• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA (PenelitianQuasi Eksperimental di kelas V-A & V-B SD NegeriGunungpereng1 KecamatanCihideung Kota Tasikmalaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA (PenelitianQuasi Eksperimental di kelas V-A & V-B SD NegeriGunungpereng1 KecamatanCihideung Kota Tasikmalaya)."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PEMB TERHA DALAM PE (PenelitianQuasi Eks K

Dia Pro

PROGRAM UNIV

BELAJARAN MATEMATIKA REALISTI HADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREAT PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEM Eksperimental di kelas V-A & V-B SD NegeriG

KecamatanCihideung Kota Tasikmalaya)

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandariSyarat MemperolehGelarSarjanaPendidikan rogram StudiPendidikan Guru SekolahDasar

Oleh

Muhammad Rijal Wahid Muharram NIM1004153

AM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DA NIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2014

TIK ATIF MATIKA riGunungpereng1

(2)

(PenelitianQuasi Eksperimental di kelas V-A & V-B SD NegeriGunungpereng I KecamatanCihideung Kota Tasikmalaya)

Oleh

Muhammad Rijal Wahid Muharram

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikanpada Program StudiPendidikan Guru SekolahDasar

UniversitasPendidikanIndonesia

© Muhammad Rijal Wahid Muharram 2014 UniversitasPendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA (PenelitianQuasi Eksperimental di kelas V-A & V-B SD NegeriGunungpereng1KecamatanCihideung Kota Tasikmalaya)

disetujuidandisahkanolehpembimbing : Pembimbing I

Drs. Yusuf Suryana, M.Pd NIP. 19580705 198603 1 004

Pembimbing II

Drs. H. OyonHakiPranata, M.Pd NIP. 19560606 198603 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 PGSD UPI KampusTasikmalaya

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran matematika, pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan umumnya masih bersifat tradisional dan belum mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa secara signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yang masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti memilih dan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik yang didasarkan atas studi pustaka yang telah dilakukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum mengangkat bagaimana penerapan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. Sedangkan tujuan dari penelitian ini secara umum untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya dengan teknik pengambil sampel berupa sampel jenuh. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi dan angket. Analisis data kuantitatif menggunakan microsoft excel versi 2010dan SPSS versi16.0. Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis, disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.

(5)

This research is caused by the importance of students' creative thinking skill in learning Mathematics in Elementary School. In learning Mathematics, learning approach done generally is still traditional and unable to develop the students' creative thinking skill significantly. It is showed by indicator of the low students' creative thinking skill. To solve this problem, the researcher chooses and uses Realistic Mathematic Education approach based on the previous literary study. The formulation of the problem in this research generally is carrying how the implementation of realistic Mathematic Education in students' creative thinking skill in finishing the mathematic story problems. The method used in this research is quation experimental and the research design is Nonequivalent Control Group. The populations of this research are students of class V SDN Gunungpereng I Cihideung Subdistrict Tasikmalaya City and the technique of acquiring the sample is saturated sample. The techniques of collecting the data are test, observation, and questionnaire. According to the acquired data and the analysis result, it can be concluded that the creative thinking skill treated by using Realistic Mathematics Education approach is better than using the conventional approach.

(6)

v A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Struktur Organisasi Skripsi... KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... A. Kajian Pustaka...

1. Hakikat Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar... 2. Pendekatan Pembelajaran Matematika...

a. Konsep Dasar Pendekatan Pembelajaran... b. Pendekatan Pembelajaran Matematika Konvensional.... c. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik... 3. Kemampuan Berpikir Kreatif ...

a. Berpikir sebagai Suatu Aktivitas Mental ... b. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 4. Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika ... B. Kerangka Berpikir ...

(7)

vi BAB IV

1. Lokasi Penelitian ... 2. Populasi dan Sampel Penelitian ... C. Desain Penelitian... D. Definisi Operasional Variabel... E. Instrumen Penelitian... F. Proses Pengenbangan Instrumen...

1. Validitas... 2. Uji Reliabilitas ... 3. Daya Pembeda ... 4. Indeks Kesukaran ... G. Bahan Ajar ... H. Teknik Analisis Data ... 1. Pengolahan Data Kuantitatif ... 2. Pengolahan Data Kualitatif ... I. Prosedur Penelitian ... HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Analisis Data Kuantitatif ... 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Awal Siswa Kelas V SD

Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung dalam Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... a. Uji Prasyarat ... b. Uji Perbedaan Rata-rata Pretest ... 2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Pecahan Sebagai

Perbandingan dan Skala dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ... 3. Kemampuan Berpikir Kreatif Akhir Siswa Kelas V SD

(8)

vii BAB V

Kreatif Siswa dalam Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... a. Uji Prasyarat ... b. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain ... B. Analisis Data Kualitatif ...

1. Analisis Data Hasil Angket ... 2. Hasil dan Pembahasan Data Observasi ... SIMPULAN DAN SARAN...

A.Simpulan ... B.Saran...

79 84 85 87 87 98 106 106 107

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN...

(9)

viii

Kisi-kisi Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kreatif ... Pedoman Penskoran Secara Holistik ... Kisi-kisi Angket Siswa ... Penskoran Angket Siswa ... Kisi-kisi Angket Orangtua ... Penskoran Angket Orangtua Siswa ... Validitas Butir Soal ... Rekapitulasi Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal ... Rekapitulasi Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal ... Interval kategori ... Kategori n-gain ... Interval Kategori ... Interval Kategori Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... Uji Normalitas Skor Pretest ... Uji Homogenitas Varians Skor Pretest ... Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretest ... Interval Kategori Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Penyelesaian Soal Cerita Matematika... Uji Normalitas Skor Posttest ... Uji Perbedaan Rata-rata Skor Posttest ... Hasil Perhitungan Skor Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Penyelesaian Soal Cerita Matematika ... Hasil Perhitungan Skor Gain tiap siswa ... Uji Normalitas Skor Gain ... Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain ... Data Hasil Angket ...

(10)

ix 4.17.

4.18.

4.19.

4.20. 4.21. 4.22. .

Data Hasil Angket Monitoring Orangtua Siswa di Rumah ... Aktivitas Siswa di Rumah dalam Menyelesaikan Pekerjaan Rumah dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ... Respon Orangtua dalam Membimbing Siswa Menyelesaikan Pekerjaan Rumah ... Data Hasil Observasi Pertemuan I ... Data Hasil Observasi Pertemuan II ... Data Hasil Observasi Pertemuan III ...

94

95

(11)

x

Matematisasi Horizontal dan Vertikal ... Kerangka Didaktik Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ... Kerangka Berpikir ... Grafik Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Awal berdasarkan Kategorisasi ... Aktivitas Penyelesaian Masalah Kontekstual ... Aktivitas Menyampaikan Hasil Penyelesaian Masalah Kontekstual dan Mendiskusikan Jawaban ... Grafik Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Akhir Berdasarkan Kategorisasi ... Perbandingan Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen ... Perbandingan Pretest-Posttest Kelompok Kontrol ... Grafik Perbandingan Skor Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan Kategorisasi ... Rating Scale Hasil Angket Siswa ... Rating Scale Respon Siswa terhadap Matematika ... Rating Scale Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ... Rating Scale Respon Siswa terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Rating Scale Hasil Angket Orangtua ... Rating Scale Aspek Monitoring Orangtua terhadap Aktivitas Siswa di Rumah ... Rating Scale Respon Orangtua dalam Membimbing Siswa Menyelesaikan Pekerjaan Rumah ...

