• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GUIDE IMAGERY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HEMODIALISA Pengaruh Guide Imagery Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GUIDE IMAGERY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HEMODIALISA Pengaruh Guide Imagery Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DI RS PKU MUHAMMADIYAH

SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

NAMA : SARSITO NIM : J 210.131.041

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

PENGARUH GUIDE IMAGERY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADAPASIEN HEMODIALISA

DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Sarsito*, Abi Muhlisin**, Kartinah**

Abstrak

Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang paling banyak dipilih oleh para penderita gagal ginjal terminal. Seseorang yang menjalani Hemodialisa berkepanjangan akan merasa cemas yang disebabkan oleh krisis situasional seperti masalah keuangan, mempertahankan pekerjaan, ancaman kematian, tidak mengetahui hasil terapi yang dijalani tersebut. Guide Imagery adalah teknik relaksasi yang digunakan untuk mengurangi perasaan stress, kecemasan dan nyeri dengan menggunakan imajinasi seseorang dengan tujuan pasien menjadi lebih tenang dan rileks. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Guide imagery sebelum dan sesudah menjalani hemodialisa terhadap kecemasan pasien. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian quasi eksperimental desain dimana rancangan pre dan posttest dalam satu kelompok (one group pre posttest desain). Penelitian dilakukan bulan Februari 2015 di rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Jumlah responden sebanyak 30 pasien dengan teknik accidental sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner Zung Self Anxiety Scale (ZSAS) yang diberikan pre test dan post test. Analisis data menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil penelitian adalah pre test kecemasan responden dengan cemas sedang sebanyak 14 responden (43%) dan 1 responden (14%) dengan cemas berat. Post test menunjukkan pasien tidak merasa cemas lebih banyak yaitu sebanyak 13 responden (43%) dan tidak terdapat pasien yang mengalami cemas berat. Hasil uji Wilcoxon memperlihatkan perbedaan nilai rata-rata sebelum yaitu 29.13 dan sesudah yaitu 21.33dengan nilai Zscore 4,295 dan nilai probabilitas (p-value) 0.000 disimpulkan adanya pengaruh guide imagery terhadap tingkat kecemasan pasien yang menjalani hemodialisa.

(4)

EFFECTON THE LEVEL OFGUIDEIMAGERY ANXIETYINPATIENTSHEMODIALISAIN

HOSPITALPKUMUHAMMADIYAH SURAKARTA

Sarsito*, Abi Muhlisin**, Kartinah**

Abstract

Haemodialysis is a renal replacement therapy that is most preferred by people with terminal kidney failure. Someone who undergoing prolonged Haemodialysis will feel anxiety caused by situational crises such as financial problems, keeping a job, death threats, did not know the results of the therapy undertaken. Guide Imagery is a relaxation technique that is used to reduce feelings of stress, anxiety and pain by using one's imagination with the goal of the patient becomes more calm and relaxed. The purpose of this study was to determine the effect Guide imagery before and after undergoing hemodialysis to patient anxiety. This research is a quantitative research with quasi-experimental research design where the design of the design of the pre and post test in one group (one group pretest posttest design). The study was conducted in February 2015 at hospital PKU Muhammadiyah Surakarta. Total respondents 30 respondents with accidental sampling technique.Methods of data collection using questionnaires Zung Self Anxiety Scale (ZSAS) given pre-test and post-test.Data analysis using Wilcoxon test. Results of the study were pre-test anxiety anxiously respondents were as many as 14 respondents (43%) and one of the respondents (14%) with severe anxiety. Post test indicates the patient does not feel more anxious that as many as 13 respondents (43%) and no patient suffered severe anxiety. Wilcoxon test results showed differences in the average value of 29.13 before that and after that 21.33 with Zscore value of 4.295 and a probability value (p-value) 0000 concluded their influence on the level of anxiety your imagery undergoing hemodialysis patients.

(5)

PENDAHULUAN

Ginjal memiliki peranan penting

dalam menjaga kesehatan tubuh dan

ginjal merupakan salah satu organ vital

dalam tubuh. Ginjal berfungsi sebagai

pengatur keseimbangan cairan di dalam

tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam

darah, menjaga keseimbangan asam basa

dalam darah, serta mengekskresi bahan

buangan seperti urea dan sampah

nitrogen lain didalam darah. Jika ginjal

tidak mampu bekerja sebagaimana

mestinya maka akan timbul masalah

kesehatan yang berkaitan dengan

penyakit gagal ginjal kronik

(Cahyaningsih, 2009).

