• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) YANG DITANAM DENGAN SISTEM TUMPANGSARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) YANG DITANAM DENGAN SISTEM TUMPANGSARI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) YANG DITANAM DENGAN

SISTEM TUMPANGSARI

SKRIPSI

Oleh:

KURNIATI I111 13 510

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(2)

ii PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) YANG DITANAM DENGAN

SISTEM TUMPANGSARI

SKRIPSI

Oleh :

KURNIATI I111 13 510

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(3)

iii PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Kurniati

NIM : I111 13410

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Makassar, Agustus 2017

(4)

iv HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi :Produksi hijauan tanaman jagung (Zea mays L.)dankacang tanah(Arachis hypogaea L) Yang ditanam dengan sistem tumpangsari

Nama : Kurniati NIM : I 111 13 510 Fakultas : Peternakan

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Budiman Nohong, MP NIP. 19581231 198603 1 026

Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc NIP. 19520923 197903 1 002

Dekan fakultas Peternakan

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc NIP. 19641231 198903 1 025

Ketua Prodi Ilmu Peternakan

Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc NIP. 19640712 198911 2 002

(5)

v KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Alhamdulillah Segala puji bagi ALLAH SWT yang memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim, dengan kemulian-Nyalah sehingga diberikan kesehatan, ilmu pengetahuan, rejeki dan nikmatnya serta shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah MUHAMMAD SAW Beserta keluarganya, sahabat dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini, setelah mengikuti proses belajar, pengumpulan data, pengolahan data, bimbingan sampai pada pembahasan dan pengujian skripsi.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan hambatan dan tantangan, sehingga penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai suatu karya ilmiah, hal ini disebabkan oleh faktor keterbatasan penulis sebagai manusia yang masih berada dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan partisipasi aktif dari semua pihak berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan tulisan ini.

Penulis menghaturkan terima kasih dan sembah sujud kepada Allah SWT yang telah memberikan segala kekuasaan-Nya dan kemurahan-Nya juga kepada kedua orang tuaku Ayahanda Sinring Ibunda Mansa yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan mengiringi setiap langkahpenulis dengan doa restu yang tulus serta tak henti-hentinya memberikan dukungan baik secara moril

(6)

vi maupun materil. Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada kedua kakanda Hermansyah dan Faisal Akbar, S.Pi yang selalu memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis dan telah menjadi inspirasi dalam hidup penulis hingga selalu termotivasi untuk terus belajar hingga ke jenjang yang lebih tinggiserta seluruh keluarga besar yang selalu memberi motivasi, Kalian adalah orang-orang di balik kesuksesan penulis menyelesaikan pendidikan di jenjang (S1). Terima Kasih.

Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada :

Dr. Ir. Budiman Nohong, MP, sebagai pembimbing utama dan Dr. Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc, selaku pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mendidik, membimbing, mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan Skripsi ini.

Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si, Ir. Zain Mide, M.S, Dr. Ir. Hj. Rohmiyatul Islamiyati, M.S selaku pembahas dan Dr. Hj. Jamila, S.Pt., M.Si selaku panitia mulai dari seminar proposal hingga seminar hasil penelitian, terima kasih telah berkenan mengarahkan dan memberi saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Marhamah Nadir, SP, M.Si., Ph.D selaku penasehat akademik yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan S1.

Prof. Dr.Ir. Sudirman Baco, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

(7)

vii

Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua Program Studi Peternakan Universitas Hasanuddin.

Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas Hasanuddin.

 Dosen Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah banyak memberi ilmu yang sangat bernilai bagi penulis.

 Seluruh Staf dalam lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, yang selama ini telah banyak membantu dan melayani penulis selama menjalani kuliah hingga selesai.

 Kepada teman penelitian Eva Pertiwy Salempang yang telah banyak membantu selama berada dilapangan.

 Teman-teman LARFA 13 (Large Family Farm 2013) dan HUMANIKA UH (Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Hasanuddin). Terima kasih atas kenangan yang berawal dari mahasiswa baru hingga kita semua meraih gelar S.Pt, meskipun kebersamaan ini singkat tapi kita mengawalinya bersama disini dan akan selamanya menjadi teman.

 Kepada Larfa D’Sembarangmo yang telah menjadi keluarga kecil di Kampus Universitas Hasanuddin terima kasih telah menemani penulis di saat suka maupun duka selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.

 Terimakasih kepada Eva Pertiwy Salempang seperjuangan sampai sekarang mulai dari Seminar pustaka, seminar usulan penelitian dan seminar hasil, teman yang paling mengerti dan selalu ada saat penulis membutuhkan pertolongan. Terima kasih buat kebersamaannya semoga selamanya.

(8)

viii

 Kepada, Haryanti, Mutmainna, Rafiah, A. Ni’Mahtul Churriyah dan A. Nur Insani terima kasih telah banyak membantu dan menjadi teman yang baik selama proses perkuliahan.

 Sahabat dari SMA sampai Sekarang Yuliana Wahid, Julaela, Jumriah dan Sunarti terima kasih sudah selalu menemani selama 8 tahun ini.

 Rekan-rekan Seperjuangan di lokasi KKN 93 Kecamatan Lilirilau. Terutama Posko Kelurahan Pajalesan Asyrah Sarif, Lutfiatul Faillah, Kiki Winriana Radewing, Dian, Fadel Muhammad dan Awal mubarak serta Ahmad Rosandi yang membantu saya menjalankan proker. Terima kasih atas kerjasamanya dan pengalaman saat KKN.

 Terima kasih kepada Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu memberikan doa kepada penulis hingga selesai penyusunan Skripsi ini.

Semoga Allah S.W.T membalas budi baik semua yang penulis telah sebutkan diatas maupun yang belum sempat ditulis. Akhir kata, Harapan Penulis kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya dan diri pribadi penulis. Amin....

Wassalumualaikum Wr.Wb.

Makassar, Agustus 2017

(9)

ix RINGKASAN

Kurniati (I111 13 510). Produksi Hijauan Tanaman Jagung (Zea mays L) Dan Kacang Tanah (Arachis hypogeae L) Yang Ditanam Dengan Sistem Tumpangsari (Dibawah bimbingan Budiman Nohong sebagai Pembimbing Utama dan Syamsuddin Hasan sebagai Pembimbing Anggota)

Penelitian ini bertujuan mengetahui produksi hijauan dan biji jagung dengan kacang tanah yang ditanam dengan sistem tumpangsari.Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan ini terdiri dari P1 jagung tanam tunggal (6 jagung : 0 kacang tanah), P2 tumpangsari jagung dan kacang tanah (4 jagung : 2 kacang tanah), P3 tumpangsari jagung dan kacang tanah (3 jagung : 3 kacang tanah), tumpangsari jagung dan kacang tanah (2 jagung : 4 kacang tanah), P5 kacang tanah tanam tunggal (0 jagung : 6 kacang tanah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P2 menhasilkan hijauan (279g/plot) dan biji (74,33g/100 biji), P3 menghasilakan hijauan (322g/plot) dan biji (79,33g/100 biji), P4 menghasilkan hijauan (394g/plot) dan biji (87,67g/100 biji).Kesimpulan menunjukkan bahwa produksi hijauan dan biji jagung dengan kacang tanah yang ditanam dengan sistem tumpangsari diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan P4 dengan perbandingan 2 jagung dan 4 kacang.

(10)

x ABSTRACT

Kurniati(I111 13 510).Growth and Forage Production of Corn (Zea mays L) and Peanut (Arachis hypogeae L) Which Were Planted Using Intercropping Systems (Under the guidance of Budiman Nohong as Main Supervisor and Syamsuddin Hasan as Member Supervisor)

Intercropping is one of the planting systems where two or more different crops are planted on the same land.This study aims to determine the growth and production of corn and peanut seeds and to produce straw as a source of quality ruminant livestock feed.This study used a complete randomized design (RAL) consisting of 5 treatments and 3 replications.The treatment consisted of P1 single corn (6 corns: 0 peanuts), P2 intercropping of corns and peanuts (4 corns: 2 peanuts), P3 intercropping of corns and peanuts (3 corns: 3 peanuts), P4 intercropping of corns and peanuts (2 corns: 4 peanuts), P5 of single planting peanuts (0 corn: 6 peanuts).It was concluded that the corns (Zea mays L.) and peanuts (Arachis hypogaea L.) planted using intercropping systemshowed significant results in treatment P3 to the height of the plant and the number of leavesdue to the nitrogen contribution from peanuts which increase the production of corns.The total production intercropping of corn and peanut seeds obtained the highest yield was on the P4 treatment with the ratio of 2 corns and 4 peanuts.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 2

Tujuan dan Kegunaan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Jagung (Zea mays L) dan Syarat Tumbuh ... 3

Gambaran Umum Kacang Tanah (Arachis hypogeae L) ... 7

Tumpangsari Jagung (Zea mays L) dan Kacanag Tanah (Arachis hypogeae L) ... 10

Hipotesis ... 14

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 15

Materi Penelitian ... 15

Prosedur Penelitian ... 15

Parameter Yang Diukur... 17

(12)

xii HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Hijauan ... 19

Produksi Biji ... 21

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 22 Saran ... 22 DAFTAR PUSTAKA ... 23 LAMPIRAN ... 26 DOKUMENTASI ... 28 RIWAYAT HIDUP

(13)

xiii DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Total Produksi Hijauan Jagung (Zea mays L) dan Kacang Tanah

(Arachis hypogeal L) yang Ditumpangsarikan ... 19 2. Produksi Biji Jagung (Zea mays L) dan Kacang Tanah (Arachis

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

(15)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hijauan pakan sebagai pakan utama ternak ruminansia sering mengalami kekurangan terutama pada musim kering dengan mutu yang rendah. Selain itu penggunaan lahan untuk tanaman pakan masih bersaing dengan tanaman pangan karena tanaman pakan belum menjadi prioritas. Peningkatan pola pertanian tanaman pangan mennyebabkan produksi limbah tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan.

Tumpangsari merupakan suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) atau cara bercocok tanam pada satu petak (satu areal) lahan tanam dengan melibatkan dua atau lebih jenis tanaman yang umumnya dalam penanaman dalam waktu bersamaan. Dan secara berdekatan pada lahan yang sama dan terdapat interaksi diantara tanaman tersebut (Sullivan, 2003). Tanaman yang ditumpamgsarikan dipilih dari tanaman yang mempunyai akar dalam dan tanaman yang berakar dangkal.Hal ini untuk menghindari persaingan penyerapan zat hara dari dalam tanah. Tinggi dan lebar tajuk antara tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan (Supriyatman, 2011).

Tumpangsari jagung dan kacang tanah dipilih karena kacang tanah memiliki produksi yang tinggi serta kacang tanah mampu mengikat nitrogen sehingga mampu menyuburkan tanah. Penggunaan sistem tanam tumpangsari ini akan memberikan pendapatan yang lebih besar dibandingkan jika menerapkan sistem tanam monokultur karena dalam sistem tumpangsari pemanfaatan lahan

(16)

2 secara optimal. Tumpangsari jagung dengan kacang tanah menghasilkan jerami sebagai sumber pakan untuk ternak ruminansia.

Rumusan Masalah

Pola tanam tunggal (monokultur) yang masih banyak dilakukan kurang efektif karena menghasilkan tanaman dalam jumlah yang terbatas.Salah satu alternatif untuk mendapatkan hasil yang lebih dari satu jenis secara cepat serta menguntungkan adalah dengan sistem tumpangsari.Tumpangsari adalah bagian dari multiple cropping yaitu penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Oleh karena itu, diharapkan dengan pola tanam sistem tumpangsari jagung dan kacang tanah dapat memberikan keuntungan.Tanaman jagung dan kacang tanah selain menghasilkan biji untuk pangan juga menghasilkan jerami sebagai sumber pakan. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi biji jagung dan kacang tanah serta menghasilkan jerami sebagai sumber pakan ternak ruminansia yang berkualitas.

Kegunaan penelitian adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat khususnya peternak tentang pola tanam dengan sistem tumpangsari yang dapat menghasilkan hasil panen dan produksi jerami jagung dan kacang tanah.

(17)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Tanaman Jagung (Zea mays L)dan Syarat Tumbuh

Jagung (Zea mays. L) merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub division : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Poales

Familia : Poaceae Genus : Zea

Spesies : Zea mays L. (Iriany dkk., 2007)

Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) darisub famili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah teosinte dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte berasal dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar didaerah pertanaman jagung. Jagung merupakan tanaman berumah satu Monoecious dimana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi rendah, efisiensi dalam penggunaan air (Muhadjir, 1988).

(18)

4 Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuksilindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun (Malti dkk., 2011)

Daun jagung muncul dari bukubuku batang, sedangkan pelepah daun menyelubungi ruas batang untuk memperkuat batang. Panjang daun bervariasi antara 30-150 cm dan lebar daun 4-15 cm dengan ibu tulang daun yang sangat keras. Tepihelaian daun halus dan kadang-kadang berombak.Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya malai atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stigma. Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Rochani, 2007).

Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 0-1.300 m dari permukaan laut dan dapat hidup baik di daerah panas maupun dingin. Intensitas cahaya merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman jagung oleh sebab itu tanaman jagung harus

(19)

5 mendapatkan cahaya matahari langsung. Bila kekurangan cahaya batangnya akan kurus, lemah, dan tongkol kecil serta hasil yang didapatkan rendah. Selama pertumbuhan tanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari yang cukup karena sangat mempengaruhi pertumbuhannya. Jumlah radiasi surya yang diterima tanaman selama fase pertumbuhan merupakan faktor yang penting untuk penentuan jumlah biji (Sutoro dkk., 1988).

Komposisi legum pada perlakuan tersebut tidak banyak berbeda, kemudian legum bersimbiosis dengan bakteri untuk menghasilkan nitrogen dalam tanah.Leguminosa menghasilkan bahan organik untuk bakteri yang kemudian bakteri mengubah menjadi N yang dapat digunakan oleh tanaman.Nitrogen merupakan unsur hara utama tanaman bagi pertumbuhan yang pada umumnya sangatdiperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanamanseperti daun, batang dan akar. Penambahan unsur hara akan meningkatkan pertumbuhan tanaman, jika tanaman kekurangan unsur hara akan terlihat nyata pada pertumbuhan dan perpanjangan akar (Setiadi, 2006).

Limbah tanaman jagung sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan, tetapi hanya untuk ternak ruminansia karena tingginya kandungan serat.Jerami jagung merupakan bahan pakan penting untuk sapi pada saat rumput sulit diperoleh, terutama pada musim kemarau.Jerami jagung yang diawetkan dengan pengeringan matahari menghasilkan berbagai macam produk sampingan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. jerami jagung selain diberikan dalam bentuk segar, dapat dikeringkan atau diolah menjadi pakan awet seperti pelet, cubes dan disimpan untuk cadangan pakan ternak (Nulik dkk., 2006).

(20)

6 Berdasarkan komposisi nutrisinya, hijauan jagung tersebut yang diberikan kepada ternak dipengaruhi oleh masa panennya. Tanaman jagung yang dipanen muda, maka kadar air tanaman jagung akan tinggi, tetapi kadar air akan menurun dengan makin tuanya umur tanaman jagung tersebut, terutama pada biji ( Subandi dkk., 1988).

Hijauan asal tanaman jagung diharapkan dapat menggantikan rumput sebagai pakan. Hijauan jagung termasuk batang dan daun (jerami jagung) yang masih kering atau segar dipotong-potong untuk dibuat silase. Pada periode jerami jagung segar kaya akan gizi terutama zat gizi sehingga membantu proses fermentasi dan silase yang terbentuk lebih disukai ternak dengan bobot nutrient tercerna 60-70% dan protein sekitar 11-15% Tangendjaja dan Wina (2006).

Limbah tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak (Engel dkk., 2008) khususnya ternak ruminansia, ketersediannya cukup banyak. Kendala utama yang dihadapi dalam penggunaan limbah tanaman jagung sebagai pakan ternak yaitu protein, kecernaan dan palatabilitas yang rendah. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan manfaat limbah tanaman jagung adalah dengan memanfaatkannya sebagai sumber serat dalam bentuk biskuit yang memiliki bentuk kompak sehingga diharapkan dapat langsung diberikan kepada ternak dan dapat mengatasi kelangkaan hijauan pakan ternak domba.

Syarat bagi tercapainya hasil produksi jagung yang tinggi adalah ketersediaan unsur hara yang optimal yang salah satu hara tersebut adalah nitrogen.Masalah penggunaan nitrogen, terutama di daerah tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi serta iklim basah seperti Indonesia, adalah efisiensinya yang

(21)

7 rendah.Oleh sebab itu diharapkan pada sistem tanam tumpangsari jagung dan kacang tanah dapat memberikan pengaruh yang positif pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung sehingga penggunaan pupuk nitrogen dalam budidaya tumpangsari menjadi efisien karena tanaman jagung mendapatkan rembesan N yang berasal dari tanaman kacang tanah (Myrna, 2003).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerase dan drainasenya baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengolahan yang baik.Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik bila pengelolaan tanah dikerjakan secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air di dalam tanah berada dalam kondisi baik. Kemasaman tanah (pH) yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 5,6-7,5 (Rochani, 2007).

Gambaran Umum Kacang Tanah (Arachishypogaea L)

Kedudukan tanaman kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan menurut Fachruddin( 2000) diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae Genus : Arachis

(22)

8 Spesies : Arachis hypogealL.

Kacang tanah merupakan tanaman C3 yang mempunyai tingkat kejenuhan cahaya lebih rendah dibandingkan dengan tanaman C4, sehingga mempunyai peluang untuk dikembangkan pada kondisi cahaya rendah seperti tumpang sari dengan tanaman pangan maupun tanaman perkebunan yang masih muda (Sundari dkk., 2005). Lakitan (1996) menyatakan tanaman C3 dan C4 merupakan jenis tanaman yang cukup luas tumbuh di daerah tropis. Tanaman C4 menurut para ahli fisiologis adalah tanaman yang efisien dalam menggunakan cahaya sehingga laju fotosintesis lebih tinggi dibanding tanaman C3.

Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap.Daunnya terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang.Helaian anak daun ini bertugas mendapatkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya (Marzuki, 1995).Batang tanaman kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku, dengan tipe pertumbuhan tegak atau mendatar.Pada mulanya batang tumbuh tunggal.Namun lambat laun bercabang banyak seolah-olah merumpun.Panjang batang berkisar antara 30-50 cm atau lebih, tergantung jenis atau varietas kacang tanah dan kesuburan tanah (Wibawana, 2005).Kacang tanah berbunga pada umur kurang lebih 4-5 minggu.Bunga tumbuh pada ketiak daun.Setiap bunga memiliki tabung kelopak berupa tangkai panjang berwarna putih.Mahkota bunga (corolla) berwarna kuning dan memiliki bendera yang bergaris-garis merah pada pangkalnya.Bunga yang mampu melakukan penyerbukan sendiri hanya berumur 1 hari (Fachruddin, 2000).

Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap. Helaian daun terdiri dari empat anak daun dengan tangkai daun agak memanjang (Adisarwanto,

(23)

9 2000). Bunga berbentuk kupu-kupu berwarna kekuningan dan bertangkai panjang yangtumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga biasanya 3-6 minggu setelah tanam. Bunga kacang tanah menyerbuk sendiri (self pollination) pada malam hari dan hanya 70%-75% yang membentuk bakal buah polong (ginofor). Bunga mekarbervariasi tergantung pada varietasnya. Berat biji kacang tanah antara 25-40 gram per 100 biji untuk ukuran kecil sedangkan biji ukuran besar lebih kurang 50 gram per 100 biji (Rukmana, 2007)

Tanaman kacang tanah toleran terhadap lingkungan tumbuh di dataran menengah sampai dataran tinggi pada daerah berketinggian antara 800-1000 mdpl.Namun, makin tinggi daerah penanaman dari permukaan laut, produksi tanaman kacang tanah cenderung turun (rendah). Demikian pula pada areal pertanaman yang ternaungi (teduh) tanaman menjadi kurus dan tinggi, kurang produktif berbunga, sehingga hasilnya rendah (Rukmana, 2010)

Sebagai dampak persaingan, baik tanaman utama maupun sela mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil dibanding pertumbuhan dan hasil tanaman monokultur spesies tanaman tersebut (Nugroho, 1990).Kalium dan besi dapat mengurangi fotosintesis pada daun-daun muda, sedangkan pada daun-daun tua meningkatkan fotosintesis.Fotosintesis mengakibatkan meningkatnya berat kering tanaman karena pengambilan CO2 dan mengurangi berat kering. Daun yang muda memiliki laju asimilasi CO2 yang tinggi, dan mentranslokasikan sejumlah besar hasil amilasi ke bagian tanaman yang lain. Sebaliknya, daun-daun yang lebih tua pada dasar tajuk dan terlindung mempunyai laju asimilasi CO2 yang rendah dan memberikan lebih sedikit hasil asimilasi kepada bagian tanaman yang lain (Gardner dkk., 1991).

(24)

10 Tanaman kacang tanah apabila selama pertumbuhan ternaungi mengganggu efektivitas fiksasi N dalam bakteroid bintil akar, hal ini disebabkan berkurangnya suplai fotosintetat ke akar sebagai akibat rendahnya fotosintesis tanaman (Suprapto, 1990). Apabila naungan terjadi sejak awal fase reproduksi hingga menjelang panen dapat berdampak pada penurunan hasil biji sebesar 45% (Madjid, 1981). Dampak lain dari penaungan yaitu ruas batang bertamban panjang, jumlah daun dan indek luas daun berkurang sehinngah mengakibatkan sulit berkembang. Sehingga apabila tanaman kacang tanah ditumpangsarikan dengan jagungpertumbuhan kacang tanah dapat tereduksi akibat berkurangnya radiasi yang diterima organ daun (Jumin, 2002).

Kacang tanah termasuk tanaman hari pendek, sedangkan di Indonesia pembungaan tidak tergantung pada fotoperiode. Terbukanyabunga dan jumlah bunga yang terbentuk sangat tergantung pada cahaya. Intensitas cahaya yang rendah pada saat pembentukan ginofor akan mengurangi jumlah ginofor. Disamping itu rendahnya intensitas penyinaran pada masa pengisian polong, menyebabkan pertambahan jumlah polong hampa (Adisarwanto, 2000). Umumnya tumbuhan dapat beradaptasi terhadap kondisi ternaungi, tetapi ada batas genetis yang menentukan daya adaptasinya. Ada beberapa spesies mutlak perlu naungan seperti Alocasia sp, tetapi ada juga spesies yang mutlak harus menerima cahaya langsung, misalnya bunga matahari (Lakitan, 1996)

Tumpangsari Jagung (Zea mays L.) dan Kacang Tanah (Arachishypogaea L.) Pola tanam tumpangsari merupakan sistem pengelolaan lahan pertanian dengan mengkombinasikan intensifikasi dan diversifikasi tanaman. Tumpangsari merupakan bagian dari multiple cropping yaitu penanaman lebih dari satu

(25)

11 tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Tanaman yang ditanam secara tumpangsari sebaiknya mempunyai umur atau periode pertumbuhan yang tidak sama, karena mempunyai perbedaan kebutuhan terhadap faktor lingkungan seperti air, kelembaban, cahaya dan unsur hara tanaman, karena itu akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kedua tanaman tersebut (Frina dkk., 2000)

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman padalahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisantanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenistanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga padabeberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan polatanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar mataharidan hama penyakit (Warsana, 2009).

Sistem tumpangsari dapat diatur berdasarkan sifat-sifat perakaran dan waktupenanaman.Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindarkanpersaingan unsur hara dan air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yangdalam dapat ditumpangsarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Tanamanmonokotil yang bisanya memiliki perakaran yang dangkal karena berasal dari akarseminal dan akar buku, sedangkan tanaman dikotil pada umumnya memilikiperakaran yang dalam karena memiliki akar tunggang (Basri, 2008).

Persaingan untuk memperoleh sinar matahari memiliki arti penting bagi keberlanjutan pertumbuhan tanaman.Berkurangnya radiasi yang diterima organ

(26)

12 daun berdampak pada berkurangnya produk fosintetat. Menurut Salisbury dan Ross (1995) fosintetat sangat penting dalam tanaman, sehingga kekurangan fosintetat akan menganggu berbagai proses metabilisme yang akhirnya berakibat menurunnya pertumbuhan dan hasil tanaman.

Tumpangsari antara tanaman kacang tanah jagung sangat cocok, karena tanaman kacang tanah dapat mengikat N bebas dari udara melalui rhizobium pada bintil akarnya, 30% dari N fiksasi tersebut disumbangkan kepada tanaman jagung dalam sistem tumpang sari (Wargino, 2005).Hijauan asal tanaman jagung diharapkan dapat menggantikan rumput sebagai pakan. Hijauan jagung termasuk batang dan daun (jerami jagung) yang masih kering atau segar dipotong-potong untuk dibuat silase. Pada periode jerami jagung segar kaya akan gizi terutama zat gizi sehingga membantu proses fermentasi dan silase yang terbentuk lebih disukai ternak dengan bobot nutrient tercerna 60-70% dan protein sekitar 11-15%.Tangendjaja dan Wina (2006).

Penanaman tumpangsari menciptakan agroekosistem pertanaman yangkomplek, yang mencakup interaksi antara tanaman sejenis maupun berbeda jenis.Persaingan terjadi apabila masing-masing dua atau lebih spesies tanamanmemerlukan kebutuhan hidup yang sama. Kompetisi menunjukkan adanya upaya tanaman untuk memperolehsumberdaya yang sama. Pada tingkat ekologi, kompetisi menjadi penting ketika duaorganisme berjuang memperoleh sumberdaya yang sama yang jumlahnya tidak cukupuntuk keduanya. Tanaman berkompetisi dalam memperoleh cahaya dan nutrisi (Haryadi, 1996).

Tanaman yang ditumpangsarikan dipilih dari tanaman yang mempunyai akar dalam dan tanaman yang berakar dangkal.Hal ini untuk menghindari

(27)

13 persaingan penyerapan hara dari dalam tanah. Tinggi dan lebar tajuk antara tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan (Supriyatman, 2011).

Sistem pertanaman tumpangsari memiliki kekurangan yaitu terjadi kompetisi antara tanaman dalam pengambilan unsur hara dalam tanah sehingga pertumbuhan tanaman akan saling menghambat. Dampak negatif dari pengaruh kompetisi dapat dikurangi dengan cara menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan tanaman utama dan tanaman sela (Balitkabi, 2009).

Pola tanam tumpangsari memiliki banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari menurut (Warsana, 2009) antara lain :

1. Akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari).

2. Populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki. 3. Dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas.

4. Tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal.

5. Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.

Produksi dalam pola tumpangsari akan meningkat apabila terdapat kecocokan dalam hal memilih jenis tanaman pokok dan tanaman selanya.

(28)

14 Tanaman jagung dan kacang-kacangan adalah tanaman yang sesuai untuk diterapkan pada pola pertanaman tumpangsari.Sebab dari kedua jenis tanaman tersebut memiliki morfologi yang berbeda sehingga dapat memperkecil persaingan antara kedua jenis tanaman tersebut.Tumpangsari jagung dapat dilakukan dengan tanaman kacang-kacangan seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan famili leguminase lainnya. Tanaman leguminase memiliki bintil akar yang bersimbiosis dengan bakteri rhizobium yang dapat memfiksasi N bebas dari udara, sehingga N dapatdiserap dan digunakan oleh akar tanaman kacangan dan rembesan N oleh tanaman kacangan seperti kacang tanah dapat digunakan tanaman pokok seperti jagung.

Menurut Kasryno dan Syafa'at (2000) bahwa sumberdaya alam untuk peternakan berupa padang penggembalaan di Indonesia mengalami penurunan sekitar 30%. ketersediaan hijauan pakan juga dipengaruhi oleh iklim, sehingga pada musim kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak dan sebaliknya di musim hujan jumlahnya melimpah. Untuk mengatasi kekurangan rumput ataupun hijauan pakan lainnya salah satunya adalah pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan.Dengan demikian untuk pengembangan ternak ruminansia di suatu daerah seharusnya dilakukan juga usaha untuk memanfaatkan limbah pertanian, mengingat sumber penyediaan rumput dan hijauan lainnya sebagai pakan sangat terbatas.

Hipotesis

Diduga bahwa pola tanam tumpangsari jagung dan kacang tanah dapat menghasilkan tanaman yang unggul dari segi produktivitas dan kualitas pertumbuhan karena dalam sistem tumpangsari pemanfaatan lahan secara optimal.

(29)

15 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari–April 2017 di Lahan Pastura,Fakultas PeternakanUniversitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, sabit, meteran/mistar, ember, gayung, timbangan dan kamera serta alat tulis menulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jagung, bibit kacang tanah dan air

Prosedur Penelitian Rancangan penelitian

Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuannya sebagai berikut: P1 : Jagung tanam tunggal (6 jagung : 0 kacang tanah)

P2 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah (4 jagung : 2 kacang tanah) P3 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah (3 Jagung : 3 kacang tanah) P4 : Tumpangsari jagung dan kacang tanah (2 jagung : 4 kacang tanah) P5 : Kacang tanah tanam tunggal (6 kacang tanah : 0 jagung)

Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Lahan Penelitian

Rumput–rumput liar didalam dan sekitar areal penelitian dibersihkan.Tanah dicangkul dengan kedalaman ±10 cm hingga tanah tersebut

(30)

16 menjadi gembur dan memberikan pupuk kandang sebagai nutrisi tanah agar lahan memiliki tingkat kesuburan yang baik. Membuat plot dengan ukuran 80 x 120 cm. Jarak antar plot masing – masing 25 cm.

b. Penanaman Jagung dan Kacang tanah

Melakukan pemilihan bibit yang akan ditanam. Bibit yang digunakan yaitu untuk bibit jagung menggunakan bibit jagung varietas BC-2 sedangkan untuk bibit kacang tanah dipilih varietas kelinci yang umum digunakan oleh petani yang banyak diperoleh dipasar tradisional.Jarak tanam 40 x 40 cm dengan jumlah bibit perlubang yaitu 3.

c. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan sebaik mungkin. untuk mendapatkan populasi tanaman yang dibutuhkan maka dilakukan penjarangan tanaman dengan cara mencabut sebagian tanaman yang tidak diperlukan, melakukan penyiraman secara rutin apabila musim kemarau, dan plot yang ditumbuhi gulma dibersihkan agar tidak menghambat serta menggangu pertumbuhan tanaman jagung dan kacang tanah setelah tanam.

(31)

17 d. Masa Panen

Masa panen dilakukan setelah tanaman berumur ±90 hari (3 bulan).Denah Penempatan Perlakuan Penelitian sebagai berikut :

40 cm 25cm Keterangan: 750 cm J : Jagung 40cm 40cm 25 cm K: Kacang Tanah 460 cm Keterangan :J : Jagung K : Kaacang Tanah

Gambar 1. Rancangan Penanaman Jagung dan Kacang Tanah

Parameter yang Diamati Pertumbuhan dan Produksi

1. Berat buah/biji

Berat buah/biji dapat diukur dengan menimbang biji jagung dan kacang tanah yang kering matahari.

J J J J K J J K J K K K J K J J K J J J J K J K K K K J J J K J K K K K J K J J J J J J J J K J J J J K K K K J K K K K K J K K J K K K K K J K J J J J J J K K K J J J K K K K K K

(32)

18 2. Produksi Hijauan

Cacah sampel produksi segar kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 1050c selama 2 hari.

Analisis Statistik

Data yang diperoleh pada akhir penelitian diolah secara statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan sehingga terdapat 15 unit pengamatan menurut (Gasperz, 1991).Model matematika adalah sebagai berikut:

Yij =Ui + Pi+ €ij Dimana :

Yij=Pengamatan ulangan ke-j dan perlakuan ke-i Ui=Rataan umum

Pi= Pengaruh perlakuan ke-i

€ij= Galat ulangan ke-i dan perlakuan ke-j

Apabila perlakuan berpengaruh nyata, data diolah dengan bantuan software SPSS versi 21.

(33)

19 HASIL DAN PEMBAHASAN

Prduksi Hijauan Jagung dan Kacang Tanah

Tumpangsari adalah bagian dari multiple cropping yaitu penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Total produksi hijauan jagung dan kacang tanah yang ditananam dengan sistem tumpangsari disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Total Produksi Hijauan Jagung (Zea mays L) dan Kacang Tanah (Arachis hypogealL) yang Ditumpangsarikan (g/plot).

Perlakuan Sistem Tumpangsari

Bahan Kering Produksi Hijauan Jagung Kacang P1 6 J : 0 K 318,83 - 319a P2 4 J : 2 K 182 96.85 279a P3 3 J : 3 J 197.97 124.88 322a P4 2 J : 4 K 205.66 188.47 394a P5 0 J : 6 K - 302.87 303a

Ket : P1 (kontrol 6 jagung 0 kacang tanah), P2 (tumpangsari 4 jagung 2 kacang tanah), P3 (tumpangsari 3 jagung 3 kacang tanah), P4 (2 jagung 4 kacang tanah) dan P5 0 jagung 6 kacang tanah)

Sidik ragam menunjukkan bahwa produksi jagung dan kacang tanah yang ditanaman dengan sistem tumpangsari tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produksi hijauan jagung dan kacang tanah.

Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P2 lebih rendah dari perlakuan P1 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P4. Hal ini disebabkan karena adanya serangan hama selama proses pertumbuhan sehingga hasil yang didapatkan kurang bagus adapun asumsi lain dikarenakan selama pertumbuhan tanaman ternaungi oleh tanaman sekitarnya dimana tanaman jagung merupakan tanaman C4 yang harus mendapatkan cahaya yang cukup untuk proses pertumbuhannya. Menurut (Muhadjir, 1988) bahwa jagung termasuk tanaman

(34)

20 C4 yang mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi rendah, efisiensi dalam penggunaan air.

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa tumpangsari jagung dan kacang tanah yang ditanam dengan sistem tumpangsari diperoleh produksi hijauan tertinggi pada perlakuan P4 dengan perbandingan 2 jagung 4 kacang tanah dengan total hijauan sebesar 317,67 g dan begitupun dengan produksi biji diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan P4 sebesar 87,67 g. Hal ini menunjukkan bahwa jagung dan kacang tanah yang ditumpangsarikan cukup bagus. Sesuai dengan pendapat (Wargino, 2005) bahwa tumpangsari antara tanaman kacang tanah jagung sangat cocok, karena tanaman kacang tanah dapat mengikat N bebas dari udara melalui rhizobium pada bintil akarnya, 30% dari N fiksasi tersebut disumbangkan kepada tanaman jagung dalam sistem tumpangsari.

Jerami jagung yang diawetkan dengan pengeringan matahari menghasilkan berbagai macam produk sampingan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Jerami jagung selain diberikan dalam bentuk segar, dapat dikeringkan atau diolah menjadi pakan awet seperti pelet, cubes dan disimpan untuk cadangan pakan ternak (Nulik dkk., 2006).

(35)

21 Produksi Jagung dan Kacang Tanah 100/Biji

Total produksi 100/biji jagung dan kacang tanah yang ditananam dengan sistem tumpangsari disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Biji Jagung (Zea mays L) dan Kacang Tanah (Arachis hypogealL) yang Ditumpangsarikan (g/plot).

Perlakuan Sistem Tumpangsari 100/Biji Produksi Biji Jagung Kacang P1 6 J : 0 K 38.67 - 38.67a P2 4 J : 2 K 36.33 38 74.33b P3 3 J : 3 J 38.33 41 79.33b P4 2 J : 4 K 37 50.67 87.67c P5 0 J : 6 K - 74.33 74.33a

Ket : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01).

Sidik ragam menunjukkan bahwa produksi jagung dan kacang tanah yang ditanaman dengan sistem tumpangsari memberikan memberikan pengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap produksi biji jagung dan kacang tanah.

Uji Duncan menunjukkkan bahwa perlakuan P2 lebih rendah dari perlakuan P4, tetapi tdak berbeda nyata dengan P3.Hal ini disebabkan karena komposisi legum pada perlakua tersebut tidak banyak berbeda, kemudian legum bersimbiosis dengan bakteri untuk menghasilkan nitrogen dari dalam tanah. Menurut (Setiadi, 2006) bahwa leguminosa menghasilkan bahan organik untuk bakteri yang kemudian mengubah menjadi N yang dapat digunakan oleh tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara utama tanaman bagi pertumbuhan yag ada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Penambahan unsur hara akan meningkatkan pertumbuhan tanaman, jika tanaman kekurangan unsur hara akan terlihat nyata pada pertumbuhan dan perpanjangan.

(36)

22 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa produksi hijauan dan biji jagung dengan kacang tanah yang ditanam dengan sistem tumpangsari diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan P4 dengan perbandingan 2 jagung dan 4 kacang.

Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian disarankan untuk menggunakan sistem budidaya secara tumpangsari tanaman jagung dengan kacang tanah dimaksudkan untuk pengoptimalan lahan yang sempit guna meningkatkan produksi hijauan jagung dan kacang tanah yang dapat berdampak pada ternak.

(37)

23 DAFTAR PUSTAKA

Balitkabi. 2009. Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi-Umbian. Malang.

Basri, N. 2008. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogea L) varietas lokal madura pada berbagai tanam dan dosis pupuk fospor. Agrovigor (1) : 55-64.

De Lima, D. 2012. Produksi Limbah Pertanian dan Limbah Peternakan serta Pemanfaatannya di Kecamatan Huamual Belakang dan Tanivel Kabupaten Seram Bagian Barat. Jurnal Agroforestri. 7 (1): 1-7

Djajanegara, A. 1990.Local livestock feed resources.RAP Publication. Bangkok. Engel,C. L., H. H. Patterson and G. A. Perry. 2008. Effect of dried corn distillers

grains plus soluble compared with soybean ulls, in late gestation heifer diets, on animal and reproductive performance. J. Sci. 86 : (1697-1708). Fachruddin. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Jakarta

Frina. M. S, Ratna. A. W, Farida. Z, 2000.Pengaruh Populasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Yang Ditumpangsarikan dengan Jagung. Universitas Sri Wijaya Sumatera Selatan.

Garnerd, F. P., R. B. Pearce dan R. Mitchell. 1991. Fisiologi Tananaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan Untuk Ilmu-Ilmu Pertanian. Ilmu Teknik dan Biologi. CV. Armico. Bandung.

Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A. D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Haryadi. S. S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Iriany, R. N., M. Yasin H. G., dan A. Takdir M., 2007. Asal, sejarah, evolusi dan

taksonomi tanaman jagung.Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Jumin. 2002. Agronomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Kasryno, F dan N. Syafa’at.2000. Pengembangan Pertanian yang Berorientasi Pemerataan di Tingkat Petani, Sektoral dan Wilayah.Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dalam Era Otonomi Daerah.Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Badan Litbang Pertanian. Departement Pertanian. Jakarata.

(38)

24 Madjid, A.1981. Pengaruh naungan pada berbagai fase perkembangan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L).BPTP. Malang

Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative Anatomy of Maize and its Application.Intrnational Journal of Bio-resorces and Stress Management, 2(3):250-256

Marzuki, H. A. R. 1995. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya . Jakarta. Muhadjir, F. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Bogor.

Myrna, N. E. F. 2003. Hasil tanaman jagung pada berbagai dosis dan cara pemupukan N pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Jurnal Agronomi 9 (1) : 9-15

Nugroho, W. H. 1990. Statical Analysis and Interpretation at Intercropping Research.Fac. at Agriculture, Brawijaya Univ. Malang.

Rochani, S. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Azka Press. Rukmana, H.R. 2010. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta.

Suardji, D., A. Purnomo dan Sugianto. 1979. Pengaruh naungan terhadap pertumbuan dan hasil bii tanaman kacang tanah. LP. Seri Fisioloi. LP3. Bogor.

Salisbury, F. B. dan C, W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan. ITB. Bandung. Subandi, M. Syam dan A. Widjono. 1988. Jagung. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Jakarta.

Sullivan, P. 2003. Intercropping principles and production practices.ATIRA (Appropriate Technology Transfer in Rural Area).NCAT agricultue specialist illustrations by Missy Gocio.

Suprapto. 2002. Pengaruh naungan jagung terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah var kelinci dan kidang di lahan marginal Gerokgak-Bulelang. BPTP.Bali.

Supriyatman, B. 2011. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah. Karya Ilmiah. Yogyakarta.