(12)

xi Instrumen Uji Coba Penelitian ... Kunci Jawaban Instrumen ... Rubrik Kriteria Penilaian ... Hasil Uji Coba Instrumen ... Skor hasil uji coba instrumen ... Hasil uji validitas instrumen ... Hasil uji reliabilitas instrumen ... Analisis daya pembeda ... Analisis indeks kesukaran ... Hasil uji validitas isi RPP ... Hasil uji validitas isi tes ... Hasil uji validitas isi angket siswa ... Hasil uji validitas isi angket orangtua ... Hasil uji validasi isi lembar observasi ... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... Instrumen Penelitian ... Kisi-kisi Soal Pretest... Soal Pretest... Kunci Jawaban Soal Pretest... Kisi-kisi Soal Postest... Soal Postest... Kunci Jawaban Soal Postest... Lembar Angket Siswa ... Lembar Angket Orangtua ... Hasil Observasi, Angket, dan Contoh Hasil Kerja

(13)

xii Pretes Kelas Eksperimen ... Pretes Kelas Kontrol ... Postes Kelas Eksperimen ... Postes Kelas Kontrol ... Hasil Perhitungan Data Penelitian... Skor Hasil Pretest... Hasil Perhitungan Interval Kategoripretest ... Uji Normalitas Data Pretest... Uji Homogenitas Data Pretest... Uji t Hasil Data Pretest... Skor Hasil Data Postest ... Hasil Perhitungan Interval Kategoripostest ... Uji Normalitas Hasil Postest... Uji Mann WhitneyU Hasil Postest... Skor Hasil N-Gain ... Uji Normalitas Data N-Gain ... Uji Mann Whitney U N-Gain ... Dokumentasi Penelitian... Proses Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan pembelajaran Matematika Realistik ... Pelaksanaan PretestKelas Eksperimen ... Pelaksanaan Postest Kelas Eksperimen ... Profil Sekolah dan Surat Izin Penelitian ...

(14)
(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran merupakan suatu interaksi yang dibangun antara guru dan Siswa. Interaksi tersebut dibangun untuk mencapai suatu tujuan dimana menurut Hamalik (dalam Hakim, t.t) tujuan pembelajaran adalah “suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran”. Siswa diharapkan mampu mencapai perilaku atau kompetensi yang lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran. Indikator perubahan perilaku atau kompetensi secara umum dapat dilihat dalam tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang (UU) nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).

UU nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS bab II pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berangkat dari hal tersebut, maka pembelajaran diupayakan memenuhi kriteria atau indikator-indikator yang sudah digariskan. Dari kriteria-kriteria atau indikator-indikator yang terdapat dalam tujuan pendidikan nasional, berkembangnya potensi peserta didik atau siswa untuk menjadi manusia yang kreatif merupakan hal yang menjadi perhatian saat ini. Dengan tidak mengenyampingkan pencapaian tujuan kriteria-kriteria atau indikator-indikator lain, indikator kreatif merupakan suatu hal yang mutlak harus dimiliki siswa terutama dalam menghadapi tantangan era globalisasi yang serba kompleks. Era globalisasi yang sarat akan perubahan menuntut pengembangan deregulasi, debirokratisasi, produktivitas, efisiensi, inovasi, self-empowerment, keterbukaan,

(16)

mutu pelayanan, dan hak cipta.Indikator kreatif atau kreativitas memiliki korelasi yang tinggi dalam menghadapi tuntutan-tuntutan tersebut.

Upaya pengembangan kreativitas sudah dilakukan oleh berbagai negara di dunia. Salah satu contoh yang dapat dicermati adalah negara Australia. Dalam The Melbourne Declaration on Educational Goals for Young Australians (MCEETYA, t.t) Australia menyatakan bahwa “kreativitas merupakan satu hal fundamental untuk menjadikan Siswa sebagai pembelajar sukses”. Melihat bahwa kreativitas merupakan hal yang sangat penting saat ini, Australia sudah mendeklarasikan kesiapan dengan menggariskan tujuan-tujuan pendidikan sebagai langkah dalam menyambut abad XXI. Selain itu, Career Center Maine Department of Labor USA (dalam Ali, 2010, Hlm.1) menyatakan bahwa kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang dikehendaki dunia kerja. Melihat dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa kreativitas merupakan suatu hal yang penting untuk dikembangkan.

Kreativitas sangat erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Secara natural, setiap siswa sudah dianugerahkan kemampuan berpikir oleh Allah. Akan tetapi, untuk meningkatkan kemampuan berpikir diperlukan suatu upaya yang dalam hal ini diupayakan melalui pembelajaran yang berkualitas dengan disesuaikan kebutuhan Siswa, termasuk dalam meningkatkan proses pembelajaran untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Supriadi (1994, hlm. 2) yang menyatakan bahwa,

kreativitas seseorang muncul bukan hanya karena dorongan intrinsiknya, melainkan perlu iklim lingkungan yang memungkinkan ia merasa aman untuk berkarya,berimajinasi, mengambil prakarsa, karena hanya dengan itu mereka akan berani mengambil risiko.

Iklim itulah yang dibangun melalui proses pembelajaran berkualitas. Semata-mata untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif Siswa.

(17)

berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.Menyikapi isi PERMENDIKNAS tersebut, mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologimerupakan suatu fasilitas untuk mengembangkan kemampuan berpikir dimana salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif.

Salah satu bagian dari mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif adalah mata pelajaran matematika. Mata pelajaran matematika dapat menjadi fasilitas yang sangat efektif dimana Ruseffendi (2006, hlm. 94) menyatakan bahwa “matematika penting sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap”. Dalam membimbing pola pikir siswa, matematika menjembatani Siswa untuk mengkontruksi pengetahuan sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Nelissen & Tomic (1993, hlm. 24) yang menyatakan bahwa “learning mathematics is a constructive activity”.

Dalam mengkonstruksi pengetahuan, soal cerita matematika menjadi salah satu bagian dari mata pelajaran matematika yang dapat membantu mengasah kemampuan berpikir kreatif. Dengan variasi cara dan jawaban yang dapat dimunculkan dalam penyelesaian soal cerita matematika, perangsangan kreativitas Siswa dapat dilakukan. Dalam hal ini, guru hanya menjadi fasilitator dan membiarkan siswa untuk mengembangkan logika dalam penyelesaian masalah. Melalui soal cerita, Guru memberikan kebebasan siswa untuk mampu berkreasi dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

Untuk menunjang pengembangan kemampuan berpikir kreatif Siswa melalui mata pelajaran matematika, diperlukan suatu iklim yang mendukung. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, iklim yang mendukung pengembangan kemampuan berpikir kreatif tersebut tercipta melalui pembelajaran yang berkualitas. Hal ini diperlukan agar siswa merasa nyaman dalam melaksanakan pembelajaran, terutama menghilangkan kejenuhan serta paradigma yang menyatakan bahwa matematika itu adalah mata pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan.

