• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajain Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Karet yang Telah Menghasilkan dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTPN III Sarang Giting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajain Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Karet yang Telah Menghasilkan dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTPN III Sarang Giting"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

PT. Perkebunan Nusantara III Sarang Giting

Kebun Sarang Giting adalah salah satu kebun PT. Perkebunan Nusantara III terletak di Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatra Utara ± 112 km dari Medan berada antara 03°15′00″ LU dan 99°00′00″ BT dengan ketinggian ± 114 Meter diatas permukaan laut, dengan jenis tanahultisol, latosol, dan inceptisol topografi berbukit sampai dengan bergelombang yang beerbatasan di bagian utara adalah kecamatan Sei Rampah, di bagian Selatan adalah Kecamatan Sipispis, di bagian timur berbatasan dengan Tebing Tinggi, serta di bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Serbajadi dan Kecamatan Bintang Bayu. (BPMP Sumut, 2012).

PTPN III Sarang Gitimg sampai saat ini memiliki luasan lahan tanaman menghasilkan karet seluas 1.564,03 ha, tanaman belum menghasilkan karet seluas 964,80 ha, tanaman utama karet seluas 394 ha, kebun entrys karet seluas 5 ha, bibitan seluas 15 ha, jumlah tanaman karet seluas 2.954,03 ha, tanaman menghasilkan kelapa sawit seluas 552,44 ha, jumlah tanaman kelapa sawit 552,44 ha, jumlah tanaman karet dan sawit seluas 3.495, 29 ha, lain-lain seluas 523,533 ha dan total luas lahan PTPN III Sarang Giting adalah 4.030,003 ha (PTPN III, 2014).

Tanaman Karet

Menurut Setyamidjaja(1993) Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut :

(2)

Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg.

Tanaman karet (Hevea brasiliensis)termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen. Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu di perhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang di inginkann tanaman ini (Damanik, dkk., 2010).

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15o LS dan 15 oLU. Curah hujan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2.000 mm. Optimal antara 2.500-4.000 mm/tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan. Keadaan iklim di indonesia yang cocok untuk tanaman karet ialah daerah-daerah indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhaannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 meter dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet (Setyamidjaja, 1993)

(3)

Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan. Di antara partikel-partikel terdapat ruang kosong yang disebut pori-pori (void space) yang berisi air dan/atau udara. Ikatan yang lemah antara partikel-partikel tanah di sebabkan oleh pengaruh karbonat atau oksida yang tersenyawa di antara partikel-partikel tersebut, atau disebabkan oleh adanya material organik. Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi secara fisis atau kimiawi. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan angin, pengikisan oleh air dan gletsyer, atau perpecahan akibat pembekuan dan pencairan es dalam batuan. Proses kimiawi mengasilkan perubahan pada susunan mineral batuan asalnya. Salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam atau alkali, oksigen dan karbondioksida. Pelapukan kimiawi menghasilkan pembentukan kelompok-kelompok partikel kristal berukuran koloid (<0,002 mm) yang dikenal mineral lempung (clay mineral) (Craig, 1987)

(4)

produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan” (Hanafiah, 2005)

Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet mempunyai pH antara 3,0-8,0. pH tanah di bawah 3,0 atau di atas 8,0 menyebabkan pertumbuhan tanaman yang terhambat. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan, aerasi dan drainase baik, remah porus dan dapat menahan air, tekstur terdiri atas 35 % liat dan 30 % pasir, tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm, kandungan unsur harap N, P, dan K cukup dan tidak kekurangan unsur mikro, pH 4,5-6,5 , kemiringan tidak lebih dari 16 %, dan permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm (Setyamidjaja, 1993).

Tanah Ultisol

Ultisol adalah jenis tanah yang umum pada iklim tropis, secara pedogenesis sudah matang (tingkat perkembangan senil). Tanah yang sudah berkembang mempunyai kedalaman (solum tanah) yang baik untuk diolah (> 90 cm). Kelemahan tanah berkembang (tingkat senil) seperti ultisol adalah kemasaman yang tinggi karena basa-basa pendukung kesuburan tanah seperti Ca, K, dan Mg sudah tercuci (leached) selama perkembangan ultisol atau terpakai oleh tanaman yang tumbuh diatasnya. Tanah ini selalu dijumpai dengan pH < 5.5. Komposisi fraksi utama liat yang tinggi sehingga dapat mengurangi daya resap air dan tanah cepat padu (padat) sehingga akar sulit berkembang untuk mendapatkan oksigen dan elemen hara (Bintang, dkk, 2012).

