• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN ORIENTASI KERUANGAN BERBASIS GPS UNTUK PEMETAAN JALUR TRACKING DAN CYCLING DI DESA WANAGIRI KABUPATEN BULELENG-BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN ORIENTASI KERUANGAN BERBASIS GPS UNTUK PEMETAAN JALUR TRACKING DAN CYCLING DI DESA WANAGIRI KABUPATEN BULELENG-BALI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 858 I Gede Budiarta1, I Wayan Treman2, Dewa Made Atmaja3

Abstract

This program aims to: 1) inventory the tourism potential for tracking and cycling in the form of tracking and cycling paths with various criteria. This activity also makes it possible to develop new alternatives in determining the path according to needs; 2) participatory mapping of tracking and cycling paths by the community which will produce a product in the form of a tracking and cycling path map; 3) the synergy of the thematic map with the village information system (website) as a promotional medium to further increase tourist visits, especially tracking and cycling tours. The priority issues that are focused on are identification and inventory of the potential for tracking and cycling tourism as well as mapping the potential for tracking and cycling tourism by mapping tracking and cycling paths in the Wanagiri Village. The guidelines used in the implementation of this program include 1) Guidelines for Participatory Mapping from the Center for International Forestry Research (CIFOR); 2) Participatory Mapping Network Guidelines (JKPP). This program is expected to provide understanding and competence to partners regarding the mechanism for identification, inventory, and mapping of tracking and cycling pathways in the Wanagiri-Buleleng Village- Bali. The results obtained from this activity are field data in the form of coordinates (points and tracks) of the tracking path phenomenon recorded in GPS memory. The data will be used for basic data in the creation of tracking and cycling paths using mapping software (ArcGIS), and the final results will be a tracking path map and a cycling path map.

Keywords: mapping, tracking, cycling.

Abstrak

Program ini bertujuan untuk: 1) inventarisasi potensi wisata tracking dan cycling berupa jalur-jalur

tracking dan cycling dengan berbagai kriteria. Kegiatan ini juga memungkinkan untuk menyusun alternatif-alternatif baru dalam penentuan jalur sesuai dengan kebutuhan; 2) pemetaan partisipatif jalur-jalur tracking dan

cycling oleh masyarakat yang akan menghasilkan produk berupa peta jalur keterlintasan tracking dan cycling; 3) sinergi peta tematik dengan sistem informasi (website) desa sebagai media promosi untuk lebih meningkatkan kunjungan wisata khususnya wisata tracking dan cycling. Prioritas permasalahan yang difokuskan adalah identifikasi dan inventarisasi potensi wisata tracking dan cycling serta pemetaan potensi wisata tracking dan

cycling dengan memetakan jalur-jalur tracking dan cycling di wilayah Desa Wanagiri. Pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan program ini antara lain 1) Pedoman Pemetaan Partisipatif dari Center for International Forestry Research (CIFOR); 2) Pedoman Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP). Program ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan kompetensi kepada mitra terkait mekanisme identifikasi, inventarisasi, serta pemetaan jalur-jalur tracking dan cycling yang terdapat di wilayah Desa Wanagiri-Buleleng Bali. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah data lapangan yang berupa koordinat-koordinat (points dan tracks) dari fenomena jalur tracking yang tercatat pada memory GPS. Data tersebut akan digunakan untuk data dasar dalam pembuatan jalur tracking dan cycling dengan menggunakan software pemetaan (ArcGIS), dan hasil akhirnya akan berupa peta jalur tracking dan peta jalur cycling.

Kata kunci: pemetaan, tracking, cycling.

