ANALISIS METODE SURFACE RELATED MULTIPLE
ELIMINATION (SRME) DAN TRANSFORMASI RADON UNTUK
PENEKANAN MULTIPLE PADA DATA SEISMIK 2D MARINE
DI PERAIRAN UTARA PAPUA
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Fisika
Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh
Risma Deviyanti
0905902
PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
ANALISIS METODE SURFACE RELATED
MULTIPLE ELIMINATION (SRME) DAN
TRANSFORMASI RADON UNTUK PENEKANAN
MULTIPLE PADA DATA SEISMIK 2D MARINE
DI PERAIRAN UTARA PAPUA
Oleh Risma Deviyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Risma Deviyanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
ANALISIS METODE SURFACE RELATED MULTIPLE ELIMINATION (SRME) DAN TRANSFORMASI RADON UNTUK PENEKANAN MULTIPLE
PADA DATA SEISMIK 2D MARINE DI PERAIRAN UTARA PAPUA
Dalam pengambilan data seismik laut, informasi struktur bawah permukaan yang terekam sebagai sinyal bersama dengan gangguan atau noise yang merupakan multiple yang bisa merusak kualitas data sehingga data tidak bisa diinterpretasi dengan baik. Multiple adalah pengulangan refleksi akibat ’terperangkapnya’ gelombang seismik dalam air laut atau terperangkap dalam lapisan batuan lunak. Salah satu jenis multiple adalah surface-related multiple. Beberapa metode untuk menghilangkan surface-related multiple diantaranya adalah Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan Transformasi Radon. SRME adalah metode untuk menghilangkan energi multiple yang dihasilkan oleh batas air-udara (surface-related multiple). SRME tidak memerlukan informasi subsurface dan informasi kecepatan. Metode Transformasi Radon merupakan salah-satu metode yang digunakan untuk mereduksi multiple data seismik. Dalam proses demultiple, metode tersebut mengubah domain data seismik dari domain waktu-jarak (time-offset) menjadi domain tau-p (intercept time-moveout ray parameter).
Dalam penelitian ini telah dilakukan tahapan pengolahan data seismik sampai migrasi menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D. Hasil Pre-Stack Time Migration (PSTM) dengan Transformasi Radon memperlihatkan penampang reflektivitas seismik lapisan bawah permukaan lebih representatif dengan multiple yang minimal sehingga tahap interpretasi selanjutnya pada penampang seismik termigrasi semakin optimum.
ABSTRACT
ANALYSIS OF SURFACE RELATED MULTIPLE ELIMINATION (SRME) AND RADON TRANSFORM METHOD FOR SUPPRESSING 2D MARINE
SEISMIC DATA IN THE NORTHERN OF PAPUA WATERS
In marine seismic data acquisition, information of subsurface structure recorded as signal along with noise such as multiple that could damage the quality of the data hence the data cannot be interpreted properly. Multiple is repetitions of reflection due to 'trapping' seismic waves in sea water or trapped in rock layers. Some method for eliminating multiple are Surface Related Multiple Elimination (SRME) and Radon Transform. SRME removes multiple energy generated by the water-air boundary or surface-related. The method does not require subsurface information and velocity information. Radon Transform is used to suppress seismic data multiple by isolating multiple from reflector. It changes domain of seismic data from time-offset domain to tau-p domain (intercept time-moveout ray parameter).
In this research is conducted the process to migrate seismic data processing using PROMAX 2D. Pre-Stack Time Migration (PSTM) output of Radon Transform displays seismic reflectivity of the subsurface section is more representative with minimum existence of multiple hence better seismic interpretation.
DAFTAR ISI 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Identifikasi Rumusan Masalah ... 5
1.3Batasan Masalah ... 5
1.4Tujuan ... 5
1.5Metode Penelitian ... 6
1.6Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Seismik Refleksi ... 7
2.2 Prinsip Dasar Perambatan Gelombang Seismik ... 7
2.2.1 Hukum Snell ... 7
2.2.2 Prinsip Huygen ... 9
2.2.3 Prinsip Fermat ... 9
2.2.4 Difraksi ... 10
2.3 Kecepatan Gelombang Seismik Dalam Medium Elastik ... 10
2.4 Wavelet Seismik ... 11
2.5 Tau-P ... 13
2.6 Konvolusi ... 14
2.8 Multiple ... 16
2.9 Normal Move Out (NMO) ... 19
2.10 Surface Related Multiple Elimination (SRME) ... 22
2.10.1 Konsep Matematis SRME ... 25
2.10.2 Tahapan SRME ... 28
2.11 Metode Transformasi Radon ... 31
2.11.1 Transformasi Radon Paraboik ... 33
2.11.2 Transformasi Radon Parabolik Sebagai Filter Moveout ... 35
2.12 Stacking ... 36
2.13. Migrasi ... 37
2.13.1 Pengertian Migrasi... 37
2.13.2 Konsep Dasar Migrasi ... 37
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Lokasi Akuisisi Data Seismik... 40
3.2Peralatan Akuisisi Seismik 2D ... 43
3.2.1 Peralatan Seismic Multichannel ... 44
3.3Data Lapangan ... 53
3.3.1 Diagram Alir Pengolahan Data... 54
3.4Pengolahan Data Seismik ... 55
3.4.1 Pre-Processing ... 55
3.4.2 Analisis Kecepatan ... 62
3.4.3 Penerapan Metode SRME ... 64
3.4.4 Penerapan Metode Transformasi Radon... 73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Analisis Raw Data ... 79
4.2Analisis Geometry ... 81
4.3Autocorrelation ... 82
4.5Analisis Kecepatan ... 84
4.6Analisis Demultiple ... 85
4.7Analisis Pre-Stack Time Migration (PSTM) ... 88
4.8Interpretasi Geologi ... 89
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 91
5.2 Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Refleksi dan Refraksi Saat VP2> VS2> VP1> VS1
(Yuliandri, 2009) ... 8
Gambar 2.2 : Prinsip Huygen (R.Setiady, 2004) ... 9
Gambar 2.3 : Representasi Wavelet (Yilmaz, 1987) ... 12
Gambar 2.4 Wavelet fase nol dan fase minimum. (Yilmaz, 1987) ... 12
Gambar 2.5 Ilustrasi ray parameter ... 13
Gambar 2.6 : Tranformasi rekaman seismik menjadi domain tau (Abdullah, 2007). ... 14
Gambar 2.7 : Contoh aplikasi tranformasi tau-p untuk data real (Abdullah, 2007) ... 14
Gambar 2.8 : Skema proses konvolusi. (Yilmaz, 1987) ... 15
Gambar 2.9 : Macam-macam multiple: (a) water-bottom multiple orde satu dan orde dua. (b) free-surface multiple orde satu dan orde dua. (c) pegleg multiple orde satu dan orde dua. (d) intrabed multiple orde satu dan orde dua. (e) interbed multiple orde satu dan orde dua (Yilmaz, 1987) ... 18
Gambar 2.10 : Rekaman Seismik yang menunjukan Multiple (Abdullah, 2007)... 19
(b) Dipping reflektor CMP≠CDP (R.Setiady, 2004)………...…20
Gambar 2.12: Koreksi NMO (A.Priyono, 2006) ... 20
Gambar 2.13 : Koreksi NMO pada suatu CMP gather, (a) Sebelum
dilakukannya koreksi NMO (b) Setelah dilakukannya
koreksi NMO (Yilmaz, 2001) ... 21
Gambar 2.14 : Multiple permukaan orde pertama dapat dilihat sebagai
kombinasi dua refleksi primer yang dihubungkan satu
sama lain pada titik refleksi permukaan.
