• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 692009102 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 692009102 Full text"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Film Dokumenter Potret Wisata Kampung

Tas Tanggulangin

Artikel Ilmiah

Peneliti :

Ian Thalassa T. (692009102)

Anthony Y. M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs., M. Martin Setyawan, S.T., M.Cs.

Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen SatyaWacana

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Perancangan Film Dokumenter Potret Wisata Kampung Tas Tanggulangin

1)

Ian Thalassa T., 2)Anthony Y. M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs 3)

Martin Setyawan, S.T., M.Cs

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia

Email: 1)ianthalassa@gmail.com, 2) ant.tumimomor@gmail.com 3)

martinsetyawan@gmail.com

Abstract

One of the main tourism destination in Sidoarjo is Kampung Tas Tanggulangin. INTAKO as the pioneer of Kampung Tas have been exist since 1929, became a have to tourism destination when visiting Sidoarjo. Since the Lapindo tragedy occured and the misinformation that fly around,brought down the popularity and the economy of Kampung Tas Tanggulangin and haven’t been fully recover yet. So a media is needed to clarify misinformation that roaming around, qualitative method and linear strategy is used to research this movie. Through this movie making, hopefully potrait about uniqueness of people of Kampung Tas Tanggulangin can be delivered well and Kampung Tas Tanggulangin tourism can be fully recovered , so it’s leather craft will be well known locally and internationally.

Keywords: Kampung Tas, Documenter, Potrait

Abstract

Salah satu kunjungan wisata di Sidoarjo adalah Kampung Tas Tanggulangin. INTAKO sebagai salah satu pelopor terbentuknya Kampung Tas telah berdiri sejak tahun 1929, dan menjadi wisata unggulan Sidoarjo. Sejak terjadinya tragedi lumpur Lapindo dan kesalahan informasi yang beredar, popularitas dan perekonomian Kampung Tas juga menurun dan belum pulih sepenuhnya. Sehingga diperlukan sebuah media untukmengklarifikasi kesalahan informasi yang beredar di masyarakat, perancangan film ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan strategi penelitian yang digunakan adalah strategi linear. Melalui perancangan film ini, diharapkan potret mengenai keunikan warga Kampung Tas Tanggulangin dapat tersampaikan dengan baik dan Wisata Kampung Tas Tanggulangin dapat kembali pulihsehingga kerajinan kulitnya dapat lebih dikenal baik lokal maupun mancanegara.

Kata Kunci :Kampung Tas, Dokumenter, Potret

1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

2)

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

3)

(9)

1. Pendahuluan

Sidoarjo merupakan salah satu kota industri terbesar di Jawa Timur. Sidoarjo dikenal sebagai penyangga utama kota Surabaya. Hal tersebut menjadikan Gerbangkertosusila kawasan metropolitan terbesar kedua setelah Jabodetabek yang berpusat di Surabaya.Sektor perekonomian utama Sidoarjo adalah perikanan, industri, dan jasa, hal ini disebabkan selat Madura yang berbatasan di sebelah timur Sidoarjo merupakan penghasil perikanan, diantaranya ikan, udang, dan kepiting. Sidoarjo selain terkenal dengan kuliner lautnya yaitu ikan dan udang juga memiliki wisata khas yang wajib dikunjungi. Wisata Kampung Tas Tanggulangin menjadi wisata wajib saat berkunjung ke kota Sidoarjo.

Kampung Tas ini memiliki keunikan yaitu hampir seluruh masyarakatnya berprofesi sebagai pengrajin tas kulit. Kampung Tas Tanggulangin merupakan satu-satunya kampung mandiri yang memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Namun, berdasarkan penelitian awal dengan pengelola koperasi di Kampung Tas Ibu Tia Prihatika dan Ibu Suprihatin selaku Kepala Bidang Pariwisata Sidoarjo, Wisata Industri Kampung Tas Tanggulangin tenggelam popularitasnya karena disebabkan adanya tragedi Lumpur Lapindo yang melanda kota Sidoarjo. Luapan lumpur Lapindo menyebabkan akses jalan utama ditutup dan kesalahpahaman mengenai informasi yang diberikan media kepada masyarakatyang mengatakan bahwa Kampung Tas juga ikut terendam dengan lumpur, hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan penjualan produk di Kampung Tas Tanggulangin karena wisatawan enggan untuk berkunjung berwisata ke Kampung Tas Tanggulangin.

Berdasarkan denganpermasalahan tersebut, makaperlu adanya perancangan media dalam bentuk Video Dokumenter Potret untuk dapat menginformasikan potret masyarakat Kampung Tas Tanggulangin dan mengklarifikasi dengan jelas kepada masyarakat bahwa Kampung Tas Tanggulangin masih aktif dalam produksi produk tas kulitnya dan menjadi salah satu wisata andalan Sidoarjo.

2. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu mengenai film dokumenter yang berjudul “ Dampak Limbah Batik di Pekalongan” adalah penelitian yang menghasilkan sebuah film dokumenter yang menceritakan pencemaran sungai utama di Pekalongan oleh limbah dari batik yang menjadi budaya khas Pekalongan [1].

