• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran fisika dengan media satket dan media interaktif ditinjau dari motivasi belajar dan gaya belajar siswa saiful

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran fisika dengan media satket dan media interaktif ditinjau dari motivasi belajar dan gaya belajar siswa saiful"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA SATKET DAN MEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA

(Materi Sifat-sifat Cahaya Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Tulung Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama Fisika

Oleh SAIFUL AMIN NIM : S831002057

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA SATKET DAN MEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA (Materi Sifat-sifat Cahaya Pada Siswa Kelas VIII

MTs Negeri Tulung Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

oleh SAIFUL AMIN NIM : S831002057

Komisi Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001

... ...

Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A.Ph.D NIP. 195209151976032001

... ...

Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal ………2012

Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pasca Sarjana UNS

(3)

commit to user PENGESAHAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA SATKET DAN MEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA (Materi Sifat-sifat Cahaya pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Tulung Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS oleh SAIFUL AMIN NIM : S831002057

Tim Penguji:

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001

... ...

Sekretaris Prof. Dr.Ashadi

NIP. 19510102 197501 1 001

... ...

Anggota

Penguji

Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001

... ...

Dra Suparmi, MA.Ph.D NIP. 19520915 197603 001

... ...

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada tanggal 26 Juli 2012

Ketua Program Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S NIP. 19610717 198601 1 001

Ketua Program Studi Pendidikan Sains,

(4)

commit to user

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul: “Pembelajaran Fisika dengan Media Satket dan Media Interaktif di Tinjau dari Motivasi Belajar dan Gaya Belajar” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat

karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan

dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,

maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah

lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs

UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu

semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan

publikasi dari sebagaian atau kseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan

Sains PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang

diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan

pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan

sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 26 Juli 2012 Mahasiswa

(5)

commit to user

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Apabila selesai mengerjakan sesuatu kerjakan yang lain

2. Berusahalah setiap langkah kakimu dan setiap ucapanmu membawa kebaikan

dan mendapat ridhlo Allah SWT.

PERSEMBAHAN

Tesis ini ku persembahkan kepada

1. Ayahanda Nuh Rianto dan ibunda Isminatun

tercinta yang selalu mendoakan aku

2. Istriku Ummi Latifah yang sabar dalam berkorban

serta memberi semangat dan dukungan untuk

kemajuanku

3. Anak-anakku (Auliya, Ramadhanu, Muza, dan

Gibran) terkasih.

4. Teman-teman Pendidikan Sains-Fisika Program

(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan petunjuk, kemudahan dan atas karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Pembelajaran Fisika dengan Media Satket dan Media Interaktif Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Gaya Belajar”

(Materi Sifat-sifat Cahaya pada Kelas VIII MTsN Tulung Madiun Tahun Pelajaran

2010/2011).

Dalam penyusunan tesis ini, banyak ditemukan hambatan dan kesulitan.

Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaiakan. Terkait

dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan berbagai fasilitas

dan kemudahan dalam penyusunan tesis ini.

2. Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains

(7)

commit to user

3. Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dan motivasi selama penulisan dan penelitian tesis

ini.

4. Dra.Suparmi, M.A., Ph.D. selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dan motivasi selama penulisan dan penelitian tesis

ini.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu

kepada penulis.

6. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Fisika Program Pascasarjana atas

kerja sama dan kekompakannya.

7. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut membantu

penyusunan tesis ini.

Penulis juga menyadari penulisan tesis ini masih jauh dari kriteria

kesempurnaan untuk itu segala saran dan kritik senantiasa diterima demi

sempurnanya proposal ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat

bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2012

(8)
(9)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ... i

Persetujuan ... ii

Pengesahan ... iii

Pernyataan ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xvi

Abstrak ... xvii

Abstract ... xviii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A.Latar Belakang Masalah…………... 1

B. Identifikasi Masalah………... 7

C.Pembatasan Masalah…………... 9

D.Rumusan Masalah………... 9

E. Tujuan Penelitian………... 10

F. Manfaat Penelitian…………... 11

(10)

commit to user

A. Kajian Teori ……... 12

1. Pengertian Belajar ... 12

2. Teori Belajar ... 13

3. Media Pembelajaran... 19

4. Media Satket... 23

5. Media Interaktif... 25

6. Motivasi Belajar... ... 29

7. Gaya Belajar……... 31

8. Prestasi Belajar.. ... 34

9. Materi Ajar………... 35

B. Penelitian Yang Relevan…………... 53

C. Kerangka Berpikir………... 54

D. Hipotesis…... 59

BAB III METODE PENELITIAN………... 61

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 61

B. Metode Penelitian……... 61

C. Populasi dan Sampel………... 62

D. Variabel Penelitian………... 63

E. Teknik Pengumpulan Data…………... 67

F. Instrumen Penelitian………... 68

G. Uji Coba Instrumen………... 69

H. Teknik Analisis Data…... 80

(11)

commit to user

A. Deskripsi Data…... 87

1. Prestasi Belajar... 88

2. Motivasi Belajar ... 93

3. Gaya Belajar …... 95

B. Uji Prasarat Analisis ... 98

C. Pengujian Hipotesis ... 101

D. Pembahasan Hasil ... 106

E. Keterbatasan Penelitian ………... 112

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 114 A. Kesimpulan ... ... 114

B. Implikasi Penelitian………... ... 116

C. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA... 118

(12)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 : Nilai Rata-rata KD Sifat-sifat Cahaya MTsN Tulung 2

Tabel 2.1 : Macam-macam koloid ... 24

Tabel 3.1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 61

Tabel 3.2 : Desain Faktorial Penelitian………. 62 Tabel 3.3 : Rangkuman Hasil Uji Validitas Intrumen Penilaian Tes

Prestasi ... 70

Tabel 3.4 : Rangkuman Hasil Uji Reliabelitas Instrumen Penilaian

Kognitif... 72

Tabel 3.5 : Indeks taraf Kesukaran ... 73

Tabel 3.6 : Rangkuman Taraf Kesukaran Instrumen Penilaian

prestasi Kognitif…... 73 Tabel 3.7 : Daya Pembeda ... 74

Tabel 3.8 : Rangkuman daya beda Hasil Uji Coba Instrumen

Penilaian prestasi……….. 74 Tabel 3.9 : Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen motivasi

belajar siswa ... 76

Tabel 3.10 : Rangkuman Hasil Uji relibalitas Instrumen motivasi

belajar siswa ... 77

Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji validitas instrumen gaya belajar

(13)

commit to user

Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji reliabelitas instrumen gaya belajar

siswa ... 80

Tabel 3.13 Analisis Varian Hubungan antara Media Pembelajaran (A) terhadap Motivasi belajar (B) dan Gaya Belajar (C).... 82

Tabel 4.1 : Deskripsi Nilai prestasi belajar siswa ... 88

Tabel 4.2 : Penyebaran frekuensi nilai prestasi belajar kelas media satket………... 88

Tabel 4.3 : Penyebaran frekuensi nilai prestasi belajar kelas media Interaktif………... 89