Sutoro, Y., Soelaeman dan Iskandar, 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan . Bogor.

(39)

25 Suwarto, S. Yahya, Handoko, M. A. Chozhin. 2005. Kompetisi Tanaman Jagung

dan Ubi Kayu dalam System Tumpang Sari. USU. Medan

Syafruddin. 2002. Tolak Ukur dan Konsentrasi Al untuk Penapisan Tanaman Jagung terhadap Ketenggangan Al. Berita Puslitbangtan.

Tangendjaja, B dan E. Wina. 2006. Limbaha tanaman dan produk samping industri jagung untuk pakan. Balai Penelitian ternak. Bogor.

Wibawana, A. 2005. “Uji Karakteristik Pada Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogeal L.)”(Skripsi).FP USU. Medan.

Wargino, J. 2005. Peluang pengembangan kacang tanah melalui sistem tumpangsari dengan ubi kayu. Puslittan. Bogor

Warsana. 2007. Analisis efesiensi dan keuntungan usaha tani jagung. Universitas Diponegoro. Semarang.

(40)

26 Lampiran 1.Sidik ragam produksi jerami jagung, jerami kacang tanah dan jerami jagung ditambah jerami kacang tanah yang ditanam dengan sistem tumpangsari.

Descriptives

Total Produksi Hijauan

N Mean Std. Deviation Std. Error

Perlakuan P1 3 319,00 108,476 62,629 Perlakuan P2 3 279,00 38,158 22,030 Perlakuan P3 3 323,00 106,410 61,436 Perlakuan P4 3 394,00 69,072 39,879 Perlakuan P5 3 303,00 112,120 64,733 Total 15 323,60 86,993 22,462 ANOVA

Total Produksi Hijauan

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 22173,600 4 5543,400 ,662 ,633

Within Groups 83776,000 10 8377,600

Total 105949,600 14

Homogeneous Subsets

Total Produksi Hijauan

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 Duncana Perlakuan P2 3 279,00 Perlakuan P5 3 303,00 Perlakuan P1 3 319,00 Perlakuan P3 3 323,00 Perlakuan P4 3 394,00 Sig. ,187

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

(41)

27 Lampiran 2.Sidik ragam produksi biji jagung, biji kacang tanah dan biji jagung ditambah jerami kacang tanah yang ditanam dengan sistem tumpangsari.

Descriptives

Total Produksi Biji

N Mean Std. Deviation Perlakuan P1 3 38,6667 ,57735 Perlakuan P2 3 74,3333 6,80686 Perlakuan P3 3 79,3333 3,05505 Perlakuan P4 3 87,6667 6,65833 Perlakuan P5 3 74,3333 2,08167 Total 15 70,8667 17,83603 ANOVA

Total Produksi Biji

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 4244,400 4 1061,100 50,689 ,000

Within Groups 209,333 10 20,933

Total 4453,733 14

Homogeneous Subsets

Total Produksi Biji

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Duncana Perlakuan P1 3 38,6667 Perlakuan P2 3 74,3333 Perlakuan P5 3 74,3333 Perlakuan P3 3 79,3333 Perlakuan P4 3 87,6667 Sig. 1,000 ,230 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

(42)

28 Dokumentasi

Pembersihan lahan Tanaman umur 1 bulan

Tumpangsari jagung dan kacang tanah

(43)

29 Penyiraman dan pembumbunan tanaman

Tanaman umur 2 bulan

(44)

30 Pemanenan hasil tanaman jagung dan kacang tanah

(45)

31 RIWAYAT HIDUP

Kurniati (I111 13 510) Lahir di Maroangin pada Tanggal 08Agustus 1995, Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Anak dari pasangan Sinring dan Mansa. Mengenyam pendidikan tingkat dasar pada SDN 55 Maroangin (2007), kemudian melanjutkan pendidikan lanjutan pertama pada SMP Negeri 1 Maiwa (2010). Dan melanjutkan pendidikan menegah SMK Negeri Enrekang (2013), setelah menyelesaikan pendidikan SMKpenulis melanjutkan pendidikan pada salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin melalui jalurMandiri (POSK) pada tahun 2013. Selama kuliah penulis pernah aktif menjadi pengurus di lembaga kemahasiswaan Humanika UH tahun 2015-2016.

Gambar

Gambar 1. Rancangan Penanaman Jagung dan Kacang Tanah
Tabel  1.  Total  Produksi  Hijauan  Jagung  (Zea  mays  L)    dan  Kacang  Tanah  (Arachis hypogealL) yang Ditumpangsarikan (g/plot)
Tabel  2.  Produksi  Biji  Jagung  (Zea  mays  L)    dan  Kacang  Tanah  (Arachis  hypogealL) yang Ditumpangsarikan (g/plot)

Referensi

Dokumen terkait

Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahanuntuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan sehingga

Dengan demikian, model pendidikan ke- wirausahaan berbasis keterampilan khas lokal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan kecakapan vokasional anak yang

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut: 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan wisata edukasi batik Lasem di kecamatan Lasem dengan pendekatan

Kondisi sosial masyarakat Jerman yang tercermin dalam drama Woyzeck karya Georg Büchner, antara lain (1) Penindasan, pemerintahan absolut yang menindas rakyat

Disampaikan Pada Sarasehan Peternakan 2005, Revitalisasi Ternak Kerbau dan Pola Pembibitan Sapi Potong.. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Dalam penelitian ini penulis membuat sistem informasi pembayaran sekolah pada SMK Mambaul Falah berbasis android yang dapat memberikan kemudahan pada siswa dalam

Orang tua dryclean memilih mengasuhkan anak kepada orang lain dibanding mengasuh sendiri karena pekerjaan mereka tidak bisa ditangani orang lain dan harus

Dengan aplikasi multimedia ini memberikan kemampuan kepada pembaca untuk berinteraksi langsung dan menjelajahi seluruh isinya dengan mudah sehingga pembaca dapat mengerti dan