• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802012091 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802012091 Full text"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

WACANA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

OLEH

ANGGITA PUTRI WULANDARI 802012091

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Anggita Putri Wulandari

Nim : 802012091

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

PERBEDAAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA DITINJAU DARI

JENIS KELAMIN

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 12 Januari 2016 Yang menyatakan,

Anggita Putri Wulandari

Mengetahui,

Pembimbing

(5)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Anggita Putri Wulandari

Nim : 802012091

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

PERBEDAAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA DITINJAU DARI

JENIS KELAMIN

Yang dibimbing oleh:

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 12 Januari 2016

Yang memberi pernyataan,

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

PERBEDAAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA DITINJAU DARI

JENIS KELAMIN

Oleh

Anggita Putri Wulandari 802012091

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 12 Januari 2016eptemb2015

Oleh:

Pembimbing,

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

PERBEDAAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA

WACANA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

Anggita Putri Wulandari Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan intensi berwirausaha

antara mahasiswa laki-laki dan perempuan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya

Wacana. Sampel pada penelitian ini adalah berjumlah 50 orang dan teknik sampling

yang digunakan adalah teknik accidental sampling. Metode penelitian yang dipakai

dalam pengumpulan data yakni dengan metode skala menggunakan skala EIQ

(Entrepreneurial Intention Questionnaire) dari Linan & Chen (2006) yang di

kembangkan dari aspek yang di kemukakan oleh Ajzen. Teknik analisa data yang

dipakai adalah dengan formula uji-t. Dari hasil analisa data diperoleh nilai t -2,472

dengan signifikansi sebesar 0,017 (p < 0,05), yang berarti ada perbedaan intensi

berwirausaha antara laki-laki dan perempuan. Mahasiswa perempuan memiliki intensi

berwirausaha yang lebih tinggi dibanding mahasiswa laki-laki.

(9)

ii

Abstract

This study aims to determine the significance of the entrepreneurial intention between

male college student and female ones in Psychology faculty of Satya Wacana Christian

University. The sample of this research is on 50 persons, and the sampling technique is

sampling accidental technique. The method of the research used in collecting datas is

EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) from Linan & Chen (2006) based on

aspect from Ajzen. The data analyzing technique used is t- test formula analyzing. From

the data analyzing the writer gets the mark of t is -2,472 with the significantcy of 0,017

(p<0,05) that means there is a different entrepreneurial intention between male and

female in their. Female college students have more intencity than the male students.

(10)

1

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara berkembang dengan salah satu permasalahan yang

sama setiap tahunnya yaitu tentang banyaknya pengangguran. Meskipun jumlah

lapangan kerja selalu bertambah, hal tersebut tetap tidak membuat pengangguran

berkurang mengingat jumlah lapangan kerja yang ada tidak sebanding dengan jumlah

pencari kerja. Ini membuat pengangguran di Indonesia semakin meningkat. Menurut

catatan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS, 2015) Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) Februari 2015 sebesar 5,81 persen menurun dibanding TPT Agustus 2014 (5,94

persen), dan meningkat dibandingkan TPT Februari 2014 (5,70 persen). Ada pula isu

PHK besar-besaran yang akan dilakukan perusahaan-perusahaan di Indonesia akibat

melemahnya nilai tukar rupiah. Hal ini semakin megkhawatirkan bagi para pencari

kerja. Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2015 masih di dominasi oleh penduduk

bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah sebanyak 54,6 juta orang (45,19

persen), dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 21,5 juta (17,77 persen). Penduduk

bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 13,1 juta orang mencakup 3,1 juta orang

(2,60 persen) berpendidikan Diploma dan sebanyak 10,0 juta orang (8,29 persen)

berpendidikan sarjana ke atas (BPS, 2015). Bisa dilihat bahwa penyerapan tenaga kerja

pada perguruan tinggi masih minim.

