PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MENGGUNAKAN
SOFTWARE AUTOGRAPH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL MENGGUNAKAN
SOFTWARE AUTOGRAPH
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH : YUSLINAWATI NIM : 8106171040
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MENGGUNAKAN
SOFTWARE AUTOGRAPH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL MENGGUNAKAN
SOFTWARE AUTOGRAPH
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH : YUSLINAWATI NIM : 8106171040
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
ABSTRAK
YUSLINAWATI. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Software Autograph Dengan Pembelajaran Konvensional Menggunakan Software Autograph. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang menggunakan software Autograph dengan pembelajaran secara konvensional yang menggunakan software Autograph. (2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemandirian belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang menggunakan software Autograph dengan pembelajaran secara konvensional yang menggunakan software Autograph. (3) bagaimana proses penyelesaian jawaban yang di buat siswa dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan kemampuan komunikasi kedua pembeajaran. (4) Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang menggunakan software Autograph.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini siswa SMPN 1 Takengon. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan komunikasi dengan materi statistika (2) skala kmandirian belajar (3) angket respon. Adapun tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah berbentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik nonparametrik. Analisis statistik data dilakukan dengan analisis uji-t dan Mann Withney.
komponen dan proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang menggunakan software Autograph adalah positif.
ABSTRACT
YUSLINAWATI. The Difference Of The Increased Communication Ability And self Regulated Learning Mathematics Junior High School Student Through Jigsaw Cooperative Learning Using Software Autograph By Learning Conventional Using Software Autograph. Thesis. Medan: Postgraduate of Study Mathematic Education University of Negeri Medan, 2012.
This research is aimed 1) Whether there is a significant difference between an increase in math communication skill of students through jigsaw cooperative lerning using software Autograph by learning conventional using software Autograph. 2) Whether there is a significant difference between an increase in self regulated learning of students through jigsaw cooperative learning using software Autograph by learning conventional using software Autograph. 3) How is process of resolving the answer being made of students in resolve problems related to the ability of communication both learning. 4) How is the students respone against cooperative type jigsaw using software Autograph.
This research is quasi experiment. The population of study was the students of SMPN 1 Takengon. The Sample was choosen randomly with random class. The instruments in this research are: 1) the ability test of mathematical communication 2) The scale of self-reliance learning 3) The chief response. The data analysis of this research using descriptive statistic analysis and nonparametric statistic analysis. Analysis of data statistic by held test-t analysis and Mann Withney.
Findings of this study are: (1) there is ne significant difference between improvement of communication math student learning through cooperative type jigsaw using Autograph software by learning conventional using Autograph software (2) there is a significant difference between independency enhancement of learning students through learning cooperative type Jigsaw using Autograph software by learning conventional using Autograph software (3) The process students answer on learning cooperative type jigsaw using software Autograph more varied than learning conventional using Autograph software (4) The student response against cooperative type jigsaw learning using software Autograph is positive.
students’ behavior as one alternative to implementation of innovative mathematic learning.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN
KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MENGGUNAKAN
SOFTWARE AUTOGRAPH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTOGRAPH” dapat diselesaikan. Tesis ini
disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. KMS M. Amin Fauji, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Edi
Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNIMED sekaligus pembimbing II dan ditengah-tengah
kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis
terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi
penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.
2. Bapak Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis
ini.
3. Bapak Dapot Tua Manullang, SE selaku Staf Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan semangat
dan membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini
4. Prof. Dian Armanto, M.Pd., MA.,M.Sc.,Ph.D; selaku narasumber yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini
menjadi lebih baik.
5. Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd; selaku narasumber yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini
menjadi lebih baik.
6. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten Direktur I Program Pascasarjana
UNIMED.
7. Bapak Raduan, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 1 Takengon beserta seluruh
dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Ayahanda Pelda Zainuddin dan Arlina serta kakanda Yusmika Indah S.E, Zhoni
Arlianto S.Pd, adinda Bintang Zailin, yang senantiasa memberikan motivasi dan
doa.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta
saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Mungkin
mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, November 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ...vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 19
1.3 Batasan Masalah ... 20
1.4 Rumusan Masalah ... 20
1.5 Tujuan Penelitian ... 21
1.6 Manfaat Penelitian... 22
1.7 Definisi Operasional ... 22
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 25
2.1 Kerangka Teoritis ... 25
2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematika ... 25
2.1.2 Kemandirian Belajar Siswa ... 33
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif ... 45
2.1.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 52
2.1.6 Pembelajaran Konvensional ... 59
2.1.7 Teori Belajar Pendukung ... 63
2.1.8 Penelitian Yang Relevan ... 74
2.2 Kerangka Konseptual ... 76
2.3 Hipotesis Penelitian ... 86
BAB III METODE PENELITIAN ... 88
3.1 Jenis Penelitian... 88
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 88
3.3 Populasi Dan Sampel ... 88
3.4 Desain Penelitian ... 91
3.5 Variabel Penelitian ... 93
3.6 Instrumen Penelitian ... 93
3.7 Analisis Data ... 111
3.8 Teknik Analisis Data ... 113
3.9 Prosedur Penelitian ... 121
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 124
4.1 Hasil Analisis Data ... 124
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 167
4.3 Diskusi Hasil Penelitian ... 182
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 190
DAFTAR PUSTAKA... 193
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Posisi Indonesia Dibandingkan Negara Lain (PISA) ... 4
Tabel 1.2 Tabel Frekuensi Data Tunggal ... 7
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi ... 8
Tabel 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan Terhadap Coooperatif Learning .. 50
Tabel 2.2 Sintaksis Model Coooperatif Learning ... 51
Tabel 2.3 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu ... 57
Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan Kelompok... 58
Tabel 2.5 Langkah-langkah Pembelajaran Konvensional ... 60
