HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP TERJADINYA
SMOKER’S MELANOSIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi
Oleh :
LYSA SABRINA SITEPU NIM : 060600032
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2010
Lysa Sabrina Sitepu
Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap Terjadinya Smoker’s Melanosis di
Kalangan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara.
x + 45 halaman
Latar belakang : Merokok sudah menjadi kebiasaan yang meluas di masyarakat
tetapi kebiasaan merokok ini jarang diakui orang sebagai kebiasaan yang buruk.
Merokok dapat merusak kehidupan pribadi bahkan menurunkan kualitas kehidupan
pada masa akan datang. Rangsangan asap rokok yang lama pada saat menghisap
rokok dengan berbagai cara dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang bersifat
merusak bagian mukosa mulut yang terkena yaitu menyebabkan terjadinya smoker’s
melanosis.
Metode penelitian : Penelitian ini dilakukan survei analitik menggunakan
cross-sectional dengan menggunakan teknik kuesioner dan pemeriksaan terhadap 82 subjek
penelitian merokok dan 82 subjek penelitian tidak merokok pada mahasiswa
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Hasil : Pada penelitian ini terdapat hubungan kebiasaan merokok ( jenis rokok, lama
merokok, jumlah rokok dan cara merokok) terhadap terjadinya smoker’s melanosis.
sedangkan pada 82 responden tidak perokok terdapat 9 responden (10.97%)
mengalami melanosis. Semakin lama merokok dan semakin banyak jumlah rokok
yang dihisap maka insidens terjadinya smoker’s melanosis semakin tinggi. Perokok
yang merokok melalui paru dalam dapat menimbulkan terjadinya smoker’s
melanosis.
Kesimpulan : Ada hubungan jenis rokok terhadap terjadinya smoker’s melanosis
karena kandungan nikotin yang terdapat di dalam rokok sehingga dapat mengaktivasi
produksi melanin. Ada hubungan lama merokok terhadap terjadinya smoker’s
melanosis karena semakin lama merokok, semakin tinggi kandungan melanin dalam
jaringan konektif . Ada hubungan jumlah rokok yang dihisap terhadap terjadinya
smoker’s melanosis karena pigemntasi akan meningkat diantara perokok berat. Ada
hubungan cara menghisap rokok terhadap terjadinya smoker’s melanosis karena akan
meningkatkan melanin.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap
Terjadinya Smoker’s Melanosis Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara” sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan
penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Nazruddin,drg.,C.Ort.,Ph.D,Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Wilda Hafni Lubis,drg, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan selaku Ketua Departemen Ilmu
Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh staf pengajar khususnya staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut
melaksanakan perkuliahan dan penyusunan skripsi di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Cut Nurliza, drg.,M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
5. Ayahanda Drs.H.R.Sitepu,M.Si dan ibunda Dra.L.Pangaribuan,M.S, abangku
Ronald Sitepu,SP dan kak Ribka Tarigan,A.md yang senantiasa mendoakan,
menyayangi, membimbing dan mendukung penuh baik moril maupun materiil
kepada penulis sehingga penulis dapat mengecap masa pendidikan hingga selesai
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
6. Tak lupa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada penulis
sampaikan kepada mahasiswa FMIPA USU yang telah bersedia bekerjasama
dengan baik dalam penelitian ini.
7. Sahabatku Imme, Eva,Riza, Lusi, Octa, Ruth, Nurhayati, Briliana, Suryana,Dewi,
Muktar, dan teman stb 2006 yang lainnya telah memberikan semangat, dukungan
dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sepupuku Glory
L.Toruan, Sondang L.Toruan drg., Kafrida drg. ,bg Romi Stp yang telah
memberikan semangat, dukungan dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dalam masyarakat.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………
HALAMAN PERSETUJUAN……….
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……….
KATA PENGANTAR………... iv
DAFTAR ISI………. vi
DAFTAR GAMBAR……….. viii
DAFTAR TABEL……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN……….. x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……….... 1
1.2. Rumusan Masalah………... 3
1.3. Hipotesis Penelitian... 4
1.4.Tujuan Penelitian………. 4
1.5. Manfaat Penelitian……… 5
2.2.Cara Menghisap Rokok………... 7 3.1 Rancangan Penelitian………. 20
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian……… 20
3.3 Populasi dan Sampel……….………. 20
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi………. 22
3.5 Variabel Penelitian………. 22
3.6 Defenisi Operasional……….. 23
3.7 Sarana Penelitian……… 24
3.8 Cara Pengumpulan Data………. 24
3.9 Pengolahan Data………. 25
3.10.Analisa Data... 25
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Responden ... 26
4.2.Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Terhadap Terjadinya Melanosis Rongga Mulut... 31
BAB 5 PEMBAHASAN...………... 36
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan………. 41
6.2 Saran………... 41
DAFTAR PUSTAKA………. 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Bahan-bahan berbahaya pada rokok………... 9
2 Smoker’s Melanosis……… 14
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Ada Tidaknya
Melanosis Rongga Mulut... 26
2 Persentase Responden Tidak Perokok Berdasarkan Ada Tidaknya Melanosis Rongga Mulut... 27
3 Persentase Responden Tidak Perokok Berdasarkan Umur ... 27
4 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Umur... 28
5 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Usia Awal Merokok... 28
6 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Jenis Rokok... 29
7 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Lama Merokok... 29
8 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Jumlah Rokok... 30
9 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Cara Merokok... 30
10 Tabulasi Silang Antara Jenis Rokok dan Terjadinya Melanosis... 31
11 Tabulasi Silang Antara Lama Merokok dan Terjadinya Melanosis... 32
12 Tabulasi Silang Antara Jumlah Rokok dan Terjadinya Melanosis... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Lembaran Penjelasan Kepada Subjek Penelitian... 47
2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan... 49
3 Lembar Kuesioner Penelitian... 50
4 Lembar Persetujuan Etik Penelitian... 51
5 Lampiran Responden... 53
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2010
Lysa Sabrina Sitepu
Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap Terjadinya Smoker’s Melanosis di
Kalangan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara.
x + 45 halaman
Latar belakang : Merokok sudah menjadi kebiasaan yang meluas di masyarakat
tetapi kebiasaan merokok ini jarang diakui orang sebagai kebiasaan yang buruk.
Merokok dapat merusak kehidupan pribadi bahkan menurunkan kualitas kehidupan
pada masa akan datang. Rangsangan asap rokok yang lama pada saat menghisap
rokok dengan berbagai cara dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang bersifat
merusak bagian mukosa mulut yang terkena yaitu menyebabkan terjadinya smoker’s
melanosis.
Metode penelitian : Penelitian ini dilakukan survei analitik menggunakan
cross-sectional dengan menggunakan teknik kuesioner dan pemeriksaan terhadap 82 subjek
penelitian merokok dan 82 subjek penelitian tidak merokok pada mahasiswa
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Hasil : Pada penelitian ini terdapat hubungan kebiasaan merokok ( jenis rokok, lama
merokok, jumlah rokok dan cara merokok) terhadap terjadinya smoker’s melanosis.
sedangkan pada 82 responden tidak perokok terdapat 9 responden (10.97%)
mengalami melanosis. Semakin lama merokok dan semakin banyak jumlah rokok
yang dihisap maka insidens terjadinya smoker’s melanosis semakin tinggi. Perokok
yang merokok melalui paru dalam dapat menimbulkan terjadinya smoker’s
melanosis.