Tabel 4.4 Penyebaran nilai afektif kelas Satket………. 90

Tabel 4.5 Penyebaran nilai afektif kelas Interaktif……… 91

Tabel 4.6 : Deskripsi motivasi belajar dan media terhadap prestasi .... 93

Tabel 4.7 : Prestasi belajar siswa dengan motivasi tinggi ... 94

Tabel 4.8 : Prestasi belajar siswa dengan motivasi belajar rendah... 95

Tabel 4.9 : Deskripsi gaya belajar dan media terhadap prestasi belajar 96 Tabel 4.10 : Penyebaran nilai prestasi belajar gaya belajar visual... 97

Tabel 4.11 : Penyebaran nilai prestasi belajar gaya belajar kinestetik... 98

Tabel 4.12 : Hasil uji normalitas ... 99

Tabel 4.13 : Hasil uji homogenitas ... 101

Tabel 4.14 : Pemetaan analisis menggunakan anava ... 102

Tabel 4.15 : Rangkuman hasil uji anava ... 102

(14)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Kerucut pengalaman Edgar Dale 21

Gambar 2.2 : Penampang sederhana media Satket………... 25 Gambar 2.3 : Pemantulan teratur dan pemantulan baur………. 39 Gambar 2.4 : Hukum Pemantulan……….. 40 Gambar 2.5 : Pembentukan bayangan pada cermin datar………….. 41 Gambar 2.6 : Sinar-sinar sejajar pada cermin cekung………... 41 Gambar 2.7 : Tiga sinar istimewa pada cermin cekung………. 42 Gambar 2.8 : Bayangan yang terbentuk pada cermin cekung………

43

Gambar 2.9 : Sinar-sinar sejajar pada cermin cembung……… 44

Gambar 2.10 : Tiga sinar istimewa pada cermin cembung…………. 45

(15)

commit to user

Gambar 4.2 : Grafik prestasi belajar kognitif kelas Interaktif….…. 90 Gambar 4.3 : Grafik prestasi belajar afektif kelas Satket………. 91 Gambar 4.4 : Grafik prestasi belajar afektif kelas Interaktif……… 92 Gambar 4.5 : Grafik perbandingan nilai afektif kelas satket dan

(16)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Silabus ... 121

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 123

Lampiran 3 : Lembar Kegiatan Siswa (LKS)... 130

Lampiran 4 : Kisi-kisi angket motivasi belajar... 146

Lampiran 5 : Angket motivasi belajar ... 147

Lampiran 6 : Pedoman penskoran motivasi belajar ... 150

Lampiran 7 : Analisis angket motivasi belajar ... 151

Lampiran 8 : Kisi-kisi intrumen gaya belajar ... 153

Lampiran 9 : Insrumen gaya belajar ... 155

Lampiran 10 : Pedoman penskoran intrumen gaya belajar ... 159

Lampiran 11 : Analisis intrumen gaya belajar Visual... 160

Lampiran 12 : Analisis intrumen gaya belajar Kinestetik... 161

Lampiran 13 : Kisi-kisi tes prestasi belajar ... 162

Lampiran 14 : Instrumen uji coba prestasi belajar ... 164

Lampiran 15 : Kunci Jawaban uji coba prestasi belajar ... 170

Lampiran 16 : Analisis Instrumen uji coba prestasi belajar ... 171

Lampiran 17 : Instrumen angket penilaian afektif ... 173

Lampiran 18 : Rubrik Penilaian afektif ... 175

Lampiran 19 : Data induk penelitian ... 177

(17)

commit to user

Lampiran 21 : Hasil uji homogenitas prestasi belajar ………... 192

Lampiran 22: Deskripsi statistik prestasi belajar terhadap Media belajar , motivasi belajar dan Gaya belajar,... 196

Lampiran 23: Grafik interaksi antar variabel………... 197

Lampiran 24: Prosentase Penilaian Afektif…………..……... 199

Lampiran 25: Foto-foto Media Satket... 200

Lampiran 26: Foto-foto penelitian ... 204

Lampiran 27: Ijin Melakukan penelitian ... 208

(18)

commit to user

Saiful Amin, S831002057, 2012 “Pembelajaran Fisika dengan Media Satket dan Media Interaktif di Tinjau dari Motivasi Belajar dan Gaya Belajar (Materi Sifat-sifat Cahaya untuk Kelas VIII MTsN Tulung Madiun Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis:Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. dan Pembimbing II: Dra.Suparmi, M.A., Ph.D.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran fisika dengan media satket dan media interaktif, motivai belajar, gaya belajar dan ienteraksinya terhadap prestasi belajar.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2011. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri Tulung, Madiun tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 95 siswa yang terbagi menjadi tiga rombongan belajar (Rombel). Sampel diambil dengan teknik

Cluster random sampling, sampel terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VIIIA dan VIIIC.

Kelas VIIIA menggunakan media Satket dan kelas VIIIC menggunakan media interaktif. Teknik pengumpulan data untuk prestasi belajar menggunakan tes, sedangkan motivasi belajar, gaya belajar, dan prestasi afektif menggunakan angket. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 sel tak sama dihitung menggunakan software SPSS 17.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan taraf signifikansi 0,05 disimpulkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media Interaktif terhadap prestasi belajar. (2) ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. (3) ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar. (4) tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. (5) tidak ada interaksi interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar. (6) tidak ada interaksi antara motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. (7) tidak ada interaksi antara media pembelajaran, motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.

(19)

commit to user

Saiful Amin, S831002057. 2012 “Physics Learning with Satket Media and Interactive Media Over Viewed from Motivation and Learning Styles (Material Properties of Light for Class VIII MTsN Tulung Madiun Academic Year of 2010/2011). Thesis: Science Education Studies Program, Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta, June 2011. Supervisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. and Supervisor II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of physics learning with satket media and interactive media, learning motivation, learning styles and their interaction on learning achievement.

This study uses an experimental method and performed in January to June 2011. The study population was all students in Class VIII MTs Tulung, Madiun in academic year of 2010/2011, and as much as 95 students are divided into three study groups. Samples were taken by random cluster sampling technique; the sample consisted of two classes, namely class VIIIA and VIIIC. Class VIIIA is using Satket media and VIIIC classes using interactive media. Data collection techniques for learning achievement using tests, while the learning motivation, learning styles, and affective achievement using questionnaires. Hypotheses test using ANAVA three ways with factorial design 2 x 2 x 2 unequal cells was calculated using SPSS 17 software.

Based on the results of data processing with a significance level of 0.05 was concluded that: (1) there was no effect of physics learning using Satket media and interactive media to learning achievement; (2) there is the influence of high and low learning motivation to student learning achievement; (3) there is the influence of visual and kinesthetic learning styles to learning achievement; (4) there is no interaction between the learning media and learning motivation to learning achievement; (5) there is no interaction between learning media and learning styles to learning achievement; (6) there is no interaction between learning motivation and learning styles to student learning achievement; (7) there is no interaction between the learning media, learning motivation and learning styles to students learning achievement.