Penderita Gagal ginjal kronik

semakin meningkat jumlahnya tiap tahun,

di Amerika pada tahun 2009 diperkirakan

terdapat 116.395 orang penderita gagal

ginjal kronik yang baru. Lebih dari

380.000 penderita gagal ginjal kronik

menjalani hemodialisis reguler (USRDS,

2011). Pada tahun 2011 di Indonesia

terdapat 15.353 pasien yang baru

menjalani HD dan pada tahun 2012

terjadi peningkatan pasien yang

menjalani HD sebanyak 4.268 orang

sehingga secara keseluruhan terdapat

19.621 pasien yang baru menjalani HD.

Sampai akhir tahun 2012 terdapat 244

unit hemodialisis di Indonesia (IRR,

2013).

Doengoes (2000) mengemukakan

bahwa pasien yang menjalani terapi

hemodialisa biasanya akan merasa cemas

yang disebabkan oleh krisis situasional,

ancaman kematian, dan tidak mengetahui

hasil dari terapi yang dilakukan tersebut.

Pasien dihadapkan pada ketidakpastian

berapa lama hemodialisa diperlukan dan

harus dapat menerima kenyataan bahwa

terapi hemodialisa akan diperlukan

sepanjang hidupnya serta memerlukan

biaya yang besar.

Seseorang yang menjalani

Hemodialisa berkepanjangan akan

dihadapkan berbagai persoalan seperti

masalah keuangan, mempertahankan

pekerjaan, dorongan seksual yang

menghilang serta impotensi, khawatir

terhadap perkawinan dan ketakutan

terhadap kematian (Bare and Smeltzer,

2002). Terjadinya stress karena stressor

yang dirasakan dan dipersepsikan

individu, merupakan suatu ancaman yang

dapat menimbulkan kecemasan.

Menurut (Potter and Perry 2010),

teknik guide imagery dapat digunakan

untuk mengurangi kecemasan, stress dan

nyeri dengan menggunakan imajinasi

seseorang yang melibatkan alat indera

visual, sentuhan, pendengaran, pengecap

dan penciuman, dengan tujuan pasien

menjadi lebih tenang dan rileks. Selama

(6)

rileks dengan situasi yang tenang dan

sunyi. Hal itu karena teknik imajinasi

terbimbing dapat mengaktivasi sistem

saraf parasimpatis (Ackerman and

Turkoski, 2000).

Berdasarkan data rekam medik di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Surakarta, pada tahun 2013 tercatat

sebanyak 30 pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa. Kemudian

ditahun 2014 jumlah penderita gagal

ginjal kronik meningkat menjadi 44

pasien, dan pada bulan Januari 2015

jumlah pasien gagal kronik kembali

meningkat dengan jumlah 50 pasien yang

menjalani hemodialisa, dapat diartikan

bahwa penyakit gagal ginjal menggalami

peningkatan setiap tahunnya.

Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Surakarta merupakan

salah satu rumah sakit swasta yang

berada dibawah gerakan Muhammadiyah.

Salah satu pelayanan yang diberikan di

Rumah Sakit ini adalah pelayanan cuci

darah/hemodialisa. Berdasarkan studi

pendahuluan yang sudah dilakukan oleh

peneliti terhadap 10 pasien hemodialisa

dengan cara observasi dan wawancara,

didapatkan hasil 7 (70%) pasien

mengatakan cemas dan takut dengan

proses cuci darah. Sedangkan 3 (30%)

pasien tidak mengalami kecemasan.

Selain itu, pasien hemodialisa jarang

diberikan Guide imagery untuk

mengurangi kecemasan.

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui adakah pengaruh

Guide Imagery terhadap tingkat

kecemasan pada pasien Hemodialisa di

RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

LANDASAN TEORI

Guide Imagery

Pengertian Guide Imagery

Guide imagery (imajinasi

terbimbing) adalah upaya untuk

menciptakan kesan dalam pikiran

klien, kemudian berkonsentrasi pada

kesan yang menyenangkan sehingga

secara bertahap dapat menurunkan

tingkat kecemasan klien (Prasetyo,

2010).