(10)

Perbedaan dari kedua penelitian terdahulu adalah Perancangan film dokumentermemakai genre potretdimanatidak hanya mengangkat dampak lumpur Lapindo namun menceritakan keunikan potret masyarakat di wisata Kampung Tas yang hampir seluruh penduduknya merupakan pengrajin tas kulit, juga mengklarifikasi kesalahan informasi yang beredar di tengah masyarakat yang mengatakan Kampung Tas ikut terendam luapan lumpur Lapindo.

Komunikasi Visual adalah sebuah rangkaian proses penyampaian informasi kepada pihak lain dengan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indra penglihatan.Komunikasi visual memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai sarana informasi dan instruksi, sebagai sarana presentasi dan penyampaian pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) [3].

Multimedia adalah penggunaan beberapa media yang berbeda untuk menggabungkan dan menyampaikan informasi dalam bentuk teks, audio, grafik, animasi, dan video. Multimedia dapat dikatakan suatu bentuk baru dalam pembuatan program-program komputer dengan penggabungan lebih dari satu media[4].

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah satu media komunikasi massa audiovisual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan sistem lainnya. Film berfungsi sebagai media pengantar informasi kepada masyarakat, sebagai dokumen sosial, karena melalui film masyarakat dapat melihat secara nyata apa yang terjadi di tengah–tengah masyarakat [5].

(11)

yang keempat dilihat dari segi teknik dan metode produksi. Dalam prduksi film dokumenter, tidak ada aktor sebagaimana film fiksi, yang ada adalah real people atau playthemselves dari orang yang ditampilkan dalam video dokumenter [6].Film dokumenter juga dapat berupa cerita tentang keprihatinan sosial, pengalaman, dan pergulatan hidup yang memberikan inspirasi dan semangat hidup bagi penonton atau kilas balik dan kupasan tentang peristiwa yang pernah terjadi dan ada kaitannya dengan masa sekarang.

Potret adalah sebuah genre video dokumenter yang menceritakan sosok seseorang atau sekelompok orang. Yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di dunia atau masyarakat tertentu atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya. Pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa–peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh.

Film dokumenterpotret dengan subgenreprofil selain membahas sosok seseorang, juga memiliki unsur pariwara (iklan/promosi) dari tokoh tersebut. Pembagian sequence-nya hampir tidak pernah membahas secara kronologis dan walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran dan tempat berkiprah, biasanya tidak pernah mendalam atau terkadang hanya untuk awalan saja. Genre ini tidak berhenti pada orang / manusia namun bisa juga sebuah badan (institusi) seperti perusahaan, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat dan organisasi politik[7].

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek daya tarik wisata [8].

Sinematografi adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa latin yang artinya gambar. Sinematografi merupakan sebuah ilmu terapan yang membahas teknik menangkap gambar dan menggabung gabungkan gambar tersebut sehingga gambar tersebut memiliki kemampuan menyampaikan sebuah ide dan cerita [9].

Beberapa hal yang penting dalam sinematografi dalam proses produksi film dokumenter, antara lain :

A. Shot bisa diartikan sebagai bagian dari adegan, misalnya dalam produksi film dokumenter yang hendak menceritakan kesedihan, maka dapat diambil gambar suasana muka yang murung.

B. Scene adalah hasil dari shot yang digabungkan satu dengan yang lain. Dalam perangkaian dikenal istilah transisi yang digunakan untuk menggabungkan shot – shot menjadi scene.

(12)

D. Camera angle adalah sudut pandang dari audience, mata

audience akan diwakili oleh mata kamera. Penempatan sudut

pandang kamera akan mempengaruhi sudut pandang audience [6]. Masyarakat Kampung Tas Tanggulangin hampir seluruh penduduknya berprofesi sebagai pengrajin tas kulit, dan merupakan kampung mandiri yang hidup dari kerajinan tas kulitnya. Sehingga timbullahgagasan untuk membentuk wadah bagi para pengrajin tas yang terwujud pada tanggal 7 April 1976, dengan nama koperasi INTAKO. Koperasi INTAKO berkembang dengan pesat, namun sejak tragedi lumpur Lapindo dan kesalahan informasi yang diterima, popularitas dan perekonomian Kampung taspun menurun drastis,mengalami penurunan jumlah pengunjung dan kehilangan pamornya dalam dunia pariwisata.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan film dokumenter potret Kampung tas adalah metode penelitian kualitatif. Metode Kualitatif bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai dengan kondisi lapangan. Metode kualitatif menghasilkan data bukan dalam bentuk angka melainkan berupa teks, dokumen, gambar, foto maupun objek-objek yang ditemukan di lapangan selama penelitian berlangsung. Informasi yang diperoleh melalui metode kualitatif, yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara[10].Wawancara dilakukan dengan Ibu Suprihatin selaku kepada Dinas Pariwisata dan Ibu Tia Prihatika sebagai pengelola koperasi di Kampung Tas dan melakukan observasi langsung di Kampung Tas Tanggulangin.