(5)

tanah ultisol. Kandungan pasir yang tinggi pada tanah tersebut menyebabkan jumlah poriyang berukuran besar lebih banyak dibandingkan jumlah pori yang berukurankecil. Pori yang berukuran kecil berfungsi untuk menahan air, sedangkan poriyang berukuran besar merangsang pergerakan air dan udara. Kondisi inimengakibatkan sebagian besar air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah akancepat mengalir ke bawah, dan tidak sempat ditahan oleh tanah (Sanchez, 1992).

Dalam sistem klasifikasi tanah USDA terbaru (1975, 1985) yang masih terus dikembangkan dengan kerjasama Internasional untuk kesempurnaanya, tanah podsolik merah-kuning secara umum masuk ke dalam ordo ultisol. Ciri tanah ultisol yang terutama menjadi kendala bagi budidaya tanaman antara lain pH rendah, kejenuhan Al tinggi, lempung beraktifitas rendah, daya serat terhadap posfat kuat, kejenuhan basa rendah, kadar bahan organik rendah sampai sedang dan itu pun terdapat dalam lapisan permukaan tipis (horison A tipis) dan dengan sendirinya kadar N pun rendah serta terbatas dalam lapisan permukaan tipis itu, daya simpan air terbatas, derajat agregasi rendah dan kemantapan agregat lemah (Notohadiprawiro, 1986).

Tekstur Tanah

(6)

kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Untuk keperluan pertanian, berdasarkan ukurannya bahan padatan tanah digolongkan menjadi 3 partikel atau juga disebut separat penyusun tanah, yaitu pasir, debu dan liat. Untuk keperluan pertanian, termasuk di indonesia, yang banyak digunakan adalah penggolongan yang dibuat oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), tekstur tanah meliputi 3 tipe tanah yaitu:

1. Tanah berpasir, yaitu tanah dengan kandungan pasir >70% porositasnya rendah (<40%), sebagian besar ruang pori berukuran besar sehingga aerasinya baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Tanah pasir mudah diolah, sehingga disebut juga tanah ringan.

2. Tanah bertekstur “berliat” jika kandungan litany >35%. Porositas relative lebih tinggi (60%), tetapi sebagian besar merupakan pori berukuran kecil. Akibatnya, daya hantar air sangat lambat, dan sirkulasi udara kurang lancar. Kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energy yang tinggi, sehingga sulit dilepaskan terutama bila kering, sehingga juga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat disebut juga tanah berat karena sulit diolah.

3. Tanah berlempung, merupakan dengan proporsi pasir, debu dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berbeda-beda diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi aerasi dan tata udara serta air cukup baik, kemampuan menyimpan dan menyediakan air untuk tanaman tinggi.

(7)

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand) (berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 2000 – 200 µm, debu (silt) (berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 200 – 2µm) dan liat (clay) (<2 µm). Partikel berukuran di atas 2mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah, tetapi menurut Lal (1979) harus di perhitungkan dalam evaluasi tekstur tanah (Hanafiah, 2005).

Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) (disebut poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) (agak poreus), sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus. Hal ini berbanding terbalik dengan dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya menahan tanah terhadap ketiga material ini dan sebaliknya liat yang dominan. Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi, tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari tanah dan sebaliknya. Tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan yang optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik ketimbang tanah bertekstur debu (Hanafiah, 2005).

(8)

Gambar 1. Gambar segitiga tekstur tanah menurut USDA (Foth, 1951). Stuktur Tanah

(9)

dan tidak merembes ke bawah, sehingga air inilah yang terkandung dalam pori-pori kapiler yang berguna bagi tanaman (kartasapoetra, dkk, 1995).

Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainaseatau aerasi tanah, karena susunan antar ped atau agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antarpartikel primer. Oleh karena itu, tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenitrasi dan mengabsorpsi (menyerap) hara dan air sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik (Hanafiah, 2005).

