i
PENGARUH CAR, NPF, NIM, FDR DAN PENGUNGKAPAN CSR TERHADAP ROA PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH
DI INDONESIATAHUN 2008-2012
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Manajemen
Minat Utama
Manajemen Keuangan Syariah
DisusunOleh ; BAKTI SRI RAHAYU
NIM S4111054
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
ii
PENGARUH CAR, NPF, NIM, FDR DAN PENGUNGKAPAN CSR TERHADAP ROA PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH
DI INDONESIA TAHUN 2008-2012
Disusun oleh : BAKTI SRI RAHAYU
NIM S4111054
Telah disetujui Pembimbing
Pada tanggal ...
Pembimbing
Prof. Dr. Hartono, M.S NIP. 19531221 198003 1 004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Manajemen
Prof. Dr. Hartono, M.S NIP. 19531221 198003 1 004
iii
ARUH CAR, NPF, NIM, FDR DAN PENGUNGKAPAN CSR TERHADAP ROA PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH
DI INDONESIA TAHUN 2008-2012
Disusun oleh : BAKTI SRI RAHAYU
NIM S4111054
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal ...
Ketua Tim Penguji : Prof. Drs.Djoko Suhardjanto,M.Com
(Hons) Ph.D., Ak .………. .
Anggota Penguji : Dr. Bandi. M.Si., Ak ………
Pembimbing :Prof. Dr. Hartono, M.S ………
Mengetahui,
Direktur PPS UNS Ketua program Studi
Magister Manajemen
Prof. Dr. Ir.Ahmad Yunus, M.S Prof. Dr. Hartono, M.S NIP.19610717198601 1 001 NIP. 19531221 198003 1 004
iv
PERNYATAAN
Nama : Bakti Sri Rahayu
NIM : S 4111054
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh CAR, NPF,
NIM, FDR dan Pengungkapan CSR terhadapROA pada Perbankan Umum
Syariah di Indonesia Tahun 2008-2012” adalah betul-betul karya saya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasidan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh atas tesis tersebut
Surakarta, 8 April 2014
Bakti Sri Rahayu
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji Syukur Alhamdullillah Pada Allah SWT, Atas Limpahan Rahmat
dan Karunianya mengiringi setiap perjuanganku menyelesaikan tulisan
ini.
Almarhum Bapakku, Bp. Subagyo yang selalu memotivasi dimasa
hidupnya dulu untuk selalu sabar dan selalu semangat
ditengah-keputusasaanku dalam menyelsaikan tulisan ini.
Ibuku terkasih atas doa dan dukungannya untuk keberhasilanku.
Suamiku yang telah banyak membeikan dukungan dan motivasi untuk
tidak putus asa dalam menyelesaikan tulisan ini.
Anak-anakku Aliim dan Hanum, yang telah menjadi inspirasi
semangatku untuk selalu berjuang menuju keberhasilanku.
Pembimbingku, yang teleh dengan sabar,memberikan bimbingan dan
masukan dalam tulisan ini, serta motivasi untuk selalu sabar dan
berusaha dalam keputusasaanku.
Teman-temanku di Politama, Himpaudi, dan di PKBM Kab.
Karanganyar trimakasih atas dukungannya.
vi
HALAMAN MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap. (Q.S : 94, Alam Nasyrah 6-8)
Keberhasilan adalah buah dari kesabaran (Penulis)
vii ABSTRAK
PENGARUH CAR, NPF, NIM, FDR DAN PENGUNGKAPAN CSR TERHADAP ROA PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI
INDONESIATAHUN 2008-2012 BAKTI SRI RAHAYU
NIM. S4111054
Penelitian dilaksanakan berdasar atas survei data sekunder, yaitu Laporan Tahunan (2008-2012) Perbankan Umum Syariah yang sudah berbentuk PT dan terdaftar di Bank Indonesia.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Financial to Deposit Ratio (FDR), danpengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Return On Asset (ROA) pada Perbankan Umum Syariah di Indonesia.Populasi yang digunakan adalah keseluruhan dari obyek yang diteliti. Adapun populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh PT.Perbankan Umum Syariah yang sudah terdaftar di Bank Indonesia.Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus sampling
dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis Statistika yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi uji-uji kenormalan data, uji-uji non-parametrik (Kruskal-Wallis), uji-uji-uji-uji model regresi linier ganda, yang meliputi uji t, uji F (Anova).Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Capital AdequacyRatio (CAR), Corporate Social Responsibility (CSR)berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset(ROA), R2adj43,83% ,sedangkan Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Financial to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh tidak nyata terhadap
Return On Asset(ROA).
Kata kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF),
Net Interest Margin (NIM), Financial to Deposit Ratio (FDR), Moderasi Corporate Social Responsibility (CSR)
viii
ABSTRACT
THE EFFECT CAR, NPF, NIM, AND PERFORMANCE CSR ON ROA FOR PERBANKAN UMUM SYARIAH INDONESIA DURING 2008-2012
BAKTI SRI RAHAYU NIM. S4111054
This research is based on survey to the secondair data from the Annual Report (2008 – 2012 ) of PT. Bank Syariah Umum that have been listed by Bank Indonesia. The aims of this research is to know the effect of Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Financial to Deposit Ratio (FDR), and Corporate Social Resposibility (CSR) on the effect on the Return On Asset (ROA) for Perbankan Umum Syariah Indonesia. The sampling technique of the research is done by sensus sampling method to obtain sample that adequate with the aims of the research. The population technique is the all of PT. Perbankan Umum Syariah that have been listed by Bank Indonesia. The analysis of the research is multiple Regression. The result shows that Capital Adequacy Ratio (CAR), Corporate Social Resposibility (CSR) significant effect on Return On Asset (ROA) and R2adjust43,83%.Non Performing
Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Financial to Deposit Ratio (FDR) no significant effect on Return On Asset ( ROA).
Key words : Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Financial to Deposit Ratio (FDR), Corporate Social Responsibility (CSR).
ix
KATA PENGANTAR
Subhanalloh walhamdulillah wa la illa ha illalloh wallohu akbar. Akhirnya
dengan ridho Alloh SWT penulis dapat menyelesaikan tesis ini dalam rangka
menyelesaikan studi pada Program Magister Manajemen di Universitas Sebelas
Maret.Dengan selesainya tesis ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. A Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan segala fasilitas pembelajaran.