(20)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional diarahkan untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki oleh setiap warga Negara Indonesia selaku peserta didik sehingga

menjadi manusia yang cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Hal

tersebut sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 bab II

pasal 3, yang menyebutkan bahwa :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional di atas maka masyarakat

menuntut dunia pendidikan dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang

kreatif, yang mampu memecahkan persoalan-persoalan aktual dalam kehidupan.

Dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan teknologi bermanfaat sebagai

perbaikan dari sebelumnya agar dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

tidak terbelakang.

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berpengaruh

terhadap kemajuan teknologi. Pemahaman dan penguasaan konsep fisika yang

baik dan benar pada peserta didik akan dapat memberikan kontribusi yang tepat

terhadap kemajuan IPTEK. Konsep fisika yang baik dan benar dapat diwujudkan

(21)

commit to user

media yang tepat dalam proses pembelajaran. Namun banyak ditemui dilapangan

guru fisika yang mengajar tanpa menggunakan metode dan media pembelajaran

yang tepat sehingga siswa tidak menguasai konsep-konsep fisika dengan benar.

Penguasaan konsep fisika pada siswa masih sangat dangkal merupakan

kenyataan yang ada di lapangan. Siswa tidak memahami melainkan menghafalkan

konsep abstrak yang disajikan guru. Pemahaman siswa terhadap konsep fisika

yang dangkal menyebabkan siswa selalu merasa kesulitan belajar fisika dan

cenderung kurang menyenangi pelajaran fisika. Pada setiap kompetensi dasar

yang memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, siswa cenderung mengalami

kesulitan yang sama. Hal ini berlaku juga pada materi sifat-sifat cahaya yang

ditunjukkan dengan hasil belajar fisika yang masih rendah karena belum mencapai

kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan Madrasah. Berikut hasil belajar fisika

siswa selama 3 tahun terakhir

Tabel 1.1 Nilai rata-rata Kompetensi Dasar Sifat-sifat Cahaya di MTs Negeri Tulung

Tahun Pelajaran KKM Nilai rata-rata > KKM < KKM

2007-2008 65 59,65 35 % 65 %

2008-2009 65 60,25 38 % 62 %

2009-2010 65 62,29 46 % 54 %

Salah satu kompetensi dasar IPA SMP/MTs adalah menyelidiki sifat-sifat

cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.

Permasalahan yang dihadapi di MTs Negeri Tulung Madiun adalah pemahaman

(22)

commit to user

kriteria ketuntasan minimal sebagaimana yang ditunjukkan tabel 1.1. Karakteristik

materi sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan

lensa ada yang bersifat konkret dan ada yang bersifat abstrak. Oleh karena itu

dalam pembelajarannya memerlukan metode dan media yang tepat agar konsep

pemantulan dan pembiasan cahaya mudah dipahami siswa.

Selain karakteristik materi, faktor lain yang mempengaruhi rendahnya

prestasi belajar adalah belum optimalnya penggunaan media dalam proses

pembelajaran. Konsep pemantulan dan pembiasan akan diterima dengan baik oleh

siswa, jika pembelajaran disajikan secara visual, baik riil maupun animasi/

interaktif menggunakan metode eksperimen dengan memanfaatkan media riil

maupun media interaktif. Penggunaan media riil maupun interaktif memiliki

beberapa keunggulan masing-masing. Siswa yang menggunakan media riil dapat

berinteraksi dengan alat sehingga dapat merasakan bentuk nyata dari alat tersebut.

Sedangkan siswa yang menggunakan media interaktif dapat memperoleh hasil

yang ideal dari suatu pengukuran.

Konsep-konsep IPA umumnya saling berkaitan antara satu dengan yang

lain. Misalnya antara getaran dan gelombang, antara cahaya dengan alat-alat

optik, seperti mata, lup, mikroskop, teropong dan lain sebagainya. Guru

seharusnya dapat mengkaitkan antara konsep cahaya dengan alat-alat optik.

Beberapa alat optik menggunakan prinsip dasar konsep cahaya, yaitu prinsip

pemantulan dan pembiasan cahaya. Oleh sebab itu sangat penting bagi seorang

guru dapat mengkaitkan antara konsep satu dengan konsep yang lain. Namun ada

(23)

commit to user

Prinsip pemantulan dan pembiasan cahaya tidak terlepas dari sifat-sifat

cahaya. Karakteristik materi cahaya adalah konkret tapi abstrak. Efeknya dapat

diamati secara langsung yaitu terlihatnya suatu benda ataupun bayangan dari suatu

benda, tetapi jalannya cahaya tidak dapat diamati secara langsung. Sehingga

dalam pembelajarannya memerlukan media yang tepat agar pemantulan dan

pembiasan sebagai sifat dari cahaya mudah diamati dan dipahami oleh siswa.

Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran

sifat-sifat cahaya.

Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran sifat-sifat

cahaya adalah media Satket (Sinar Akan Terlihat Karena Efek Tyndal). Media

Satket merupakan media sederhana yang memanfaatkan satu sifat dari koloid

yaitu efek tyndal. Efek tyndal merupakan peristiwa penghamburan berkas cahaya

oleh partikel-partikel koloid. Dengan penghamburan cahaya ini maka jalannya

sinar pada pemantulan dan pembiasan cahaya dapat diamati dengan jelas. Karena

dapat diamati dengan jelas maka sifat-sifat cahaya akan lebih mudah dipahami

oleh siswa.

Selanjutnya media lain yang digunakan dalam pembelajaran sifat-sifat

cahaya adalah media interaktif. Media interaktif berbasis komputer pada saat ini

dikembangkan dengan pemanfaatan komputer sebagai panduan (computer

assisted instruction). Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat sangat

memungkinkan guru mendesain pembelajaran yang dapat meminimalkan

kehadiran guru. Guru sebagai fasilitator dapat mengkonstruksi pembelajaran

(24)

commit to user

interaktif siswa segera mendapat feedback melalui komputer dan latihan dapat

dilakukan berulang sesuai dengan kemampuan siswa. Media pembelajaran

interaktif dengan panduan komputer melibatkan pengguna dalam

aktivitas-aktivitas yang menuntut proses mental didalam pembelajaran. Sejalan dengan

pendapat Rezaei (2002) media interaktif berbasis computer akan lebih efektif

dalam pembelajaran fisika daripada menggunakan metode konvensional.

Setiap peserta didik memiliki karakteristik berbeda yang muncul dari

dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal) sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya. Salah satu karakteristik siswa yang menarik dari dalam diri dan

dapat diperkuat dari luar yaitu motivasi belajar. Peserta didik yang memiliki

motivasi belajar tinggi lebih mudah mengembangkan minat dan kemauan secara

sadar untuk belajar sehingga akan lebih baik menguasai pembelajaran melalui

media interaktif. Kesadaran untuk memahami, menguasai, dan mengaplikasikan

dalam permasalahan yang terkait merupakan kunci sukses untuk menyelesaikan

tiap bagian pada pembelajaran mandiri. Umpan balik yang diberikan dengan cepat

tampak dan efisien pada media interaktif sangat tepat untuk peserta didik yang

memiliki motivasi belajar tinggi" (Moh. Asrori 2008). Sedangkan siswa yang

motivasi belajarnya perlu dirangsang dari luar, akan lebih mudah menguasai

pembelajaran bila dibantu dengan media pembelajaran yang penggunaannya perlu

panduan guru. Pada pembelajaran dengan media Satket ini guru berperan sebagai

pemandu. Kehadiran guru sebagai pemandu melengkapi media Satket agar dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh stimulus sehingga berusaha untuk

(25)

commit to user

Dengan pemahaman yang benar dan tepat terhadap suatu permasalahan ternyata

dapat menambah motivasi siswa dalam belajar (Holubova dan Renata 2007). Jika

motivasi meningkat maka dalam melakukan suatu pekerjaan akan baik dan

sistematis sehingga hasil akhir akan tercapai yaitu meningkatnya prestasi belajar

siswa.

Karakteristik siswa yang menarik lainnya adalah gaya belajar yang terbagi

menjadi tiga gaya belajar yaitu visual, auditori dan kinestetik. Setiap individu

memiliki ketiga gaya belajar tersebut. Gaya belajar seseorang merupakan

kombinasi dari menyerap informasi dengan mudah dan kemudian mengatur serta

mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Setiap siswa menggunakan ketiga

gaya ini pada tahapan tertentu akan tetapi salah satu dari ketiganya cenderung

lebih menonjol. Pemilihan metode yang tepat, sesuai dengan gaya belajar yang

dimiliki oleh siswa akan sangat mempengaruhi hasil belajar. Optimalisasi

pemanfaatan salah satu ketiga gaya belajar tentu akan memberikan pengaruh

positif terhadap prestasi belajar. Pengajar yang baik tentu akan merencanakan dan

menerapkan media yang tepat sesuai dengan keberadaan dan karakteristik siswa

untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal. Namun selama ini terdapat

kesenjangan antara guru dalam mengajar dan gaya belajar siswa, artinya guru

dalam mengajar tidak memperhatikan karakter gaya belajar siswa sehingga hasil

pembelajaran tidak maksimal. Menurut Jones dan Mungai “Penggunaan teknologi dapat menjawab kesenjangan yang disebabkan oleh perbedaan antara

gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru” (Jones dan Dianne 2007)

(26)

commit to user

sesuatu yang menarik indra penglihatan. Sedangkan Siswa yang memiliki tipe

belajar auditori akan sangat tertarik dengan stimulasi yang memancing indra

pendengaran misalnya lagu atau irama. Oleh karena itu, anak-anak bertipe visual

dan auditori akan sangat terbantu belajarnya jika banyak menggunakan gambar,

video. animasi, lagu dan irama. Pembelajaran dengan media interaktif yang

memuat gambar, animasi, video lagu dan irama akan mampu mengakomodir

peserta didik yang memiliki kemampuan visual dan auditori. Siswa yang memiliki

gaya belajar kinestetik membutuhkan unsur gerak fisik dalam pembelajaran. Oleh

karena itu pembelajaran dengan media Satket yang menuntut peran aktif serta

keterlibatan secara fisik melalui eksperimen akan memberikan hasil maksimal

untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik.

Untuk mengetahui bahwa proses pembelajaran dapat berlangsung dan

penguasaan konsep siswa tercapai maka diperlukan alat ukur keberhasilan siswa

dalam belajar yaitu dengan tes prestasi belajar. "Tes prestasi belajar merupakan

salah satu alat pengukuran dibidang pendidikan yang sangat penting artinya

sebagai sumber informasi guna mengambil keputusan" (Arikunto 2002). Tes harus

mengukur hasil belajar yang telah dibatasi dengan jelas, berisi item-item yang

cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan. Oleh karena itu perlu dipilih

soal-soal yang benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa dalam pemahaman

tentang sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan

lensa.

B. Identifikasi Masalah

(27)

commit to user

permasalahan yaitu :

1. Fisika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang abstrak, membosankan dan

terlalu sulit dipahami oleh sebagian besar siswa di MTs NegeriTulung Madiun.

2. Materi fisika dengan Kompetensi Dasar: sifat-sifat cahaya dan hubungannya

dengan berbagai bentuk cermin dan lensa serta alat-alat optik merupakan

beberapa materi yang sulit dipahami siswa sehingga hasil prestasi belajar masih

rendah.

3. Guru mengajar secara monoton tanpa variasi media dalam pembelajaran

padahal ada berbagai media yang dapat digunakan seperti kit multimedia,

Satket, interaktif, animasi, powerpoint, komik dan lain-lain.

4. Guru pesimis untuk mencoba metode dan media yang bervariasi dalam

pembelajaran.

5. Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah belum optimal dimanfaatkan

untuk pembelajaran fisika.

6. Guru belum memperhatikan karakteristik siswa misalnya motivasi belajar,

gaya belajar siswa, kreatifitas, sikap ilmiah dan lain-lain.

7. Motivasi belajar siswa sangat beragam baik rendah, sedang maupun tinggi,

namun guru belum memperhatikan keberagaman tersebut.

8. Gaya belajar siswa sangat beragam (visual, auditori, kinestetik) namun guru

belum memperhatikan keberagaman gaya belajar siswa tersebut.

9. Umumnya guru hanya memperhatikan aspek kognitif saja untuk penilaian hasil

belajar, padahal seharusnya penilaian fisika mencakup aspek kognitif, afektif,

(28)

commit to user C. Batasan Masalah

Adapun pembatasan masalah yang ada yaitu:

1. Media yang digunakan adalah media Satket dan media interaktif.

2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen.

3. Motivasi belajar siswa dibatasi pada tingkat tinggi dan rendah yang dimiliki

oleh siswa kelas VIII siswa MTsN Tulung Madiun.

4. Gaya belajar siswa meliputi visual dan kinestetik yang dimiliki oleh siswa

kelas VIII siswa MTsN Tulung Madiun.

5. Prestasi belajar fisika dibatasi pada aspek kognitif dan afektif.

6. Materi fisika yang dipilih dalam penelitian ini adalah sifat-sifat cahaya dan

hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa KelasVIII MTs sesuai

dengan KTSP 2006 yang diterapkan di MTs Negeri Tulung Madiun.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, dan untuk

memperoleh pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup

permasalahan yang akan diteliti, maka dibuat beberapa rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah ada pengaruh penggunaan media Satket dan media interaktif terhadap

prestasi belajar siswa dalam pembelajaran optik?

2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar tinggi/rendah terhadap prestasi belajar

siswa?

(29)

commit to user

4. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa

terhadap prestasi belajar

5. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa

terhadap prestasi belajar siswa?

6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar siswa dengan gaya belajar siswa

terhadap prestasi belajar siswa?

7. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran, motivasi belajar dan gaya

belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media interaktif

terhadap prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

3. Pengaruh gaya belajar yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar siswa.

4. Interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara motivasi belajar dan gaya belajar terhadap prestasi belajar

siswa.

