• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Kondisi persaingan bisnis yang sangat kompetitif akhir-akhir ini memaksa perusahaan untuk mengubah strategi dan cara berpikir secara global. Dengan adanya inovasi teknologi yang mempercepat berbagai aktivitas dengan segala keterbatasan dan kelebihannya menjadikan persaingan di dalam bisnis semakin kompetitif dan saling berlomba untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari sebuah kegiatan manajemen pada sebuah perusahaan. Dari hasil kinerja tersebut dijadikan sebagai parameter tolok ukur dalam menilai sebuah keberhasilan dari manajemen perusahaan itu sendiri. Kinerja perusahaan tak lain dikerahkan dari pengendalian perusahaan secara internal. Dalam pencapaian tujuan perusahaan maka kinerja perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Dewasa ini semakin banyak perusahaan kecil, besar, bahkan menengah yang saling berkembang. Persaingan bisnis yang sangat kompetitif ini memaksa para pelaku bisnis untuk mengubah strategi bisnis yang awalnya didasarkan pada labor-based bussiness menjadi knowlegde-based bussiness demi meningkatkan kinerja perusahaannya.

Perusahaan yang menerapkan strategi knowledge based business harus bisa menciptakan nilai tambah dengan cara mengelola hidden value (nilai-nlai tidak tampak) yang ada pada aset tidak berwujud. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penelitian dan pengukuran aset tidak berwujud adalah melalui intellectual capital (menurut Guthrie dalam Merilya Achdiani 2016). Kini perusahaan mengakui pentingnya modal intelektual yang bersifat abstrak dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama dalam pengembangan bisnis dan pada saat berkecimpung didalam perdagangan bebas.

(2)

Adanya fenomena perdagangan bebas yang menciptakan struktur ekonomi global menyebabkan arus lalu lintas barang, jasa, modal dan tenaga kerja dapat berpindah dari satu negara ke negara lain tanpa adanya batasan dan rintangan. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran paradigma dari penekanan paradigma physical capital ke paradigma baru yang memfokuskan pada intellectual capital. Ukuran yang tepat tentang physical capital yaitu dana-dana keuangan dan

intellectual potential yang direpresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang melekat pada karyawan-karyawan tersebut. Sumber daya manusia mempunyai peranan utama dalam proses peningkatan produktifitas karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya diciptakan oleh manusia dan juga dioperasikan oleh manusia.

Pendapat mengenai pergeseran paradigma physical capital ke paradigma

intellectual capital didukung oleh Bontis. Di Indonesia, pada umumnya perusahaan menggunakan akuntansi tradisional yang lebih menekankan pada penggunaan

tangible assets, padahal seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, tingkat ketertarikan akan intangible assets pun semakin meninggi (Nick Bontis, 2017). Tangible Assets (aset berwujud) berarti modal perusahaan yang dapat dilihat, disentuh dan digunakan. Dengan berkembangnya teknologi modal tidak hanya semata-mata diartikan sebagai aset berwujud, tetapi lebih jauh lagi yang menyangkut tentang nilai (value). Kemampuan perusahaan untuk memobilisasi dan mengeksploitasi aset tak berwujudnya menjadi jauh lebih menentukan daripada melakukan investasi dan melakukan pengelolaan aset berwujud.

Modal intelektual kini dirujuk sebagai faktor penyebab sukses yang penting dan karenanya akan semakin menjadi suatu perhatian bagi perusahaan dalam kajian strategi organisasi dan strategi pembangunan. Intellectual Capital

merupakan bagian dari aset tidak berwujud (intangible asset). Intellectual capital

juga didefinisikan sebagai kombinasi dari sumberdaya intangible dan kegiatan-kegiatan yang membolehkan organisasi mentransformasi sebuah keuangan dan sumberdaya manusia dalam sebuah kecakapan sistem untuk menciptakan

(3)

stakeholder value. Intellectual Capital atau modal intelektual diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan kinerja perusahaan.

Menurut Stewart (1997) dalam Widyaningrum (2014) modal intelektual dapat dipandang sebagai sumber daya berupa pengetahuan yang didukung oleh proses informasi untuk membentuk pengalaman dan kekayaan intelektual berupa hubungan yang baik dengan pihak luar yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan bagi perusahaan di masa yang akan datang. Menurut

Bontis et al. (2017), intellectual capital dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu

human capital, structural capital dan customer capital. Implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga dilingkungan bisnis global.

Di Indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah munculnya

PSAK No. 19 tentang aktiva tidak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai IC, namun kurang lebih IC telah mendapat perhatian. Menurut

PSAK No. 19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva non- moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2012).

Sampai saat ini intellectual capital perusahaaan masih dianggap sebagai bentuk unaccounted capital dalam sistem akuntansi tradisional meskipun beberapa diantaranya, misalnya goodwill, patent, copy right, dan trade mark diakui sebagai aktiva tidak berwujud. Timbulnya unaccounted capital tersebut dikarenakan sangat ketatnya kriteria akuntansi bagi pengakuan dan penilaian aktiva, yaitu keteridentifikasian, adanya pengendalian sumber daya, dan adanya manfaat ekonomis masa depan. Akibatnya, ketidakpuasan terhadap laporan keuangan tradisional menjadi semakin meningkat karena ketidakmampuannya untuk menyediakan informasi yang cukup kepada stakeholders tentang kemampuan perusahaan menciptakan nilai. Informasi akuntansi telah kehilangan relevansinya dalam pembuatan keputusan investasi.

(4)

Laporan keuangan merupakan cerminan dari kinerja perusahaan, apabila laporan keuangan tidak dicatat dengan baik dan lengkap maka para stakeholder

kurang tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Perusahaan -perusahaan Indonesia pada kenyataannya belum mampu untuk mencatat

intellectual capital dalam neraca karena standar akuntansi yang ada belum mampu menangkap dan melaporkan investasi yang dikeluarkan untuk memperoleh sumberdaya non fisik. Standar akuntansi untuk investasi sumberdaya non fisik saat ini baru sebatas investasi dalam bentuk intellectual property. Akuntansi juga diyakini belum mampu melakukan pengakuan dan pengukuran terhadap

intellectual capital, karena akuntansi cenderung hanya berfokus pada aktiva yang sifatnya nyata (tangible assets) saja. Kalaupun ada intangible asset yang diakui dan diukur dalam laporan keuangan, kebanyakan masih didasarkan pada nilai historis

(historical cost) bukan potensinya dalam menambah nilai.

Fenomena tersebut memberikan tantangan bagi akuntansi manajemen maupun manajemen keuangan. Akuntansi manajemen memerlukan adanya alat baru yang dapat mengelola investasi keahlian karyawan, informasi dan teknologi, memerlukan pengukuran akuntansi yang tidak sama antara perusahaan satu dengan lainnya untuk menunjukkan indikator intellectual capital, dan memerlukan pengukuran tingkat pengembalian investasi keahlian karyawan, informasi dan teknologi dalam jangka panjang. Sedangkan manajemen keuangan memerlukan adanya pengukuran baru yang tidak berbasis moneter. Tantangan - tantangan tersebut muncul karena saat ini, penilaian suatu perusahaan dan terutama untuk perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi dan pelayanan yang profesional adalah intellectual.

Intellectual capital merupakan cara untuk memperoleh keunggulan kompetitif dan menjadi komponen yang sangat penting bagi kemakmuran, pertumbuhan dan perkembangan perusahaan di era ekonomi baru berbasis pengetahuan. Intellectual capital merupakan kunci penentu nilai perusahaan dan kinerja ekonomi nasional. Pulic (1998), Bontis et al (2017) dan Ike bersama Gayatri (2016) menunjukkan bahwa intellectual capital dengan metode Value

(5)

Added Intellectual Coefficient (VAICTM) memiliki hubungan positif dengan

business performance. Oleh sebab itu, meskipun masih tidak memungkinkan untuk memberikan nilai moneter terhadap intellectual capital, namun intellectual capital

perlu dipertimbangkan agar proses penciptaan nilai mudah dipahami.

Intellectual capital masih belum digunakan secara efektif dan jarang mendapat perhatian utama perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sampai saat ini perusahaan-perusahaan cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Hal ini dapat dibuktikan melalui sistem pelaporan perusahaan yang dibuat setiap akhir tahun. Artinya secara eksplisit komponen-komponen modal intelektual tidak dijadikan sebagai bagian dari indikator penilaian pelaporan atau keberhasilan perusahaan. Padahal modal intelektual telah menjadi hal yang lebih penting dari sumberdaya lainnya.

Umumnya kalangan bisnis masih belum menyadari bahwa intellectual capital merupakan sumber daya yang sangat penting dalam mempertahankan keunggulan dan daya saing perusahaan. Jika suatu perusahaan mampu mengelola

intellectual capital-nya secara efektif maka akan mampu mendorong perusahaan untuk tetap memiliki keunggulan dibanding para pesaingnya. Santosus dan Surmach dalam Sangkala (2006) menyatakan bahwa bagi perusahan yang mampu menciptakan, mengembangkan, memelihara, mengungkit dan memperbaharui

intangible asset-nya, maka akan memiliki kemampuan untuk menciptakan nilai (value) yang dapat meningkatkan kekayaannya.

Dalam penelitian ini mengukur pengaruh komponen intellectual capital

yang diproaksikan dengan VACA, VAHU, STVA terhadap kinerja perusahaan yang diproaksikan dengan ROA pada perusahaan indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan ini dipilih karena perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 mampu menciptakan nilai dan memiliki kinerja yang baik. Agar perusahaan dapat masuk dalam indeks LQ 45 maka perusahaan tersebut harus memiliki saham dengan kriteria tertentu yaitu, masuk dalam rangking 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar, masuk dalam ranking yang didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar,

(6)

telah tercatat di BEI sekurang-kurangnya 3 bulan, kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah transaksi di pasar regular. Perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 berarti perusahaan tersebut memiliki memiliki nilai kapitalisasi pasar yang tinggi dan mampu menunjukkan konsistensi kinerja. Kapitalisasi pasar yang tinggi dan mampu menunjukkan konsistensi kinerja mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki intellectual capital yang tinggi dibanding perusahaan lain. Intellectual capital inilah yang menjadi salah satu alat dalam memberikan nilai lebih dan keunggulan perusahaan. Sejalan dengan hal-hal diatas, ternyata perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 juga terpilih menjadi nominasi yang memenuhi 8 kriteria sebagai finalis Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) study.

Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) study

merupakan studi tentang perusahaan berbasis pengetahuan yang paling dikagumi di Indonesia dan diselenggarakan oleh Dunamis Organization Services sejak 2005. MAKE study pertama kali diadakan adalah pada tahun 1998 oleh Teleos yang bekerjasama dengan KNOW Network. Teleos adalah sebuah badan penelitian mandiri di bidang knowledge management dan intellectual capital. berdiri sejak 1991, Dunamis Organization Services merupakan perushaan global yang berfokus pada peningkatan kinerja melalui pengembangan sumber daya manusia dan sistem.

Chairman 2015 Indonesian MAKE study, Robby Susatyo mengungkapkan bahwa “Tren MAKE study di dunia berfokus pada creative process dan creative employees. Bagaimana perusahaan dapat meningkatkan kemampuan dan kapabilitas karyawannya terutama ketika perusahaan dituntut untuk adaptif terhadap berbagai perubahan,” (http://www.dunamis.co.id , 27 Juli 2017 15.15).

Saat ini perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 dapat membuktikan prestasinya dengan masuknya beberapa perusahaan perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 yang listing di Bursa Efek Indonesia ke dalam nominasi dan menjadi finalis dari Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) study. Hal ini ditunjukkan pada ringkasan tabel 1.1 periode 2014-2016 sebagai berikut :

(7)

Tabel 1.1

Finalis Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Periode 2014-2016

No

Tahun

2014 2015 2016

1 PT.Adi Sarana Armada PT.Adira Multi Dinamika Finance PT.Adira Multi Dinamika Finance 2 PT.Adira Multi Dinamika

Finance

PT.Astra Internasional PT.Anugrah Aragon Medica

3 PT.Astra Internasional PT.Bank Central Asia PT.Astra Internasional 4 PT.Bank Negara Indonesia Bank Indonesia PT.Astra Otoparts,

Tbk

5 PT.Bank Syariah Mandiri PT.Bank Negara Indonesia PT.Bank Central Asia

6 Binus University Binus University Bank Indonesia 7 PT.GMF Aero Asia PT.GMF Aero Asia PT.Bank Negara

Indonesia 8 PT.Pertamina PT.Kereta Api Indonesia PT.Bank

Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten

9 PT.Petrokimia Gresik PT.Pertamina PT.Bank Rakyat Indonesia 10 PT.Rekayasa Industri PT.Petrokimia Gresik PT.Bank Syariah

Mandiri 11 PT.Sumberdaya Sewamata PT.Rekayasa Industri PT.Bank UOB

Indonesia 12 PT.Telekomunikasi

Indonesia

PT.Semen Indonesia PT.BFI Finance Indonesia 13 PT.Tigaraksa Satria PT.Sumberdaya Sewatama Binus University 14 PT.Tower Bersama

Infrastructure Group

PT.Telekomunikasi Indonesia PT.Blue Gas Indonesia 15 PT.Toyota Astra Motor PT.Tiki Jalur Nugraha Ekakurir PT.Cipta Krida

Bahari

16 PT.Unilever Indonesia PT.Tower Bersama Infrastructure PT.Cipta Kridatama 17 PT.United Tractors PT.United Tractors PT.Daya Adicipta

Mustika

18 PT. Wijaya Karya Dompet Dhuafa

19 PT.Federal International Finance 20 PT.GMF AeroAsia 21 PT.Insera Sena (Polygon) 22 PT.Kamadjaja Logistics 23 PT.Kereta Api Indonesia 24 PT.Marga Mandalasakti 25 PT.Pembangkitan Jawa Bali

(8)

26 PT.Pertamina 27 PT.Petrokimia Gresik 28 PT.Pupuk Kalimantan Timur 29 PT.Radana Bhaskara Finance 30 PT.Rekayasa Industri 31 PT.Samudera Indonesia 32 PT.Semen Indonesia 33 PT.Sumber Alfaria Trijaya 34 PT.Sumberdaya Sewatama 35 PT.Telekomunikasi Indonesia 36 TELKOMSEL 37 PT.Tigaraksa Satria 38 PT.Tiki Jalur Nugraha Ekakurir 39 PT.Tiphone Mobile Indonesia 40 PT.Tower Bersama Infrastructure 41 PT.United Tractors Sumber : http://www.dunamis.co.id

Dari data tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa perusahaan perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 yang listing di Bursa Efek Indonesia seperti PT. Bank Negara Indonesia sejak tahun 2014 sampai tahun 2016 selalu masuk ke dalam finalis Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE). MAKE study

sebagai organisasi berbasis pengetahuan paling dikagumi di Indonesia. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 yang listing di Bursa Efek Indonesia telah menyorot keberadaan intellectual capital untuk memberikan prestasi kepada perusahaan serta menyukseskan perusahaan dalam mengembangkan bisnis di area persaingan yang ketat ini.

Berbanding terbalik dengan fenomena yang disebutkan di atas, penulis menemukan bahwa keadaan Return On Asset (ROA) perusahaan indeks LQ 45 tidak sejalan dengan keadaan Intellectual Capital atau berbanding terbalik dengan fenomena pada tahun 2014-2015. Berikut adalah data dan gambaran grafik yang bertentangan dengan fenomena yang telah disebutkan diatas:

(9)

Tabel 1.2

Nilai Rata-Rata Value Added Intellectual Coefficient (𝐕𝐀𝐈𝐂𝐓𝐌) dan Rata-Rata Kinerja Perusahaan (ROA) Indeks LQ 45 Pada Periode 2014-2016

VARIABEL 2014 2015 2016

VAIC 6.0097 6.0522 6.0840

ROA 10.186% 8.428% 8.433%

Sumber: data diolah (2017)

Grafik 1.1

Grafik Nilai Rata-Rata Value Added Intellectual Coefficient (𝐕𝐀𝐈𝐂𝐓𝐌) dan Rata-Rata Kinerja Perusahaan (ROA) Indeks LQ 45 Pada Periode

2014-2016

Berdasarkan gambar 1.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai Return On Asset (ROA) perusahaan indeks LQ 45 yang ditunjukkan pada grafik garis berwarna kuning dengan nilai 10.186% pada tahun 2014 dan 8.428% pada tahun 2015 mengalami penurunan. Sedangkan nilai VAICTM pada tahun 2014 sebesar 6.0097 meningkat menjadi 6.0522 pada tahun 2015. Lalu ROA pada tahun 2015 sebesar 8.428% meningkat menjadi 8.433% pada tahun 2016. Hal ini selaras dengan nilai

6,0096 6,0522 6,084 10,19% 8,43% 8,43% 0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 12,00% 5,75 6 6,25 6,5 2014 2015 2016 VAIC ROA

(10)

VAICTM sebesar 6.0522 pada tahun 2015 yang meningkat juga menjadi 6.0840 pada tahun 2016. Pada tahun 2014-2015 menunjukkan bahwa selain bertentangan dengan fenomena yang disebutkan sebelumnya, juga bertentangan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Robert Mario Daud (2016) diperoleh hasil bahwa adanya pengaruh positif antara intellectual capital (VAIC) terhadap Return On Asset (ROA) perusahaan tersebut meningkat. Artinya, terdapat kenaikan laba perusahaan, tidak hanya disebabkan oleh biaya operasional perusahaan tetapi juga karena perusahaan sudah menerapkan intellectual capital dengan baik dalam meningkatkan value added perusahaan, ketika intellectual capital perusahaan naik, maka laba perusahaan juga dapat mengalami kenaikan karena telah tercapainya penerapan intellectual capital dalam perusahaan tersebut begitupun sebaliknya ketika laba perusahaan mengalami penurunan, nilai intellectual capital juga mengalami penurunan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan. Adapaun judul yang diajukan yaitu “Pengaruh Komponen Intellectual Capital (VACA,VAHU, STVA)terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan LQ 45 yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia 2014-2016)”.

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan tersebut di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Value Added Capital Employed (VACA) terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Indeks LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016?

2. Bagaimana pengaruh Value Added Human Capital (VAHU) terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Indeks LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016?

(11)

3. Bagaimana pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Indeks LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016?

4. Bagaimana pengaruh Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added

(STVA) secara bersama-sama terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Indeks LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh Value Added Capital Employed (VACA) terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Indeks LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016.

2. Untuk menganalisis pengaruh Value Added Human Capital (VAHU) terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Indeks LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016.

3. Untuk menganalisis pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Indeks LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016.

4. Untuk menganalisis pengaruh pengaruh Value Added Capital Employed

(VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA) secara bersama-sama terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Indeks LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan informasi khususnya yang berkaitan tentang Intellectual Capital.

(12)

b. Sebagai upaya untuk mendukung pengembangan ilmu manajemen pada umumya, serta khususnya yang berkaitan dengan Intellectual Capital.

2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pengambil keputusan guna menentukan kebijkasanaan dalam perusahaan. Dengan adanya penelitian ini dapat memberi dan menambah wawasan dalam hal ilmu ekonomi khususnya mengenai intellectual capital. Serta bagi pihak penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu ekonomi dan dapat digunakan untuk bahan penelitian sebagai referensi tambahan serta sebagai literatur untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika Skripsi

Dalam skripsi ini penulis membagi dalam lima bab

BAB I : Merupakan bagian pendahuluan yang terdiri beberapa sub bab, yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. Disini, penulis mengangkat mengenai permasalahan Intellectual Capital

terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan pada Perusahaan Indeks LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

BAB II : Berisi tinjauan pustaka yang terdiri beberapa sub bab, yang meliputi tentang teori-teori yang menjadi dasar pemikiran penelitian tentang intellectual capital , komponen intellectual capital, definisi kinerja perusahaan, kajian penelitian sebelumnya, kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III : Berisi metode penelitian yang terdiri dari sub bab, yang meliputi tentang objek penelitian, unit analisis, populasi dan teknik sampling, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, operasionalisasi

(13)

data, dan metode analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.

BAB IV : Merupakan inti dari penelitian yang menguraikan gambaran umum objek penelitian dan analisis data, menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V : Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang diperlukan untuk pihak yang berkepentingan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui dan menganalisis program Pemerintah Daerah dalam memberdayakan masyarakat petani di Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir

Berdasarkan survey awal dapat diketahui bahwa di MA NU Mu’allimat Kudus guru pengampu mata pelajaran SKI menerapkan metode Circle Of Learning (CL) dalam pembelajaran

Laporan ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penyusutan dan pemusanahan arsip pada Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya dengan

Gamifikasi masa depan khususnya bidang pendidikan juga perlu difokuskan pada bagaimana mengukur emosi dan kognisi pada tingkatan intensitas yang diinginkan, dan

Dari hasil wawancara dengan kepala ruang rawat inap Puskesmas 1 Dayeuhluhur ada beberapa perawat yang jika dipanggil pasien belum dilaksanakan dengan baik, misal jika pasien

Penulis adalah Mahasiswa Program Sarjana (S1) dengan bidang Studi Struktur dengan mengambil judul tugas akhir “ Perbandingan Kinerja Pelayanan Self Check-In dengan

Peraturan Mahkamah Agung Ho. 1 tahun 1965 tersebut berisikan alasan dan cara mengajukan permohonan peninjau­ an kembali putusan perkara perdata maupun perkara pidana yang

Penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini untuk mencapai gelar sarjana S1 pada Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus, untuk itu penulis ucapkan