(Verschuur, 2006) ... 22
Gambar 2.15 : Proses metode SRME (Abdullah, 2007) ... 24
Gambar 2.16 : Menunjukkan keampuhan metode SRME dibandingkan
dengan metode konvensional (Abdullah, 2007) ... 24
Gambar 2.17 : a) Setelah refleksi di permukaan, seluruh refleksi primer
yang tedapat di dalam respon impulse bawah permukaan
x0(t), menjadi multiple orde pertama. Setelah refleksi
berikutnya di permukaan mereka menjadi multiple orde
kedua, dan seterusnya. b) Pembentukan multiple
permukaan dapat dinyatakan dalam diagram umpan balik.
(Verschuur, 2006) ... 26
Gambar 2.18 : Pembentukan multiple permukaan melalui auto-konvolusi
dari respon refleksi primer. (Verschuur, 2006) ... 27
Gambar 2.19 : Diagram alir pengurangan adaptif Least-Square
Gambar 2.20 : Pemetaan domain CMP gather (a) menjadi domain
slant-stack (b) dan domain radon (c) (O.Yilmaz, 2001) ... 31
Gambar 2.21 : Ilustrasi difraksi (Yilmaz, 1987) ... 38
Gambar 3.1 : Rupa bumi dasar laut dari lempeng Caroline dicirikan oleh cekungan, tinggian, punggungan dan palung laut. Garis merah menerus merupakan patahan geser; garis merah bergigi adalah penunjaman lempeng; garis merah putus dan titik adalah zona pemekaran lempeng dan titik-titik merah adalah kelurusan struktur (GMTmap.v.3). ... 41
Gambar 3.2 : (a) Peta Lintasan Akuisisi Seismik (b) Morfologi Dasar Laut Daerah Survei Seismik ... 42
Gambar 3.3 : Sistem navigasi dan hubungannya dengan peralatan-peralatan lain selama survei lapangan ... 43
Gambar 3.4 : Echosounder SyQuest Bathy 2010 ... 44
Gambar 3.5 : Konfigurasi airgun selama survei seismik ... 45
Gambar 3.6 : Airgun yang digunakan di Kapal Riset Geomarin III ... 45
Gambar 3.7 : Layar Gun Controller (kiri) dan layar DigiCourse (kanan) ... 46
Gambar 3.8 : Konfigurasi Array Gun dan Streamer yang dipergunakan selama kegiatan survei seismik multichannel ... 48
Gambar 3.9 : Streamer ... 49
Gambar 3.11 : Sercel Seal Recording System yang digunakan selama
survei ... 51
Gambar 3.12 : Screenshot dari menu utama Recording System pada layar monitor HCL ... 52
Gambar 3.13 : Monitoring kualitas data perekaman data seismik oleh eSQCPro. ... 52
Gambar 3.14 : Diagram Alir Metode Penelitian ... 54
Gambar 3.15 : Urutan tahapan pengolahan data seismik ... 55
Gambar 3.16 : Tahapan input data ... 56
Gambar 3.17 : Parameter rawdata ... 56
Gambar 3.18 : Urutan flow tahapan geometry ... 57
Gambar 3.19 : Panel Jendela Geometry ... 58
Gambar 3.20 : Tampilan Jendela Geometry Setup ... 58
Gambar 3.21 : Parameter-parameter dari flow proses Inline Geom Header Load ... 59
Gambar 3.22 : Stacking Chart hasil geometry ... 60
Gambar 3.23 : Urutan flow tahapan preprocessing ... 61
Gambar 3.24 : Jendela Interactive Spectral Analysis ... 62
Gambar 3.25 : Parameter Bandpass Filter untuk dekonvolusi ... 62
Gambar 3.27 : Jendela Velocity Analysis ... 64
Gambar 3.28 : Flow SRME ... 65
Gambar 3.29 : Wiggle Trace SRME Macro ... 67
Gambar 3.30 : Wiggle Trace SRME Un-regularization ... 68
Gambar 3.31 : Jendela picking horizon multiple ... 69
Gambar 3.32 : Flow Velocity Analysis SRME ... 70
Gambar 3.33 : Jendela picking Velocity Analysis SRME... 71
Gambar 3.34 : Flow DMO SRME ... 72
Gambar 3.35 : Flow PSTM SRME ... 72
Gambar 3.36 : Flow Radon ... 73
Gambar 3.37 : Parameter Radon Analysis ... 74
Gambar 3.38 : (a.) Jendela Radon Analysis before (b) Jendela Radon Analysis after ... 75
Gambar 3.39 : Flow Radon Velocity Analysis ... 76
Gambar 3.40 : Flow DMO Binning Transformasi Radon ... 77
Gambar 3.41 : Flow PSTM Transformasi Radon ... 78
Gambar 4.1: Shot Gather FFID 3726 dan FFID 3727 ... 80
Gambar 4.2 : Tampilan Geometry Setting. ... 81
Gambar 4.4 : Tampilan predictive deconvolution. ... 84
Gambar 4.5 : Semblance analisis kecepatan. ... 85
Gambar 4.6 : Tampilan Horizon Multiple (atas), hasil SRME (tengah) dan hasil Transformasi Radon (bawah) ... 86
Gambar 4.7 : Tampilan FFID 4190-4715 hasil metode SRME (atas) dan
Transformasi Radon (bawah). ... 87
Gambar 4.8 : Tampilan PSTM SRME (atas) dan
PSTM Transformasi Radon (bawah). ... 88
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Harga kecepatan dan impedansi akustik gelombang-P untuk
berbagai jenis batuan sedimen. (Priyono, A, 2006) ... 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3.1 : Peta Daerah Survei Akuisisi Seismik
di Perairan Utara Papua... 95
Lampiran 3.2 : Parameter Processing ... 96
Lampiran 4.1 : Data sekunder survei LKI ... 124
Lampiran 5 : Dokumentasi Akuisisi Seismik di Perairan Utara Papua
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Seiring dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi
mendorong manusia untuk lebih mengeksplorasi kekayaan dan sumber daya alam
yang belum terjamah, khususnya di lautan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
kegiatan ekplorasi kekayaan bawah laut seperti minyak bumi, hidrotermal, energi
dan mineral lain yang terkandung didalamnya. Seperti diketahui, Indonesia
mempunyai wilayah perairan yang cukup luas, dengan kurang lebih 70%
wilayahnya adalah lautan dan memiliki kekayaan sumber daya alam yang
melimpah. Selama ini sumber daya alam yang banyak dieksplorasi adalah sumber
daya alam di darat, baik itu emas, batu bara, nikel, minyak bumi dan gas.