PELATIHAN ORIENTASI KERUANGAN BERBASIS GPS

UNTUK PEMETAAN JALUR

TRACKING

DAN

CYCLING

DI DESA WANAGIRI KABUPATEN BULELENG-BALI

1Jurusan Survei dan Pemetaan FHIS UNDIKSHA; 2 Jurusan Survei dan Pemetaan FHIS UNDIKSHA, 3Jurusan Survei dan Pemetaan FHIS UNDIKSHA

(2)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 859 PENDAHULUAN

Secara fisiografis Desa Wanagiri merupakan salah satu dari 129 Desa di Kabupaten Buleleng yang memiliki luas wilayah 15,75 km2 dan terletak pada

ketinggiaan 1.220 meter di atas permukaan air laut (Website Desa Wanagiri, 2018; Kecamatan Sukasada Dalam Angka, 2018).

Dilihat dari astronomisnya, Desa Wanagiri terletak pada koordinat 8°20′06″- 8°24′00″ LS dan 115°09′59″-115°14′55″ BT. Secara topografi kondisi Desa Wanagiri adalah berbukit yang terletak pada bagian selatan Kecamatan Sukasada , Kabupaten Buleleng yang berbatasan langsung dengan Desa Gobleg Kecamatan Banjar di sebelah barat, Desa Pegayaman di sebelah timur, Desa Gitgit, Sambangan dan Ambengan di sebelah utara, serta Desa Pancasari di sebelah selatan. Interpretasi Peta Geologi Bali menunjukkan jenis tanah di Desa Wanagiri adalah regosol kelabu dengan bahan induk tuf dan endapan lahar Buyan-Beratan dan Batur (Qbb).

Lahan di Desa Wanagiri seluruhnya merupakan lahan kering/tegalan, dengan penggunaan lahan sebagai berikut.

Tabel 1 Penggunaan Lahan Desa Wanagiri No Penggunaan Lahan Luas Penggunaan

Lahan (ha)

(1) (2) (3)

1 Tegalan/kebun 1.117

2 Permukiman/bangunan 30,75

3 Hutan negara 422

Sumber : Kecamatan Sukasada Dalam Angka (2018)

Terdapat tiga banjar dinas/dusun di Desa Wanagiri yaitu Banjar Dinas Asah Panji, Banjar Dinas Bhuwana Sari, dan Banjar Dinas Yeh Ketipat. Secara demografi, populasi penduduk dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Populasi Penduduk Per Dusun di Desa Wanagiri No Nama Dusun Jumlah KK Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Dusun Asah Panji 446 967 910 1877 2 Dusun Bhuwana Sari 249 501 469 970 3 Dusun Yeh Ketipat 250 552 517 1069 Total 945 2020 1896 3196 Sumber: Kec. Sukasada Dalam Angka (2018)

Dilihat dari mata pencaharian, Desa Wanagiri memang masih didominasi oleh mata pencaharian sebagai petani dibandingkan sektor lain, termasuk sektor pariwisata.

Terkait dengan pengembangan pariwisata, Desa Wanagiri memiliki daya tarik wisata yang potensial dan layak untuk dikembangkan. Beberapa potensi pariwisata yang sudah berkembang adalah potensi wisata swafoto, di antaranya selfie puncak, selfie bambu hitam, hidden hill, serta potensi wisata air terjun yang tersebar di beberapa wilayah. Hal ini sejalan dengan misi Desa Wanagiri, yang salah satunya adalah “meningkatkan inrastruktur perdesaan dan sarana prasarana desa yang mendukung bidang pertanian, perkebunan dan pariwisata”

Selain potensi wisata yang sudah berkembang dan mendatangkan banyak wisatawan seperti wisata swafoto, Desa Wanagiri juga memiliki potensi wisata lain

yang menarik dan perlu untuk

dikembangnakan karena memiliki prospek yang menjanjikan. Potensi tersebut adalah tracking dan juga wisata bersepeda (cycling) yang memiliki cukup banyak penggemar dan seyogyanya potensi tersebut dikembangkan secara optimal, karena fisiografis Desa

Wanagiri sangat mendukung

dikembangkannya potensi wisata tracking dan cycling.