7. Interaksi antara media pembelajaran, motivasi belajar dan gaya belajar

(30)

commit to user F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh pembelajaran fisika

menggunakan media Satket dan media interaktif ditinjau dari motivasi belajar

dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.

b. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta acuan bagi penelitian di

bidang pendidikan selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pengalaman yang berbeda pada siswa dalam pembelajaran fisika

untuk meningkatkan kemampuan serta menggali potensi yang ada untuk

meningkatkan prestasi belajar.

b. Memberikan masukan kepada guru fisika dalam rangka memilih media

pembelajaran fisika untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka

perbaikan proses pembelajaran mata pelajaran fisika khususnya dan mata

(31)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar

Dalam lingkup pendidikan, belajar identik dengan proses kegiatan

sehari-hari siswa di sekolah atau madrasah. Melalui belajar siswa mengalami proses

mental dalam menghadapi bahan belajar. Menurut Hamzah B. Uno (2006) belajar

adalah perubahan tingkah laku seseorang setelah memperoleh informasi yang

disengaja. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya yang dilakukan

secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan.

Pola tingkah laku yang terjadi dapat kita amati atau kita lihat dalam bentuk

perubahan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.

Winkel (1996) dalam bukunya Psikologi Pengajaran “Belajar adalah

suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan dan nilai/ sikap". Perubahan itu bersifat secara relatif

konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang

baru atau pula menyempurnakan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil

belajar dapat berupa hasil yang utama, dapat juga berupa hasil efek sampingan.

Perubahan tersebut meliputi perubahan bersifat internal (tidak langsung dapat

(32)

commit to user

diamati) seperti ketrampilan motorik dan berbicara (verbal).

Belajar merupakan bagian yang melekat pada setiap diri manusia. Siswa

dapat belajar fisika melalui proses pembelajaran menuju suatu kompetensi yang

akan diperoleh oleh siswa. Proses tersebut terjadi karena ada interaksi antara

peserta didik/siswa dengan guru, sumber- sumber atau obyek belajar sehingga

diperoleh perubahan tingkah laku baik secara kognitif, psikomotor, dan afektif.

Proses kegiatan belajar mengajar ini tidak lepas dari perkembangan psikologi

peserta didik, sehingga psikologi sebagai dasar suatu proses belajar mengajar yang

terdapat pada teori belajar.

2. Teori Belajar

Beberapa teori belajar menurut beberapa ahli psikologi sesuai dengan

tujuan alirannya masing-masing.

a. Teori Belajar Penemuan Bruner.

Jerome Bruner mengemukakan teori belajar penemuan. "Inti belajar

menurut Bruner adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan dan

mentranformasi informasi secara aktif "(Ratna Wilis Dahar 1989). Oleh karena

itu Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia

dengan informasi yang diterima dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh

informasi yang diskret itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan

kemampuan apa adanya. Dalam pendekatannya, Bruner mengasumsikan bahwa

perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Orang belajar

berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi

(33)

commit to user

Bruner, orang akan mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan

informasi yang disimpan dengan yang diperoleh sebelurnnya. Selain itu belajar

sebagai proses kognitif yang meliputi : informasi baru, transformasi informasi

dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam usaha meningkatkan

pendidikan pada umumnya dan pendidikan sains pada khususnya perlu

memperhatikan empat hal yang penting yaitu struktur, kesiapan, intuisi dan

motivasi. Pembelajaran fisika menggunakan media Satket dan media interaktif

melalui kegiatan eksperimen dapat membantu siswa untuk belajar penemuan

yang sebenarnya. Melalui media Satket dan media interaktif siswa melakukan

eksperimen mengenai sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk

cermin dan lensa sehingga memperoleh data, mengolah data, kemudian

menyimpulkan hasil percobaannya. Konsep yang diperoleh kemudian

dikomu-nikasikan dalam presentasi dan demonstrasi sehingga siswa tidak hanya memilih

dan memperoleh penemuan tapi dapat mempertahankan dan mentransformasikan

informasi yang diperolehnya. Pada pembelajaran menggunakan media interaktif

siswa tidak sekedar membayangkan konsep sifat-sifat cahaya dan hubungannya

dengan berbagai bentuk cermin dan lensa tetapi akan mengamati melalui animasi

simulasi yang interaktif. Siswa akan memperoleh pengetahuan secara interaktif'

melalui media interaktif.

Gaya belajar dan motivasi belajar yang berbeda-beda sesuai dengan

karakteristik siswa, merupakan hal penting yang harus diperhatikan guru dalam

(34)

commit to user

karakteristik siswa akan sangat membantu siswa menemukan informasi yang

penting, mempertahankan dan mentransformasikan secara aktif terkait materi

yang dibahas.

b. Teori Belajar Ausubel

Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagi

Ausubel, "belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru

pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang"

(Ratna Wilis Dahar 1989). Belajar tidak hanya sebagai proses rote

learning/menghafal semata, tetapi lebih pada kebermaknaan/memberi manfaat

pada siswa. Berlangsung tidaknya belajar bermakna tergantung pada struktur

kognitif yang ada, serta kesiapan dan niat anak didik untuk belajar bermakna, dan

kebermaknaan materi pelajaran secara potensial. "Faktor-faktor utama yang

mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang

ada stabil, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada

waktu tertentu" (Ratna Wills Dahar 1989). Penerapan teori Ausubel dalam

mengajar : "The most important single.factor influencing learning is what the

learner already knows. A certain this and teach him accordingly" atau - Faktor

yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui

siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian”

(Ratna Wills Dallar 1989). Proses

pembelajaran harus memiliki manfaat bagi siswa sehingga apa yang dipelajari

siswa mudah diingat dan bertahan lama / tidak mudah lupa atau dapat dikatakan

bahwa apa yang dipelajari tersebut bermakna. Agar terjadi belajar bermakna,

(35)

commit to user

telah ada dalam struktur kognitif siswa. Gaya belajar yang dimiliki siswa akan

mempengaruhi proses memori. Gaya belajar tersebut dapat berupa visual,

auditorial, maupun kinestetik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bermakna sangat

penting dan diperlukan dalam pembelajaran fisika. Fisika memiliki banyak

konsep-konsep yang abstrak dan sulit dipahami sehingga dengan belajar bermakna

dengan melibatkan emosi, kesenangan dan kebutuhan aktualisasi diri siswa

melalui kegiatan mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan otak untuk

berpikir dapat membantu siswa untuk memahami fisika dengan lebih mudah.