2. Prof. Dr. Ir. Achmad Yunus, MS, selaku Pengelola Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan dan
sarana-sarana kepada penulis
3. Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan segala fasilitas
pendidikan dan pembelajaran di Fakultas Ekonomi
4. Prof. Dr. Hartono, MS, selaku Pembimbing, yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan dan saran-saran.
5. Staf Pengajar Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret yang telah benyak memberikan ilmu yang bermanfaat.
6. Bapak, Ibu, suami, anak-anak, serta handai taulan, yang telah memberikan
dorongan dan bantuan.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi mereka yang menaruh minat pada
masalah ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna sehingga
dengan segala kerendahan hati dan lapang dada penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.
Surakarta, 8 April 2014
Penulis,
Bakti Sri Rahayu
x DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Halaman persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman persetujuan Penguji ... iii
Halaman Pernyataan... iv
Halaman Persembahan………... v
Halaman Motto………... vi
Abstrak ... vii
Abstract ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xiv
Daftar Lampiran………. xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Orisinalitas Penelitian ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Syariah ... 15
B. Kinerja Keuangan……….. .... 19
C. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah ... 22
D. Profitabilitas ... 27
E. Capital Adequancy Ratio(CAR) ... 29
F. Non Performing Financial(NPF) ... 32
xi
H. Financial Deposit Ratio (FDR) ... 37
I. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 39
J. Islamic Social Reporting (ISR) ... 47
K. Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR) Terhadap Return On Asset (ROA) ... 56
2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Terhadap Return On Asset (ROA) ... 57
3. Pengaruh Net Interest Margin (NIM) Terhadap Return On Asset (ROA) ... 58
4. Pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) Terhadap Return On Asset (ROA) ... 59
5. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR),Terhadap Return On Asset (ROA)………. 60
6. Kerangka Pikir………. .... 61
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 62
B. Populasi dan Sampel ... 62
C. Jenis dan Sumber Data ... 63
1. Jenis Data ... 63
2. Sumber Data ... 64
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 65
1. Variabel Penelitian……… 64
a. Variabel Independen………. 64
b Variabel Dependen……… ... 64
2. Definisi Operasional Variabel……….. 65
a.Capital Adequancy Ratio (CAR)……….. 65
b.Non Performing Financing (NPF)……… 65
c. Net Interest Margin (NIM)……… 66
xii
e Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)… 67
f.Return On Asset (ROA)………... 67
E. Teknik dan Analisis Data ... 68
1. Uji Kenormalan Data ... 68
2. Uji Non Parametrik (Kruskal –Wallis) ... 69
3. Analisis Regresi Ganda ... 70
4. Uji t ... 71
5. Uji F………... 72
6. Koefisien Determinan (R2) ... 73
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum dan Deskriptif Data Obyek Penelitian . 1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 74
2. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 77
B. Proses dan Hasil Analisis ... 81
1. Uji Kenormalan Data ... 81
2. Uji Uji Kolmogorov – Smirnov……… ... 82
3. Uji Non Parametrik (Kruskal –Wallis) ... 86
4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 87
C. Pengujian Hipotesis ……… ... 89
1. Uji t………. .... 89
2. Uji F………... . 90
3. R2 (Koefisien Determinan)……… .. 91
D. Pembahasan………. ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 98
B. Implikasi Hasil Penelitian ... 99
C. Keterbatasan Penelitian……… .... 101
D. Agenda Penelitian Mendatang……… ... 102
Daftar Pustaka……….... 103
Lampiran ……….. 107
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Data BUS dan UUS sampai tahun 2012... 3
2 Pengungkapan Index CSR... ... 55
3 Rerata CAR, NPF, NIM, FDR,ROA ... …. 75
4 Hasil Analisis DeskrptifVariabel ... … 78
5 Uji Kruskal-Wallis ... … 87
6 Uji-t ………... ... … 89
7 Uji F ……… 91
8 R2 Koefisien Determinan ……… 92
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Skema Konseptual ... 61
2 Grafik kenormalan data CAR ... 83
3 Grafik kenormalan data NPF ... 83
4 Grafik kenormalan data NIM ... 84
5 Grafik kenormalan data FDR ………...………..……… 84
6 Grafik kenormalan data CSR ……….. 85
7 Grafik kenormalan data ROA ………….. ………....……... 85
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Data tansformasi………... 107
2 Hasil Analisis Data dengan menggunakan Minitab R 16 ... 108
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan syariah di Indonesia merupakan bagian Integral dari
perkembangan sebuah sistem perbankan nasional dalam kerangka Arsitektur
Perbankan Indonesia, yang merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan
Inonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk dan tatanan
industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan.
Arah kebijakan tersebut tentu dilandasi oleh sebuah misi untuk mencapai sistim
perbankan yang sehat,kuat dan efisien guna menciptakan kesetabilan sistim
keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan perekonomian
nasional.
Visi yang akan dicapai dari perkembangan perbankan syariah adalah
terwujudnya sistim perbankan syariah yang kompetitif,efisien dan memenuhi
prinsip kehati-hatian serta mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui
kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil, dalam rangka keadilan,
tolong- menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan masyarakat.
Pengembangan sistem perbankan berbasis Islam secara politis di Indonesia
juga diakui sebagai bagian dari upaya pembangunan nasional yaitu untuk
mencapai terciptanya masyarakaat adil dan makmur berdasarkan demokrasi
ekonomi. Hal ini antara lain ditandai dengan peran aktif pemerintah dalam
mengembangkan industri perbankan syariah yang diharapkan akan mampu
menjadi langkah awal bagi pengembangan sistem ekonomi yang berlandaskan
pada nilai keadilan dan kebersamaan, pemerataan dan kemanfaatan yang sesuai
dengan prinsip syariah.
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa
disebut dengan Bank Tanpa Bunga adalah lembaga keuangan/perbankan yang
beroperasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran dan
Hadist Nabi SAW,atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiaannya disesuaikan
dengan prinsip syariat Islam.