Efek Guide Imagery Terhadap Respon Tubuh

Pembentukan imajinasi yang

menyenangkan akan diterima oleh

berbagai alat indera kemudian

rangsangan tersebut dijalankan ke

batang otak menuju sensor thalamus.

Dikorteks cerebri rangsangan akan

dianalisis, dipahami dan disusun

menjadi sesuatu yang nyata sehingga

otak mengenali objek dan arti

kehadiran rangsangan tersebut.

Bayangan/imajinasi yang disukai dan

(7)

sinyal penting dan disimpan

dimemori. Rangsangan yang disukai

memori akan dimunculkan kembali

dianggap sebagai suatu persepsi dari

pengalaman sensori yang sebenarnya.

Pengalaman sensori tersebut dapat

merilekskan pikiran dan meregangkan

otot-otot sehingga cemas yang

dirasakan menjadi berkurang

(Prasetyo, 2010).

Prosedur Pemberian Guide Imagery

Pengaturan posisi yang

nyaman pada klien. Dengan suara

yang lembut, klien dibawa menuju

tempat spesial dalam imajinasi

mereka (misal : sebuah pantai pasir

putih, air terjun, taman bunga, dan

pegunungan). Mereka dapat merasa

aman dan bebas dari segala

gangguan. Meminta klien untuk tetap

fokus pada bayangan yang

menyenangkan sambil merileksasikan

tubuhnya. Menurut Asmadi (2008),

teknik ini diberikan selama 15 menit.

Kecemasan(Anxietas)

Definisi

Anxietas (kecemasan) adalah

kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan

perasaan tidak pasti dan tidak berdaya

terhadap penilaian individu yang

subjektif, serta tidak diketahui secara

khusus penyebabnya (Stuart and

Sundeen, 2007).

Tanda dan Gejala Kecemasan

Menurut Stuart and Sundeen

(2007), keluhan yang disampaikan

oleh seseorang mengalami kecemasan

diantaranya sebagai berikut : (1)

Gejala psikologis: perasaan cemas,

firasat buruk, takut akan pikirannya

sendiri, mudah tersinggung, merasa

tegang, gelisah, dan mudah terkejut.

(2) Gangguan pola tidur dan

mimpi-mimpi yang mengangkan. (3)

Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

(4) Gejala somatik : rasa sakit pada

otot dan tulang, jantung

berdebar-debar, sesak nafas, gangguan

pencernaan, gangguan perkemihan,

tangan terasa dingin lembab, dan lain

sebagainya.

Tingkat Kecemasan

a. Cemas Ringan

b. Cemas Sedang

c. Cemas Berat

d. Panik

Respon Kecemasan

Pemikiran memodulasi fungsi

biokimia dari organ utama.

Hipotalamus mengaktifkan cabang

simpatis dan saraf otonom.

Hipothalamus menghantarkan impuls

saraf ke nukleus-nukleus di batang

(8)

sistem saraf otonom. Cabang simpatis

dari sistem saraf otonom bereaksi

langsung pada otot polos dan organ

internal untuk menghasilkan beberapa

perubahan. Sistem simpatis juga

menstimulasi medulla adrenal untuk

melepaskan hormon epinefrin

(adrenalin) dan nonepinefrin ke

dalam pembuluh darah, sehingga

berdampak meningkatkan denyut

jantung dan tekanan darah, dan

nonepinefrin secara tidak langsung

melalui aksinya pada kelenjar

hipofisis melepaskan gula dari hati.

(Potter Perry, 2010).

Instrumen Penilaian Kecemasan

Untuk mengetahui skala

kecemasan yang dialami pasien

hemodialisa, Peneliti mengadopsi dan

memodifikasi dari kuesioner Zung

Self Rating Anxiety Scale (ZSAS.)

Kuesioner ini digunakan untuk

penilaian pasien dewasa yang

dirancang oleh William W.K Zung,

dikembangkan berdasarkan gejala

kecemasan dalam Diagnostic Dan

Statistical Manual Of Mental

Disorders (DSM II). ( Zung Self

Rating anxiety Scale.)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini

menggunakan metode quasi

eksperimental desain melalui pendekatan

one group pre postest. Ciri dari tipe

penelitian ini adalah mengungkapkan

sebab akibat dengan cara melibatkan satu

kelompok subjek, serta melakukan

pengukuran sebelum dan sesudah

pemberian perlakuan pada subjek.