Sedangkan strategi penelitian yang digunakan adalah strategi Linear. Strategi Linear menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan relatif sudah dipahami komponennya [11]. Adapun tahapan yang ada dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 1 Strategi Linear[9]

Tahapan-tahapan yang telah dilaksanakan dalam PerancanganVideo Dokumenter Wisata Kampung Tas Tanggulanginadalah sebagai berikut: Tahap IIdentifikasi Masalah dan Pengumpulan Data

Untuk mengidentifikasi masalah, dilakukanwawancara selain kepada pengrajin Tas Tanggulangin, juga kepada ibu Suprihatin selaku kepala bidang Pariwisata kota Sidoarjo dan ibu Tia sebagai pengelola koperasi Kampung Tas Tanggulangin.Sehingga, dirancang film yang mengisahkan potret masyarakat Kampung Tas Tanggulangin dimana Kampung Tas tersebut memiliki keunikan dimana hampir sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pengrajin tas dan dijual di

(13)

tokonya sendiri yang masih aktif hingga saat ini. Dari hasil wawancara tersebut, didapatkan hasil bahwa wisata Kampung Tas merupakan salah satu objek wisata belanja andalan kota Sidoarjo yang namanya ikut tenggelam bersama tragedi Lumpur Lapindo, dikarenakan kesalahan informasi yang beredar di masyarakat bahwa Kampung Tas Tanggulangin juga ikut terendam luapan lumpur Lapindo, padahal Kampung Tas Tanggulangin jauh dari luapan dan masih aktif hingga saat ini dan masih memproduksi kerajinan kulitnya.

Setelah melakukanwawancara kepada kepala Bidang Pariwisata, pengelola INTAKO dan beberapa pengrajin untuk mengidentifikasi permasalahan, pengumpulan data juga dilakukandengan survey di Kampung Tas Tanggulangin.Survey yang dilakukan di kampung Tas Tanggulangin bertujuan untuk melihat potret kehidupan masyarakat Kampung Tas Tanggulangin dan kesulitan yang dihadapi masyarakat Kampung tas akibat tragedi lumpur Lapindo.

Tahap II Perancangan Film

Dalam prosesperancangan film Potret Wisata Tas Tanggulangindilakukan 3 proses, meliputi pra produksi, dalam proses ini dirancanglah ide cerita, konsep, storyline, treatment dan storyboard mengenai pengenalan kota Sidoarjo hingga potret masyarakat yang sebagian besar merupakan pengrajin Tas Tanggulangin, beserta wawancara dengan pengelola koperasi dan kepala bidang Pariwisata. Setelah itu dalam proses produksi dilakukan shooting dan recording sesuai dengan storyboard yang ada beserta narasi yang dibutuhkan. Proses terakhir adalah pasca produksi, dalam proses ini dilakukan editing pada video dan sound editing.

Tahap III Pengujian dan Kesimpulan

Setelah melakukan perancangan dan implementasi, selanjutnya dilakukan pengujian secara kualitatif, yaitu dengan mempresentasikan film dokumenter Potret Wisata Tas Tanggulangin kepada kepala Bidang Pariwisata kota Sidoarjo yang akan memberikan feedback,sehingga ide cerita, konsep perancangan dan pesan yang ada dalam video dokumenter ini apakah dapat tersampaikan danditerima masyarakat dengan baik.

Pengujian juga dilakukan kepadasinematografer untuk menguji apakah dari segi perancangan video yang meliputi ide cerita,sinematografi ( pengambilan gambar ), yang digunakan sudah menarik,dan prosesediting (transisi, pemberian subtitle, backsound dan sebagainya ) telah sesuaisehingga dicapailah kesimpulan, apakahfilm dokumenter yang dirancang layak untuk di tonton.

Metode Pengumpulan Data

(14)

Pengumpulan data primer, dilakukandengan wawancara kepada Ibu Suprihatin selaku kepala Bidang Pariwisata mengenai kondisi wisata tas Tanggulangin serta penyebab turunnya popularitas wisata Kampung Tas Tanggulangin, hasil yang didapatkan bahwa kondisi Kampung Tas Tanggulangin belum benar-benar pulih, keadaan tersebut disebabkan kesalahan informasi yang beredar di masyarakat bahwa Kampung Tas ikut tenggelam bersama lumpur Lapindo. Wawancara juga dilakukan kepadaibu Tia sebagai pengelola koperasi kampung Tas dan pengrajin kulit seperti awal terbentuknya koperasi INTAKO dan dampak Lapindo terhadap Kampung Tas Tanggulangin, dan hasil yang didapatkan adalah koperasi INTAKO dipelopori oleh beberapa orang pada awalnya, dan terus berkembang, namun akibat Lapindo dan kesalahan informasi yang ada, kampung tas Tanggulangin langsung mengalami penurunan yang drastis dari segi pendapatan dikarenakan sepinya pengunjung, seperti yang dirasakan penduduk Kampung Tas Tanggulangin sejak terjadinya luapan lumpur Lapindo.

Pengumpulan data sekunder didapatkan dari profil perusahaan koperasi INTAKO, booklet mengenai wisata Sidoarjo khususnya Kampung Tas Tanggulangin bahwa kampung tas Tanggulangin menjadi salah satu wisata andalan Sidoarjo disebabkan keunikannya yaitu hampir seluruh warga kampung tas Tanggulangin merupakan pengrajin tas mandiri yang memiliki toko sendiri untuk menjual hasil kerajinan tasnya. Selain itu, data sekunder juga didapatkan dari pemberitaan website, media sosial, berita online dan surat kabaryang memberitakan bahwapenurunan drastis perekonomian kampung Tas Tanggulangin disebabkan oleh luapan lumpur Lapindo yang menutupi akses menuju kampung tas Tanggulangin.