Kesimpulan : Ada hubungan jenis rokok terhadap terjadinya smoker’s melanosis
karena kandungan nikotin yang terdapat di dalam rokok sehingga dapat mengaktivasi
produksi melanin. Ada hubungan lama merokok terhadap terjadinya smoker’s
melanosis karena semakin lama merokok, semakin tinggi kandungan melanin dalam
jaringan konektif . Ada hubungan jumlah rokok yang dihisap terhadap terjadinya
smoker’s melanosis karena pigemntasi akan meningkat diantara perokok berat. Ada
hubungan cara menghisap rokok terhadap terjadinya smoker’s melanosis karena akan
meningkatkan melanin.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
World Health Organization telah menetapkan bahwa tanggal 31 Mei sebagai
hari bebas tembakau sedunia. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya perhatian
dunia terhadap akibat negatif rokok bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.1
Data WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa Indonesia mengkonsumsi
tembakau (rokok) sebesar 217.000 miliar batang sehingga Indonesia menempati
urutan kelima di antara negara-negara dengan tingkat agregat konsumsi tembakau
tertinggi dunia setelah Cina (1.697.291 miliar batang), Amerika (463.504 miliar
batang), Rusia (375.000 miliar batang), Jepang (299.085 miliar batang).2,13 Konsumsi
rokok meningkat terus sebesar 67% pada kurun waktu 1980-1990 dan menurun
sebesar 54% selama periode 1990-2000. Pada tahun 2001, konsumsi menurun sampai
199 milyar batang berdasarkan data United State Departement of Agriculture
(USDA) 1960-2002.3
Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya
umur, dari 0,7% (10-14 tahun) menjadi 24,2 % (15-19 tahun), melonjak ke 60,1 %
(20-24 tahun) yang umumnya kelompok umur 20-24 tahun adalah mahasiswa. Pada
kelompok umur 20-24 tahun memiliki prevalensi merokok paling tinggi disebabkan
karena kemudahan dalam mengakses rokok di dalam kampus.3,6
Kebiasaan merokok yang dapat merugikan diri sendiri telah terbukti
pernapasan, kanker paru, bronkhitis kronik, kenaikan tekanan darah, kanker mulut,
tenggorok, kerongkongan, serta gangguan pembuluh darah, gangguan kehamilan dan
cacat pada janin. Selain itu, dampak merokok pada mahasiswa dapat merusak
kehidupan pribadi bahkan menurunkan kualitas kehidupan pada masa akan
datang.1,7,8,9
Salah satu akibat dari kebiasaan merokok yang terjadi di rongga mulut adalah
smoker’s melanosis, menunjukkan prevalensi sekitar 31% yang terdapat pada
gingiva cekat mandibula di bagian labial. Ciri-cirinya adalah makula berwarna
kecoklatan, disebabkan karena meningkatnya produksi melanin oleh melanosit dan
letaknya dengan lapisan sel basal dan lamina propria, pigmentasinya bersifat
reversibel walaupun biasanya hilang setelah betahun-tahun atau setelah berhenti
kebiasaan merokok. Gambaran klinik pada melanosis menunjukkan sama dengan
pigmentasi dan makula melanotik. 10,11
Di Swedia, dari hasil studi terhadap 31.000 kulit putih, sebanyak 21.5%
perokok memperlihatkan smoker's melanosis, sementara hanya 3% of non-smokers
yang menderita lesi melanosis. Dalam sebuah studi terhadap subjek penelitian
komunitas Thailand dan Malaysia, hampir semua memperlihatkan pigmentasi
fisiologis tetapi perokok lebih banyak memperlihatkan pigmentasi di atas permukaan
rongga mulut. Studi di Nigeria melaporkan prevalensi 52% pigmentasi pada
perokok dan 6% pada tidak perokok. Mukosa bukal adalah tempat yang paling
Namun sampai saat ini belum diketahui dengan secara pasti apakah kebiasaan
merokok yang dapat menimbulkan terjadinya smoker’s melanosis, sehingga perlu
dilakukan penelitian khususnya dikalangan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU). Hasil penelitian ini
nantinya diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan usaha
memberikan pengetahuan tentang kebiasaan merokok yang dapat menyebabkan
timbulnya smoker’s melanosis.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
masalah umum yaitu
Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya smoker’s
melanosis di kalangan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara?
Masalah khusus yang dapat dirumuskan yaitu :
1. Apakah ada hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan smoker’s
melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara ?
2. Apakah ada hubungan hubungan antara lama merokok dengan smoker’s
melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
3. Apakah ada hubungan hubungan antara jumlah rokok yang dihisap
dengan smoker’s melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara ?
4. Apakah ada hubungan hubungan antara cara menghisap rokok dengan
smoker’s melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara ?
1.3.Hipotesis Penelitian
Ada hubungan kebiasaan merokok terhadap terjadinya smoker’s melanosis di
kalangan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara.
1.4.Tujuan Penelitian
Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara kebiasaan merokok dengan smoker’s melanosis rongga mulut pada mahasiswa
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan
smoker’s melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas Matematika
2. Untuk mengetahui hubungan antara lama merokok dengan smoker’s
melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan
smoker’s melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
4. Untuk mengetahui hubungan antara cara menghisap rokok dengan
smoker’s melanosis rongga mulut pada mahasiswa Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
1.5.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dilihat antara lain:
1. Dapat memberikan informasi mengenai efek kebiasaan merokok terhadap
perubahan mukosa yang terjadi pada rongga mulut.
2. Dapat menggalakkan usaha preventif dan promotif untuk mencegah
terjadinya melanosis rongga mulut.
3. Dapat memberikan informasi bagi dokter gigi maupun tenaga medis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.5 Rokok merupakan benda yang
sudah tak asing lagi bagi masyarakat. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat
umum dan meluas di masyarakat tetapi kebiasaan merokok sulit dihilangkan dan
jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk.7,9 Sementara, alasan utama
merokok adalah cara untuk bisa diterima secara sosial, melihat orang tuanya
merokok, menghilangkan rasa jenuh, ketagihan dan untuk menghilangkan stress.5,7
2.1.Sejarah Rokok
Awal mula perkenalan dunia pada tembakau dan kebiasaan merokok tak bisa
dilepaskan dari peristiwa penemuan benua Amerika oleh para pelaut Spanyol di
bawah pimpinan Christopher Colombus, melihat bangsa Indian mempergunakan daun
kering dengan berbagai cara, salah satu diantaranya dengan membakarnya sebagai
rokok yang mendatangkan kenikmatan pada tubuh mereka, menciptakan rasa
nyaman dan mengurangi kelelahan.13
Sejarah rokok daun tembakau dipopulerkan pada abad XVI di Eropa, jumlah
perokok terus meningkat. Bangsa Spanyol dan Portugis bersama menanam tembakau
istilah Nicotiane untuk menyebut jenis tanaman obat (tembakau) yang dimaksud.
Pada abad XVIII orang Rusia mengenal cara baru menikmati tembakau dengan
menggunakan pipa air, yang sebelumnya telah populer di kalangan orang Turki.
Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi
berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual dan pengobatan,
di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata.13,14
Merokok yang semula bertujuan untuk pengobatan akhirnya menjadi
penyebab banyak kelainan dan penyakit. Salah satu berhubungan dengan sistem
kardiovaskuler, merokok juga berhubungan dengan jaringan lunak dan keras di
rongga mulut karena merupakan awal terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran
rokok, maka mukosa mulut juga mempunyai dampak akibat dari merokok.16
2.2.Cara Menghisap Rokok
Penggunaan daun tembakau yang paling dominan adalah dengan cara dirokok
dimana daun tembakau kering digulung dengan pembungkus atau menggunakan pipa.
