimaksud adalah "suatu tempat kegiatan pembelajaran
menggerakkan pembangunan di bidang pendidikan, sosial ekonomi, dan
budaya (Sihombing, 1999)".
Institusi PKBM tersebut dibentuk dengan tujuan yaitu :
Pertama, menggali, menumbuhkan, mengembangkan dan
mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di masyarakat untuk
sebesar-besarnya diarahkan dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Kedua, mendekatkan wadah di mana masyarakat dapat menimba ilmu
yang diperlukan, memadukan program pembelajaran dengan tuntutan
lingkungan, memudahkan pengendalian masyarakat terhadap kualitas
pendidikan bagi masyarakat.
Ketiga,
mengoptimalkan pelibatan peian serta masyarakat dan lintas
sektoral dalam pengembangan/ pembinaan pendidikan luar sekolah dalam
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui pendekatan pendidikan
luar sekolah yang berbasis masyarakat (community base education).
Melalui PKBM dapat bermanfaat bagi masyarakat dan diharapkan; 1)
Mampu melayani kebutuhan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan
dalam arti kuantitatif, serta menjamin lahirnya para lulusan yang secara
kualitatif
memenuhi
harapan
masyarakat
banyak
(efektivitas
dan
pengalaman belajar selaras dengan dunia pekerjaan yang akan dimasuki oleh
para lulusan (relevansi) dan 3) Mendaya gunakan berbagai sumber daya yang
ada secara optimal bagi tercapainya tujuan pendidikan luar sekolah (efisiensi).
Kegiatan yang diprogramkan di PKBM bervariasi sesuai dengan profil
PKBM itu sendiri dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Beberapa jenis
kegiatan yang dipusatkan di PKBM dapat berupa : Program Pengembangan
Anak Dini Usia (PADU), Program Pemberantasan Buta Huruf, Kejar Paket A
setara SD, Kejar Paket B setara SLTP, Kejar Paket C/ Bimbingan Belajar,
Kursus-kursus Keterampilan, Pendidikan Mata Pencaharian (Kejar Usaha),
Magang, Taman Bacaan Masyarakat sebagai pendukung program.
Sejak adanya upaya perubahan dalam pengembangan manajemen
pendidikan luar sekolah dalam bentuk PKBM yang digulirkan mulai bulan
Agustus 1998 sampai dengan bulan Mei 2000 perkembangannya cukup pesat
khususnya di Jawa Barat telah terbentuk 172 PKBM, tersebar di 25 kabupaten/
kota (Depdiknas Provinsi Jawa Barat, 2000). Dengan berdirinya PKBM
berdampak terjadi perubahan dalam proses pembangunan sosial, ekonomi dan
budaya di masyarakat khususnya di wilayah binaan PKBM.
Kehadiran PKBM tersebut, menurut kalangan berbagai pihak
suatu kemajuan yang cukup menggembirakan dalam pendidikan sekolah. Hal
tersebut dirasakan misalnya;
1) Masyarakat dilibatkan dalam merencanakan, melaksanakan, mengambil
keputusan dan pengawasan program pendidikan luar sekolah sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi lingkungannya.
2)
Terlibatnya dinas instansi dalam mengembangkan dan membina
program-program pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan di
PKBM.
3) Adanya koordinasi antara penyelenggara program pendidikan luar
sekolah, sehingga program-program pendidikan luar sekolah menjadi
terintegrasi dalam hal perencanaan, pembiayaan dan pengendalian.
4)
Dengan adanya pelibatan masyarakat dan lintas sektoral tersebut
menyebabkan perogram-program pendidikan luar sekolah yang ada di
PKBM penyelenggaraannya menjadi lebih berkualitas dan bermakna
dalam pemberdayaan masyarakat.
5)
Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah menjadi melembaga dalam
6)
Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah terasa manfaatnya dalam
upaya memberdayakan masyarakat, karena program-program dirancang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
7) Sebagai pusat informasi bagi masyarakat dan sebagai wadah/ tempat,
pembinaan, pengetahuan, keterampilan, keagamaan dan peningkatan
kesejahteraan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Telah diuraikan sebelumnya bahwa pendidikan luar sekolah dalam
perkembangannya menghadapi berbagai permasalahan baik disebabkan oleh
faktor jangkauan pelayanan, efisiensi internal dan eksternal serta faktor
pengelolaan.
Faktor-faktor
tersebut
merupakan
kendala
dan
diduga
berpengaruh terhadap keberhasilan peningkatan kualitas program PLS.
Kehadiran PKBM sebagai inovasi manajemen dalam pengembangan/
pembinaan PLS yang berbasis masyarakat, secara konseptual akan berdampak
positif terhadap peningkatan program-program PLS seperti halnya; program
pendidikan luar sekolah menjadi melembaga dan lebih terkoordinasi serta
peluang bagi masyarakat untuk memilih sesuai dengan kebutuhannya. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat dengan penciptaan lapangan kerja baru karena dikembangkannya berbagai jenis usaha. Meningkatnya anggota masyarakat yang menjadi warga belajar sehingga dapat membantu penarikan kembali dan merehabilisasi drop out dalam pendidikan dasar. Motivasi para tutor dan disiplin menjadi lebih baik, demikian halnya koordinasi antar lintas
sektoral sudah menunjukkan adanya kemajuan.