Metode Perancangan

(15)

Gambar 2 Bagan Metode Perancangan film dokumenter

Tahap-tahap dalam perancangan Video Dokumenter mengenai Potret Wisata Industri Kampung Tas antara lain:

1. Pra Produksi

Informasi yang telah terkumpul pada fase pengumpulan data akan diolah di fase pra produksi. Pra produksi meliputi beberapa tahapan, yaitu perancangan ide cerita, konsep,storyline,treatment, dan storyboard.

2. Produksi

Fase produksi merupakan tahap pengeksekusian terhadap fase pra produksi. Apabila fase pra produksi telah sesuai dengan ide cerita, maka fase produksi akan menjalankan apa yang telah ditetapkan pada fase pra produksi. Pada fase produksi terdapat dua tahapan, yaitu shooting dan voice recording.

3. Pasca Produksi

Fase pasca produksi dapat berjalan setelah proses pada fase produksi telah selesai. Pada fase ini terdapat tahapan editing. Tahaptersebut meliputi videoediting dan sound editing darinarasi yang telah direkam pada fase produksi.

4. Evaluasi

Fase evaluasi merupakan fase yang dilakukan untuk mengevaluasi hasil implementasi perancangan video dokumenter potret wisata kampung tas Tanggulangin yang dipresentasikan kepada sinematografer dan kepala bidang Pariwisata kota Sidoarjo. Feedback dari presentasi akan menjadi pertimbangan apakah video dokumenter ini perlu

ya

tidak

Pasca Produksi

Video Editing

Sound Editing

Evaluasi

Fix Produksi

Shooting

Recording Audio

Revisi

Pra Produksi

Ide Cerita

Storyline

Treatment

(16)

direvisi atau tidak dan jika terjadi revisi maka diulang ke proses pasca produksi.

5. Fix

Fase ini merupakan hasil akhir setelah dilakukan evaluasi film dokumenter yang diimplementasikan sudah baik dan menarik sehingga tidak diperlukan adanya revisi dan menjadi hasil akhir perancangan Film Dokumenter Potret Wisata Kampung Tas Tanggulangin.

Pra Produksiadalah salah satu tahap dalam proses pembuatan film. Tahap pra produksi merupakan tahapan persiapan atau perencanaan dalam pembuatan sebuah film. Didalam proses pra-produksi terdapat ide cerita, konsep, storyline,treatment, dan storyboard yang harus dirancang terlebih dahulu,untuk menghindari kesalahan–kesalahan dalam tahap pengambilan gambar.

Ide cerita dari perancangan video dokumenter ini adalah menceritakan keunikanwisata Kampung Tas Tanggulangin sebagai kampung yang mandiri dimana hampir seluruh warganya berprofesi sebagai pengrajin tas dan memiliki showroom sendiri sebagai penunjang hidup dan sebagai media yang mengklarifikasi kesalahan informasi yang beredar di masyarakat bahwa Kampung Tas Tanggulangin ikut tenggelam, namun sesungguhnya masih aktif hingga saat ini.

Konsep dari video ini adalah bagaimana mengisahkan potret Kampung Tas Tanggulangin yang terkenal akan kerajinan tas kulitnya, dan hampir seluruh warganya merupakan pengrajin tas, namun keunikan tersebut sempat tenggelam diakibatkan beredarnya informasi bahwa Kampung Tas ikut tenggelam bersama lumpur Lapindo. Potret mengenai Kampung Tas diambil dari wawancara dengan ibu Suprihatin selaku kepala Bidang Pariwisata.

Storyline merupakan kejadian-kejadian yang dirangkai menjadi sebuah

cerita yang menarik. Dalam proses pembuatan video dokumenter potret Kampung Tas Tanggulangin diperlukan adanya sebuah story line pada tahap pra produksi, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan maksimal [13].

Storyline dari perancangan Video Wisata Industri adalah sebagai

berikut:Sidoarjo merupakan salah satu kota industri terbesar di Jawa Timur. Sidoarjo dikenal sebagai penyangga utama kota Surabaya dan termasuk kawasan Gerbangkertosusila.Gerbangkertosusila adalah singkatan bagi beberapa wilayah meliputi Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, Lamongan.Hal tersebut menjadikan Gerbangkertosusila kawasan metropolitan terbesar kedua setelah Jabodetabek yang berpusat di Surabaya.

(17)

Selainterkenal dengan olahan laut, Sidoarjo memiliki keistimewaan lain yaitu kerajinan tas Tanggulangin.

Sidoarjo terdiri dari 18 kecamatan yang terbagi atas beberapa desa dan kelurahan, salah satunya adalah Tanggulangin. Tanggulangin berjarak 9 kilometer di sebelah selatan Sidoarjo, Tanggulangin merupakan penghasil tas dan koper berkualitas berbahan kulit, terlihat di sepanjang jalan kampung tas Tanggulangin terdapat showroom maupun toko para pengrajin tas kulit.