Tabel2.6 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajran Konvensional ... 61
Tabel 3.1 Rekapitulasi SMP Negeri Kota Takengon 2011/2012 ... 89
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ... 91
Tabel 3.3 Tabel Weiner Keterkaitan Antara Variabel Bebas Dan Variabel Terikat ... 58
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 94
Tabel 3.5 Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematika ... 95
Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 100
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 102
Tabel 3.8 Karakteristik Dari Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 108
Tabel 3.9 Karakteristik Dari Skala Kemandirian Belajar ... 108
Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas
Eksperimen ... 125
Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas
Kontrol .. ... 127
Tabel 4.3Rataan N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematika Di Kelas
Eksperimen Dan Kontrol ... 129
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol131
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Varians Gain Kelas Eksperimen Dan Kelas
Kontrol ... 132
Tabel 4.6 Deskripsi Uji Perbedaan Rata-rata N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematika ... 134
Tabel 4.7 Hasil Kemandirian Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 135
Tabel 4.8 Hasil Kemandirian Belajar Siswa Kelas Kontrol .. ... 137
Tabel 4.9 Rataan Gain Kemandirian Belajar Siswa Di Kelas Eksperimen Dan
Kontrol ... 138
Tabel 5.1 Deskripsi Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemandirian Belajar
Siswa ... 140
Tabel 5.2 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan
Komunikasi Matematika Dan Kemandirian Belajar Siswa ... 141
Tabel 5.3 Respon Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menggunakan Software AutographMatematika ... 161
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Proses Penyelesaian Jawaban Komunikasi Matematika Siswa.. ... 7
Gambar 1.2 Proses Penyelesaian Jawaban Komunikasi Matematika Siswa ... 9
Gambar 2.1 Siklus Kemandirian Belajar ... 36
Gambar 2.2 Pembentukan Kooperatif Tipe Jigsaw... 53
Gambar 4.1 Diagram Batang Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen ... 126
Gambar 4.2 Diagram Batang Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Kontrol.. ... 127
Gambar 4.3 Diagram Batang Gain Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 129
Gambar 4.4 Diagram Batang Kemandirian Belajar Siswa Kelas Eksperimen136 Gambar 4.5 Diagram Batang Kemandirian Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 137
Gambar 4.6 Diagram Batang Gain Kemandirian Belajar Siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 139
Gambar 4.7 Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Komunikasi Matematika Butir Soal Nomor 1 ... 144
Gambar 4.8 Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Komunikasi Matematika Butir Soal Nomor 2 ... 147
Gambar 4.9 Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Komunikasi Matematika Butir Soal Nomor 3 ... 150
Gambar 5.1 Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Komunikasi Matematika Butir Soal Nomor 4 ... 151
Gambar 5.3 Penyelesaian Masalah Pada LAS 1 ... 155
Gambar 5.4 Penyelesaian Masalah Pada LAS 2 ... 156
Gambar 5.5 Penyelesaian Masalah Pada LAS 3 ... 157
Gambar 5.6 Penyelesaian Masalah Pada LAS 4 ... 158
Gambar 5.7 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Tahap 1 ... 162
Gambar 5.8 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Tahap 2 ... 163
Gambar 5.9 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Tahap 3 ... 164
Gambar 6.1 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Tahap 4 ... 165
Gambar 6.2 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Tahap 5 ... 165
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A ... 201
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 202
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 231
3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 243
4. Lembar Ahli ... 269
LAMPIRAN B ... 321
5. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 322
6. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 323
7. Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 325
8. Kisi-Kisi Kemandirian Belajar Siswa ... 330
9. Deskriftif Indikator Dan Daftar Pertanyaan Skala Kmeandirian Belajar Siswa... 331
10.Skala Kemandirian Belajar Siswa ... 333
11.Angket Respon Siswa ... 336
12.Lembar Perasaan Siswa ... 338
LAMPIRAN C ... 342
13.Validator Ahli Perangkat Pembelajaran ... 343
14.Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dan Instrumen Penelitian ... 344
15.Hasil Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran ... 349
16.Hasil Validasi Ahli Terhadap Instrumen Pembelajaran ... 352
LAMPIRAN D ... 376
18.Daftar Nama Siswa Kelas eksperimen ... 377
19.Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 378
20.Nilai Pretes, Postes, Gain Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 379
21.Nilai Pretes, Postes, Gain Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 382
22. Nilai Pretes, Postes, Gain Kemandirian Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 385
23. Nilai Pretes, Postes, Gain Kemandirian Belajar Siswa Kelas Kontrol 388 LAMPIRAN E ... 391
24.Hasil SPSS Pretes, Postes, Gain Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen ... 392
25.Hasil SPSS Gain Kemandirian Belajar Siswa ... 403
LAMPIRAN F ... 405
26. Jadwal Penelitian ... 241
LAMPIRAN G ... 407
27. Dokumentasi Penelitian ... 408
LAMPIRAN H
28. Surat Menyurat
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Pendidikan mempunyai pengaruh
besar terhadap kemajuan teknologi suatu bangsa. Kemapanan dalam bidang
pendidikan akan mendorong teknologi kearah yang lebih baik. Hampir semua
Negara maju memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibandingkan Negara
berkembang. Hal ini merupakan bukti pentingnya pendidikan dalam mendukung
kemajuan teknologi.
Setiap bangsa perlu mempersiapkan segalanya dalam menghadapi
pengaruh pendidikan terhadap kemajuan teknologi, diantaranya dengan
peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan tentunya harus
dijadikan prioritas utama. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional Bab II pasal 3 dikemukakan,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (UU Sisdiknas, 2003).
Dengan meningkatkan kualitas pendidikan diharapkan akan
menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkemampuan unggul,
2
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Dengan demikian
semakin ada tuntutan untuk mengimbangi kemajuan tersebut, tentunya diperlukan
peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai bidang, diantaranya matematika.
Matematika merupakan pengetahuan yang mempunyai peran yang sangat besar
dalam kehidupan sehari-hari.
Peran dan fungsi matematika dalam kehidupan sehari-hari seperti tertuang
pada tujuan umum matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
yaitu:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan,
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efektif dan efisien.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan,” (Depdiknas, 2004).
Peningkatan kualitas pendidikan selalu ditempatkan sebagai subjek
penting di dalam sistem pendidikan di setiap Negara. Begitu pentingnya
matematika sehingga secara formal pelajaran matematika telah diberikan kepada
siswa sejak SD, SMP, SMA hingga Universitas, dengan harapan akan melahirkan
sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Dalam bidang matematika
Indonesia pernah beberapa kali meraih prestasi internasional, sebagaimana
dikatakan Pramita (2011), Indonesia menorehkan prestasi membanggakan dengan
menjadi juara umum lomba Wizard at Mathematics Internasional Competition
3
Oktober 2011 (http://indonesiaproud.wordpress.com), Indonesia diwakili empat
pelajar SMP meraih dua emas, satu perak dan satu perunggu untuk kompetisi
individual dan satu emas untuk kompetisi tim.