Adanya kemajuan yang positif dari PKBM dalam menjalankan misinya diduga dipengaruhi berbagai faktor. Faktor yang menurut dugaan penulis lebih
urgen adalah dengan adanya keterlibatan masyarakat dan keterlibatan lintas
sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM. Pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/
pembinaan PKBM diduga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
program-program PLS, khususnya yang diselenggarakan di PKBM.
Sebagai upaya untuk memperoleh informasi sejauhmana hubungan
antara pelibatan masyarakat dan lintas sektoral terhadap peningkatan kualitas
program PLS, maka fokus permasalahan dan pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah "Apakah dengan pelibatan masyarakat dan lintas sektoral
peningkatan kualitas program PLS ?. Untuk lebih jelasnya diuraikan dalam
perumusan masalah.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka rumusannya
adalah Bagaimana hubungannya pelibatan masyarakat dan lintas sektoral
dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan
kulitas program Pendidikan Luar Sekolah ?, apabila dirinci permasalahannya
sebagai berikut:
a. Adakah hubungan antara pelibatan masyarakat (Xj) dalam manajemen
pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS (Y) ? yang dikelola di PKBM.
b. Adakah hubungan antara pelibatan lintas sektoral (X2) dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS (Y) ? yang dikelola di PKBM.
c. Adakah hubungan bersama (joint effects = Xi X2) antara pelibatan
masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/
pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS (Y) ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Ingin memperoleh informasi tentang hubungan antara keterlibatan masyarakat dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS yang dikelola di PKBM. 2. Ingin memperoleh informasi tentang hubungan antara keterlibatan lintas
sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap
peningkatan kualitas program PLS yang dikelola di PKBM.
3. Ingin memperoleh informasi tentang hubungan antara pelibatan
masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/
pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS yang
dikelola di PKBM.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:
1. SecaraTeoritik
dan khususnya dalam usaha meningkatkan pengembangan dan pembinaan program pendidikan luar sekolah.
b. Dapat dijadikan sebagai alternatif model inovasi dalam pengembangan manajemen pendidikan luar sekolah dalam wujud pelembagaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
c. Dapat dijadikan salah satu pola atau strategis dalam pembinaan eksistensi PKBM menuju penyelenggaraan PKBM yang mandiri dan
berkualitas.
d. Sebagai masukan bagi Direktorat Pendidikan Masyarakat beserta jajaran aparatnya dalam upaya memperkaya khasanah strategi pemandirian PKBM.
e. Temuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk para peneliti berikutnya terutama berkaitan dengan masalah pengembangan keilmuan dalam manajemen pendidikan luar sekolah
2. Secara Praktis
b. Berguna bagi pengelola PKBM, dalam tugasnya mengembangkan dan membina PKBM yang mandiri.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar merupakan landasan pemikiran dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Subino (1982:6) mengemukakan bahwa anggapan dasar ini merupakan suatu kebenaran yang tidak memerlukan
pengujian lagi, sekurang-kurangnya bagi si peneliti saat ini. Yang diaggap
dapat dijadikan anggapan dasar misalnya hasil-hasil penelitian orang lain pada masa lampau, teori-teori, atau pemikiran-pemikiran manthiq si peneliti. Dalam penelitian tentang pelibatan masyarakat dan lintas sektoral dalam pembinaan/ pengembangan PKBM ini dilandasi beberapa anggapan dasar sebagai berikut:
1. Pelibatan masyarakat dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM diduga ada hubungannya terhadap peningkatan kualitas program
pendidikan luar sekolah.
2. Pelibatan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan
PKBM diduga ada hubungannya terhadap peningkatan kualitas program
3. Pelibatan masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen
pengembangan/ pembinaan PKBM diduga ada hubungannya terhadap
peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah.
Ketiga faktor tersebut di atas, dipandang perlu untuk diteliti dan
dievaluasi guna mengetahui sejauhmana hubungan atau pengaruh diantara
variabel-variabel tersebut.
F. Hipotesis
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis :
1.
Terdapat hubungan yang siginifikan antara pelibatan masyarakat dalam
pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas
program PLS.
2.
Terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan lintas sektoral
dalam pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas
program PLS.
3.
Terdapat hubungan yang signifikan antara pelibatan masyarakat dan
lintas sektoral dalam pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam memberi makna terhadap
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, berikut akan dijelaskan beberapa
definisi secara operasional yang dipandang perlu diketahui kejelasannya.
1. Pengaruh adalah akibat dari adanya penyertaan unsur lain pada suatu
obyek dan unsur lain tersebut memberi makna baik negatif maupun
positif (Depdikbud, 1996:207). Yang dimaksud dengan pengaruh dalam
penelitian ini adalah pelibatan unsur masyarakat dan lintas sektoral dalam pengembangan/ pembinaan PKBM, dan memberikan makna terhadap peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah.
2. Pelibatan masyarakat adalah "masyarakat diikut sertakan di dalam
program-program pemerintah yang telah mendapat persetujuan
masyarakat karena lahir dari kebutuhan nyata masyarakat itu sendiri
(H.R.D. Tilaar, 1999:169)". Yang dimaksud dengan pelibatan
masyarakat dalam penelitian adalah masyarakat dilibatkan dalam
manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM meliputi perencanaan, penentuan, pelaksanaan, dan pengendalian dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas program pendidikan luar sekoj^l^^^i^jakat
a. Individu, yaitu anggota masyarakat, pendidik, tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan pengusaha. b. Kelompok, yaitu karang taruna, majelis
taklim, PKK dan kelompok belajar. c. Lembaga, yaitu LSM, LKMD,
dan Yayasan. d. Komunitas yaitu masyarakat yang ada di pedesaan
seperti Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), dan Dasa Wisma.