(18)

Fauzan dkk ( 2002, hlm. 1) yang menyatakan bahwa “suasana pembelajaran di Indonesia serupa dengan suasana pembelajaran di beberapa negara Afrika”. Menurut Feiter et all. (dalam Fauzan, dkk, 2002, hlm. 1) dan Ottevenger (dalam Fauzan, dkk, 2002, hlm. 1) suasana pembelajaran dewasa ini masih:

a) Pupils are passive through out the lesson; b) Chalk and talk is preferred teaching style; c) Emphasis on factual knowledge; d) Questions require only single word, often provided in chorus; e) Lack of learning questioning; f) Only correct answers are accepted and acted upon; g) Whole-class activities of writing/ there is no hand work is carried out.

Selain itu pula, pembelajaran matematika cenderung berfokus kepada prosedur hafalan dalam memecahkan masalah dan mengikuti pola yang sama sesuai dengan prosedur yang diberikan oleh buku atau guru. Hal itu pun diakui oleh guru kelas V dimana Peneliti melakukan penelitian. Ketika dilakukan observasi awal, guru kelas V mengakui bahwa pembelajaran terutama matematika lebih sering menggunakan pendekatan tradisional yang lebih memusatkan kepada guru. Dampak dari pembelajaran seperti itu membuat siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran mata pelajaran matematika. Pembelajaran mata pelajaran matematika menjadi cenderung kaku dan mekanistik.

Implikasi dari pembelajaran mata pelajaran matematika yang cenderung kaku dan mekanistik mengakibatkan potensi kemampuan berpikir kreatif siswa tidak berkembang dengan baik karena iklim yang mendukung pengembangan kemampuan berpikir kreatif tidak tercipta. Selain daripada itu, paradigma yang menyatakan bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan menjenuhkan akan tetap ada.

(19)

intervensi apapun. Pembelajaran yang mampu membangkitkan siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri.

Terkait dengan pembelajaran yang berkualitas, dari studi literatur yang dilakukan, Peneliti menemukan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang cocok untuk diterapkan. Pendekatan tersebut adalah pendekatan Realistic Mathematic Education atau Pembelajaran Matematika Realistik yang dicetuskan pertama kali di negara Belanda oleh seorang ilmuwan bernama Hans Freudenthal. Pendekatan ini menganggap bahwa siswa harus menjadi subjek, bukan menjadi pendengar pasif dalam pembelajaran matematika. Selain daripada itu, pendekatan ini memberikan suatu pemahaman bahwa pembelajaran matematika dilakukan berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Pembangunan pengetahuan Siswa dimulai dari penggunaan media hingga materi yang disampaikan memiliki keterkaitan dengan aktivitas yang sering dilakukan. Hal ini memberikan suatu implikasi dalam pembelajaran matematika yang membuat pembelajaran berjalan dengan nyaman, menyenangkan, dan mudah untuk dipahami.

Dalam menimbang penggunaan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik untuk menunjang pengembangan kemampuan berpikir kreatif, Peneliti melakukan studi literatur terhadap penelitian-penelitian yang memiliki variabel sama dengan Peneliti. Peneliti menemukan beberapa penelitian yang menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai pertimbangan dalam menggunakan pendekatan ini. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya:

1. Thesis dari Sutarto Hadi berjudul Effective Teacher Professional Development for the Implementation of Realistic Mathematics Education in Indonesia;

2. Thesis dari Ahmad Fauzan berjudul Applying Realistic Mathematics Education (RME) in Teachinig Geometry in Indonesian Primary schools; 3. Thesis dari Zulkardi berjudul Developing a Learning Environment on

Realistic Mathematics Education for Indonesian Student Teachers.

(20)

yang relevan digunakan untuk menciptakan pembelajaran matematika berkualitas. Pendekatan ini mampu mengajak siswa mengembangkan kemampuan dalam pembelajaran matematika berbasis kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu membuat siswa akan lebih nyaman dan mampu mengaktualisasikan kemampuan personal dalam pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Kesumawati (2008, hlm.133) yang menyatakan bahwa “Pendekatan yang berorientasi pada pengalaman siswa sehari-hari yang menekankan pada kebermaknaan siswa dalam belajar adalah Pendekatan Realistic Mathematics Education atau pendekatan Pendidikan Matematika Realistik”.

Berdasarkan hal tersebut, Peneliti mengaplikasikan pendekatan PMR sebagai solusi dalam mengatasi kesenjangan yang ada. Peneliti melakukan penelitian berkenaan dengan “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Penyelesaian Soal Cerita Matematika” yang dilaksanakan dalam pembelajaran materi pecahan pada Siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.Hal ini dilakukan sebagai suatu bahan pembelajaran dalam rangka pengembangan kemampuan berpikir kreatif di kemudian hari. Materi pecahan diambil karena berdasarkan observasi yang dilakukan pada 28 Januari 2014 materi pecahan merupakan materi yang cukup sulit untuk dipahami siswa.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, teridentifikasi beberapa masalah yakni:

a. Variasi pembelajaran matematika yang digunakan oleh guru belum optimal;

b. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika masih rendah;

c. Pemahaman siswa dalam materi pecahan cenderung rendah;

(21)

2. Analisis Masalah

Permasalahan yang sering muncul di lapangan adalah masih kurangnya variasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sehingga berimbas kepada kemampuan berpikir kreatif Siswa, terutama dalam penyelesaian soal cerita matematika.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan membangkitkan afektif siswa dalam belajar matematika sehingga pembelajaran matematika lebih menyenangkan, sesuai dengan duniasiswa, bernilai, dan mudah untuk dipahami.

3. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan umum yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapanpendekatan Pembelajaran Matematika Realistik terhadap kemampuan berpikir kreatif dalam penyelesaian soal cerita matematika?”. Adapun secara khusus, rumusan masalah dalam penelitian ini yakni:

a. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif awal siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika pada materi pecahan di kelas V SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya?

b. Bagaimana proses pembelajaran pada materi pecahan dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik di kelas V SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya?

c. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika pada materi pecahan di kelas V SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya yang menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional? d. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V SD Negeri

(22)

e. Bagaimana respon siswa dan orangtua terhadap pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ?