Prestasi lainnya yang menjadi nilai tambah dalam menjunjung nama
Indonesia pada kompetisi matematika internasional atau International
Mathematics Competition (IMC) 2010 di Incheon, Korea Selatan, tanggal
25-29 Juli 2010 (Yuwanto, 2010). Direktorat pembinaan sekolah
menengah pertama direktorat jenderal manajemen pendidikan dasar dan
menengah kemendiknas mengirimkan empat siswa pada ajang yang diikuti oleh
26 negara. para pelajar SMP berhasil meraih 1 medali emas, 1 medali perak, dan 1
medali perunggu. Ajang kompetisi ini diselenggarakan untuk memotivasi siswa
dan guru dalam meningkatkan pengajaran dan pembelajaran matematika,
pemikiran keterampilan tinggi, juga dijadikan sarana untuk membangun jaringan
kerja sama di antara peserta, guru, dan perbaikan ke depan dalam bidang
matematika.
Dari satu sisi, prestasi dalam bidang matematika tentunya merupakan
suatu kebanggaan bagi masyarakat Indonesia dan bagi dunia pendidikan
matematika pada khususnya, tetapi jika dilihat dari sisi lain ternyata pada
umumnya prestasi matematika siswa masih berada di bawah. Hal tersebut bisa
dilihat dari hasil tes perolehan Programme International Student Assessment
(PISA) (Puspendik, 2011) menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi literasi
matematika siswa Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata internasional.
Tabel dibawah ini menunjukkan peringkat prestasi literasi matematika
4
Tabel 1.1.
Posisi Indonesia Dibandingkan Negara-Negara Lain Berdasarkan Pisa
Tahun
Jadi prestasi yang diraih beberapa siswa Indonesia dalam beberapa ajang
matematika tersebut kurang berarti bila rata-rata kemampuan siswa di bidang
matematika masih rendah. Keadaan ini tentunya sangat ironis melihat peran
matematika sebagai ilmu dasar untuk pengembangan sains dan teknologi. Salah
satu keberhasilan program belajar-mengajar diantaranya bergantung pada bentuk
komunikasi yang digunakan guru, pada saat berinteraksi dengan siswa,
kemampuan komunikasi sangat berpengaruh pada konsep mengajar antara guru
dan siswa. Ansari (2009: 20) mengatakan kompetensi yang dikembangkan dalam
komunikasi matematika sebagai alat bantu berpikir, alat untuk memecahkan
masalah, mengambil keputusan dan sebagai aktivitas sosial yang merupakan
bagian terpenting untuk mempercepat pemahaman siswa.
Kemampuan komunikasi matematika juga sesuai dengan standar
pendidikan matematika yang ditetapkan oleh National Council of Teachers of
Mathematics (2000:7). Dalam NCTM tersebut, kemampuan-kemampuan standar
yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika meliputi:
1. Kompetensi Pemecahan masalah (Problem solving)
2. Kompetensi Komunikasi (Communication)
5
4. Kompetensi Penalaran (Reasoning)
5. Kompetensi Representasi (Representation)
Salah satu dari lima standar proses prinsip-prinsip dan standar dari
NCTM, yaitu komunikasi (Van de Walle,2007)
Komunikasi biasa membantu pembelajaran siswa tentang konsep matematika baru ketika mereka memerankan situasi, menggambarkan, menggunakan objek, memberikan laporan dan penjelasan verbal. Juga ketika menggunakan diagram, menulis dan menggunakan simbol matematika. Kesalahpahaman biasa diidentifikasi dan ditunjukkan. Keuntungan sampingannya adalah biasa mengingatkan siswa bahwa mereka berbagi bertanggung jawab dengan guru atas pembelajaran yang muncul dalam pelajaran itu.
Dari prinsip-prinsip dan standar NCTM yang dikemukakan di atas, maka
dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika merupakan hal yang
sangat penting dan perlu ditingkatkan dalam pembelajaran matematika, untuk
meningkatkan hasil belajar matematika. Aspek komunikasi melatih siswa untuk
dapat mengkomunikasikan gagasannya, baik komunikasi lisan maupun
komunikasi tulisan”. Dewi (2009) mengatakan bahwa ada tiga aspek komunikasi
yang diperlukan dalam komunikasi matematika, yakni keakuratan informasi,
dalam komunikasi matematika keakuratan juga sangat diperlukan agar informasi
yang disampaikan tidak keliru. Bagian ke dua yang tidak kalah pentingnya dalam
komunikasi adalah menyampaikan komunikasi dengan lengkap, dikatakan
lengkap apabila informasi tentang ide/pengetahuan matematika dalam
menyelesaikan masalah matematika disampaikan secara utuh. Selain keakuratan
dan kelengkapan dalam komunikasi matematika, aspek kelancaran juga
merupakan salah satu hal yang diperlukan. Dengan banyaknya gagasan/ide yang
6
siswa tersebut tidak macet ketika mengkomunikasikan pemahaman
matematikanya.
Komunikasi dalam matematika menolong guru memahami kemampuan
siswa dalam menginterprestasikan dan mengekspresikan pemahamannya tentang
konsep dan proses matematika yang mereka pelajari. Namun, pada kenyataanya
komunikasi merupakan salah satu masalah yang kerap kali dialami oleh siswa di
sekolah, kasus ini pernah peneliti temukan pada beberapa kelas suatu sekolah di
mana siswa sering kali tidak dapat menyelesaikan permasalahan matematika
karena siswa tersebut mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan ide
gagasannya. Temuan ini didukung oleh Fleischma (dalam Puspendik, 2011)
dalam The Program for Internasional Student Assessment (PISA) yang
melibatkan kemampuan komunikasi, menyatakan bahwa kemampuan siswa
Negara Indonesia masih berada pada tingkat rendah dengan skor 391. Hal ini
ditunjukkan dengan siswa hanya biasa menjawab pertanyaan yang biasa, yang
semua informasinya berada pada soal dan siswa hanya mampu mengidentifikasi
informasi dan melakukan prosedur biasa.
Menurut hasil penelitian Hasibuan (2011: 150) yang memperlihatkan
rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa XI SMA berada dalam
klasifikasi kurang, hanya terdapat 8 dari 78 siswa yang menjawab soal tes
kemampuan komunikasi dimana indikatornya menjelaskan ide matematika dengan
grafik dan perlu ditingkatkan lagi. Kemudian Hasil penelitian sribina (2011: 162)
dari hasil postes kelas TPS+ Autograph, diperoleh temuan yakni terdapat seorang
siswa dengan nilai kemampuan komunikasi yang terendah yaitu 50. Hal ini terjadi
7
matematika yang berkategori sukar. Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sendiri bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa juga masih
tergolong pada tahap rendah. Sebagai contoh dapat dilihat ketika siswa
dihadapkan pada persoalan 1 berikut: Ali mengadakan pengamatan tentang jumlah
angkutan umum dan minibus dijalan tertentu seminggu dan pada waktu tertentu
oleh data sebagai berikut
Tabel 1.2. Tabel Frekuensi Data Tunggal
No Jenis
Gambarlah diagram batang dari data tersebut! Setelah soal ini diujikan
kepada siswa banyak siswa menyelesaikannya seperti ini
(a) (b)
8
Berdasarkan kedua gambar tersebut dapat dipahami bahwa siswa belum
mampu menggambarkan masalah matematika ke dalam diagram. Banyak
kesalahan yang terjadi mulai dari menggambar diagram batang yang kurang pas,
di mana kesalahannya meletakkan jenis kendaraan/angkutan sesuai dengan jumlah
kendaraan/angkutan umum perhari dapat dilihat pada gambar (a), hingga
menyajikannya dalam bentuk diagram batang tidak benar, tidak menyelesaikan
jawaban untuk jumlah hari berikutnya, dapat dilihat pada jawaban siswa (b).
Persoalan ke-2 dengan materinya adalah menghitung mean (rata-rata)
dengan soal sebagai berikut:
Hampir semua siswa mendapatkan kesulitan menyatakan tabel ke dalam
9
(a) (b)
Gambar 1.2. Proses Penyelesaian Jawaban Komunikasi Matematika Siswa
Dari masalah di atas menunjukkan proses jawaban siswa ketika
menyelesaikan persoalan matematika kurang baik, ketidakmampuan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan dalam bentuk tabel ke dalam ide-ide matematika,
terlihat dari lembar jawaban siswa di atas, siswa tidak memiliki pemahaman
tentang konsep mean (rata-rata) dan modus, akibatnya langkah perhitungan
jawaban siswa tidak benar. sehingga dalam memberikan jawaban, siswa banyak
yang tidak mampu melaksanakannya.
Fakta di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diterapkan
saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan, dikarenakan pembelajaran
matematika yang dilaksanakan di sekolah masih berpusat pada guru, suasana kelas
cenderung teacher-centered menyebabkan respon siswa kurang dalam mengikuti
pembelajaran, siswa kurang senang dengan suasana belajar di kelas, siswa kurang Siswa tidak memahami
konsep mean dari data berkelompok akibatnya salah dalam perhitungan
10
senang dengan cara guru mengajar dan siswa kurang senang dengan metode
pembelajaran yang diterapkan sehingga matematika menjadi mata pelajaran yang
kurang diminati oleh sebagian siswa. aktivitas siswa lebih banyak pasif selama
pembelajaran berlangsung. Ketidaksenangan terhadap matematika ini dapat
berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar serta
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang akan berdampak pada prestasi
belajar matematika. Prestasi belajar seorang siswa akan dipengaruhi oleh banyak
faktor baik dari dalam maupun dari luar diri siswa. Aktivitas belajar siswa
merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan observasi awal di SMP 1 Takengon, guru-guru masih
banyak menggunakan pendekatan pembelajaran secara konvensional yaitu
pendekatan pembelajaran yang dominan menerapkan metode ceramah di mana
guru lebih aktif sehingga siswa menjadi pasif. Dalam pembelajaran matematika di
kelas dan suasana belajar terkesan kaku yang mengakibatkan proses belajar
mengajar tidak berjalan optimal. Pada pendekatan pembelajaran ini, siswa
diharuskan untuk menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk
membantu siswa menemukan dan mengembangkan pikirannya mengungkapkan
ide-ide matematika. Sehingga setiap pelajaran matematika yang disampaikan di
kelas lebih banyak bersifat hafalan.
Memang dimungkinkan siswa memperoleh nilai yang tinggi, tetapi
mereka bukanlah pemikir yang baik di kelas dan akan kesulitan dalam
menyelesaikan masalah-masalah matematika siswa. Pembelajaran seperti ini
membuat respon siswa menjadi kurang baik terhadap pembelajaran matematika
11
belajar mengajar menjadi tidak menarik merupakan permasalahan dalam
pembelajaran.
Nurcahyanti (2011) menyatakan beberapa penyebab rendahnya kualitas
pendidikan adalah rendahnya kualitas guru, keadaan guru di Indonesia juga amat
memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang
memadai untuk menjalankan tugasnya sebagian guru di Indonesia bahkan
dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar
dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sebagai berikut: untuk SD
yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP
54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73%
(swasta). Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan
guru itu sendiri.
Data Balitbang Depdiknas (Dalam Nurcahyanti, 2011) menunjukkan dari
sekitar 1,2 juta guru SD, hanya 13,8% yang berpendidikan diploma
D2-kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680000 guru SLTP/MTs baru 38,8%
yang berpendidikan diploma D3-kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah
menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8 % yang memiliki pendidikan S1 ke atas.
Di tingkat pendidikan tinggi dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang
berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3). Walaupun guru dan
pengajaran bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi,
pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin
kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pandidikan
12
Hal lain yang berkontribusi menyebabkan rendahnya hasil belajar
matematika adalah masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit, sulitnya siswa memahami materi karena
pembelajaran matematika yang cenderung abstrak, matematika penuh rumus dan
hanya dikuasai oleh siswa yang jenius. Selain faktor pembelajaran, ada faktor lain
yang juga dapat di duga berkontribusi terhadap kemampuan matematika siswa
yaitu kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar menjadi salah satu peluang
siswa meraih keberhasilan dalam belajar. Menurut Subliyanto (2011),
kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri,
pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu
mempertanggung jawabkan tindakannya.
Terkait dengan kemandirian belajar siswa terhadap matematika, sebagian
besar siswa belum menunjukkan Aktivitas kemandirian belajar. Dalam hal
menemukan, mencari, menyelesaikan permasalahan matematika masih tergantung
pada guru. Sebagian besar siswa juga belum berani mengemukakan ide dan
gagasannya, terlihat dari hasil temuan peneliti. Dari Sembilan aspek yang diukur,
indikator keyakinan pada dirinya sendiri dan indikator mencari sumber yang
relevan termasuk kategori rendah. Hal ini juga terlihat berdasarkan dari hasil
wawancara peneliti dengan guru SMP Pahlawan, di mana ada guru yang
mengatakan bahwa pelajar sekarang banyak yang bersifat seperti ‘paku’, ia baru
bergerak kalau dipukul dengan martil. Para siswa sekarang walau tidak semuanya,
banyak yang bersifat serba pasif. Dalam membaca buku-buku pelajaran saja
misalnya, kalau tidak disuruh atau diperintahkan oleh guru maka buku-buku
13
Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dengan teman
sebayanya dari pada mengulang pembelajaran yang sudah diajarkan, dalam hal ini
kemandirian belajar siswa bagaimana siswa menganalisis soal, memonitor proses
penyelesaian, dan mengevaluasi hasilnya, kurang ditunjukkan pada diri siswa.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa siswa belum mampu menggunakan
keterampilan berpikirnya. Hasil ini juga didukung oleh penelitian Fauzi (2011:
194) menunjukkan bahwa siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran
metakognitif grup (PPMG) memperoleh peningkatan kemandirian belajar yang
lebih besar daripada siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran metakognitif
klasikal (PPMK) dan pembelajaran biasa (PB). Namun, berdasarkan kategori
Hake, peningkatan kemandirian belajar siswa di level tinggi dan sedang sekolah
tersebut masih rendah.
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa kemampuan komunikasi dan
kemandirian belajar siswa tehadap matematika merupakan hal yang sangat
penting dan perlu ditingkatkan dalam pembelajaran matematika. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kemampuan matematika siswa belum maksimal
sepenuhnya ketika proses belajar berlangsung. Beberapa diantaranya yakni,
pembelajaran yang diterapkan guru kurang menarik.
Menyikapi permasalahan dalam pendidikan matematika sekolah tersebut,
terutama menyangkut pentingnya kemampuan dasar dalam matematika seperti
kemampuan komunikasi matematika, dihubungkan dengan aktivitas kemandirian
belajar siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas atau lingkungan
sekolah sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, untuk
14
membuat pembelajaran matematika di kelas menjadi lebih baik, menarik dan di
sukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan di bangun
sedemikian rupa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat agar
siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Sejalan dengan
berkembangnya penelitian di bidang pendidikan maka ditemukan pendekatan
pembelajaran baru yang dapat meningkatkan interaksi siswa dalam proses belajar
mengajar, yang dikenal dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yaitu
merupakan aktivitas pelaksanaan pembelajaran dalam kelompok, yang saling
berinteraksi satu sama lain, di mana pembelajaran adalah bergantung kepada
interaksi antara ahli-ahli dalam kelompok, setiap siswa bertanggung jawab
terhadap proses pembelajaran di kelas dan juga di dalam kelompoknya.
Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, yakni suatu pembelajaran secara berkelompok yang terdiri
dari 4-6 orang, heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab secara mandiri. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal (Isjoni, 2010: 77). Pada kegiatan ini guru dalam proses belajar mengajar
berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk
belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan merasa
senang berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya. Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkankan kemandirian belajar siswa karena
pembelajaran tersebut memerlukan tanggung jawab perseorangan, masing-masing
15
menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Dengan cara demikian, siswa yang
tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah, karena
keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota
kelompok. Dengan adanya pertanggungjawaban secara individu menjadikan
setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri
tanpa bantuan orang lain.
Dengan penggunaan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diyakini dapat
menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh siswa, karena pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di desain untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.
Problem ini dapat dipermudah dengan adanya media pembelajaran yang
interaktif berbasis ICT. Pemanfaatan media pembelajaran yang berbasis ICT yang
digunakan selama ini masih belum terlaksana dengan baik dikarenakan masih
minimnya pemahaman guru mengenai teknologi, berbagai hasil penelitian
menunjukkan kini masih banyak guru yang masih gagap dalam pemakaian
komputer dalam mengakses informasi dan pemanfaatannya dalam proses
pembelajaran. Hal semacam ini perlu ditanggapi secara positif oleh para guru
sekolah menengah, khususnya guru bidang studi matematika, sehingga komputer
dapat menjadi salah satu media yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Menurut Ekawati (2010: 64) ICT dalam hal ini komputer dapat
mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena komputer tidak
16
Iklim afektif ini akan melibatkan penggambaran ulang berbagai objek yang ada
dalam pikiran siswa. Iklim inilah yang membuat tingkat retensi pengguna
komputer multimedia lebih tinggi daripada bukan pengguna. Dengan kata lain,
pembelajaran berbantuan komputer diharapkan mampu menciptakan lingkungan
belajar yang menstimulasi pelajar untuk menggunakan kemampuan kognitifnya
secara maksimal.
Lebih lanjut Subandi (2006) mengatakan ICT salah satu bagian dari
sistem informasi, bagian penting dari infrastruktur teknologi untuk mengambil,
mengumpulkan, memproses dan memberikan output berbentuk content digital.
Perspektif ICT dalam pendidikan memberikan kontribusi untuk menguatkan
sistem pengelolaan sekolah yang memiliki komitmen untuk melaksanakan
pengembangan secara kontiniu, inovatif guna mendukung efektifitas sekolah.
Kontribusi ini dimungkinkan karena:
a. ICT dapat memberikan kontribusi nyata untuk pengajaran dan
pembelajaran lintas semua subyek dan lintas umum di dalam dan di luar
sekolah.
b. ICT dapat memberikan kesempatan untuk memotivasi siswa dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan proses belajarnya.
c. ICT dapat menjadikan sekolah-sekolah untuk membagi informasi
manajemen dan praktik secara baik di dalam jaringan-jaringan komunitas
pembelajaran.
d. Sistem informasi manajemen kurikulum terpadu dapat membantu
monitoring kemauan sekolah untuk penilaian pembelajaran dan untuk
17
e. Dengan penerapan ICT sekolah, guru dapat merencanakan bank mata
ajaran dengan materi pembelajaran dan sumber daya lainnya.
Sejumlah media atau alat teknologi yang dapat membantu dalam proses
pembelajaran di kelas telah banyak diciptakan. Salah satu media yang dikenal
saat ini adalah software (perangkat lunak) salah satunya adalah software
Autograph. Beberapa peneliti telah menunjukkan dampak positif dari penggunaan
software di sekolah terhadap materi pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian
Afrianti (2011) kombinasi pendekatan pembelajaran penemuan terbimbing dengan
media software Autograph membantu siswa dan guru mempelajari grafik fungsi
trigonometri. Hasil penelitian Sribina (2011) pembelajaran kooperatif tipe TPS
berbantuan software Autograph memberikan pemahaman siswa terhadap materi
integral pada perhitungan luas daerah pada bidang datar beberapa kurva, di
dukung oleh hasil penelitian Imelda (2011) pembelajaran kooperatif tipe TPS
dengan media software Autograph membantu siswa menentukan bayangan
transformasi.
Berdasarkan hasil penelitian di atas peneliti berharap pembelajaran yang
di ajar dengan software Autograph melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dapat membantu siswa lebih mudah mempelajari materi statistika, peneliti
melakukan hal yang serupa seperti penelitian sebelumnya menggunakan software
Autograph, namun konteknya berbeda yaitu menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terhadap materi statistika. Dengan pembelajaran secara
konvensional materi ini termasuk sulit untuk dipahami siswa, ketika mempelajari
diagram batang, diagram garis guru lebih memilih menggambarkan di papan tulis
18
memakan waktu lama dan siswa hanya menggambarkan sedikit contoh diagram
tersebut.
Dengan mengandalkan guru, siswa terkadang jarang atau lupa ketika
diminta menggambarkan kembali atau menuliskan ide matematika dari gambar,
sedangkan jika menggunakan Autograph siswa dapat berulangkali mencoba-coba
menghasilkan banyak contoh diagram, sampai akhirnya siswa dapat mengambil
kesimpulan tentang bagaimana gambar diagram, dan jika siswa ragu dapat
mencoba lagi berulang kali sampai yakin dan terbukti kesimpulan yang
diambilnya. Dengan menggunakan software ini diharapkan dapat membantu guru
dalam membelajarkan matematika, Guru diharapkan juga dapat mengeksplor
perangkat lunak (software) yang lebih beragam sesuai mata pelajaran yang
diajarkan, untuk pengembangan metode pembelajaran di kelas. Sehingga
diharapkan siswa dapat mengetahui, terampil dalam memanfaatkan komputer dan
mengelola informasi untuk proses pembelajaran.
Autograph adalah software untuk matematika tingkat menengah,
desainnya melibatkan tiga prinsip dalam belajar dan pembelajaran yakni
fleksibilitas, berulang-ulang, menarik kesimpulan. Autograph akan membantu
siswa dalam melakukan percobaan sehingga dimungkinkan menemukan hal-hal
yang baru. Siswa dapat menguji lebih banyak contoh-contoh dalam waktu singkat
daripada menggunakan tangan, Dengan Penggunaan media komputer melalui
pemanfaatan software Autograph diharapkan lebih menarik dan interaktif
sehingga digunakan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan pembelajaran
19
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti mencoba untuk
menggambungkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan media
teknologi komputer (Autograph), untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika dan kemandirian belajar siswa. Sehingga dengan kemampuan tersebut
dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran. Untuk itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Peningkatan
Kemampuan Komunikasi dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Software Autograph Dengan
Pembelajaran Konvensional Menggunakan Software Autograph”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan bahwa
masalah-masalah yang menyebabkan kurang berhasilnya siswa dalam
pembelajaran matematika di sekolah, antara lain :
1. Hasil belajar matematika siswa rendah dalam kemampuan
menggambarkan masalah matematika ke dalam diagram dan menyajikan
tabel ke dalam ide matematika.
2. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher-centered).
3. Aktivitas siswa yang lebih banyak pasif selama pembelajaran
berlangsung.
4. Guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran secara konvensional
yaitu dominan menerapkan metode ceramah sehingga proses belajar
tidak berjalan optimal
5. Pelajaran matematika lebih banyak bersifat hafalan
20
7. Siswa beranggapan matematika merupakan pelajaran yang sulit
8. Kemandirian belajar siswa terhadap matematika masih kurang
9. Pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT yang digunakan selama
ini masih belum terlaksana dengan baik dikarenakan masih minimnya
pengetahuan guru mengenai teknologi.
10. Proses penyelesaian jawaban siswa ketika menyelesaikan persoalan
matematika kurang baik.
1.3. Batasan masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, maka agar lebih fokus mencapai
tujuan, penulis membatasi masalah pada peningkatan kemampuan komunikasi
matematika dan kemandirian belajar siswa berbantuan software Autograph
melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, proses penyelesaian jawaban, dan
respon siswa yang diajar dengan software Autograph melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, di batasi pada materi statistik di kelas IX SMPN 1
Takengon.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan
komunikasi matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang menggunakan software Autograph dengan pembelajaran secara
konvensional yang menggunakan software Autograph?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemandirian
21
software Autograph dengan pembelajaran secara konvensional yang
menggunakan software Autograph?
3. Bagaimana proses penyelesaian jawaban yang di buat siswa dalam
menyelesaikan masalah yang terkait dengan kemampuan komunikasi
matematika siswa pada kedua pembelajaran?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang
menggunakan software Autograph?
1.5. Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan,
maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan
komunikasi matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang menggunakan software Autograph dengan pembelajaran secara
konvensional yang menggunakan software Autograph
2. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemandirian
belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang menggunakan
software Autograph dengan pembelajaran secara konvensional yang
menggunakan software Autograph
3. Untuk mengetahui proses penyelesaian jawaban yang di buat siswa dalam
menyelesaikan masalah yang terkait dengan kemampuan komunikasi
matematika siswa pada kedua pembelajaran
4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
22
1.6. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan
yang berarti bagi peneliti, guru, dan siswa. Manfaat dari masukan itu adalah:
1. untuk peneliti
memberi informasi tentang peningkatan kemampuan komunikasi matematika
dan kemandirian belajar matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw yang menggunakan software.
2. untuk guru
memberi alternatif pendekatan pembelajaran matematika untuk dapat
dikembangkan menjadi lebih baik sehingga dapat dijadikan salah satu upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa
3. untuk siswa
memberi pengalaman baru bagi siswa dan mendorong siswa untuk terlibat
aktif dalam pembelajaran matematika di kelas, sehingga selain dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika, juga membuat
pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan bermanfaat.
1.7. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya
penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa
konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi matematika yang di maksud dalam penelitian ini
dibatasi hanya komunikasi tertulis saja. Aspek yang akan diukur yaitu (1)
kemampuan menyatakan data dalam bentuk tabel ke dalam ide matematika,
23
kehidupan sehari-hari, (3) kemampuan menggambarkan masalah matematika
ke dalam bentuk diagram, (4) kemampuan menyajikan masalah matematika ke
dalam bentuk tabel, (5) kemampuan menyatakan data dalam bentuk diagram
ke dalam ide matematika.
2. Kemandirian belajar adalah kemampuan siswa untuk mengatur dirinya sendiri
dalam kegiatan belajar, atas inisiatifnya sendiri maupun bantuan orang lain
berdasarkan motivasinya dalam menguasai suatu kompetensi sehingga
memberikan pemahaman dirinya terhadap suatu materi yang dipelajari.
Kemandirian belajar yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari atas: (1)
Inisiatif belajar, (2) mendiagnosa kebutuhan belajar, (3) menetapkan tujuan
belajar, (4) memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar, (5) memandang
kesulitan sebagai tantangan (6) memanfaatkan dan mencari sumber yang
relevan, (7) memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat (8)
mengevaluasi proses dan hasil belajar, dan (9) konsep diri.
3. Autograph adalah sebuah program aplikasi/software matematika yang
mempercepat proses belajar mengajar matematika dan membantu siswa
menangkap pengertian. Media software yang digunakan adalah Autograph
versi 3.2.
4. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pelaksanaan pembelajaran
kelompok menekankan pada kerjasama saling ketergantungan yang positif
dan bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
24
menyajikan informasi, mengorganisasikan kelompok, membimbing kelompok
belajar kemudian evaluasi dan pemberian penghargaan.
5. Pembelajaran secara konvensional adalah pelaksanan kegiatan pembelajaran
yang diawali dengan menyampaikan tujuan, menyajikan informasi,
memberikan latihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik,
serta memberikan latihan lanjutan (PR).
6. Respon siswa adalah tanggapan siswa setelah pelaksanaan kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menggunakan software Autograph
terhadap komponen pembelajaran tentang materi pelajaran, LAS, media
pembelajaran (software Autograph), suasana belajar, cara guru mengajar
dikategorikan dengan senang, tidak senang, baru, tidak baru, minat dan tidak
minat. Disamping itu juga untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap
bahasa yang digunakan LAS serta untuk mengetahui ketertarikan siswa pada
penampilan LAS.
7. Proses Penyelesaian Jawaban adalah langkah-langkah, variasi jawaban yang
digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam
191
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan temuan
selama pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menggunakan
software Autograph, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan
jawaban atas petanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan
masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah :
1. Tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kemampuan
komunikasi matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang menggunakan software Autograph dengan pembelajaran secara
konvensional yang menggunakan software Autograph.
2. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kemandirian belajar
siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang menggunakan
software Autograph dengan pembelajaran secara konvensional yang
menggunakan software Autograph
3. Proses penyelesaian jawaban siswa yang diajar dengan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang menggunakan software Autograph lebih
bervariasi, lebih mampu mengutarakan ide, mampu memunculkan
cara-cara yang berbeda dalam proses pnyelesaian masalah yang
192
dalam ide matematika dan kemampuan menjelaskan ide matematika
dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan
dengan proses penyelesaian jawaban siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional yang menggunakan software Autograph.
4. Respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang menggunakan software Autograph adalah positif. Pembelajaran
ini menbuat siswa senang, lebih berani, tertarik untuk mengikuti
pembelajaran berikutnya dengan kooperatif tipe Jigsaw yang menggunakan
software Autograph serta menumbuhkan rasa kebersamaan dalam belajar
melalui diskusi kelompok.
5.2 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, adapun implikasinya
adalah terhadap pemilihan pembelajaran oleh guru matematika. Guru
matematika di sekolah menengah pertama harus mempunyai cukup pengetahuan
teoritis maupun keterampilan dalam memilih pembelajaran yang merangsang
siswa untuk berani unjuk kerja mengungkapkan ide/gagasannya, mampu
mengubah siswa menjadi lebih aktif, dan mampu berdiskusi dengan temannya.
Implikasi lainnya yang perlu mendapat perhatian guru adalah dengan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang menggunakan software Autograph
siswa menjadi aktif mengemukakan pendapatnya. Diskusi dalam kelompok yang
terjadi menjadikan siswa saling membantu, saling bekerja sama dan saling
menghargai pendapat temannya. Diskusi antar kelompok menjadikan siswa lebih
193
terjadi refleksi atas penyelesaian yang telah dilakukan pada masing-masing
kelompok.
Dalam menyelesaikan permasalahan yang ada terdapat proses
penyelesaian jawaban pada kelas eksperimen yang pembelajarannya
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang menggunakan software
Autograph lebih bervariasi dibandingkan kelas yang pembelajarannya
menggunakan konvensional yang menggunakan software Autograph. Siswa yang
pembelajarannya menggunakan kooperatif tipe Jigsaw menggunakan software
Autograph dapat memunculkan kemandirian siswa, siswa lebih kreatif dalam
mengkomunikasikan penyelesaian masalah dibandingkan siswa yang
pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional yang menggunakan
software Autograph, segala keberhasilan hasil kerjanya tidak lepas dari bantuan
guru.