Bahan Organik Tanah

Bahan organik tanah adalah semua bahan organik di dalam tanah baik yang mati maupun yang hidup, walaupun organisme hidup (biomassa tanah) hanya menyumbang dari 5% dari total bahan organik. Secara praktek analisis bahan organik dilakukan pada bahan tanah kering udara yang lolos dari ayakan 2 mm dan termasuk semua materi hidup maupun mati yang ada di dalam tanah. Jumlah dan sifat bahan organik sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah. Bahan organik menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna tanah, keseimbangan panas, konsistensi, partikel densiti, bulk densiti, sumber unsur hara, pemantap agregat, karakteristik air dan aktifitas organisme tanah. Ada beberapa metode yang biasa dilakukan dalam analisis bahan organik tanah. Antara lain dengan pembakaran, oksidasi basah (Muklis, 2007).

(10)

ruang antar partikel nya semakin tinggi. Makin tinggi elevasi dan/atau makin rendah suhu, maka kadar bahan organik makin tinggi disertai dengan nisbah C/N makin besar. Pada umumnya kadar bahan organik akan semakin rendah ke arah bagian profil tanah. Hal ini dikarenakan sumber bahan organik yang terbanyak terutama ialah serasah dan akar tumbuhan berada di atas permukaan tanah. Faktor yang berpengaruh atas dekomposisi/mineralisasi bahan organik adalah suhu; makin rendah suhu, dekomposisi/mineralisasi makin lemah karena kegiatan jasad pengurai didalam tanah akan menurun. Hubungan antara elevasi dan kadar bahan organik bersifat tak langsung. Bahan organik tanah (BOT) meningkatkan struktur dan konsistensi tanah, dan dengan memperbaiki, aerasi, permeabilitas, dan daya tanah menyimpan air (Notohadiprawiro,1998).

Kriteria unsur hara tanah dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Kriteria unsur hara tanah

Sifat

(11)

menetapkan untuk menggunakan kadar C-organik dalam tanah lebih baik daripada penggunaan kadar bahan organik. Rumus yang digunakan adalah:

Bahan organik (%) = {1,724(0,458 x b)}-0,4 x 100%

BTKO ... (1) b = BTKO – BTP

Dimana: BTKO = Berat Tanah Kering Oven

BTP = Berat Tanah Setelah Pembakaran (dibakar pada muffle furnance pada temperatur 5000C selama 3 jam)

(Mukhlis, 2007).

Secara langsung bahan organik tanah merupakan sumber senyawa-senyawa organik yang dapat diserap tanaman meskipun dalam jumlah sedikit,seperti alanin, glisin dan asam-asam amino lainnya, juga hormon/zat perangsang tumbuh dan vitamin.

Secara fisik, biomass (bahan organik) berperan: 1. Memenuhi warna tanah menjadi coklat-hitam,

2. Merangsang granulasi serta menurunkan plastisitas dan kohesi tanah 3. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, dan

4. Meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil.

Secara kimiawi biomass berperan sebagai:

(12)

2. Senyawa sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai melalui proses humifikasi akan menghasilkan humus tanah yang terutama berperan secara koloidal.

(Winarso, 2005)

Kerapatan Massa Tanah (Bulk density)

Kerapatan massa merupakan berat persatuan volume tanah, biasanya ditetapkan sebagai gr/cm3. Menurut Islami dan Utomo (1995), bobot volume tanah “bulk density” yaitu nisbah antara massa padatan tanah dalam keadaan kering dengan volume total tanah.

B

d

=

Mp Vt

...(2)

dimana :

B = kerapatan massa (bulk density) (g/cm3) Mp = Massa padatan tanah (g)

Vt = Volume total tanah (cm3) (Hakim dkk, 1986)

(13)

bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaaan (Hardjowigeno, 2003).

Kerapatan Partikel Tanah (Particel Density)

Kerapatan partikel merupakan perbandingan antara massa tanah kering (padatan) dengan volumenya (volume padatan).

=

� ...(3)

dimana:

P = Kerapatan partikel tanah (g/cm3) Mp = Massa padatan tanah (g)

Vp = Volume padatan tanah (cm3)

Kerapatan partikel merupakan fungsi perbandingan antara komponen bahan mineral dan bahan organik. Kerapatan partikel untuk tanah-tanah mineral berkisar antara 2,6 g/cm3 sampai 2,7 g/cm3, dengan nilai rata-rata 2,65 g/cm3, sedang kerapatan partikel tanah organik berkisar 1,30 g/cm3 sampai 1,50 g/cm3(Pandutama, dkk., 2003).

(14)

yang tinggi akan menjadi lebih berpori, gembur, memiliki kerapatan partikel yang lebih kecil, dapat menyimpan dan mengalirkan udara dan air (Baver, 1956).