C. Tujuan Penelitian

Bertitiktolak dari rumusan masalah yang telah dirumuskan,tujuan penelitian umum yang hendak dicapai adalah “mendeskripsikan penerapan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita”. Sedangkan secara khusus, tujuan penelitian yang hendak dicapai yakni:

a. Untuk menjelaskan kemampuan berpikir kreatif awal siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika pada materi pecahan di kelas V SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya;

b. Untuk menjelaskan proses pembelajaran pada materi pecahan dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik di kelas V SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya;

c. Untuk memperoleh gambaran apakah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika pada materi pecahan di kelas V SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya yang menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional;

d. Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya yang menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional;

e. Untuk mengetahui respon siswa dan orangtua terhadap pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

(23)

a. Pengembangan ilmu pendidikan terutama pembelajaran matematika di Sekolah Dasar;

b. Memberikan informasi dalam penggunaan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik untuk menunjang ketercapaian tujuan pendidikan nasional yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang kreatif;

c. Memberikan sumbangan konsep yang dapat digunakan sebagai rujukan pengembangan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, khususnya materi pecahan.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk mengembangkan proses-proses pembelajaran menuju pembelajaran yang lebih berkualitas dan bermakna.

b. Siswa

- Meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika khususnya materi pecahan;

- Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif serta hasil belajar siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika.

c. Orangtua

Sebagai motivasi bagi orangtua untuk memberikan bimbingan yang lebih intesif dan menyenangkan dalam penyelesaian tugas atau pekerjaan rumah.

d. Peneliti

Sebagai sarana menghubungkan antara teori dengan permasalahan di lapangan sehingga mendapatkan kesimpulan dalam pengembangan praktik-praktik pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. E. Struktur Organisasi Skripsi

(24)

Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis

Bab ini berisi penjelasan mengenai kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis.

3. Bab III Metode Penelitian

Terdiri atas lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini mengemukakan mengenai hasil penelitian yang dicapai dan pembahasannya.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode berasal dari kata “methodos” yang berarti cara atau jalan (Purwanto, 2012, hlm. 164). Selanjutnya, Bass, Dunn, Norton, Stewart dan Tudiver (dalam Purwanto, 2012, hlm. 9) mendefinisikan penelitian sebagai ‘usaha yang sistematik untuk menyediakan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan’. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk menyediakan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.

Metode yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Ary, Jacobs, dan Razavieh (dalam Purwanto, hlm. 2012) menyatakan bahwa ‘eksperimen merupakan kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubungannya dengan hipotesis’. Bukti-bukti kemudian disusun melalui pengujian yang dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya penelitian eksperimen ini dilaksanakan di lapangan, bukan dalam laboratorium. Alasan penggunaan di lapangan karena sulitnya mengendalikan eksperimen dalam situasi yang dibuat untuk maksud tertentu.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimental semu atau quasi-eksperimental research. Desain penelitian yang digunakan merupakan pengembangan dari true-eksperimental research yang sulit untuk dilaksanakan. Hal ini dilaksanakan karena dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian dirasakan sulit. Akan tetapi, desain ini lebih baik dibandingkan pre-eksperimental design (Sugiyono, 2010, hlm. 77). Kelompok kontrol merupakan salah satu kelompok dalam penelitian ini yang terdiri atas siswa dengan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Sedangkan satu lagi adalah kelompok eksperimen dimana kelompok ini terdiri atas siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik.

(26)

B. Lokasi dan Populasi 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Gunungpereng 1 yang berada pada lingkup UPTD Pendidikan Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya pada semester dua Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2012, hlm.80). Arikunto (2010, hlm. 173) menambahkan bahwa “populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian”.Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.

“Sampel merupakan bagian dari populasi” (Arikunto, 2010, hlm. 174). Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu dengan menggunakan teknik sampling jenuh atau saturation Sampling. “Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel” (Sugiyono, 2010, hlm.124). Peneliti bermaksud menggunakan teknik ini dengan pertimbangan bahwa jumlah anggota populasi/ sub-populasi yang akan diteliti tidak terlalu banyak.Adapun sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah siswa kelas V-A SD Negeri Gunungpereng1 yang dijadikan sebagai kelompok kontroldengan jumlah 22siswa dan siswa kelas V-B SD Negeri Gunungpereng 1yang dijadikan sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah 22siswa.

C. Desain Penelitian

Di dalam kehidupan nyata sangat sulit menemukan suatu kejadian yang benar-benar homogen. Berangkat dari hal tersebut, maka desain penelitian yang dilakukan oleh Peneliti adalah Quasi Eksperimental. “Quasi dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan dengan kata pura-pura, seolah-olah, tidak benar-benar” (Yunus, 2010, hlm. 335).

(27)

(Sugiyono, 2010, hlm.79) Keterangan: E = kelompok eksperimen

K = kelompok kontrol

X = perlakuan terhadap kelas eksperimen

Dalam hal ini dapat dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen (O2 – O1) dengan pencapaian kontrol (O4 – O3). Desain ini hampir sama dengan desain prestest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random atau acak.

D. Definisi Operasional Variabel

Menurut Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud “variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian”(Narbuko. dkk, 2005: 118) . Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yakni:

1. Variabel bebas (Independent) : Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).

2. Variabel terikat (Dependent) : Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. 3. Variabel Moderator : Bimbingan orangtua dalam

menyelesaikan pekerjaan rumah siswa Sedangkan, definisi operasional dari kedua variabel, yakni:

a. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik adalah Pendekatan dalam pembelajaran matematika yang beranjak dari pandangan bahwa matematika merupakan bagian dari aktivitas kehidupan sehari-hari manusia. Pendekatan ini memandang bahwa siswa bukan dijadikan sebagai pendengar pasif, akan tetapi harus mampu menjadi subjek yang aktif dengan mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dalam memecahkan masalah matematika.

E O1 X O2

(28)

b. Kemampuan Berpikir Kreatif adalah kemampuan sebagai manifestasi diri dalam berpikir lancar (fluency), luwes (flexibility), dan menghasilkan suatu produk yang unik atau baru (originality).

c. Soal cerita matematika adalah soal yang disajikan dalam bentuk narasi pendek. Soal cerita matematika dalam penelitian ini berisi masalah-masalah yang memiliki korelasi dengan kehidupan sehari-hari. Soal cerita matematika dibuat dengan open-ended untuk merangsang siswa berpikir lebih luas dan tidak dibatasi oleh jawaban tertutup. Soal cerita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah soal cerita yang menggunakan esai.

d. Bimbingan orangtua adalah suatu bantuan yang diberikan orangtua kepada siswa dalam belajar. Bimbingan orangtua dilakukan untuk membantu siswa menyelesaikan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan oleh peneliti sebagai bekal belajar yang dibawa ke rumah. Bimbingan diberikan baik berupa motivasi untuk mampu mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan maupun berupa bantuan langsung dalam konsultasi mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh peneliti.

E. Instrumen Penelitian

(29)

berpikir kreatif siswa berkembang.

Pada awal penyusunan soal tes, terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal sebagai suatu acuan yang dirumuskan untuk menghasilkan butir-butir pertanyaan. Kisi-kisi soal dikembangkan dari definisi operasional dan variabel penelitian yang di dalamnya terkandung aspek-aspek dan indikator. Langkah selanjutnya adalah dijabarkan dalam bentuk pertanyaan. Adapun kisi-kisi yang digunakan dalam penyusunan soal tes dapat dilihat sebagai berikut:

Kisi-kisi Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas/semester : V (lima)/2 (dua)

Mata pelajaran : Matematika

Materi pokok : Masalah perbandingan dan skala

Standar kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah Kompetensi dasar : Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan

skala

Apek berpikir kreatif : Kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan keterincian Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek

- Mampu memberikan banyak jawaban terhadap masalah

- Mampu menyelesaikan masalah perbandingan dan skala

- Mampu memberikan banyak jawaban terhadap masalah perbandingan

- Mampu menggunakan beragam strategi

(30)

strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak

biasa untuk

- Mampu menjelaskan secara terperinci, runtut, dan koheren

- Mampu menjelaskan secara terperinci, runtut, dan koheren dalam memecahkan masalah perbandingan dan skala.

