• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENGUASAAN UNGGAH UNGGUH BASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENGUASAAN UNGGAH UNGGUH BASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010 2011"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO

SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi Oleh:

RATNASARI YULIANTI X7107063

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO

SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh:

RATNASARI YULIANTI X7107063

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Upaya penguasaan Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro Semester II Tahun Ajaran

2010/2011” yang disusun oleh:

Nama : Ratnasari Yulianti

Nim : X7107063

Telah dipertahankan dihadapkan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd

Sekretaris : Drs. Kartono, M.Pd

Anggota I : Drs. Usada, M. Pd

Anggota II : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Ratnasari Yulianti. UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli 2011.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: Untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, tindakan , observasi, refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VA SDN I Pracimantoro tahun ajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, observasi, wawancara dan tes. Teknik analisis menggunakan teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data , penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011 meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan data-data sebagai berikut : pada pra tindakan hanya 17,14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70, pada siklus I 42,86% siswa telah mendapat nilai ≥ 70 dan pada siklus II 74,29% siswa telah mendapat nilai ≥ 70.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penggunaan melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sangat berguna untuk membantu peningkatan penguasaan unggah-ungguh basa siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa. Berdasarkan hal tersebut, guru-guru dianjurkan untuk mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam penyampaian materi unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Ratnasari Yulianti. ENGRAFTING THE CONCEPT OF MIND AND CHARACTER EDUCATION THROUGH UNGGAH-UNGGUH BASA IN JAVANESSE LANGUAGE LEARNING AT FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL PRACIMANTORO I IN THE SECOND SEMESTER OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, July 2011.

The objectives of this research are: To improve the engrafting of the concept of mind and character education as well as the stabilization of the implementation of unggah-ungguh basa in javanesse language learning in the second semester of fifth grade students of elementary school Pracimantoro I in the 2010/2011 academic year.

The model of this research was an action research that consists of two cycles, each cycle consists of four stages: planning, action, observation, reflection. The research subjects were fifth grade students of elementary school Pracimantoro I in 2010/2011 academic year. Data were collected by using documentation, observation, interviews and tests. Techniques of analysis were use the interactive analysis technique that consists of three components namely the analysis of data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification.

Based on this research, it can be concluded that the implementation of unggah-ungguh basa in Javanese language learning can improve the engrafting the concept of mind and character education at fifth grade students in the second semester of 2010/2011 academic year. It can be shown from the data as follows: from the result of pre test only 17.14% of students who scored ≥ 70, the cycle I had 42,86% of students scored ≥ 70 and the second cycle of 74.29% students have scored ≥ 70 .

These results indicate that the implementation of unggah-ungguh basa is very useful to help the growing concept of mind and character education of students in learning the Javanese language. Based on this, teachers are encouraged to optimize the delivery of content unggah ungguh basa in Javanese language learning.

(7)

commit to user

vii MOTTO

“Maka sesungguhnya di samping ada kesukaran terdapat pula kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”

(Q. S. Al Insyirah:5-6)

“Saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti”

(Pepatah Cina)

“Berpura-pura tidak akan gagal ternyata memperbesar kemungkinan kita

untuk berhasil”

(Mario Teguh)

Kalau tuan ingin hidup tiga bulan tanamlah padi, kalau ingin hidup tiga tahun tanamlah pohon, tetapi kalau ingin hidup selama-lamanya tanamlah ilmu dan

amal baik

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Hasil karya ini kupersembahkan kepada:

Ayah dan Ibuku (Sugiyatno & Mintarsih) yg sangat aku sayangi,

terimakasih atas doa serta dorongan motivasi dan materiil yang selalu diberikan

kepadaku hingga saat ini.

Adikku tersayang (Dwi Prasetya Arga Sayoga) terimakasih atas doa serta

motivasi yang telah diberikan hingga saat ini.

Keluarga besar PGSD FKIP UNS dan Almamaterku yang aku banggakan,

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah ucapan syukur akan kebesaran Allah SWT

yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti sehingga dapat

menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Upaya Pengguasaan

Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro Semester II Tahun Ajaran 2010/2011”.

Banyak hambatan dalam penyusunan laporan penelitian ini, namun

berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini

dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini peneliti mengucapkan

terimakasih yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto, M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Usada, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

5. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. Selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.

6. Kepala SDN I Pracimantoro yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Bapak/Ibu Guru SDN I Pracimantoro yang banyak memberikan bantuan dan

dorongan.

8. Bapak dan ibuku terima kasih atas doa, pengalaman hidup dan pengorbanan

yang tulus selama ini.

9. Adikku terimakasih atas semangat, doa dan bantuannya selama ini.

(10)

commit to user

x

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih

banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca

sangat diharapkan. Sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Akhirnya tidak lupa peneliti mengucapkan maaf bila terdapat tutur kata

peneliti yang kurang berkenan di hati pembaca. Sekian, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PENGAJUAN ……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iv

ABSTRAK ………... v

MOTTO …...……… vii

PERSEMBAHAN ………... viii

KATA PENGANTAR………... ix

DAFTAR ISI……… x

DAFTAR TABEL ………... xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………... 5

C. Tujuan Penelitian………. 5

D. Manfaat Penelitian ……….. 5

(12)

commit to user

xii

1. Unggah-ungguh Basa ………….……… 7

2. Model Pembelajaran Prblem Based Learning (PBL) ………. 11

B. Penelitian yang Relevan ………….………. 18

C. Kerangka Berfikir ………... 19

D. Hipotesis ……….. 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 22

B. Subjek dan Objek Penelitian ………... 23

C. Bentuk Penelitian ……… 23

D. Sumber Data ……… 24

E. Teknik Pengumpulan Data ……….. 24

F. Validitas Data ……….. 26

G. Analisis Data ………... 27

H. Indikator Kinerja …….……… 28

I. Prosedur Penelitian ………. 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………..………. 34

B. Pembahasan …………...……….. 54

(13)

commit to user

xiii

B. Implikasi ……….. 58

C. Saran ………... 60

DAFTAR PUSTAKA ………. 62

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ……….. 22

Tabel 2. Hasil Tes Awal ………. 35

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Nilai Pra Tindakan ……….. 36

Tabel 4. Hasil Tes Siklus I ……….. 42

Tabel 5. Data Distribusi Frekuensi Nilai Belajar Penguasaan Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro pada Siklus I ………... 43 Tabel 6. Hasil Tes Siklus II ……… 52

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 21

Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ... 28

Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 29

Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Data Nilai Pra Tindakan ... 36

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Bahasa Jawa Kelas V... 73

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 75

Lampiran 3. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1 84

Lampiran 4. Kartu Masalah (Siklus I Pertemuan I) ... 86

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1 ... 87

Lampiran 6. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I

Pertemuan 1 ...