Sehingga sumber daya alam yang ada di laut masih sedikit dieksplorasi.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa lembaga penelitian,
sumber daya alam di lautan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang
lebih melimpah daripada di darat. Oleh karena itu, saat ini eksplorasi sumber daya
alam di laut sangat banyak dilakukan. Wilayah perairan Utara Papua menjadi
salah satu tempat yang berpotensi menghasilkan sumber daya alam yang
melimpah, Selama ini eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) masih terpusat di
kawasan barat Indonesia. Padahal Kawasan Timur Indonesia menyimpan potensi
migas yang besar, namun belum dieksplorasi. Wilayah Perairan Papua diprediksi
memiliki cadangan minyak dan gas bumi akan tetapi belum dieksplorasi, karena
terkendala infrastruktur dan kondisi lokasi yang sulit. Kawasan Timur Indonesia
memang lebih banyak memiliki kandungan gas dan minyak, karena kawasan itu
memiliki banyak bebatuan tua. Kendala utama yang dihadapi di Kawasan Timur
2
lokasi blok minyak dan gas bumi, berada di pegunungan atau laut dalam, sehingga
membutuhkan infrastruktur dan teknologi tinggi.
Dalam upaya pencarian sumber daya alam di wilayah laut diperlukan
penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui gambaran sebaran potensi sumber
daya alam tersebut, sehingga dapat meminimalisir kegagalan yang terjadi. Salah
satu metode eksplorasi geofisika yang sering digunakan untuk mengetahui
struktur geologi bawah permukaan laut adalah metode seismik refleksi
multichannel. Metode seismik refleksi multichannel merupakan salah satu
metode geofisika yang digunakan untuk menyelidiki struktur lapisan bawah
permukaan dengan target kedalaman yang cukup jauh. Metode ini memberikan
gambaran yang cukup baik tentang bawah permukaan. Tiga hal pokok yang
menjadi tahapan dalam metode ini adalah acquisition, processing, dan
interpretation. Dari ketiga tahapan tersebut, tahap processing atau seismic data
processing (pengolahan data seismik) merupakan tahap yang sangat berpengaruh.
Karena pada tahapan ini data yang direkam pada field tape (hasil dari akuisisi
seismik multichannel baik untuk data darat, data zona transisi, maupun data laut)
akan diproses sehingga menghasilkan suatu penampang seismik yang
merepresentasikan struktur lapisan bawah permukaan bumi.
Dalam metode seismik refleksi multichannel di laut, sumber gelombang
buatan yang dikirimkan menembus tiap lapisan bumi akan dipantulkan kembali
berdasarkan reflektivitas batas lapisan. Gelombang yang dipantulkan dari lapisan
permukaan bumi akan diterima suatu alat yang disebut hydrophone. Hydrophone
akan mencatat waktu kedatangan dari gelombang pantul seismik dan mengubah
gelombang tersebut menjadi bentuk digital kemudian direkam.
Dalam pengambilan data seismik laut, terkadang bukan hanya sinyal
informasi struktur bawah permukaan yang terekam tetapi juga gangguan atau
noise yang bisa merusak kualitas data sehingga data tidak bisa diinterpretasi
dengan baik. Salah satu jenis gangguan yang sering dijumpai dalam perekaman
multiple atau surface-related multiple, (b) peg-leg multiple dan (c) intra-bed
multiple. Pemisahan antara sinyal dan noise, incoherent maupun coherent,
merupakan hal yang penting dalam suatu processing data seismik. Walaupun
setelah dilakukan processing data seismik, noise coherent terkadang masih
menyatu dengan sinyal. Salah satu noise coherent adalah surface-related multiple.
Gelombang multiple masih menjadi permasalahan serius dalam pengolahan data
seismik dikarenakan gelombang multiple sulit dihilangkan. Beberapa teknik
pengolahan data seismik yang bisa menghilangkan multiple adalah predictive
deconvolution, akan tetapi metode tersebut masih memiliki keterbatasan terutama
pada multiple tipe water bottom multiple dan dalam hal keterbatasan offset.
Teknik yang bisa mengeliminasi multiple diantaranya adalah teknik Surface
Related Multiple Elimination (SRME) dan transformasi radon.
Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) sudah
diperkenalkan oleh Verschuur dan Berkhout sejak tahun 1997, namun metode ini
baru populer di industri migas sejak tahun 2003-an. Surface Related Multiple
Elimination (SRME) adalah metode untuk menghilangkan energi multiple yang
dihasilkan oleh batas air-udara (surface-related multiples). Multiple yang
dihasilkan oleh batas air-udara ini kadang-kadang sangat sulit dihilangkan dengan
menggunakan metode demultiple konvensional biasa. Kelebihan SRME
dibandingkan teknik-teknik demultiple lain, yaitu tidak memerlukan informasi
subsurface dan informasi kecepatan.
SRME akan lebih optimal apabila diaplikasikan untuk data seismik
marine, terlebih dengan spatial sampling yang cukup rapat, terutama di arah
crossline. SRME memerlukan adanya shot di tiap posisi receiver, yang hampir
tidak mungkin dilakukan di lapangan dengan alasan ekonomis, sehingga data
interpolation dan regularization merupakan salah satu pre-requisite untuk SRME.
SRME dapat pula dilakukan untuk data land seismic apabila terdapat
surface-related multiples. SRME bertujuan menghilangkan surface-surface-related multiples yang
mungkin tidak efektif dihilangkan dengan moveout-based demultiple. Contoh
kasus dimana moveout-based demultiple menjadi tidak efektif: shallow water
4
Diharapkan dengan metode SRME ini dapat menekan surface-related multiples
dengan efektif meskipun tanpa informasi mengenai subsurface (velocity).
Metode radon merupakan metode untuk mereduksi multipel dalam data
seismik. Prinsip yang digunakan dalam metode ini adalah merubah domain data
seismik menggunakan pendekatan moveout parabola. Dengan menggunakan
pendekatan moveout parabola, domain waktu-jarak (t-x) dirubah menjadi domain
tau-p (intercept time-parameter ray). Hal ini dilakukan karena pada domain tau-p
suatu multipel akan mudah dibedakan terhadap data primernya.
Untuk mendapatkan penampang seismik bawah permukaan yang baik,
perlu juga dilakukan proses migrasi. Migrasi adalah proses dimana seolah-seolah
kita mengetahui dengan tepat posisi reflektor dibawah permukaan bumi,
mengkoreksi penggambaran struktur geologi bawah permukaan pada penampang
seismik yg muncul akibat adanya distorsi posisi. Tujuan dari migrasi adalah untuk
mengetahui gambaran fisis bawah permukaan dengan cermat.