Sebenarnya menjadi pengangguran dan tidak tersedianya lapangan pekerjaan

bukanlah akhir dari segalanya. Hal tersebut bisa ditekan dengan cara berwirausaha.

Berwirausaha tidak hanya bisa memberikan pekerjaan untuk diri individu sendiri tetapi

juga bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Semakin maju suatu negara,

semakin banyak orang terdidik, maka semakin penting suatu wirausaha (Alma, 2011).

(11)

yang dimilikinya. Dalam usahanya itu dilakukan dengan penuh kreatif, inovatif,

swa-kendali, dan siap mengambil resiko dalam melihat, menciptakan, dan memanfaatkan

peluang untuk maju, dan meningkatkan usahanya (Riyanti, 2008). Wirausaha

merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan ekonomi di suatu negara.

Kebanyakan para mahasiswa berpikir ketika sudah lulus dari perguruan tinggi mereka

akan mencari pekerjaan di perusahaan. Padahal seperti yang sudah di jelaskan di atas

bahwa untuk memperoleh pekerjaan tidaklah mudah.

Dalam rangka mengatasi masalah di atas, Kemendikbud membuat sebuah program

agar dapat mengubah pola pikir mahasiswa yang dulu job seeker menjadi job creator

dengan Progam Mahasiswa Wirausaha (PMW). Dengan tumbuhnya jiwa wirausaha di

kalangan mahasiswa di harapkan mereka tertarik untuk berwirausaha dan menambah

jumlah wirausahawan di Indonesia. Di Indonesia sendiri jumlah wirausahawan hanya

sekitar 1,6% saja (Ciputra, 2009), sedangkan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi

suatu negara maka setidaknya harus ada minimal 2% penduduk yang menjadi

wirausahawan. Berdasarkan data dari Ditjen Dikti (2011), kemauan dalam bidang

kewirausahaan bagi lulusan perguruan tinggi masih sangat rendah, yakni sebesar

6,14%, sedangkan pada lulusan SMA yakni sebesar 22,63%. Untuk itu perlu adanya

niat atau intensi pada mahasiswa untuk berwirausaha.

Intensi berwirausaha dapat ditumbuhkan dengan mewujudkan penambahan

perluasan lapangan kerja dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Selaras dengan

pernyataan tersebut sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, dalam

rangka meningkatkan perekonomian bangsa, presiden RI (Susilo Bambang Yudhoyono)

mengeluarkan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang mengembangan ekonomi

(12)

3

memungkinkan setiap orang untuk dapat menciptakan lapangan kerja untuk dirinya dan

bahkan untuk orang lain. Pengembangan tersebut juga perlu dilakukan di kota kecil

seperti kota Salatiga. Di Salatiga terdapat satu-satunya universitas yaitu Universitas

Kristen Satya Wacana. Sesuai dengan salah satu visi Universitas yaitu mencetak lulusan

creative minority atau minoritas berdaya cipta, mahasiswa lulusan UKSW memiliki

tugas untuk menjadi lulusan yang berdaya cipta.

Intensi menurut Fishbein & Ajzen (dalam Wijaya, 2007) merupakan komponen

dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku

tertentu. Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjektif individu dalam

kaitan antara diri dan perilaku. Intensi kewirausahaan sendiri dapat diartikan sebagai

proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan

suatu usaha (Katz dan Gartner, 1988). Entrepreneurial intention atau niat

kewirausahaan dapat diartikan sebagai langkah awal dari suatu proses pendirian sebuah

usaha yang umumnya bersifat jangka panjang (Lee & Wong, 2004). Menurut Krueger

(1993), intensi berwirausaha mencerminkan komitmen seseorang untuk memulai usaha

baru dan merupakan isu sentral yang perlu diperhatikan dalam memahami proses

kewirausahaan pendirian usaha baru. Katz & Gartner (1988) juga menyatakan bahwa

seseorang dengan intensi untuk memulai suatu usaha akan memiliki kesiapan dan

kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang akan dijalankannya bila dibandingkan

dengan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Krueger & Carsrud (dalam Indarti

& Rostiani, 2008); Ajzen & Fishbein; Krueger & Casrud (dalam Kautonen & Luoto,

2008) menyatakan bahwa intensi telah menjadi prediktor terbaik bagi perilaku

(13)

dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang

akan menjadi seorang wirausaha.