Pembelajaran sifat-sifat cahaya dengan media Satket dapat membantu siswa

untuk belajar bermakna dan menghindari verbalisme. Melalui media Satket siswa

akan dilibatkan emosi, kesenangan dan aktualisasi diri dengan melakukan

eksperimen sehingga siswa memperoleh data, mengolah data dan menarik

kesimpulan sehingga terbetuk pemahaman konsep fisika yang benar. Siswa dapat

menghubungkan informasi yang telah ada dalam pikirannya dengan informasi

baru yang dapat dibuktikan melalui eksperimen dan demonstrasi yang dilakukan

melalui media Satket. Pembelajaran fisika pada materi sifat-sifat cahaya dengan

media interaktif juga membantu sisiwa untuk belajar bermakna. Siswa tidak

sekedar menerima informasi tapi membangun konsep yang benar melalui

animasi, simulasi, feedback yang langsung melalui media komputer. Siswa

dilibatkan melalui kegiatan melihat, mendengar dan berpikir. Media interaktif

telah didesain secara khusus agar siswa dapat melakukan pembelajaran mandiri

(36)

commit to user

lama melalui tampilan-tampilan yang dibuat menarik sehingga siswa bersemangat

untuk mempelajari konsep fisika yang menarik dan menantang. Pembelajaran

fisika menggunakan media satket dan media interaktif dengan tinjauan motivasi

belajar dan gaya belajar akan sangat membantu siswa untuk mempermudah

memahami fisika sesuai dengan media pembelajaran yang digunakan berdasarkan

motivasi belajar dan gaya belajar yang dimiliki siswa. Hasil pembelajaran fisika

diharapkan meningkat melalui pemahaman konsep yang benar karena siswa

melakukan, pembelajaran, menggunakan media yang disesuaikan dengan motivasi

belajar dan gaya belajarnya. Media yang tepat dengan memperhatikan motivasi

belajar dan gaya belajar siswa akan dapat membantu siswa untuk belajar

bermakna sehingga fisika tidak sekedar hafalan melainkan menjadi lebih konkret.

c. Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989) berpendapat bahwa ada

tiga aspek pertumbuhan intelektual, yaitu struktur, isi dan fungsi". Selanjutnya

Piaget menyatakan bahwa ada hubungan fungsional antara tindakan fisik dan

tindakan mental dan perkembangan berpikir logis anak. Tindakan-tindakan

menuju pada perkembangan operasi –operasi, dan operasi -operasi selanjutnya menuju pada perkembangan struktur-struktur. Operasi-operasi adalah

kegiatan-kegiatan mental yang terinternalisasi, reversibel, tetap dan tidak ada operasi yang

berdiri sendiri. Struktur-struktur merupakan organisasi-organisasi mental tingkat

tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari operasi-operasi. Isi pertumbuhan intelektual

ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang

(37)

commit to user

Perkembangan intelektual didasarkan pada organisasi dan adaptasi.

Adaptasi dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dalam asimilasi

seseorang menggunakan struktur yang sudah ada dalam lingkungannya. Dalam

akomodasi seseorang memerlukan modifikasi dari struktur yang ada dalam

mengadakan respon terhadap tantangan lingkungan. Adaptasi kesetimbangan

antara asimilasi dan akomodasi inilah yang diterapkan pada belajar dalam kelas.

"Teori perkembangan kognitif Piaget banyak mempengaruhi pendidikan

sains, termasuk pendidikan fisika" (Paul Suparno 2007). Secara umum Piaget

membedakan empat tahap dalam perkembangan kognitif seseorang, yaitu tahap

sensori-motor (0-2 tahun), tahap pra operasional (2-7 tahun), tahap pemikiran

operational konkrit (7-11 tahun), dan tahap pemikiran formal (11 tahun ke atas).

Menurut Piaget dalam Paul Suparno (2007) "Tahap operasional formal merupakan

tahap akhir dalam perkembangan kognitif'. Pada tahap ini seorang anak sudah

dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan

proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan yang dapat

diamati pada saat ini. Pada tahap ini logika anak mulai berkembang dan

digunakan serta cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Pembelajaran fisika

menggunakan media Satket melalui eksperimen merupakan pembelajaran yang

menuntut siswa untuk berpikir logis teoritis berdasarkan hipotesis dan dapat

mengambil kesimpulan untuk membangun pemahaman terhadap konsep fisika.

Melakukan percobaan, memperoleh dan mengolah data berdasarkan hipotesis

serta mengambil kesimpulan merupakan langkah-langkah pembelajaran

(38)

commit to user

menuntut siswa untuk menerjemahkan tampilan animasi dan simulasi yang

abstrak menjadi konkret sehingga fisika tidak dipahami sebagai pelajaran yang

abstrak dan membosankan melainkan pelajaran yang menarik.

Persoalan-persoalan yang ditampilkan dalam media interaktif menuntut siswa

berpikir fleksibel dan efektif dan mampu berhadapan dengan persoalan yang

kompleks. Pada tahap operasional formal, siswa dapat berpikir fleksibel karena

dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Siswa dapat berpikir

efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok dengan persoalan yang

dihadapi dan memikirkan banyak kemungkinan dalam suatu analisis. Media

pembelajaran menggunakan media Satket dan media interaktif didesain untuk

membantu siswa pada tahap operasional formal membangun dan membentuk

pengetahuan fisika.

3. Media Pembelajaran

Media merupakan alat yang harus ada untuk memudahkan sesuatu dalam

pekerjaan. Secara spesifik, Sharon mengemukakan pengertian media (2005) "A

medium (plural, media ) is a means of communication and source of infor mation

". Media merupakan sarana komunikasi dan sumber informasi. Menurut Rohani

(1997) "Media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai

perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi". Sadiman (2006) menyatakan

bahwa "Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima

pesan". Dalam AECT (Association for Educational Communications and

Technology) seperti yang dikutip Asnawir (2002) mengartikan "Media sebagai

(39)

commit to user

Menurut Miarso (2004) "Pembelajaran menunjukkan usaha pendidikan

yang dilaksanakan secara sengaja dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu

sebelum proses dilaksanakan, serta yang pelaksanaannya terkendali". Berdasarkan

pengertian dua istilah di atas dapatlah didefinisikan istilah "media pembelajaran"

antara lain:

a. Sadiman (2006) mengemukakan "Media pendidikan adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,. perhatian dan minat serta perhatian

peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. b)Depdiknas

(2009) merumuskan bahwa "Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang,

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya

proses belajar pada diri pernbelajar". c) Miarso (2004) menyatakan bahwa

"Media pembelajaran adalah sarana untuk memberikan perangsang bagi peserta

didik supaya proses belajar terjadi".

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan,

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk belajar.

Media pembelajaran dapat berupa segala alat fisik maupun non fisik yang dapat

menyajikan materi pembelajaran serta dapat merangsang dan mendorong

terjadinya proses belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks

(40)

commit to user

Salah satu teori yang digunakan sebagai dasar penggunaan media dalam

proses pembelajaran adalah Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone of

Experience). Edgar Dale dalam Asnawir (2002) mengklasifikasikan pengalaman

belajar anak dimulai dari hal-hal yang paling konkret sampai kepada hal-hal yang

paling abstrak. Dari Gambar 2.1, terlihat bahwa kerucut pengalaman Dale terdiri

dari 12 macam klasifikasi media pembelajaran.

Verbal Simbol

Visual

Radio

Film

Televisi

Pameran

Karyawisata

Demonstrasi

Pengalaman Dramatisasi

Pengalaman Tiruan

Pengalaman Langsung

Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Dasar pengembangan kerucut pada gambar di atas bukanlah tingkat kesukaran,

melainkan tingkat keabstrakan (jumlah jenis indera yang turut serta selama proses

penerimaan informasi atau pesan)

Menurut kerucut pengalaman Dale di atas dapat dijelaskan bahwa

pengalaman langsung dapat memberikan kesan paling bermakna mengenai

informasi/pesan dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman tersebut karena Konkret

(41)

commit to user

ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.