Pemerintah juga ikut serta dalam mengembangkan kampung tas Tanggulangin dengan membentuk koperasi tas INTAKO. Selain itu, keprihatinan kepala Bidang Pariwisata terhadap Kampung Tas beserta harapannya ditunjukkan dalam wawancara untuk mengklarifikasi kesalahan informasi yang beredar di masyarakat. Setiap toko di kampung tas Tanggulangin tergabung dalam koperasi, hal ini disebabkan karena INTAKO merupakan pelopor dari Kampung Tas Tanggulangin.

Pada tahun 1986, INTAKO mendapatkan penghargaan UPAKARTI dari presiden Suharto atas perannya dalam membantu industri kecil disekitar, bahkan salah satu showroom dari pengrajin yang tergabung dalam koperasi diresmikan sendiri oleh pemerintah kota Sidoarjo sebagai showroom. Selain daripada pencapaian yang telah diraih Kampung Tas, tragedi Lapindo juga menjadi perhatian tidak hanya bagi Ibu Tia sebagai pengelola INTAKO, juga pengrajin lainnya dan harapannya agar Kampung Tas dapat pulih kembali. Di setiap toko tersedia berbagai macam kerajinan kulit seperti tas dompet, jaket, sepatu, dan lain-lain. Salah satu pengrajin tas kulit yang aktif dalam koperasi INTAKOadalah bapak Ahman.

Bapak Ahman sehari-hari bekerja membuat tas kulit, tas kulit yang dibuat menyesuaikan dengan model dari permintaan pelanggan. Mulai dari ukuran, bahan, aksesori tas semuanya dikerjakan sendiri oleh bapak Ahman. Selain mengerjakan pesanan, bapak Ahman juga mengerjakan tas yang menjadi stok untuk dijual di showroom. Wisata kampung tas menjadi salah satu wisata andalan Sidoarjo yang perlu diramaikan kembali keberadaannya, seperti yang disampaikan Ibu Suprihatin dari Dinas Pariwisata, agar wisata belanja ini dapat lebih dikenal masyarakat luas baik lokal, interlokal maupun mancanegara.

Treatment merupakan kerangka lengkap yang berisikan adegan -

adegan disuatu tempat, oleh sebab itu treatment pun disertakan keterangan tempat dan waktu [14].Berikut adalah treatment dari perancangan film dokumenter wisata Kampung Tas adalah sebagai berikut:

Scene 1: Opening Film

Shot: LS, MS, ES Lokasi: Sidoarjo

Pengenalan tentang kota Sidoarjo, meliputi alun-alun, tugu, gedung pemerintahan dan jalan-jalan kota Sidoarjo

Scene 2: Menjelaskan simbol kota Sidoarjo

(18)

Lokasi: Kota Sidoarjo

Patung ikan dan udang sebagai simbol produksi utama kota Sidoarjo, dan menjadi logo kota Sidoarjo.

Scene 3: Perjalanan menuju Tanggulangin

Shot: LS, ES

Lokasi: Jalan menuju Sidoarjo Plang jalan menuju Tanggulangin.

Scene 4: Memperlihatkan berbagai kerajinan kulit

Shot: MS, ES

Lokasi: Tanggulangin

Gapura Tanggulangin, deretan toko- toko kerajinan tas kulit.

Scene 5: Menceritakan keunikan kampung tas Tanggulangin

Shot: CU

Lokasi: Sidoarjo

Wawancara Kepala Bidang Pariwisata mengenai wisata Tanggulangin dan penghargaan yang diperoleh salah satu showroom.

Scene 6:Prestasi yang diraih kampung Tas Tanggulangin

Shot: ES

Lokasi: Tanggulangin

Beragam kerajinan tas kulit Tanggulangin.

Scene 7 :menceritakan mengenai sejarah kampung tas

Shot: CU

Lokasi: Tanggulangin

Wawancara dengan salah satu pencetus Kampung Tas.

Scene 8 :Proses pembuatan tas

Shot: CU

Lokasi: Tanggulangin

Wawancara dengan pengrajin tas mengenai proses pembuatan tas.

Scene 9 : Harapan mengenai kampung tas Tanggulangin

Shot: MS,ES

Pesan dari Kepala Bidang Pariwisata untuk tetap mendukung dan melestarikan Kampung Tas Tanggulangin.

Storyboard merupakan rangkaian atau runtutan cerita dalam bentuk

gambar, sehingga memudahkan dalam pengambilan angle untuk pembuatan video.Storyboard merupakan rangkaian gambar ilustrasi yang digunakan untuk menerjemahkan adegan - adegan yang ada di dalam skenario. Sebuah

storyboardmemungkinkan seorang pembuat film untuk memvisualisasikan

(19)

Tabel 1 merupakan storyboard yang telah dirancang sesuai dengan

treatment untuk mempermudah pengambilan video di kampung tas

Tanggulangin.

