• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 Di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi Widarti S811108056

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 Di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi Widarti S811108056"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 4 PURWODADI

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

O l e h : Widarti NIM: S811108056

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 4 PURWODADI

Oleh : Widarti S811108056

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. (Em). Dr. Sri Yutmini, M. Pd. NIP.

...

Pembimbing II Prof. Dr. Samsi Haryanto, M. Pd NIP. 194404041976031001

...

Mengatahui

Ketua Program Studi Tekonologi Pendidikan

(3)

commit to user

iii

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 4 PURWODADI

Oleh: Widarti S811108056

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd

NIP. 19430712 197301 1 001

...

Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

NIP. 19661108 199004 2 001

...

Anggota Penguji 1. Prof. (Em). Dr. Sri Yutmini, M. Pd. ...

Anggota Penguji 2. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M. Pd

NIP. 194404041976031001 ...

(4)

commit to user

iv

Nama : Widarti NIM : S811108056

PENGELOLAAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS 6 DI SEKOLAH DASAR

NEGERI 4 PURWODADI adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Okober 2012

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)

(6)

commit to user

vi

Tesis ini kupersembahkan kepada:

Almamater yang memberikan ilmu dan pengetahuan

Suamiku yang selalu setia memberikan dukungan

(7)

commit to user

vii

Puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu ya Allah atas rahmat, nikmat dan

penyertaan, tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun sebagai

salah satu persyaratan dalam mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi

Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan dorongan,

bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat selesai.

Perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus M.S Selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode Tahun 2012.

3. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi.

4. Dr Suharno, M.Pd selaku sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan pada

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi.

5. Prof. (Em). Dr. Sri Yutmini, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,

petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat

(8)

commit to user

viii

meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,

petunjuk serta arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat

terselesaikan.

7. Para dosen Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada penulis.

8. Karyawan kantor Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah melayani administrasi dengan baik untuk keperluan penyusunan

tesis.

9. Kepala sekolah, guru, dan siswa SD Negeri 4 Purwodadi yang telah berkenan

memberi ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.

10.Keluarga SD Negeri 3 Genuksuran dan SD Negeri 1 Karanganyar yang selalu

memberikan kesempatan.

11.Rekan-rekan mahasiswa Program studi Teknologi Pendidikan dan segenap

pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian sehingga terselesainya

tesis ini.

Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang diberikan mendapatkan

limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari penyusunan tesis

ini masih ada kekurangan, namun besar harapan penulis tegur sapa dan saran

sangat penulis harapkan sehingga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang

memerlukannya. Amin.

Surakarta, Oktober 2012 Penulis

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

4. Hakikat Pembelajaran Matematika ... 55

5. Pengelolaan Pembelajaran Matematika ... 61

6. ... 73

B. Penelitian Terdahulu ... 82

C.Kerangka Berfikir ... 83

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 86

(10)

commit to user

1. Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi ... 106

2. Hasil yang Dicapai Pembelajaran Matematika Kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi ... 124

3. Kendala yang Dialami Dalam Pembelajaran Matematika Kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi ... 137

C.Pembahasan ... 141

1. Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi ... 141

2. Hasil yang Dicapai Pembelajaran Matematika Kelas 6 SD Negeri 4 Purwodadi ... 148

(11)

commit to user

xi

1. Pedoman ... 169

2.Catatan L ... 172

3.Lembar Ob ... 221

4.Si ... 222

5.RP ... 223

(12)

commit to user

xii

Widarti. S811108056. Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan Pengelolaan pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. (2 Mendeskripsikan hasil yang dicapai pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. (3) Mendeskripsikan kendala yang dialami dalam pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain holistik. Nara sumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan siswa. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Model pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi menggunakan model pembelajaran diagnosis. Guru melakukan analisis kesulitan pembelajaran yang ditindakanjuti dengan program remedial dan pengayaan . Program pelengkap tindak lanjut dari model diagnosis adalah penyelenggaraaan klinik matematika di mana siswa yang memilki kemampaun lebih akan menjadi dokter matematika bagi siswa-siswa lainnya. Pembelajaran matematika dikemas dengan menggunakan pendekatan CTL di mana materi diberikan dengan mengaitkan dengan lingkungan di sekitar siswa termasuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas seperti di alun-alun untuk menghitung keliling alun-alun-alun-alun yang berbentuk lingkaran. Evaluasi dilakukan secara rutin baik dalam bentuk tes maupun non tes. (2) Hasil yang dicapai dalam pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi tidak hanya dinilai dari prestasi akademiknya saja, namun juga terlihat dari nilai-nilai karakter bangsa yang diberikan melalui kegiatan pemgintegrasian dengan pembelajaran matematika. Siswa mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah senilai 75. Disamping itu, siswa mampu mencapai nilai tertinggi ujian nasional se Kabupaten Purwodadi. Kegiatan lomba tingkat kabupaten dan nasional juga diraih oleh siswa kelas 6. (3) Kendala yang dialami dalam pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi belum signifikan dirasakan. Hanya kendala dalam diri siswa yang menjadi tantangan bagi guru untuk bisa mengtasinya. Siswa terkesan malas belajar matematika sehingga guru melakukan pendekatan individual baik di sekolah maupun mendatangi rumah siswa untuk melakukan koordinasi dengan orang tua siswa. Selain itu, di awal kegiatan pembelajaran siswa masih kurang siap dalam menerima materi, sehingga guru melakukan kegiatan berbagai kegiatan apersepsi untuk menarik perhatian siswa.

(13)

commit to user

xiii

DINAS PENDIDIKAN

UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN PURWODADI

SEKOLAH DASAR NEGERI 4 PURWODADI

Alamat : Jln. Jendral Sudirman No. 10 Purwodadi , Telp. (0292)422056

SURAT KETERANGAN

Nomor :

Yang bertanda tangan di bawah ini akepala SD Negeri 4

Purwodadi UPTD Pendidikan Kecamatan Purwodadi, Kabupaten

Grobogan menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :

Nama : WIDARTI

NIM : S811108056

Program Studi : Teknologi Pendidikan

Program : Pasca Sarjana

Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sesuai dengan surat permohonan ijin Penelitian No.

4636/UN.27.10/PG/ 2012 tertanggal 26 September 2012, yang

bersangkutan telah mengadakan penelitian di SD Negeri 4 Purwodadi

mulai tanggal 2 Oktober sampai dengan 1 Nopember 2012 dengan judul

penelitian

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS 6 DI SD NEGERI 4 PURWODADI

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Purwodadi, 31 Oktober 2012

Kepala SD Negeri 4 Purwodadi

SUKARDI, S.IP

(14)

commit to user

(15)

Widarti. S811108056. Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan Pengelolaan pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. (2 Mendeskripsikan hasil yang dicapai pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi. (3) Mendeskripsikan kendala yang dialami dalam pembelajaran Matematika Kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain holistik. Nara sumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan siswa. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Model pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi menggunakan model pembelajaran diagnosis. Guru melakukan analisis kesulitan pembelajaran yang ditindakanjuti dengan program remedial dan pengayaan . Program pelengkap tindak lanjut dari model diagnosis adalah penyelenggaraaan klinik matematika di mana siswa yang memilki kemampaun lebih akan menjadi dokter matematika bagi siswa-siswa lainnya. Pembelajaran matematika dikemas dengan menggunakan pendekatan CTL di mana materi diberikan dengan mengaitkan dengan lingkungan di sekitar siswa termasuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas seperti di alun-alun untuk menghitung keliling alun-alun-alun-alun yang berbentuk lingkaran. Evaluasi dilakukan secara rutin baik dalam bentuk tes maupun non tes. (2) Hasil yang dicapai dalam pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi tidak hanya dinilai dari prestasi akademiknya saja, namun juga terlihat dari nilai-nilai karakter bangsa yang diberikan melalui kegiatan pemgintegrasian dengan pembelajaran matematika. Siswa mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah senilai 75. Disamping itu, siswa mampu mencapai nilai tertinggi ujian nasional se Kabupaten Purwodadi. Kegiatan lomba tingkat kabupaten dan nasional juga diraih oleh siswa kelas 6. (3) Kendala yang dialami dalam pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi belum signifikan dirasakan. Hanya kendala dalam diri siswa yang menjadi tantangan bagi guru untuk bisa mengtasinya. Siswa terkesan malas belajar matematika sehingga guru melakukan pendekatan individual baik di sekolah maupun mendatangi rumah siswa untuk melakukan koordinasi dengan orang tua siswa. Selain itu, di awal kegiatan pembelajaran siswa masih kurang siap dalam menerima materi, sehingga guru melakukan kegiatan berbagai kegiatan apersepsi untuk menarik perhatian siswa.

(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan seseorang dan

merupakan aspek strategis bagi suatu Negara. Sifat pendidikan adalah komplek,

dinamis dan kontekstual. Oleh karena itu pendidkan bukanlah hal yang mudah

atau sederhana untuk dibahas. Kompleksitas pendidikan ini menggambarkan

bahwa pendidikan itu adalah sebuah upaya yang serius karena pendidkan

melibatkan aspek kognitif, afektif dan keterampilan yang akan membentuk diri

seseorang secara keseluruhan menjadi manusia seutuhnya. Mengacu pada

kompleksitas dan dinamisasi pendidikan tersebut, maka para pakar dan pemerhati

pendidikan telah banyak menyumbangkan pemikirannya dengan maksud untuk

memperbaiki mutu dan memajukan pendidikan (Sagala, 2006:1).

Berbicara tentang pendidikan, kita sebenarnya sedang membicarakan suatu

aspek kehidupan yang melibatkan semua manusia, tidak ada manusia yang tidak

pernah bersentuhan dengan pendidikan, akan tetapi tidak semua manusia mau

memperhatikan pendidikan atau memiliki kepedulian yang besar terhadap dunia

pendidikan. Padahal pendidikan diselenggarakan oleh manusia dan sasarannya

juga manusia. Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan,

baik dilihat dari aspek kuantitatif maupun kualitatif, secara nasional pemerintah

telah mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan, seperti perubahan

(17)

peraturan pendidikan, peningkatan angka partisipasi belajar anak usia sekolah

pada semua jenjang sekolah, penambahan alokasi anggaran pendidikan dan

konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah.

Salah satu usaha dalam bidang pendidikan adalah melalui pengelolaan

pembelajaran pada peserta didik. Proses pembelajaran dianggap penting dalam

pendidikan karena pembelajaran merupakan komponen yang paling utama.

Pembelajaran terdiri dari dua hal yaitu asosiasi dan diferensiasi. Asosiasi adalah

pembelajaran bahwa dua hal itu harus dijalankan secara bersama. Misalnya, kita

belajar bahwa sendok akan selalu digunakan bersama dengan pisau, cangkir

dengan piring, Guntur akan diiikuti dengan kilat cahaya, rasa sakit disebabkan

karena luka, dst. Diferensiasi adalah pembelajaran untuk membedakan satu hal

dengan hal lain. Kita belajar bahwa hijau dalam melihat lampu lalu lintas,yang

berarti kita harus jalan; bahwa kucing bukan anjing, dengan demikian jelas bahwa

asosiasi dan diferensiasi merupakan dua sisi dari satu koin, di mana yang satu

kadang tampak lebih jelas sedangkan yang lain tidak (Boeree, 2008 : 40-41).

Mengingat pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting, maka

dalam prosesnya perlu dilakukan pengelolaan dengan baik. Proses pembelajaran

sendiri sangat terkait dengan berbagai komponen yang sangat komplek. Antara

komponen yang satu dengan yang lain memiliki hubungan yang bersifat sistemik,

artinya masing-masing komponen memiliki peranan sendiri-sendiri tetapi

memiliki hubungan yang saling terkait (Suwardi, 2007 : 1).

Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran perlu dikelola

(18)

dimanfaatkan secara optimal. Hal ini akan terwujud, jika guru sebagai desainer

pembelajaran memiliki kompetensi manajemen pembelajaran. Secara sederhana

manajemen pembelajaran dapat diartikan usaha untuk mengelola sumber daya

yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien (Suwardi, 2007 : 1).

Dalam pendidikan istilah manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas

memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Manajemen merupakan aktivitas

kelompok bukan individu, artinya akativitas yang berhubungan dengan kerja sama

antar anggota organisasi untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan, aktivitas

tersebut berupa kegiatan-kegiatan rutin, seperti administrasi pengajaran,

kesiswaan, kepegawaian, keuangan dan sarana prasarana (Pidarta, 2004 : 4).

Menurut Suryosubroto (2004 : 16-17) menyatakan bahwa manajemen

mengandung pengertian proses pengelolaan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Proses tersebut dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perta ma ,

Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana

mencapai, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak

biayanya. Perencanaan dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan. Kedua,

pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan

nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam

pelaksanaan, setiap organisasi harus memiliki kekuatan yang mantap dan

meyakinkan sebab jika tidak kuat, maka proses pendidikan seperti yang

(19)

sistematis dan berkesinambungan, di samping itu kegiatan evaluasi digunakan

untuk mengetahui sampai sejauhmana perencanaan telah mencapai tujuan, dan

kesulitan apa yang ditemui selama pelaksanaan tersebut. Selanjutnya dengan

mengetahui kelemahannya maka dapat digunakan untuk perbaikan pengelolaan

selanjutnya.

Pembelajaran sendiri berasal dari kata belajar yang berarti adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang dimaksudkan mencakup aspek

kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dengan demikian pembelajaran dapat

diartikan proses yang dirancang untuk mengubah diri seseorang, baik aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik (Suwardi, 2007 : 30).

Pada dasarnya suatu proses pembelajaran terkait dengan berbagai

komponen yang sangat komplek. Komponen tersebut meliputi tujuan materi,

media, siswa, guru dan komponen lainnya. Masing masing komponen tersebut

saling terkait sebagai sebuah sistem, oleh karena itu dalam mengelola

pembelajaran perlu didasarkan pada pendekatan sistem tersebut (Suwardi, 2007 :

31).

Terkait dengan pengelolaan pembelajaran, tampaknya penting juga

diperkenalkan tentang pendekatan dan strategi kontekstual dalam pembelajaran.

Apalagi kalau dikaitkan dengan pelaksanaan kurikulum yang berbasis kompetensi,

pendekatan ini menjadi relevan dan mendukung dalam proses pembelajaran

(Sardiman, 2008 : 222).

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran atau lebih dikenal dengan

(20)

pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan

situasi dunia nyata si siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para

siswa sebagai anggota keluarga masyarakat. Berangkat dari konsepsi ini

diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna. Proses pembelajarannya

akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalami, bukan hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa

(Suwardi, 2007 : 222).

Salah satu contoh pembelajaran dengan pendekatan kotekstual atau

realistik tersebut adalah pembelajaran matematika yang memberikan peluang

pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dalam

menyelesaikan suatu masalah yang dimulai dari masalah-masalah yang dapat

dibayangkan oleh siswa, siswa diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan

secara perlahan-lahan guru membimbing siswa menyelesaikan masalah tersebut

secara matematis formal melalui matematisasi horisontal dan vertikal. Ada istilah

kontekstual dan juga ada istilah realistik.

Pada pembelajaran matematika istilah kontekstual dikenal sebagai

pendekatan Contextual Tea ching a nd Lear ning atau yang lebih dikenal dengan

pendekatan CTL dan realistik dikenal sebagai pendekatan Realistic Ma thematic

Educa tion (RME) dan di Indonesia dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI) (Supinah, 2008: 7). SD Negeri 4 Purwodadi

merupakan SD yang mempunyai prestasi matematika yang baik di tingkat

(21)

pembelajaran yang cukup lengkap di banding sekolah lain yang ada di kecamatan

Purwodadi, kabupaten Grobogan sehingga mendukung proses pembelajaran,

selain itu sekolah ini juga telah menghasilkan output yang baik, terbukti dari

prestasi kejuaraan siswa pada bidang matematika, serta rata-rata siswa

memperoleh hasil yang baik pada pelajaran tersebut

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul

mengenai Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4

Purwodadi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini

Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di

Fokus tersebut dijabarkan menjadi tiga sub fokus yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4

Purwodadi?

2. Bagaimana hasil yang dicapai pada pembelajaran Matematika Kelas 6 SD

Negeri 4 Purwodadi?

3. Bagaimana Kendala yang dialami dalam pembelajaran Matematika Kelas 6

(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Pengelolaan Pembelajaran

Matematika Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi dalam tiga hal.

1.Tujuan Umum

Mengetahui Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD Negeri

4 Purwodadi

2.Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran Matematika Kelas 6 di SD

Negeri 4 Purwodadi.

b. Mendeskripsikan hasil yang dicapai pada pembelajaran Matematika Kelas 6

di SD Negeri 4 Purwodadi.

c. Mendeskripsikan kendala yang dialami dalam pembelajaran Matematika

Kelas 6 di SD Negeri 4 Purwodadi.

D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoretis

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu matematika dalam

rangka pemecahan masalah.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengungkap permasalahan sejenis yang

(23)

2.Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil

kebijakan di bidang pendidikan untuk pengembangan dan peningkatan

kreativitas pembelajaran guru matematika secara keseluruhan.

b. Bagi Kepala sekolah dapat dijadikan landasan dalam meningkatkan

motivasi dan supervisi mengenai pengelolaan pembelajaran guru-guru

matematika

c. Bagi Guru matematika dapat memotivasi agar terus meningkatkan

kemampuan mengajarnya dalam lingkungan guru SD Negeri 4 Purwodadi,

khususnya mata pelajaran matematika, sehingga mata pelajaran matematika

tidak dianggap sebagai mata pelajaran menakutkan, tetapi menjadi mata

(24)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Konsep Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa Inggris to mana ge yang berarti mengurus,

mengatur, melaksanakan dan mengelola (Muhroji dkk, 2004 :1). Definisi yang

menurut Stoner dalam TIM FKIP UMS, manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota

organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Ini berarti bahwa manajer atau pemimpin

organisasi apapun berusaha agar tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat

tercapai.

Manajemen adalah serangkaian kegiatan merencanakan,

mengorganisasikan, menggerakkan, mengembangkan terhadap segala upaya

dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan

prasarana, untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, secara efisien

dan efektif Wahjosumidjo (2000: 117).

Pengelolaan atau manajemen diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan

atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian

kerja dalam mencapai tujan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat

perbedaan-perbedaan hal ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari

(25)

kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika

dipelajari pada prinsipnya definisi- definisi tersebut mengandung pengertian dan

tujuan yang sama.

Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli tentang manajemen. Antara

lain yakni Wardoyo (1980:41) memberikan definisi bahwa pengelolaan atau

manajemen adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan

,pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan atau manajemen adalah suatu

bertujuan untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara

efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan

sebelumnya.

Pengelolaan atau manajemen sendiri merupakan komponen integral dan

tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Pengelolaan

adalah suatu proses kerjasama sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pengendalian dapat disebut pula sebagai

pengendalian suatu usaha, yaitu: (1) Proses pendelegasian atau pelimpahan

wewenang kepada beberapa penanggung jawab dengan tugas-tugas

kepemimpinan, (2) Proses pergerakan serta bimbingan pengendalian semua

sumber daya manusia dan sumber daya materiil dalam kegiatan pencapaian tujuan

(26)

Manajemen didefinisikan oleh Parker Follet dalam Sagala (2006: 49)

sebagai proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumber daya manusia

dan material secara efisien. Manajemen seringkali diartikan dalam pengertian

yang sempit yaitu kegiatan ketata usahaan yang intinya adalah kagiatan rutin catat

mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat

dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan Suryosubroto (2004: 21).

Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan

pekerjaan melalui orang lain (Tim, 2004: 1). Definisi ini mengandung arti bahwa

para manajer dalam mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain

untuk melakukan tugas-tugas yang mungkin diperlukan, jadi manajer tidak

bekerja sendiri.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

pengelolaan atau manajemen adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan

menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

Sampai saat ini, masih belum ada kesepakatan baik di antara praktisi

maupun di antara teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi-fungsi

pengelolaan,atau sering pula disebut unsur-unsur pengelolaan.

(27)

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai,

bagaimana mencapainya, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan

berapa banyak biayanya. Perencanaan itu dibuat sebelum suatu tindakan

dilaksanakan (Suryosubroto, 2004 : 16).

Langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu:

a). Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1)Menggunakan kata-kata yang sederhana,

2)Mempunyai sifat fleksibel,

3)Mempunyai sifat stabilitas,

4)Ada dalam perimbangan sumber daya, meliputi semua tindakan yang

diperlukan.

b). Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber

daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.

c). Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.

Terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu : (a) menetapkan tujuan

atau serangkaian tujuan; (b) merumuskan keadaan saat ini; (c)

mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan; (d) mengembangkan

rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Perencanaan

juga dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:

a). Rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan

(28)

b). Rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan

tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan

mempunyai dimensi jangka panjang,

c). Rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang

berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang,

baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.

Perencanaan strategi akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan

dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit

diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan

manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan

eksternal lainnya. Secara ringkas langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan

strategik, sebagai berikut:

a). Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang

misi, falsafah dan tujuan.

b). Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal

dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk

mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas

dan kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia.

c). Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi

cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat

mempengaruhi organisasi.

(29)

dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini

dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat

persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang

menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga

membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas

pendidikan itu sendiri.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Suryosubroto (2004 : 16) menyatakan bahwa pengorganisasian

diartikan sebagai kegiatan membagi tugas tugas kepada orang-orang yang

terlibat dalam kerja sama pendidikan, karena tugas-tugas ini demikian banyak dan

tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini dibagi untuk

dikerjakan masing-masing anggota organisasi.

Berkenaan dengan pengorganisasian ini, beberapa asas dalam

organisasi, diantaranya adalah :

a). Organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang

sesuai dengan kebutuhan;

b). Pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja;

c). Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab;

d). Organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol;

e). Organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan

f). Organisasi harus fleksibel dan seimbang.

(30)

a). Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai

tujuan organisasi;

b). Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik

dapat dilaksanakan oleh satu orang;

c). Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk

mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang

terpadu dan harmonis.

c. Pelaksanaan (actuating)

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (a ctuating)

merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan

pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses

manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan

yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini,

Terry (2006 : 73) mengemukakan bahwa a ctua ting merupakan usaha

menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka

berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran

anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin

mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dari pengertian di atas, pelaksanaan

(a ctua ting) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi

kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap

karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas

(31)

(a ctua ting) ini adalah bahwa seseorang akan termotivasi untuk mengerjakan

sesuatu jika :

1)Merasa yakin akan mampu mengerjakan

2)Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya

3)Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih

penting, atau mendesak,

4)Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan

5)Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

d. Pengawasan (Controlling)

Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian sebagai

salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu

mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke

jalan yang benar dengan maksud atau tujuan yang telah digariskan semula.

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk

mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di

mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk

mengatasinya.

Proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu :

a). Penetapan standar pelaksanaan;

b). Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;

(32)

d). Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan

penyimpangan-penyimpangan; dan

e). Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.

Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait

mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut

dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya

merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

Seringkali terlihat bahwa manajemen pendidikan masih cenderung

menggunakan kurikulum nasional yang kaku baik pada tingkat nasional, regional

atau lokal. Kondisi ini membawa isi pendidikan itu, terutama pendidikan dasar,

menjadi sangat akademik sifatnya dan oleh karena itu cenderung lebih bersifat

memorisasi. Proses pembelajaran menjadi sangat rutin dan mekanistik karena

bertujuan menguasai standar nasional. Kondisi ini lebih menjadi parah lagi dengan

adanya sistem evaluasi nasional yang cenderung menyamaratakan (Tilaar, 2008 :

42).

2. Konsep Pembelajaran

Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2)

dikemukakan bahwa lea rning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan

yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.

Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

(33)

Proses belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang mengandung dua

makna yaitu agar siswa menguasai substansi yang dipelajari dan agar siswa

memiliki nilai kemampuan sikap dan watak yang dibentuk dari proses belajar

mengajar. Di dalam dunia pendidikan siswa harus mampu untuk learn to know,

learn to do, learn to live together, learn to be. Makna pembelajaran yang seperti

ini akan mampu membentuk karakter atau watak siswa yang diwujudkan dalam

bentuk menyatunya antara pikiran, perasaan dan tindakan atau perbuatan.

Menurut Mulyadi (2002:17) Belajar merupakan suatu proses perubahan

tingkah laku yang terjadi berdasarkan adanya rangsangan dan respon, rangsangan

tersebut berasal dari luar kemudian direspon. Tidak hanya perubahan pada tingkah

laku saja tetapi juga dapat berupa keterampilan, dan pengetahuan pada individu.

Dari definisi di atas diartikan bahwa belajar mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan diri individu yang

belajar, baik aktual maupun potensial.

b. Perubahan tersebut pokoknya berupa perubahan kemampuan baru yang

berlaku dalam waktu yang relatif sama.

c. Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha

Dalam proses pendidikan, di sekolah kegiatan belajar merupakan hal yang

pokok di mana guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pembelajar. Belajar

merupakan suatu proses yang membawa perubahan individu. Menurut Taba

(34)

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

seseorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan pada diri individu.

Belajar pada hakekatnya adalah usaha yang direncanakan melalui

pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan

kegiatan belajar seoptimal mungkin sehingga dapat dilihat bahwa pengajaran

adalah peristiwa yang komplek dan dapat dipandang sebagai suatu sistem.

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan dalam rangka

menciptakan suatu perubahan pada diri individu yang melakukannya. Perubahan

tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat terbentuk

perubahan keterampilan dan sikap, sesuai dengan pendapat Arikunto (1992:19):

Secara sederhana belajar diartikan sebagai suatu proses yang

terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap

diri manusia yang melakukannya dengan maksud memperoleh

perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan atau

sikap.

Hal serupa juga disampaikan oleh Hamalik (2001: 4) sebagai berikut:

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui interaksi

antar individu dan lingkungan. Proses dalam hal ini merupakan

(35)

berkesinambungan serta merupakan kegiatan yang terpadu secara

keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap

belajar mengajar itu.

Dari keterangan di atas tergambar bahwa belajar merupakan suatu proses

dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang baru yang menghasilkan

perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik, sehingga seseorang yang akan

belajar mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dibandingkan

sebelum mengalami proses belajar. Hal ini tidak terlepas dari usaha individu itu

dalam berinteraksi dengan individu lainnya dan lingkungannya.

Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran baik secara fisik

maupun mental mampu memberikan kontribusi terhadap hasil belajar secara

optimal. Menurut Dimyati (2006: 297) pembelajaran adalah kegiatan guru secara

terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar. Maka pembelajaran fisik

hendaknya selalu melibatkan siswa secara aktif guna mengembangkan

kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, mengaplikasikan konsep

dan melaksanakan penelitian serta mengkomunikasikan hasil penemuan.

Pembelajaran dengan menggunakan model STAD mengharapkan siswa mampu

belajar aktif sehingga dapat menggali lebih banyak konsep-konsep yang sedang

dipelajari.

Semua pembelajaran pada akhirnya terjebak pada asosiasi dan diferensiasi.

(36)

diajukan selama berabad-abad. Asosiasi adalah pembelajaran bahwa dua hal itu

harus dijalankan bersama, sedangkan diferensiasi adalah pembelajaran untuk

membedakan salah satu hal dengan hal yang lain (Boeree, 2008: 39).

Proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang paling penting

dalam mencapai suatu keberhasilan pembelajaran (Suwardi, 2007: 31)

Perencanaan pembelajaran dilakukan untuk: (1) perencanaan pembelajaran dapat

dijadikan alat untuk menemukan dan memecahkan masalah, (2) perencanaan

pembelajaran dapat mengarahkan proses pembelajaran (3) perencanaan

pembelajaran dapat dijadikan dasar dalam memanfaatkan sumber daya secara

efektif, dan perencanaan pembelajaran dapat dijadikan alat untuk meramalkan

hasil yang akan dicapai.

Salah satu aspek dalam pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar di

dalam kelas, sehingga diperlukan usaha dalam mengelola kelas. Menurut

Suharsimi dalam Suwardi (2007: 107) pengelolaan kelas berarti suatu usaha yang

dilaksanakan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang

membantunya dengan maksud agar tercapai suatu kondisi optimal sehingga

terlaksana kegiatan belajar mengajar sehingga dapat dicapai seperti tujuan yang

diharapkan. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka guru

perlu menghindari timbulnya gangguan atau masalah di dalam kelas.

Pembelajaran, khususnya dalam pendidikan dasar, bukan sekedar transmisi

ilmu pengetahuan sebagai fakta, tetapi lebih dari itu ialah mengolah daya

(37)

jawab. Teori belajar mengatakan bahwa proses belajar tidak berjalan di ruang

kosong. Data, ilmu pengetahuan hanya bisa diserap dengan dalam kaitannya

dengan dunia nyata, terutama bagi peserta didik muda dibangku pendidikan dasar

(Tilaar, 2008 : 42).

Proses belajar dan mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi

membentuk satu kesatuan, ibarat sebuah mata uang yang bersisi dua. Belajar

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedang mengajar adalah kegiatan

yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran menurut Hamalik (2008: 57) adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Lebih lanjut Hamalik (2008: 65-66) menyebutkan bahwa terdapat

tiga ciri khas dalam sistem pembelajaran, yaitu rencana, saling ketergantungan

dan tujuan.

Menurut Suharsimi dalam Suwardi (2007: 107) pengelolaan kelas berarti

suatu usaha yang dilaksanakan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau

yang membantunya dengan maksud agar tercapai suatu kondisi optimal sehingga

terlaksana kegiatan belajar mengajar sehingga dapat dicapai tujuan seperti yang

diharapkan. Agar proses pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik, maka

guru perlu menghindari timbulnya gangguan atau masalah di dalam kelas. Hal-hal

yang perlu diperhatikan adalah:

a. Guru menerapkan suatu sistem, misalnya membuat keputusan secara

terencana dan dilaksanakan dengan konsisten, adil dan tepat;

(38)

c. Menjelaskan peraturan artinya menunjukkan kepada siswa tentang perilaku

yang baik dan tidak serta batas-batas perilaku yang boleh dilakukan dan

tidak;

d.Menghindari terjadinya penilaian watak kepada siswa jangan mengumpat

jangan meragukan nilai pribadi siswanya;

e. Masalah insiden artinya bila terjadi permasalahan secara individu maupun

kelompok, satu dan yang lain tidak berkaitan;

f. Mendekati siswa yang bertingkah artinya jika ada gejala siswa akan

berperilaku negatif, sesegera mungkin menghentikan perbuatan siswa dengan

cara tanpa menegur tetapi cukup memberi isyarat;

g.Melakukan humor artinya persoalan dianggap ringan dan sambil membuat

suasana baik, kegaduhan dapat terhindari, terjadinya pelanggaran;

h.Tidak mengacuhkan artinya memperhatikan gejala dan pelanggaran yang

terjadi, terutama terhadap teman yang mengerjakan pelajaran;

i. Menggunakan teknik yang keras artinya; apabila guru dihadapkan pada

perilaku distruktif yang jelas tidak terkendalikan;

j. Mengadakan diskusi secara terbuka artinya siswa dapat menyampaikan

keluhan-keluhannya secara terbuka baik guru maupun siswa sehingga

persoalan atau kesulitan di dalam kelas;

k.Mengadakan Analisis; artinya guru mencari penyebab terjadinya gangguan

(39)

l. Mengadakan perubahan kegiatan artinya guru segera merespon terhadap

kegiatan yang kurang tepat dan merevisinya untuk mencapai pembelajaran

yang efektif dan kognitif.

Proses pembelajaran yang bermutu pada hakekatnya terkait erat dengan

kemampuan guru itu sendiri. Beberapa keterampilan yang perlu diperhatikan

dalam proses pembelajaran menurut Djamarah dan Zain dalam Suwardi (2007:

111) adalah:

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan

kondisi belajar yang optimal. Hal ini mencakup sikap tanggap, memberi

perhatian dalam kelas, memusatkan perhatian kelompok kegiatan, memberi

petunjuk yang jelas, menegur perilaku siswa yang mengganggu, dan

memberi penguatan,

b. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang

optimal. Keterampilan ini mencakup modifikasi tingkah laku, artinya guru

hendaklah menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah dan

kesulitan, dengan cara memberi penguatan secara sistematis dan pemecahan

masalah dengan cara memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan

kelompok.

3. Pendekatan dan Strategi Kontekstual

a. Pengertian Kontekstual

Johnson dalam Nurhadi, Burhanuddin, dan Agus Gerrad Senduk

The CTL is on

(40)

ma ter ia l they a r e studying by connecting a ca demic subjects with the context

of their da ily lives, tha t is, with the context of their per sona l, socia l, a nd

cultura l cir cumsta nces. To a chieve this a im, the system encompasses the

following eight components : ma king mea ningful, colla bora ting, critica l, a ng

cr ea tive thinking, nurtur ing the individua l, r ea ching high sta nda rd, using

a uthentic a ssesment (C TL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan

membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari

dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari

hari, yaitu, dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL akan menuntun siswa melalui

kedelapan komponen utama CTL: melakukan hubungan yang bermakna,

mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja lama,

berpikir kritis dan kreatif, memelihara/merawat pribadi siswa, mencapai standar

tinggi, dan menggunakan assesment autentik).

Menurut para penulis NWREL (Johnson, 2002:38), ada tujuh atribut

yang mencirikan konsep CTh yaitu : mea ningfulnes, a pplica tion of knowledge,

highe r or de r thi nki ng, s ta nda r ds ba s e d c ur r ic ula , c ultur es foc us e d,

a c tive enga gement, and a uthentic a ssessment (Ada tujuh atribut yang

mencirikan konsep CTL, yaitu: keberm aknaan, penerapan ilmu, berpikir

tingkat tinggi, kurikulum yang digunakan harus standar, berfokus pada budaya,

keterlibatan siswa secara aktif, dan asesmen autentik).Pendekatan pembelajaran

kontekstual (Contextua l tea ching a nd lea r ning) merupakan konsep belajar yang

(41)

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota masyarakat (Depdiknas, 2003:5). Pembelajaran Kontekstual dirancang

dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis kontruktivisme yaitu filosofi

belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.

Siswa harus mengontruksi pengetahuan di benak pikiran mereka, karma pada

dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau

proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat

diterapkan (Sugandi, 2004: 41).

Dari rumusan pengertian di atas, berikut disampaikan pernyataan

kunci, sebagai penjelasan.

1) Pembelajaran kontekstual merupakan konsepsi belajar yang membantu

guru mengaitkan isi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa

membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan warga negara.

2) Pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan

siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan

keterampilan akademik mereka dalam berbagai m acam tatanan

dalam -sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah -

masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.

3) Siswa belajar tidak dalam proses seketika. Pengetahuan dan keterampilan

siswa diperoleh sedikit demi sedikit, berangkat dari penggtahuan yang

(42)

4) Kemajuan belajar siswa diukur dari proses, kinerja, dan produk,

berbasis pada prinsip authentic assesment.

b. Karekteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Nurhadi, Burhanuddin, dan Agus Gerrad Senduk (2003:3 1),

pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextua l tea ching a nd lea rning)

memiliki tujuh komponen utama pembelajaran yang efektif, yaitu:

kontruktivisme (constr uctivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning),

masyarakat belajar (lea r ning community), pemodelan (modeling), refleksi

(r eflection), penilaian yang sebenarnya (a uthentic a ssessment).

Gambar : Keterkaitan antar komponen pembelajaran kontekstual

(Sumber : Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK,

Nurhadi, Burhanudin, dan Agus G.S 2003 : 31)

Penerapan masing-masing komponen pembelajaran kontekstual di atas

dijelaskan dalam uraian berikut

1) Kontruktivisme (contr uctivism) Kontruktivisme merupakan landasan

berfikir (filosofi) pendekatan Contextua l tea ching a nd lea r ning (CTL),

Konstruktivism

menemukan

pemodelan

penilaian bertanya

Masyarakat

(43)

yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,

dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) serta

tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta-fakta, konsep-konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

Manusia harus mengontruksi pengetahuan itu dan memberi makna

melalui pengalaman nyata. Berdasarkar hal tersebut pembelajaran harus

dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima

pengetahuan. Proses pembelajaran, siswa membangun sendiri

pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses beIajar

mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.

Pandangan kontruktivisme lebih diutamakan

dibandingan seberapa banyak siswa memperoleh dan rrtengingat pengetahuan.

Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :

a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

b) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan

idenya sendiri.

c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri.

2) Menemukan (inquir y) .

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi d4ri

menemukan sendiri. Guru hares merancang kegiatan yang merujuk

(44)

Observasi (Observa tion)

Bertanya (Questioning)

Mengajukan dengan (Hipotesis)

Pengumpulan data (Da ta gha tering)

Penyimpulan (Concula tion)

Gambar : Proses Inkuiri

(45)

Langkah-langkah yang dilaksanakan:

a) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)

b) Mengamati atau melakukan observasi.

c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,

bagan, label, dan karya lainnya.

d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,

teman sekelas, guru atau audien lain.

3) Bertanya (questioning) Bertanya (Questioning) merupakan strategi

utama dalam pembelajaran yang berbasis Contextua l Tea ching a nd

Lea rning (CTL). Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi

siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian paling dalam

melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali

informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan

pada aspek yang belum diketahuinya. Pertanya adalah sua tu strategi

yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan

mengeksplorasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan spontan yang

diajukan siswa dapat digunakan untuk merangsang siswa berfikir,

berdiskusi, dan berspekulasi. Guru dapat menggunakan teknik

bertanya dengan cars memodelkan keingintahuan siswa dan mendorong

siswa agar mengajukan pertanyaan -pertanyaan. Dalam sebuah

pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk

(46)

b) Mengecek pemahaman siswa;

c) Memecahkan persoalan yang dihadapi;

d) Membangkitkan respon kepada siswa;

e) Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa;

f) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa;

g) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikqhendaki

guru;

h) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;dan

i) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4) Masyarakat belajar (lea r ning community) Konsep (lea r ning community)

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan

orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing, antar teman, antar

kelompok, dan antara mereka yang tahu ke mereka yang belum tahu.

Dalam pembelajaran Contextua l Tea ching a nd lea r ning (CTL), guru

disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok

-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam -kelompok--kelompok yang

anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu

memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong

temannya yang lambat. Masyarakat pembelajar atau learning

community m engandung arti sebagai berikut:

a) Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai

gagasan dan pengalaman.

(47)

c) Pada umumnya hash kerja kelompok lebih baik daripada kerja

individual.

d) Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam

kelompok mempunyai langgung jawab yang lama.

e) Upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu

dapat diadakan.

f) Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak

belajar dengan anak lainnya.

g) Ada rasa tanggung jawab dan kerja lama antara anggota

kelompok untuk saling memberi dan menerima.

h) Ada guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.

i) Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.

j) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik.

k) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.

l) Tidak ada kebenaran yang hanya satu raja

m) Dominasi siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lambat

bisa berperan

5) Pemodelan (modeling) Pemodelan artinya, dalam sebuah pembelajaran

keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang biasa ditiru.

Model itu bisa cara pengoperasian sesuatu, cara memperbesar dan

memperkecil skala peta, cara menggunakan peta, cara mengukur

suhu udara dan sebagainya. Pendekatan Contextua l Tea ching a nd

(48)

dirancang dengan melibatkan siswa, model juga dapat didatangkan dari

luar. Contoh pemodelan di dalam atau di luar kelas:

a) Guru menyuruh siswa, yang menjadi juara lomba puisi, untuk

memberi contoh cara membaca puisi.

b) Guru bahasa Inggris memberi contoh cara melafalkan kata yang

benar.

c) Guru IPA mendemonstrasikan cara menggunakan jangka sorong.

d) Guru olah raga menunjuk siswa, yang pandai bermain sepak bola,

untuk melaksanakan drible dan tendangan yang benar

e) Guru IPS Ekonomi mendatangkan seseorang yang sukses dalam

berdagang ke kelas lalu siswa diminta bertanya tentang beberapa hal

dengan orang itu.

f) Guru agama Islam mempraktekkan cara beribadah haji di lapangan

(manasik haj i )

6) Refleksi (r eflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru

dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang telah kita

lakukan di masa yang lalu. Siswa mengedepankan apa yang barn

dipelajari sebagai struhtur pengetahuan yang bar u, yang merupakan

pengayaan atau revisi dari perlgetahuan sebelumnya. Realisasi refleksi

dapat berupa

a) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehya hari itu.

b) Catatan atau jurnal di buku siswa.

(49)

d) Diskusi

e) Hasil karya.

7) Penilaian yang Sebenarnya (authentic a ssessment) Penilaian adalah

proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan

belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa

siswa mengalami proses pembelajaran. Apabila data yang

dikumpulkan oleh guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami

kemacetaq dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan

yang tepat agar siswa terbatas dari kemacetan belajar. Gambaran

tentang kem ajuan belajar itu diperlukan sepanjang prows

pembelajaran, maka a ssessment tidak hanya dilakukan diakhir periode

(semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar

seperti US/UN, tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi

(tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Data yang

dikumpulkan dalam a ssessment bukanlah untuk mencari informasi

tqntang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya

dilekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari,

bukan ditekankan pada perolehan sebanyak mungkin informasi di

akhir pembelajaran. Karena a ssessment menekankan proses

pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus di peroleh dari

kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses

(50)

Prinsip-prinsip yang dipakai dalam penilaian autentik adalah sebagai

berikut :

a) Harus mengukur semua aspek pembelajaran : proses, kinerja, dan

produk.

b) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran

berlangsung

c) Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber.

d) Tes hanya sebagai salah satu alat pengumpul data penilaian.

e) Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan

keahlian siswa bukan keluasannya.

f) Tugas-tugas yang diberikan harus mencerminkan bagian kehidupan

siswa yang nyata setiap hari.

Karakteristik a uthentic a ssessment dapat dikemukaan butir-butir

berikut:

(1)Dilaksanakan selama dan sesudah pro ses pembelajaran

berlangsung.

(2)Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.

(3)Yang diukur ketrampilan performance, bukan megingat fakta.

(4)Berkesinambungan

(5)Terintegrasi

(6)Dapat digunakan untuk feed ba ck Jenis penilaian yang

digunakan dalam authentic assesment adalah penilaian proyek,

(51)

wisata, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan,

jurnal, karya tulis, kelompok diskusi, dan wawancara.

c. Penerapan Pembelajaran Kontekstual

1) Perencanaan Pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan

salah satu togas guru yang wajib dilaksanakan sebelum guru tampil di

depan peserta didiknya. Dengan perencanaan yang matang diharapkan

hasil pembelajaran akan maksimal. Menurut Mulyasa (2005 : 2)

perencanaan pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam pro ses pembelajaran/interaksi antara peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Kegiatan perencanaan pembelajaran oleh guru meliputi penyusunan

perangkat pembelajaran antara lain Program Tahunan (PROTA),

Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana P embelajaran, Buku

Siswa serta Instrum en Evaluasi yang mengacu pada format

pembelajaran kontekstual.

2) Proses Pembelajaran. Proses pembelajaran yang mengacu pada

pendekatan konteksutal, proses belajar mengajar didominasi oleh

aktivitas siswa sedangkan guru hanya berperan sebagi fasilitator bagi

siswa dalam menempkan suatu konsep atau memecahkan, suatu

masalah. Kegiatan pembelajan dilaksanakan tidak hanya di dalam kelas,

tetapi juga dilaksanakan di luar kolas atau lingkungan sekitar dengan

menggunakan berbagai media pembelajaran yang efektif dan

(52)

kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual sumber belajar tidak

hanya berasal dari guru tetapi dari berbagai sumber, seperti buku

paket, media masa, lingkungan dan lain-lain.

3) Evaluasi Pembelajaran Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran

kontekstual mengacu pada prinsip penilaian yang sebenarnya (a uthentic

a ssesment). Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama dan sesudah proses

pembelajaran, dengan menggunakan berbagai cara dan berbagai

sumber yang mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu: proses,

kinerja dan produk.

d. Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual.

Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual guru harus memegang

beberapa prinsip pembelajaran berikut ini

1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental.

2) Membentuk kelompok belajar yang sating bergantung

3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri.

4) Mempertimbangkan keragaman siswa (diver sity ofstudent).

5) Memperhatihan multi-intelegensi (multiple inteligences) siswa.

6) Melakukan teknik-teknik bertanya (questioning).

7) Menerapkan penilaian authentic (a uthentic a ssessment).

e. Strategi Pembelajaran Pembelajarau Kontekstual

1) Pengajaran Berbasis Masalah.

P engaj aran be rbasis m asalah (P roblem-ba sed lea rning) adalah suatu

(53)

suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan

ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Pembelajaran ini memacu siswa untuk berpikir tingkat tinggi, di

dalam pembelajaran ini adalah bagaimana siswa belajar bagaimana

belajar. Pernah guru sebagai penyaji masalah, mengajukan pertanyaan,

dan memfasilitasi terjadinya dialog antar siswa. Tahapan Pengajaran

Berbasis Masalah

a) Guru menjelaskan rajuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang

dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat dalam akt ivitas

pemecahan masalah

b) Guru membantu siswa mendefinisikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut

c) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan ipformasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan atau

pemecahan masalah

d) Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka

berbagi tugas dengan temannya

e) Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

2) Pengajaran Kooperatif. Di samping sebagai m ahluk individual, yang

(54)

mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia tidak bisa berdiri

sendiri, mahluk yang harus berinteraksi dengan sesamanya. Sebagai

pribadi manusia mempunyai perbedaan latar belakang, harapan serta

potensi yang berbeda-beda. Perbedaan yang tidak dikelola dengan

baik dapat menimbulkan ketersinggungan dengan sesamanya. Agar

tidak terjadi ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya

perlu ada interaksi yang saling memberi. Pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan

interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.

Menurut Nurhadi, Burhanuddin, dan Agus Gerrad Senduk (2003:60)

unsure - unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah :

a) Saling ketergantungan positif Guru harus menciptakan suasana agar

siswa membutuhkan. Tidak ada siswa yang paling penting semua

penting, hubungan ini disebut ketergantungan positif. S aling

ketergantungan yang dilakukan siswa adalah ketergantungan

mencapai tujuan, ketergantungan dalam menyelesaikan pekerjaan,

ketergantungan sumber atau bahan, dan ketergantungan peran.

b) Interaksi tatap muka

Dalam kegiatan pembelajaran terjadi tatap muka antara siswa

dengan guru dan siswa dengan siswa. Interksi semacam ini

memungkinkan siswa belajar saling memberikan informasi, yang

Gambar

Gambar : Keterkaitan antar komponen pembelajaran kontekstual
Gambar : Proses Inkuiri
Gambar 2. Pengembangan Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Gambar 3. Pengembangan Nilai Budaya dan  Karakter Bangsa
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya pembuluh ini dipercaya mempengaruhi ukuran Bryophyta sehingga berukuran kecil (Febrianti, 2015). Observasi pendahuluan di lokasi telah ditemukan beberapa

Hasil perbandingan nilai RMSE menunjukkan bahwa model terbaik yang dapat digunakan untuk meramalkan inflasi di kota Semarang adalah dengan bobot korelasi silang

Pihak manajemen apartemen memilih untuk melakukan perbaikan terhadap unit apartemen dengan tipe Evergreen yang memiliki dua kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur dan kamar

Pada waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit akun Persediaan sehingga akun Persediaan akan menunjukkan

Hal tersebut senada dengan pendapat Maman ukas (1999:97) mengatakan bahwa para manajer diwajibkan mempunyai keterampilan dasar manajerial yaitu conceptual skills,

Kemampuan Berbicara Peserta Didik” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

UJIAN SEKOLAH SD/MI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Hasil dari skema diatas didapatkan bahwa informan primer yaitu 15 remaja di SMAN 1 Banguntapan Kabupaten Bantul Yogyakarta, didapatkan hasil bahwa mayoritas informan