Kedudukan reflektor yang tergambar pada penampang seismik hasil
stack belumlah mencerminkan kedudukan yang sebenarnya (masih semu), karena
rekaman normal incident belum tentu tegak lurus terhadap bidang permukaan,
terutama untuk bidang reflektor miring. Untuk mendapatkan kedudukan reflektor
yang sebenarnya perlu dilakukan perpindahan ke posisi dan waktu pantul yang
sebenarnya berdasarkan lintasan gelombangnya. Proses inilah yang dikenal
dengan proses migrasi.
Hasil migrasi dengan proses Surface Related Multiple Elimination
(SRME) dan Transformasi Radon diharapkan dapat membuat reflektivitas
penampang seismik lapisan bawah permukaan menjadi lebih representatif tanpa
adanya multiple sehingga tahap interpretasi selanjutnya pada penampang seismik
termigrasi akan semakin optimum. Hal ini sangat bermanfaat dalam menentukan
1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimana menampilkan pola reflektivitas penampang seismik bawah
permukaan 2D pre-stack time migration yang telah mengalami penekanan
multiple oleh Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan Transformasi
Radon yang kemudian hasil kedua penampang tersebut dibandingkan.
1.3 Batasan Masalah
Pola reflektivitas penampang seismik bawah permukaan 2D pre-stack
time migration dengan metode Surface Related Multiple Elimination (SRME)
dibandingkan dengan pola reflektivitas penampang seismik bawah permukaan 2D
dengan metode Transformasi Radon. Pengolahan data seismik dilakukan dengan
filter bandpass (bandpass filter) dan analisis kecepatan RMS (root mean square
velocity analysis). Dari hasil pola reflektivitas penampang seismik yang diperoleh
akan dicari informasi geologi untuk menentukan struktur geologi dari batas-batas
landas kontinen Perairan Utara Papua.
1.4 Tujuan
1. Melakukan proses migrasi data seismik pre-stack time migration
dengan metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan
Transformasi Radon sehingga diperoleh penampang seismik bawah
permukaan Perairan Utara Papua yang berkualitas tanpa adanya
keberadaan multiple sebelum dilakukan interpretasi.
2. Membandingkan hasil penampang sesimik bawah permukaan Perairan
Utara Papua hasil dari pre-stack time migration dengan metode
Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan metode
Transformasi Radon.
3. Memperoleh informasi geologi dari hasil penampang seismik bawah
permukaan Perairan Utara Papua yang akan membantu proses
interpretasi untuk mengetahui potensi sumber daya alam di Perairan
6
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan software ProMAX 2D dengan menggunakan
data primer untuk melakukan pengolahan data seismik dan menggunakan metode
studi literatur dari beberapa kajian pustaka ilmiah (jurnal ilmiah, artikel ilmiah,
dan literasi ilmiah). Untuk Akuisisi data seismik dilakukan oleh lembaga
penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) di
Perairan Utara Papua.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Hasil penampang seismik bawah permukaan 2D dari pre-stack time
migration dengan menggunakan Surface Related Multiple Elimination
(SRME) dan Transformasi Radon dapat bermanfaat sebagai data yang
siap diinterpretasi untuk menentukan potensi sumber daya alam yang
ada di bawah permukaan Perairan Utara Papua.
2. Hasil penampang seismik tersebut bisa digunakan juga untuk
menentukan batas landas kontinen garis terluar dari Perairan Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini disusun menggunakan pendekatan kualitatif karena tidak
menyajikan data-data kuantitatif melainkan analisis pengolahan data sehingga
diperoleh hasil penampang struktur geologi bawah permukaan yang baik. Data
hasil akuisisi diproses secara terpadu dalam pengolahan data seismik (seismic
data processing) menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh
representasi dari penampang geologi bawah permukaan berupa penampang
seismik hasil pre-stack time migration (PSTM) dengan metode Surface Related
Multiple Elimination (SRME) dan Transformasi Radon.
3.1 Lokasi Akuisisi Data Seismik
Akuisisi data seismik dilakukan bersama Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) pada bulan April 2013 dengan
menggunakan Kapal Riset Geomarin III di kawasan batas laut dan Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) Indonesia di Perairan Utara Papua ditunjukan pada Gambar 3.1
yang merupakan bagian dari Samudera Pasifik atau secara lebih spesifik
merupakan bagian dari Laut Caroline. Dasar laut kawasan ZEE dicirikan oleh
morfologi dasar laut yang kasar dengan kedalaman laut mulai dari 2000 m sampai
dengan rata-rata 4500 m. Beberapa cekungan sempit sampai pada kedalaman
5000 m teramati sepanjang palung di utara Pulau Biak dan sekitar Kelurusan
Timurlaut (Gambar 3.1).
Morfologi dasar laut dicirikan oleh Tinggian Eauripik (Eauripik Rise)
berarah hampir utara-selatan dengan kedalaman mulai dari 2500 m yang
memisahkan Cekungan Caroline Barat dan Timur. Di sisi barat laut Caroline
dicirikan morfologi kasar berupa punggungan bukit maupun perbukitan terisolir
41
pulau-pulau kecil. Beberapa pematang bukit (ridge) tersingkap kepermukaan
seperti Pematang Palau dan Pematang Yap (Gambar 3.1).
Gambar 3.1. Rupa bumi dasar laut dari lempeng Caroline dicirikan oleh cekungan, tinggian, punggungan dan palung laut. Garis merah menerus merupakan patahan geser; garis merah bergigi adalah penunjaman lempeng; garis merah putus dan titik adalah zona pemekaran lempeng dan titik-titik merah adalah kelurusan struktur (GMTmap.v.3).
Lintasan seismik dibuat memotong kontur untuk mendapatkan model
Gambar 3.2 (a) Peta Lintasan Akuisisi Seismik
Gambar 3.2 (b) Morfologi Dasar Laut Daerah Survei Seismik
43
3.2. Peralatan Akuisisi Seismik 2D
Sistem penentuan posisi kapal menggunakan sistim DGPS (Differential
Global Positioning System) C-NAV yang dapat memberikan ketelitian pengukuran
posisi hingga 0.1 meter
Pengukuran kedalaman dasar laut dilakukan dengan menggunakan Echosounder SyQuest
Bathy 2010 frekuensi sekitar 3.5 kHz, karena daerah survei termasuk perairan dalam
(lebih dari 1000 m).
Gambar 3.4 memperlihatkan Echosounder yang digunakan pada Geomarin III mendapatkan data posisi dari DGPS C-Nav dan memberikan keluaran data kedalaman digital terukur di bawah transduser (DBT, depth below transducer) ke sistem navigasi
GeoNav.