3. Pelibatan lintas sektoral yang dimaksud adalah dinas instansi yang ada
hubungannya dengan penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah
dan dilibatkan dalam pengembangan/ pembinaan PKBM bertujuan
untuk meningkatkan program-program pendidikan luar sekolah. Dinas
instansi terkait (lintas sektoral) tersebut adalah : PEMDA, Dinas Tenaga
Kerja, BKKBN, Departemen Agama, DEPERINDAG, Dinas Pertanian
dan Perikanan, Bangdes dan Departemen Koperasi serta Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan.
4.
Manajemen dalam pendidikan luar sekolah yang dimaksud adalah
upaya menerapkan fungsi-fungsi pengelolaan baik untuk setiap kegiatan
yang berkaitan dengan kelembagaan pendidikan luar sekolah maupun
untuk satuan pendidikan luar sekolah.
5.
Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan
keadaan yang lebih lengkap, lebih besar atau lebih baik, memajukan sesuaiu dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks (Sudjana, 2000:353). Pengembangan dalam PKBM yang dimaksud adalah upaya memperluas dan meningkatkan PKBM yang mengarah kepada pemandirian melalui pelibatan masyarakat dan lintas sektoral.
6. Pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna (Sudjana, 2000:223). Pembinaan dalam PKBM dimaksud adalah upaya pengendalian yang dilakukan masyarakat dan lintas sektoral terhadap semua unsur yang ada dalam PKBM (Pengelola, Tutor, Warga Belajar,
Sarana Prasarana, Biaya) sehingga berfungsi secara berdaya guna dan
berhasil guna sesuai dengan tujuan.
7. Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau
kebutuhan, karakteristik kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan
produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif
memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu (Vincent Gaspersz, 1997:5). Yang dimaksud dengan kualitas dalam program pendidikan luar sekolah menurut Direktorat Pendidikan Masyarakat, indikator untuk setiap jenis program kriterianya ditetapkan berdasarkan 10 (sepuluh) patokan Pendidikan Masyarakat yang ditinjau dari aspek (1)
Warga Belajar, (2) Sumber Belajar, (3) Pamong Belajar, (4) Kelompok
Belajar, (5) Tempat Belajar, (6) Program Belajar, (7) Sarana Belajar, (8) Dana Belajar, (9) Ragi Belajar, (10) Hasil Belajar. Aspek-aspek tersebut dikatakan berkualitas apabila dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.
8. Program Pendidikan Luar Sekolah dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, atau organisasi (lembaga) dalam usaha pelayanan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, teratur, dan berencana di luar sistem sekolah yang berlangsung
sepanjang umur dan bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia
sehingga terwujud manusia yang gemar belajar - membelajarkan,
H. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan suatu model yang dijadikan acuan
peneliti dalam melaksanakan penelitian. Bog dan Bikten (1992:33)
menyatakan bahwa paradigma adalah sejumlah asumsi, konsep atau
proposisi-proposisi yang diyakini kebenarannya atau ketidak benarannya yang
mengerahkan cara berpikir dan penelitian.
Yang menjadi acuan paradigma penelitian ini berawal dari
kebijakan-kerbijakan
pemerintah.
temuan-temuan
di
lapangan,
permasalahan-permasalahan dan upaya inovatif dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang
diuraikan sebagai berikut
1.
Pendidikan luar sekolah sebagai sub sistem dari pendidikan nasional
memiliki 1) fungsi yaitu mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia, 2) bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya (UU No. 2 Tahun 1989, tentang SISDIKNAS pasal
3 dan 4).
keterampilan, sikap dan daya saing untuk merebut peluang di masa
depan.
3. Pendidikan luar sekolah bertujuan 1) Melayani warga belajar supaya
tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. 2) Membina warga belajar guna memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ke tingkat atau jenjang yang lebih tinggi. Dan 3) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah (PP No. 71 Tahun 1991). Dalam upaya melayani, membina dan memenuhi kebutuhan belajar masyarakat. Pendidikan luar sekolah mengembangkan berbagai program yaitu :
Pengembangan Anak Dini Usia (PADU), Pemberantasan Buta Huruf,
Kejar Paket A setara SD, Kejar Paket B setara SLTP, Kursus-kursus,
Magang, KBU. Pendidikan Kewanitaan, dan berbagai keterampilan
lainnya.
4. Dalam pelaksanaannya bila ditinjau dari pengelolaan, penyelenggaran
pendidikan luar sekolah tersebut memiliki kelemahan antara lain;
pemerintah pusat, masyarakat hanya dijadikan objek pendidikan; Pola
penyelenggaraan terpencar-pencar sehingga sulit pengendalian dan
pengawasan; Orientasi program menitik beratkan pada akademis dan
target; Kurang melibatkan masyarakat dan lintas sektoral; Kurang
koordinasi dan sikap aparat yang berpandangan kurang berorientasi
pada masa depan (logis, koservatif dan statis). (Sihombing, 2000).
5.