Adapun teknik penskoran tes disajikan pada tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2

Pedoman Penskoran secara Holistik

Indikator Skor Keterangan

Memenuhi semua atau hampir indikator berikut: 1. Mampu menyelesaikan masalah

2. Mampu memberikan banyak jawaban terhadap masalah

3. Mampu menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah

4. Mampu menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa untuk menyelesaikan masalah 5. Mampu menjelaskan secara terperinci, runtut, dan

koheren

4 Kuat

(Strong)

Memenuhi sebagian atau beberapa indikator berikut: 1. Mampu menyelesaikan masalah

2. Mampu memberikan banyak jawaban terhadap masalah

3. Mampu menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah

4. Mampu menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa untuk menyelesaikan masalah 5. Mampu menjelaskan secara terperinci, runtut, dan

koheren.

3 Dapat Diterima (Acceptable)

Memenuhi sebagian atau beberapa indikator berikut: 1. Kurang tepat dalam menyelesaikan masalah

2. Kurang mampu menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah 5. Kurang mampu dalam menjelaskan secara terperinci,

(31)

Memenuhi hampir semua indikator berikut: 1. Kurang tepat dalam menyelesaikan masalah

2. Kurang mampu menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah

Kurang mampu dalam menjelaskan secara terperinci, runtut, dan koheren.

1 Lemah

(Weak)

Memenuhi semua indikator berikut:

1. Tidak tepat dalam menyelesaikan masalah

2. Tidak mampu menggunakan beagam strategi penyelesaian masalah

3. Tidak mampu memberikan banyak jawaban terhadap masalah

4. Tidak tepat dalam menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa untuk menyelesaikan masalah.

Tidak mampu menjelaskan secara terperinci, runtut, dan koheren.

0

Sangat Lemah (Very Weak)

Sumber: Berdasarkan aspek dan indikator kemampuan berpikir kreatif

Selain menggunakan instrumen tes, peneliti juga menggunakan lembar angket dan lembar observasi. lembar angket digunakan untuk mengetahui afektif siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Selain itu, angket juga digunakan untuk mengetahui bagaimana bimbingan orangtua terhadap siswa dalam penyelesaikan pekerjaan rumah. Bimbingan orangtua siswa sebagai variabel moderator akan dikaji oleh peneliti untuk melihat sejauh mana bentuk bimbingan yang diberikan kepada siswa bermanfaat dalam pembelajaran matematika realistik dan untuk menjadi data pendukung dalam penelitian.

Selanjutnya lembar observasi digunakan untuk mengobservasi pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan pendekatan yang digunakan yakni pendekatan pembelajaran matematika realistik. Sebelum digunakan dalam kelas eksperimen, lembar observasi ini divalidasi terlebih dahulu untuk melihat bahwa lembar observasi ini laik atau tidak digunakan dalam penelitian. Kisi-kisi angket yang disebar kepada siswa disajikan pada tabel 3.3 berikut.

(32)

Kisi-kisi Angket Siswa

Aspek No. Soal Pernyataan

Siswa terhadap Matematika

2

Saya merasa percaya diri dalam menyelesaikan soal cerita matematika

3

Saya merasa bahwa soal cerita matematika bukanlah soal yang sulit 5

Saya merasa yakin mampu memgerjakan soal cerita matematika dengan baik cerita matematika yang diberikan

7

Saya merasa pembelajaran matematika sangat soal cerita matematika dengan cara saya sendiri

8

Saya merasa mampu memberikan lebih dari satu cara atau jawaban dalam menyelesaikan soal cerita matematika

Adapun teknik penskoran angket siswa disajikan pada tabel 3.4 berikut. Tabel 3.4

Sangat Tidak Sesuai 1

(33)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Angket Orangtua

Aspek No. Soal Pernyataan

Monitoring Orangtua terhadap Aktivitas Siswa di

Rumah

1 Anak terlihat antusias dalam mengerjakan pekerjaan rumah 2

Anak bertanya mengenai kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumah

3

Anak mencorat-coret (mengotret) di kertas untuk menghitung soal pekerjaan rumah

4

Anak terlihat bekerja keras dalam menyelesaikan

Bapak/ Ibu membimbing Anak menyelesaikan pekerjaan rumah

6

Bapak/ Ibu merangsang Anak agar mampu menyelesaikan pekerjaan rumah dengan kreatif

7

Bapak/ Ibu memberikan contoh melalui benda di lingkungan sekitar untuk

memudahkan siswa

memahami pekerjaan rumah

Dengan teknik penskoran angket orangtua siswa disajikan pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Penskoran Angket Orangtua Siswa Indikator Skor

Selalu 4

Sering 3

Kadang-kadang 2

Tidak Pernah 1

F. Proses Pengembangan Instrumen

(34)

instrumen penelitian. Pengujian instrumen yang dilakukan meliputi pengujian validitas dan pengujian reliabilitas.

1. Uji Validitas

Arikunto (2010, hlm. 211) menjelaskan bahwa“validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”. Bila suatu instrumen valid atau shahih, maka instrumen tersebut mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, bila suatu instrumen kurang valid atau kurang shahih, maka instrumen tersebut mempunyai validitas rendah.

Pengujian validitas instrumen penelitian ini menggunakan pengujian validitas konstruksi (Contruct Validity) dan pengujian validitas isi (Content Validity). Dalam pengujian validitas konstruksi, pendapat para ahli (judgment experts) dijadikan dasar apakah instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Dalam pengujian validitas konstruksi ini peneliti meminta bantuan kepada tiga orang ahli.

Soal yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian terlebih dahulu diujicobakan kepada Siswa. Sebelum ujicoba dngan kelompok yang besar, Peneliti melakukan uji coba terbatas kepada lima orang siswa di SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Uji coba terbatas ini dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam soal sehingga kesalahan dapat diminimalisir sebelum diujicobakan kepada banyak siswa. Dari hasil ujicoba terbatas, terdapat beberapa butir pertanyaan yang kurang dipahami oleh siswa, sehingga dilakukan perbaikan dalam redaksi kalimat untuk memudahkan siswa dalam memahami soal cerita matematika yang diberikan. Setelah itu, uji coba soal dilakukan kembali di kelas VI SD Negeri Gunungpereng 1 dengan menambah jumlah sampel menjadi 30 siswa.

(35)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

∑X = jumlah skor item

∑Y = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden.

Kriteria validitas sebagai berikut:

• Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi • Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi

• Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup • Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah • Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah

Kriteria pengujian dengan membandingkan antara koefisien korelasi (rhitung) dengan nilai tabel korelasi Product Moment (rtabel). Kriterianya: “jika rhitung> rtabel maka instrumen valid, sebaliknya jika rhitung< rtabel maka instrumen tidak valid” (Riduwan, 2011, hlm. 78).