Setiap orang mempunyai cara masing-masing menghisap rokok, ada yang menghisap
dari mulut kemudian asap rokok dikeluarkan melalui mulut atau hidung dan dengan
berbagai cara yang lain. Secara garis besar dapat dibedakan tiga macam penghisap
rokok, yaitu perokok paru mulut yang mana tipe ini hanya menghisap asap rokok
sampai rongga mulut saja, perokok yang menghisap asap rokok sampai ke dalam
paru-paru disebut perokok paru dalam, perokok yang menghisap rokok sampai ke
dalam paru, menahan napas sebentar dan baru menghembuskannya keluar disebut
2.3.Jenis Rokok
Bahan baku rokok hanya tembakau baik menggunakan filter maupun non
filter dikenal sebagai rokok putih. Rokok kretek adalah rokok dengan atau tanpa filter
yang menggunakan tembakau rajangan dengan cengkeh rajangan digulung dengan
kertas sigaret boleh memakai bahan tambahan asalkan diizinkan pemerintah. Rokok
campuran adalah rokok yang dihisap oleh seseorang dalam waktu tidak tentu dengan
jenis rokok kretek maupun rokok putih. Rokok filter adalah rokok yang bagian
pangkalnya terdapat gabus. Rokok non filter adalah rokok yang bagian pangkalnya
tidak terdapat gabus. 15
2.4.Kandungan Rokok
Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang
dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia.5,7,13,16 Secara umum bahan-bahan ini
dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas (92%) dan komponen
padat atau partikel (8%).7,8 Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup
melalui dua komponen. Pertama, komponen yang lekas menguap berbentuk gas.
Kedua, komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat.
Dengan demikian, asap rokok yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85 persen dan
sisanya berupa partikel. Asap yang dihasilkan rokok terdiri dari asap utama (main
stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama adalah asap
tembakau yang dihisap langsung oleh perokok, sedangkan asap samping adalah asap
tembakau yang disebarkan ke udara bebas, sehingga dapat terhirup oleh orang lain
Komponen gas asap rokok adalah karbonmonoksida, amoniak, asam
hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin,
karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker
(karsinogen).7 Nikotin paling banyak dijumpai di dalam rokok. Kadar nikotin pada
rokok putih adalah 4-5mg, sedangkan pada rokok kretek adalah 5 mg.24 Kandungan
kadar karbon monoksida di dalam rokok kretek lebih rendah daripada di dalam rokok
putih.14 Kadar tar pada rokok putih adalah 14-15 mg, sedangkan pada rokok kretek
adalah 20 mg.24
Gambar 1. Bahan-bahan berbahaya pada rokok
2.5. Efek Merokok Terhadap Mukosa Mulut
Merokok merupakan salah satu faktor etiologi penunjang kelainan mukosa
merangsang infeksi mukosa. Merokok dapat memperlambat penyembuhan luka. Dry
socket terjadi empat kali lebih banyak pada perokok daripada bukan perokok.8
Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang
dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, bahkan berhubungan dengan
dalamnya hisapan rokok yang dilakukan.23 Artinya, makin banyak rokok yang
dihisap, makin lama kebiasaan merokok, makin tinggi kadar tar dan nikotin yang
dihisap, makin dalam seseorang menghisap rokoknya, maka semakin tinggi efek
perusakan yang akan diterima orang tersebut.2 Menurut Smet ada tiga tipe perilaku
merokok menurut banyaknya rokok yang dihisap yaitu perokok berat menghisap
rokok lebih dari 15 batang dalam sehari, perokok sedang menghisap rokok 5-14
batang dalam sehari, dan perokok ringan menghisap rokok 1-4 batang dalam sehari.6
Rongga mulut sangat mudah terpapar efek yang merugikan akibat merokok.7
Rokok yang dihisap dengan tarikan berat dan panjang akan menghasilkan lebih
banyak asap rokok dibandingkan dengan rokok yang dihisap dengan tarikan pelan
dan tiupan cepat. Temperatur rokok pada bibir adalah 30 0C, sedangkan ujung rokok
yang terbakar jauh lebih panas karena ditandai dengan bara api pada ujung yang
dibakar. Asap panas yang berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut
merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan
mengurangi pengeluaran ludah. Akibatnya rongga mulut menjadi kering dan lebih
penyebab penyakit jaringan pendukung gigi dibandingkan mereka yang bukan
perokok. 7
Pengaruh asap rokok secara langsung adalah iritasi terhadap gusi dan secara
tidak langsung melalui produk-produk rokok seperti nikotin yang sudah masuk
melalui aliran darah dan ludah, jaringan pendukung gigi yang sehat seperti gusi,
selaput gigi, semen gigi dan tulang tempat tertanamnya gigi menjadi rusak karena
terganggunya fungsi normal mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan dapat
merangsang tubuh untuk menghancurkan jaringan sehat di sekitarnya.7 Gusi seorang
perokok juga cenderung mengalami penebalan lapisan tanduk. Daerah yang
mengalami penebalan ini terlihat lebih kasar dibandingkan jaringan di sekitarnya dan
berkurang kekenyalannya. Penyempitan pembuluh darah yang disebabkan nikotin
mengakibatkan berkurangnya aliran darah di gusi sehingga meningkatkan
kecenderungan timbulnya penyakit gusi. Nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak
rongga mulut termasuk gusi melalui aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan
gigi dan akar.23
Pada perokok terdapat penurunan zat kekebalan tubuh (antibodi) yang
terdapat di dalam ludah yang berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga mulut
dan terjadi gangguan fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Sel pertahanan tubuh tidak
dapat mendekati dan memakan bakteri-bakteri penyerang tubuh sehingga sel
infeksi. 7 Jumlah rokok yang dihisap lebih penting daripada lamanya merokok karena
menunjukkan keretanan individu terhadap suatu penyakit. 8
Beberapa dampak negatif merokok terhadap mukosa mulut adalah kanker
rongga mulut, leukoplakia, stomatitis nikotin, keratosis rokok, smoker’s melanosis,
fibrosis submukosa, dan hairy tongue. 17-20 Salah satunya adalah smoker’s melanosis.
“Melanosis gingiva” pigmentasi melanosis biasanya terjadi pada golongan
etnis kulit hitam.12,20 Melanin adalah pigmen yang memberikan warna pada kulit,
mata dan rambut. Melanin diproduksi secara khusus oleh melanosomes yang disintesa
oleh sel khusus yang tinggi disebut melanocytes. Melanin pada setiap etnik atau ras
mempunyai perbedaan. Pada orang kulit putih mempunyai lebih sedikit melanin dan
melanosomes dibandingkan dengan orang kulit gelap. Pigmentasi terjadi karena
sintesa melanin dan perpindahan melanin dari melanosomes ke keratinocytes.20
Pigmentasi yang terjadi dihubungkan dengan medikasi kemoterapi yang
menggunakan obat doxorubicin, busulfan, cyclophosphamide atau 5-fluorouracil.