Tabel 1 Storyboard Video Dokumenter Potret Kampung Tas Tanggulangin

Scene Storyboard

Shot Angle Moving Camera

Duration Keterangan

1 ES

Eye Level

00.00.45s Menampilkan kota Sidoarjo

2 MCU

Eye Level

00.00.15s Menampilkan patung udang dan ikan sebagai simbol penghasilan utama kota Sidoarjo

3 CU

Low Angle

00.00.30s Menampilkan plang jalan menuju kampung tas Tanggulangin

4 CU

Establish Shot

00.02.00s Menampilkan kerajinan kulit Tanggulangin

5 MCU

Eye Level

00.02.30s Wawancara dengan Dinas Pariwisata

6 CU

High Angle

00.00.15s Menampilkan penghargaan pemerintah pada salah satu showroom

7 MCU

Eye Level

(20)

8 MCU Eye Level

00.00.15s Wawancara dengan salah satu pengrajin kulit di kampung tas Tanggulangin

9 MCU

Eye Level

00.00.20 Wawancara dengan kepala bidang Pariwisata mengenai pesan yang ingin

disampaikan.

Produksi adalah sebuah tahapan eksekusi dari proses pra produksi. Pada proses produksi,dilakukan wawancarasebagai pengumpulan data primer dan recording untuk narasi video. Hasilwawancara yang dilakukan kepada narasumber adalah dalam bentuk video dan berdasarkan shooting list yang telah dirancang dalam proses pra produksi. Proses produksi dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3Hasil shooting

Recording/Dubbingdilakukan sesuai dengan narasi yang telah

dirancang pada proses sebelumnya. Narasi berfungsi sebagai pengantar dan menjelaskan alur cerita dalam video dokumenter tetapi tidak mendominasi seluruh tayangan, dan memiliki gaya cerita yang kuat [15].

Pasca produksi adalah proses akhir dari ketiga tahapan dalam pembuatan sebuah film. Pasca produksi meliputi dua proses, yaitu proses video editing dan sound editing.Video Editing merupakan penggabungan video yang sudah ada akan digabungkan menjadi sebuah satu kesatuan.Sound editing adalahprosesediting suara dimana suara lain yang tidak diperlukan diredam, selain itu diberikan efek backsound agar video menjadi lebih hidup.

4.Hasil dan Pembahasan

Berdasarkandengan perancangan film Dokumenter Potret Kampung Tas Tanggulangin, didapatlah hasil berupa film dokumenter yang dapat menceritakan mengenai potret wisata Kampung Tas Tanggulanginyang dapat dilihat padascene berikut ini.

(21)

Gambar 4 merupakan sceneopening dari film dokumenter kampung tas Tanggulangin. Sceneini menampilkan tugu Sidoarjo yang berbentuk udang dan ikan yang melambangkan komoditi utama kota Sidoarjo, jalanan kota, alun-alun, tugu dan gedung pemerintahan sebagai pengenalan kota Sidoarjo.Pengambilan gambarmenggunakan full shot,establish shot dan tilt down untuk menampilkan beberapa objek secara

utuh seperti tugu Sidoarjo dan menampilkan secara keseluruhan suasana kota Sidoarjo, agar penontondapat melihat gambaran kota Sidoarjo.

Gambar 5Scene 2

Gambar 5 menunjukkan gambar ikan dan udang yang menjadi komoditi utama perikanan di Sidoarjo yang menjadi ikon kota Sidoarjo.Scene ini menunjukkan bahwa hasil laut berupa ikan khususnya ikan bandeng dan udang merupakan produksi utama yang menjadi simbol kota Sidoarjo seperti pada scene 1.Pengambilangambar menggunakan jenis

shot close up, long shot dan pan right yang bertujuan agar penonton dapat

melihat detil ikan dan udang yang menjadi produk utama kota Sidoarjo.

Gambar 6Scene 3

Gambar 6 menunjukkan plang penunjuk jalan menuju Kampung Tas Tanggulangin. Scene ini menjelaskan bahwa Kampung Tas Tanggulangin merupakan salah satu kecamatan yang ada di Sidoarjo dan menjadi salah satu wisata khas Sidoarjo yang jaraknya tidak begitu jauh dari kota Sidoarjo dan dapat diakses dengan mudah menggunakan kendaraan apapun. Pengambilan gambar menggunakanfull shotuntuk memperlihatkan secara lengkap keterangan yang tertera pada papan penunjuk jalanmenuju kampung tas Tanggulangin.

Gambar 7Scene 4

(22)

keranjang di setiap toko yang ada.Pengambilan gambar menggunakan jenis

fullshot, establish shotdan pan right untuk menunjukkan suasana di

Kampung Tas Tanggulangin yang dipenuhi toko kerajinan kulit di kiri maupun kanan jalan, yang menjual dagangan tas kulitnya.

Gambar 8Scene 5

Gambar 8 merupakan wawancara dengan kepala Bidang Pariwisata yang menjelaskan mengenai keunggulan wisata Tas Tanggulangin yaitu sebagian besar warga merupakan pengrajin tas mandiri yang memproduksi kerajinan tas dan dijual di tokonya sendiri yang keadaannya kini belum pulih diakibatkan tragedi lumpur Lapindo beberapa tahun lalu, selain itu pada scene ini ditampilkan penghargaan yang diterima salah satu showroom yang diresmikan sendiri oleh Gubernur. Pengambilan gambar menggunakan shot medium close up agar penonton dapat fokus pada wawancara dengan kepala bidang Pariwisata kota Sidoarjo, serta pan left digunakan agar penonton dapat dengan jelas melihat salah satu prestasi yang diraih Kampung Tas Tanggulangin berupa penghargaan oleh gubernur Sidoarjo.