Proses perhitungan validitas butir soal secara rinci terdapat pada lamiran. Adapun mengenai rekapiulasi hasil perhitungan untuk menghitung validitas butir soal disajikan pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Validitas Butir Soal

Butir Soal rXY Keterangan

1 0,80 Validitas Tinggi

2 0,87 Validitas Sangat Tinggi

3 0,76 Validitas Tinggi

4 0,96 Validitas Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel 3.7yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa semua butir soal adalah valid dengan dua butir soal memiliki validitas tinggi dan dua butir soal memiliki validitas sangat tinggi. Dengan demikian instrumen tes dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data.

= n ∑XY − ∑X ∑Y

(36)

2. Uji Reliabilitas

Dalam pengujian reliabilitas, peneliti menggunakan rumus Alpha. Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (2010, hlm. 239), “rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau bentuk uraian”.

Berikut bentuk dari rumus Alpha: r11 = ⅀ r11 = Reliabilitas instrumen

= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

⅀ = Jumlah varians butir = Varians total

Tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolok ukur yang dibuat oleh Guilford (Suherman, 2003, hlm. 139) sebagai berikut :

• 0,90 < r11 < 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi • 0,70 < r11 < 0,90 derajat reliabilitas tinggi • 0,40 < r11 < 0,70 derajat reliabilitas sedang • 0,20 < r11 < 0,40 derajat reliabilitas rendah

r11 < 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah

Hasil perhitungan manual yang selanjutnya divalidasi oleh software Microsoft excel versi 2010 dan software SPSS versi 16.0 for Windows diperoleh realibitas sebesar 0,865. Merujuk kepada tolok ukur dalam menginterpretasikan derajat reliabilitas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen yang digunakan termasuk dalam kategori tinggi. Hasil perhitungan lebih rinci mengenai realibitas terdapat dalam lampiran.

3. Daya Pembeda

Cara menentukan daya pembeda soal uraian adalah menggunakan rumus : Daya Pembeda (DP) = –

!"

(37)

#$ = Rata – rata siswa kelompok atas

#% = Rata – rata siswa kelompok bawah

SMI = Skor Maksimal Ideal

Klasifikasi daya pembeda seperti yang dikutip dari Suherman (Larasati, 2013, hlm. 34) adalah sebagai berikut :

• D≤ 0,00 : sangat jelek • 0,00 > D≤ 0,20 : jelek

• 0,20 > D≤ 0,40 : cukup • 0,40 > D≤ 0,70 : baik • 0,70 > D≤ 1,00 : baik sekali • D≤ 0,20 : tidak baik

Dari hasil perhitungan diperoleh dengan menggunakanMicrosoft Excel 2010sebagai berikut:

Tabel 3.8

Rekapitulasi Perhitungan daya pembeda Butir Soal

No.

Soal DP Keterangan

1 0,33 Cukup

2 0,48 Baik

3 0,43 Baik

4 0,63 Baik

Hasil perhitungan daya pembeda secara lebih lengkap terdapat dalam lampiran.

4. Indeks Kesukaran

(38)

IK = & '() Keterangan : IK = Indeks Kesukaran

x

= Rata- rata Skor SMI = Skor Maksimal Ideal Kriteria tingkat kesukaran adalah:

• IK = 0,00 = Terlalu Sukar

• 0,00 < IK ≤ 0,30 = Sukar • 0,30 < IK ≤ 0,70 = Sedang • 0,70 < IK ≤ 1,00 = Mudah

• IK = 1,00 = Terlalu Mudah (Fani dalam Larasati, 2013, hlm. 36)

Dari hasil perhitungan diperoleh dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 sebagai berikut:

Tabel 3.9

Rekapitulasi Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal No Soal IK Interpretasi

1 0,67 Sedang

2 0,54 Sedang

3 0,52 Sedang

4 0,42 Sedang

Berdasarkan hasil uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda terhadap data hasil uji coba instrumen yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang disusun layak untuk digunakan dalam penelitian.

G. Bahan Ajar

(39)

LKS kemampuan berpikir kreatif yang memuat sebuah persoalan matematika serta pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Bahan ajar yang dirancang, disusun, dan dikembangkan tersebut disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Sebelum diimplementasikan, bahan ajar tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk selanjutnya diberikan tanggapan.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah analisis data Sugiyono(2012, hlm. 147) menyatakan bahwa “analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul“. Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengolahan data kuantitatif dan pengolahan data kualitatif melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengolahan Data Kuantitatif

Data kuantitatif meliputi data hasil pretest dan posttest yang dideskripsikan, serta data indeks gain. Hal ini dilakukan untuk melihat kecenderungan data yang ada pada setiap variabel. Selanjutnya analisa data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan statistika deskriptif dan statistika inferensial.

a. Analisis Data dengan Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum masing-masing variabel. Peneliti mendeskripsikan variabel yang diteliti satu persatu. Hal ini dilakukan untuk melihat kecenderungan yang ada pada setiap variabel. Data yang di deskripsikan dalam penelitian adalah skor hasil pretest dan posttest. Selanjutnya, data diproses denganbantuansoftware SPSS versi 16.0 for windows untuk menemukan hasil perhitungan data statistik deskriptif yang meliputi skor rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum.

(40)

Tabel 3.10 Interval Kategori

No. Interval Kategori

1. X ≥#,ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi

2. #,ideal + 0,5 Sideal ≤ X <#,ideal + 1,5 Sideal Tinggi 3. #,ideal - 0,5 Sideal ≤ X <#,ideal + 0,5 Sideal Sedang 4. #,ideal - 1,5 Sideal ≤ X <#,ideal - 0,5 Sideal Rendah 5. X <#,ideal - 1,5 Sideal Sangat Rendah

Penjelasan:

#,ideal = Xideal Sideal = -#,ideal

b. Analisis Data dengan Statistik Inferensial

Statistik inferensial digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Pada tahap ini akan dilakukan uji perbedaan dan pengaruh rata-rata hasil pretest dan posttest pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. Tujuan akhir dari tahap analisis ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan apakah terdapat perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kreatif antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol setelah diberi perlakukan yang berbeda. Untuk pengujuan hipotesis statistik dalam penelitian, jenis statistik uji perbedaan rata-rata yang digunakan dapat ditentukan dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi data yang terdiri dari uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk pada uji normalitas dengan menggunakan software SPSS 16.0 for windows. Dalam penelitian ini digunakan taraf signifikansi sebesar 5% dengan kriteria pengujian sebagai berikut.

• Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima. • Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Dimana,

(41)

Ha: Data tidak berdistribusi normal. 2) Uji homogenitas

Setelah melakukan uji normalitas, langkah selanjutnya adalah uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan dalam rangka menguji kesamaan varians setiap kelompok data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Levene. Uji Langkah-langkah pengujian homogenitas dengan ujiLevene adalah sebagai berikut:

a) Tentukan taraf signifikansi (α) untuk menguji hipotesis. b) Menghitung varian tiap kelompok data.

c) Tentukan nilai Fhitung

d) Tentukan nilai Ftabel untuk taraf signifikansi α, dk1=dkpembilang=na-1, dan dk2= dkpenyebut = nb-1.

e) Lakukan pengujian dengan cara membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel. Taraf signifikansi yang ditentukan adalah 5%, maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

• Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima. • Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. 3) Pengujian hipotesis (uji perbedaan dua rata-rata)

Pengujian hipotesis ini untuk menguji hipotesis, yakni: Kemampuan siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik sama baik dengan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapt pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.