Ajzen dalam (Linan & Chen, 2006) menyatakan intensi dibentuk oleh 3 determinan

pembentuk yaitu attitude (sikap), subjective norm (norma subjektif), dan perceived

behavior control (kontrol perilaku). Sikap berperilaku (attitude), yang merupakan dasar

bagi pembentukan intensi. Terdapat dua aspek pokok dalam sikap terhadap perilaku,

yaitu: keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku

tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek

pengetahuan individu tentang obyek sikap dapat pula berupa opini individu hal yang

belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat

dari suatu obyek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek

sikap tersebut, demikian pula sebaliknya. Norma subyektif (subjective norm) yaitu

keyakinan individu akan norma, orang sekitarnya dan motivasi individu untuk

mengikuti norma tersebut. Terdapat dua aspek pokok dalam norma subjektif, yaitu:

keyakinan akan harapan-harapan norma referensi dan motivasi kesediaan individu untuk

melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak lain yang dianggap

penting bahwa individu harus atau tidak harus berperilaku. Kontrol perilaku (perceived

feasible), yang merupakan dasar bagi pembentukan kontrol perilaku yang dipersepsikan.

Kontrol perilaku yang dipersepsikan merupakan persepsi terhadap kekuatan

faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit suatu perilaku. Dalam intensi

berwirausaha, Linan & Chen (2006) mengembangkan determinan tersebut menjadi 4

poin yaitu professional attraction, social valuation, entrepreneurial capacity, dan

(14)

5

Pada suatu kesempatan, Indarti & Rostiani (2008) mengemukakan faktor-faktor

yang memengaruhi intensi berwirausaha yaitu faktor kepribadian, faktor lingkungan dan

faktor demografi. Faktor kepribadian meliputi kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri.

Faktor lingkungan, yang dilihat pada tiga elemen kontekstual: akses kepada modal,

informasi dan jaringan sosial; sedangkan faktor demografis meliputi jenis kelamin,

umur, latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja. Jenis kelamin merupakan

salah satu faktor yang memengaruhi intensi berwirausaha dan menjadi sebuah variabel

yang penting diteliti karena dalam berwirausaha antara pria dan wanita terdapat

perbedaan baik secara fisik maupun psikologis (Kartono, 2006).

Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan

dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Beberapa peneliti juga telah

meneliti tentang pengaruh jenis kelamin terhadap intensi berwirausaha (Mazzarol et al.,

1999; Kolvereid, 1996; Matthews dan Moser, 1996; Schiller dan Crewson, 1997).

Seperti yang sudah diduga, bahwa mahasiswa laki-laki memiliki intensi yang lebih kuat

dibandingkan mahasiswa perempuan. Secara umum, sektor wiraswasta adalah sektor

yang didominasi oleh kaum laki-laki. Crant (1996) yang meneliti intensi mahasiswa di

perguruan tinggi menemukan bahwa mahasiswa laki-laki mempunyai intensi

wirausaha yang lebih tinggi dibanding mahasiswa perempuan. Jenis kelamin

mempunyai pengaruh terhadap intensi wirausaha mengingat adanya perbedaan

pandangan terhadap pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Manson dan Hogg