89

Lampiran 7. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I

Pertemuan 1 ...

91

Lampiran 8. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2 92

Lampiran 9. Kartu Masalah (Siklus I Pertemuan 2) ... 94

Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2 ... 95

Lampiran 11. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I

Pertemuan 2 ...

97

Lampiran 12. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I

Pertemuan 2 ...

99

Lampiran 13. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ... 100

(17)

commit to user

xvii

Lampiran 15. Kriteria Penialaian Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 .. 102

Lampiran 16. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ... 103

Lampiran 17. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ... 104

Lampiran 18. Kriteria Penilaian Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 .... 105

Lampiran 19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 106

Lampiran 20. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II

Pertemuan 1 ...

115

Lampiran 21. Kartu Masalah (Siklus II Pertemuan 1) ... 117

Lampiran 22. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 1 ... 118

Lampiran 23. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II

Pertemuan 1 ...

120

Lampiran 24. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II

Pertemuan 1 ...

122

Lampiran 25. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II

Pertemuan 2 ...

123

Lampiran 26. Kartu Masalah (Siklus II Pertemuan 2) ... 125

Lampiran 27. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 2 ... 126

Lampiran 28. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II

Pertemuan 2 ...

128

Lampiran 29. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II

(18)

commit to user

xviii

130

Lampiran 30. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ... 131

Lampiran 31. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ... 132

Lampiran 32. Kriteria Penilaian Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ... 133

Lampiran 33. Soal Evaluasi siklus II Pertemuan 2 ... 134

Lampiran 34. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 ... 135

Lampiran 35. Kriteria Penilaian Soal Evaluasi Silus II Pertemuan 2 ... 136

Lampiran 36. Pedoman Observasi Guru ... 137

Lampiran 37. Lembar Observasi Guru (APKG) ... 141

Lampiran 38. Hasil Rekapitulasi Observasi Guru dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ... 143 Lampiran 39. Pedoman Wawancara untuk Guru Sebelum Penanaman Unggah-ungguh Basa ... 144 Lampiran 40. Pedoman wawancara untuk Guru Setelah Penanaman Unggah-ungguh Basa ... 146 Lampiran 41. Daftar Nilai Siswa Sebelum Penanaman Unggah-ungguh Basa ... 148 Lampiran 42. Daftar Nilai Siswa Siklus I ... 150

Lampiran 43. Daftar Nilai Siswa Siklus II ... 152

(19)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (1) yang berbunyi ” Tiap-tiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan.” Pendidikan bagi setiap

warga negara pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk mengembangkan

potensi yang dimiliki sehingga dengan kemampuannya, siswa akan dapat

memenuhi hidupnya dan kelak akan berguna bagi dirinya sendiri, keluarga,

masyarakat, dan negara.

Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah unsur sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif peserta didik

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakan, bangsa, dan negara.

Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. (Depdiknas, 2003: Bab II pasal 3).

Pembelajaran atau proses belajar mengajar merupakan suatu proses

interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa atau pembelajar beserta

(20)

commit to user

pendidikan, yang di dalamnya ditunjang oleh berbagai unsur-unsur pembelajaran antara lain tujuan, materi pelajaran, sarana prasarana, situasi atau kondisi belajar,

media pembelajaran, lingkungan belajar, metode pembelajaran, serta evaluasi.

Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan

proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Proses belajar

mengajar dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama adalah faktor yang berasal

dari dalam dan faktor yang kedua adalah faktor yang berasal dari luar

siswa,sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa salah satunya adalah

metode pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat sangat mempengaruhi

keberhasilan proses pembelajaran. Akan tetapi, kenyataan yang ada saat ini bahwa

masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dalam proses

pembelajarannya.

Permasalahan yang timbul adalah pendidikan kita masih didominasi oleh

pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.

Disisi lain adanya banyak fakta bahwa guru menguasai materi suatu subjek

dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.

Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran

tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Proses belajar

mengajar di dalam kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama

pengetahuan, dimana ceramah menjadi pilihan utama proses belajar mengajar.

Seperti halnya di dalam kelas VA SDN I Pracimantoro. Permasalahan

intern yang timbul ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung dapat

dipaparkan sebagai berikut: observasi awal yang dilakukan oleh peneliti

menunjukkan bahwa minat dan motivasi siswa untuk belajar bahasa Jawa masih

rendah. Hal tersebut tampak dalam hasil ulangan bahasa Jawa yang masih banyak

siswa mendapat nilai di bawah 70. Pada ulangan bahasa Jawa tersebut hanya 6 siswa atau 17,14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70 (selengkapnya terlampir). Selain itu, ditinjau dari metode pembelajaran, guru masih menerapkan metode

pembelajaran ceramah yang kurang menarik. Begitu masuk kelas, guru

memberikan sedikit ceramah tentang materi pelajaran yang telah dicatat

(21)

commit to user

soal atau tugas. Siswa diminta untuk membuka buku catatan dan mengerjakan

buku Lembar Kerja, atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Proses

pembelajaran dengan metode konvensional ceramah masih belum cukup

memberikan kesan yang mendalam pada siswa, karena peran guru dalam

menyampaikan materi lebih dominan dibandingkan keaktifan siswa sendiri. Guru

lebih banyak memberikan penjelasan daripada mencari tahu sejauh mana siswa

bisa menerima dan memahami informasi yang disampaikan. Oleh sebab itu, guru

harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih model pembelajaran yang

menarik minat siswa.

Agar upaya tersebut berhasil maka harus dipilih model pembelajaran

yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar, siswa dapat

aktif, interaktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pemilihan model

pembelajaran yang tepat merupakan kreatifitas seorang guru agar siswa tidak

jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang

tepat juga akan memperjelas konsep-konsep yang diberikan kepada siswa

senantiasa antusias berfikir dan berperan aktif.

Model pembelajaran yang efektif dapat digunakan guru untuk

mentransfer ilmu dengan baik dan benar, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Model pembelajaran akan efisien jika menghasilkan kemampuan siswa

seperti yang diharapkan dalam tujuan dan sesuai dengan target perhitungan dalam

segi materi dan waktu. Seorang guru sebaiknya mampu memilih model yang tepat

bagi siswa didiknya. Pemilihan model pembelajaran haruslah sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan pembelajaran yang jelas akan

memperjelas proses belajar mengajar dalam arti situasi dan kondisi yang harus

diperbuat dalam proses belajar mengajar. Kemampuan dan kualifikasi siswa

maupun guru berbeda-beda, sehingga pemilihan model pembelajaran yang tepat

juga akan mengalami kesukaran karena tujuan yang berhubungan dengan emosi,

perasaan, atau sikap dan tujuan yang beraspek afektif sulit dirumuskan dan sukar

diukur keberhasilannya.

Model pembelajaran yang digunakan guru seharusnya dapat membantu

(22)

commit to user

Problem Based Learning (PBL). Diharapkan model PBL lebih efektif bila

dibandingkan dengan metode konvensional. Keefektifan model ini adalah siswa

lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara berkelompok terhadap

permasalahan yang real di sekitarnya sehingga mereka mendapatkan kesan yang

mendalam dan lebih bermakna tentang apa yang mereka pelajari. Model PBL

merupakan salah satu model pembelajaran dimana authentic assesment (penalaran

yang nyata atau konkret) dapat diterapkan secara komprehensif, sebab didalamnya

terdapat unsur menemukan masalah dan sekaligus memecahkannya (unsur

terdapat didalamnya yaitu problem possing atau menemukan permasalahan dan

problem solving atau memecahkan masalah). Tujuan dari PBL untuk menantang

siswa mengajukan permasalahan dan juga menyelesaikan masalah yang lebih

rumit dari sebelumnya, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam

mengemukakan pendapatnya, menggalang kerjasama dan kekompakan siswa

dalam kelompok, mengembangkan kepemimpinan siswa serta mengembangkan

kemampuan pola analisis dan dapat membantu siswa mengembangkan proses

nalarnya. Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir

tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk belajar bagaimana

belajar. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak

mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide

secara terbuka. Intinya, siswa dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan

bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya (Nurhadi,

2004:109). Model ini cocok diterapkan pada mata pelajaran bahasa Jawa

khususnya materi unggah-ungguh basa karena ini menuntut siswa untuk dapat

lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi. Yang mana hal tersebut tersebut

dapat dilatih setahap demi setahap.

Dari latar belakang masalah yang telah dibahas sebelumnya, peneliti

mengambil judul “UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VA SDN I

(23)

commit to user

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang timbul

yaitu:

“ Apakah model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011?”

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh

basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran problem

based learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran

2010/2011.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis. Adapun manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada

pembelajaran bahasa Jawa yaitu pada penguasaan unggah-ungguh basa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengambangkan

pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan metode

pembelajaran yang tepat.

c. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai rujukan bagi peneliti yang akan

datang.

(24)

commit to user

1) Sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa

dalam pembelajaran bahasa Jawa.

2) Sebagai motivasi untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses

dalam pembelajaran untuk menghasilkan output yang berkualitas.

b. Bagi Siswa

1) Mendapat peningkatan penguasaan unggah-ungguh basa dalam

pembelajaran bahasa Jawa.

2) Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.

c. Bagi Sekolah

1) Dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha memperbaiki

proses pembelajaran dalam kelas, khususnya dalam penguasaan

(25)

commit to user

7 BAB II LANDASAN TEORI

A.Kajian Pustaka 1. Unggah-ungguh Basa a. Pengertian Unggah-ungguh basa

Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari.

Ketika seseorang berbicara selain memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa,

juga masih harus memperhatikan siapa orang yang diajak berbicara. Berbicara

kepada orang tua berbeda dengan berbicara dengan anak kecil atau yang

seumur.

Unggah-ungguh basa adalah kata-kata atau bahasa yang ditujukan

pada orang yang kita ajak berbicara atau lawan bicara (Aryo Bimo Setiyanto,

2007: 2).

Menurut Atun Suhono (1952: 12) unggah-ungguh basa merupakan

alat untuk menciptakan jarak sosial, namun di sisi lain unggah-ungguh basa

juga merupakan produk dari kehidupan sosial. Hal ini dapat dijelaskan bahwa

struktur masyarakat merupakan faktor pembentuk dari struktur bahasa. Struktur

bahasa yang mengenal unggah-ungguh basa merupakan pantulan dari struktur

masyarakat yang mengenal tingkatan-tingkatan sosial. Makin rumit

unggah-ungguh basa, pasti makin rumit juga tingkatan sosialnya. Unggah-unggah-ungguh basa

pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu basa ngoko dan basa karma.

Menurut Poerwadarminta, 1939 dalam Aryo Bimo Setiyanto (2007: 2)

unggah-ungguh basa memang sangat rumit, walaupun tatanan yang pokok

hanyalah dua, yaitu basa ngoko dan karma, lalu di antara dua tatanan itu

terdapat banyak variasi.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

berkomunikasi dengan orang lain, yaitu dengan orang yang lebih tua atau orang

yang lebih kecil atau yang sebaya itu berbeda bahasanya. Kita berbicara

(26)

commit to user

kecil atau yang sebaya. Perbedaan bahasa ini yang dinamakan dengan

unggah-ungguh basa.

b. Basa Ngoko

Istilah basa ngoko sebenarnya hanyalah sebuah singkatan untuk

mempermudah percakapan, lengkapnya adalah basa ngoko lugu. Disebut basa

ngoko lugu karena basa ini adalah bahasa yang lugu. Kata lugu berarti asli

berdasarkan kepribadian orang Jawa (Haryana Harjawiyana dan Supriya, 2001:

32)

Basa ngoko lugu disusun dari kata-kata ngoko semua. Adapun kata:

aku, kowe dan ater-ater (awalan): dak-, ko-, di-, juga panambang (akhiran): -ki,

-mu, -e, -ake tidak berubah (Aryo Bimo Setiyanto, 2007: 29)

Menurut Aryo Bimo Setiyanto (2007: 29-32) basa ngoko digunakan

untuk:

1) Orang tua kepada anak, cucu atau kepada anak muda lainnya.

Contoh:

Bapak : “ Kowe lagi ngopo Ni?”

Anak : “ Nembe sinau pak.”

Pada contoh di atas, kata kowe tetap atau tidak berubah.

2) Percakapan orang-orang sederjat, tidak memperhatikan kedudukan dan usia

jadi sepeti anak-anak dengan temannya.

Contoh:

Ani : “ Ri, aku mbok ko-wuruki garapan aljabar ndek wingi kae!”

Sari : “ Enya, iki tirunen bae.”

Pada contoh di atas, kata aku dan ater-ater (awalan) ko- tidak berubah.

3) Percakapan antara atasan dengan bawahan.

Contoh:

Atasan : “ Jo, gaweanmu wes mbok rampungke durung?”

Bawahan : “ Sampun pak.”

Pada contoh di atas, panambang (akhiran) –mu dan –ake tidak berubah.

4) Dipakai pada saat ngunandika, sebab yang diajak berbicara adalah diri

(27)

commit to user

Contoh:

“ E, tak turu sadhela, awakku kok kesele ora kiro-kiro.” Pada contoh di atas, panambang (akhiran) –ku tidak berubah.

c. Basa Krama

1) Basa krama madya

Basa karma madya dibentuk dari kata-kata madya yang dicampur

dengan kata-kata krama yang tidak mempunyai kata madya, misalnya:

Aku diubah menjadi kula

Kowe diubah menjadi sampeyan

Ater-ater tak- diubah menjadi kula

Ater-ater ko- diubah menjadi mang

Panambang –ku diubah menjadi kula

Panambang –mu diubah menjadi sampeyan

Panambang –e tidak berubah

Basa krama madya adalah bahasa yang digunakan oleh orang desa

yang satu dengan yang lainnya yang dianggap lebih tua atau yang dihormati

(Aryo Bimo Setiyanto, 2007: 37-38).

2) Basa krama inggil

Menurut Aryo Bimo Setiyanto (2007: 45-46) basa krama inggil

kata-katanya semua menggunakan krama inggil untuk orang yang diajak

berbicara, misalnya:

Aku diubah menjadi kula

Kowe diubah menjadi panjenengan

Ater-ater dak- diubah menjadi kawula

Ater-ater ko- diubah menjadi panjenengan

Ater-ater di- diubah menjadi dipun

Panambang –ku diubah menjadi kula

Tetapi tembung arannya (kata bendanya) diberi panambang –ipun

(28)

commit to user

d. Bahasa Jawa

1) Pengertian Bahasa Jawa

Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa

Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa

juga digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti

Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan

kabupaten Tengerang, Jawa Barat khususnya kawasan pantai utara

terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon

dan kabupaten Cirebon (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa, diunduh

pada tanggal 22 Februari 2011)

Menurut Suwadji (2000: 300) basa Jawa dumadi saka tembung

basa lan Jawa. Basa minangka sarana ginawe medharake gagasan,

wondene Jawa mengku teges dudu asal ngamanca. Bahasa Jawa terdiri dari

kata bahasa dan Jawa. Bahasa adalah sarana untuk menguraikan gagasan,

sedangkan Jawa berarti bukan berasal dari luar negeri/bahasa asing.

Sedangkan menurut Samidi (2010: 1) bahasa Jawa bukan bahasa

asing tetapi merupakan bahasa ibu dari orang-orang Jawa terutama yang

bertempat tinggal di daerah propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa

jogyakarta dan Jawa Timur.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Jawa adalah

bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi orang-orang yang berasal dari

Jawa, terutama Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.

2) Peranan Bahasa Jawa dalam Pergaulan

Di dalam lingkungan sekolah, bahasa Jawa beberapa waktu lalu

sempat tidak menjadi bahasa bergaulan. Hal ini sebagai imbas dari program

bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di kantor pemerintah maupun

sekolah. Bahasa pengantar di dalam kelas kebanyakan adalah bahasa

Indonesia. Bahkan, dalam pergaulan siswa dengan guru lebih banyak

berbahasa Indonesia. Hal ini mempunyai imbas bahwa anak atau siswa tidak

(29)

commit to user

Dalam lingkungan keluargapun belum tentu digunakan bahasa

Jawa dengan baik dan benar. Bahkan dalam pembicaraan antara anak

dengan orang tua sering menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa

tetapi basa ngoko saja. Hal ini juga mendidik siswa untuk berbudaya tidak

saling menghormati antar sesama manusia. Orang tua yang berpendidikan

baik, seharusnya mengajarkan anak untuk berbahasa Jawa, terutama ketika

berbicara dengan orang yang derajatnya lebih kita hormati. Untuk itu dalam

rangka memasyarakatkan bahasa Jawa, diharapkan semua pihak baik

sekolah, orang tua dan masyarakat menjadi bagian yang saling mendukung

terjadinya budaya berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Dengan kondisi

demikian, maka budi pekerti siswa akan terdorong umtuk semakin maju.

Selain itu akan timbul budaya saling menghormati dan menghargai antar

sesama manusia.

2. Model Pembelajaran Problem Based Laerning (PBL) a. Hakikat Pembelajar

Belajar dan mengajar pada dasarnya merupakan dua konsep yang tak

terpisahkan yang membentuk suatu proses interaksi antara guru dengan siswa

dalam rangka mencapai tujuan yaitu perubahan tingkah laku individu ke arah

yang lebih baik. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu ke

arah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan. Sedangkan mengajar

merupakan usaha seorang guru untuk menyampaikan pengetahuan atau

informasi kepada siswa. Belajar dan mengajar dianggap sebagai proses karena

di dalamnya terdapat interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa

Proses itulah yang disebut pembelajaran.

Dalam Kamus Besar Bahasa lndonesia (2002:17) kata pembelajaran

adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar. Pembelajaran menurut Nana Sudjana (2009:28) adalah

kegiatan mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa yang

dapat mendorong dan memudahkan minat siswa melakukan kegiatan belajar.

(30)

commit to user

kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan pengertian belajar adalah suatu proses yang sengaja menciptakan

seseorang dalam suatu lingkungan tertentu sehingga terjadi proses dari yang

tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa melalui prosedur

tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada intinya belajar adalah

perubahan menuju perkembangan ke arah yang lebih baik.

b. Model Problem Based Learning

Keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya ditentukan oleh

model atau metode mengajar yaitu bagaimana cara guru menyampaikan materi

yang akan diajarkan. Secara harfiah metode ( method ) berarti “cara”. Dalam

pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu

kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan

konsep-konsep secara sistematis. Nana Sudjana (2009:76) mengemukakan bahwa “Metode mengajar ialah suatu cara atau teknis yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus

atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran. Winataputra dalam Sugiyanto (2008:7) mengemukakan bahwa ”Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanan

pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanaka aktivitas pembelajaran”.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, pada hakekatnya yang

berperan aktif adalah siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.

(31)

commit to user

format menjadi student-active approach atau student-centered instruction.

Salah satu bentuk pembelajaran yang menerapkan student-active approach atau

student-centered instruction adalah model Problem Based Learning (PBL).

Dengan adanya penerapan model Problem Based Learning yang merupakan

model pembelajaran inovatif, peran guru sebagai pendidik harus bisa

membangkitkan minat belajar siswa, motivasi belajar dan partisipasi siswa

dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan prestasi belajar siswa akan

mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelumnya yang masih

menerapkan metode konvensional ceramah.

Menurut Nana Sudjana (2009:85), “praktek model pembelajaran pemecahan masalah berdasarkan tujuan dan bahan pengajaran, guru

menjelaskan apa yang harus dicapai siswa dan kegiatan belajar yang harus

dilaksanakannya (langkah-langkahnya)”. Melalui ceramah dan alat bantu atau

demonstrasi, guru menjelaskan konsep, prinsip, hukum, kaidah, dan yang

sejenisnya, bersumber dari bahan yang harus diajarkannya. Beri kesempatan

bertanya bila siswa belum jelas mengenai konsep, prinsip, hukum, kaidah yang

telah dijelaskan tersebut, dan guru merumuskan masalah dalam bentuk

pertanyaan.

Masalah yang diajukan bisa dalam bentuk penerapan konsep, prinsip,

hukum, kaidah tersebut, bisa pula dalam bentuk proses bagaiman konsep atau

prinsip tersebut beroperasi. Guru bersama siswa menentukan jawaban

sementara terhadap masalah tersebut. Menentukan jawaban sementara,

sebaiknya guru memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa

agar siswa sendiri secara bersama merumuskan dugaan jawaban tersebut. Guru

lebih berperan memberikan arahan dan membimbing pendapat siswa.Tahap

selanjutnya, siswa diminta mencari informasi, keterangan, bahan, data, dan

lain-lain yang diperlukan untuk menguji jawaban terhadap masalah di atas

untuk membuktikan apakah dugaan atau jawaban sementara yang telah

dirumuskannya itu benar atau salah. Mencari data dan informasi tersebut bisa

dilakukan secara individual, bisa pula secara kelompok. Biasanya dilakukan

(32)

commit to user

Sedangkan menurut Anies (2003), “Model problem-based learning

adalah suatu metode instruksional yang mempunyai ciri-ciri penggunaan

masalah nyata sebagai konteks siswa yang mempelajari cara berpikir kritis serta keterampilan dalam memecahkan masalah”. Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung

dalam suatu mata pelajaran yang memerlukan praktek.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Problem

Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa

dengan masalah nyata yang sesuai minat dan perhatiannya, sehingga motivasi

dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Dengan demikian siswa diharapkan

dapat mengembangkan cara berfikir dan keterampilan yang lebih tinggi.

c. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)

Seperti metode pembelajaran lainnya, PBL memiliki kekuatan dan

kelemahan. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang

memberdayakan daya fikir, kreativitas, dan partisipasi siswa dalam

pembelajaran. Hal ini sejalan dengan konsep belajar bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku.

Menurut Taufiq Amir (2009:27), penerapan model Problem Based

Learning memiliki beberapa kelebihan, antara lain :

1) Fokus kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning)

2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif

3) Pengembangan keterampilan dan pengetahuan

4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok

5) Pengembangan sikap self-motivated

6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator

7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan

Guna memperjelas kelebihan model Problem Based Learning tersebut

akan diuraikan sebagai berikut :

1) Fokus kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning)

Dalam pembelajaran tradisional siswa diharuskan mengingat banyak sekali

(33)

commit to user

yang sedemikian banyak yang harus diingat siswa dalam pembelajaran

belum tentu dapat dipertahankan oleh siswa setelah proses pembelajaran

selesai. Dengan demikian mungkin hanya sedikit informasi yang mampu

dipertahankan oleh siswa setelah mereka lulus. PBL semata-mata tidak

menyajikan informasi untuk diingat siswa tetapi juga menggunakan

informasi tersebut dalam pemecahan masalah sehingga terjadi proses

kebermaknaan terhadap informasi.

2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif

Karena harus berpartisipasi aktif dalam mencari informasi untuk

mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah, inisiatif akan sangat

diperlukan. Penerapan PBL membiasakan siswa untuk berinisiatif dalam

prosesnya sehingga pada akhirnya kemampuan tersebut akan meningkat.

3) Pengembangan keterampilan dan pengetahuan

PBL memberikan makna yang lebih, contoh nyata penerapan dan manfaat

yang jelas dari materi pembelajaran (fakta, konsep, prinsip dan prosedur).

Semakin tinggi tingkat kompleksitas masalah, semakin tinggi keterampilan

dan pengetahuan siswa yang dituntut untuk mampu memecahkan masalah.

4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok

Keterampilan interaksi sosial merupakan keterampilan yang sangat

diperlukan siswa di dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan

sehari-hari. Proses pembelajaran tradisional seringkali mengabaikan

keterampilan interaksi sosial karena amat terfokus pada kemampuan bidang

ilmu. PBL dapat menyajikan keduanya sekaligus.

5) Pengembangan sikap self-motivated

Dalam PBL yang memberikan kebebasan untuk siswa bereksplorasi

bersama siswa lain dalam bimbingan guru merupakan proses pembelajaran

yang disenangi siswa. Dengan situasi pembelajaran yang menyenangkan,

siswa akan dengan sendirinya termotivasi untuk belajar terus.

6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator

Dalam PBL atmosfir akademik dan suasana belajar terasa lebih aktif,

(34)

commit to user

pembimbing. Hubungan siswa-fasilitator yang terjadi dalam PBL pada

akhirnya dapat menjadi lebih menyenangkan bagi guru maupun siswa.

7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan

Proses pembelajaran menggunakan PBL dapat menghasilkan pencapaian

siswa dalam penguasaan materi yang sama luas dan sama dalamnya dengan

pembelajaran tradisional. Belum lagi keragaman keterampilan dan

kebermaknaan yang dapat dicapai oleh siswa merupakan nilai tambah

pemanfaatan PBL.

Keuntungan pembelajaran berbasis masalah menurut Nurhadi dalam

Sugiyanto (2008:118) adalah pembelajaran berdasarkan masalah mendorong

kerjasama dalam menyelesaikan tugas, pembelajaran berdasarkan masalah

memiliki unsur-unsur belajar magang yang bisa mendorong pengamatan dan

dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami

peran penting aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah,

pengajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan

sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan dan menjelaskan

fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena

tersebut, pengajaran berdasarkan masalah berusaha membantu siswa menjadi

pembelajar yang mandiri dan otonom. Tujuan dan hasil belajar PBL adalah

untuk mengembangkan kemampuan keterampilan berfikir, mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan

intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka pada

pengalaman nyata, mengembangkan keterampilan belajar pengarahan sendiri

yang efektif (effective self directed learning).

Di samping memiliki kelebihan, menurut Nurhadi (2004:110) model

Problem Based Learning juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :

1) Pencapaian akademik dari individu siswa

PBL berfokus pada satu masalah yang spesifik, seringkali PBL tidak

memiliki ruang lingkup yang memadai. Hal ini menyebabkan pencapaian

(35)

commit to user

spesifik, dalam hal keterampilan siswa memecahkan permasalahan dalam

kehidupan nyata.

2) Waktu yang diperlukan untuk implementasi

Waktu yang diperlukan oleh guru maupun siswa untuk

mengimplementasikan PBL tidak sama dengan waktu yang diperlukan

dalam pembelajaran tradisional, bahkan cenderung lebih banyak. Waktu

yang lebih banyak diperlukan pada saat awal siswa terlibat dalam PBL,

sebagai suatu proses pembelajaran yang kebanyakan belum pernah mereka

alami.

3) Perubahan peran siswa dalam proses

Selama ini setiap siswa berasumsi bahwa mereka hanya mendengarkan dan

bersikap pasif terhadap informasi yang disampaikan oleh guru. Asumsi ini

tumbuh berdasarkan pengalaman belajar yang dialami dalam jenjang

pendidikan sebelumnya. Dalam PBL, peran siswa dituntut aktif dan mandiri.

Dengan perubahan ini, seringkali menjadi kendala bagi siswa pemula dan

juga bagi guru yang terlalu berharap pada siswa. Proses transisi dan

pembimbingan yang intensif pada tahap awal sangat diperlukan.

4) Perubahan peran guru dalam proses

Dalam metode ini bukan tidak mungkin guru mengalami situasi yang

membingungkan dan tidak nyaman ketika harus memulai proses

pembelajarannya. Apalagi guru yang sudah nyaman dan terbiasa dengan

proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Metode ceramah

relatif lebih mudah dan cepat bagi kebanyakan guru, karena hanya

bermodalkan pengetahuan yang dimiliki ditambah beberapa media

pembantu, kemudian disampaikan kepada siswa yang tidak terlalu banyak

bertanya dan bersikap pasif. Dalam PBL, peran guru bukan sebagai penyaji

informasi dan otoritas formal, tetapi sebagai pembimbing dan fasilitator.

5) Perumusan masalah yang baik

Dalam metode ini perumusan masalah yang baik merupakan faktor yang

paling penting, padahal merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan,

(36)

commit to user

tetapi juga berfokus mikro atau mendalam, maka akan ada banyak hal yang

terlewatkan oleh siswa sehingga pengetahuan siswa menjadi parsial atau

sempit.

d. Penerapan Problem Based Learning (PBL)

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat

ditempuh dengan:

1) Menjelaskan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi dan memberikan

masalah berupa soal/ persoalan.

2) Membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen.

3) Mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam diskusi kelompok

untuk memecahkan masalah yang berupa soal/ persoalan tersebut.

4) Membimbing siswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal/ persoalan.

5) Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi melalui presentasi

atas hasil kerja mereka.

B.Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penti Handayani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Profil Ketuntasan

Belajar Ditinjau dari Pendekatan Problem Based Learning dan Kecerdasan

Emosional Terhadap Kualitas Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII di Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007”, menyimpulkan bahwa :

(1)Ketuntasan hasil belajar biologi kemampuan kognitif pada pokok bahasan

sistem ekskresi manusia yang dikenai pendekatan PBL lebih tinggi dibanding

dengan pendekatan konvensional, (2) Ada pengaruh yang signifikan

penggunaan pendekatan PBL terhadap hasil belajar biologi siswa, (3) Ada

pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar biologi

siswa, (4) Ada interaksi yang signifikan antara pendekatan PBL dan

kecerdasan emosional terhadap hasil belajar biologi siswa, (5) Pendekatan

pembelajaran PBL efektif guna peningkatan kualitas hasil belajar biologi siswa

(37)

commit to user

2. Yuditya Falestin (2010) dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Prestasi

Belajar Akuntansi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”, menyimpulkan bahwa: secara keseluruhan penerapan model Problem Based Learning telah dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa. Hal ini terbukti dari pencapaian nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa

yang mencapai batas ketuntasan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar

73,23 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 4,18 dari sebelum

diadakannya tindakan yaitu 69,05. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai

rata-rata kelas sebesar 9,67 (pada siklus I sebesar 73,23 menjadi 82,90 pada siklus

II). Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas pada siklus I sebanyak 33 siswa

atau 78,57% sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai batas tuntas

sebanyak 40 siswa dari 42 siswa atau sebesar 95,24% (mengalami peningkatan

sebesar 16,67%).

Persamaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian

sebelumnya adalah penerapan model problem based learning. Sedangkan

perbedaanya terletak pada bentuk penelitian dan mata pelajaran. Penelitian yang

akan peneliti lakukan merupakan penelitian tindakan kelas dengan mata pelajaran

bahasa Jawa.

C.Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal pembelajaran guru belum menggunakan metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan minat, motivasi dan pemahaman siswa

terhadap mata pelajaran bahasa Jawa khususnya dalam penguasaan

unggah-ungguh basa. Hal ini terbukti dengan hasil ulangan bahasa Jawa yang telah

dilaksanakan. Masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah 70. Hanya 6

siswa atau 17, 14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70. Selain itu, ditinjau dari

metode pembelajaran, guru masih menerapkan metode pembelajaran ceramah

yang kurang menarik, sehingga siswa menjadi bosan mengikuti pelajaran dan

(38)

commit to user

Salah satu cara untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa

siswa kelas VA SDN I Pracimantoro adalah dengan pemilihan metode yang tepat

sehingga membuat siswa lebih mudah memahami konsep atau materi. Metode

yang dapat dijadikan alternatif dalam masalah ini adalah model pembelajaran

Problem Based Learning. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning

siswa harus mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan

menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Semakin tinggi tingkat

kebebasan yang diberikan kepada siswa, semakin tinggi pula kebutuhan

pembimbingan yang harus dilakukan oleh guru sebagai fasilitator. Siswa akan

terlibat sangat intensif, sehingga motivasi untuk terus belajar dan mencari tahu

menjadi meningkat

Oleh karena itu, untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa

siswa dalam mata pelajaran bahasa Jawa, peneliti akan menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learning, yang melibatkan siswa aktif dengan

masalah nyata yang sesuai minat dan perhatiannya, sehingga diharapkan mampu

meningkatkan partisipasi, kreativitas, motivasi, dan rasa ingin tahu menjadi

meningkat serta mengeliminer kejenuhan. Dalam artian bahwa diharapkan prestasi

yang dicapai siswa juga akan meningkat karena minat dan pemahaman mereka

terhadap pembelajaran pun meningkat. Untuk mengetahui jalannya penelitian,

perlu digambarkan alur kerangka berpikir dalam melakukan penelitian yang

(39)
[image:39.595.110.517.87.567.2]

commit to user

Gambar 1. Kerangka Berpikir

D.Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: “Dengan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa

Jawa siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011” Kondisi

awal

Penguasaan unggah-ungguh

basa siswa masih rendah Guru masih

menggunakan

model

pembelajaran

Penerapan model

Problem Based

Learning (PBL)

Siklus I

Jumlah anggota kelompok 5 siswa.

Berdiskusi menyelesaikan kartu masalah

Tindakan

Siklus II

Jumlah anggota kelompok 3 siswa.

Berdiskusi menyelesaikan kartu masalah yang berbeda

Melalui model Problem Based Learning

dapat meningkatkan penguasaan

unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa

Jawa Kondisi

(40)

commit to user

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN I Pracimantoro yang beralamat di jalan Pacitan-Wonosari (Pawonsari), Ngulu Wetan, Pracimantoro, Wonogiri. Sekolah ini dipimpin oleh bapak Sejarjo, S. Pd. dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas VA dengan guru kelas ibu Mintarsih, S. Pd.

Tempat tersebut dipilih karena beberapa pertimbangan. Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Di samping itu tempat lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti karena letaknya dekat dengan daerah tempat tinggal peneliti.

2. Waktu Penelitian

[image:40.595.92.570.261.764.2]

Rencana tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan dilakukan selama lima bulan, yakni mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2011. Adapun rinciannya pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian Bulan

N O

Jenis

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan: a. penyusunan Proposal b. Penyusunan Instrumen c. Pengurusan ijin penelitian

X X X X X X X X X X

X

X

X

2 Tindakan: a.Siklus I

b.Siklus II

X X X X

(41)

commit to user

3 Pasca Tindakan a.Pengumpula

n data.

b.Analisis

Data

c.Penyusunan

laporan.

d.Ujian Skripsi

X

X

X X X

X X X X

X

B.Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN I Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan jumlah 35 siswa, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Objek penelitiannya adalah budi pekerti siswa.

C.Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari

kegiatan di lapangan. Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Penelitin tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan yang dimunculkan, dan tejadi di dalam sebuah kelas (Suharsimi

Arikunto, 2006:91). Suatu kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, dengan

keadaan peserta didik yang sama..

Model tindakan menurut Kurt Lewin dalam Suharsimi Arikunto

(2006:92), bahwa PTK terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukkan

langkah, yaitu (a) perencanaan (planning); (b) tindakan (acting); (c) pengamatan

(observing); dan (d) refleksi atau reflecting. Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa

penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali

(42)

commit to user

D.Sumber Data

Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Sumber data atau informasi tersebut meliputi:

1. Sumber data primer, yaitu siswa kelas VA SDN I Pracimantoro, Kecamatan

Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2010/2011.

2. Sumber data sekunder diantaranya: dokumentasi, hasil observasi, hasil

wawancara, dan hasil tes.

E.Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga sumber data

yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya ( Suharsimi Arikunto, 2006:158). Data dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Jawa kelas V. Dokumen yang lain berupa dokumen foto. Dokumentasi foto kegiatan pembelajaran, merupakan instrumen yang penting, yaitu sebagai bukti kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian. Melalui dokumen foto ini akan memperkuat data yang diperoleh. Adapun dokumen foto yang diambil adalah pada saat guru atau peneliti melaksanakan pembelajaran setiap siklus.

2. Observasi

(43)

commit to user

3. Wawancara

Menurut Anas Sujiono (1996:82) wawancara adalah dalam praktek penelitian ini ada dua jenis alat bantu wawancara yaitu pedoman wawancara dan daftar pertanyaan. Pedoman wawancara hanya memberikan secara garis besar pokok permasalahan. Sedangkan daftar pertanyaan lebih terinci dari segala hal yang dikehendaki dalam penelitian.

Sedangkan menurut St. Y. Slamet dan Suwarto(2007:48) bahwa tujuan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagainya.

Wawancara adalah daftar pertanyaan yang hanya berupa garis besar pokok permasalahan dalam penelitian. Wawancara dilakukan dengan guru, sesuai dengan pedoman wawancara yang bertujuan untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konsep mengenai tanggapan dan persepsi siswa, serta menggali informasi guna memperoleh data yang berkaitan dengan perubahan siswa dan kegiatan pembelajaran sebelum dan sesudah penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro.

4. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:150). Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini penulis gunakan untuk mengetahui seberapa besar penguasaan siswa kelas VA SDN I Pracimantoro tentang materi unggah-ungguh.

F. Validitas Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2009:12) di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti.

Data yang telah berhasil dikumpulkan dalam penelitian harus diusahakan kebenarannya. Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik validasi. Teknik validasi dalam penelitian ini adalah validitas isi.

(44)

commit to user

Dalam validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik, melainkan dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauh mana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai. Penggunaan validasi yang menggunakan validitas isi untuk data tentang prestasi siswa kelas VA SDN I Pracimantoro dalam penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model Problem Based Learning (PBL).

G.Analisis Data

Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Pada penelitian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi siswa dan guru SDN I Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011 serta data hasil tes penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model Problem Based Learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro Semester II Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid.

Pada penelitian ini, data yang disajikan berupa data hasil tes penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model Problem Based Learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II Tahun Ajaran 2010/2011.

3. Penarikan Simpulan (Verifikasi)

(45)

commit to user

[image:45.595.156.510.229.413.2]

sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian (Milles dan Huberman, 1992:19). Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dari Miles dan Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini :

Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman.

H.Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Yang dijadikan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model Problem Based Learning siswa kelas VA di SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011 dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila siswa yang mencapai nilai ≥70 sebanyak 70% atau lebih.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem siklus/ berdaur sebagaimana kerangka berpikir Suharsimi Arikunto (2009: 104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (action); (3) pengamatan (observation); dan (4) refleksi, atau pantulan (reflecting). Setiap pelaksanaan siklus pada penelitian tindakan kelas, harus mencakup 4 tahapan di atas.

Pengumpulan data Sajian data

Penarikan simpulan

(46)

commit to user

[image:46.595.122.498.139.506.2]

Adapun tahapan-tahapan dalam prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan secara jelas pada Gambar 3 sebagai berikut:

Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas ( Suharsimi Arikunto dkk, 2009:16)

Penerapan prosedur penelitian tersebut dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan peneliti yaitu:

1. Siklus I a. Perencanaan (Planing)

Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan instrument yang diperlukan dalam penelitian (instrument sudah disusun bersamaan dengan proposal penelitian), menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan, mempersiapkan materi yang akan disampaikan, mempersiapkan media yang akan dipakai dalam pembelajaran, dan sumber belajar yang diperlukan.

b. Penerapan Tindakan (Action)

Penerapan tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Secara garis besar, tindakan yang akan dilaksanakan yaitu menerapkan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan RPP, dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/ penutup.

(47)

commit to user

Dalam kegiatan awal, guru mempersiapkan siswa secara mental dan psikis agar siswa siap untuk menerima pelajaran, menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, secara garis besar juga dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu:

a) Eksplorasi

Dalam kegiatan ini, terdapat interaksi antara guru dengan siswa. Guru menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang kemampuan yang dimilki oleh siswa, berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Dalam hal ini guru menggali pemahaman unggah-ungguh basa siswa.

b) Elaborasi

Dalam elaborasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran menerapkan model Problem Based Learning. Guru berusaha menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian dan motivasi siswa untuk belajar serta dapat memperbaiki sikap/ aktivitas siswa yang masih menyimpang. Dalam kegiatan ini, terdapat hubungan/ interaksi yang hangat antara guru dan siswa, siswa dan siswa sehingga materi dapat tersampaikan kemudian tersimpan dalam ingatan siswa, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi ini, guru membenarkan jawaban/ pendapat siswa yang sekiranya kurang tepat sehingga tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi) dan pemantapan materi yang telah dipelajari/ disampaikan.

3) Kegiatan Akhir/ Penutup

Pada kegiatan akhir/ penutup, guru mengambil kesimpulan secara keseluruhan tentang materi yang telah disampaikan dan mengadakan evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Guru juga memberikan penguatan/ motivasi kepada siswa, pemberian PR dan menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya.

c. Observasi

(48)

commit to user

pengamatan, peneliti dibantu oleh guru kelas. Sasaran yang diamati adalah aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setiap akhir pembelajaran. Refleksi dilaksanakan untuk mengetahui bagian yang sudah sesuai dengan tujuan penelitian, masalah-masalah yang muncul saat kegiatan pembelajaran, dan bagian yan

Gambar

Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian …………………………..
Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ...................
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk soal nomor 7–11, pilihlah kata-kata atau frasa yang yang merupakan padanan kata atau padanan pengertian yang paling dekat dengan kata yang dicetak dengan huruf kapital

Pembelajaran matematika yang diharapkan dalam praktek pembelajaran di kelas adalah (1) pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa, (2) siswa diberi kebebasan berpikir

Penetapan Kawasan Geopark di Kawasan Karangsambung dan Kawasan Karst Gombong Selatan bukan hanya berbicara aspek material-teknis sebagai prasyarat yang harus

Cabe jawa atau cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) merupakan tanaman penghasil rempah dan fito - farmaka yang penting baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan bumbu dan

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Gaya hidup berpengaruh secara parsial dan besar terhadap keputuasan masyarakat dalam belanja secara ol line menunjukkan

Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam meningkatkan pembangunan fisik Di Desa Sapobonto, dilakukan dengan tiga proses tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan

Tingkah laku yang banyak dan paling sering ditemui di lingkungan sekolah yaitu, siswa takut menghadapi ulangan, siswa tidak berani bertanya dan menyatakan pendapat ketika

PENGARUH METODE PROCESS GOAL SETTING TERHADAP MOTIVASI OLAHRAGA DAN PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR DROPSHOT CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS PADA ATLET PEMULA PB. 27) menyatakan