(42)

peneliti. Berikut rumus dari compare means – Independent sample t-test:

. = ,,,, ,,,,/

01/2 1 3/4 1 2/ 31/4 1 2 51//6 1/7

Keterangan:

8,,, = rerata sampel pertama

8,,, = rerata sampel kedua

9 = varians sampel pertama

9 = varians sampel kedua

: = banyak data sampel pertama

: = banyak data sampel kedua (Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 138)

Bila dalam uji prasyarat terdapat salah satu atau kedua data yang diuji tidak berdistribusi normal, maka jenis uji perbedaan rata-rata yang digunakan adalah jenis uji statistik non-parametrik. Model uji yang digunakan adalah dengan model Two Independent Sampes Tests. Two Independent Samples Tests digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua kelompok data yang independen dan tidak mensyaratkan data berdistribusi normal. Adapun uji yang digunakan menggunakan uji Mann-Whitney U(Priyatno, 2009, hlm. 191). Berikut rumus dari uji Mann-Whitney U:

; = : : + =/ =/6 − >

; = : : + = = 6 − >

Keterangan:

: = jumlah sampel 1

: = jumlah sampel 2

; = jumlah peringkat 1

; = jumlah peringkat 2

> = jumlah rangking pada sampel 1

> = jumlah rangking pada sampel 2 (Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 153)

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α = 0,05), maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

(43)

Ho : Kemampuan berpikir kreatif dalam penyelesaian soal cerita matematika yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik sama baik dengan kemampuan berpikir kreatif dalam penyelesaian soal cerita matematika yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendkatan pembelajaran konvensional.

Ha : Kemampuan berpikir kreatif dalam penyelesaian soal cerita matematika yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif dalam penyelesaian soal cerita matematika yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendkatan pembelajaran konvensional.

Dalam hipotesis statistik: Ho: µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

µ1Adalah kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dan µ2 adalah kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, ketentuan yang digunakan adalah jika µ1 = µ2, maka Hoditerima, dan jika µ1 ≠ µ2, maka Hoditolak dan Haditerima.

c. Indeks Gain

Indeks gain digunakan oleh peneliti untuk melihat sejauh mana kualitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif di kedua kelompok sampel. Menurut Melter (dalam Nurliana, 2013, hlm. 37) “Alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut normalized gain (gain ternormalisasi)” diformulasikan dalam bentuk berikut ini.

g = '?@A B@C DEC '?@A FAE DEC

(44)

Klasifikasi n-gain disajikan pada tabel berikut : Tabel 3.10 Kategori n-gain

Nilai Kriteria g > 0,70 Tinggi 0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

g ≤ 0,30 Rendah Dikutip dari Hake (Nurliana, 2013, 37)

Untuk mempermudah proses pengolahan analisis data dalam penelitian, peneliti menggunakan software SPSS versi 16.0 for windows.

2. Pengolahan Data Kualitatif

Analisis data kualitatif terdiri atas analisis data hasil observasi, hasil angket atau kuesioner. Secara lebih lengkap penjelasan diuraikan sebagai berikut.

a. Lembar Angket

Lembar angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari angket yang diberikan kepada siswa dan angket yang diberikan kepada orangtua.

1) Angket Siswa

Data hasil angket siswa bertujuan untuk mengetahui respon sikap siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif. Selain daripada itu, angket ini pun bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan mengunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik.Setelah data hasil angket diperoleh, skor dijumlahkan dengan berbanding skor ideal. Hal ini untuk mengetahui kecenderungan siswa terhadap pernyataan yang diberikan. 2) Angket Orangtua

Data hasil angket yang diberikan kepada orangtua dilakukan untuk mengetahui sejah mana aktivitas siswa dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan bimbingan orangtua yang diberikan dalam membantu siswa menyelesaikan pekerjaan rumah.Setelah data hasil angket diperoleh, skor dijumlahkan dengan berbanding skor ideal. Hal ini untuk mengetahui kecenderungan orangtua terhadap pernyataan yang diberikan.

(45)

Data hasil observasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik berlangsung sesuai dengan karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik. Selain daripada itu, lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh observer dengan format pengisian terbuka berupa deskripsi mengenai aktivitas pembelajaran matematika yang dilaksanakan. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokkan hasil observasi dan selanjutnya disajikan dalam bentuk kalimat dan disusun dalam bentuk rangkuman.

I. Prosedur Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu diadakan persiapan-persiapan yang dianggap perlu antara lain: permohonan izin penelitian, penyusunan instrumen, menentukan jadwal penelitian, dan uji coba instrumen penelitian. 1. Melaksanakan Uji Coba

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya diujicobakan terhadap siswa kelas VI SD Negeri Gunungpereng 1. Uji coba dilakukan terhadap siswa kelas VI. Uji coba dilakukan selama dua tahap, tahap pertama dilakukan terhadap beberapa siswa. Setelah melalui tahapan revisi, uji coba dilakukan kembali terhadap 30 siswa kelas VI SD Negeri Gunungpereng 1.

2. Merevisi perangkat pembelajaran. Berdasarkan pendapat dan masukan dari para ahli, soal yang sebelumnya berjumlah tiga soal direvisi menjadi empat soal yang disesuaikan dengan indikator kemampuan berpikir kreatif.

3. Selanjutnya peneliti mengajukan permohonan izin kepada: a. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Tasikmalaya; b. Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya;

c. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya d. Kepala SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Tawang Kota

Tasikmalaya

(46)

(pretest) untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif awal siswa. Tes awal dilakukan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan yang sama atau berbeda.

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Penelitian dilakukan juga untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.

Dalam penelitian ini ditentukan dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Satu kelas ditentukan sebagai kelompok eksperimen dan kelas lain ditentukan sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan yang diberikan oleh peneliti berupa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Sedangkankelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan khusus yang diberikan atau dapat dikatakan dalam pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika yang rutin dilaksanakan yakni pembelajaran secara konvensional.

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari hingga bulan Mei tahun 2014. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif.Data kuantitatif yang disajikan merupakan data kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika pada materi pecahandi kelas V melalui tes.Sedangkan data kualitatif yang disajikan merupakan data pendukung berupa lembar angket dan lembar observasi.

Dalam pengumpulan data melalui tes, peneliti melakukan dua kali tes. Tes pertama dilakukan pada permulaan sebelum perlakuan diberikan atau dapat disebut juga pretest. Tes kedua dilakukan pada akhir dimana perlakuan telah diberikan atau dapat disebut juga posttest.