Pada tanggal 17 Juni 2008, DPR-RI telah mengesahkan Undang-Undang
Perbankan Syariah.Dengan diberlakukannya undang-undang yang memiliki pasal
khusus tentang pengaturan sistem perbankan syariah tersebut, maka semakin besar
peluang usaha bagi perbankan syariah untuk berkembang di
Indonesia.Undang-Undang baru ini diharapkan dapat meningkatkan akselerasi pertumbuhan
perbankan syariah menjadi lebih signifikan.
Perbankan syariah di Indonesia pertama kali muncul di tanggal 1 Mei 1992
yaitu sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI). Terbitnya UU No 10
tahun 1998 serta dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberikan ijin
untuk pembukaan bank syariah yang baru maupun pendirian Unit Usaha Syariah
(USS). Berikut tabel perkembangan pertumbuhan perkembangan bank umum
syariah di Indonesia.
Tabel 1
Data BUS dan UUS sampai tahun 2012
Tahun BUS UUS
1992 1 -
1999 2 1
2000 2 3
2001 2 3
2002 2 3
2003 3 6
2004 3 15
2005 3 19
2006 3 20
2007 3 26
2008 5 27
2009 6 25
2010 11 23
2011 11 24
2012 11 24
Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2012
Tingkat kinerja bank dapat dilihat dan dinilai laporan keuanga bank yang
bersangkutan.Laporan keuangan bank diharapkan dapat memberikan informasi
tentang kinerja keungan dan pertanggungjawaban manajemen bank kepada
seluruh stakeholder bank (Achmad dan Kusuno,2003).Penilaian terhadap kinerja suatu bank pada dasarnya dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan
bank. Berdasarkan laporan keuangan bank tersebut dapat diperoleh berbagai
informasi tentang posisikeuangan, aliran kas, dan informasi lain yang berkaitaan
rasio keuangan yang biasa digunakan sebagai dasar penilaian tingkat kinerja bank.
Informasi tentang kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait
baik oleh pihak perbankan sendiri maupun oleh pihak diluar bank seperti
(kreditur, investor dan nasabah) dan Bank Indonesia selaku pengawasan bank
untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian,
kepatuan terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu
Indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangn bank yang
bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung jumlah rasio
keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian penilaian tingkat kesehatan bank.
Hasil analisis keuangan akan dapat membantu menginterpestasikan berbagai
hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan
mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang (Almilia dan
Herdiningtyas, 2005)
Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, baik
pemerintah maupun pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi
keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan. Untuk menilai
kinerja keuangan perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu
CAMEL (Capital, Asset, Management,Earning dan Liquidity). Aspek capital
meliputi CAR, aspek asset meliputi NPF, aspek earning meliputi NIM dan BOPO
sedangkan aspek likuiditas meliputi FDR. Aspek-aspek tersebut dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan
bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan.
Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur
kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah Return On Equity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan Return On Asset (ROA) pada industri perbankan. Return On Asset (ROA) memfokuskan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedang Return On Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam
bisnis tersebut. Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran
kinerja perbankan.
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin
besar ROA menunjukan kinerja keuangan semakin baik karena tingkat kembalian
(return) semakin besar.
Kinerja keuangan perbankan syariah dapat dilihat dari rasio keuangan
bank seperti rasio Capital Adequasy Ratio (CAR), Non Performinf Financing
(NPF), Net Interest Margin (NIM), Financial Deposit Ratio (FDR).
Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko
misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva
produktif yang berisiko. Jika CAR tinggi (sesuai ketentuan Bank Indonesia
sebesar 8 %) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank dan
keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup
besar pada profitabilitas Bank (ROA) tersebut (Dendawijaya,2003).
Rasio NPF digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank Risiko kredit yang
diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank yang diakibatkan
ketidakpastian dalam pengembaliannya atau akibat dari tidak dilunasinya kembali
kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur (Hasibuan,2007). Semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar dan menyebabkan kerugian, sebaliknya
jika semakin rendah NPF maka laba atau profitabilitas bank (ROA) tersebut akan
semakin meningkat.
Rasio NIM mencerminkan rasio pasar yang timbul akibat berubahnya
kondisi pasar dimana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2007). Rasio
NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam
menyalurkan kredit, mengikat pendapatan bank juga tergantung dari selisih bunga
kredit yang disalurkan. Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank maka
akan meningkat pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank,
sehingga profitabilitas bank (ROA) akan meningkat.
Rasio FDR digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta
dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan.FDR adalah rasio antara seluruh
jumlah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang
disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika Bank tidak mampu
menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan
menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2004).
Hasil penelitian Mawardi (2005), Suyono (2005), Aswir (2006) dan
Merkusiwati (2007) mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On asset (ROA) menunjukkan pengaruh yang signifikan. Non Performing Financing (NPF) menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. Tingkat
kesehatan pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi pencapaian laba bank (Suhada
2009). NPF mencermikan risiko pembiayaan semakin tinggi rasio ini
menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.Pengelolaan
pembiayan sangat diperlukan, mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyumbang
pendapatan terbesar bagi bank syariah.Net Interest Margin (NIM) yaitu selisih pendapatan bunga dengan biaya bunga. Dengan demikian besarnya NIM akan
mempengaruhi laba rugi bank yang akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut.