Salah satu upaya alternatif yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi

(3)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 860 wisata tracking dan cycling di Desa Wanagiri

adalah dengan melakukan pemetaan partisipatif oleh masyarakat terkait jalur-jalur tracking dan cycling sehingga potensi tersebut dapat dikemas optimal. Pemetaan partisipatif akan memanfaatkan piranti berupa GPS (Global Positioning System) yang nantinya akan menghasilkan informasi detil terkait jalur-jalur tracking dan cycling yang akan menjadi acuan dalam kegiatan tersebut. Informasi yang dihasilkan berupa peta interaktif yang nantinya bisa disinergikan dengan media website Desa Wanagiri sebagai media promosi wisata yang bisa diakses oleh semua orang. Dengan demikian, wisata tracking dan cycling yang selama ini belum begitu berkembang diharapkan dapat berkembang dan memberikan mafaat bagi masyarakat pelaku pariwisata di Desa Wanagiri.

Dalam kegiatan pemetaan, GPS akan merekam dua jenis informasi yang berguna untuk membuat peta jalur tracking dan cycling serta menyimpan koordinat yang dilalui. Pertama, GPS dapat menyimpan lokasi pada memori GPS. Sehingga dengan demikian lokasi yang menjadi jalur utama ataupun jalur alternatif akan dapat dipetakan dengan akurat.

Kedua, GPS dapat menyimpan apa yang disebut dengan trek. Ketika sebuah waypoint hanya menyimpan sebuah lokasi, sebuah trek akan menyimpan sebuah seri lokasi kemana pun kita bergerak. Trek akan merekam lokasi setiap satu detik, atau setiap satu meter, dan hasilnya akan berupa sebuah seri dari titik-titik yang menunjukan jalur lokasi di mana kita pernah berada. Trek sangat berguna untuk memetakan objek yang ditunjukan oleh garis atau bentuk, seperti sebuah jalan, dalam hal ini jalur tracking dan cycling yang nantinya terhubung ke komputer untuk reproduksi peta.

Belum adanya peta jalur tracking dan cycling memang menjadi kendala dalam pengembangan prospek wisata tracking dan cycling di Desa Wanagiri. Hal tersebut menjadi kelemahan tersendiri karena di zaman digital

seperti saat ini hal-hal yang terkait dengan data geospasial seyogyanya harus memiliki rekam jejak digital yang akurat. Beberapa hal yang mestinya menjadi nilai tambah yang mendukung potensi wisata tracking dan cycling perlu mendapat perhatian, misalnya dengan adanya peta jalur tracking dan cycling wisatawan akan bisa mengestimasi terkait dengan:

1) berapa jarak yang harus ditempuh dan alternatif-alternatif yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan saat itu;

2) medan yang akan ditempuh, sehingga wisatawan bisa mempersiapkan segala sesuatu/perkakas pendukung;

3) berapa lama waktu yang akan

dihabiskan untuk menempuh perjalanan tersebut agar perencanaan program lain dapat berjalan dengan baik.

Potensi wisata sebagai objek yang mendukung perkembangan wisata tracking adalah air terjun di Desa Wanagiri dengan berbagai karakteristik unik yang dimilikinya. Jalur-jalur tracking tentunya akan melewati objek-objek berupa air terjun dengan keindahan alamnya. Karakteristik air terjun yang terdapat di Desa Wanagiri dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

(4)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 861 Tabel 3 Karakteristik Air Terjun di Desa

Wanagiri N o Nama Ting gi (m) Le bar (m ) Kemiri ngan Tebing Ketin ggian (mdpl ) Loka si Tipe/b entuk (1 ) (2) (3 ) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Banyu mala 24 ,3 9,7 > 70° 1083 Wan agiri Casca de 2 Berun dak 14 ,2 2,4 >70° 1025 Wan agiri Casca de 3 Banyu wana Amert a 1 6 10, 3 >70° 905 Wan agiri Casca de 4 Besar 30 ,1 3,1 >70° 1087 Wan agiri Catara ct 5 Neru 30 ,9 3,6 >70° 984 Wan agiri Catara ct 6 Tebin g 20 ,2 0,9 >70° 1003 Wan agiri Chute 7 Camp uhan 6, 2 1,6 <70° 910 Wan agiri Parall el 8 Banyu wana Amert a 2 7 6,2 >70° 888 Wan agiri Parall el 9 Banyu wana Amert a 3 12 ,9 8,3 >70° 914 Wan agiri Waterf all