Menghitung kerapatan butir tanah, berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata-rata sekitar 2,6 gr/cm3. Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Walau demikian kerapatan butir tanah tidak berbeda banyak pada tanah yang berbeda, jika tidak, akan terdapat suatu variasi yang harus mempertimbangkan kandungan tanah organik atau komposisi mineral (Foth, 1984).

Porositas Tanah

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerase tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk keluar tanah secara leluasa, sebaliknya jika tanah tidak poreus (Hanafiah, 2005).

Kelas porositas tanah dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Kelas porositas tanah

(15)

Untuk menghitung persentase ruang pori (θ) yaitu dengan membandingkan nilai kerapatan massa dan kerapatan partikel dengan persamaan:

θ = �1-Bd

Pd�×100%... (4) Dimana: θ = porositas (%)

Bd = Kerapatan massa (g/cm3) Pd = Kerapatan partikel (g/cm3) (Hansen, dkk., 1992).

Kadar air kapasitas lapang

Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro) habis dan air tersedia (pada pori-pori meso dan mikro) bagi tanaman dalam keadaan optimum. Kondisi ini terjadi pada tegangan permukaan lapisan air sekitar 1/3 atm atau pF 2,54 (Hanafiah, 2005).

(16)

titik layu permanen. Jumlah air yang tersedia yang akan digunakan oleh tanaman dipengaruhi oleh tekstur, struktur, kandungan bahan organik tanah dan kedalaman tanah (Sinaga, 2002).

Istilah kapasitas lapang (fiels capacity) didefenisikan sebagai jumlah air yang ada di dalam tanah saat air mengalir oleh gaya gravitasi habis atau berhenti. Jumlah air ini dapat dinyatakan sebagai persen terhadap berat atau persen terhadap volume. Jumlah air di dalam tanah setelah tanaman mengalami layu yang tidak bisa balik atau permanen dikatakan titik layu permanen (permanent welting

percentage). Air di dalam tanah pada kondisi ini masih ada, akan tetapi diikat kuat

oleh tanah sehingga tanaman tidak bisa menggunakannya. Air tersedia bagi pertumbuhan tanaman merupakan jumlah air di dalam tanah antara kondisi kapasitas lapang dan titik layu permanen (Winarso, 2005)

Cara biasa dalam menyatakan jumlah air yang terdapat dalam tanah adalah dalam persen terhadap tanah kering. Cara penetapan kadar air tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode gravimetrik. Metode gravimetrik merupakan metode yang paling umum dipakai. Dengan metode ini sejumlah tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terdapat dalam tanah basah. Nilai kadar air kapasitas lapang tanah dapat dituliskan sebagai berikut: Kadar air kapasitas lapang = BTKU – BTKO

BTKO ×100% ... (5) Dimana : BTKU = Berat tanah kering udara

(17)

Permeabilitas tanah

Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel, dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dari pada tanah ini, koefisien permeabilitas merupakan fungsi dari angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis , permeabilitas untuk aliran sejajar lapisan lebih besar dari pada permeabilitas untuk aliran tegak lurus lapisan. Permeabilitas yang lempung yang bercelah (fissured) lebih besar dari pada lempung yangtidak bercelah (unfissured) (Craig, 1987).

Koefisien permeabilitas untuk tanah berbutir kasar dapat ditentukan dari uji tinggi konstan (constant head test). Rumus yang digunakan untuk mengetahui besarnya permeabilitas tanah yaitu:

Klasifikasi permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Klasifikasi permeabilitas tanah

Kelas Permeabilitas (cm/jam)

Sangat lambat < 0,125

Lambat 0,125 – 0,50

Agak lambat 0,50- 2,00

Sedang 2,00 – 6,25

Agak cepat 6,25 – 12,50

(18)

(Uhland and O’neal, 1951).

Pada kondisi jenuh tanah pasir mempunyai hantaran hidroliknya lebih besar dari tanah liat, yaitu 0,001 – 0,01 cm/det untuk tanah pasir dan 10-7 – 10-4 cm/det untuk tanah liat. Hal ini menunjukkan tanah yang mempunyai kandungan liat lebih banyak memiliki permebialitas yang lebih rendah (Hillel, 1971).