Pada pasien AIDS yang menggunakan zidovudine (AZT), clofazimine atau
ketoconazolc dapat meningkatkan pigmentasi melanin.27
Smoker’s melanosis
Para peneliti telah menemukan bahwa adanya peranan pigmentasi melanin
diakumulasi oleh macam-macam obat seperti nikotin (bahan campuran polyacylic)
yang terkandung dalam sebatang rokok. Ketika nikotin berperan dalam afinitas
jaringan lainnya (seperti mukosa mulut). Nikotin yang terdapat dalam sebatang rokok
akan menstimulasi secara langsung melanocytes untuk meproduksi melanosomes,
dimana akan menghasilkan peningkatan endapan pigmen melanin pada basil
melanosis dengan berbagai macam jumlah takaran melanin 12,21
Melanosis rongga mulut terjadi pengendapan melanin dalam lapisan sel basal
pasa lapisan epitelium mukosa mulut . Pigmentasi melanin pada membran mukosa
mulut secara normal dilihat mengelilingi daerah mukosa.17 Melanosis rongga mulut
adalah suatu lesi yang bersifat reversibel, dapat hilang apabila menghentikan
kebiasaan merokok.18,23
Smoker melanosis yang terjadi pada golongan etnis kulit hitam maupun kulit
putih, dimana meningkatnya pigmentasi yang berhubungan langsung dengan
kebiasaan merokok ( banyaknya jumlah rokok yang dihisap setiap hari, jenis rokok
yang dihisap, lama merokok dan cara seseorang menghisap rokok). Pigmentasi
gingiva meningkat sebanding dengan konsumsi tembakau. Adanya hipotesis yang
didapatkan bahwa kemungkinan nikotin menstimulasi aktivitas melanosit dan
produksi melanin atau berhubungan dengan ikatan melanin yang berbahaya pada
rokok tembakau.13,20
Gambaran klinis yang terlihat pada smokerr’s melanosis adalah menunjukkan
bercak coklat difus yang ukurannya beberapa sentimeter dan biasanya terdapat pada
gingiva anterior mandibula dan mukosa pipi.17 Pada perokok pipa menunjukkan
pigmentasi pada mukosa bukal. Pada beberapa orang menggunakan rokok seperti
pada palatum keras.12,25,26 Lesi ini tidak mempunyai symptom, perubahan yang
terjadi tidak menunjukkan premalignat.20 Gigi pada smoker’s melanosis menunjukkan
berwarna coklat muda sampai coklat tua dan disertai dengan halitosis menyertai
keadaan tersebut disebabkan oleh adanya perubahan aliran darah dan pengurangan
pengeluaran ludah mengakibatnya rongga mulut menjadi kering dan lebih anaerob. 19
Smoker’s melanosis biasanya terjadi pada Ras Kaukasian yang menunjukkan
prevalensi 31% pada gingiva cekat.10
Diagnosa banding dari Smoker’s melanosis adala
12
Perawatan yang dilakukan adalah menyuruh pasien untuk berhenti merokok
karena alasan kesehatan. Berhenti merokok biasanya menunjukkan hilangnya
melanosis selama beberapa periode sampai beberapa tahun. Program berhenti
merokok dengan konsultasi dan dibantu oleh lingkungan keluarga akan memberikan
keuntungan.12
2.6.Karakteristik Masa Dewasa Dini ( 18-25 Tahun)
Masa dewasa dini adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri
terhadap pola-pola kehidupan dan harapan-harapan sosial baru, dikatakan sebagai
masa sulit bagi individu karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan
ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk bisa mandiri.29 Smet
mengatakan bahwa anak usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara
11-13 tahun dan mereka umumnya merokok sebelum usia 18 tahun.28
Biasanya dimulai sejak usia 18 tahun merupakan masa mendekati kedewasaan
yang ditandai dengan pencapaian yaitu minat yang semakin mantap terhadap
fungsi-fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain
dan mendapatkan pengalaman baru, terbentuknya identitas seksual yang tidak
berubah lagi, egosentrisme digantikan dengan keseimbangan antara kepentingan diri
sendiran orang lain, tumbuh dinding pemisah antara masyarakat dan diri sendiri.30
Pada masa ini, individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu
bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap
perubahan tersebut.29
Pada masa dewasa ini , individu akan mencari identitas dirinya sehingga dia
berperilaku untuk “mencoba-coba” sebelum ia menentukan mana yang sesuai, cocok
dan memberi kepuasaan permanen. Ketika ia sudah menemukan pola hidup yang
diyakini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan mengembangkan pola-pola
perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa
terkendali. Ia cenderung labil, resah dan mudah memberontak. Pada masa ini juga,
emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Masa ini berbuat apa yang
dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat
apa yang diinginkan. Bahaya fisik yang paling penting dan paling umum dalam masa
dewasa ini adalah bentuk fisik dan penampilan yang kurang menarik yang
mempersulit penyesuaian diri pribadi dengan kehidupan sosial.29
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan
merokok. Secara umum dibagi dalam tiga bagian: 1) Faktor farmokologis, salah satu
zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin yang mempengaruhi perasaan atau
kebiasaan, 2)Faktor sosial, yaitu salah satu faktor yang membuat seseorang merasa
lebih diterima dalam lingkungan teman dan kelihatan dewasa, dan merasa lebih
nyaman, 3)Faktor psikologis, yakni dapat digunakan sebagai alat psikologis seperti
peningkatan penampilan dan kenyamanan psikologis. Di samping itu faktor lain yang
dapat mempengaruhi seseorang merokok adalah iklan yang dilakukan oleh industri
rokok.2
Laventhal dan Cleary menyatakan motif seseorang merokok terbagi menjadi
dua motif utama yaitu 31,32:
1. Faktor Psikologis
Pada umumnya faktor-faktor tersebut terbagi dalam lima bagian yaitu :
Perilaku merokok adalah sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa
adanya motif yang bersifat positif ataupun negatif. Seseorang merokok hanya untuk
meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu.
b. Reaksi emosi yang positif
Merokok digunakan untuk menghasilkan reaksi yang positif, misalnya rasa
senang, relaksasi dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukkan kejantanan
(kebanggaan diri) dan menunjukkan kedewasaan.
c. Reaksi untuk penurunan emosi
Merokok ditunjukkan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa,
ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain.
d. Alasan sosial
Merokok ditunjukkan untuk mengikuti kebiasaan merokok, identifikasi
perokok lain, dan menentukan image diri seseorang.
e. Kecanduan dan ketagihan
Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan karena
kandungan nikotin dalam rokok. Semula hanya mencoba-coba merokok, tetapi
akhirnya tidak dapat menghentikan kebiasaan tersebut karena kebutuhan tubuh akan
nikotin.
2. Faktor Biologis
Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang
2.7.Kerangka Teori
Smoker’s melanosis
Pendekatan Farmakologis
Pendekatan Sosial
Pendekatan Psikologis
Merokok
Jumlah Rokok Lama Merokok
2.8. Kerangka Konsep
Melanosis Tidak melanosis
Individu
Perokok : - Jenis rokok - Lama merokok - Jumlah rokok - Cara menghisap
rokok
Tidak perokok
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik yang menggunakan desain
cross-sectional, digunakan untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok terhadap
terjadinya smoker’s melanosis. 30,31
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara, dengan alasan populasi mahasiswa berjenis kelamin
laki-laki relatif jumlahnya banyak dan tempat penelitian terletak pada satu lokasi
sehingga mempermudah dalam pengumpulan data. Lamanya penelitian dilakukan
sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi.
3.3.Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang terdaftar aktif pada
tahun 2005-2010 .
2. Sampel
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang berusia 18-25 tahun, yang
diambil dalam penelitian ini, penulis menggunakan persentase insiden smoker’s
melanosis dari data yang telah ada yaitu 31%,11,12 diperoleh subjek penelitian dengan
menggunakan rumus untuk data kualitatif:32
Z α2 . p .q
n : jumlah subjek penelitian
Z α : deviasi normal yang distandarisasikan untuk α yang sesuai
α : tingkat kemaknaan α = 0.05 Z α =1.96
P : prevalensi smoker’s melanosis
q : ( 1- p)
d : tingkat penyimpangan yang dapat ditolerir (10%)
Jadi jumlah subjek penelitian adalah 82 orang perokok yang diambil dari
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Dalam penelitian ini, juga diambil subjek penelitian 82 responden tidak perokok
sebagai pengontrol.