Dari
kelemahan-kelemahan
tersebut
menimbulkan
berbagai
permasalahan yaitu 1) Program kurang berkembang karena tidak
berbasis pada masyarakat. 2) Keterlibatan masyarakat dan lintas
sektoral sangat lemah sehingga program pendidikan luar sekolah
dirasakan kurang berkualitas dikarenakan adanya keterbatasan sumber
daya seperti tenaga, sarana, dana dan sumber-sumber lainnya yang
diperlukan. 3) Program kurang terkendali karena pada penempatan
program yang terpencar-pencar. 4) Kurang didukung dengan sumber
daya manusia yang dipersiapkan. 5) Pemanfaatan fungsi-fungsi
administrasi/ manajemen pendidikan, terutama koordinasi masih lemah.
6.
Akibat dari permasalahan tersebut berdampak pada hasil pembinaan
yaitu: 1) Pendidikan luar sekolah kurang dikenal baik di masyarakat
dari masyarakat dan lintas sektoral (dinas/ instansi/ lembaga pemerintah maupun non pemerintah). Akibat dari hal tersebut di atas menyebabkan
program pendidikan luar sekolah kurang berkualitas.
7. Dari penjelasan tersebut di atas, ada upaya pemikiran strategis dari pemerintah yaitu pemikiran inovatif pengembangan manajemen pendidikan luar sekolah yang mengarah pada visi dan misi dengan
menggunakan pendekatan strategis yaitu; 1) Pendidikan luar sekolah dilaksanakan dengan berbasis masyarakat. 2) Proses pembelajaran dari
orientasi akademis mengarah pada orientasi pasar. 3) Penekanan
program dari kuantitas mengarah pada dan mengutamakan kualitas. 4)
Dalam pola pengelolaan mengutamakan pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral. 5) Mengoptimalkan fungsi-fungsi administrasi/ manajemen pendidikan melalui peningkatan koordinasi.
8. Aplikasi dari inovasi pengembangan manajemen pendidikan luar
sekolah melalui pendekatan berbasis masyarakat tersebut diwujudkan
dalam bentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang dalam
pengembangan/ pembinaan melibatkan masyarakat dan lintas sektoral serta menggunakan fungsi administrasi/ manajemen pendidikan melalui
9.
Pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral sebagai penjabaran
dan fungsi koordinasi dalam administrasi/ manajemen pendidikan
merupakan variabel penelitian yang diduga ada pengarunya terhadap
peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah yang juga
sebagai variabel penelitian.
10.
Untuk mengetahui sejauhmana hubungan pengaruh antar variabel
tersebut perlu dibatasi melalui penelitian.
a.
Apakah ada hubungan antara pelibatan masyarakat dalam
manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM (Xi) terhadap
peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah (Y).
b.
Apakah ada hubungan antara pelibatan lintas sektoral dalam
manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM (X2) terhadap
peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah (Y).
c.
Apakah ada hubungan antara pelibatan masyarakat dan pelibatan
lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan
PKBM (XiX2) terhadap peningkatan kualitas program pendidikan
h-a. o f-D o Q_ Z) O to LU to O on 0. CO CO C= CO CO 89 ^ n o . i s
CO k .
>- CO 8 5" E £ CO CO >••=; • I
j«: - a
CO k . k IB IB
g. E '="
E « » E ™ J3
j « io 2
jjT f0,
as to J 2 CO E E CD CO
S E
CO
k . 09 as . a
CO a . 89 co E .E _ >* CO CO CO CO CD CO
E . >- «
_ CO CO J3
S «o-a i_
-Si! & S ~s as . a E
3 U .CD ' 5 _ ~ 89
I SI
05 >• E
S 1
CL
DC
r
-CO
CO 3 E
8> . . . .S" CO ^ _
B T l m
09 CO •B E k .
CO •a F a . . e CD o 00 CO k . e n s a . E
(U CO 09
LU OQ O c CO E 09 • a CO CO CO B . "lo CO +•* B CO en E 09 E CO > -CO CO E CO CO CO E
* *• ^ CO E
CO CO E CO m CO J £ CO CO * * *
-09 * JC CO CO
•B
09 CO 09 E J 3 . 8 C • B E CO I S 09 k> CO 09 3 09 09
a . o a . a . J S a . a . to •=
co E _ c "B 5
•— CO co
xj__.se
- SS.^ O " I E ,
•* § E
E 4= 09 CO . _ B .
_« CO =
OS CO 09 •E E "co*
- . •— —
09 CO
*m — CO
S o E
03 c Ah C3 CO (-1 s a . _ 00 E 09 CO . B ^ _ f c O (0
E CL h CO s
CO
, v . E cu E k . _ £
•E 3 COE
3
k .
71 CO CO CO E 09 E 09 CO 09 CO
<c - 3E E 09 • a E CO -a: 89 f -^9 CO E CO CO >• CO CO F •B CO s E CO E '"B E *-> CO CL CO •B E CO k . 09 CL CO CO E —3 E "5 8 9
_ ; CO CO *•> CO *
-=3 1— CO E 09 CO CO » ^ E CO E 09 E T3 CO " B CO *•» CO 09 CO 09 CO _ £ CO k . CO CO to "5 E CO —£ CO k . CO 89 8 9
89 E CO
>-•B . a > - > .
E 09 E 09 E E 09 E 09 8 .
mas
ilmu
Opti
CO CO E--' oj CO
CO E
+ * CO •_ re
+ ^ CO - a
<s - a CO 5 CO k . CO > -CO CO •B E CO k . E CO - a e n E 3 E E E 09
CC CO CO F CO •B CO CO CO 09 E 09 8 9 se: 2
8 9 J £ _ae CU E
E 3 8 9
CO
CO 09 COk .