Hal ini dikenal dengan istilah belajar sambil bekerja. Tingkat keabstrakan pesan

akan semakin tinggi ketika pesan tersebut dituangkan ke dalam lambang-lambang

seperti diagram, bagan, grafik, ataupun lambang kata. Hal ini karena indera yang

terlibat untuk menafsirkannya semakin terbatas, yakni indera penglihatan saja.

Pada penelitian ini dengan metode eksperimen siswa dilibatkan untuk

mendapatkan pesan informasi pelajaran melalui pengalaman langsung

menggunakan media satket maupun media interaktif. Dengan media satket

maupun media interaktif akan menekankan penggunaan pengalaman langsung /

konkret sehingga verbalisme akan dapat dihindari. Setelah diskusi hasil percobaan

dan mendapatkan kesimpulan mengenai konsep pemantulan dan pembiasan serta

proses terbentuknya bayangan benda yang sedang dipelajari akan membangun

abstraksi siswa untuk memprediksi sesuatu yang akan terjadi berkaitan dengan

konsep pemantulan dan pembiasan cahaya.

Media yang difungsikan sebagai sumber belajar bila dilihat dari pengertian

harfiahnya juga terdapat manusia didalamnya, benda, ataupun segala sesuatu yang

memungkinkan untuk anak didik memperoleh informasi dan pengetahuan yang

berguna bagi anak didik dalam pembelajaran, dan dengan adanya media berbasis

TIK tersebut, khususnya menggunakan media interaktif anak didik mempunyai

keinginan untuk maju, dan juga mempunyai kreatifitas yang tinggi serta

memuaskan dalam perkembangan mereka di kehidupan kelak. Sasaran

penggunaan media adalah agar anak didik mampu mencipatakan sesuatu yang

(42)

commit to user

dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kehidupannya. Dengan

demikian para siswa dengan mudah mengerti dan memahami materi pelajaran

yang disampaikan oleh guru pada proses pembelajaran di kelas.

Soeparno (2007) menyatakan bahwa "ada beberapa alasan memilih media

dalam proses belajar mengajar". Lebih lanjut dijelaskan alasan itu antara lain, ada

berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat dipakai didalam

proses belajar mengajar, ada media yang mempunyai kecocokan untuk

menyampaikan informasi tertentu, ada perbedaan karakteristik setiap media dan

ada perbedaan pemakai media tersebut serta ada perbedaan situasi dan kondisi

tempat media dipergunakan.

Ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan pada pemilihan

media. Setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan

pengaruh kepada efektivitas program pembelajaran. Rudi Susilana (2008)

menjelaskan kriteria umum pemilihan media berdasarkan kesesuaian: tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik pembelajar atau siswa, teori,

gaya belajar, kondisi lingkungan, fasilitas pendukung dan waktu yang tersedia".

Bertitik tolak dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa memilih media tidak

mudah. Media yang akan digunakan harus memperhatikan beberapa ketentuan

dengan pertimbangan bahwa penggunaan media harus benar-benar berhasil guna

dan berdaya guna untuk meningkatkan dan memperjelas pernahaman siswa.

4. Media SATKET

(43)

commit to user

cahaya oleh partikel-partikel koloid. Koloid merupakan suatu bentuk campuran

(sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen tetapi memiliki ukuran

partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nm). Bersifat homogen berarti

partikel terdispersi tidak terpengaruh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan

kepadanya sehingga tidak terjadi pengendapan. Sifat homogen ini juga dimiliki

oleh sifat larutan .

Bentuk koloid bermacam-macam tergantung dari fasa zat pendispersi dan

fasa zat terdispersinya. Macam-macam koloid dapat dilihat dalam tabel 2.1

berikut :

Tabel 2.1. Macam-macam Koloid

Fasa terdispersi

Fasa

pendispersi Tipe Contoh

gas Cair buih, busa buih sabun.

gas Padat busa padat batu apung, karet busa.

cair gas. aerosol cair kabut, awan. cair Cair emulsi cair susu, minyak ikan

cair Padat emulsi padat keju, mentega.

padat Gas aerosol padat asap.

padat Cair sol (gel, suspensi) cat, larutan kanji.

padat Padat sol padat paduan logam,

batu permata.

Efek Tyndall merupakan salah satu sifat optik yang dimiliki oleh koloid,

yaitu suatu efek penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel yang

terdapat dalam sistem koloid, sehingga jalannya berkas sinar atau cahaya dapat

terlihat. Disebut efek tyndall karena yang menemukan pertama kali adalah John

(44)

commit to user

Media Satket merupakan sebuah kotak transparan dibuat dari kaca atau

plastik mika. Didalam kotak ini dimasukkan asap yang merupakan salah satu

bentuk koloid. Asap merupakan koloid dengan fasa terdispersi berbentuk padat

dan fase pendispersi berbentuk gas. Asap ini yang akan memperlihatkan jalannya

berkas sinar datang, sinar pantul ataupun ataupun sinar bias sehingga hukum

pemantulan dan hukum pembiasan dapat dilihat jelas oleh siswa.

Gambar 2.2. Penampang sederhana media Satket

5. Media Interaktif

Media interaktif merupakan media pembelajaran mandiri yang dapat

dimanfaatkan siswa dengan panduan komputer. Guru sebagai fasilitator

merancang kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat melakukan sendiri

pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. "Computer-based interactive

media creates a multimedia learning environment that capitalizes on the features

of both video and computer assisted instruction " (Molenda 2005). Media

interaktif adalah sofware pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh siswa

secara mandiri tanpa bantuan guru. Media interaktif harus dapat memadukan

explicit knowledge dan tacit knowledge , mengandung fitur assemen untuk

(45)

commit to user

latihan, ujian dan simulasi termasuk tahapan pemecahan masalah.

Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau

motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan

dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki"

(Mujiman 2006). Belajar mandiri dapat menggunakan berbagai media dan

sumber belajar. Ketersediaan sumber dan media yang bervariasi akan sangat

mendukung kegiatan pembelajaran. Dengan demikian pemanfaatan media

interaktif diharapkan akan membantu siswa menjalani pembelajaran yang

menarik dan menantang sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.

Bahan pembelajaran mandiri mempunyai empat ciri pokok. Pertama,

mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri. Uraian dalam bahan itu

jelas sehingga tidak perlu penjelasan tambahan dari pengajar atau sumber lain.

Kedua, dapat dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan kecepatan belajar

masing-masing. Dalam bahan tersebut telah terdapat petunjuk kapan peserta didik

boleh terus maju ke bagian berikutnya dan kapan harus mengulang mempelajari

bahan belajar yang sama atau bahan yang lain. Peserta didik yang mampu belajar

dengan cepat dapat maju terus tanpa perlu menunggu siswa yang lambat.

Sebaliknya peserta didik yang lambat tidak perlu merasa tertinggal dan

memburu kecepatan siswa yang lebih cepat. Ketiga, dapat dipelajari oleh peserta

didik menurut waktu dan tempat yang dipilihnya.

