• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA SEKOLAH DASAR:Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 11 Ciseureuh Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA SEKOLAH DASAR:Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 11 Ciseureuh Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 11 Ciseureuh Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh

Oleh

Febriani Tri Lestari

0903390

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah Rabbul

Ghafur, yang dengan segala kasih sayang dan pertolonganNya, juga atas segala

kemudahan yang telah dikaruniakanNya, skripsi berjudul “Pengaruh Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Sekolah Dasar” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu Allah limpahkan kepada

teladan terbaik sepanjang zaman, Rasulullah muhammad SAW., yang tak pernah

lelah mencintai umatnya, serta kepada keluarga, sahabat, serta umat yang

senantiasa membela dan menjalankan risalah serta sunahnya hingga akhir zaman.

Menulis puisi merupakan salah satu kemampuan dalam berbahasa dan sastra

Indonesia yang pembelajarannya terintegrasi dalam pembelajaran bahasa

Indonesia di sekolah dasar. Menulis puisi sebagai kemampuan produktif dalam

berbahasa Indonesia akan menjadikan siswa memiliki daya kreativitas yang baik.

Menulis puisi selain menyentuh ranah kognitif siswa, juga dapat berimplikasi

pada ranah afektif dan psikomotor siswa.

Dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran dari menulis puisi tersebut,

diperlukan metode yang lebih inovatif agar kemampuan siswa dalam menulis

puisi dapat meningkat. Metode pembelajaan yang dapat diterapkan dalam menulis

puisi adalah metode mind mapping yang merupakan cara mencatat atau menulis

yang lebih kreatif. Mind mapping memungkinkan otak bekerja secara lebih

sistematis dan kreatif daripada cara menulis konvensional. Hal ini memungkinkan

siswa untuk lebih baik dalam mengekspresikan ide dan gagasannya ketika menulis

puisi.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih ini terutama

disampaikan kepada :

1. Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd., selaku Direktur Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

2. Indah Nurmahanani, S.S, M. Pd., selaku dosen pembimbing I yang dengan

sabar telah memberikan arahan, bimbingan dan saran pebaikan kepada penulis

sejak awal hingga selesainya skripsi ini.

3. Hayani Wulandari, M. Pd., selaku dosen pembimbing II yang selalu

menularkan semangat dan tidak pernah bosan memberikan motivasi,

bimbingan dan masukan kepada penulis.

4. Dra. Puji Rahayu, M.Pd. sebagai ketua program studi S1 Pendidikan Guru

Sekolah Dasar.

5. Seluruh dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Purwakarta

khususnya dosen kelas bahasa yang dengan tulus telah membimbing dan

mendidik penulis sehingga mempunyai bekal ilmu pengetahuan dan

pengalaman berharga bagi penyelesaian skripsi ini.

6. Hj. Oon Nuroniyah, S.Pd., selaku kepala SDN 11 Ciseureuh Purwakarta yang

telah memberikan ijin dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

7. Bapak dan ibu guru SDN 11 Ciseureuh Purwakarta, khususnya Epon Nihayah,

S.Pd., dan Asih Rahayu, S.Pd. selaku guru kelas V yang telah banyak

memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Dr. Burhanuddin TR, M.Pd., dan Asep Sopian, M.Ag, selaku pembimbing

Program Tutorial UPI Kampus Purwakarta yang telah memberikan arahan

serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan, kakak-kakak dan adik-adik seperjuangan Program Tutorial UPI

Kampus Purwakarta yang tak henti memberikan dukungan dan doa kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Murabbiah tercinta Lilaning Sosialsih dan teman-teman liqo “ceria” yang selalu menginspirasi dan mendukung penulis dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

11.Kakak tercinta Yudho Diliyanto, Bintoro Setio, Meilani, Novi, dan Senja

yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun material serta doa

(4)

12.Rekan-rekan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus

Purwakarta angkatan 2009 khususnya kelas bahasa yang telah sama-sama

berjuang untuk mendapatkan ilmu kependidikan di kampus ini.

Dan penghargaan serta ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua

orang tua tersayang. Alm. Mulyo Santoso dan Alm. Suyati yang telah tenang di

sisiNya, semoga kelak Allah mempertemukan kembali di surgaNya.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memberikan dukungan moral, material, dan spiritual dalam menyelesaikan skripsi

ini, Cukuplah Allah yang maha mengetahui yang membalas setiap kebaikan yang

telah diberikan dengan pahala yang berlimpah dariNya

“Tak ada gading yang tak retak”, begitulah pepatah mengatakan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan. Akhirul kalam,

semoga skripsi ini dapat bernilai kebaikan di hadapan Allah SWT. dan dapat

menjadi manfaat bagi para pembaca dan praktisi di dunia pendidikan.

Purwakarta, Juni 2013

(5)

PENGARUH METODE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 11 Ciseureuh Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013)

Oleh

FEBRIANI TRI LESTARI NIM 0903390

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh anggapan akan perlunya metode pembelajaran yang inovatif yakni metode mind mapping (MP) dalam menulis puisi di sekolah dasar. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SDN 11 Ciseureuh Purwakarta.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi dengan variabel bebas metode MP dan variabel terikat kemampuan menulis puisi. Desain dalam penelitian ini adalah Nonequivalent control group design yang menggunakan

pretes dan postes dalam penelitian. Sampel dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua kelas yaitu kelas kontrol yang mendapat pembelajaran menulis puisi tanpa metode MP dan kelas eksprimen yang memperoleh pembelajaran menulis puisi dengan metode MP.

Pretes menunjukkan kemampuan menulis puisi yang sama antara kedua kelas. Setelah kedua kelas dikenai perlakuan, uji non parametrik menunjukkan �ℎ� �� < � ��, Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi antara siswa kelas eksperimen dan kontrol. Hasil analisis indeks gain memperlihatkan bahwa peningkatan kemampuan menulis puisi kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Selain itu, dari analisis lembar observasi terlihat bahwa guru dan siswa menunjukkan aktivitas yang positif dalam pembelajaran dengan metode MP.

(6)

Febriani Tri Lestari, 2013

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

BUKTI PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR LAMPIRAN………. ix

DAFTAR FOTO... xi

BAB I. PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Rumusan Masalah………... 6

C. Tujuan Penelitian………... 6

D. Metode Penelitian……….... 6

E. Manfaat Penelitian……….………... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi………... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA………. 9

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar………... 9

B. Puisi...……… 15

C. Pembelajaran Menulis Puisi di Sekolah Dasar………... 28

D. Metode Pembelajaran...………... 33

E. Mind Mapping...………...….. 35

F. Penenerapan Metode Mind Mapping dalam menulis Puisi Sekolah Dasar... 39

G. Penelitian yang Relevan………... 47

BAB III. METODE PENELITIAN……….……..…. 49

A. Populasi dan Sampel Penelitian………... 49

B. Desain Penelitian………...…….... 50

C. Metode Penelitian………...………... 51

D. Definisi Operasional...………... 55

E. Instrumen Penelitian……….... 56

F. Proses Pengembangan Instrumen……….... 58

G. Teknilk Pengolahan dan Analisis Data……….... 64

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 72

A. Pemaparan Data…...………... 72

(7)

Febriani Tri Lestari, 2013

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...……….…….. 96

A. Kesimpulan……….. 96

B. Saran...……… 96

DAFTAR PUSTAKA... 98

LAMPIRAN-LAMPIRAN………...………... 101

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dari proses

pembelajaran yang kehadirannya akan sangat menentukan tingkat keberhasilan

dari pembelajaran yang dilakukan. Ketepatan pemilihan metode akan berdampak

positif bagi meningkatnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengingat

dalam proses pembelajaran di dalam kelas ada tujuan yang ingin dicapai, seperti

yang dikatakan oleh Sadulloh, et al (2007: 79) mengungkapkan bahwa “tujuan

pendidikan memiliki kedudukan yang menentukan dalam kegiatan pendidikan.”

Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah dan merupakan

sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Karena itu,

pendukung-pendukung dari keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai

tujuannya tersebut perlu dihadirkan, pengkajian tentang metode yang tepat juga

menjadi hal yang perlu dilakukan agar metode yang diterapkan sesuai dengan

kondisi siswa dan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dalam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, tujuan yang ingin dicapai

adalah dimilikinya kemampuan-kemampuan dasar dalam berbahasa yaitu

menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan bersastra. Lima kemampuan ini

akan sangat mendukung kemampuan berbahasa anak, dan jika telah dimiliki sejak

anak berada di bangku sekolah dasar, maka akan sangat menunjang keberhasilan

pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang berikutnya. Kelima kemampuan ini

juga merupakan suatu siklus yang saling berkaitan dan mendukung, ketika guru

akan mengajarkan salah satu kemampuan maka kemampuan yang lain juga akan

turut mendukung, karena seperti itulah hakikat bahasa.

Sastra merupakan salah satu kemampuan yang dipelajari dalam pembelajaran

bahasa Indonesia. Kemampuan sastra perlu dimiliki oleh siswa sekolah dasar

(9)

sisi afektif siswa dengan nilai-nilai rasa yang ada di dalamnya. Cahyani dan

Hodijah (2007: 170) mengungkapkan

secara harfiah kata sastra berarti huruf, tulisan atau karangan yang memiliki ciri-ciri 1. Ragam bahasa yang digunakan dalam karya sastra tidak sepenuhnya bahasa baku, hal ini disebabkan sastra sangat mementingkan pesan/ide keindahan, 2. Ragam bahasa atau pilihan katanya sering kali bermakna konotatif atau ambiguitas (memiliki banyak makna), 3. Kosakata yang digunakan dalam karya sastra disesuaikan dengan bahasa latar atau lingkungn dalam cerita yang berupa dialek/sosiolek suatu kelompok masyarakat, 4. Dalam karya sastra tergambar pengalaman hidup pengarangnya.

Terdapat beberapa jenis karya sastra yang dapat dipelajari oleh siswa yaitu

prosa, puisi, dan drama. Di sekolah dasar sastra yang dipelajari adalah sastra

anak-anak yang sesuai dengan tingkat usianya. Resmini, et al (2008: 163)

mengungkapkan bahwa “Sastra anak-anak adalah bentuk kreasi imajinatif dengan

paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan

pemahaman, pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu.”

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang dipelajari. McCaulay,

Hudson yang disunting Aminudin (2009: 134) mengungkapkan bahwa “puisi

adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media

penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi”. Puisi ini ditulis dalam

bentuk larik-larik dan bait-bait. Pembelajaran puisi selain menambah kosa kata

yang dimiliki siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, juga dapat

mengajarkan siswa tentang majas atau gaya bahasa yang sering digunakan di

dalamnya. Selain itu juga merupakan sarana ekspresi rasa yang dimiliki siswa

terhadap apa yang dirasa atau dilihatnya. Pembelajaran puisi terbagi pada

pembelajaran menyimak, membaca, dan menulis puisi, dalam kaitannya dengan

kemampuan menulis, puisi dapat dijadikan bahan untuk kemampuan menulis

tersebut khususnya di kelas tinggi, karena di kelas tinggi, siswa mulai

diperkenalkan dengan karya-karya sastra tulisan dan dibiasakan untuk dapat

menulis sebuah karya dengan sederhana. Suriamiharja yang disunting Resmini, et

al (2008:116) mengungkapkan bahwa “menulis adalah kegiatan melahirkan

(10)

berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang

lain secara tertulis.”

Dari pengertian tersebut, menulis memiliki arti yang lebih khusus yaitu

menuangkan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk tulisan, itu artinya siswa

diharapkan mampu membuat tulisan sebagai produk nyata dari pembelajaran

bahasa fokus menulis yang bahannya bisa berupa sebuah puisi.

Pembelajaran sastra di sekolah dasar merupakan bagian integral dari

pembelajaran bahasa Indonesia. Sayangnya sastra yang merupakan bagian dari

pelajaran bahasa Indonesia hanya dijadikan sebagai pelengkap atau selingan

ketika guru menyampaikan pelajaran bahasa Indonesia, artinya sastra tidak

mendapatkan porsi yang sesuai untuk disajikan di dalam kelas. Padahal sastra

merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran bahasa Indonesia yang

sejatinya mendapatkan porsi yang seimbang dengan pelajaran bahasa.

Keterbatasan pembelajaran sastra di dalam kelas juga dipengaruhi oleh

pemahaman dan kemampuan seorang guru dalam bersastra, tidak jarang guru

ketika menyampaikan materi tentang sastra hanya memberikan teori-teori saja

tanpa memberikan pengalaman langsung kepada siswa, padahal sastra bukanlah

diajarkan sebatas teori tetapi memberikan pengalaman langsung bagi siswa.

Beberapa hal yang masih akrab terjadi di sekolah dasar dalam pembelajaran

puisi yaitu guru yang masih menggunakan metode konvensional (ceramah) dalam

menyampaikan materi pelajaran, kurangnya variasi metode pembelajaran,

minimnya penerapan media, perhatian yang kurang terhadap siswa selama proses

pembelajaran berlangsung, metode yang kurang tepat dalam mengajar dan bahkan

guru sangat jarang sekali memberikan pengalaman langsung dalam pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia. Dengan demikian, pembelajaran membuat siswa

menjadi bosan atau jenuh sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Dalam

pembelajaran menulis puisi, penerapan satu metode tidaklah dapat berjalan efektif

untuk mengajarkan siswa menulis puisi, apalagi jika yang diajarkan hanyalah teori

menulis puisi saja atau hanya membiarkan siswa menulis puisi bebas tanpa arahan

atau variasi metode dan teknik dari guru, maka siswa akan enggan untuk

(11)

pembelajaran puisi, biasanya anak hanya diminta untuk membaca contoh dari

puisi yang terdapat di bukunya tanpa pernah diberikan kesempatan lebih luas

untuk memahami puisi tersebut, kemudian biasanya kemampuan menulis anak

akan diukur dari jawaban yang ditulisnya berdasarkan pertanyaan-pertanyaan

tentang isi puisi atau diminta untuk menyalin puisi, yang sebenarnya itu belumlah

cukup untuk mengukur kemampuan anak dalam menulis puisi. Ketika diberikan

tugas untuk membuat suatu puisi juga anak mengalami kesulitan, karena guru

hanya memberikan instruksi untuk membuat puisi dengan tema tertentu,

kemudian anak diminta langsung menulis baris-baris puisi dengan tema tersebut,

padahal jangankan untuk menuliskannya di dalam puisi, terkadang anak masih

bingung dengan tema yang diberikan guru, seakan-akan ide yang mereka miliki

belum terpetakan dengan baik sehingga sulit untuk menuangkannya dalam

kata-kata tertulis, sehingga pembelajaran menulis puisi di sekolah dasar merupakan

sesuatu yang dianggap sulit untuk dikerjakan. Karena itu, untuk meningkatkan

kemampuan menulis puisi siswa sekolah dasar dibutuhkan alternatif metode

pembelajaran yang lain agar kegiatan ini dapat berlangsung menyenangkan bagi

siswa dan tetap mencapai tujuan pembelajaran.