Teknik pemilihan subjek penelitian ini adalah teknik purposive non
probability sampling, dimana pemilihan subjek penelitian bertitik tolak pada ciri-ciri
karakteristik yang telah didapat dari populasi sebelumnya yang ditetapkan dalam dua
3.4.Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi :
- Memiliki kebiasaan merokok sedikitnya 1 batang per hari selama
sekurang-kurangnya 1 tahun sampai pada saat penelitian dilakukan
(perokok rutin)
- Bersedia mengikuti penelitian
2. Kriteria Eksklusi :
- Kebiasaan merokok dilakukan hanya sewaktu-waktu (tidak perokok
rutin)
- Menolak turut serta dalam penelitian
3.5.Variabel Penelitian
Variabel bebas : Jumlah rokok yang dihisap
Lama merokok
Jenis rokok yang dihisap
Cara menghisap merokok
Variabel terikat : Smoker’s melanosis
Variabel terkendali : Umur mahasiswa : 18-25 tahun
Mahasiswa FMIPA Universitas Sumatera Utara
Berjenis kelamin laki-laki
3.6.Definisi Operasional
a) Smoker’s melanosis merupakan perubahan warna yang khas pada
permukaan mukosa yang terpajan, derajat pigmentasi berkisar dari coklat muda
sampai coklat tua.
b) Kebiasaan merokok meliputi :
- Perokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang per hari selama
sekurang-kurangnya 1 tahun.
- Kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang dilakukan seseorang dengan cara
menghisap rokok sedikitnya 1 batang per hari.
- Jumlah rokok adalah banyaknya batang rokok yang dihisap oleh seorang
perokok dalam 1 hari.
- Lama merokok adalah lama seseorang melakukan kebiasaan merokok
dimulai dari waktu pertama kali sampai penelitian dilakukan (tahun).
- Jenis rokok adalah berbagai bentuk rokok yang biasa digunakan dalam
keseharian :
1. Rokok kretek adalah rokok yang menggunakan bahan baku tembakau
dan cengkeh.
2. Rokok putih adalah rokok dengan menggunakan bahan baku
tembakau.
3. Rokok campuran adalah rokok yang dihisap oleh seseorang dalam
- Cara menghisap rokok adalah cara kebiasaan seseorang dalam
menggunakan rokok dalam keseharian:
1. Perokok paru mulut adalah hanya menghisap asap rokok sampai
rongga mulut saja.
2. Perokok paru adalah perokok yang menghisap asap rokok sampai ke
dalam paru.
3. Perokok paru dalam adalah perokok yang menghisap asap rokok
sampai ke dalam paru, menahan panas sebentar dan baru
menghembuskannya keluar.
3.7.Sarana Penelitian
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan rongga mulut adalah kaca mulut,
sarung tangan, masker dan lampu senter.
2. Formulir Pencatatan
Formulir Pencatatan terdiri dari :
- Blanko rekam medik yang mencakup data demografi (nama, umur,
jenis kelamin, alamat, suku bangsa).
- Blanko kuesioner mengenai kebiasaan merokok.
3.8.Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
consent dan bagi mahasiswa yang bersedia menjadi subjek penelitian kemudian
lakukan pemeriksaann klinis rongga mulut dengan bantuan 2 kaca mulut dan dengan
penerangan lampu senter, kemudian subjek penelitian diwawancarai mengenai
kebiasaan merokok.
3.9.Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program software
SPSS 17.0 for windows menurut tujuan penelitian.
3.10.Analisa Data
1. Kualitas Data
Dalam penelitian ini validitas item dianalisis dengan menggunakan komputer
program SPSS 17.0 for windows. 34
2. Uji Hipotesa
Dilakukan analisa bivariate untuk menguji apakah ada hubungan
antara-antara variabel yang diuji, yaitu jumlah rokok yang dihisap, lama merokok, jenis
rokok yang dihisap dan cara menghisap rokok, data analisis dengan menggunaka uji
statistik Pearson chi-square. Hasil analisa menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna apabila nilai p kurang dari 0,005 (α < 0,005).35
Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian
diintepretasikan untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian. Data deskriptif
mengenai karakteristik, distribusi dan frekuensi dari setiap variabel penelitian yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Responden
Setelah dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap 82
responden perokok, maka diperolehlah hasil sebagai berikut ;
Tabel 1 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Ada Tidaknya Melanosis
Rongga Mulut
Perokok Jumlah Persen (%)
Melanosis 53 64.63
Tidak melanosis 29 35.37
Total 82 100.00
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat dari 82 responden terdapat 53 responden
(64.63%) mengalami melanosis rongga mulut dan 29 responden (35.37%) tidak
mengalami melanosis rongga mulut. Dengan demikian, mayoritas responden perokok
mengalami melanosis.
Dalam penelitian ini responden tidak perokok merupakan pengontrol untuk
hasil penelitian perokok terhadap terjadinya smoker’s melanosis. Untuk lebih
Tabel 2 Persentase Responden Tidak Perokok Berdasarkan Ada Tidaknya
Melanosis
Tidak Perokok Jumlah Persen (%)
Melanosis 9 10.97
Tidak Melanosis 73 89.03
Total 82 100.00
Sumber: Data Primer,2010
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat dari 82 responden tidak perokok terdapat 9
responden (10.97%) mengalami melanosis rongga mulut dan 73 responden (89.03%)
tidak mengalami melanosis rongga mulut. Dengan demikian, mayoritas responden
tidak perokok tidak mengalami melanosis.
Tabel 3 Persentase Responden Tidak Perokok Berdasarkan Umur
No Kelompok Umur ( Tahun ) Jumlah Persen (%)
1 >20 tahun 21 25.60
2 18-20 tahun 61 74.40
Total 82 100.00
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 82 responden tidak perokok,
61 responden ( 74.40%) adalah kelompok umur 18-20 tahun dan 21 responden
(25.60%) adalah kelompok umur > 20 tahun. Dengan demikian, mayoritas responden
Selanjutnya, hasil penelitian pada perokok dapat ditunjukkan berdasarkan :
1. Umur
Tabel 4 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Umur
No Kelompok Umur ( Tahun ) Jumlah Persen (%)
1 >20 tahun 61 74.40
2 18-20 tahun 21 25.60
Total 82 100.00
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 82 responden, 61 responden
( 74,40%) adalah kelompok umur > 20 tahun dan 21 responden (25.60%) adalah
kelompok umur 18-20 tahun. Dengan demikian, mayoritas responden adalah berusia
> 20 tahun.
2. Usia Awal Merokok
Tabel 5 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Usia Awal Merokok
No Usia Awal Merokok Jumlah Persen (%)
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 82 responden, 48 responden
(58.50%) usia awal merokok antara 15-18 tahun, 20 responden (24.40%) usia awal
Dengan demikian, responden usia awal merokok paling tinggi pada kelompok 15-18
tahun (58.50%).
3. Jenis Rokok
Tabel 6 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Jenis Rokok
No Jenis Rokok Jumlah Persen (%)
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 82 responden, 37 responden
(45.10%) merokok jenis rokok putih, 23 responden (28.10%) merokok jenis rokok
campuran dan 22 responden ( 26.80%) merokok jenis rokok kretek. Dengan
demikian, jenis rokok yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah
rokok putih (45.10%).
4. Lama Merokok
Tabel 7 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Lama Merokok
No Lama Merokok Jumlah Persen (%)
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa dari 82 responden, 40 responden
dibawah 3 tahun dan 19 responden (23.20%) sudah merokok antara 3- 5 tahun.