Penelitian yang dilakukan Mawardi (2005) dan Sudarini (2005) menunjukkan
hasil bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA, sementara menurut
penelitian syarifudin (2005) dan Suyono (2005) memperlihatkan hasil bahwa NIM
berpengaruh negatif dan tidak signifikant terhadap ROA.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu poerusahaan yang sesuai dengan isi pasal 74
Undang-Undang perseroan terbatas No. 40 tahun 2007. Undang-undang tersebut
mewajibkan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dibidang/berkaitan
dengan sumber daya alam melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Dalam pasal 66 ayat 2c Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007
juga dinyatakan bahwa semua perusahaan wajib melaporkan pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkuan dalam laporan tahunan.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan pengaplikasian berupa kepedulian perusahaan dalam menyisihkan sebagian keuntungannya bagi
kepentingan pembangunan manusia dan lingkunga, serta CSR dilaksanakan secara
berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan professional. Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bagian dari strategis bisnisnya. Penelitian Basalamah dan Jermais (2005) dalam Yuniasih dan Wirakusuma (2008) menunjukkan bahwa
salah satu alasan manajemen melakukan pelaporan sosial adalah untuk alasan
stategis. Di Indonesia, wacana tentang tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di
kalangan perbankan juga sudah cukup berkembang. Kepedulian sosial perbankan
mulai tampak nyata. Fungsi sosial dari Bank Syariah itu sendiri sesuai dengan UU
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Selain menjalankan bisnis
Perbankan, Bank syariah juga diperbolehkan menjalankan fungsi sosial yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah atau dana sosial lainnya
dan menyalurkannya kepada organisasi-organisasi penyalur zakat, waqaf uang,
serta dana CSR. Selain perkembangan yang sangat pesat, perlu diketahui bahwa
dalam pelaksanaannya banyak tantangan yang harus dihadapi agar perbankan
syariah mampu menjaga kestabilan kualitasnya dan berdiri kokoh.
Perkembangan saat ini menunjukkan bahwa perbankan syariah telah
diterima oleh masyarakat dan harus terus ditingkatkan melalui kegiatan-kegiatan
sosial agar legitimasi bank syariah di tengah-tengah masyarakat terus diakui.
Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyampaikan aktivitas
sosialnya (CSR) adalah dengan melakukan pengungkapan (disclosure) pada laporan tahunan.
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Return on Asset (ROA) sebagai proksi dari kinerja keuangan bank memrikan hasil antara lain sebagai
berikut.
Hasil penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap menunjukkan hasil yang berbeda-beda.Hasil penelitian Werdaningtyas
(2002) menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Mawardi (2005) yang menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA).
Penelitian mengenai pengaruh Non Performing Loan/Financing (FDR) menurut Mawardi (2005) menunjukkan bahwa Non Performing Loan/Financing
(FDR) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA) berbeda dengan penelitian Supatra (2007) yang menunjukkan bahwa Non Performing Loan/Financing (FDR) berpengaruh positif terhadap Return On Asset
(ROA).
Penelitian mengenai Net Interest Margin (NIM) menurut hasil penelitian Mawardi (2005) menunjukkan bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Syarifudin (2005) dan Suyono (2005) memoerlihatkan hasil
bahwa Net Interest Margin (NIM) berpegaruh negatif tidak signifikan terhadap
Return On Asset (ROA).
Penelitian mengenai Financing/Loan Deposit Ratio (FDR) menurut hasil penelitian Werdaningtyas (2005) menunjukkan bahwa Financing/Loan Deposit Ratio (FDR) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA), berbeda dengan penelitian Suyono (2005) dan Mahardian (2008) yang
menunjukan bahwa Financing/Loan Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Mengingat industri perbankan syariah di dunia termasuk di Indonesia dan
Malaysia saat ini sedang tumbuh dengan cukup pesat, ditambah dengan isu
praktek dan pengungkapan CSR yang makin marak, maka penting dilakukan
penelitian mengenai praktek pengungkapan tanggungjawab sosial (social disclosure) pada bank syariah di Indonesia ditinjau dari perspektif yang sesuai dengan kaidah Islam yaitu Islamic Social Reporting (ISR)
Berdasarkan materi dan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh CAR, NPF,
NIM, FDR dan Pengungkapann CSR Terhadap ROA Pada Perbankan Umum Syariah di Indonesia”
B. Rumusan Masalah
Hasil penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh CAR, NPF,NIM,FDR
terhadap ROA masih banyak pada perbankan konvensional, pengungkapan CSR sebagai salah satu indikator yang mempunyai peran terhadap perolehan laba
perbankan karena CSR sebagai bentuk pengungkapan sosial bisnis yang dapat
mempengaruhi masyarakat untuk berinvestasi maupun menggunakan jasa
perbankan syariah.Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh kinerja
keuangan perbankan syariah yang meliputi rasio CAR, NPF,NIM,FDR dan
pengungkapan CSR terhadap profitabilitas bank (ROA). Oleh karena itu pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Financing (NPF),
Net Interest Margin(NIM),Financial to Deposit Ratio (FDR)berpengaruh terhadap Return On Asset(ROA)pada perbankan umum syariah di Indonesia ? 2. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh
terhadap Return On Asset(ROA)pada perbankan umum syariah di Indonesia ?
C. TujuanPenelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Financial to Deposit Ratio (FDR ) terhadap Return On Asset (ROA) pada perbankan umum syariah di Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Return On Asset ( ROA) pada perbankan umum syariah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari tujuan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap
bahwa penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data yang
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan membutuhkannya. Adapun
penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna sebagai berikut:
1. Kegunaan Akademis
a. Bagi Pengembangan Manajemen Keuangan Syariah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
keilmuan di bidang manajemen keuangan syariah dan memberikan
referensi tentang keterkaitan pengaruh kinerja keuangan dan
pengungkapan CSR terhadap profitabilitas pada lembaga perusahaan Bank
Umum Syariah di Indonesia.
b. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberitambahan pengetahuan dan
dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji dalam
bidang yang sama.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman
khususnya mengenai kinerja keuangan perbankan syariah, profitabilitas
perbankan syariah dan pengungkapan CSRbank syariah di Indonesia.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Perbankan Syariah di Indonesia
Diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan atau saran dalam
meningkatkan kinerja keuangan perbankan syariah untuk mendapatkan
penilaian yang baik berdasarkan kinerja keuangganya, khususnya dengan
melibatkanCorporate Social Responsibility(CSR) dalam aktivitas kegiatan sosialnya sehingga berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan profitabilitas
pada perbankan syariah di Indonesia.
b. Bagi Nasabah
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi mengenai kondisi dan
kredibilitas perbankan syariah kaitannya dengan perannya di lingkungan dan
masyarakat dengan aksi kegiatan sosialnya serta pengaruhnya terhadap
kinerja perbankan syariah yang berdampak pada keunungan dan manfaat
bagi nasabah.