Profil Desa Wanagiri (2018); Kecamatan Sukasada Dalam Angka (2018)

Air terjun yang tersebar di wilayah Desa Wanagiri tentunya akan menjadi alternatif jalur-jalur paket wisata tracking yang bisa ditawarkan dengan rute pendek, menengah, maupun panjang. Rute yang akan

ditawarkan seyogyanya dapat

direpresentasikan dalam wujud peta sehingga dalam operasionalnya akan lebih mudah, khususnya bagi para pemandu lokal dari kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Desa Wanagiri. Demikan pula halnya bagi para wisatawan yang akan melakukan kegiatan tracking akan mendapat gambaran dengan

jelas mengenai jarak tempuh, medan, dan waktu tempuh serta hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan tersebut. Namun hingga saat ini masih terdapat beberapa kendala khususnya terkait dengan orientasi keruangan dalam kegiatan tracking.

Beberapa kendala Pokdarwis yang akan menjadi perhatian dalam kegiatan ini antara lain:

1) belum adanya peta jalur-jalur tracking yang akan ditempuh sehingga akan menyulitkan dalam estimasi jarak, medan, waktu tempuh, serta perlengkapan;

2) tidak adanya peta detil yang disinergikan ke website desa menyebabkan promosi wisata

khususnya tracking dan cycling menjadi

kurang optimal.

Gambar 2. Air Terjun Banyumala dan Salah Satu Jalur Tracking di Desa Wanagiri

Kondisi eksisting wisata tracking dan cycling yang dikelola oleh Pokdarwis di Desa Wanagiri dapat diamati pada tabel 4 berikut. Tabel 4 Kondisi Eksisting Aktivitas Tracking dan Cycling di Desa Wanagiri

No Fenomena yang Diamati Kondisi/Situasi (1) (2) (3) 1 Program perencanaan dan pemetaan jalur tracking Belum diprogramkan/belum dilaksanakan 2 Program perencanaan Tidak ada/belum diprogramkan/belum

(5)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 862 dan pemetaan jalur cycling dilaksanakan 3 Potensi jalur tracking

Potensial dengan medan yang sangat bervariasi 4 Potensi jalur

cycling

Potensial dengan medan yang cukup bervariasi 5 Peta/database jalur tracking Belum tersedia 6 Peta/database jalur cycling Belum tersedia 7 Peta sebagai media promosi Belum tersedia Observasi, 2019

Berdasarkan fenomena tersebut, aktivitas pariwisata khususnya wisata tracking dan cycling yang dilakukan di wilayah Desa Wanagiri selama ini adalah bersifat manual dan tergantung kepada orientasi keruangan masing-masing pemandu lokal tanpa adanya masukan teknologi pemetaan berbasis GPS.

METODE

1. Kerangka Metode Aplikasi Teknologi Masukan teknologi yang akan ditransfer kepada mitra yaitu:

1) identifikasi potensi jalur tracking dan cycling; 2) inventarisasi potensi jalur tracking dan cycling; 3) mekanisme pemetaan jalur keterlintasan berbasis GPS; 4) mekanisme survei GPS dan orientasi keruangan;

Masukan teknologi yang akan diaplikasikan tentunya akan disesuaikan dengan kondisi mitra. Dengan kecanggihan teknologi saat ini, program yang akan dilaksanakan diharapkan mudah dipahami dan diaplikasikan.