Perbedaan kedua hasil pengukuran

tersebut di anggap sebagai efek

perlakuan. Populasi dalam penelitian ini

adalah pasien hemodialisa di RS PKU

Muhammadiyah Surakarta, penelitian ini

dimulai pada bulan Februari 2015 dengan

jumlah responden 30 orang sampel

menurut Gay dan Diehl, 1992. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan

adalah accidental sampling.

Variabel independen pada

penelitian ini adalah teknik guide

imagery. Instrumen menggunakan alat

bantu headphone. Sedangkan variabel

dependen adalah tingkat kecemasan,

intrumen penelitian dengan skala cemas

ZSAS (Zung Self Anxiety Scale).Analisa

data menggunakan uji Wilcoxon Signed

Rank Test.

HASIL

Berikut data hasil penelitian yang

meliputi karakteristik responden

diantaranya usia, jenis kelamin, dan

(9)

Tabel 1. Distribusi Umur Responden

Dari Tabel 1, memperlihatkan

mayoritas responden berumur 51-65

tahun.

Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin

Jenis

Dari Tabel 2, memperlihatkan

mayoritas responden berjenis kelamin

perempuan.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hemodialisa Dari Tabel 3, memperlihatkan

mayoritas responden dalam kategori

frekuensi hemodialisa antara 86-110 kali.

Tabel 4. Pre testtingkat kecemasan pasien hemodialisa

Tabel 4, memperlihatkan mayoritas

(43%) responden mengalami cemas

sedang sebelum diberikan guide imagery.

Tabel 5. Pre testtingkat kecemasan pasien hemodialisa Tabel 5, memperlihatkan mayoritas

(43%) responden mengalami cemas

(10)

Distribusi responden menurut usia

menunjukkan mayoritas pasien

hemodialisa adalah berusia 51-65 tahun.

Hasil penelitian hampir sama yang

dilakukan oleh Veni (2013), tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kecemasan pasien hemodialisa di RSI

Rahmah Padang diperoleh hasil sebagian

besar responden berusia >50 tahun.

Dengan umur yang berbeda-beda akan

mempengaruhi tingkat kecemasan yang

dialami oleh setiap orang dengan orang

lainnya, hal ini dipengaruhi oleh

kemampuan individu dalam menghadapi

suatu masalah dan mekanisme koping

yang digunakan seseorang untuk

mengelola dan menyelesaikan suatu

masalah yang dihadapinya. Seseorang

yang mempunyai umur lebih muda

ternyata lebih mudah mengalami

kecemasan daripada seseorang yang lebih

tua, tetapi ada juga yang berpendapat

sebaliknya (Varcoralis, 2000).

Distribusi responden menurut jenis

kelamin diperoleh hasil bahwa mayoritas

pasien hemodialisa adalah berjenis

kelamin perempuan. Menurut Kane, et al

(2004), mengungkapkan bahwa

perempuan lebih mudah mengalami

cemas dibandingkan dengan laki-laki,

menurut dia laki-laki bersifat lebih aktif,

sedangkan perempuan memiliki sifat Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Zhitung p-value Kesimpulan Pre testcemas

Post testcemas

0,114 0,248

0,200 0,000

Normal Tidak Normal Menurut tabel 6. Hasil uji normalitas data memperlihatkan data pretest dan

posttest kecemasan berdistribusi tidak normal. Sehingga uji yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji Wilcoxon Signed Rank Test.

Tabel 7. Hasil Pengujian Uji Wilcoxon Signed Rank Test

Kelompok Rata-rata Zscore P value Kesimpulan

Pre test Post test

29,13

21,33

4,295

0,000

Ho ditolak

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan adanya perbedaan selisih rata-rata tingkat

kecemasan pretest diperoleh nilai yaitu 29,13 dan tingkat kecemasan posttest

diperoleh nilai yaitu 21,33. Sedangkan nilai Zscore4,295 dengan nilai p value sebesar

0,000. Karena p value lebih kecil dibanding dengan nilai taraf signifikasi yaitu 0,05

(< 0,05), maka Ho ditolak. Maka kesimpulannya adalah ada pengaruh guide imagery

terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah

(11)

lebih sensitif. Dari penelitian lain

menjelaskan bahwa laki-laki lebih rileks

dibanding perempuan. Hasil data jenis

kelamin ini berbanding terbalik dengan

teori yang mengatakan bahwa laki-laki

lebih mudah terkena penyakit

dibandingkan dengan perempuan yang

dipengaruhi pola kebiasaan yang berbeda

(Siswanto, 2007).