3.2.1 Peralatan Seismic Multichannel
a. Seismic Compressor dan Array Airgun
Kapal Riset Geomarin III memiliki 2 unit kompresor seismik tipe
SBM 18-44/2700 dari Atlas Copco masing-masing dengan kapasitas
minimum 620 SCFM pada 1400 rpm dan kapasitas maksimum 800 SCFM
pada 1800 rpm. Konfigurasi dan posisi airgun yang dipergunakan selama
45
arah penarikan adalah 1 meter, dan jarak antar airgun yang berdampingan
(parallel cluster) adalah 0.8 meter.
Dalam operasional kegiatan lapangan array airgun tersebut ditarik 40
meter dibelakang kapal, dan jarak airgun terhadap streamer dibelakangnya
adalah 250 meter (Gambar 3.9.). Selama survei berlangsung 2 airgun dengan
kapasitas total 630 cu in dioperasikan untuk mendapatkan penetrasi yang
dalam dengan source interval tiap 37.5 m.
b. Gun Controller dan Digicourse
Peledakan airgun dilakukan oleh kelep (valve) Solenoid yang
terpasang pada setiap Airgun. Solenoid ini memerlukan arus listrik pada
tegangan 60 volt yang dibangkitkan oleh Gun Controller TTS di
Laboratorium Geofisika Kapal Riset Geomarin III.
Pada Gambar 3.7 memperlihatkan Layar Gun Controller untuk
memonitor terjadinya ledakan airgun (kiri) dan layar DigiCourse untuk
mengatur naik-turunnya Digibird pada Streamer.
c. Streamer
Streamer berfungsi sebagai penerima pulsa suara terpantul oleh
struktur perlapisan bumi di bawah permukaan dasar laut. Streamer dari
Sercel Seal digunakan dalam kegiatan survei seismik ini dengan panjang 600
meter atau 4 active section (ALS) yang terdiri dari 48 active channel, dengan
spasi antar channel 12.5 meter. Keseluruhan panjang tersebut terbagi
kedalam 4 active section dengan panjang masing-masing 150 meter, sehingga
setiap active section terdapat 12 active channel. Pada masing-masing channel
terdapat 16 hydrophone aktif yang disambungkan secara paralel. Enam unit
Field Digitizer Unit (FDU) dipasang di dalam streamer berfungsi mengubah
47
sinyal yang dikirim ke recording system di Laboratorium Geofisika, Kapal
Riset Geomarin III telah dalam bentuk file yaitu Field File Identification
(FFID) untuk setiap shot gather. Konfigurasi streamer sebagai berikut:
- 1 x 140 m Towing Cable Leader
Selain active streamer juga terdapat beberapa modul-modul lain yang
ikut digelar di belakang kapal, konfigurasi keseluruhan adalah seperti pada
Gambar 3.8.
Active streamer ditarik di belakang kapal pada kurang lebih 290 meter
dari buritan. Disepanjang streamer ini dipasang 4 Ion Digibird 5010 di ujung
depan, tengah dan belakang streamer, yang digunakan sebagai pengontrol
kedalaman streamer. Selama survei posisi Digibird dimonitor oleh
Positioning Control System (PCS) dengan perangkat lunak DigiCourse di
Laboratorium Geofisika, Kapal Riset Geomarin III dan diusahakan untuk
tetap berada pada kedalaman sekitar 7 meter dari permukaan laut. Posisi
kedalaman streamer sangat berpengaruh pada kondisi noise (derau), jika
terlalu dangkal atau dekat dengan permukaan laut noise akan meninggi akibat
riak gelombang permukaan laut hingga menutupi sinyal terpantul dari dasar
laut. Sebaliknya bila terlalu dalam, sensitivitas dari streamer akan berkurang
akibat tingginya tekanan hidrostatis, atau secara otomatis akan mati bila
kedalamannya melebihi 30 meter. Gambar 3.9 dan 3.10 mempelihatkan
Gambar 3.9 Streamer Gambar 3.10 Digibird
d. Recording System
Seismic Recording System di Geomarin III terdiri dari beberapa
sub-sistem yang disebut sebagai Sercel Seal System, disamping itu juga terdapat
Deck System yang menghubungkan Streamer dengan recording system. Secara
detail Recording System terdiri dari :
HCI (Human Computer Interface), yang terdiri dari sebuah SUN Workstation Computer berikut software yang menghubungkan antara
operator dengan perangkat keras Seal System.
Modul CMXL, yang terdiri dari unit 408XL dan unit pemroses PRM. Semua parameter yang dimasukkan oleh operator melalui HCI akan diterima oleh
PRM, terdiri dari SUN Workstation dan software yang berfungsi untuk memformat data dari dan ke NAS (Network Attached Storage), printer dan
sistem kontrol kualitas (eSQCPro system).
Interface Unit, yang terdiri dari DXCU module, berfungsi sebagai pemberi daya listrik bagi Streamer serta interface aliran data dari Streamer ke
CMXL dan dari Digibird ke PCS (ION Positioning Control System) di
dalam Laboratorium Geofisika Geomarin III.
Kontrol kualitas perekaman selama survei berlangsung dilakukan oleh
sebuah IBM Workstation berikut software eSQCPro system. Hubungan antar
komputer-komputer di atas secara fisik dilakukan dengan melalui jaringan
khusus yang terpisah dari jaringan komputer umum di Geomarin III. Parameter
perekaman data seismik adalah :
Sampling Rate (SR) : 2 ms
Low Cut Filter (LCF) : 3 Hz dengan gain 0 dB
High Cut Filter (HCF): 1 / (2 x SR) = 1 / (2 x 2 ms) = 250 Hz
Gambar 3.11 Sercel Seal Recording System yang digunakan selama survei
Pada Gambar 3.12 memperlihatkan Sreenshot dari menu utama
Recording System pada layar monitor HCI yang menunjukkan berbagai
Pada Gambar 3.13. menunjukkan gambar layer monitoring kualitas data
perekaman data seismik oleh eSQC Pro. Layar bagian kiri menunjukkan signal
seismik yang diterima oleh masing-masing channel. Bagian tengah menunjukkan
spektrum frekuensi suara yang diterima oleh Streamer. Bagian kanan
menunjukkan keseluruhan penampang seismik yang telah dilakukan, diambil
dari salah satu channel.
3.3 Data Lapangan
Penulis melakukan pengolahan data seismik pada lintasan 5 dengan nama
lintasan JYPR-05, raw data yang diolah mulai dari FFID 3501 sampai dengan FFID
5500. Data yang diperoleh masih dalam format SEG-D. Parameter akuisisi yang
digunakan pada survei tersebut dijelaskan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Parameter Akuisisi pada lintasan JYPR-05
3.3.1 Diagram Alir Pengolahan Data
Gambar 3.14 memperlihatkan diagram alir pengolahan data seismik
(seismic data processing) menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D
sehingga diperoleh representasi dari penampang geologi bawah permukaan
berupa penampang seismik hasil pre-stack time migration (PSTM) dengan
metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan penampang PSTM
dengan metode Transformasi Radon.