Dengan demikian, sebagian besar responden sudah merokok di atas 5 tahun
(48.80%).
5. Jumlah Rokok
Tabel 8 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Jumlah Rokok
No Jumlah Rokok Jumlah Persen (%)
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa dari 82 responden, 38 responden
(46.30%) mengkonsumsi rokok antara 5-14 batang per hari, 29 responden (35.40%)
mengkonsumsi rokok antara > 14 batang per hari, dan 15 responden ( 18.30%)
mengkonsumsi rokok sebanyak lebih dari 14 batang per hari. Dengan demikan,
sebagian besar responden mengkonsumsi 5-14 batang per hari (46.30%).
6. Cara Menghisap Rokok
Tabel 9 Persentase Responden Perokok Berdasarkan Cara Menghisap Rokok
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa dari 82 responden, 32 responden
(39.00%) merokok melalui paru mulut,25 responden ( 30.50%) merokok melalui
paru dan 25 responden (30.50%) merokok melalui paru dalam. Dengan demikian,
sebagian besar responden merokok melalui paru mulut ( 39.00%).
4.2. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Terhadap Terjadinya
Melanosis Rongga Mulut
Analisis yang dilakukan pada penelitian menggunakan analisis deskriptif
dengan melihat tabulasi silang (cross-tab) kebiasaan merokok (jenis rokok, lama
merokok, jumlah rokok dan cara menghisap rokok) terhadap terjadinya melanosis
rongga mulut.
Tabel 10 Tabulasi Silang Antara Jenis Rokok dan Terjadinya Melanosis
Jenis
Rokok
Insiden Perokok
Melanosis Tidak melanosis Total Persen Sig-p
N % N % N % 0.044
Kretek 15 18.29 7 8.54 22 26.83
Putih 19 23.17 18 21.95 37 45.12
Campuran 19 23.17 4 4.88 23 28.05
Total 53 64.60 29 35.37 82 100.00
Sumber: Data Primer, 2010
Dari tabel 10 terlihat bahwa dari 22 responden(26.83%) yang merokok
menggunakan jenis rokok kretek, 15 responden (18.29%) yang mengalami melanosis
rongga mulut dan 7 responden (8.54%) tidak terjadi melanosis rongga mulut. Dari 37
mengalami melanosis rongga mulut dan 18 responden (21.95%) tidak terjadi
melanosis rongga mulut. Dari 23 responden (5%), 11 responden (26.19%) mengalami
melanosis rongga mulut dan 2 responden (4.76%) tidak terjadi melanosis rongga
mulut. Hal ini menunjukkan bahwa perokok yang menggunakan jenis rokok putih
yang paling tinggi menimbulkan melanosis.
Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai
signifikansi p = 0.044 atau < sig α (0.05). Dengan demikian, Ho ditolak atau H1
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis rokok berpengaruh signifikan
terhadap insiden melanosis karena nilai sig-hitung chi-square (0.044) < 0.05.
Tabel 11 Tabulasi Silang Antara Lama Merokok dan Terjadinya Melanosis
Lama
Merokok
Insiden Perokok
Melanosis Tidak melanosis Total Persen Sig-p
N % N % N % 0.000
> 5 tahun 39 47.56 1 1.22 40 48.78
3 – 5 tahun 12 14.63 7 8.54 19 23.17
<3 tahun 2 2.44 21 25.61 23 28.05
Total 53 64.63 29 35.37 82 100.00
Sumber: Data Primer, 2010
Dari tabel 11 terlihat bahwa dari 40 responden(48.78%) yang merokok > 5
tahun, 39 responden (47.56%) yang mengalami melanosis rongga mulut dan 1
responden (1.22%) tidak terjadi melanosis. Dari 19 responden (23.17%) merokok 3-5
tahun, 12 responden (14.63%) mengalami melanosis rongga mulut dan 7 responden
responden (2.44%) mengalami melanosis rongga mulut dan 21 responden (25.61%)
tidak terjadi melanosis rongga mulut.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
perokok diatas 5 tahun yang dapat menimbulkan melanosis.
Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai
signifikansi p = 0.000 atau < sig α (0.05). Dengan demikian, Ho ditolak atau H1
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa lama merokok berpengaruh signifikan
terhadap insiden melanosis karena nilai sig-hitung chi-square (0.000) < 0.05.
Tabel 12 Tabulasi Silang Antara Jumlah Rokok dan Terjadinya Melanosis
Jumlah
Rokok
Insiden Perokok
Melanosis Tidak Melanosis Total Persen Sig-p
N % N % N % 0.00
1-4 batang 0 0.00 15 18.29 15 18.29
5-14 batang 25 30.49 13 15.86 38 46.35
>14 batang 28 34.14 1 1.22 29 35.36
Total 53 64.63 29 35.37 82 100.00
Sumber: Data Primer, 2010
Dari tabel 12 terlihat bahwa dari 15 responden(18.29%) dengan jumlah rokok
1-4 batang, 15 responden (18.29%) tidak terjadi melanosis rongga mulut. Dari 38
responden (46.35%) dengan jumlah rokok 5-14 batang, 25 responden (30.49%)
mengalami melanosis rongga mulut dan 13 responden (15.86%) tidak terjadi
melanosis rongga mulut. Dari 29 responden (35.36%), 28 responden (34.14%)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perokok yang merokok lebih dari 14
batang yang dapat menimbulkan melanosis.
Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai
signifikansi p = 0.000 atau < sig α (0.05). Dengan demikian, Ho ditolak atau H1
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah rokok yang dihisap berpengaruh
signifikan terhadap insiden melanosis karena nilai sig-hitung chi-square (0.000) <
0.05.
Tabel 13 Tabulasi Silang Antara Cara Menghisap Rokok dan Terjadinya
Melanosis
Cara Menghisap
Merokok
Insiden Perokok
Melanosis Tidak Melanosis Total Persen Sig-p
N % N % N % 0.001
Paru Mulut 13 15.85 19 23.17 32 39.02
Paru 22 26.83 3 3.66 25 30.49
Paru Dalam 18 21.95 7 8.54 25 30.49
Total 53 64.63 29 35.37 82 100.00
Sumber: Data Primer, 2010
Dari tabel 13 terlihat bahwa dari 32 responden(39.02%) yang merokok
melalui paru mulut, 13 responden (15.85%) yang mengalami melanosis rongga
mulut dan 19 responden (23.17%) tidak terjadi melanosis rongga mulut. Dari 25
responden (30.49%) merokok melalui paru, 22 responden (26.83%) mengalami
melanosis rongga mulut dan 3 responden (3.66%) tidak terjadi melanosis rongga
mulut. Dari 25 responden (30.49%), 18 responden (21.95%) mengalami melanosis
demikian, dapat disimpulkan bahwa perokok yang merokok paru dapat menimbulkan
melanosis.
Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai
signifikansi p = 0.001 atau < sig α (0.05). Dengan demikian, Ho ditolak atau H1
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa cara menghisap rokok berpengaruh
signifikan terhadap insiden melanosis karena nilai sig-hitung chi-square (0.001) <
BAB V
PEMBAHASAN
Indonesia salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia dimana
konsumen rokok meningkat tiap tahunnya. 1,8 Menurut survei WHO (1996) merokok
masih didominasi oleh kaum pria sekitar 50-60% sedangkan wanita hanya 10%. 35
Dalam penelitian ini terlihat dari 82 responden yang mengambil bagian dari
penelitian ini berusia 18-25 tahun, kelompok yang terbanyak merokok adalah usia
diatas 20 tahun. Berdasarkan data WHO Indonesia, prevalensi merokok pada pria
meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur.1
Usia saat memulai kebiasaan merokok di kalangan mahasiswa dalam
penelitian ini mulai usia 15-18 tahun sebesar 58.50%, hal ini sama bila dibandingkan
dengan penelitian Survei Kesehatan Rumah Tangga (1986) merokok dimulai usia
15-19 tahun. 16 Sedangkan pada penelitian oleh WHO Indonesia yang mempunyai usia
15-19 tahun yang memulai kebiasaan merokok sebesar 59,1%, hal ini merupakan usia
memulai kebiasaan merokok yang paling tinggi. 1
Di Indonesia semakin meningkat minat masyarakat memilih rokok kretek
dibandingkan rokok putih. 37 Jenis rokok yang dikonsumsi masyarakat 80-95% yaitu
rokok kretek. Pada kalangan mahasiswa FMIPA USU persentase mengkosumsi jenis
rokok paling tinggi adalah rokok putih (45.10%). Hasil tersebut berbeda
menemukan sekitar 72% perokok menghisap rokok kretek, diikuti rokok campur
sebesar 20% dan rokok putih sebesar 6%. 36
Kebiasan merokok dapat menimbulkan kenikmatan bagi perokok sehingga
perokok mengalami ketergantungan dengan penghentian kebiasaan yang sulit
disebabkan oleh nikotin. Kadar 4-6 miligram/hari yang dihisap oleh orang dewasa
sudah dapat membuat ketagihan.8 Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
mahasiswa FMIPA USU ditunjukkan dengan lama merokok diatas 5 tahun memiliki
persentase sebesar 48.80%. Demikian juga, pada penelitian Tjandra YA., dkk yang
menemukan persentase lama merokok diatas 5 tahun (37,83% ) yang paling tinggi. 2
Pada penelitian Tjandra YA., dkk menunjukkan persentase jumlah rokok
kurang dari 10 batang per hari sebesar 18,91% dan jumlah rokok lebih dari 10 batang
per hari sebesar 48,64%.2 Dari hasil penelitian ini menunjukkan jumlah rokok 1-4
batang sebesar 18.30%, jumlah rokok 5-14 batang sebesar 46.30% dan jumlah rokok
>14 batang sebesar 35.40%.
Rokok yang dihisap sampai rongga mulut saja, sampai ke dalam paru-paru,
dan menahan napas sebentar kemudian menghembuskannya keluar akan
mempengaruhi banyaknya asap rokok yang dihasilkan sehingga dapat mempengaruhi
kesehatan dan selain itu dapat memberikan kenikamatan sendiri pada saat rokok
dihisap. 4 Pada penelitian ini perokok paru mulut merupakan persentase yang paling
tinggi sebesar 39.00%.
Penemuan objektif yang signifikan pada rongga mulut perokok adalah adanya
bercak-bercak pigmentasi berwarna coklat hingga coklat kehitaman teruta pada
daerah gingiva, mukosa pipi ataupun bibir pada 5 – 22% perokok berat. Lesi ini dapat
hilang sendiri jika kebiasaan merokok dihilangkan. Lesi ini tidak mempunyai potensi
menjadi ganas, hanya secara estetik mungkin sangat mengganggu. Menurut Regezi
dan Sciubba (1989), patogenesis smoker’s melanosis berhubungan dengan komponen
tembakau rokok yang menstimulasi melanosit untuk memproduksi melanin. Jumlah
dan intensitas lesi tergantung pada dosis merokok .18,21 Hasil penelitian 82 responden
perokok terdapat 53 responden (64.63%) yang mengalami melanosis dan 82
responden tidak perokok terdapat 9 responden (10.97%) yang mengalami melanosis.
Pendapat Hedin C A (1982) bahwa tipe rokok keretek menimbulkan asap
rokok yang lebih besar dibandingkan rokok filter atau rokok putih, sehingga, rokok
keretek lebih berpotensi menimbulkan terjadinya melanosis rongga mulut. 21 Lebih
lanjut Axell (1999) menjelaskan bahwa smoker’s melanosis berhubungan erat dengan
dosis yang terkandung di dalam rokok dimana jenis rokok kretek mengandung dosis
lebih tinggi dari rokok lainnya. Merokok dapat merangsang melanosit mukosa oral
untuk memproduksi melanin secara eksesif, sehingga menciptakan patch pigmentasi
coklat di atas mukosa gingival atau bukal diantara 5-22% perokok. Jumlah dan
intensitas melanosis pada rongga mulut bergantung kepada dosis, dan penghentian
merokok tampaknya menghilangkan kondisi ini sepenuhnya. Penelitian in vitro
membuktikan bahwa nikotin mengaktivasi produksi melanin.20,24 Pigmentasi
dalam mulut adalah akibat asap rokok yang menyebabkan stimulasi produksi
senyawa asap rokok.24 Pendapat tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang
didapat bahwa rokok putih (23.17%) dan rokok campuran (23.17%) yang dapat
menyebabkan melanosis, diduga hal tersebut karena menggunakan rokok putih non
filter sehingga nikotin lebih banyak menstimulasi aktivitas melanosit dan lebih
banyak menghisap rokok putih.
Gambar 3. Lapisan makula coklat pada gingiva anterior mandibula
Sapp LR Eversole (1997) menyatakan bahwa semakin lama merokok,
semakin tinggi kandungan melanin dalam jaringan konektif, semakin besar
kemungkinan terjadinya melanosis rongga mulut.20. Melanosis rongga mulut ditandai
oleh hiperpigmentasi tidak teratur pada jaringan konektif yang mendasari mukosa
rongga mulut akibat dari merokok tembakau. Sel-sel basal dan makrofage pada
jaringan konektif mengandung jumlah melanin yang tidak terhingga, yang
yang didapat bahwa lama merokok diatas 5 tahun (47.56%) dapat menyebabkan
melanosis.
Pada hasil penelitian yang didapat bahwa perokok yang merokok lebih dari 14
batang (34.14%) dapat menyebabkan melanosis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Axell T (1982) bahwa jumlah pigmentasi meningkat diantara perokok berat.
Perokok berat memperlihatkan prevalensi pigmentasi sekitar 30.00% sehingga
meningkatkan insiden smoker’s melanosis yang paling prevalent pada gingiva. 24
Pada hasil penelitian yang didapat bahwa perokok yang menghisap rokok
dengan cara paru (26.83%) yang paling tinggi menyebabkan melanosis. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sham AS (2003), yang mengatakan bahwa melanosis adalah bentuk
pigmentasi yang berhubungan dengan meningkatnya melanin. Meningkatnya
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan tentang
hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya melanosis rongga mulut yang
dilakukan terhadap 82 responden yang mempunyai kebiasaan merokok dan 82
responden yang tidak merokok, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada hubungan jenis rokok terhadap terjadinya smoker’s melanosis karena
kandungan nikotin yang terdapat di dalam rokok sehingga dapat mengaktivasi
produksi melanin.
2. Ada hubungan lama merokok terhadap terjadinya smoker’s melanosis karena
semakin lama merokok, semakin tinggi kandungan melanin dalam jaringan
konektif .
3. Ada hubungan jumlah rokok yang dihisap terhadap terjadinya smoker’s melanosis
karena pigmentasi akan meningkat diantara perokok berat.
4. Ada hubungan cara menghisap rokok terhadap terjadinya smoker’s melanosis
karena akan meningkatkan melanin.
6.2.S a r a n
Adapun saran dalam penelitian bagi perokok adalah agar perokok dapat
sehingga dapat mencegah terjadinya smoker’s melanosis. Perokok disarankan agar
menghisap rokok dengan cara paru mulut.