CO 09 • a COE
CO > • CO _ J Q_ E LU Q_ QC 8 9 E CO •B k . 09 J 3 E CO >• CO CO E 09 B . E CO E 'co <; COE
E
CO 89'co CO COk _
CO CO CO a Jb Hi E CO E CO CO k . |b E E CO E
rtisipa
ktoral
CO » E CO E 'e Engelol
ektif
09 09 09
S CO 09 09 •B 09 h_
a . - n Q. B . CO CL CO Q_ 09
I. Sistematika Tesis
Sistematika penyusunan tesis ini terbagi ke dalam 6 Bab dan guna
memudahkan pembahasan penelitian ini penulis menyusun sistematika tesis
sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan, mengungkapkan penomena dan
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pola penyelenggaraan pendidikan luar
sekolah di Jawa Barat dan sekaligus menjadikannya sebagai latar belakang
masalah serta upaya-upaya yang ditempuh dalam pemecahan masalahnya.
Untuk memfokuskan pembahasan masalah penelitian, dijelaskan pula
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan
penelitian. Selanjutnya pembahasan masalah ini didukung dengan kajian
anggapan
dasar,
hipotesis
penelitian,
definisi
operasional,
paradigma
penelitian dan sistematika tesis.
Bab II menjelaskan landasan teoritis penelitian. Pada bab ini
memfokuskan mengenai strategi manajemen dalam pengembangan/
pembinaan serta upaya peningkatan program pendidikan luar sekolah yang
berisi tentang kajian meliputi : konsep manajemen, manajemen strategi,
pengembangan manajemen pendidikan luar sekolah yang diwujudkan dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat meliputi : konsep dasar Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), arah dan azas PKBM, fungsi PKBM, maksud
dan tujuan PKBM, strategi pengelolaan PKBM, fungsi manajemen PLS dan
koordinasi. Fokus pembahasan koordinasi meliputi : pengertian koordinasi, ruang lingkup koordinasi, pelaksanaan koordinasi, koordinasi dalam PLS, pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral.
Bab III menguraikan prosedur penelitian, berisi tentang : metode penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, mengukur validitas dan reliabilitas instrumen, pengemasan pengolahan data, dan pelaksanaan penelitian.
Bab IV membahas hasil penelitian meliputi: pengujian normalitas data, analisis regresi sederhana, analisis regresi ganda, dan pengujian koefisien
korelasi.
Bab V berisi pembahasan temuan penelitian. Bab VI berisi bab penutup
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk mencapai tujuan dalam suatu penelitian. Dalam Bab I telah dikemukakan maksud dan tujuan penelitian, yaitu
berusaha untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara variabel
pelibatan masyarakat dan lintas sektoral terhadap peningkatan kualitas program
Pendidikan Luar Sekolah.
Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu untuk memperoleh gambaran empirik mengenai keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian ini dilaksanakan. Selanjutnya data yang diperoleh di lapangan dianalisis, secara kuantitatif berdasarkan informasi statistik maupun kualitatif berdasarkan interpretasi terhadap hasil-hasilnya.
Dengan menggunakan metode korelasional, diharapkan memperoleh kesimpulan yang mungkin dapat diangkat ke taraf generalisasi berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data. Kemudian dari kesimpulan dan generalisasi itu akan ditarik implisasi yang bermakna untuk kepentingan pengembangan
pendidikan umumnya dan pendidikan luar sekolah pada khususnya.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam studi ini terdiri dari tiga variabel yaitu
variabel bebas (X, dan X2, joint effect variabel X,X2), dan variabel terikat (Y).
Untuk kebutuhan dalam penelitian ini faktor-faktor yang dijadikan
variabel penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1.
Pelibatan masyarakat dalam manajemen pengembangan/ pembinaan
PKBM disebut variabel (X,).
2.
Pelibatan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan
PKBM disebut variabel (X2).
3.
Pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral dalam manajemen
pengembangan/ pembinaan PKBM disebut variabel joint effect (X, X2).
4.
Peningkatan
kualitas
program
pendidikan
luar sekolah
disebut
variabel (Y).
Kemudian untuk memetakan lebih lanjut hasil penelitian agar lebih
komunikatif, maka variabel-variabel penelitian digambarkan dalam desain
xi
rxi y
Rx,x2y
X2
rx2y
Gambar 2 Desain Penelitian
Keterangan :
Xi : variabel pelibatan masyarakat dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM.
x2 : variabel pelibatan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM.
X] x2 : kombinasi (joint effect) variabel Xj dan x2.
y : variabel peningkatan kualiats program pendidikan lular sekolah. rxi y : korelasi X] dengan y.
rx2 y : korelasi X2 dengan y.
Rxix2y : korelasi joint effect X|X2 dengan y.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Sesuai dengan objek penelitian dalam tesis ini, maka sebagai populasi
penelitian adalah pendapat Penyelenggara PKBM se Jawa Barat tentang
Sekretaris/ Bendahara) PKBM yang ada di Jawa Barat.
Alasan
yang
dijadikan
pertimbangan
untuk mengambil
hanya
Penyelenggara (Ketua/ Sekretaris/ Bendahara) PKBM adalah Penyelenggara
yang menjadi populasi ini pada saat dilaksanakan penelitian merupakan objek
penelitian yang tahu persis dan merasakan maju-mundurnya perkembangan
PKBM yang dikelolannya baik PKBM tersebut mendapat bantuan dari
masyarakat dan lintas sektoral atau pun tidak sama sekali.
Alasan lain adalah atas pertimbangan waktu, tenaga, dan dana yang
tersedia untuk mendukung penelitian ini sangat terbatas. Keterbatasan dana.
waktu dan tenaga dengan sendirinya akan turut mempengaruhi pelaksanaan
penelitian. Dana yang mendukung penelitian ini sangat besar pengaruhnya
terhadap pengadministrasian alat-alat pendidikan serta persiapan administrasi
lainnya, begitupun juga waktu yang tersedia dan tenaga pelaksana penelitian
akan mempengaruhi penyelesaian dan penulisan laporan penelitian ini.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pendidikan Masyarakat
Kanwil Depdiknas Propinsi Jawa Barat, jumlah PKBM yang menjadi anggota
populasi penelitian ini adalah 172 PKBM. tersebar di 25 Kabupaten/ Kota
2. Sampel Penelitian
Dalam penarikan sampel, besarnya sampel belum cukup menjamin
derajat keandalan hasil penelitian, di samping jumlahnya yang memadai suatu
sampel juga harus mewakili karakteristik anggota populasi. Suatu sampel
penelitian dapat dikatakan mewakili populasi apabila karakteristik populasi
dimiliki pula oleh sampel. Karena itu sampel untuk suatu penelitian antara lain
dapat ditarik secara proporsional.
Dalam penelitian ini sampel diambil secara acak dengan prinsip
proporsional, dari 172 Penyelenggara PKBM anggota populasi diambil untuk
dijadikan sampel sebanyak 103 Penyelenggara PKBM (60%) dari jumlah
populasi PKBM yang ada di Propinsi Jawa Barat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Winarno Surachmad (1978:91) bahwa"untuk pedoman umum saja
dapat dikatakan apabila populasi cukup homogen terhadap populasi di bawah
100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50%, dan di atas seribu sebesar 15%.
Untuk jaminan ada baiknya sampel selalu ditambah sedikit lagi dari jumlah
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada tiga teknik utama yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian, yaitu : 1. Studi Kepustakaan, digunakan untuk
mengungkapkan dan mendalami konsep-konsep para ahli yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian serta dengan teknik ini perlu akan
diungkapkan beberapa penelitian terdahulu yang sejenis. 2. Kuesioner,
digunakan untuk mengungkapkan data mengenai pendapat Penyelenggara
anggota sampel tentang peran serta masyarakat dan lintas sektoral dalam
pembinaan dan pengembangan PKBM. 3. Studi Dokumentasi, digunakan untuk
mengungkapkan data tentang kualitas penyelenggaraan program. Data tersebut
diperoleh dari dokumen administrasi penyelenggaraan PKBM dan data
kegiatan pembelajaran yang diinventarisir oleh Penyelenggara PKBM.
2. Alat Pengumpulan Data
Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis-hipotesis
yang digunakan dalam penelitian ini, maka data yang dibutuhkan adalah skor
dari variabel-variabel penelitian sebagai berikut : 1. Pendapat Penyelenggara
PKBM, 2. Pendapat Penyelenggara PKBM tentang pelibatan lintas sektoral
dalam pembinaan/ pengembangan PKBM, dan 3. Kualitas program Pendidikan
Luar Sekolah.
Untuk memperoleh skor variabel-variabel penelitian tersebut, maka disusun skala dalam bentuk skala Likert. Dimaksudkan untuk mengumpulkan
data terdapat berisi tentang pernyataan-pernyataan berkaitan dengan pelibatan
masyarakat dan lintas sektoral dalam pembinaan/ pengembangan PKBM dan
pernyataan-pernyataan penyelenggara tentang kualitas penyelenggaraan
program PLS di PKBM.
a. Skala pelibatan masvarakat
Skala ini disusun untuk mengungkapkan pernyataan Penyelenggara
PKBM berkaitan dengan pelibatan masyarakat dalam pembinaan/
pengembangan PKBM.
Adapun bentuk pelibatan masyarakat yang dimaksud adalah : 1) Melaksanakan identifikasi calon warga belajar
2) Menyediakan calon Tutor
3) Menyediakan calon Penyelenggara PKBM
5) Menyediakan program-program belajar
6) Menetapkan hal-hal yang akan dipelajari, menyepakati jadwal belajar
7) Mengatur pengunaan sarana belajar
8) Memprakarsai diadakannya lomba antar kelompok belajar dan warga
belajar
9) Menyediakan dana
10) Memanfaatkan hasil belajar dan meningkatkannya lebih lanjut.
b. Skala pelibatan lintas sektoral
Skala ini disusun untuk mengungkapkan pernyataan Penyelenggara
PKBM berkaitan dengan pelibatan lintas sektoral dalam pembinaan/
pengembangan PKBM.
Adapun bentuk pelibatan lintas sektoral yang dimaksud adalah :
1)
Memberikan bimbingan dan alat untuk mengidentifikasi warga belajar
2) Melatih Tutor
3) Memberikan pembinaan cara mengelola kegiatan belajar
4) Memberikan bantuan dan pembinaan teknis
5) Membentuk kelompok belajar
7) Mendampingi dan menampung kebutuhan belajar masyarakat
8) Menyediakan sarana belajar
9) Menyediakan dana
10) Menilai proses dan hasil pembelajaran serta menindak lanjuti.
Unsur-unsur pelibatan masyarakat dan lintas sektoral di atas dijadikan
pegangan dalam menyusun kuesioner yang berbentuk skala dan digunakan
dalam penelitian ini.
c. Skala kualitas penyelenggaraan program PLS
Skala ini disusun untuk mengungkapkan kualitas penyelenggaraan
program PLS di PKBM dan merupakan akumulasi/ tolok ukur dari kegiatan
pelibatan dari masyarakat dan lintas sektoral, ukuran kualitas penyelenggaraan
program dan berdasarkan pedoman menurut Direktorat Pendidikan Masyarakat
diuraikan sebagai berikut:
1) Tersedianya data dasar warga belajar sesuai dengan kriteria yang
ditentukan.
2) Tersedianya data dasar tutor sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
3) Tersedianya data dasar penyelenggara dan administrasi penyelenggaraan
4) Data kelompok belajar, pengaturan kelompok, dan administrasi kejar sesuai kriteria yang ditetapkan.
5) Menyediakan tempat dan program-program belajar.
6) Sarana dan bahan/ sumber belajar memadai.
7) Terselenggaranya evaluasi program dalam bentuk lomba/ kompetisi
antar kelompok/ warga belajar.
8) Terpenuhinya dana penyelenggaraan program. 9) Adanya data peningkatan hasil program belajar.
10)
Adanya data hasil evaluasi/hasil pengujian.
/[\
i
3. Ujicoba Alat Pengumpul Data
Dalam upaya penyusunan alat pengumpul data untuk penelitian ini,
dilaksanakan ujicoba alat pengumpul data sebanyak dua kali, yaitu tahap pertama dan tahap kedua.
Ujicoba tahap pertama, dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai keterbacaan dan ketidak mengertian kalimat dalam pernyataan dan
pembakuan alternatif jawaban yang dipergunakan. Dalam tahap ini disusun tiga
alat penelitian, yaitu : a) skala tentang pelibatan masyarakat, b) skala tentang
skala Likert dengan lima alternatif jawaban, yakni sangat setuju, setuju,
ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat setuju.
Dalam rangka ujicoba tahap pertama ini disusun beberapa pernyataan
dengan rincian sebagai berikut:
a. Skala pelibatan masvarakat
Disusun 35 pernyataan, terdiri dari 17 pernyataan positif dan 18
pernyataan negatif.
b. Skala pelibatan lintas sektoral
Disusun 28 pernyataan, terdiri dari 13 pernyataan positif dan 15
pernyataan negatif.
c
Skala kualitas penyelenggaraan program PLS
Di PKBM disusun 90 pernyataan, terdiri dari 45 pernyataan positif dan
45 pernyataan negatif.
Dari hasil ujicoba tahap pertama dan setelah diperbaiki beberapa
pernyataan, maka untuk ujicoba tahap kedua ditetapkan 32 pernyataan skala
pelibatan masyarakat dengan rincian 15 pernyataan positif dan 17 pernyataan
pernyataan positif dan 13 pernyataan negatif, dan 60 pernyataan skala tentang
kualitas penyelenggaraan program PLS dengan rincian 26 pernyataan positif
dan 34 pernyataan negatif. Penyusunan skala untuk tiga instrumen tersebut
menggunakan pola Likert yang berbutir lima alternatif jawaban, yaitu (SS)
sangat setuju, (S) setuju, (R) ragu-ragu, (TS) tidak setuju, (STS) sangat tidak
setuju.
Kemungkinan jawaban tersebut dipilih mengingat hasil ujicoba tahap
pertama jawaban responden cenderung tersebar antara setuju dan tidak setuju.
Untuk memilih pernyataan yang memenuhi kriteria kebaikan dan dalam rangka
memenuhi validitas serta reliabilitas alat penelitian ini, maka dilakukan ujicoba
tahap kedua.
4. Deskripsi Kegiatan Ujicoba
Setelah melalui proses penyusunan masing-masing alat ukur penelitian
ini diuji-cobakan. Ujicoba tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 7
September 2000 kepada Penyelenggara PKBM sebanyak 25 Penyelenggara.
Dengan pertimbangan yang menjadi sampel ujicoba memiliki karakteristik
Dari 25 buah perangkat kuesioner yang disebar pada Penyelenggara PKBM sebagai sampel tahap pertama tersebut, ternyata semuanya memenuhi syarat untuk dianalisis, tidak satupun kuesioner yang rusak atau dinyatakan gagal.
Setelah hasil ujicoba pertama dianalisis dan diadakan beberapa
perbaikan dan penyempurnaan mengenai pernyataan-pernyataan dalam
masing-masing alat ukur penelitian, maka pada tanggal 21 September 2000
dilaksanakan ujicoba tahap kedua, sampel ujicoba masih tetap Penyelenggara PKBM. Penyelenggara tersebut merupakan populasi penelitian, dan yang menjadi sampel ujicoba tahap kedua ini sebanyak 25 orang penyelenggara, dan dari 25 kuesioner yang disebarkan semuanya lengkap dan dapat dianalisis untuk memenuhi kriteria alat penelitian ini.
E. Mengukur Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan baik jika instrumen tersebut memiliki validitas tinggi. Pengertian validitas menurut Scawin B. Anderson
(dalam Suhartini Arikunto, 1991:63) adalah suatu alat tes tersebut valid jika
(1987:119) menyatakan validitas adalah tingkat ketepatan tes dalam mengukur
apa yang harus diukur. Jadi suatu alat tes dapat dikatakan valid jika dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat tes tersebut.