3.4 Pengolahan Data Seismik
Pengolahan data seismik menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D Version
5000 yang merupakan produk dari Landmark Halliburton Ltd. Tahapan pengolahan
data seismic bertujuan untuk mengingkatkan signal to noise ratio sehingga hasil
pengolahan data seismik tersebut bisa diinterpretasi secara geologi. Urutan tahapan
pengolahan data seismik pada perangkat lunak ProMAX diperlihatkan pada Gambar
3.15.
Gambar 3.15 Urutan tahapan pengolahan data seismik
3.4.1 Pre-Processing
Data seismik dari hasil akuisisi tersebut masih merupakan raw data yang
menggunakan tampilan hasil rekaman berdasarkan urutan sampling waktu. Oleh
karena itu diperlukan tahapan demultiplexing untuk mengubah hasil rekaman
berdasarkan urutan trace-trace dalam masing-masing shot gather yaitu Field File
Identification (FFID). Selanjutnya data hasil demultiplexing melewati proses
geometry dengan memasukkan parameter akuisisi dan posisi shot dan receiver sesuai
posisi yang sebenarnya pada saat akuisisi.
a. Input Data
Dalam pengolahan data kali ini yang digunakan adalah format data SEG-Y
Masing-masing FFID terdiri dari 48 channel dalam rentang satu streamer dan panjang
waktu rekaman two way travel time (TWT) 10 detik yang digunakan pada saat
melakukan akuisisi data seismik. Flow input data beserta parameter rawdata
diperlihatkan pada Gambar 3.16. dan Gambar 3.17.
Gambar 3.16. Tahapan input data
Gambar 3.17 Parameter rawdata
b. Geometry Setting
Setelah data yang akan diproses dimasukan, lalu buat Flow seperti pada
flow pengolahan data seismik yang kita inginkan, penamaan flow sebaiknya
diberikan penomoran sesuai dengan urutan processingnya sehingga mempermudah
kita, karena nama flow akan berurutan seperti contoh diatas. Untuk menambahkan
flow, kita cukup mengklik Add. Selanjutnya kita dapat melakukan Delete, Rename
dan Copy dari flow-flow yang telah ada.
Matikan flow selain dari flow di Blok 1. Flow diatas dapat di-running
(execute) sekaligus, tapi sebaiknya di run dari masing-masing blok nya secara
berurutan (masing-masing blok dibatasi oleh ’Add Flow Comment’) supaya lebih
mudah pengecekan apabila terdapat error , bila terdapat error klik View dan lihat
bagian mana yang terdapat error, perbaiki, kemudian run kembali.
Disk Data Output bertujuan agar data kita tersimpan dalam dataset project
ProMAX ini. Berikan nama dataset sesuai dengan keluaran datanya.
Matikan flow selain dari flow di Blok 2. Flow ini di gunakan untuk menampilkan
dataset yang kita miliki.
Gambar 3.18 Urutan flow tahapan geometry
Gambar 3.19 Panel Jendela Geometry
Dari sini kita telah masuk kedalam proses Geometry, yaitu memasukkan
parameter akusisi kedalam dataset yang kita miliki. Terdapat tiga buah tahap yang
penting pada proses ini, yakni memasukkan semua parameter geometri lapangan
yang dibutuhkan, data binning, dan finalizing database.
Proses selanjutnya dari geometry adalah memberikan header pada raw data. Pada
tahap ini informasi geometri secara otomatis dipanggil atau dikeluarkan dari
database ke trace header, dengan menggunakan perintah Inline Geom Header
Load.
Gambar 3.21 Parameter-parameter dari flow proses Inline Geom Header Load
Untuk melihat apakah data-data yang telah kita masukkan telah benar kita harus
melakukan Quality Control hasil geometry tersebut. Setelah itu kita dapat melihat
stacking chart seperti pada Gambar 3.22. Stacking chart antara CDP number
terhadap interval source-receiver menunjukkan fold coverage tinggi pada CDP di
Gambar 3.22 Stacking Chart hasil geometry
c. Dekonvolusi
Pre-processing dilanjutkan dengan tahapan Interactive Spectral Analysis
untuk memilih frekuensi bandpass filter yaitu rentang frekuensi 6-10-75-85 Hz untuk
selanjutnya digunakan sebagai input dari dekonvolusi. Untuk menghilangkan noise
dalam data seismik dilakukan proses editing sehingga mendapatkan data yang
berkualitas sebelum dilakukan tahap selanjutnya, yakni dekonvolusi. Proses editing
yang dilakukan adalah memasukkan dataset top-mute, dan decon-gate. Berikut urutan
Gambar 3.23 Urutan flow tahapan preprocessing
Proses terakhir dalam pre-processing adalah dekonvolusi yang bertujuan
untuk meningkatkan resolusi vertikal, mengurangi efek multiple yang mengganggu
interpretasi data seismik serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat
pengaruh noise. Pada bagian pre-processing ini akan dianalisis raw data setelah
Gambar 3.24 Jendela Interactive Spectral Analysis
Gambar 3.25 Parameter Bandpass Filter untuk dekonvolusi
3.4.2. Analisis Kecepatan
Analisis kecepatan merupakan proses pemilihan kecepatan gelombang
seismik yang sesuai. Definisi kecepatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kecepatan Root Mean Square (VRMS), yaitu kecepatan total dari sistem perlapisan
horizontal dalam bentuk akar kuadrat. Dalam penelitian ini, metode analisis
kecepatan yang digunakan ialah metode mengukur-kesamaan atau metode semblance.
Untuk menghindari kesalahan, picking yang dilakukan harus mengalami
pertambahan nilai kecepatan seiring dengan pertambahan TWT (Two Way
Traveltime). Sehingga kemungkinan melakukan picking pada nilai kecepatan multiple
dapat dihindari. Selain itu, picking yang dilakukan juga harus memperhatikan CDP
gather dari data yang dianalisa kecepatannya. Idealnya CDP gather akan menjadi
datar setelah di-apply NMO apabila picking kecepatan yang dilakukan tepat.
Sehingga tampilan CDP gather bisa dijadikan acuan untuk melihat benar atau
salahnya picking kecepatan yang dilakukan.
Untuk melakukan analisis kecepatan kita klik flow velocity analysis dari jendela
Flows pada Gambar 3.26. Berikut flow dan spesifikasi parameter subflow proses
velocity analysis dengan ProMAX 2D.
Gambar 3.26 Flow Velocity Analysis
Setelah menjalankan parameter subflow dari flow velocity analysis, klik Execute
untuk menjalankan flow velocity analysis dan akan muncul jendela velocity analysis
seperti pada Gambar 3.27.