Penelitian ini hanya menguraikan secara umum mengenai hubungan antara
smoker’s melanosis dengan kebiasaan merokok pada perokok, oleh karena itu
diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar, kalangan
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Konsumsi Tembakau dan Prevalensi Merokok di Indonesia. 2003.
<http://www.who.int/ncd/orh/index.html> (27 November 2008).
2. Aditama TY. Proses Berhenti Merokok. Cermin Dunia Kedokteran 1995; 102:
37- 40.
3. Litbang Depkes. Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok.
(Maret 2004).
4. Santoso SS. Perilaku Remaja yang Berkaitan dengan Kebiasaan Merokok.
Cermin Dunia Kedokteran 1993; 84: 41-47.
5. Fawzani N. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok Berat). Makara
Kesehatan 2005; 9 (1):15-22.
6. Smet B. Psikologis Kesehatan. Semarang: PT Gramedia.
7. Anymous. Rokok dan Kesehatan Rongga Mulut.
(21 November 2008).
8. Ruslan G. Efek Merokok terhadap Rongga Mulut. Jurnal Cermin Kedokteran
1996; 113: 41-43.
9. Mulyawati Y. Pengaruh Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut.
10. Anymous. Smoking and Oral
Health.<http://www.adelaide.edulau/scoprev-dent/dperu> (2002).
11. Mirbod S,Ahing S. Tobacco Associated Lesions of The Oral Cavity: Part I
Nonmaligmant Lesions. Journal of Canadian Dental Association 2000; 66 (5):
252-256.
12. Carpenter WS. Smoker’s Melanosis. <http://emedicine.medscape.com
/article/1077501-overview> ( 6 Oktober 2009)
13. Sukendro S. Filosofi Rokok. Yogyakarta : Pinus Book Publisher, 2007: 31-41,
80-84.
14. BBKPMB. Sejarah Rokok. <http://www.bbkpm bandung.org
/artikel.php?id=7> (2007).
15. Sitepoe M. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana,2000.
16. Sitepoe M. Usaha Mencegah Bahaya Rokok. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana,1997.
17. Johson W, Bain CA. Tobacco and Oral Disease. British Dental Journal 2000;
189 (4): 200-206.
18. Bouquot J, Schroeder K. Oral Effect of Tobacco Abuse. Journal of the
American Dental Institute for Continuing Education 1992; 43:3-17.
19. Langlais RP, Miller CS. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim.
20. Yerger VB, Malone RE. Melanin and nicotine : A Review of Literatur.
Nicotine and Tobacco Research 2006; 8 (4): 487-498.
21. Diana D. Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Mukosa Mulut. Dentika J
Dent 2005; 10(2):5-132.
22. Vellapaly S, Vialla Z. Smoking Related Systemic and Oral Disease. Acta
Medica 2007; 50 (3): 161-166.
23. Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Bahaya Merokok. 15 Februari 2007.< http://
www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task= view&id=
310&Itemid=1 > ( 7 Mei 2010).
24. Axell T. Disappearance Of Smoker’s Melanosis After Reducing Smoking. J
Oral Pathol Med 1993; 22:30-228.
25. Machuca G, Rosales I, Lacalle JR, Machuca C, Bullon P. Effect of cigarette
smoking on periodontal status of healthy young adults. J Periodontal. 2000;
71(1): 8-73.
26. Sham AS, Cheung LK, Jin LJ, Corbet EF. The Effects Of Tobacco Use On
Oral Health. Hong Kong Med J. 2003; 9(4): 271-7.
27. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE, Oral Maxillofacial
Pathology ed 2. Saunders ; Philadelphia : 2004 : 274-5.
28. Alamsyah RM, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan
Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di Kota Medan
29. Tafany. Masa Dewasa Dini.
2007).
30. Komala S, Helmi AF. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada
Remaja.
31. Kemala I. Perilaku Merokok Pada Remaja. USU Repository; Medan: 2007
32. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta : Salemba
Medika, 2009: 34-39.
33. Chandra B. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC, 2008: 66- 75.
34. Trihendradi C.7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan
SPSS 17. Yogyakarta : Andi, 2009.
35. Sugiarto, Siagian D. Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2003, 36.
36. Natamiharja L, Butarbutar L.Kebiasaan Merokok dan Karies Gigi Spesifik
pada Sopir-sopir di Medan.Dentika J Dent.2001; 6(2):284-9.
37. Soetiarto F. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kerusakan Gigi
pada Sopir Bis di Jakarta Tahun 1992.Proceeding Asean Meeting On Dental
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Selamat pagi Saudara,
Saya Lysa Sabrina Sitepu mahasiswi yang sedang menjalani pendidikan dokter
gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan
penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Terjadinya
Smoker’s melanosis di Kalangan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara ” yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan jumlah rokok yang dihisap, lama rokoknya dihisap,jenis rokok
yang dihisap dan gaya merokok terhadap terjadinya perubahan warna menjadi hitam
pada rongga mulut dapat terlihat pada gusi di kalangan mahasiswa. Manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi peneliti mengenai jumlah rokok
yang dihisap, lama rokoknya dihisap, jenis rokok yang dihisap dan gaya merokok
terhadap mencegah terjadinya perubahan warna menjadi hitam pada rongga mulut
dapat terlihat pada gusi.
Saudara sekalian, merokok merupakan salah satu faktor penyebab penunjang
kelainan permukaan pada rongga mulut karena bahan-bahan yang terdapat dalam
rokok bersifat merangsang infeksi mukosa, dapat juga menyebabkan perubahan
pigmen pada rongga mulut. Merokok dapat memperlambat penyembuhan luka.
Pengaruh asap rokok secara langsung adalah iritasi terhadap gusi dan secara tidak
langsung melalui produk-produk rokok seperti nikotin yang sudah masuk melalui
aliran darah dan ludah, jaringan pendukung gigi yang sehat seperti gusi, selaput gigi,
semen gigi dan tulang tempat tertanamnya gigi menjadi rusak karena terganggunya
fungsi normal mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan dapat merangsang
tubuh untuk menghancurkan jaringan sehat di sekitarnya.
Adapun penelitian yang akan saya lakukan menggunakan kuesioner. Dalam
penelitian ini, saya akan meminta Saudara untuk menjawab pertanyaan mengenai
kebiasaan merokok Saudara sehari-hari.
Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Penelitian ini tidak
ini bagi Saudara adalah agar Saudara mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan
gigi dan rongga mulut.
Pada penelitian ini identitas Saudara akan disamarkan. Hanya dokter peneliti,
anggota peneliti dan anggota komisi etik yang bisa melihat datanya. Kerahasiaan data
Saudara akan dijamin sepenuhnya. Bila data Saudara dipublikasikan kerahasiaan
tetap dijaga.
Jika selama menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada Saudara, silahkan
menghubungi saya Lysa Sabrina Sitepu (Hp: 081265997524).
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan
waktu Saudara sekalian, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia
berpartisipasi pada penelitian ini.
Medan,....Mei 2010
Mahasiswa peneliti Peserta penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BAGIAN KEDOKTERAN ILMU PENYAKIT MULUT
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP TERJADINYA
SMOKER’S MELANOSIS DI KALANGAN MAHASISWA
A. DEMOGRAFI :
Nama : ……….
Umur : ……….
Alamat : ………..……….
Suku Bangsa : ………
B.ANAMNESIS
1. Keluhan Subyektif :
a. Sakit : ………...
b.Rasa Terbakar :………
c. Mulut Kering : ………...
d. Gangguan Rasa : ………...
e.Lain-lain :………
2.Riwayat Penyakit Sistemik