Gambar 9Scene 6

Gambar 9menunjukkan salah satu rumah pengrajin kulit yang sedang mengerjakan pesanan tas kulit dibawah naungan koperasi yang dibentuk oleh warga Tanggulangin sendiri yaitu koperasi INTAKO. Pada

scene ini diperlihatkan secara singkat proses pembuatan tas kulit sejak

berupa lembaran sampai dengan pemasangan bagian-bagiannya sebelum menjadi tas seutuhnya.Pengambilan gambar menggunakan eye angle,medium close updan extreme close up untuk menampilkan

bahan-bahan apa saja yang diperlukan dalam proses pengerjaan tas dari dan detail pembuatannya agar penonton dapat melihat proses pembuatan tas kulit dengan baik.

Gambar 10Scene 7

(23)

gambarmenggunakan medium close up penonton dapat berfokus pada penjelasan yang diberikan ibu Tia Prihatika sebagai pengelola koperasi INTAKO.

Gambar 11Scene 8

Gambar 11 menunjukkan wawancara dengan salah satu pengrajin kulit Tanggulangin mengenai proses pembuatan tas kulit sebelum dijual di toko. Pada scene ini diperlihatkan detil pembuatan tas kulitdari tangan pengrajinnya sendiri, beserta detil aksesori yang digunakan dalam pembuatan tas. Pengambilan gambar menggunakan shot medium close up agar penonton dapat fokus dengan wawancara kepada bapak Mudji sebagai salah satu pengrajin tas kulit dan extreme close up untuk detil proses pembuatan tas yang sedang dikerjakan.

Gambar 12Scene 9

Gambar 12 merupakan wawancara dengan Kepala Bidang Pariwisata mengenai kesalahan informasi yang beredar di masyarakat bahwa keunikan kampung tas Tanggulangin yang merupakan kampung tas mandiri yang menghasilkan kerajinan tasnya dan dijual di tokonya sendiri ikut terendam lumpur Lapindo, selain itu dalam scene ini juga disampaikan harapan bagi Kampung Tas Tanggulangin dan masyarakat untuk mendukung dan melestarikan wisata Kampung Tas Tanggulangin agar lebih dikenal masyarakat lokal, luar, sampai mancanegara dan scene akhir film dokumenter menampilkan salah satu toko tas kulit terbesar di Kampung Tas Tanggulangin untuk menutup film dokumenter ini. Pengambilan gambar menggunakan jenis shot medium close up agar penonton dapat berfokus pada ibu Suprihatin yang menyampaikan harapannya bagi Kampung Tas Tanggulangin, frog angle dan pan right digunakan untuk menampilkan

scene penutup film dokumenter sebelum blackout.

Perancangan Media

Perancangan media berupa film dokumenterPotret akan dipakai sebagai database sekaligus media promosi wisata Kampung Tas Tanggulanginbagi Dinas Pariwisatadalam eventpameran seni dan

(24)

Gambar 13Web Dinas Pariwisata Gambar 14 MNC TV Gambar 15Cover CD

Pengujian Film Dokumenter

Pengujian video dokumenter ini menggunakan metode kualitatif, dengan mengujikan konten dari film dokumenter mengenai awal terbentuknya Kampung Tas, tujuan dibentuknya INTAKO, kondisi Kampung Tas, akses menuju Kampung Tas, keunikan Kampung Tas, produk yang dibuat, peminat dari kerajinan Kampung Tas juga dampak dari lumpur Lapindo terhadap Kampung Tasdan pesan yang disampaikan.Dari pengujian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa konten, informasi, dan pesan yang disampaikan telah tersampaikan dengan baik sehingga masyarakat dapat melihat potret dari realita kehidupan di Kampung Tas bahwa Kampung Tas masih aktif hingga saat ini dan masih berjuang untuk memulihkan keadaannya seperti semula. Selain itu,agar masyarakat dapat mencintai produk lokal, sehinggaWisata Kampung Tas dapat dilestarikan, lebih berkembang dan lebih dikenal lagi oleh masyarakat lokal bahkan sampai mancanegara seperti pesan yang disampaikan kembalioleh Ibu Suprihatin selakukepala Bidang Pariwisata dari Dinas Pemuda Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata pemerintah kabupaten Sidoarjo. Selain itu film ini dapatdijadikan salah satu media klarifikasi,informasi dan promosi yang menampilkan potret dari kampung Tas Tanggulangin untuk diputar dalam pameran maupun pekan seni budaya yang diselenggarakan rutin oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sidoarjo.

Pengujian juga dilakukan dengan Ibu Tia Prihatika sebagai pengelola koperasi INTAKO yang menjadi salah satu penggerak Kampung Tas Tanggulangin. Dari hasil pengujianmengenai konten film mulai dari sejarah terbentuknya Kampung Tas, kondisi Kampung Tas sebelum dan setelah terjadinya lumpur Lapindo, keunikan Kampung Tas yang masih aktif hingga saat ini, dan pesan bagi masyarakat, didapatkan bahwa film ini dapat menjadi potret warga Kampung Tas Tanggulangin yang menceritakan kondisi dan keunikan dari Kampung Tas Tanggulangin yang sebagian besar warganya merupakan pengrajin tas mandiri yang produk kulitnya tidak kalah dengan produk impor lainnya, selain itu film ini dapat menjadi media informasisekaligus media promosi Kampung Tas Tanggulangin bagi warga lokal untuk dapat diputar di Kampung Tas Tanggulangin.