E. Orisinalitas Penelitian
Penelitian tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap profitabilitas telah
banyak dilakukan namun sebagian besar masih pada obyek penelitian pada
perbankan konvensional yang sudah go public diantaranyaoleh Mawardi (2005), Suyono (2005), Aswir (2006), Merkusiwati (2007) Werdaningtyas(2002),Diana
Puspitasari (2009). Sementara untuk penelitian yang mengkaji tentang keuangan
dan perbankan syariah masih terbatas pada penunjukan pada salah satu bank
syariah misalnya penelitian Novianto (2007), Imam M (2012), Edhi dan M.
Syaicu (2013). Berdasarkan referensi dari beberapa penelitian tersebut di atas
peneliti tertarik untuk meneliti hal-hal yang berkaitan dengan keuangan dalam
perbankan syariah di Indonesia khususnya untuk Bank Umum Syariah yang sudah
berbentuk Perseroan Terbatas. Penelitian ini memfokuskan pada kinerja
keuangan perbankan syariah dengan melibatkan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
Penelitian ini akan lebih menekankan pada unsur kinerja keuangan dengan
melibatkan rasio keuangan yang berkaitan secara eksplisit dengan pembiayaan dalam perbankan syariah sering diistalahkan dengan Mudharobah, yaitu dengan melibatkan rasio keuangan yang berhubungan dengan pembiayaan meliputi
Performing Financing (NPF),Net Interest Margin(NIM) danFinancial to Deposit Ratio (FDR). Tentang kinerja keuangan perbankansyariah terutama berkaitan dengan profitabilitas perbankan syariah masih sangat terbatas, sebagian besar para
peneliti lain masih banyak memfokuskan pada penilaian kinerja perbankan
konvensionalsaja.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya dalah peneliti
melibatkan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Karena dalam aspek pembiayaan dan penyertaan modal pihak ke tiga dalam perbankanakan
mempengaruhi persepsi masyarakatsehingga sangat penting untuk diamati dan
dijadikan sebagai salah satu unsur dalam penelitian ini kaitannya dengan tingkat
profitabilitas perbankan syariah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Syariah
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait
dengan komoditas, antara lain sebagai berikut:
a. Memindahkan uang.
b. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran.
c. Mendiskonto surat wesel, surat order, maupun surat berharga lainnya.
d. Membeli dan menjual surat-surat berharga.
e. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang.
f. Memberi jaminan bank.
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syari‟ah adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa
disebut dengan Bank Tanpa Bunga adalah lembaga keuangan/perbankan yang
beroperasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran dan
Hadist Nabi SAW. Atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiaannya disesuaikan
dengan prinsip syariat Islam.
Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank
Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari‟ah Islam. Bank Islam
adalah:
(1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari‟ah Islam, dan
(2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan
Al-Quran dan Hadist.
Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam
memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank
Syari‟ah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan
antara bunga bank dengan riba. Bank Islam lahir di Indonesia, yang gencarnya
pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No.7 tahun
1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 dalam
bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau bank
syari‟ah.
Perkembangan perbankan syariah di beberapa Negara Islam di dunia
memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan bank syariah di
Indonesia. Hal ini terbukti pada awal 1980 an telah banyak didiskusikan tentang
keberadaan bank syariah ebagai alternatif perbankan yang berbasis syariah
sekaligus juga sebagai penopang kekuatan ekonomi islam di Indonesia.
Pembentukan bank syariah di Indonesia diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) melalui lokakarya tentang bunga bank. Lokakarya tersebut mengasilkan
terbentuknya sebuah tim perbankan yang bertugas melakukan pendekatan dan
konsultasi manfaat bank syariah. Hal inilah yang memprakarsai berdirinya PT
Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991.
Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti bank konvensional
yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan dengan
meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha atau kegiatan
lainnya yang sesuai, akan tetapi perbedaan terdapat pada prinsip pelaksanaannya
yaitu berdasarkan prinsip hukum Islam yang melarang unsure-unsur di bawah ini.
a. Perniagaan atas barang-barang haram.
b. Bunga (riba).
c. Perjudian atau spekulasi yang disengaja (maisir).
d. Ketidakjelasan dan manipulatif.
Menurut Antonio (2001) prinsip-prinsip bank syariah sebagai
berikut:
a. Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh Bank Islam
untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk
menyimpan dananya dalam bentuk al-Wadiah.
b. Bagi hasil (syirkah)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha
antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat
terjadi antar bank dengan penyimpanan dana, maupun antara bank dengan
nasabah penerima dana.
c. Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas
nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan.
d. Prinsip Sewa (al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada dua jenis, yaitu yang pertama
Ijarah, sewa murni, seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk
lainnya.Yang kedua Bai‟al takjiri merupkan penggabungan sewa dan beli,
diman si penyewa memunyai hak untuk memliki barang pada akhirnya masa
sewa.
e. Prinsip Jasa/fee (al-Ajr walumullah)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayan yang diberikan bank.
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, kliring,
Jasa dan lain-lain.
Prospek perkembangn produk bank syariah masih terbuka lebar, jika bank
syariah melakukan kajian mendalam untuk pengembangan produk baru di bidang
perbankan , bank harus memunculkan inovasi dalam membuat produk-produk
baru. Pemahaman akan produk (product knowledge) dan skim-skim syariah menjadi dasar dalam pengembangan produk bank syariah. Minimnya pengetahuan
mengenal aspek fiqh dalam perbankan syariah juga menjadi salah satu kendala
dalam pengembangan produk di bank syariah. Berdasarkan perkembangan
perkembangan secara nasional maka ada kecenderungan ke depan trennya adalah
kepeminjaman konsumen. Disisi lain pemberian pinjaman kepada kelompok
UKM (Usaha Kecil Menengah) juga menjadi salah satu pilihan karena hal ini
dapat mengurangi risiko kemacetan kredit yang biasanya disebabkan oleh
debitur-debitur besar, jika satu debitur-debitur besar mengalami kemacetan maka akan
mempengaruhi posisi CAR suatu bank secara signifikan.
Mengingat pentingnya perkembangan bank syariah di Indonesia, maka
pihak perbankan syariah di Indonesia perlu meningkatkan kinerjanya agar tercipta
perbankan dengan prinsip syariah yang sehat. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja keuangan bank.