Metode pembelajaran yang ditawarkan adalah metode mengajar dengan mind

mapping yang merupakan salah satu metode yang sesuai diterapkan di dalam

kelas. Sejalan dengan hal tersebut Buzan (2011: 4) mengatakan bahwa

peta pikiran (mind mapping) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak, mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang

akan “memetakan” pikiran.

Dalam pembelajaran menulis puisi, anak biasanya kesulitan dalam

merangkaikan kata ke dalam baris-baris puisi. Oleh karena itu, dengan

menggunakan metode mind mapping ini diharapkan siswa mampu memetakan apa

yang dipikirkannya ke dalam gambaran yang lebih tersusun, setelah terkumpul

kata-kata dari proses pemetaan pikirannya, siswa dapat merangkaikan kata-kata

(12)

Penerapkan metode mind maping dalam pembelajaran menulis puisi pelajaran

bahasa Indonesia akan membantu siswa untuk mengorganisir setiap kata yang

dipikirkannya kemudian menyusunnya ke dalam baris-baris puisi. Mind mapping

juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta

mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi,

pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam menulis. Dengan

menggunakan metode ini, kegiatan menulis puisi akan sangat terbantu. Ide-ide

yang dimiliki siswa akan lebih terorganisir untuk dapat dirangkaikan menjadi

sebuah puisi. Menulis puisi akan disajikan dalam bentuk yang lebih dekat dan

nyata bagi anak, sehingga bukanlah sesuatu yang asing bagi anak.

Metode ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah dengan

penerapan metode ini dapat lebih mengaktifkan ide-ide kreatif siswa dalam

menulis karena pengorganisasian Informasi yang dimiliki oleh otak akan lebih

terarah dan tersusun dalam bentuk tulisan dengan lebih baik. Ciri khas mind

mapping yang menggunakan gambar, warna, dan garis melengkung lebih sesuai

dengan cara kerja otak dan akan lebih menarik untuk otak agar menghasilkan

ide-ide kreatif dibandingkan dengan cara menulis konvensional yang hanya

menggunakan kata dan garis-garis linear yang sebenarnya lebih membosankan

dan kurang mengoptimalisasi kerja otak untuk berpikir dengan lebih kreatif.

Siswa dan guru perlu memahami bahwa setiap kegiatan dalam mind mapping

ini bertujuan untuk menjadikan bentuk-bentuk pemikiran dan ide-ide siswa

menjadi lebih terarah dan terorganisir sehingga kegiatan pembelajaran menulis

puisi menjadi hal yang mudah, kemudian dengan memfasilitasi anak untuk

membuat mind mapping sesuai dengan kreasinya tetapi tetap dalam arahan guru,

diharapkan mampu menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan

menyenangkan untuk dilakukan di dalam kelas.

Berangkat dari uraian di atas, penerapan metode mind mapping dianggap dapat

meningkatkan kemampuan siswa sekolah dasar dalam menulis puisi. Oleh karena

itu penelitian ini akan mengkaji hal tersebut melalui judul “Pengaruh Metode

(13)

Dasar (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 11 Ciseureuh

Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini difokuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis puisi antara

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode mind mapping dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran tanpa metode mind mapping?

2. Bagaimana aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran menulis puisi

dengan metode mind mapping?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh

penerapan metode mind mapping terhadap kemampuan menulis puisi siswa

sekolah dasar. Adapun secara khusus penelitian ini memiliki tujuan:

1. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan menulis puisi antara

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode mind mapping dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran tanpa metode mind mapping.

2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran

menulis puisi dengan metode mind mapping.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi-eksperimental) yang

bertujuan untuk “memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat

diperoleh yang sebenarnya dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk

mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan” (Burhanuddin

TR, 2010: 16). Penelitian ini melibatkan satu kelas siswa yang dikenakan

perlakuan (treatment) dengan menggunakan metode mind mapping sebagai

kelompok eksperimen, dan satu kelas siswa yang belajar tanpa menggunakan

(14)

Penelitian ini meneliti dua variabel, yaitu variabel tak bebas (dependent) dan

variabel bebas (independent). Variabel tak bebas yang diselidiki adalah

kemampuan menulis puisi di sekolah dasar. Variabel bebasnya adalah penerapan

metode mind mapping dan tanpa penerapan metode mind mapping.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent

control group design.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara umum, manfaat dari hasil penelitian ini adalah memberikan sumbangan

ide dalam metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam dunia pendidikan

khususnya penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran menulis puisi

mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa SD, penelitian ini akan bermanfaat untuk membuat siswa SD

mengetahui penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran menulis

puisi dengan tepat sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam

menulis puisi secara lebih kreatif dengan metode tersebut.

b. Bagi guru SD, penelitian ini merupakan suatu wawasan baru tentang metode

pembelajaran yang dapat dilakukan di dalam kelas, sehingga pembelajaran

dapat disajikan dengan cara yang lebih bervariasi untuk mewujudkan

pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan anak khususnya

kemampuan dalam menulis puisi pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

c. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang

metode pembelajaran yang efektif digunakan di dalam kelas, khususnya untuk

menguji adakah hubungan antara penerapan metode mind mapping yang

digunakan peneliti terhadap peningkatan kemampuan menulis puisi siswa

sekolah dasar.

d. Bagi kepala sekolah, sebagai masukan dalam rangka mengembangkan proses

belajar mengajar yang berlangsung di sekolah agar sekolah dapat melangkah

(15)

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri atas 5 bab, diawali dengan bab pendahuluan, dan diakhiri

dengan bab kesimpulan dan rekomendasi. Secara lengkapnya adalah sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan, terdiri atas a) latar belakang masalah, b) rumusan masalah, c)

tujuan penelitian, d) metode penelitian, e) manfaat penelitian, dan f) struktur

organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, terdiri atas a) pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah

dasar, b) puisi, c) pembelajaran menulis puisi di sekolah dasar, d) metode

pembelajaran, e) mind mapping, f) penerapan metode mind mapping dalam

menulis puisi sekolah dasar, dan g) penelitian yang relevan.

Bab III Metode Penelitian, terdiri atas a) populasi dan sampel penelitian, b) desain

penelitian, c) metode penelitian, d) definisi operasional, e) instrumen penelitian, f)

proses pengembangan instrumen, dan g) teknik pengolahan dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri atas a) pemaparan data, dan b)

pembahasan data.

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Sugiyono (2009: 80) menyatakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.”

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa SDN 11 Ciseureuh

Purwakarta yang berjumlah 360 Orang, terdiri atas 185 Siswa laki-laki dan 175

Siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1.