Tanaman penutup tanah (Cover Crop)

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman erosi serta memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah. Tanaman penutup berfungsi untuk menahan dan mengurangi daya rusak butir-butir hujan dan aliran permukaan, sebagai sumber pupuk oraganik dan untuk menghindari dilakukannya penyiangan yang intensif. Penyiangan intensif dapat menyebabkan tergerusnya lapisan atas tanah. Untuk menghindari persaingan antara tanaman penutup dengan tanaman utama, dapat dilakukan penyiangan melingkar (ring weeding) (Dariah, 2005).

Tanaman penutup tanah dapat memperkaya bahan organik tanah serta memperbesar porositas tanah. Tanaman penutup tanah haruslah rendah dan bukan tanaman pengganggu atau gulma sehingga tidak melakukan persaingan dalam pengambilan air, sinar matahari serta zat hara dari dalam tanah. Tanaman penutup tanah harus dapat tumbuh dengan cepat dan rimbun, mampu bersaing dengan tanaman-tanaman pengganggu yang mungkin tumbuh, tidak menjadi tanaman inang bagi hama dan penyakit, serta mempunyai karbon/nitrogen rendah dan tidak disukai oleh ternak-ternak (Kartasapoetra, dkk., 1995).

(19)

Utara dan telah ditanam secara luas sebagai penutup tanah di perkebunan karet Kerala, India Selatan. Tanaman ini pertama kali ditanam sebagai tanaman pakan hijau. Mucuna bracteatamemiliki daunberwarna hijau gelap dengan ukuran 15 cm x 10 cm. Helaian daun akan menutup apabila suhu lingkungan terlalu tinggi (termonasti), sehingga sangat efisien dalam mengurangi penguapan permukaan. Ketebalan vegetasi Mucuna bracteatadapat mencapai 40-100 cm dari permukaan tanah (Aulia, 2011).

Penanaman karet umunya menggunakan sistem siangan bersih (clean

weeding) pada jalur barisan tanaman dan di luar jalur tersebut di usahakan ditutup

dengan tanaman penutup tanah. Kaedah dari tanaman penutup tanah leguminose

(legum cover crops) pada pertanaman karet adalah (a) melindungi permukaan

tanah terhadao erosi, (b) melindungi permukaan tanah dengan mengurangi jatuhnya sinar matahari yang dapat mempercepat terjadinya penguapan air pada permukaan tanah, (c) menolong menyimpan air dalam tanah untuk keperluan tanaman karet, (d) menyuburkan tanah dengan lapukan bahan organik dan fiksasi nitrogen bebas dari udara, (e) menekan pertumbuhan gulma sehingga mengurangi biaya pemeliharaan, dan (f) memperbaiki pertumbuhan tanaman pokok, memperlama masa peremajaan, meningkatkan hasil dan pertumbuhan kulit yang lebih baik (Setyamidjaja, 1993).

Kandungan Nitrogen (N) Dalam Tanah

(20)

atmosfir. Walaupun jumlah gas nitrogen di atmosfir cukup besar tetapi nitrogen belum dapat dimanfaatkan oleh tanaman kecuali telah menjadi bentuk yang tersedia. Penggunaan legume (kacang-kacangan) dalam pergiliran tanaman dan penggunaan pupuk kandang merupakan cara-cara yang penting dalam penyediaan nitrogen tambahan pada tanaman non-legum (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensiil (keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman), dan dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur hara makro. Nitrogen di dalam tanaman dijumpai baik dalam bentuk anorganik maupun organik, yang berkombinasi dengan C, H, O, dan kadang-kadang dengan S membentuk asam amino, enzim, asam nukleat, klorofil dan alkaloid. Walaupun N anorganik dapat terakumulasi dalam bentuk nitrat, akan tetapi bentuk N organik tetap dominan di dalam tanaman sebagai senyawa protein yang mempunyai berat molekul tinggi (Winarso, 2005).

Dalam tanah, kadar nitrogen sangat bervariasi, tergantung pada pengelolaan. Fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh tanaman kacang-kacangan sering mengalami hambatan. Fiksasi nitrogen dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pH tanah, kandungan nutrisi yang minimum, suhu yang terlampau ekstrim, kelebihan atau kekurangan kandungan air dalam tanah. Proses pembentukan bintil akar terjadi ketika bakteri rhizobium melekat pada rambut akar (Aulia, 2011).

Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah nitrogen pada tanah adalah:

N (%) = mL HCl x NHCl x 14 x 100

Berat Tanah x 1000

(21)

(Mukhlis, 2007).