(25)

antar video yang ada, pencahayaan video cukup terang untuk memperlihatkan objek dengan jelas juga coloring video yang baik sesuai dengan kebutuhan dan untuk suara narasi, intonasi sudah baik dan suara narator terdengar dengan jelas, didukung dengan backsound dari video yang sesuai.

5. Simpulan

Berdasarkan dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa perancanganFilm Dokumenter Potret WisataKampung Tas Tanggulangin, dapat menceritakan potret mengenai warga Kampung Tas Tanggulangin yang merupakan kampung tas mandiri dan produktif yang memiliki keunikan hampir seluruh warga Kampung Tas merupakan pengrajin tas yang memproduksi kerajinan kulitnya dan dijual pada tokonya sendiri. Perancangan film dapat digunakan sebagai alternatifmedia informasi dan klarifikasi bagiDinas Pariwisata, Dinas Perdagangan Sidoarjo dan INTAKO bahwa Kampung Tas Tanggulangin sama sekali tidak tersentuh luapan lumpur dan masih aktif dengan kerajinan tasnya hingga saat ini. Pesan dan informasi yang ada dalam film dokumenter potret Kampung Tas Tanggulangin disampaikan dengan baik kepada masyarakat dan denganbacksound, sinematografi, dan narasi yang sesuai sebagai pendukungFilm Dokumenter Potret Wisata Kampung Tas Tanggulangin.

6.Daftar pustaka

[1] Setiawan, Dicky. 2013. Dampak Limbah Batik di Pekalongan. UKSW : DKV FTI

[2] Ciptadi, Agustina. 2013. Perancangan Video Dokumenter Pasar

Terapung Muara Kuin di Banjarmasin. UKSW : DKV FTI

[3] Brata, Vincent Tapa, 2007, Videografi dan Sinematografi Praktis, Jakarta: Narasi.

[4] Suyanto, M., 2003, Multimedia Alat untuk Meningkatkan

Keunggulan Bersaing, Yogyakarta: Andi Offset.

[5] Muchlisin Riadi, 2012, Pengertian Sejarah dan Unsur Film,

http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2015.

[6] Dityatama (2013). Mengenal Genre Film Dari

Isinya.http://www.idseducation.com/articles/mengenal-genre-film-dari-isinya/. Diakses tanggal 23 Agustus 2013.

[7] Kuesdonny, 2013, Pengertian Film Dokumenter Biografi, http://kusendony/2011/03/25/jenis-jenis-film-dokumenter/. Diakses pada tanggal 20 Febuari 2015.

(26)

[9] Putra, Adi. 2012. Photograph and Cinematograph. http://phoci.bukupr.com/2012/08/pengertian-sinematografi.html.

Diakses tanggal 12 Agustus 2012.

[10] Noval. 2015. Metode Kualitatif.

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02/metode-penelitian-kualitatif-dan.html.

[11] Jonathan Sarwono dan Hary Lubis, 2007, Metode Riset untuk Desain

komunikasi Visual, Yogyakarta: ANDI OFFSET

[12] Riduwan, 2004, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung : Alfabeta

[13] Sutisno, 1993, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan

Video, Jakarta: Grasindo.

[14] Fajar, Junaedi, 2011, Membuat Film Dokumenter, Yogyakarta: Lingkar Media.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.(2013).Simulasi Digital jilid 2.,Jakarta: Kemdikbud. http://www.slideshare.net/efrinaldifly/simulasi-digital-jilid-2.

Diakses tanggal 12 Mei 2015.

Gambar

Gambar 2 Bagan Metode Perancangan film dokumenter
Tabel 1 Storyboard Video Dokumenter Potret Kampung Tas Tanggulangin
Gambar 3Hasil shooting
Gambar 5Scene 2 Gambar 5 menunjukkan gambar ikan dan udang yang menjadi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Weber, (2006) memberikan bukti bahwa sensitivitas kekayaan eksekutif terhadap fluktuasi harga saham atau transaksi ekuitas eksekutif berperan dalam manajemen laba. Dalam riset

Gambar 6 Peta Batimetri Kabupaten Kupang Dari jarak masing-masing titik pantau tersebut dapat diperoleh kecepatan gelombang tsunami untuk memperkirakan waktu tiba

Induk : Ubah “tanpa induk” menjadi Bahan Ajar dan Isi Urutan ke-1, sehingga nanti sub halaman 1) Modul akan berada di bawah halaman Bahan Ajar pada nomor 1..  Untuk

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, serta mendasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman

Dalam melakukan pengawasan terhadap tempat pengelolaan makanan dan minuman yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan DPMPTSP Kota Pekanbaru di

Bandura mengemukakan ada empat komponen dalam proses belajar dalam Singgih (1989) yaitu: 1) memperhatikan, sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu anak memperhatikan

Tóibín manages to bring us through the gamut of human emotion in his short stories — often beginning a story with a death and ending with the prospect of a new life or vice versa..

Modal Sosial di kedua lingkungan tersebut memiliki persamaan dan berperan penting bagi masyarakat migran di lingkungan Kampung Jawa dan Sidodadi dalam