B . Kinerja Keuangan
Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah kuantifikasi dari keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu. Kinerja bank
secara umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh bank dalam
operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan
bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan
dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan.
Kinerja perusahaan dapat di ukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan
keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali
di gunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa
depan dan hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran
dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai
perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin di kendalikan di masa
depan. Informasi fluktuasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, disamping
itu informasi tersebut juga dapat berguna dalam perumusan pertimbangan tentang
efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
Rasio merupakan alat ukur yang digunakan dalam perusahaan untuk
menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan
menggunakan alat analisa yang berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan
memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik dan buruknya keadaan
atau posisi keuangan dari suatu periode ke periode berikutnya.
Kinerja keuangan dapat dinilai melalui beberapa variabel atau indikator
antara lain melalui laporan keuangan. Berdasarkan laporan keuangan dapat
dihitung sejumlah rasio keuangan yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian
kinerja keuangan (Merkusiwati, 2007), penilaian kinerja keuangan bagi
manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai.
Dalam hal ini laba dapat dijadikan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai
dalam suatu perusahaan. Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi
laba atau return suatu bank. Seluruh manajemen suatu bank baik yang mencakup manajemen permodalan (CAR), Manajemen kualitas aktiva (NPF), Manajemen
rentabilitas (NIM), dan manajemen likuiditas (FDR) pada akhirnya mempengaruhi
dan bermuara pada perolehan laba atau return perusahaan perbankan (Puspitasari, 2009). Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada
suatu periode tertentu dimana informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di
masa lalu sering dipakai dasar untuk memprediksin posisi keuangan dan kinerja
dimasa depan. Penilaian kinerja keuangan bank dapat dinilai dengan pendekatan
analisa rasio keuangan dari semua laporan keuangan yang dilaporkan dimasa
depan (Febriyani dan Zulfadin, 2003).
Penilaian kinerja keuangan perbankan dimaksudkan untuk menilai
keberhasilan manajemen didalam mengelola suatu badan usaha. Penilaian ini
dapat dipoksi dengan (Achmad dan Kusuno, 2003):
a. Idikator Financial Ratio,
b. Ketentuan penilaian kesehatan perbankan (peratuaran Bank Indonesia), dan
c. Fluktuasi harga saham.
Dalam riset-riset yang berkaitan dengan penilaian kinerja keuangan
perbankan pada umumnya peneliti dalam memilih proksi kinerja perusahaan
berdasarkan pertimbangan (Achmad dan Kusuno, 2003):
a. Hasil-hasil riset sejenis pada masa sebelumnya
b. Menggunakan tolak ukur yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang.
c. Kelaziman dalam praktek.
d. Mengembangan model pengukuran melalui pengujian secara statistik untuk
memilih tolak ukur yang sesuai dengan ujuan risetnya.
C. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik
pemilik, manajemen, masyarakat pengguna jasa bank dan pemerintah dalam
hal ini Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan perbankan, karena
kegagalan dalam industri perbankan akan berdampak buruk pada
perekonomian Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian
terhadap faktor-faktor sebagai berikut:
1) Permodalan (Capital).
2) Kualitas Asset (Asset Quality). 3) Manajemen (Management)
4) Rentabilitas (Earning), dan
5) Likuiditas (Liquidity).
Bank syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib memelihara tingkat kesehatan yang meliputi sekurang-kurangnya mengenai kecukupan modal, kualitas asset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas manajemen yang menggambarkan kapabilitas dalam aspek keuangan, kepatuhan terhadap prinsip syariah dan prinsip manajemen Islami, serta aspek lainnya yang berhubungan dengan usaha Bank Syariah dan UUS (UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah)
2. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia untuk menggunakan
bank syariah masih terbilang belum banyak, maka perlu adanya sosialisasi
kepada masyarakat mengenai keberadaan bank syariah. Selain itu perlu juga
adanya penilaian tingkat kesehatan bank syariah agar masyarakat mengetahui
kinerja suatu bank syariah. Bank yang sehat adalah bank yang mampu
menjalankan usahanya dengan lancar, sanggup memenuhi kewajibannya dan
menjamin dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank tersebut aman
serta mampu mengembangkan sumber daya yang sudah dipercayakan pemilik
pada manajemen.
Menyadari pentingnya kesehatan bank bagi pembentukan kepercayaan
dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam
dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menerapkan aturan
tentang kesehatan bank. Dengan adanya aturan tentang kesehatan bank ini
perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga tidak merugikan
masyarakat yang berhubungan dengan bank. Aturan tentang kesehatan bank
yang diterapkan oleh bank Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan
bank, mulai dari penghimpunan dana sampai pada penggunaan dan penyaluran
dana.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 9/1/2007 yang diakses dari
http://www.bi,go.id tentang sistim penilaian tingkat kesehatan bank syariah.
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi kinerja suatu bank atau UUS melalui:
1) Penilaian kuantitatif dan kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap risiko pasar. 2) Penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen.
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan untuk menilai tingkat
kesehatan bank adalah melalui analisis rasio keuangan dari faktor permodalan,
kualitas aset, Rentabilitas dan Likuiditas.
3. Faktor-Faktor untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank.
a. Faktor Permodalan (Capital)
Modal merupakan faktor yang penting dalam rangka pengembangan usaha
dan untuk menampung resiko kerugiannya. Modal berfungsi untuk
membiayai operasi, sebagai instrument untuk mengantisipasi rasio dan
sebagai alat untuk ekspansi usaha. Penelitias aspek permodalan suatu bank
lebih dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank
tersebut lebih memadai untuk menunjang kebutuhan (Merkusiwati, 2007).
Menurut peraturan Bank Indonesia No.9/1/PBI/2007 tentang sistim
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum berdasarkan prinsip syariah “
Penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal bank
dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur
risiko yang akan muncul”. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan
untuk menilai faktor permodalan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarka surat edaran BI No. 9/24/DPbs/2007 tujuan rasio CAR adalah
untuk mengukur kecukupan modal bank dalam menyerap kerugian dan
pemenuhan ketentuan CAR yang belaku. Bank wajib memelihara rasio
kewajiban penyediaan modal minimum.
b. Faktor Kualitas aset ( Asset Quality)
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi aset bank
kecukupan manajemen risiko kredit (Bank Indonesia, 2004). Aspek ini
menunjukkan kualitas aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi
bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang
berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai
kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitas yaitu apakah lancar,
kurang lancar, diragukan atau macet. Pembidaan tingkat kolektibilitas
tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya cadangan minimum
penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh bank untuk
memutupi risiko kemungkinan kerugian terjadi (Kuncoro, 2002).
Dalam penilitian ini rasio yang digunakan untuk menilai faktor kualitas
aset adalah rasio Non Performing Financing (NPF). Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank termasuk antisipasi atas
resiko gagal bayar dari pembiayaan/kredit yang akan mincul. Berdasarka
surat edaran BI No. 9/24/DPbs/2007 tujuan dari rasio NPF adalah untuk
mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank.
Semakin tinggi rasio NPF, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah
semakin buruk..
c. Faktor Rentabilitas (Earnings)
Penilaian Earning dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi dan
kemampuan earning atau rentabilitas bank dalam mendukung kegiatan
operasional dan permodalan. Earning digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menetapkan harga yang mampu menutup seluruh
biaya. Laba memungkinkan bank untuk bertumbuh, laba yang dihasilkan
secara setabil akan memberikan nilai tambah (Bank Indonesia, 2004).
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat ukur untuk menguku tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.
Selain itu rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur
tingkat kesehatan bank (Dendawijay, 2003). Dalam penelitian ini rasio
rentabilitas yang digunakan adalah Net Interest margin (NIM). NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga terhadap rata-rata aktiva
produktif. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari pi jaman
yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang
dikumpulkan. Untuk dapat meningkatkan perolehan NIM maka perlu
menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan oleh bank
kepada masing-masing sumber dana yang bersangkutan. Secara
keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh bank akan mementukan berapa
porsen bank harus menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada
nasabah untuk memperoleh pendapatan netto bank. Dalam hal ini tingkat
suku banga menentukan NIM. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya
pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia dan
Herdiningtyas, 2005).
d. Faktor Likuiditas (Liquidity)
Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank
dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan
manajemen risiko likuiditas (Bank Indonesia, 2004). Analisis Likuiditas
dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut
mampu membayar utang-utangnya dan membayar kembali kepada
deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa
terjadi penangguhan (Merkusiwati, 2007). Ketersediaan dana dan sumber
dana bank pada saat ini dan dimasa yang akan datang, merupakan
pemahaman konsep likuiditas dalam indicator ini. Pengaturan likuiditas
terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi
kewajiban-kewajibannya yang harus segera dibayar (Kuncoro, 2002). Dalam
penelitian ini rasio yang digunakan untuk menilai faktor likuiditas adalah
rasio Financing to Deposit Ratio (FDR). Semakin tinggi rasio FDR akan memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan bank yang
bersangkutan hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan
untuk pembiayaan menjadi semakin besar.
D. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva ataupun modal sendiri (Sartono
2001).Rasio profitabiitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan.Profitabilitas begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien atau tidak.Efisiensi sebuah usaha baru bisa diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan
(Kuncoro, 2002). Pencapaian laba merupakan indikator yang dominan karena
hasil akhir kinerja operasi usaha selalu mengarah kepada laba bersih sebelum
pajak yang tinggi Karena semakin tinggi laba perusahaan semakin fleksibel
perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya.
Manajemen Perkreditan (1996), Profitabilitas Perbankan adalah suatu
kesanggupan atau kemampuan bank dalam memperoleh laba. Masalah
profitabilitas atau pendapatan bagi bank merupakan masalah penting karena pendapatan bank ini menjadi sasaran utama yang harus dicapai sebab bank
didirikan untuk mendapatkan profit/laba.Laba ini menjadi kunci utama pendukung
kontinuitas dan perkembangan bank bersangkutan. Laba yang diperoleh dari
kegiatan perkreditan itu berupa selisih antara biaya dana dengan pendapatan
bunga yang diterima dari para debitur. Laba merupakan tujuan utama dari suatu
bank sehingga harus benar-benar diperhatikan secara serius. Dalam penelitian ini
menggunakan Return On Asset (ROA).
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena bank Indonesia Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan
nilai profitabilitas suatu bank, diukur dengan asset yang danaya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat (Dendawijaya, 2005).ROA digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahan menghasilkan laba secara keseluruhan.Semakin
besar ROA suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin membaik pula posisi bank tersebut dari sisi penggunaan
aset.Rasio ini dapat dituliskan dengan rumus formula sebagai berikut:
ROA =
x 100 %
Di Indonesia Bank Indonesia menetapkan angka ROA ≥ 2 % agar sebuah bank
dapat dikatakan sehat.
Return On Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya.
Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun modal sendiri. Jadi hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur
ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan
yang diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan.
E. Capital Adequancy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.
Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk
menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko.Jika nilai
CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.Capital Adequacy Ratiomenurut Dendawijaya (2005) adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank, seperti
dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain – lain. CAR merupakan indikator
terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.
Ratio CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan
bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta
menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional
bank. Semakin besar rasio tersebut akan semakin baik posisi modal (Achmad dan
Kusuno, 2003). Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal
2 ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset
tertimbang menurut risiko (ATMR), CAR adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal
sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank (PBI,
2008). Ratio merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank
dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung
kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Semakin
besar rasio tersebut akan semakin baik posisi modal (Achmad dan Kusuno, 2003).
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1
tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset
tertimbang menurut risiko (ATMR).
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan
pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana
dari sumber-sumber diluar bank (PBI, 2008).
Capital AdequacyRatio adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi,
dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap
besarnya modal (Almilia, 2005). Perhitungan Capital AdequacyRatiodidasarkan pada prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan
jumlah modal sebesar persentase tertentu terhadap jumlah penanamannya. Sejalan
dengan standar yang ditetapkan Bank of International Settlements (BIS), seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum
sebesar 8% dari ATMR (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Rumus Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai berikut:
Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional
dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai
akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.
F. Non Performing Financial (NPF)
Menurut Kamus Bank Indonesia, Non Performing loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Termin NPL
diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah. Luh Gede
Meydianawathi (2007) menyatakan bahwa NPLmenunjukkan kemampuan
kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan
oleh bank sampai lunas. NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah
(dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang
dikeluarkan bank. NPL mempunyai hubungan negatif dengan penawaran
kredit.Oleh kebanyakan bank sentral, kredit bermasalah dikategorikan sebagai
aktivaproduktif bank yang diragukan kolektabilitasnya. Untuk menjaga keamanan
dana para deposan, bank sentral mewajibkan bank umum menyediakan cadangan
penghapusan kredit bermasalah. Dengan demikian, semakin besar jumlah saldo
kredit bermasalah yang dimiliki bank, akan semakin besar jumlah dana cadangan
yang harus segera disediakan, serta semakin besar pula biaya yang harus mereka
tanggung untuk mengadakan dana cadangan itu. Sudah barang tentu hal ini
mempengaruhi profitabilitas usaha bank yang bersangkutan.
Sebuah bank yang dirongrong oleh kredit bermasalah dalam jumlah besar
cenderung menurun profitabilitasnya.Return on Assets (ROA) yang merupakan salah satu tolok ukur profitabilitas mereka akan menurun (Sutojo, 2008). Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah Non Performing Financial (NPF) pada perbankan syariah merupakan kredit
bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi
bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana.Pendapatan terbesar suatu bank berasal dari pendapatan bunga
atas kredit yang diberikan kemasyarakat dan sumber dana terbesar suatu bank juga
berasal dari masyarakat atau Dana Pihak Ketiga (DPK), sehingga aktivitas
penghimpunan dana masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan kemudian
menyalurkan dana tersebut kembali kemasyarakat dalam bentuk kredit merupakan
aktivitas atau fungsi utama suatu bank.
Kredit yang diberikan kemasyarakat bukannya tidak berisiko gagal atau
macet.Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan
bahwa rasio kredit bermasalah (NPL/NPF) adalah sebesar 5%. Rumus
perhitungan NPF adalah sebagai berikut:
NPF =
x 100%
beberapa hal yang mempengaruhi atau dapat menyebabkan naik turunnya NPF
suatu bank, diantaranya dalah sebagai berikut:
a. Kemauan atau itikad baik debiturKemampuan debitur dari sisi financial untuk
melunasi pokok dan bunga pinjaman tidak akan ada artinya tanpa kemauan
dan itikad baik dari debitur itu sendiri.
b. Kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia.
Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi tinggi rendahnya NPL suatu
perbankan, misalnya kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM akan
menyebabkan perusahaan yang banyak menggunakan BBM dalam kegiatan
produksinya akan membutuhkan dana tambahan yang diambil dari laba yang
dianggarkan untuk pembayaran cicilan utang untuk memenuhi biaya produksi
yang tinggi, sehingga perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam
membayar utang-utangnya kepada bank. Demikian juga halnya dengan PBI,
peraturan-peraturan Bank Indonesia mempunyai pengaruh lansung maupun
tidak lansung terhadap NPL suatu bank. Misalnya BI menaikan BI Rate yang
akan menyebabkan suku bunga kredit ikut naik, dengan sendirinya
kemampuan debitur dalam melunasi pokok dan bunga pinjaman akan
berkurang.
c. Kondisi perekonomian
Kondisi perekonomian mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kemampuan debitur dalam melunasi utang-utangnya. Indikator-indikator
ekonomi makro yang mempunyai pengaruh terhadap NPL diantaranya adalah
sebagai berikut:
Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga secara menyeluruh dan terus menerus.Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan kemampuan debitur untuk melunasi utang-utangnya
berkurang.
Kurs rupiah
Kurs rupiah mempunayai pengaruh juga terhadap NPL suatu bank karena aktivitas
debitur perbankan tidak hanya bersifat nasioanal tetapi juga internasional.
Ketua Umum Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) Ahmad
Riawan Amin menilai, peningkatan rasio NPF industri perbankan syariah
merupakan imbas dari ekonomi dunia yang belum pulih.Sekarang, pertumbuhan
di sektor riil melambat.Itu menyebabkan penyaluran pembiayaan ikut tersendat.
Penyaluran pembiayaan baru yang seret serta buruknya kualitas pembiayaan yang
ada otomatis meningkatkan persentase NPF.
Perlambatan penyaluran pembiayaan, bisa dilihat dari menurunnya
financing to deposit ratio (FDR) perbankan syariah.Tahun-tahun sebelumnya FDR selalu di atas 100%, sekarang posisinya di bawah 100%.
Menurut data BI, FDR perbankan syariah hanya 99,71%. Masih menurut
data yang sama, perbankan syariah selalu mencatatkan FDR di atas 100% sejak
Maret 2008.
Cara termudah memperbaiki NPF adalah memperbesar lagi penyaluran
pembiayaan.Tapi, pendekatan ini harus diimbangi dengan memperbaiki kualitas
pembiayaan bermasalah yang ada.Dalam kondisi sekarang perbankan jangan
hanya memperhatikan peningkatan segi bisnis saja, tetapi juga harus melakukan
pengawasan yang optimal. Jangan sampai, bankir mengabaikan prinsip
kehati-hatian sehingga rasio NPF naik.
G. Net Interest Margin (NIM)
Pengertian marjin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) adalah ukuran perbedaan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank atau
lembaga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi
pinjaman mereka (misalnya, deposito), relatif terhadap jumlah mereka (bunga
produktif ) aset. Hal ini mirip dengan margin kotor perusahaan non-finansial.
Hal ini biasanya dinyatakan sebagai persentase dari apa lembaga keuangan
memperoleh pinjaman dalam periode waktu dan aset lainnya dikurangi bunga
yang dibayar atas dana pinjaman dibagi dengan jumlah rata-rata atas aktiva tetap
pada pendapatan yang diperoleh dalam jangka waktu tersebut (yang produktif
rata-rata aktiva).
Margin bunga bersih mirip dalam konsep untuk menyebarkan bunga
bersih, namun penyebaran bunga bersih adalah selisih rata-rata nominal