Berikut hasil dan pembahasan atas data yang diperoleh dari tahap pengumpulan data yang telah dilakukan :

(48)

A. Analisis Data Kuantitatif

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Awal Siswa Kelas V SD Negeri Gunungpereng 1 Kecamatan Cihideung dalam Penyelesaian Soal Cerita Matematika

Pretest diberikan kepada 44 siswa yang menjadi sampel dengan rincian 22 siswa berasal dari kelas V-A sebagai kelompok kontrol dan 22 siswa berasal dari kelas V-B sebagai kelompok eksperimen. Data didapatkan melalui skor jawaban tes yang mengukur kemampuan berpikir kreatif awal siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. Penyelesaian soal cerita matematika yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif adalah soal terbuka yang memiliki keberagaman jawaban. Hal ini sesuai dengan pendapat Getzles dan Jackson (dalam Mahmudi, 2010, hlm.4) yang mengemukakan ‘pengukuran kemampuan berpikir kreatif yakni dengan soal terbuka (open-ended problem)’.

Deskripsi data hasil pretest kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika pada materi pecahan merupakan analisis yang menggambarkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam domain kognitif. Data skor total tiap siswa diperoleh dari hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Untuk interval kategori yang digunakan pada proses pengolahan data, peneliti menggunakan interval kategori menurut Rahmat dan Solehudin (Nurliana, 2013, hlm. 39) dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Interval Kategori

No. Interval Kategori

1. X ≥ ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi

2. ideal + 0,5 Sideal X < ideal + 1,5 Sideal Tinggi

3. ideal - 0,5 Sideal ≤ X < ideal + 0,5 Sideal Sedang

4. ideal - 1,5 Sideal ≤ X < ideal - 0,5 Sideal Rendah

(49)

Penjelasan :

ideal = Xideal

Sideal = ideal

Selanjutnya untuk mengetahui gambaran umum mengenai kemampuan berpikir kreatif awal siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika pada materi pecahan dilakukan uji kecenderungan umum variabel. Skor yang diperoleh dibandingkan dengan tabel selang interval berdasarkan kriteria yang ditetapkan pada tabel 4.1. Jumlah item soal pada tes kemampuan berpikir kreatif siswa sebanyakempat item soal, sehingga hasil perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Skor hasil tes ditetapkan berdasarkan jumlah jawaban benar dari empat item soal kemampuan berpikir kreatif siswa yang ditentukan berdasarkan ketentuan penyekoran soal yang telah ditetapkan.

= 16

ideal = 8

= 2,7

Maka tabel selang interval kategori untuk kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika pada materi pecahan (setelah dilakukan pembulatan) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Interval Kategori Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Penyelesaian Soal Cerita Matematika

No Interval kategori Frekuensi Presentase

E K E K

1 X ≥ 12,05 Sangat Tinggi 0 0 0,0 % 0,0 %

2 9,35 ≤ X < 12,05 Tinggi 0 0 0,0 % 0,0 % 3 6,65 ≤ X < 9,35 Sedang 5 2 22,7 % 9,0 % 4 5 ≤ X < 6,65 Rendah 13 12 59,1 % 54,6 %

5 X < 5 sangat Rendah 4 8 18,2 % 36,4 %

(50)

Berdasarkan data hasil pretest terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita yang disajikan tabel 4.2, dapat diketahuibahwa persentase siswadengan kemampuan berpikir kreatif awal yang tergolong pada kategori sangat tinggi dan kategori tinggi dari kedua kelompok sama-sama bernilai 0,0%. Artinya, tidak ada seorang siswa pun dengan kemampuan berpikir kreatif awal yang tinggi dan sangat tinggi. Selanjutnya, pada kelompok eksperimen sebanyak 22,7% siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif awal yang tergolong pada kategori sedang, sebanyak 59,1% siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif awal yang tergolong pada kategori rendah, dan 18,2% siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif awal yang tergolong pada kategori sangat rendah.

Pada tabel 4.2 pula dapat disajikan data hasil pretest terhadap kelompok kontrol dimana 9,0% siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif awal yang tergolong pada kategori sedang, 54,6% siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif awal yang tergolong pada kategori rendah, dan 36,4% siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif awal yang tergolong pada kategori sangat rendah.

Dari data hasil pretest kedua kelompok yang disajikan, peneliti mendapatkan temuan bahwa siswa dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebagian besar memiliki kemampuan berpikir kreatif awal dengan kesenjangan yang tidak terlalu besar. Dalam kedua kelompok tersebut, sebagian besar siswa berada dalam kemampuan berpikir kreatif awal berkategori rendah.

Selain itu, rata-rata hitung ( ̅) untuk kelas eksperimen adalah 5,73 dengan

(51)

siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika pada kelompok kontrol tergolong pada kategori sangat rendah karena berada dalam interval kategori X<5.

Berdasarkan temuan tersebut, maka penggunaan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik yang digunaka untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa penting untuk dilaksanakan. Hal ini merujuk kepada pendapat

Gardner ( Pound & Lee, 2011, hlm. 6) yang menyatakan bahwa ‘creativity is a skill or attribute which will be much needed by society in the near future , and creatiby has not always been welcomed’. Bila semenjak awal siswa tidak dikembangkan untuk memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi, dikhawatirkan siswa akan mengalami kesulitan dalam menyambut masa depan di kemudian hari.

Data hasil pretest yang menunjukkan bahwa kelompok eksperimen secara umum memiliki kemampuan berpikir kreatif awal dalam kategori rendah dan kelompok kontrol secara umum memiliki kemampuan berpikir kreatif awal dalam kategori sangat rendah menjadi catatan penting untuk peneliti. Melihat hasil ini peneliti berpendapat bahwa mengembangkan potensi berpikir kreatif menjadi tujuan yang sangat perlu untuk diwujudkan. Untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai perbandingan kemampuan berpikir kreatif awal kedua kelompok berdasarkan kategori, disajikan dalam grafik pada gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1

Grafik Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Awal berdasarkan Kategorisasi

Secara eksplisit kedua kelompok memiliki skor rata-rata yang tidak jauh berbeda yakni dengan selisih skor sebesar 0,78. Selisih skor ini menjadi dasar untuk melakukan penelitian dalam tahap selanjutnya. Dengan melihat bahwa

0 5 10 15

Eksperimen Kontrol

Gambar

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran secara Holistik
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Orangtua
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang digunakan mengambil keputusan butir soal diterima atau ditolak adalah jika.. dua atau tiga analisis menyatakan butir soal tersebut diterima maka butir

(2005), “Panel Petani Nasional (PATANAS), Dinamika Sosial Ekonomi Rumah Tangga dan Masyarakat Pedesaan: Analisis Profitabilitas Usahatani dan Dinamika Harga dan Upah

Berdasarkan kajian-kajian teoritis dan hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa tes pemahaman konsep dapat mengukur

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memberi informasi mengenai ukuran berat sabut kelapa sebagai penahan air yang tepat untuk pertumbuhan bibit sukun (

[r]

Pada penulisan ilmiah ini, penulis mencoba mendesain web non komersial mengenai Kumpulan Tuntunan Sholat lima waktu dalam Islam dengan menggunakan Flash MX dan Internet Explorer

Software yang digunakan adalah Flash MX, yang merupakan seri ke 6 dari flash keluaran Macromedia yang dapat menggabungkan berbagai elemen multimedia seperti animasi, teks, gambar

Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibilitysapu Lidi Cafe, Resort, And Gallery Dalam Mendukung Pemberdayaan Masyarakat.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu