• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deposisi Energi dan Produksi Gas Metana pada Domba Lokal dengan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Deposisi Energi dan Produksi Gas Metana pada Domba Lokal dengan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Deposisi Energi dan Produksi Gas Metana pada Domba Lokal

dengan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda

(Energy Deposition and Methane Gas Production in Local Rams

with Different Feeding Times)

Aprilliza MN1, Purnomoadi A2, Rianto E2, Pamungkas D1

1Loka Penelitian Sapi Potong, Jl. Pahlawan 2, Grati, Pasuruan 2

Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro mozartaprilliza@gmail.com

ABSTRACT

This study was conducted to assess the utilization of energy in local ram being fed at different times. The materials used in this study were 12 local rams with an initial body weight of 24.15±2.5 kg (CV=10.51%) and age of 1-1.5 years. Feed that given was complete feed in the form of a pellet. This study used a completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 4 replications. The treatments applied were feeding time, i.e. feeding time from 6 am to 6 pm (T1), feeding time from 6 pm to 6 am (T2), and feeding time for 24 hours a day (T3). The parameters observed were dry matter intake (DMI), average daily gain (ADG), TDN intake, methane gas production, and digestible energy. The results showed that all the observed parameters were not significantly different (P>0.05). The averages of DMI, TDN intake, ADG, methane gas production, and digestible energy were 1,107.9 g/day, 690.5 g, 103.8 g, 22.8 g/KgDMI, and 73.7%, respectively. It was concluded that feeding time had no effect on the utilization of dietary energy utilization in local rams.

Key words: Local ram, dry matter intake, average daily gain, methane gas production, digestible energy

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan energi pada domba lokal jantan pada waktu pemberian pakan yang berbeda. Materi yang digunakan dalam penelitian berupa 12 ekor domba lokal jantan dengan bobot badan awal rata-rata 24,15±2,5 kg (CV=10,51%) dan umur 1-1,5 tahun. Pakan yang diberikan berupa complete feed berbentuk pelet. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah waktu pemberian pakan, yaitu pemberian pakan pada jam 6 pagi sampai jam 6 sore (T1), pemberian pakan pada jam 6 sore sampai jam 6 pagi dan (T2), dan pemberian pakan selama 24 jam (T3). Parameter yang diamati adalah konsumsi bahan kering (BK), konsumsi total digestible nutrients (TDN), pertambahan bobot badan harian (PBBH), produksi gas metana, dan kecernaan energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua parameter yang diamati tidak berbeda nyata (P>0,05). Rata-rata konsumsi BK, konsumsi TDN, PBBH, produksi gas metana, dan kecernaan energi berturut- turut adalah 1.107,9 g, 690,5 g, 103,8 g, 22,8 g/KgBK, dan 73,7%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa waktu pemberian pakan belum mampu meningkatkan pemanfaatan energi pakan pada domba lokal jantan.

Kata kunci: Domba lokal jantan, konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian, produksi gas metana, kecernaan energi

(2)

PENDAHULUAN

Ternak domba memiliki kisaran suhu nyaman sekitar 38,3-39,9°C (Yousef 1985) sehingga keberadaan ternak di luar suhu nyaman akan menyebabkan pergeseran energi pakan untuk termoregulasi dari produksi. Salah satu zat gizi pakan yang dibutuhkan ternak adalah sumber energi. Energi merupakan segala sesuatu yang terdapat di dalam bahan pakan diubah menjadi gerak dalam tubuh ternak (Ensminger 1993). Energi tersebut oleh ternak digunakan untuk memelihara tubuh (hidup pokok), apabila konsumsi energi melebihi kebutuhan hidup pokok, maka ternak tersebut akan menggunakannya untuk pertumbuhan dan berproduksi (Tillman et al. 1998). Manajemen pemberian pakan dapat mendukung ternak dalam memenuhi pemanfaatan nutrien. Sesuai dengan pernyataan Suherman (2014), bahwa manajemen cuaca lingkungan dapat diterapkan melalui pengaturan waktu pemberian pakan yang tepat berdasarkan cuaca lingkungan yang sesuai. Manajemen pakan dan cuaca lingkungan berfungsi agar produksi dan pelepasan panas tubuh seimbang. Suhu pada siang hari, suhu lingkungan cenderung lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan cekaman panas, dan sebaliknya pada malam hari suhu lingkungan cenderung lebih rendah sehingga ternak mengalami cekaman dingin. Lingkungan dengan suhu dan kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan ternak menjadi stres karena sistem pengaturan panas tubuh ternak dengan lingkungannya menjadi tak seimbang. Pemberian pakan setelah siang hari dapat mencegah terjadinya puncak metabolisme dan beban panas lingkungan yang diterima (Brosh et al. 1998). Davis & Mader (2004) melaporkan bahwa mengubah waktu makan dapat menurunkan stress panas secara signifikan. Mempertimbangkan hal tersebut, penelitian bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan energi pakan pada domba lokal jantan yang diberi pakan pada waktu siang dan malam hari. Manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah dapat memberikan rekomendasi tentang waktu pemberian pakan yang tepat ditinjau dari pemanfaatan energi.

MATERI DAN METODE Materi

Materi penelitian berupa 12 ekor domba lokal jantan dengan bobot badan rata-rata 24,12±2,5 kg (CV=10,51%) dan umur sekitar 1 tahun. Domba tersebut ditempatkan di kandang individual yang dilengkapi tempat pakan dan minum. Pakan yang diberikan adalah pakan komplit berbentuk pelet yang tersusun dari bekatul padi (45%), jerami gandum (28%), bungkil kedelai (13%), gaplek (11%) dan molasses (3%). Setiap pembuatan pakan komplit ditambahkan 1% mineral. Pakan tersebut memiliki kadar bahan kering (BK) 84,17%, abu 8,18%, protein 16,6%, lemak 2,59%, serat kasar (SK) 18,95%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 56,27%, dan total digestible nutrients (TDN) sebesar 67,36%.

Metode

Peralatan yang digunakan adalah timbangan (Henherr®) berkapasitas 40 kg, timbangan (Ion Scale®) berkapasitas 5 kg, tempat penampungan feses yang telah dilengkapi dengan saringan, serta alat penampung urin berupa jerigen dan saringan. Oven merek Binder digunakan untuk mendapatkan bahan kering pakan, feses, dan urin.

(3)

dengan IBM PC digunakan untuk mengukur energi metana. Bomb calorimeter digunakan untuk mengukur energi pakan, feses dan urin.

Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan yaitu: T1 : Pemberian pakan pada siang hari (pukul 06.00-18.00); T2 : Pemberian pakan pada malam hari (pukul 18.00-06.00); dan T3 : Pemberian pakan pada siang dan malam hari (pukul 06.00-06.00).

Prosedur penelitian

Penelitian dilakukan dalam 4 tahap yaitu: tahap persiapan, tahap adaptasi, tahap pendahuluan, dan tahap perlakuan. Tahap persiapan (4 minggu) meliputi penyiapan kandang, peralatan, ternak, bahan pakan, menyusun dan membuat pakan komplit. Tahap adaptasi (4 minggu) bertujuan untuk menyesuaikan ternak dengan kondisi lingkungan yang baru, pakan, dan metode pemeliharaan yang diterapkan dalam penelitian. Tahap perlakuan (10 minggu) yaitu tahap pengambilan data. Pada awal tahap perlakuan dilakukan penimbangan bobot awal domba. Pemberian complete feed berdasarkan kebutuhan bahan kering yaitu 5% dari bobot badan ternak, dan apabila habis terkonsumsi, keesokan harinya ditambah 10% dari kebutuhan hari sebelumnya. Ternak pada T1 diberi pakan pada pukul 06.00 dan 12.00, kemudian tempat pakan diangkat pada pukul 18.00. Perlakuan T2 ternak diberi pakan pada pukul 18.00 dan 00.00 kemudian tempat pakan diangkat pada pukul 06.00. Pakan pada T3 tersedia selama 24 jam, yang diberikan pada pukul 06.00, 12.00, 18.00 dan 00.00. Minggu ke-5 dilakukan total koleksi feses dan urin selama 7 hari, untuk keperluan analisis kandungan protein feses dan urin.

Parameter penelitian yang diamati adalah konsumsi bahan kering (BK), konsumsi TDN, PBBH, produksi gas metana, dan kecernaan energi. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi menurut Gaspersz (1995). Uji jarak berganda Duncan dilakukan apabila terdapat hasil yang berbeda nyata.

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi bahan kering dan konsumsi total digestible nutrients

Konsumsi BK dan TDN pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan. Konsumsi BK dan TDN rata-rata adalah 1.107,9 dan 690,5 g/hari. Hal tersebut diduga karena temperatur pada siang dan malam hari masih dalam zona thermoneutral ternak, sehingga tidak berpengaruh terhadap konsumsi BK dan TDN. Saat penelitian ini berlangsung, rata-rata suhu pada siang hari yaitu 27,9°C; kelembaban 75%, sedangkan rata-rata suhu pada malam hari yaitu 25,2°C; kelembaban 81%. Peningkatan dan penurunan konsumsi ternak, berkaitan dengan upaya ternak untuk meningkatkan tambahan panas dari dalam tubuh apabila suhu lingkungan dingin atau menurunkan tambahan panas dari dalam tubuh apabila suhu lingkungan panas (Yani & Perwanto 2005). Sejalan dengan Isroli (2004) yang menyatakan bahwa suhu thermoneutral untuk ternak domba antara 18-30°C.

(4)

Pertambahan bobot badan harian

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) antar perlakuan pakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada waktu pemberian pakan yang berbeda. Nilai PBBH yang tidak berbeda karena dipengaruhi oleh konsumsi pakan yang tidak berbeda nyata pula dan domba masih berada pada suhu lingkungan yang nyaman, sebagaimana pendapat Sodiq & Abidin (2002) yang menyatakan bahwa temperatur lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan, kemudian cekaman suhu di atas suhu normal akan mengakibatkan konsumsi pakan menurun sehingga laju pertumbuhan menurun. Pertambahan bobot badan harian pada penelitian ini rata-rata adalah 103,8 g/ekor, lebih rendah dibanding penelitian Rianto et al. (2004) yang melaporkan bahwa PBBH pada domba lokal yang diberi pakan dengan kualitas bagus serta dengan kuantitas memadai dapat mencapai 120 g.

Tabel 1. Rata-rata konsumsi bahan kering, TDN, PBBH, produksi gas metana, dan kecernaan energi domba lokal jantan

Parameter T1 T2 T3 Rata-rata

Konsumsi BK (g/hari) 1.099,0±372,2 984,5±146,7 1.240,4±132,9 1.107,9 Konsumsi TDN (g/hari) 766,1±291,9 586,1±121,9 719,3±85,8 690,5

PBBH (g) 110,6±0,05 87,7±0,02 113,3±0,03 103,8

Produksi gas metana (g/KgBK)

27,3±13,8 20,8±3,9 20,3±9,4 22,8

Kecernaan energi (%) 74,5±5,5 73,2±5,6 74,3±0,9 73,7

Keterangan: Tidak berbeda nyata (P>0,05) BK : Bahan kering

TDN : Total digestible nutrients

PBBH : Pertambahan bobot badan harian

Produksi gas metana

Jumlah gas metana yang dihasilkan dari tiap perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05), dengan rata-rata 22,8 g/KgBK. Tidak adanya perbedaan energi metana yang dihasilkan, dikarenakan perbedaan waktu pemberian pakan tidak menyebabkan perbedaan konsumsi BK dan TDN. Peningkatan konsumsi pakan cenderung akan meningkatkan produksi gas metana, karena proses pencernaan pakan di dalam rumen juga akan meningkat dan hasil akhir proses pencernaan pakan adalah gas metana, karbon dioksida, dan VFA. Kurihara et al. (1997) menyatakan bahwa produksi gas metana dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kualitas pakan, kandungan serat kasar, konsumsi pakan, dan kecernaan pakan. Pada suhu 40°C ternak akan mengalami peningkatan produksi gas metana, dikarenakan terjadinya peningkatan suhu lingkungan yang memberikan pengaruh pada rencahnya kecernaan pakan, berbeda dengan ternak yang berada pada suhu nyaman antara 25-30°C memiliki tingkat kecernaan pakan yang lebih baik dan produksi gas metana yang lebih rendah pula (Yadav et al. 2013)

(5)

Kecernaan energi

Kecernaan energi tiap perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada domba percobaan, dengan rata-rata 73,7% dari total konsumsi energi total. Hal ini diduga karena perlakuan pemberian pakan pada waktu yang berbeda, tidak menyebabkan terjadinya perbedaan konsumsi BK dan TDN, maupun proses metabolisme pakan dalam tubuh ternak. Bhattacharya & Uwayjan (1975) dalam temuannya menyebutkan bahwa kecernaan energi pada domba Awasi ketika dalam cekaman panas sebesar 71,10% dari energi yang terkonsumsi, sedangkan ketika dalam suhu nyaman sebesar 74,03%. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa tingkat kecernaan energi pada domba kastrasi dewasa yang dipelihara pada suhu sekitar 21-25°C yaitu sebesar 55,3% dari energi yang terkonsumi (Machado et al. 2015).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa waktu pemberian pakan belum mampu meningkatkan pemanfaatan energi pakan pada domba lokal jantan. Pakan sebaiknya tetap diberikan pada siang dan malam hari agar ternak dapat mengakses pakan sepanjang hari, sehingga produktivitasnya dapat optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Bhattacharya AN, Uwayjan M. 1975. Effect of high ambient temperature and low humidity on nutrient utilization and on some physiological responses in Awasi sheep fed different levels of roughage. J Anim Sci. 40:320-328.

Brijesh Y, Gynendra S, Dutta N, Seijan V. 2013. A review: Impact of heat stress on rumen functions. Vet World. 6:992-996.

Brosh A, Aharoni Y, Degen AA, Wright D, Young B. 1998. Effect of Solar radiation, dietary, energy and time of feeding on thermoregulatory responses, and energy balance in cattle in a hot environment. J Anim Sci. 76:2671-2677.

Dadang S. 2014. Efek waktu pemberian pakan dan level energi terhadap cekaman panas berdasarkan suhu rektal dan kulit sapi dara fries holland. J Sains Peternakan Indonesia. 9:117-128.

Davis MS, Mader TL. 2004. Effect of management strategies on reducing heat stress of feedlot cattle: Feed and water intake. J Anim Sci. 82:3077-3087.

Ensminger ME. 1993. Dairy cattle sciences. 3rd ed. Danville (USA): Interstate Publisher. Isroli S, Santoso AB, Haryati N. 2004. Respon termoregulasi dan kadar urea darah domba

Garut betina dewasa yang dipelihara di dataran tinggi terhadap pencukuran wool. J Pengembangan Peternakan Tropis. 2:110-114.

Kurihara M, Takashi S, Kume T. 1997. The effects of environmental temperature on the energy metabolism of lactating cows given silage and hay. Anim Sci Technol. 63:831-839.

Machado FS, Rodriguez NM, Goncalves LC, Rodrigues JAS, Ribas MN, Possas FP, Jayme DG, Pereira LGR, Chaves AV, Tomich TR. 2015. Energy partitioning and methane emission by sheep fed sorghum silages at different maturation stages. Arg Bras Med Vet Zootec. 67:790-800.

(6)

Rianto E, Budiharto M, Arifin M. 2004. Proporsi daging, tulang, dan lemak karkas domba Ekor Tipis Jantan akibat pemberian ampas tahu dengan aras yang berbeda. Prosiding Semnar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor (Indonesia): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm. 309-313.

Sodiq A, Abidin Z. 2002. Penggemukan domba. Jakarta (Indonesia): Agromedia Pustaka. Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S. 1998. Ilmu makanan ternak dasar. Yogyakarta

(Indonesia): Gadjah Mada University Press.

Yani A, Purwanto P. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respon fisiologis sapi peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya. Media Peternakan. 29:35-46.

Yousef MK. 1985. Thermoneutral zone. Dalam: Yousef MK, penyunting. Stress physiology of livestock. Vol I. Florida (USA): CRC Press Inc.

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata konsumsi bahan kering, TDN, PBBH, produksi gas metana, dan

Referensi

Dokumen terkait

Bila dibandingkan berdasarkan konversi clan selcktivitas secara keseluruhan dari kedua katalis tersebut maka katalis Cu-Zn-Al2/y-Al 2 0 3 katalis dengan kandungan Cu

Baiknya Peranan Bidang Humas pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Bengkulu dapat ditunjukkan oleh terlaksananya sebagian besar dari rangkaian

[r]

Bila dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya dengan parameter kesamaan umur pohon 15 tahun, hasil waktu tempuh iris alat sadap karet semi mekanis dengan 6 mata

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: 1) Faktor predisposisi ( predisposing factors ),

Bagi cabaran road relay ini pasukan AW – PSIS dibahagikan kepada 3 kumpulan kecil dengan setiap satu berkekuatan 4L dan 1P tidak termasuk anggota simpanan 2L dan 1P (Total

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pilihan karier merupakanimplementasi dari konsep diri dan rangkaian pekejaan, jabatan dan kedudukan yang

Hal ini dapat ditunjukkan dengan menganalisis data berusaha agar tidak mengurangi makna simboliknya (Zuchdi, 1993: 53). Pada penelitian ini, inferensi dilakukan terlebih dahulu