Proses picking kecepatan analisis kecepatan yaitu memilih kecepatan
gelombang primer pada semblance kecepatan. Picking dilakukan dengan klik kiri
untuk meletakkan titik gelombang primer dan gelombang sekunder, klik tengah untuk
menghapus dan klik kanan untuk menggeser titik. Setelah selesai melakukan picking
yg berbeda. Analisis kecepatan yang dilakukan dengan increment CDP 100. Picking
kecepatan dimulai dengan kecepatan 1500 m/s karena reflektor pertama, yakni V(RMS)
seabottom di lapisan tersebut diperkirakan sebesar 1500 m/s. Proses diatas terus
dilakukan sampai muncul jendela Velocity Analysis dengan tombol run yang sudah
mati kemudian semua proses yang telah dilakukan di-save.
Gambar 3.27 Jendela Velocity Analysis
3.4.3. Penerapan Metode SRME
Metode (SRME) merupakan metode untuk menghilangkan multiple
permukaan yang terdapat pada data seismik dengan memanfaatkan refleksi-refleksi
yang terdapat dalam data seismik pre-stack untuk memprediksi multiple permukaan.
Metode SRME memiliki tiga tahap utama: pertama, menghilangkan noise non
interpolasi near dan intermediate offset yang hilang, menghilangkan gelombang
langsung dan gelombang permukaan. Kedua: prediksi multiple, prediksi ini
didasarkan pada observasi bahwa multiple yang terkait dengan permukaan dapat
diprediksi melalui konvolusi temporal dan spasial dari data itu sendiri (Berkhout,
1982). Ketiga: data input dikurangi dengan multiple yang terprediksi pada tahap dua.
Untuk melakukan metode SRME terlebih dahulu kita buat subflow SRME
seperti pada Gambar 3.28.
Gambar 3.28 Flow SRME
Dalam setiap akusisi seismik, selalu terjadi gap data pada near offset. Untuk
mengisi gap pada near offset ini maka dilakukan regularization near offset. Proses
regularization dilakukan dengan cara mengisi trace yang tidak terekam melalui
ekstrapolasi dari trace yang ada.
Tahapan pertama yang dilakukan pada metode ini adalah SRME
regularization, Sama seperti pada Radon, input yang kita masukan adalah input
preprocessing. Pada tahap ini akan dibuat suatu ensemble baru dengan spasi offset
yang teratur dan dilakukan ekstrapolasi trace dari offset minimum hingga offset nol.
Pada tahap ini juga dilakukan interpolasi trace-trace yang berdekatan sehingga setiap
satu shot point terdapat satu receiver.
b. Prediksi Multiple
Tahapan kedua adalah SRME Macro, pada tahapan ini dilakukan prediksi
multiple. Prosedur prediksi multiple permukaan pada prinsipnya merupakan
konvolusi antar trace seismik. Konvolusi antara trace awal dengan trace awal akan
menghasilkan multiple orde satu. Konvolusi antara multiple orde satu dengan trace
awal akan menghasilkan multiple orde dua. Multiple orde tiga diperoleh melalui
konvolusi multiple orde dua dengan awal dan seterusnya.
Agar dapat memprediksi multiple secara akurat dan tepat dengan
menggunakan wavelet yang benar, maka kedalaman source dan receiver serta wavelet
source harus diketahui. Untuk melakukan proses ini, matikan semua blok, kecuali
blok SRME macro, yakni blok ke dua, lalu klik Execute . Berikut jendela SRME
Gambar 3.29 Wiggle Trace SRME Macro
c. SRME Un-Regularization
Modul SRME Un-Regularization diterapkan untuk mengembalikan offset nol
dari estimasi multiple ke offset minimum semula, kemudian menggabungkannya
dengan data input awal hasil preprocessing ke dalam satu ensemble. Input yang
dibutuhkan adalah data awal hasil preprocessing dengan model estimasi multiple
hasil output modul SRME Macro. Agar model prediksi multiple dapat dicocokkan
dengan multiple data preprocessing melalui proses adaptif filter, maka kedua data ini
harus memiliki offset yang sama. Untuk itulah dilakukan proses un-regularization,
dimana offset model prediksi multiple dikembalikan menjadi offset minimum.
Gambar 3.30 Wiggle Trace SRME Un-regularization
d. MatchFilter
Modul Match Filter bertujuan untuk me-match-kan model estimasi multiple
dengan multiple sesungguhnya yang terdapat pada data input awal. Pada proses ini
digunakan filter Least-Square. Pada tahap ini kita mencoba-coba untuk mencari
parameter filter yang terbaik agar model estimasi multiple mendekati multiple
sesungguhnya, baik besar amplitudo maupun fasenya. Agar multiple hasil prediksi
mirip atau mendekati multiple sebenarnya, maka model prediksi dikonvolusikan
dengan suatu fungsi filter. Fungsi filter ini sendiri diperoleh dari dekonvolusi antara
autokorelasi model prediksi multiple dengan korelasi silang data input awal dan
model prediksi multiple.
Selain itu pada proses ini, dilakukan estimasi horizon multiple yang mana dua
kalinya dari horizon water bottom multiple. Picking horizon diperlihatkan pada
Gambar 3.31 Jendela picking horizon multiple
e. Adaptive Subtraction
Tahap terakhir dari penerapan SRME ini adalah menggunakan modul
Adaptive Substraction atau pengurangan adaptif. Dalam modul ini data input awal
akan dikurangkan dengan model multiple yang telah di match-kan dengan data
multiple sesungguhnya melalui proses filter. Dalam tahap ini hasil yang diharapkan
adalah data telah bebas dari multiple permukaan, sebab multiple yang dikurangkan
dari data input telah mendekati besar amplitudo dan fase multiple sesungguhnya.
Seperti halnya pada modul Match Filter, pada modul Adaptive Substraction ini juga
kita perlu mencari parameter filter yang tebaik agar multiple yang kurangkan
f. Velocity Analysis SRME
Velocity Analysis pada SRME sama seperti pada tahap Velocity sebelumnya,
hanya saja input yang digunakan berbeda, dengan input pre-compute SRME, seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 3.32 beserta jendela velocity analysis pada Gambar
3.33.