Populasi Siswa SDN 11 Ciseureuh

No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 26 43 69

2 II 30 20 50

3 III 35 31 66

4 IV 33 28 61

5 V 30 29 59

6 VI 31 24 55

Jumlah 175 155 360

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2009: 81) Sampel adalah bagian dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini dipilih siswa kelas V sebagai sampel

dikarenakan beberapa pertimbangan yaitu a. siswa kelas V merupakan siswa kelas

(17)

sehingga pembelajaran menulis puisi dapat dilakukan di kelas ini b. berdasarkan

silabus pembelajaran yang ada, pembelajaran menulis puisi merupakan salah satu

pembelajaran pada kelas ini c. tidak akan mengganggu program sekolah dalam

mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian akhir (jika sampel penelitian dipilih

siswa kelas VI). Sampel dalam penelitia ini terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VA 28

siswa sebagai kelas kontrol, dan VB 31 siswa sebagai kelas eksperimen.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini melibatkan satu kelas siswa yang dikenakan perlakuan

(treatment) dengan menggunakan metode mind mapping sebagai kelompok

eksperimen, dan satu kelas siswa yang belajar tanpa menggunakan metode mind

mapping sebagai kelompok kontrol.

Penelitian ini meneliti dua variabel, yaitu variabel tak bebas (dependent) dan

variabel bebas (independent). Variabel tak bebas yang diselidiki adalah

kemampuan menulis puisi di sekolah dasar. Variabel bebasnya adalah penerapan

metode mind mapping dan tanpa penerapan metode mind mapping.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent

control group design yang digambarkan seperti berikut (Sugiyono, 2009: 79)

Bagan 3.1

Nonequivalent control group design

Keterangan: O1 dan O3 = Pretes

O2 dan O4 = Postes

X = Pembelajaran menulis puisi dengan metode mind

mapping

Dalam desain ini, pemilihan kelompok dilakukan tanpa randomisasi. Desain

ini menggunakan pretes dan postes dalam pelaksanaannya, hampir sama dengan

desain pada true eksperimental, hanya saja yang membedakannya adalah

penempatan subjek pada kelompok yang tidak melalui randomisasi. Emzir (2010: O1 X O2

(18)

102) mengatakn bahwa “dengan desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui randomisasi.”

Pada desain ini, kedua kelas pada awalnya diberikan pretes dengan tes yang

sama, kemudian kedua kelas mengalami perlakuan yang berbeda, kelas kontrol

mendapatkan pembelajaran menulis puisi tanpa mind mapping sedangkan kelas

eksperimen mendapatkan pembelajaran menulis puisi dengan mind mapping.

Kemudian kedua kelas diberikan postes yang sama dengan pretes. Hasil pretes

dan postes dari kedua kelas dibandingkan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan peningkatan kemampuan menulis puisi pada kedua kelas.

Pemilihan desain ini didasarkan pada penelitian yang akan dilakukan. Ciri

khas dari desain ini dengan melakukan pretes dan postes pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol memungkinkan untuk didapatkannya data yang diperlukan

untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis puisi siswa sekolah dasar

dengan dan tanpa metode mind mapping serta sebelum dan sesudah menggunakan

metode mind mapping. Cara pemilihan kelas eksperimen dan kontrol tanpa

randomisasi juga merupakan alasan dari pemilihan desain ini agar kelas yang

dijadikan penelitian sesuai dengan keadaan kelas yang sesungguhnya tanpa

dirandomisasi.

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksperimen yang merupakan

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui atau menguji suatu hipotesis tentang

hubungan sebab akibat, hal ini sejalan dengan pendapat Emzir (2010: 64)

“penelitian eksperimental merupakan satu-satunya metode penelitian yang dapat

menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab akibat.”

Dalam penelitian eksperimen, peneliti memanipulasi satu variabel bebas dan

mengontrol variabel lainnya kemudian meneliti efek, pengaruh, atau perbedaan

yang terjadi pada variabel terikat. Dalam penelitian eksperimen yang dilakukan di

dunia pendidikan, variabel yang dimanipulasi dapat berupa metode pembelajaran,

(19)

Penenelitian eksperimen memiliki beberapa karakteristik yang

membedakannya dari jenis penelitian lainnya. Karakteristik penelitian eksperimen

menurut Emzir (2010; 65) yaitu “manipulasi, pengendalian, dan pengamatan”,

adapun penjelasannya adalah sebagai berikut

1. Manipulasi

Karakteristik penelitian ini adalah dengan menetapkan minimal satu variabel

bebas yang dimanipulasi, peneliti dapat menentukan apa yang akan dimanipulasi

serta kelompok mana yang akan mendapatkannya. Hal-hal yang dapat

dimanipulasi tentunya yang memungkinkan untuk dilakukan, sebagai contoh,

jenis kelamin siswa tidaklah mungkin untuk dimanipulasi. Tetapi beberapa hal

lain seperti metode, media, materi ajar dapat dimanipulasi dalam penelitian

2. Pengendalian

Selain ada hal yang perlu dimanipulasi dalam penelitian, terdapat pula

hal-hal yang perlu dikendalikan dalam melakukan penelitian, hal-hal ini dimaksudkan

untuk meminimalisasi pengaruh lain selain variabel bebas yang akan

mempengaruhi variabel terikat yang akan dialami oleh subjek penelitian.

3. Pengamatan

Pengamatan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh

manipulasi variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengamatan ini dilakukan

melalui instrumen penelitian yang telah ditentukan.

Secara lebih khusus, penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi

eksperimental) yang bertujuan untuk “memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat diperoleh yang sebenarnya dalam kondisi yang tidak

memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang

relevan” (Burhanuddin TR, 2010: 16).

Secara etimologi quasi berasal dari bahasa Inggris yang berarti “menyerupai,

hampir, sampai pada tahap tertentu”. Quasi eksperimental ini merupakan

rancangan penelitian eksperimen tetapi memiliki beberapa perbedaan dari

rancangan true eksperimental atau eksperimen yang sebenarnya. Menurut

(20)

Penelitian eksperimen kuasi atau eksperimen semu ini merupakan penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan kontrol, memanipulasi semua varibel yang relevan dengan adanya kompromi dalam menentuan validitas eksternal dan validitas internal sesuai dengan batasan-batasan yang ada.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam quasi

eksperimental ini, terdapat beberapa hal yang tidak memungkinkan untuk

dikontrol ketika melakukan penelitian misalnya saja hal-hal yang dapat

mempengaruhi variabel bebas yang akan mempengaruhi pula pada variabel

terikatnya.

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, Pemilihan metode eksperimen

kuasi ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan sebab akibat di dalam proses

pembelajaran setelah menggunakan suatu metode pembelajaran yang dalam

hipotesis dianggap mampu meningkatkan kemampuan siswa. Pengujian hipotesis

ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Adapun

dikarenakan terdapat beberapa hal yang tidak memungkinkan untuk dikontrol atau

dimanipulasi dalam proses pembelajaran di kelas, penelitian yang dipilih adalah

kuasi eksperimen.

Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan

yaitu 1. tahap perencanaan, 2. tahap pelaksanaan, dan 3. Tahap penyusunan

laporan. Penjelasan dari tahapan-tahapan tersebut dalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan penelitian, antara lain:

a. Identifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merecanakan pembelajaran

serta alat dan bahan yang digunakan.

b. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.

c. Menentukan dan memilih sampel dari populasi yang telah ditentukan.

d. Menyusun instrumen penelitian berupa rencana pelaksanaan pembelajaran dan

lembar observasi.

e. Menyusun instrumen evaluasi, berupa kisi-kisi dan soal menulis puisi yang

terdiri atas sembilan kriteria penilaian.

f. Melakukan uji coba instrumen evaluasi yang akan digunakan agar diketahui

(21)

merupakan anggota dari populasi penelitian, tetapi mempunyai kemampuan

yang setara dengan siswa pada populasi penelitian.

g. Analisis kualitas atau kriteria instrumen evaluasi, yang terdiri atas uji

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan penelitian, antara lain:

a. Memberikan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

masing-masing dua pertemuan. Sebelum melaksanakan pembelajaran, terlebih dahulu

dirumuskan tujuan pembelajaran sebagai berikut.

Tujuan dari pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar di kelas V semester 2 yaitu.

Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta

tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas

Kompetensi Dasar : Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat

Dari standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut, dirumuskan tujuan

pembelajaran sebagai berikut.

1) Siswa dapat menuliskan kata-kata yang berhubungan dengan binatang

kesukaan melalui kegiatan mind mapping.

2) Siswa dapat merangkai kata-kata dari kegiatan mind mapping menjadi kalimat

yang puitis.

3) Siswa dapat merangkai kalimat-kalimat yang dibuat pada kegiatan sebelumnya

menjadi sebuah puisi.

c. Melakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa pada setiap pertemuan

pembelajaran kelas eksperimen.

d. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

e. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.

f. Menafsirkan data dan membuat kesimpulan penelitian.

3. Tahap penyusunan laporan

Laporan penelitian yang disusun berupa skripsi yang akan diuji dan

(22)

sarjana. Adapun penyusunan skripsi dimulai dari bab I sampai bab V, kemudian

melengkapi data yang harus dilampirkan dan disusun sesuai dengan sistematika

penulisan skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.

D. Definisi Operasional

Penelitian mengenai penerapan metode mind mapping dalam menulis puisi ini,

terdiri atas dua variabel yaitu metode mind mapping dan menulis puisi. Agar tidak

terjadi kesalahan dalam penafsiran, berikut dijelaskan kedua variabel dari

penelitian ini.

1. Metode Mind mapping

Mind mapping merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam

proses mencatat secara kreatif untuk mengorganisasikan ide-ide dalam bentuk

yang lebih sistematis. Metode mengajar dengan mind mapping merupakan salah

satu metode yang dapat diterapkan di dalam kelas, metode ini dapat digunakan

dalam pembelajaran menulis puisi yang akan menjembatani ide-ide atau gagasan

siswa tentang suatu tema puisi tertentu ke dalam tulisan-tulisan terstruktur yang

menjadi dasar siswa dalam menulis puisinya.

Tema sentral dari puisi yang akan ditulis dapat ditentukan oleh guru dengan

memberikan beberapa pilihan tema, kemudian siswa memilih satu tema yang

sesuai dengan keinginan mereka. Setelah itu, siswa dapat berkreasi dengan mind

mapping sesuai langkah-langkah yang telah ditetapkan. Kata-kata yang

merupakan terjemahan dari ide dan gagasan siswalah yang akan menjadi kata

yang akan digunakan siswa dalam setiap baris dalam puisinya. Jika kata-kata dan

kalimat yang digunakan siswa belum mengandung unsur puitis, maka kata-kata

tersebut dapat dirubah menggunakan kata yang lebih puitis.

2. Kemampuan Menulis Puisi

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kemampuan menulis puisi adalah

kemampuan siswa dalam menuangkan ide-ide atau gagasannya terhadap suatu hal

tertentu ke dalam baris-baris puisi. Adapun untuk mengembangkan ide siswa,

digunakan metode mind mapping. Kemampuan menulis puisi tersebut dapat

(23)

mengajar di dalam kelas, data tentang kemampuan anak dalam menulis puisi

diperoleh dari puisi yang akan dinilai berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

dalam lembar kriteria penilaian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang

diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen

penelitian berupa tes hasil belajar dan lembar observasi selama pembelajaran

berlangsung

1. Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis puisi siswa.

Di kelas kontrol, tes dilakukan di awal dalam bentuk pretes, lalu setelah

dilaksanakan proses pembelajaran tanpa metode mind mapping, tes diberikan

kembali kepada siswa untuk. Sementara di kelas eksperimen, tes hasil belajar

dilakukan dengan melihat kemampuan siswa sebelum pembelajaran dengan

metode mind mapping melalui pretes dan kemampuan siswa setelah pembelajaran

dengan metode mind mapping melaui postes. Selanjutnya dari hasil pretes dan

postes baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen, dihitung besar

peningkatan dengan mencari gain ternormalisasi pada kemampuan tersebut.

Soal tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis puisi.

Soal berupa perintah untuk membuat sebuah puisi dengan tema tertentu yang di

dalamnya terdapat beberapa kriteria penilaian.

Sebelum soal tes digunakan dalam penelitian, dibuat kisi-kisi soal terlebih

dahulu beserta kriteria penilaian dan aturan pemberian skor, selanjutnya soal

diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya

pembeda tiap butir kriteria penilaian tes yang akan digunakan dalam penelitian.

Sebelum soal tes diujicobakan, soal tes dikonsultasikan terlebih dahulu dengan

dosen pembimbing dan guru kelas V di sekolah tempat penelitian berlangsung.

2. Lembar Observasi

Selama proses penelitian berlangsung terdapat beberapa hal yang tidak dapat

(24)

selama pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang tidak dapat teramati dengan tes

hasil belajar, dapat diamati dengan observasi untuk mengevaluasi aktivitas selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. Menurut Narbuko dan Achmadi (2012: 70) “

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati

dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, observasi dapat dilakukan untuk mengetahui

gejala-gejala yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, kemudian

hasil dari pengamatan itu ditulis agar hasilnya dapat menjadi dasar dari

pengetahuan peneliti terhadap aktivitas yang berlangsung selama proses

pembelajaran.

Adapun ciri-ciri pengamatan menurut Good (Narbuko dan Achmadi, 2012: 70) yaitu, “mempunyai arah yang khusus, sistematik, bersifat kuantitatif, diikuti pencatatan segera (pada waktu observasi berlangsung), menuntut keahlian, dan hasilnya dapat dicek dan dibuktikan”

Berdasarkan ciri-ciri pengamatan yang diungkapkan tersebut dapat

disimpulkan bahwa dalam melaksanakan observasi dibutuhkan proses penyusunan

format observasi yang baik dan sistematik serta sesuai dengan tujuan

dilaksanakannya observasi, agar observasi yang dilakukan dapat menjadi alat

pengumpul data yang sesuai dengan fungsinya, dan dapat diperoleh data yang

diperlukan dalam penelitian. Pencatatan segera terhadap hasil observasi perlu

diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan dalam pencatatan jika pencatatan ditunda

pelaksanaannya.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi aktivitas guru

dan observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi

aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti dan guru kelas V, sementara observasi

aaktivitas guru dilakukan oleh guru kelas V di tempat penelitian berlangsung.

Observasi dilakukan dengan mengisi pada kolom aspek yang diamati. Sebelum

digunakan, lembar observasi dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen

(25)

F. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen tes yang telah dibuat kemudian diuji coba untuk mengetahui tingkat

kelayakan soal tersebut untuk digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen

evaluasi diberikan kepada siswa yang bukan merupakan anggota dari populasi

penelitian, tetapi mempunyai kemampuan yang setara dengan siswa pada populasi

penelitian yaitu di Kelas V SDN 12 Ciseureuh Purwakarta.

Instrumen tes yang dibuat mencakup sembilan kriteria penilaian yang disusun

berdasarkan kisi-kisi soal, dari sembilan kriteria penilaian tersebut dipilih

sebanyak delapan kriteria untuk digunakan sebagai soal pretes dan postes. Kriteria

penilaian yang dipilih adalah yang memiliki kriteria valid, reliabel, memiliki daya

pembeda yang baik dan komposisi tingkat kesukaran yang tepat. Pemilihan

tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis uji validitas, reliabilitas, daya

pembeda dan tingkat kesukaran, sebagai berikut :

1. Analisis Validitas Tes

Analisis validitas dilakukan untuk megetahui apakah alat evaluasi yang

digunakan mampu mengukur apa yang seharusnya diukur seperti yang

diungkapkan Ruseffendi (2010:148) “suatu instrumen dikatakan valid bila

instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu, mengukur apa yang

semestinya diukur; derajat ketepatan mengukurnya benar; validitasnya tinggi.”

Validitas ini dihitung menggunakan rumus product moment dari Pearson dengan

angka kasar, yaitu (Akdon dan Hadi, 2004: 144):

rhitung = n(∑XY) – (∑X).(∑Y) √{n.∑X2(∑X)2}.{n.∑Y2(∑Y)2

}

Keterangan:

rhitung = koefisien korelasi

n = Jumlah responden ∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item)

Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus (Akdon dan Hadi, 2004: 144)

(26)

Keterangan:

t = Nilai

r = Koefisien korelasi hasil

n = Jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2 ) Kaidah keputusan: Jika > berarti valid, sedangkan

Jika < berarti tidak valid

Tabel 3.2.

Kriteria penafsiran indeks korelasi

Nilai rhitung Interpretasi

0,800 – 1,000 Sangat tinggi

0,600 – 0,799 Tinggi

0,400 – 0,599 Cukup tinggi

0,200 – 0,399 Rendah

0,000 – 0,199 Sangat rendah (tidak valid

(Akdon dan Hadi, 2004: 144)

Hasil analisis uji validitas instrumen dari soal yang telah diuji coba pada

siawa kelas V SDN 12 Ciseureuh Purwakarta adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3.

Hasil Analisis Uji Validitas Instrumen Tes

No. Item Kriteria Penilaian

Harga Harga

Keputusan Penafsiran

1 0,295 1,634 1,701 tidak valid sangat rendah

2 0,864 9,08 1,701 Valid sangat tinggi

3 0,718 5,458 1,701 Valid Tinggi

4 0,475 2,856 1,701 Valid cukup tinggi

5 0,696 5,129 1,701 Valid Tinggi

6 0,621 4,192 1,701 Valid Tinggi

7 0,53 3,307 1,701 Valid cukup tinggi

8 0,695 5,115 1,701 Valid Tinggi

(27)

Dari hasil uji coba instrumen penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dari 9

item, dinyatakan valid sebanyak 8 item yang akan digunakan, sedangkan yang

dinyatakan tidak valid sebanyak 1 item (no. 1) yang akan dihilangkan.

Perhitungan secara lengkap terdapat pada lampiran 10 dan 11.

2. Analisis Reliabilitas Tes

Reliabilitas berarti tingkat keajegan suatu tes. Menurut Ruseffendi (2010:158)

Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa

dalam menjawab alat evaluasi itu. Rumus yang digunakan untuk mencari

koefisien reliabilitas bentuk uraian menggunakan metode belah dua (Split half

method) sebagai berikut (Akdon, 2004: 148)

r11= 2 1+

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas

= koefisien product moment

Distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2 ) Kaidah keputusan: Jika 11> berarti reliabel, sedangkan

Jika 11< berarti tidak reliabel

Hasil analisis uji reliabilitas instrumen dari soal yang telah diuji coba pada

siswa kelas V SDN 12 Ciseureuh Purwakarta adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4.

Hasil Analisis Uji Reliabilitas Instrumen Tes

No. Item Kriteria Penilaian

Harga

11

Harga

Keputusan

1 0,295 0,455 0,374 Reliabel

2 0,864 0,927 0,374 Reliabel

3 0,718 0,836 0,374 Reliabel

4 0,475 0,644 0,374 Reliabel

5 0,696 0,82 0,374 Reliabel

6 0,621 4,192 0,374 Reliabel

7 0,53 0,693 0,374 Reliabel

8 0,695 0,82 0,374 Reliabel

(28)

Dari hasil uji coba instrumen diperoleh kesimpulan bahwa semua item

dinyatakan reliabel, berarti dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

Perhitungan secara lengkap terdapat pada lampiran 12

3. Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Menurut Arifin (2009: 273), ”Cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal

bentuk uraian adalah menghitung berapa persen siswa yang gagal menjawab benar atau ada di bawah batas lulus untuk setiap soal.”

Rumus:

= �

� 100%

Keterangan:

TK : Tingkat Kesukaran

Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai

berikut (Arifin, 2009: 273):

a. Jika jumlah siswa yang gagal mencapai 27% termasuk mudah.

b. Jika jumlah siswa yang gagal antara 28% sampai 72%, termasuk sedang.

c. Jika jumlah siswa yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar.

Jika skor maksimum setiap soal 20, maka siswa gagal adalah siswa yang

memperoleh skor 0-10 dan siswa berhasil adalah siswa yang memperoleh skor

11-20.

Hasil analisis uji tingkat kesukaran instrumen dari soal yang telah diuji coba

pada siswa kelas V SDN 12 Ciseureuh Purwakarta adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5.

Hasil Analisis Uji Tingkat Kesukaran Soal

No. Item Kriteria Penilaian

Tingkat

Kesukaran Penafsiran

1 0 % Mudah

2 26,67 % Mudah

3 60 % Sedang

4 53,33 % Sedang

5 90 % Sukar

6 73,33 % Sukar

(29)

8 53,33 % Sedang

9 36,67 % Sedang

Dari hasil uji coba tingkat kesukaran, diapatkan kesimpulan bahwa dari 9 item

yang diuji coba, 3 item mudah (no. 1, 2, 7), 4 item sedang (no. 3, 4, 8, 9), dan 2

item sukar (no. 5, 6). Soal dengan kriterian mudah, sedang, dan sukar dapat

digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan secara lengkap terdapat pada

lampiran 13.

4. Analisis daya pembeda soal

Sebelum soal digunakan sebagai instrumen tes dalam penelitian, terlebih

dahulu harus diuji daya pembedanya. Arifin (2009: 273) mengemukakan bahwa:

Daya pembeda digunakan untuk mengukur apakah soal dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah (kurang). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus

Menurut Arifin (2009: 273), “ untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut” :

�� = −

Keterangan:

DP : daya pembeda

WL : jumlah siswa yang gagal dari kelompok bawah.

WH : jumlah siswa yang gagal dari kelompok atas.

n : 27% x N

Tabel 3.6.

Penafsiran Daya pembeda

Nilai D Kategori

D ≤ 0,19 Kurang 0,20 ≤ D ≤ 0,29 Cukup

(30)

Hasil analisis uji daya pembeda instrumen dari soal yang telah diuji coba

[image:30.595.118.505.185.593.2]

pada siswa kelas V SDN 12 Ciseureuh Purwakarta adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7.

Hasil Analisis Uji Daya Pembeda Instrumen Tes

No. Item Kriteria Penilaian

Daya

Pembeda Penafsiran

1 0 kurang baik

2 0,74 baik sekali

3 0,74 baik sekali

4 0,617 baik sekali

5 0,37 Baik

6 0,617 baik sekali

7 0,617 baik sekali

8 0,864 baik sekali

9 0,864 baik sekali

Dari uji coba instrumen yang dilakukan pada 9 item kiteria penilaian, dapat

disimpulkan bahwa 1 item memiliki daya pembeda yang kurang baik (n0.1) yang

akan dihilangkan, sedangkan 7 item memiliki daya pembeda yang baik sekali (no.

2, 3, 4, 6, 7, 8, 9) dan 1 item memiliki daya pembeda yang baik (no.5) yang akan

digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan secara lengkap terdapat pada

lampiran 14.

Menurut Arifin (2009: 270-271) mengemukakan bahwa :

Untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, sebaiknya proporsi antara tingkat kesukaran soal tersebar secara normal, perhitungan proporsi tersebut dapat diatur sebagai berikut: (1) Soal sukar 25%, soal sedang 50%, soal mudah 25%, atau (2) Soal sukar 20%, soal sedang 60%, soal mudah 20%, atau (3) Soal sukar 15%, soal sedang 70%, soal mudah 15%.

Komposisi soal yang digunakan sesuai dengan pendapat Arifin (2009: 271)

adalah 25% sukar, 50% sedang dan 25% mudah dengan memperhitungkan

validitas, reliabilitas, dan daya pembeda instrumen. Maka, dari delapan kriteria

penilaian yang diambil komposisinya adalah sebagai berikut :

25 % Sukar : Nomor 5 dan 6

(31)

25% Mudah : Nomor 2 dan 7

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Analisis Data Tes

Data tes yang terkumpul diolah dengan menggunakan teknik statistik

deskriptif dan teknik statistik inferensial.

Teknik statistik deskriptif seperti tabel frekuensi, rata-rata, simpangan baku

dan varians. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data pretes dan postes siswa dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

b. Menentukan skor terbesar dan terkecil

c. Menentukan Rentangan (R)

R= Skor terbesar – Skor terkecil

d. Menentukan banyaknya kelas (BK)

BK = 1 + 3,3 Log n (Rumus Sturgess)

e. Menentukan panjang kelas

i =

f. Membuat tabel distribusi frekuensi.

g. Menghitung nilai rata-rata kelas

Nilai rata-rata kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus data tunggal,

yaitu :

=

Keterangan :

: mean

: jumlah tiap data

n : jumlah data

(Riduwan, 2009: 84)

Nilai rata-rata dapat pula dihitung dengan menggunakan data kelompok, yaitu:

(32)

Keterangan:

: mean

: frekuensi

: titik tengah interval

n : jumlah data

(Akdon, 2004: 169)

h. Menghitung varians

Varians data kelompok dihitung dengan menggunakan rumus :

S2 = . f.Xi 2–( f.Xi ) 2 . −1

Keterangan :

S2 : varians

: frekuensi

: titik tengah interval

n : jumlah subjek

(Akdon, 2004: 169)

i. Menghitung simpangan baku (standar deviasi)

Simpangan baku data tunggal dapat dihitung dengan rumus:

= 2

−1

Keterangan:

s : simpangan baku

X : −

n : jumlah subjek

(Riduwan, 2009: 123)

Adapun simpangan baku data kelompok dapat dihitung dengan menggunakan

rumus, yaitu :

=

2 2

(33)

Keterangan :

s : simpangan baku (standar deviasi)

: frekuensi

: titik tengah interval

n : jumlah subjek

(Riduwan, 2009: 160)

Teknik statistik inferensial yang digunakan adalah uji-t yang sebelumnya harus

terpenuhi syarat-syarat, seperti populasi berdistribusi normal dan varians dari

kelompok yang diselidiki adalah homogen.

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui populasi berdistribusi normal dapat dilakukan dengan

beberapa rumus, adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1) Dengan statistik data tunggal, yaitu menggunakan rumus uji Liliefors, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a) Membuat tabel dengan kolom nilai (x), z, F(x), S(x), dan |F(x)-S(x)|.

b) Menentukan z-score dengan rumus:

= −

Keterangan :

z : skor z

x : batas atas kelas interval

: nilai rata – rata

s : simpangan baku

(Riduwan, 2009: 130)

c) Menentukan luas daerah z atau proporsi kumulatif F(x) dengan cara :

z tabel + 0,5 (untuk z-score positif) dan 0,5 z tabel (untuk z-score negatif).

d) Menentukan S(x) dengan rumus:

= �

(� )

e) Menentukan nilai |F(x)-S(x)|.

(34)

g) Bandingkan |F(x)-S(x)| dengan nilai kuantil liliefors pada tabel, dengan taraf

signifikansi =0,05 dan nilai N yang sesuai.

(Cahyono, 2006)

2) Dengan statistik data kelompok, yaitu menggunakan rumus uji chi kuadrat (uji-χ2), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Membuat daftar frekuensi yang dharapkan

b) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi

0,5, dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5.

c) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:

Z = � − (Riduwan, 2009: 161)

d) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurve normal dari 0 – Z dengan menggunakan

angka-angka untuk batas kelas

e) Mencari luas tiap kelas interval dengan jalan mengurangkan angka-angka 0 –

Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua

dikurangi angka baris ketiga, dan seterusnya. Kecuali untuk angka yang

berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris

berikutnya.

f) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap

interval dengan jumlah responden

g) Mencari Chi Kuadrat( χ2hitung ) dengan rumus:

χ2 = ( − )2 (Riduwan, 2009: 162)

Keterangan :

χ2 : chi kuadrat hitung f0 : frekuensi pengamatan

fe : frekuensi yang diharapkan

h) Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel,

(35)

Kaidah Keputusan

Jika, χ2hitung ≥ χ2tabel maka distribusi data tidak normal

Jika, χ2hitung ≤ χ2tabel maka distribusi data normal

b. Uji Homogenitas

Setelah uji normalitas, maka akan diketahui bahwa populasi berdistribusi

normal atau tidak. Jika populasi berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji

homogenitas varians (uji-F) dengan menggunakan rumus :

�=

(Akdon, 2004:167)

Kriteria pengujian

Jika Fhitung ≥ Ftabel, data tidak homogen Jika Fhitung ≤ Ftabel, data homogen c. Uji Perbedaan Rata-rata

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas akan diketahui bahwa data

normal dan homogen atau tidak, kemudian untuk mengetahui perbedaan rata-rata

kelas kontrol dan eksperimen dilakukan uji perbedaan rata-rata. Sebelum

melakukan uji perbedaan rata-rata, perlu dirumuskan terlebih dahulu hipotesis

yang akan diuji. Dalam penelitian ini, hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: Tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

H0 : 1 = 2 (Tidak berbeda)

Ha: Terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Ha : 1 ≠2 (berbeda)

1) Analisis Statistik Parametrik

Analisis parametris dapat dilakukan terhadap data yang memenuhi kriteria,

yaitu data berdistribusi normal dan homogen. Jika data memenuhi kriteria

tersebut, maka uji perbedaan rata-rata dapat dilakukan dengan menggunakan

t-test. Adapun petunjuk dalam memilih t-test adalah sebagai berikut (Sugiono,

(36)

a) Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen, maka dapat

digunakan rumus t-test, baik untuk separated maupun polled varians. Untuk

mengetahui besarnya t tabel digunakan dk yang besarnya dk = n1 + n2 – 2

b) Bila n1 ≠ n2, varians homogen dapat digunakan t-test dengan polled varians, besarnya dk = n1 + n2 – 2

c) Bila n1 = n2, varians tidak homogen dapat digunakan rumus baik separated

maupun polled varians, dengan dk = n1 – 1 atau n2 – 1.

Polled Varians

= 1− 2

( 1−1) 1 2 + ( 2−1) 2 2 1+ 2−2

1 1+

1 2

Separated Varians

= 1− 2

12 1+

22 2

(Sugiyono, 2010: 138)

d) Kaidah keputusan

thitung < ttabel H0 diterima, Ha ditolak

thitung >ttabel Ha diterima, H0 ditolak

2) Analisis Statistik Non Parametrik

Populasi tidak selalu berdistribusi normal, jika populasi tidak berdistribusi

normal maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji non parametrik,

yaitu uji Mann withney, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Kedua sampel digabungkan dan diberi peringkat.

b) Hitung Ua dan Ub, dengan cara:

U1= n1n2 +

n1(n1+1)

2 – R1 (Sugiyono, 2010: 153)

U2= n1n2 + n2(n2+1) 2 – R2

Keterangan :

(37)

n2 : Jumlah sampel 2

R1 : Jumlah peringkat 1

R2 : Jumlah peringkat 2

c) Menentukan Uhitung yang lebih kecil untuk dibandingkan dengan Utabel

d) Jika na dan nb kurang dari sama dengan 20 maka dapat langsung diuji dengan

melihat tabel uji Mann Withney (Utabel)

e) Kaidah keputusan

< H0 ditolak, Ha diterima

> H0 diterim, Ha ditolak

2. Analisis Data Indeks Gain Ternormalisasi

Perhitungan data nilai indeks gain dilakukan untuk mengetahui kualitas

peningkatan kemampuan menulis puisi kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat

dari hasil pretes dan postes. Indeks gain dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

= −

[image:37.595.111.515.120.626.2]

Tabel 3.8.

Interpretasi Indeks Gain

Indeks gain (g) Kriteria

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang g ≤ 0,30 Rendah

Utami (Wulansuci, 2012: 63)

Setelah menghitung indeks gain, kemudian dilakukan uji normalitas,

homogenitas dan uji perbedaan rata-rata terhadap indeks gain untuk melihat

perbedaan peningkatan kemampuan menulis puisi antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah

H0: Tidak ada perbedaan peningkatan kemampuan menulis puisi antara kelas

eksperimen yang menggunakan metode mind mapping dan kelas kontrol yang

tidak menggunakan metode mind mapping.

(38)

Ha: Ada perbedaan peningkatan kemampuan menulis puisi antara kelas

eksperimen yang menggunakan metode mind mapping dan kelas kontrol yang

tidak menggunakan metode mind mapping.

Ha : 1 ≠2 (berbeda)

3. Analisis Data Nontes

a. Lembar Observasi

Hasil yang didapatkan diinterpretasi sesuai dengan aktivitas yang dilakukan

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan adalah untuk menguji apakah terdapat perbedaan

peningkatan kemampuan menulis puisi antara kelas yang mendapatkan

pembelajaran tanpa metode mind mapping dan kelas yang mendapatkan

pembelajaran dengan metode mind mapping. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan pada kelas V SDN 11 Ciseureuh Purwakarta, dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis puisi antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen akibat dari penerapan metode mind mapping pada kelas

eksperimen. Peningkatan kemampuan menulis puisi pada kelas eksperimen lebih

baik daripada kelas kontrol. Perbedaan peningkatan kemampuan menulis puisi ini

terlihat dari hasil uji perbedaan rata-rata indeks gain dengan statistik non

parametrik yang menunjukkan nilia �ℎ� �� = 74, dan �ℎ� �� <� ��, hasil

perhitungan ini membuktikan bahwa Ha diterima.

Dalam proses pembelajaran menulis puisi dengan metode mind mapping, guru

dan siswa menunjukan aktivitas yang positif untuk mendukung berlangsungnya

proses pembelajaran dengan baik. Guru memberikan pembelajaran yang sesuai

dan dapat memfasilitasi siswa untuk menulis puisi dengan mind mapping. Siswa

dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan terlihat dapat berpartisipasi aktif

dan antusias selama pembelajaran berlangsung.

B. Saran

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam

melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran

menulis puisi, guru dapat menerapkan metode mind mapping untuk meningkatkan

kemampuan menulis puisi siswanya, dengan memperhatikan langkah-langkah

(40)

tepat. Guru dapat melakukan variasi pembelajaran menulis puisi berdasarkan

referensi dari penelitian ini. Pengukuran atau perhitungan terhadap peningkatan

kemampuan menulis puisi dengan metode mind mapping ini juga perlu dilakukan

setelah pembelajaran dilaksanakan.

Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu membangkikan minat pembaca

untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap penelitian ini, misalnya saja

dengan menerapkan metode penelitian true experimental pada bahan kajian ini,

atau dengan menerapkan penelitian ini pada jenjang pendidikan yang berbeda.

Perbaikan pada langkah-langkah menjalankan metode dalam penelitian ini juga

perlu dilakukan agar dapat membuat peningkatan kemampuan menulis puisi

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Sahlan Hadi. (2004). Aplikasi Statiska dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Alam, S. (2012). RPP Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia: http//syamsulalambtg-rpp-bahasaindonesia.blogspot.com. [22 Maret 2013]

Aminuddin. (2009). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Amri, S. dan Iif Khoiru Ahmadi. (2010). Proses Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Astuti, N.P. (2013). Asyiknya Belajar. [Online]. Tersedia: http://niningpujiastuti.wordpress.com/2013/01/14/macam-puisi-anak/. [12 April 2013]

Burhanuddin TR. (2009). Pendekatan, Metode, dan Teknik Penelitian Pendidikan. Purwakarta: Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia kampus Purwakarta.

Buzan, T. (2011). Buku Pimtar Mind Map. Jakarta: Gramedia.

_______. (1993). The Mind Map Book. London: BBC Books.

Cahyani, I. dan Hodijah. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Danbury, C. (2007). The New Book Of Knowledge. Chicago: Scholastic Library publising.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Djamarah, S.B. dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

(42)

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Gintings, A. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Hadiyanti. T. (2008). Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Menggunakan Teknik Mind Mapping : (Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII-7 SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2007/2008). Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hatimah, I. et al. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Hernawan, A.H. et al. (2007). Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung: UPI Press.

Hilal, R. (2012). Penggunaan Teknik Mind Mapping untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Poster : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII-B SMPN 2 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2010). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda.

Khajar, S. (2012). Penerapan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi : Penelitian Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X MAN 3Cirebon Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mulyanah, D.S. (2012). Kumpulan-kumpulan Puisi Bebas. [Online]. Tersedia: http://dahliahidekazu.blogspot.com/. [24 April 2013]

Mulyasa, E. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda.

Muslich, M. dan I Gusti Ngurah Oka. (2010). Perencanaan Bahasa pada Era Globalisasi. Jakarta: Bum

Gambar

Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.4.
Tabel 3.5.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji keefektifan penerapan model mind mapping dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi pada siswa kelas III

Objek penelitian ini adalah pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII E SMP Negeri 16 Surakarta dengan penerapan metode peta pikiran (mind mapping) untuk meningkatkan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, serta inayahNya sehingga skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi

Adapun tujuan yang diharapkan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi Mahasiswa

Edi Saptono, Efektivitas Pembelajaran dengan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Sekolah Dasar

Objek penelitian ini adalah pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII E SMP Negeri 16 Surakarta dengan penerapan metode peta pikiran (mind mapping) untuk meningkatkan

(2) Penerapan model Mind Mapping dalam pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Rambah yaitu pada prasiklus nilai