5.3 Rekomendasi
Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian, maka disampaikan
beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan dengan hasil penelitian ini. Rekomendasi tersebut sebagai
berikut.
1. Kepada Guru
a. Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebaiknya
pada awal pembelajaran menjelaskan aturan main keenam tahapan
dalam proses pembelajaran yang diharapkan, memiliki
194
pembelajararan yang telah direncanakan ketika situasi kondisi
tidak sesuai dengan harapan.
b. Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebaiknya
guru berperan sebagai pendamping, memupuk tanggung jawab,
terus melakukan pemantauan, memfasilitasi diskusi kelompok
baik yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
Dan bentuk pemimpin diskusi untuk menjamin kelangsungan
diskusi secara teratur dan tertib sehingga peserta benar-benar
mengambil bagian dalam diskusi.
c. Dalam menerapkan pembelajaran ini sebaiknya guru
mengelompokkan siswa secara heterogen (keanekaragaman
akademis, suku, latar belakang sosial, jenis kelamin)
masing-masing kelompok asal dan pemberian tugas sesuai dengan
kemampuan siswa.
d. Dalam menampilkan hasil kerja siswa dalam bentuk persentasi
menggunakan software Autograph gunakanlah infocus (LCD)
dalam pelaksanaan pembelajaran dan pilih materi yang sulit
dijelaskan dengan manual..
e. Karena pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw memerlukan waktu yang relatif banyak,
maka dalam pelaksanaanya guru diharapkan dapat mengefektifkan
waktu dengan sebaik-baiknya terutama dalam hal mengerjakan
195
2. Kepada peneliti Lanjutan
Untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang
sejenis, maka peneliti memberikan saran :
a. Sebaiknya melakukan penelitian pada sekolah yang memiliki
fasilitas komputer yang memadai atau siswa sudah memiliki
laptop masing-masing artinya setiap siswa mendapatkan satu
komputer atau laptop. Tidak hanya fasilitas komputer, tetapi ada
sarana lain seperti infocus (LCD).
b. Perlu dilakukan penelitian yang berbeda, misalnya pada tingkat
sekolah menengah pertama. Dengan materi dan populasi penelitian
yang lebih banyak lagi.
c. Sebaiknya sebelum pelaksanaan dilakukan pengecekan sarana
yang ada, seperti infokus, komputer (laptop), dan pada saat
menginstal laptop siswa, peneliti melakukannya sebelum pelaksanaan
penelitian.
d. Perlu diteliti lebih lanjut masalah pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang menggunakan software Autograph apakah juga berperan
dalam meningkatkan kemampuan penalaran, problem solving dan
koneksi matematik.
e. Sebaiknya waktu penelitian dilakukan tidak berdekatan dengan
195
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, Vira. 2011. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematik Siswa dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Autograp. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Unimed Medan.
Ahmadi, R. 2009. Efektifitas Media software Autograph Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Pembelajaran Persamaan Garis Lurus di Kelas VIII SMPN 1 Tanjung Pura T.P. 2008/2009. Skripsi. Medan: Unimed.
Ansari, B. I. 2009. Konsep dan Aplikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan PeNA Banda Aceh Divisi Penerbitan.
Arends, Richard. 2008. Learning To Teach belajar Untuk Mengajar. Edisi ketujuh. Buku Dua: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Arsyad, A. 2008. Media Pengajaran, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Azwar, S. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baroody, Arthur J. 1993. Problem Solving, Reasoning, And Communicating, K-8 Helping Children Think Mathematically: Macmillan Publishing Company. New York.
Depdiknas., 2004. Permendikas Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Standar Isi Sekolah Dasar. Depdiknas .Jakarta.
Dewi, Izwita. 2009. Aspek-Aspek Komunikasi yang Diperlukan Dalam Komunikasi Matematika. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Unesa
196
Fauzi, M.A. 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagian di SD. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
Fauzi, A. 2011. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Dengan Pendekatan Pemebelajaran Metakognitif Di Sekolah Menegah Pertama. Disertasi UPI Bandung. Tidak Dipublikasikan.
Hidayat. 2009, Peningkatan Kemampuan komunikasi Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realitik.
Hasibuan, Ernita Sari. 2011. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa. Tesis. Program Pascasarjana Unimed Medan.
Imelda. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan Media Software Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemahaman Matematik Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Unimed Medan.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik: Pustaka Pelajar.
Karnasih, I. 2008. Paper Presented in International Worksop : ICT for teaching and Learning Mathematics, Unimed, Medan. (In Collaboration between UNIMED and QED Education Kuala Lumpur, Malaysia, 23-24 May 2008)
Liawati, I.S. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil dan Kemandirian belajar Matematika Siswa. (online) (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/04/kemandirian
belajar.html, diakses 29 Februari 2012).
Lie, Anita. 2002. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas: Grasindo.
197
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 1989. Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics. Reston. VA: NCTM.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston. VA: NCTM.
Nurcahyanti, Elly. 2011. Makalah Permasalahan Pendidikan di Indonesia Beserta solusinya. (online) (http://blog.elearning.unesa.ac.id/elly nurcahyanti/makalah -permasalahan- pendidikan-di-indonesia-beserta-solusinya, diakses 5 Juni 2012).
Nur. M, Wikandari.P.R & Sugiarto,B. (2000). Teori Belajar. Surabaya: Unesa. University Press.
Pramita, Joni. 2011. Siswa Indonesia Juara Umum Lomba Wizard at Mathematics International Competition (WiZMIC) di Lucknow. (online), umum-lomba- lucknow-india/, diakses 5 Juni 2012).
Puspendik. 2011. Survei Internasiona PISA. (online), (http://litbang.kemdikbud.go.id /detail.php?id=215, diakses 05 Juni 2012).
Rahmazaima. 2011. Contoh Matematika Alat Peraga, (online), (http://rahma zaima.blogspot.com/, diakses 6 Juli 2012).
Riduwan. 2004. Statistika Untuk Lembaga & Instansi Pemerintah/Swasta. Bandung: ALFABETA.
Russeffendi, E.T. 1998. Statistik Dasar Untuk Penelitian Pendidikan, Bandung: IKIP Bandung Press.
Sadiman, A. Raharjo, R., Haryono, A., dan Rahardjito. 2007. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.