Mengenai validitas tes tersebut dapat diketahui dari hasil pemikiran. Jadi
validitas tersebut dapat dilakukan secara rasional dan secara empirik. Menurut
pengelompokkannya validitas tes dapat dibagi jadi 4 macam, validitas isi
(content validity), validitas konstruk (construct validity), validitas yang ada
sekarang (concurent validity), dan validitas prediksi (prediction validity).
Untuk tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa skala pelibatan
masyarakat, skala pelibatan lintas sektoral, dan skala kualitas penyelenggaraan
program PLS di PKBM, dapat dikatakan telah memenuhi validitas isi karena
telah dianalisis secara rasional. Analisis rasional tolok ukurnya bukan skor-skor
atau ukuran-ukuran statistik lainnya, melainkan sesuatu yang bersifat kualitatif
(Subino, 1987:90).
Prosedur uji validitas yang ditempuh adalah : a. Pembuatan kisi-kisi
angket penelitian (lihat lampiran 3); b. Pengujian skala item (analisis item)
berdasarkan skala likert; c. Melakukan pengujian tentang redaksi, materi, dan
item yang memenuhi syarat diberi bobot "1" dan yang tidak memenuhi syarat diberi bobot "0". Selanjutnya dihitung dengan rumus :
rtt = (Vt - Vkk)/Vt, kemudian keberartian korelasi diuji dengan rumus t-test:
rV(/i-2)
t = (Sudjana, 1996:380)
vT-7
Alat ukur yang digunakan adalah skala Likert dengan lima kemungkinan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Masing-masing jawaban diberi bobot nilai 4-3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan 0-1-2-3-4 untuk pernyataan negatif. Bobot nilai tersebut langsung dijadikan skor untuk setiap responden yang memilih jawaban terhadap masing pernyataan, sehingga apabila skor masing-masing jawaban dijumlahkan maka akan diperoleh skor total. Walaupun demikian, skor-skor yang diperoleh tersebut belum tetap, karena belum diketahui pernyataan-pernyataan mana yang benar-benar baik dan memenuhi syarat sebagai alat peneliti ini. Oleh sebab itulah setiap pernyataan perlu diuji/
dianalisis terlebih dahulu, sehingga dapat dibedakan antara pernyataan yang
baik dan yang tidak baik.
dianggap cukup baik untuk pernyataan positifmisalnya 3-2-2-1-0 atau
3-2-1-1-0 atau 3-2-1-3-2-1-1-0-3-2-1-1-0 dan bobot nilai 3-2-1-1-0-1-1-2-3 atau 3-2-1-1-0-3-2-1-1-0-1-2-3 atau 3-2-1-1-0-1-2-2-3
pernyatan negatif, bobot nilai yang tidak memenuhi kriteria tersebut misalnya
0-0-1-1-2 atau 0-1-1-2-2 dianggap tidak memenuhi syarat.
Berikut adalah proses penentuan nilai skala bagi respons terhadap
contoh pernyataan no. 07 pada tabel 3. Pada tabel tersebut tanda (+)
menandakan bahwa pernyataan ini adalah positif.
TABEL 3
PERHITUNGAN NILAI SKALA KATEGORI JAWABAN UNTUK PERNYATAAN POSITIF
(ITEM SKALA PELIBATAN MASYARAKAT)
No. Pernyataan07(+)
Kategori Respons
STS TS RR S SS
f p = f/N
1
0,04
3
0,12
4
0,16
9
0,36
8
0,32
pk 0,04 0,16 0,32 0,68 1,0
pk-tengah 0,02 0,1 0,24 0,5 0,84
z -2,054 -1,282 -0,700 +0,108 +1,011
z + 2,054 0 0,772 1,354 2,134 3,024
Nilai Skala 0 1 1 2 3
Lanjur pertama pada tabel 3 menurut frekuensi jawaban untuk setiap
banyak dengan jumlah individu pejawab yang dalam contoh ini adalah 25
respons.
Untuk memperoleh proporsi (p), hanya perlu membagi setiap frekuensi
(f) dengan banyak respons (N). Dalam contoh ini adalah proporsi jawaban STS
adalah 1/25 = 0,04.
Lanjur ke tiga adalah pk (proporsi kumulatif) adalah proporsi dalam
suatu kategori ditambah dengan proporsi semua kategori di sebelah kirinya.
Sebagai contoh pk untuk kategori RR dihitung dengan menjumlahkan 0,16 +
0,12 + 0,04 = 0,32 untuk kategori TS 0,12 + 0,04 = 0,16, dan untuk kategori
STS pindahkan 0,04 dari posisi p ke posisi pk.
Selanjuuiya pk - tengah adalah titik tengah proporsi kumulatif yang
dirumuskan sebagai setengah proporsi dalam kategori yang bersangkutan
ditambah proporsi kumulatif (pk) pada kategori di sebelah kirinya, yaitu :
pk - tengah = 1/2 p + pkb p = proporsi dalam kategori itu
pkb = proporsi kumulatif dalam kategori sebelah kirinya.
Pada contoh dalam tabel 3 pk-tengah untuk kategori jawaban "RR"
Nilai deviasi z diperoleh dengan melihat harga 2 untuk masing-masing
pk-tengah. Untuk itu digunakan tabel deviasi normal.