Distribusi responden berdasarkan

frekuensi hemodialisa menunjukkan

mayoritas pasien menjalani hemodialisa

dalam kategori antara 86-110 kali. Hal ini

menegaskan bahwa pasien yang

menjalani hemodialisa adalah pasien

yang sudah lama menjalani terapi

tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sunardi

(2001), tentang lama menjalani terapi

hemodialisa dengan tingkat kecemasan

terkait alat/unit dialisa pada pasien di

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

didapatkan hasil dari 30 responden, 60 %

diantaranya pasien sudah lama menjalani

terapi hemodialisa.

Seseorang yang menjalani

Hemodialisa berkepanjangan akan

dihadapkan berbagai persoalan seperti

masalah keuangan, mempertahankan

pekerjaan, dorongan seksual yang

menghilang serta impotensi, khawatir

terhadap perkawinan dan ketakutan

terhadap kematian (Bare and Smeltzer,

2002). Terjadinya stress karena stressor

yang dirasakan dan dipersepsikan

individu, merupakan suatu ancaman yang

dapat menimbulkan kecemasan.

Respon kecemasan yang dirasakan

oleh responden berbeda-beda. Menurut

(Stuart and Sundeen 2007), Ansietas

(kecemasan) merupakan kekhawatiran

yang tidak jelas dan menyebar, yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan

tidak berdaya terhadap penilaian individu

yang subjektif, serta tidak diketahui

secara khusus penyebabnya.

Menurut data hasil penelitian

didapatkan nilai Zscore 4.295 dengan

nilai p value sebesar 0,000. Maka pvalue

lebih kecil dibanding dengan nilai

signifikasi p < 0,05 artinya Ho ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan yaitu ada

pengaruh guide imagery terhadap tingkat

kecemasan pada pasien hemodialisa di

RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

Hasil penelitian ini hampir sama

yang dilakukan oleh (Hidayati, 2010)

tentang pengaruh teknik guide imagery

terhadap penurunan tingkat kecemasan

pada wanita dengan gangguan tidur

(insomnia) usia 20-15 tahun di kelurahan

ketawanggede malang, didapatkan hasil

bahwa pemberian teknik Guide imagery

dapat menurunkan tingkat kecemasan

(12)

Imajinasi terbimbing merupakan

teknik yang menciptakan kesan dalam

pikiran responden, kemudian

berkonsentrasi pada kesan tersebut

sehingga secara bertahap mampu

menurunkan persepsi responden terhadap

cemas yang dirasakan (Prasetyo, 2010).

Tujuan dari guide imagery

relaxation adalah mengalihkan perhatian

dari stimulus nyeri dan kecemasan

kepada hal-hal yang menyenangkan dan

relaksasi (Ackerman and Turkoski,

2000). Selama latihan relaksasi seseorang

dipandu untuk rileks dengan situasi yang

tenang dan sunyi. Hal itu karena teknik

imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi

sistem saraf.

Prasetyo (2010), menambahkan

Guide imagery merupakan teknik

relaksasi memberi efek pengaruh yang

baik untuk jangka waktu yang singkat,

dapat menurunkan kecemasan, stress, dan

nyeri dengan mengalihkan perhatian

individu. Guide imagery terbukti

memberi dampak yang baik yaitu mampu

menurunkan frekuensi denyut jantung,

mengurangi kecemasan, dan stress,

menurunkan nyeri dan menurunkan

tekanan darah. Dengan menciptakan

suasana yang tenang dan sunyi mampu

meningkatkan konsentrasi individu untuk

membentuk imajinasi mengenai hal-hal

yang disukai oleh setiap, menikmati

desiran ombak di pantai yang diiringi

dengan lantunan musik yang lembut.

Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa pemberian guide

imagery dapat menurunkan tingkat

kecemasan pasien hemodialisa.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

diambil beberapa simpulan diantaranya :

1. Mayoritas pasien yang menjalani

Hemodialisa di RS PKU

Muhammadiyah Surakarta adalah

berjenis kelamin perempuan berumur

antara 51-65 tahun dan mayoritas

menjalani hemodialisa antara 86-110

kali

2. Terjadi perubahan tingkat kecemasan

pasien yang menjalani hemodialisa

sebelum dan sesudah pemberian guide

imagery.