Gambar 3.33 Jendela picking Velocity Analysis SRME
g. DMO Correction SRME
Pada kasus lapisan miring, titik tengah tidak lagi merupakan proyeksi vertikal
dari titik hantam, sehingga pada kasus lapisan miring, CDP gather tidak ekuivalen
dengan CMP gather. Secara sederhana DMO (Dip Move Out) dapat diterjemahkan
dengan koreksi NMO pada lapisan miring. Pada bidang pemantul yang miring
common mid point (CMP) tidak sama dengan common depth point (CDP) sehingga
ada jarak antara titik CMP dan CDP. Koreksi DMO dilakukan untuk mengembalikan
titik CDP kembali sama dengan titik CMP karena dalam pengolahan data seismik
penampang seismik yang dihasilkan harus dalam zero offset. Berikut flow koreksi
Gambar 3.34 Flow DMO SRME
h. Pre-Stack Time Migration SRME
Prestack migration merupakan proses dimana migrasi dilakukan terlebih
dahulu sebelum data di-stack. Data input dari proses PSTM adalah data yang telah
terkoreksi DMO dan binning. Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan metode
Kirchhoff sebagai alat perhitungannya. Metode Kirchhoff dilakukan dalam domain
waktu 2 dimensi pada migrasi sebelum stack (Pre-stack Time Migration). Berikut
flow pre-stack time migration dalam ProMAX 2D :
Gambar 3.35 Flow PSTM SRME
a. Analysis Radon
Metode radon merupakan metode untuk mereduksi multipel dalam data
seismik. Prinsip yang digunakan dalam metode ini adalah merubah domain data
seismik menggunakan pendekatan moveout parabola. Dengan menggunakan
pendekatan moveout parabola, domain waktu-jarak (t-x) dirubah menjadi domain
(tau-p) (intercept time-moveout parameter ray). Hal ini dilakukan karena pada
domain tau-p suatu multipel akan mudah dibedakan terhadap data primernya.
Pertama-tama kita buat dahulu subflow untuk Radon, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 3.36.
Gambar 3.36 Flow Radon
Setelah membuat parameter subflow dari flow Radon, kita masukan input
preprocessing yang sudah dilakukan dekonvolusi, dan memasukan subflow NMO,
lalu subflow Radon Analysis. Sebelum melakukan tahap Radon Analysis, terlebih
dahulu kita masukan parameter-parameter seperti pada Gambar 3.37. Metode Radon
Gambar 3.37 Parameter Radon Analysis
b. Radon Filter
Untuk melakukan Radon Filter, jalankan subflow pada blok pertama, dan
matikan dahulu subflow yang ada dibawahnya, setelah itu klik Execute untuk
menjalankan flow Radon analysis dan akan muncul jendela Radon Filter seperti pada
Gambar 3.38.
Penampang gelombang yang disebelah kiri adalah penampang sebelum
dilakukan picking Radon, dan yang disebelah kanan setelah dilakukan picking Radon.
Gambar 3.38 (a) Jendela Radon Analysis before
c. Radon Velocity Analysis
Setelah itu, lakukan Velocity Analysis ulang untuk Transformasi Radon,
dengan input radon. Tahapan untuk melakukan Velocity Analysis sama seperti pada
tahap Velocity sebelumnya, hanya saja input yang digunakan berbeda. Velocity
Analysis Radon ditunjukan pada Gambar 3.39.
Gambar 3.39 Flow Radon Velocity Analysis
d. DMO Correction Radon
Sama seperti pada SRME, setelah dilakukan analisa kecepatan, perlu juga
dilakukan koreksi DMO untuk untuk mengembalikan titik CDP kembali sama dengan
titik CMP karena dalam pengolahan data seismik penampang seismik yang dihasilkan
Gambar 3.40 Flow DMO Binning Transformasi Radon
e. Pre-Stack Time Migration Radon
Untuk memindahkan data seismik ke posisi yang benar secara horisontal
maupun vertikal diperlukan proses migrasi. Migrasi menggeser kedudukan reflektor
non horisontal posisi subsurface pada penampang seismik.
Sama seperti pada SRME, penulis melakukan Pre-stack time migration
setelah penerapan metode Radon. Data input dari proses PSTM adalah data yang
telah terkoreksi DMO dan binning sebelumnya. Berikut flow pre-stack time
migration SRME dalam ProMAX 2D:
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Telah dilakukan proses migrasi data seismik pre-stack time migration
dengan metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan
Transformasi Radon menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D
sehingga dihasilkan penampang seismik bawah permukaan Perairan
Utara Papua yang berkualitas dengan keberadaan multiple yang jauh
berkurang.
2. Penampang seismik pre-stack time migration dengan metode Surface
Related Multiple Elimination (SRME) menunjukan pola reflektivitas
yang masih terdapat keberadaan multiple terutama pada zona-zona
tertentu. Sedangkan penampang seismik pre-stack time migration
dengan metode Transformasi Radon menujukan pola reflektivitas
dengan keberadaan multiple yang jauh berkurang.
3. Dari hasil interpretasi geologi menunjukan adanya Sedimen Miocene,
Eauripik Rise (Oligocene) dan Basement (Oceanic Crust) yang terlihat
jelas dari hasil pengolahan data seismik. Rentang kecepatan
5.2 Saran
Kombinasi antara metode SRME dan Transformasi Radon dapat
digunakan untuk pengembangan teknik pengolahan data selanjutnya sehingga
hasil penampang seismik dapat menunjukan pencitraan bawah permukaan yang
93
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. 2007. Ensiklopedia Seismik Online.
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/ [Diunduh : 20 Desember 2012]
Bisley, R. (2006), SRME Lunch and Learn, Presentation Documentation,
WesternGeco, Schlumberger.
Claerbout, J.F. (1985). Fundamental of Geophysical Data Processing, with
Applications to Petroleum Prospecting. Palo Alto: Blackwell Scientific
Publications.
Darman, H. dan Sidi, F.H. (2000). An Outline of The Geology of Indonesia. Ikatan
Ahli Geologi Indonesia (IAGI).
Ekasapta, A. (2007). Migrasi Penampang Seismik Refleksi 2D Multichannel
Cekungan Gorontalo Menggunakan ProMAX.
Kahfi, A. Rian., (2012), Penekanan Gelombang Multiple Pada Data Seismik
Dengan Surface Related Multiple Elimination (SRME), Thesis pada
Program Studi Geofisika ITB Bandung.
Priyono, A. (2006). Metoda Seismik I. Diktat Kuliah pada Program Studi
Geofisika FIKTM ITB.
ProMAX 2D Version 5000. 2011. Promax Reference. Landmark Graphics
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan. (2013). Laporan Akhir
Penelitian Landas Kontinen Indonesia. Bandung: Puslitbang Geologi
Kelautan.
Saputra, D. (2006). Atenuansi Multiple Pada Data Seismik Laut dengan
Menggunakan Metode Predictive Deconvolution dan Radon Velocity Filter.
Skripsi pada Program Studi Geofisika ITB Bandung.
Setiadi, R. (2004). Evaluasi Migrasi Data Seismik Marin 2D Resolusi Tinggi
Second Edition. Cambridge: Cambridge University Press.
Tricahyono, wahyu, 2000, Eliminasi Multipel Dengan Menggunakan
Transformasi Radon Parabola, Surabaya: Jurusan Fisika FMIPA ITS
Verschuur, D. J. (2006), Seismic Multiple Removal Techniques : past, present and
future, EAGE.
Yilmaz, O. (1987). Seismic Data Analysis. Tulsa: Society of Exploration
Geophysicist.
Yilmaz, O. (2001), Seismic Data Analysis Volume 1, Tulsa: Society of
Exploration Geophysics
Yuliandri, I. 2009. Teori Dasar AVO.