Penyusunan media interaktif patuh pada penyusunan media pembelajaran

mandiri. Depdiknas (2009) menyatakan "Karakteristik media pembelajaran

(46)

commit to user

a. Self-instructional

Self-instructional maksudnya melalui media pembelajaran mandiri

tersebut peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri dan tidak tergantung

pada orang lain. Oleh karena itu media pembelajaran mandiri harus memuat

tujuan yang dirumuskan dengan jelas, memuat materi pembelajaran yang dikemas

dalam unit. Memuat contoh-contoh dan ilustrasi yang mendukung penjelasan

pemaparan atau uraian materi pembelajaran. Memuat soal-soal latihan, tugas dan.

sejenisnya yang memungkinkan peserta didik memberikan respond dan mengukur

tingkat penguasaanya. Media pembelajaran mandiri harus kontekstual,

materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan

peserta didik, menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif, memuat

rangkuman materi pembelajaran, memuat instrumen penilaian / assessment

(self-assessment) serta memuat balikan (feedback) arcs penilaian peserta didik,

sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi dan memuat

informasi tentang cumber rujukan atau referensi yang mendukung materi

pembelajaran yang dimaksud.

b. Self-contained

Self-contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu kompetensi

atau kompetensi dasar yang dipelajari terdapat dalam satu media pembelajaran

mandiri yang utuh. Konsep ini bertujuan memberikan kesempatan pada peserta

didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas. Jika harus dilakukan

pembagian atau pemisahan dari satu kompetensi, maka harus dilakukan dengan

hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai peserta

(47)

commit to user

c. Adaptif

Media pembelajaran mandiri hendaknya memiliki daya adaptif yang

tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Suatu media pembelajaran

mandiri dikatakan adaptif apabila media tersebut dapat menyesuaikan

perkembangan Iptek, serta memiliki daya lentur (fleksibel) untuk digunakan di

berbagai perangkat keras.

d. User-friendly

Media pembelajaran mandiri hendaknya memenuhi kaidah user friendly

atau bersahabat/akrab dengan pernakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi

yang ditampilkan hendaknya bersifat membantu dan bersahabat dengan

pemakainya, termasuk kemudahan dalam merespon, mengakses sesuai dengan

keinginan. Salah satu bentuk user friendly adalah penggunaan bahasa yang

sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

Dengan demikian siswa tidak merasa asing atau kesulitan dalam menggunakan

media tersebut.

Riyana (2008) menjelaskan bahwa "Media interaktif sebagai bahan ajar

bertujuan untuk memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak

terlalu bersifat verbalistic". Selain itu media interaktif sebagai bahan ajar

bertujuan untuk mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera para

siswa serta dapat digunakan secara tepat dan bervariasi. Tujuan lain penggunaan

media interaktif dapat meningkatkan motivasi dan gairah belajar para siswa

untuk menguasai materi pelajaran secara utuh, mengembangkan kemampuan

(48)

commit to user

lainnya. Selain itu melalui penggunaan media interaktif memungkinkan siswa

untuk belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

6. Motivasi Belajar a. Motivasi

Menurut Duncan, dalam Ngalim Purwanto (2002), " motivasi berarti

setiap usaha yang disadari untuk mernpengarui perilaku seseorang agar

meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuan

organisasi. Perilaku atau tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh motif disebut

tingkah laku motivasi", yang dirumuskan sebagai tingkah laku yang

dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu

tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi atau suatu kehendak terpuaskan. Motivasi

merupakan dorongan yang muncul dalam diri seseorang untuk melakukan

serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dorongan

ini muncul dikarenakan adanya kebutuhan.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan motivasi adalah

suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan dan mengarahkan seseorang

untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai tujuan tertentu.

b. Motivasi Belajar

Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivasi siswa untuk

terlibat dalam proses pembelajaran sangat diperlukan untuk menciptakan proses

pembelajaran di kelas secara efektif'. Motivasi belajar memiliki peranan yang

sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil.

(49)

commit to user

siswa mempunyai motivasi dalam belajar sehingga setiap pembelajaran yang

dilakukan dapat berjalan efektif baik dalam proses maupun dalam pencapaian

tujuan pembelajaran.

Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi terhadap suatu mata pelajaran

menurut Surjadi (1996) dapat dilihat melalui: 1)Senang membaca buku-buku

pelajaran. Siswa yang mempunyai motivasi terhadap suatu pelajaran di sekolah

akan rajin membaca buku pelajaran tersebut tanpa diperintah oleh guru atau

pihak lain. Bagi siswa tersebut membaca buku pelajaran merupakan kebutuhan,

yang harus dipenuhi. 2) Senang Membuat catatan mata pelajaran yang disukai,

Siswa yang mempunyai motivasi dalam suatu mata pelajaran, akan membuat

catatan-catatan setelah membaca buku atau mendapatkan pelajaran dari guru.

Sebagian siswa yang memiliki motivasi ini melakukan pencatatan dengan rapi

dan teliti. Catatan ini dimaksud untuk mempermudah mengulangi kembali dalam

belajar. Mereka selalu membaca berulang-ulang catatan tersebut. 3) Lebih

menguasai mata pelajaran yang dimotivasi, bagi siswa yang mempunyai motivasi

terhadap suatu mata pelajaran akan lebih menguasai (baik hafal ataupun

mengerti) tentang mata pelajaran tersebut dibandingkan dengan mata pelajaran

yang lainnya. Siswa yang bermotivasi dalam mata pelajaran fisika akan cepat

mengerti bila diberikan pelajaran tentang fisika daripada diperintah untuk

menghafal. 4) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, siswa yang memiliki

motivasi terhadap suatu pelajaran, akan sering bertanya segala sesuatu yang

belum di mengerti dalam mata pelajaran tersebut. 5) Dapat menceritakan atau

Gambar

Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale  Dasar pengembangan kerucut pada gambar di atas bukanlah tingkat kesukaran,
Tabel 2.1. Macam-macam Koloid
Gambar 2.2. Penampang sederhana media Satket
gambar dan  tulisan. Selain itu, agar belajar menjadi lebih efektif dan berarti,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif melalui media riil dan media virtuil, gaya belajar dan interaksinya terhadap prestasi

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: pengaruh pembelajaran model siklus belajar hipotetik deduktif dengan media riil dan media virtuil terhadap prestasi belajar

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: pengaruh pembelajaran model siklus belajar hipotetik deduktif dengan Media Riil dan Media Virtuil terhadap prestasi belajar Biologi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakan TGT melalui teka teki silang dan kartu, kemampuan verbal dan gaya belajar terhadap

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif melalui media riil dan media virtuil, sikap ilmiah, gaya belajar dan interaksinya

Penelitian ini menjelaskan tentang “pengaruh pemanfaatan media pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar media pembelajaran”. Tujuan penelitian adalah untuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick terhadap prestasi belajar siswa. Populasi

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Animasi dan Simulasi Komputer ditinjau dari kemampuan matematika dan gaya belajar, dan interaksinya