3. Terdapat pengaruh guide imagery

terhadap tingkat kecemasan pada

pasien hemodialisa di RS PKU

Muhammadiyah Surakarta.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka

(13)

1. Responden

Diharapkan pasien dapat

mempraktekkan teknik guide imagery

secara mandiri untuk menurunkan

cemas yang dirasakan.

2. Manajemen Rumah Sakit

Berdasarkan hasil penelitian ini

diharapkan rumah sakit terutama

perawat hemodialisa mau memberikan

dan membimbing pasien untuk

melakukan teknik guide imagery

supaya pasien hemodialisa lebih

tenang dan tidak mengalami cemas.

Selain itu, manajemen diharapkan

dapat menambah perawat diruang

hemodialisa.

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian ini dengan

menggunakan variabel lain yang

berkaitan dengan pasien hemodialisa

maupun guide imagery.

DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, C.,J., Turkoski, B. (2000). Using Guide Imagery to Reduce Pain and Anxiety. Home Healthcare Nurse, 18.

Bare and Smeltzer, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta.

Cahyaningsih, N. (2009). Hemodialisa Panduan Praktis Perawatan

Gagal Ginjal. Yogyakarta : Mitra Cendika Press.

Kanel, Roland. V., Kudielka, Brigitte. M., Schulze, Renate., Gander, Marie. L., Fischer, Joachim. E. (2004). Hypercoagulability in Working Men and Women with High Levels of Panic-Like Anxiety. Psychotherapy and Psychosomatics Journal.

Siswanto. (2007). Kesehatan Mental. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Doengoes, Mariynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Gay, L. R. and Diehl, P. L. (1992). Research Methods for Business and Management, MacMilan Publishing Company, New York.

Indonesian Renal Registry (IRR), 2013. Report of Indonesian Renal Registry 2011. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI).

Hidayati F. (2010). Pengaruh Teknik Guide Imagery Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Klien Wanita dengan Gangguan Tidur (Insomnia) Usia 20-25 tahun di Kelurahan Ketanwanggede Kecamatan Lowokwaru Malang. Majalah Kesehatan FKUB.

(14)

Prasetyo, Sigit Nian. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Riesenhuber A, Boehm M, Posch M, Aufrich C. (2006). Dierutic potential of energy drinks, Amino Acids.

Sunardi. (2001). Hubungan Lama dan Frekuensi Menjalani Hemodialisa Terhadap Tingkat Kecemasan Terkait Ala/unit Dialisa pada Klien GGK Dilakukan Hemodialisa RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia.

Stuart and Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.

Titiek Hidayati. (2008). Hubungan Antara Hipertensi, Merokok dan Minuman Suplemen Energi dan Kejadian Penyakit Ginjal Kronik di RS PKU Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat. Fakultas Kedokteran Universitas Gadja Mada Yogyakarta.

Varcoralis, E. M. 2000. Psychiatric Nursing Clinical Guide : Assement Diagnosis. Philadelphia : W. B. Saunders company.

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Veni Witria Saputri. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa diruang Hemodialisa RSI Siti Rahmah Padang. Skripsi. Padang : STIKES Mercu Bakti Jaya Padang.

1

Mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMS Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura

2

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UMS Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura

3

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UMS Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura

Gambar

Tabel 4. Pre test tingkat kecemasan pasien hemodialisa
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data

Referensi

Dokumen terkait

Guide imagery (Imajinasi terbimbing) yang diberikan kepada pasien SC yang sedang mengalami kesakitan dapat memutuskan rasa nyeri sebelum sampai ke cortex cerebri (pusat

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu ”Apakah ada pengaruh guided imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizoafektif di

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh pemberian terapi murottal Al- Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa di Rumah Sakit PKU

Purwaningtyas Lisa Dwi Ari dan Arum Pratiwi (2010) dengan penelitian tentang “ Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Skizofrenia di Rumah

dalam praktek dokter gigi maka tingkat kecemasan pasien dapat dikurangi sehingga. timbul perasaan tenang dan rileks, dan dapat mengurangi

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu ”Apakah ada pengaruh guided imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizoafektif di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di RSU PKU Muhammadiyah

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RS PKU