(dalam Wijaya, 2007) mengemukakan bahwa kebanyakan perempuan cenderung

sambil lalu dalam memilih pekerjaan dibanding dengan laki-laki. Kaum perempuan

menganggap pekerjaan bukanlah hal yang penting. Karena perempuan masih

(15)

rumah tangga. Crant (1996) memandang bahwa pengaruh jenis kelamin terhadap

intensi berwirausaha dikarenakan laki-laki mempunyai sifat yang lebih proaktif

dibanding perempuan. Seseorang yang proaktif akan mudah bergaul, mempunyai

banyak relasi, cepat menyesuaikan diri dan fleksibel dalam melihat peluang. Dengan

banyaknya relasi yang dijalin, maka lebih banyak informasi bisnis yang diperoleh

sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan bisnis (Priyanto, 2007). Di

sisi lain penelitian yang dilakukan oleh Indarti & Rostiani (2008) tentang ada tidaknya

perbedaan intensi berwirausaha menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan intensi berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.

Ada beberapa fenomena yang terkait dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa

Fakultas Psikologi. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 22

September 2015 di sekitar kantor Fakultas Psikologi UKSW dengan beberapa

mahasiswa psikologi, hanya 4 (3 perempuan dan 1 laki-laki) dari 30 orang mahasiswa

(17 perempuan dan 13 laki-laki) yang berniat untuk membuka lapangan pekerjaan

sendiri setelah lulus nanti. Bisa dilihat bahwa intensi berwirausaha pada mahasiswa

perempuan presentasenya lebih banyak di banding mahasiswa laki-laki. Bagi

mahasiswa yang memiliki intensi berwirausaha yang rendah, mereka lebih memilih

bekerja sesuai dengan bidang ilmu mereka seperti psikolog, konselor, Human Research

and Development (HRD), atau pekerjaan lain yang berhubungan dengan relasi manusia.

Namun, bagi mahasiswa yang memiliki intensi berwirausaha yang tinggi, mereka lebih

memilih untuk menciptakan lapangan kerja seperti home industry sesuai dengan

keterampilan yang mereka miliki. Dari 4 mahasiswa yang ingin membuka lapangan

(16)

7

sendiri dan ingin melanjutkan studi untuk bisa mencapai keinginan tersebut. Sisanya

ingin membuka usaha di bidang makanan.

Pro dan kontra tersebut memperkuat alasan peneliti untuk melakukan penelitian

mengenai intensi berwirausaha di tinjau dari jenis kelamin karena jenis kelamin menjadi

suatu variabel yang paling penting berkaitan dengan intensi berwirausaha selaras

dengan pendapat banyak peneliti (Mazzarol et al., 1999; Kolvereid, 1996; Matthews dan

Moser, 1996; Schiller dan Crewson, 1997) dan memiliki dampak terhadap kesuksesan

berwirausaha pada mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana terutama Fakultas

Psikologi. Penelitian mengenai variabel ini adalah untuk membuktikan apakah hasil dari

penelitian tersebut selaras dengan apa yang ada di Fakultas Psikologi UKSW karena

setiap kondisi dan situasi memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang berbeda

dengan berbagai dinamika yang terjadi. Karakterisitik subjek, tempat penelitian, dan

organisasi yang berbeda memungkinkan hasil penelitian yang berbeda pula.

RUMUSAN MASALAH

Apakah ada perbedaan intensi berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan perempuan

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) ?

HIPOTESIS

Ada perbedaan intensi berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan perempuan

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

(17)

bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan

dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan

kerangka pemikiran tertentu (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini akan dibandingkan

intensi berwirausaha antara laki-laki dan perempuan.

Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X) : jenis kelamin (laki-laki dan perempuan)

2. Variabel terikat (Y) : intensi berwirausaha

Subjek Penelitian

Azwar (2012) mendefinisikan populasi sebagai kelompok subjek yang hendak

dikenai generalisasi hasil penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi

dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya

Wacana (UKSW) semester akhir atau angkatan 2012 dan 2011 yang berjumlah 132

orang. Sampel adalah sebagian dari populasi (Azwar, 2005). Berdasarkan populasi

Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW semester akhir, penulis mengambil sampel dalam

penelitian ini berjumlah 50 orang yang disesuaikan dengan pertimbangan waktu dan

sumber daya yang ada serta telah memenuhi syarat pengambilan sampel dari populasi

terkecil yaitu 30 (Azwar, 2004). Karakteristik sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

2. Mahasiswa Fakultas Psikologi semester akhir atau angkatan 2011 dan 2012.

3. Mahasiwa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana yang berusia 21-23

(18)

9

Alat ukur Pengumpulan Data

Alat ukur pengumpulan data menggunakan EIQ (Entrepreneurial Intention

Questionnaire) dari Linan & Chen (2006) yang di kembangkan dari aspek yang di

kemukakan oleh Ajzen. Aspek-aspek yang digunakan dalam alat ukur ini meliputi

personal attraction, perceived social norms, self-efficacy and intention. Jumlah aitem

pada skala ini adalah 22 aitem dengan alpha Cronbach 0,947. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan try out terpakai dimana subjek yang digunakan dalam try out

digunakan sekaligus untuk penelitian. Penelitian ini akan di uji lebih lanjut dengan

analisis aitem untuk menguji daya diskriminasi dan reliabilitas aitem.

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Alfa Cronbach menunjukkan hasil

yang memuaskan dengan hasil perhitungan reliabilitas sebesar 0,956. Berdasarkan hasil

uji yang diperoleh maka alat ukur yang digunakan dapat dikatakan alat ukur yang

reliabel.

Dilakukan dua kali pengujian menggunakan program komputer SPSS Statistics

21.0. menunjukkan bahwa ada 1 aitem yang gugur karena mempunyai nilai corrected

item total < 0,30 yaitu item 1. Pengujian tersebut mendapatkan hasil bahwa aitem yang

tersisa adalah 21 aitem yang dianggap valid dengan item-total correlation bergerak

antara 0,449-0,872 dan standar yang digunakan adalah sebesar 0,30 (Azwar, 2012).

Reliabilitas yang dihitung dengan Alfa Cronbach sebesar 0,956 yang berarti bahwa alat

ukur yang digunakan sangat reliabel.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan penulis dengan pertama-tama memohon surat

persetujuan dari dosen pembimbing untuk mengambil data yang ditujukan kepada

(19)

Peneliti menyebarkan 50 angket. Dalam pemilihan subjek peneliti menggunakan teknik

accidental sampling yaitu merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau

siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok

dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel (Sugiyono, 2010),

maka pada saat mengambil data, penulis mencari subjek sesuai dengan karakteristik

yang telah di tentukan sebelumnya.

Tehnik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dilakukan uji asumsi. Apabila hasil uji asumsi

menunjukkan data yang berdistribusi normal serta homogen, maka selanjutnya

dilakukan uji-t. Uji-t dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistics 21.0 for windows

dengan program uji Independent Sample T Test.

HASIL PENELITIAN

Uji Asumsi

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov untuk

sampel laki-laki sebesar 0,987 hal ini berarti untuk signifikansi pria >0,05 sehingga

sampel pria berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov Smirnov untuk sampel

perempuan sebesar 0,495 hal ini berarti untuk signifikansi wanita >0,05 sehingga

sampel wanita berdistribusi normal. Melihat hasil nilai Kolmogorov Smirnov untuk

laki-laki dan perempuan bersignifikansi >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua

jenis sampel sebaran datanya berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat

(20)

11

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas

Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji homogenitas dengan metode Levene's

Test. Nilai Levene ditunjukkan dengan p value (sig) sebesar 0,448 di mana > 0,05 yang

berarti terdapat kesamaan varians antar kelompok atau yang berarti homogen.

Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,586 1 48 ,448

Selanjutnya melalui pendekatan Independent Sample t-test yang digunakan

untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel

yang tidak berhubungan. Hasil perhitungan Uji-t sebesar -2,472 dapat diketahui nilai

signifikansinya adalah sebesar 0,017 (p<0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang

artinya ada perbedaan intensi berwirausaha antara laki-laki dan perempuan.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Perempuan Laki-laki

N 25 25

Normal Parametersa,b Mean 99,08 112,20

Std. Deviation 15,976 21,192

Most Extreme Differences

Absolute ,099 ,197

Positive ,099 ,095

Negative -,093 -,197

Kolmogorov-Smirnov Z ,495 ,987

Asymp. Sig. (2-tailed) ,967 ,284

(21)

Tabel 3. Hasil Uji-t

Berdasarkan hasil perhitungan variabel, berikut adalah kategorisasi

deskriptifnya. Berdasarkan penggolongan tersebut, didapatkan hasil bahwa intensi

berwirausaha mahasiswa laki-laki dan perempuan berada pada kategorisasi tinggi.

Berikut tabel kategorisasi :

Tabel 4.1 Kategorisasi Intensi Berwirausaha Mahasiswa Perempuan

(22)

13

Tabel 4.2 Kategorisasi Intensi Berwirausaha Mahasiswa Laki-laki

NO Interval Kategorisasi Mean f %

1. 21≤ x < 46,2 Sangat Rendah 1 4%

2. 46,2≤ x < 71,4 Rendah 0 0%

3. 71,4 ≤ x < 96,6 Sedang 4 16%

4. 96,6 ≤ x < 121,8 Tinggi 112,2 11 44%

5. 121,8 ≤ x ≤147 Sangat Tinggi 9 36%

Jumlah 25 100%

x = skor intensi berwirausaha PEMBAHASAN

Dari uraian hasil penelitian perhitungan Uji-t sebesar -2,472 menunjukkan

bahwa signifikansi yang diperoleh sebesar 0,017 (p<0,05). Maka H1 diterima yang

berarti bahwa ada perbedaan intensi berwirausaha antara laki-laki dan perempuan. Hal

tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa hal seperti faktor-faktor lain seperti faktor

kepribadian, faktor lingkungan dan faktor demografi lainnya (Indarti & Rostiani, 2008).

Intensi berwirausaha antara mahasiswa perempuan dan laki-laki sama-sama berada pada

kategori tinggi.

Hasil dari penelitian ini juga mendukung penelitian-penelitian sebelumnya yang

mengatakan bahwa intensi berwirausaha mahasiswa laki-laki lebih kuat di banding

mahasiswa perempuan (Mazzarol et al., 1999; Kolvereid, 1996; Matthews dan Moser,

1996; Schiller dan Crewson, 1997) . Secara umum, sektor wiraswasta adalah sektor

yang didominasi oleh kaum laki-laki. Alma (2009), menjelaskan

perbedaan-perbedaan laki-laki dan perempuan dalam berwirausaha. Perbedaan tersebut antara

(23)

berwirausaha dimotivasi oleh keinginan akan prestasi dan adanya frustasi dalam

pekerjaan sebelumnya. Dia merasa terkekang tidak dapat menampilkan

kebolehannya dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada dirinya. Hal ini

bisa saja menjadi pertimbangkan mahasiswa perempuan Fakultas Psikologi UKSW

dalam memilih suatu pekerjaan. Subjek mahasiswa dalam penelitian ini semuanya

belum bekerja. Mereka mungkin saja ingin mencoba bekerja sebagai pegawai, ketika

bekerja sebagai pegawai dirasakan menghambat ruang gerak mereka barulah mereka

memutuskan untuk berwirausaha. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Manson

dan Hogg (dalam Wijaya, 2007) yang mengemukakan bahwa kebanyakan perempuan

cenderung sambil lalu dalam memilih pekerjaan dibanding dengan laki-laki. Kaum

perempuan menganggap pekerjaan bukanlah hal yang penting. Karena perempuan

masih dihadapkan pada tuntutan tradisional yang lebih besar menjadi istri dan ibu

rumah tangga.

Akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan Indarti & Rostiani (2008)

juga yang menemukan hal yang berbeda bahwa tidak ada perbedaan intensi

berwirausaha antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian tersebut berbeda bisa saja

dikarenakan penelitian dilakukan di 3 negara dengan latar belakang pendidikan dan

pengalaman kerja yang berbeda-beda. Selain itu usia yang dijadikan sampel juga

bervariasi dari yang berumur kurang dari 25 sampai lebih dari 25 tahun. Sedangkan

dalam penelitian ini sampel yang digunakan memiliki latar belakang pendidikan yang

sama yaitu psikologi dan pengalaman kerja yang minim karena masih disibukkan

dengan tugas perkuliahan serta skripsi. Usia sampel dalam penelitian ini juga di kontrol

(24)

15

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat

perbedaan intensi berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Mahasiswa

laki-laki memiliki intensi yang lebih kuat dibanding mahasiswa perempuan mungkin

dikarenakan mahasiswa perempuan kurang mempunyai motivasi untuk berprestasi

dalam hal berwirausaha serta keinginan untuk mencoba bekerja di kantor atau

perusahaan sebagai pegawai. Selain itu mereka juga masih dihadapkan pada tuntutan

tradisional sebagai ibu rumah tangga yang mengurus kebutuhan rumah tangga di rumah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

1. Dari hasil perhitungan Uji-t, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,

yang artinya ada perbedaan intensi berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan

perempuan. Dilihat dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki

memiliki intensi berwirausaha yang lebih tinggi di banding mahasiswa perempuan.

2. Di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana mahasiswa perempuan

maupun laki-laki memiliki intensi berwirausaha pada kategori tinggi.

SARAN

1. Bagi Subjek Penelitian

a. Bagi mahasiswa Fakultas Psikologi terutama perempuan dapat

meningkatkan intensi berwirausaha dengan cara mencari informasi dari

sumber lain selain melalui perkuliahan yang memang pada dasarnya minim

pembahasan tentang kewirausahaan. Sedangkan bagi mahasiswa laki-laki

yang memiliki intensi berwirausaha yang lebih tinggi diharapkan dapat

(25)

b. Bagi pemerintah, pengadaaan progam kewirausahaan dapat di pantau lagi

pelaksaannya sehingga bisa dipastikan semua perguruan tinggi atau

universitas di Indonesia mengadakan progam tersebut. Sasaran utama

terhadap mahasiswa perempuan yang intensi berwirausahanya masih kurang.

2. Bagi penelitian selanjutnya :

a. Penelitian ini berfokus pada intensi berwirausaha dan jenis kelamin.

Faktor-faktor lain yang memengaruhi intensi berwirausaha dapat lebih diperhatikan

untuk penelitian yang berikutnya. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor

kepribadian, faktor lingkungan dan faktor demografi. Faktor kepribadian

meliputi kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri. Faktor lingkungan, yang

dilihat pada tiga elemen kontekstual: akses kepada modal, informasi dan

jaringan sosial; sedangkan faktor demografis selain jenis kelamin ada usia,

latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja.

b. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang intensi

berwirausaha dapat lebih diperluas, bukan hanya mahasiswa Falkutas

Psikologi saja tapi juga fakultas-fakultas yang lain serta sampel yang di

(26)

17

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. (2011). Kewirausahaan. Alfa Beta: Bandung.

Azwar, S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2005). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas ed. ke-4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik,2015. Retrieved from Berita Resmi Statistik website: http://www.bps.go.id/brs/view/id/1139.

Choo, S., & Wong, M. (2006). Entrepreneurial intention: Triggers and barriers to new venture creations in Singapore. Singapore Management Review 28 (2): 47-64.

Ciputra. (2009).Ciputra quantum leap enterpreneurship: Mengubah masa depan bangsa dan masa depan anda. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Crant, J M. (1996).The proactive personality scale as a predictor of entrepreneurial intentions. Journal of Small Business Management 34 (3).