Kandungan fosfor (P) Dalam Tanah

Secara umum, kulit bumi mengandung 0,1% P atau setara 2 ton P ha-1, tetapi kebanyakan berbentuk apatit terutama Fluorapatit [Ca10(PO4)6F2] dalam bebatuan beku dan bahan induk tanah, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-larutan tanah merupakan hasil keseimbangan antara suplai P dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman, fiksasi dan pelindian P. Tanah-tanah tua di Indonesia (Podsolik dan Latosol) umumnya berkadar-alami P rendah dan berdaya –fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P berkemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah, 2005).

Ketersediaan P dipengaruhi sangat nyata oleh pH. Bentuk ion P dalam tanah juga bergantung pada pH larutan. Pada pH agak tinggi (basa) ion HPO4-2 adalah dominan. Bila pH tanah turun ion H2PO4- dan HPO4-2 akan dijumpai bersamaan. Makin masam reaksi tanah ionH2PO4- lah yang dominan. Pada pH rendah (asam) ion P akan mudah bersenyawa dengan Al, Fe atau Mn membentuk senyawa yang tidak larut yang merupakan racun bagi tanaman sehingga P tersedia menjadi rendah sedangkan pada pH tinggi (basa) ion P yang larut akan diikat oleh Ca membentuk senyawa yang tidak larut sehingga P tersedia menjadi lebih tinggi (Hakim, dkk., 1986).

(22)

dan pernapasan, serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah (Lingga dan Marsono, 2004).

Penetapan fosfor total tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Total P (%) = 100

P larutan = ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai absorben dari sampel ke kurva standar

(Mukhlis, 2007).

Kandungan Kalium (K) Dalam Tanah

Kalium pada tanaman berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman, memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur dan sebagai

sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi serangan penyakit (Lingga dan Marsono, 2004).

(23)

Tercucinya Kadar N, P, K dalam Tanah

Pencucian unsur hara adalah kehilangan bahan organik dan bahan anorganik pada permukaan tanah atau top soil oleh aktivitas pelarutan air termasuk kabut dan embun. Pencucian unsur hara merupakan suatu fenomena alam yang selalu terjadi selama pembasahan pada tanah, yang besarnya tergantung pada keadaan hujan dan jenis tanah. Pencucian unsur hara adalah suatu fenomena alam yang terjadi akibat tanah yang mengikat unsur-unsur hara tanah jenuh air akibat pembasahan yang berlebihan dan melarutkan hara tanah tersebut, proses pencucian unsur hara ini sangat erat kaitannya dengan sifat fisika dan kimia tanah (Hanafiah, 2005).

Unsur hara N, P dan K termasuk unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan mutlak harus ada. Peranan utama unsur N bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu , N berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berfungsi dalam proses fotosintesis. Unsur P bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Unsur K berfungsi membantu pembentukan protein dan karbohidrat dan juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Unsur K juga merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Wibawa, dkk, 2012).

(24)

Gambar

Gambar 1. Gambar segitiga tekstur tanah menurut USDA (Foth, 1951).
Tabel 1. Kriteria unsur hara tanah
Tabel 2. Kelas porositas tanah
Tabel 3. Klasifikasi permeabilitas tanah

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan

Hasil analisis sifat kimia tanah pada tanah dengan vegetasi paku harupat Parameter pH Kadar C-.

Pengambilan sampel tanah pada lahan kelapa sawit dengan penutup tanah kacang- kacangan(Pueraria javanica). Pengambilan sampel tanah pada lahan kelapa sawit dengan penutup

SRI APULINA : Kajian Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Inceptisol pada Lahan Karet Telah Menghasilkan dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh Di Kebun PTPN III Sarang

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisika dan kimia tanah pada lahan karet yang menghasilkan dengan beberapa jenis vegetasi penutup tanah yang yang tumbuh di kebun

Perhitungan bulk density, particle density dan porositas pada vegetasi Paku harupat kedalaman 5 cm... Hasil analisa sifat kimia tanah Tanah dengan vegetasi

Karet adalah salah satu jenis tanaman perkebunan yang tumbuh subur

Mempertimbangkan adanya pengaruh beberapa vegetasi yang tumbuh di lahan karet maka perlu kajian lebih mendalam tentang kajian sifat fisika yang meliputi tekstur tanah,