Dharmawan. (2014). Implementasi pendidikan karakter bangsa pada mahasiswa di perguruan tinggi. Ejournal, 1-13.

Hungu. (2007). Demografi kesehatan Indonesia. Jakarta : Penerbit Grasindo.

Indarti, N. & Rostiani, R. (2008). Intensi kewirausahaan mahasiswa: Studi perbandingan antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia, 23.

Kartono, K. (2006). Psikologi Wanita : Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa : Jilid 1.Bandung : Mandar Maju.

Katz, J., dan Gartner, W. (1988). Properties of emerging organizations. Academy of Management Review 13 (3): 429-441.

Kautonen, T. & Luoto, S. (2008). Entreprenerial intention in the third age: the impact of career history. Finland. Retrieved from

http://www.swinburne.edu.au/lib/ir/online conferen ces/agse2008/000020.pdf Kolvereid, L. (1996). Prediction of employment status choice intentions.

Entrepreneurship Theory and Practice 21 (1): 47-57.

Krueger, N. F. & Carsrud ,A. L..(1993). Entrepreneurial intentions: Applying the theory of planned behavior. Entrepreneurship & Regional Development 5 (4): 315-330.

(27)

Linan, F & Chen, Y. (2006). Testing the entrepreneurial intention model on a two-country sample. Universitat Autònoma de Barcelona : Departament d'Economia de l'Empresa.

Mathews, C. H. dan Moser, S. B. (1996). A longitudinal investigation of the impact of family background and gender on interest in small firm ownership. Journal of Small Business Management 34 (2): 29-43.

Mazzarol, T., et al. (1999). Factors influencing small business start-ups. International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research 5 (2): 48-63.

Priyanto, E. (2007). Pengaruh Kualitas Produk terhadap Loyalitas Pelanggan Frestea.Skripsi Sarjana Pendidikan UPI.Bandung

Riyanti, B.P.D. (2003). Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta : Grasindo.

Schiller, B.R., & Crewson, P. E. (1997). Entrepreneurial origins: a longitudinal inquiry. Economic Inquiry 35 (3): 523–531.

Sitepu, E.K. (2008). Analisis faktor – faktor yang menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha (Studi kasus pada wanita pengusaha salon di jalan Sei Mencirim Medan). Skripsi. USU: Medan.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Watts, G.W. (2000). Psychologist-entrepreneurs: Roles, roll-Ups, and rolodexes. The Psychologist-Manager Journal 4 (1): 79-90.

Widaryanti. (2013). Intensi Kewirausahaan Mahasiswa. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis 10 (2).

Gambar

Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji homogenitas dengan metode Levene's
Tabel 4.1 Kategorisasi Intensi Berwirausaha Mahasiswa Perempuan
Tabel 4.2 Kategorisasi Intensi Berwirausaha Mahasiswa Laki-laki

Referensi

Dokumen terkait

(3) Rekapitulasi Daftar Kekurangan Pembayaran Tunjangan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang memuat kebutuhan pembayaran untuk seluruh pegawai yang berhak

Cross ribs structure is the best model of wood machine tool structure which gives minimum weight and maximum stiffness compared to single and three holes

Pada pengembangan sumber daya manausia tidak dapat dilepaskan dari konsep human capital yang menyatakan bahwa pendidikan, pelatihan, atau bentuk investasi manusia yang lain

10.7 Pemberian penjelasan mengenai isi Dokumen Pengadaan, pertanyaan dari peserta, jawaban dari Pokja ULP, perubahan substansi dokumen, hasil peninjauan lapangan,

[r]

- Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 1 Unit Donggala 20.000.000 P A D JUNI 2012 30 Hari. - Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 2 Unit Donggala 35.000.000

[r]

Dengan pelaksanaan sisitem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) yang telah diterapkan, maka kesalahan akan perhitungan atau kurang akuratnya data yang