Tabel 5 Metode Pelaksanaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program penerapan ipteks kepada masyarakat yang berjudul “Pelatihan Orientasi Keruangan- Sistem Informasi dan Pemetaan Partisipatif (Oke-SIPP) Untuk Pemetaan Jalur Tracking dan Cycling di Desa Wisata Wanagiri Kabupaten Buleleng-Bali” ini merupakan kegiatan pengabdian yang dibagi menjadi dua tahapan kegiatan. Tahapan pertama dalam kegiatan ini adalah pelatihan pembuatan peta tematik jalur tracking, sedangkan tahapan kegiatan yang kedua lebih difokuskan pada pemetaan jalur cycling. Kedua tahapan kegiatan tersebut memiliki kesamaan dalam hal mekanisme atau langkah-langkah pembuatan peta dan piranti yang digunakan, yaitu sama-sama menggunakan GPS (Global Positioning System) sebagai media untuk membantu proses pemetaan. Perbedaannya hanya terletak pada jenis peta tematik yang akan dihasilkan, yang satu menghasilkan peta jalur treking dan yang satunya lagi menghasilkan peta tematik jalur bersepeda. No Permasalahan Tujuan Kegiatan Metode

Pelaksanaa n (1) (2) (4) (5) 1 Identifikasi potensi wisata tracking dan cycling  Mitra mampu mengidentifikasi potensi wisata tracking dan cycling  Pelatihan identifikasi potensi wilayah 2 Inventarisasi potensi tracking dan cycling  Mitra memiliki kompetensi untuk menginventarisas i potensi wilayah  Pelatihan 3 Pemetaan jalur tracking dan cycling berbasis GPS  Kompetensi mitra tentang mekanisme pemetaan berbasis GPS  Pelatihan pemetaan partisipatif

(6)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 863 Kegiatan pemetaan jalur treking

(kegiatan pertama) dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 12 September tahun 2020. Kegiatan ini dilaksanakan di sekretariat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)...yang terletak di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Sementara kegiatan pemetaan jalur sepeda dilaksanakan sehari setelah kegiatan pertama yaitu pada hari minggu, tanggal 13 September tahun 2020 yang juga mengambil tempat di lokasi yang sama dengan kegiatan sebelumnya.

Pada masing-masing kegiatan, kelompok sadar wisata menyertakan 7 orang anggotanya untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Pelaksanaan kegiatan ini juga melibatkan 1 orang mahasiswa Program Studi Survei dan Pemetaan. Pelibatan ini merupakan hal yang penting untuk dilakukan untuk membiasakan diri mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah agar dapat bermanfaat langsung bagi masyarakat sekitar. Metode yang diimplementasikan oleh mahasiswa khususnya terkait dengan mekanisme penggunaan GPS untuk memetakan jalur treking dan jalur bersepeda di daerah mitra. Selain itu, dengan berinteraksi langsung dengan mitra diharapkan mahasiswa memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pertama menitikberatkan pada aspek pemanfaatan GPS untuk pemetaan jalur treking yang terdapat di wilayah Desa Wanagiri. Produk akhir yang diharapkan adalah peta tematik jalur treking.

4.1.1 Pemanfaatan GPS Untuk

Pemetaan Jalur Treking

Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu:

1. Pemaparan secara umum terkait dengan apa dan bagaimana mekanisme pemanfaatan GPS untuk pemetaan jalur treking yang ada di Desa Wanagiri. Sumber yang diacu pada

pelaksanaan kegiatan ini adalah Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) yang di dalamnya berisi mekanisme/tahapan-tahapan yang dilakukan dalam memetakan potensi wilayah dengan menggunakan GPS. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: 1) menyiapkan alat dan bahan serta alat tulis lainnya; 2) menentukan skala peta; 3) membuat garis bantu (grid); 4) memasukkan data kordinat; 5) memasukkan informasi wilayah dan catatan survey.

Pemaparan umum yang diberikan terkait dengan : 1) memahami GPS dan tipe-tipe GPS; 2) menyalakan perangkat GPS; 3) mengatur pengaturan GPS; 4) memahami faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi GPS; 5) memahami track dan waypoint; 6) mengumpulkan data menggunakan GPS; 7) copy data GPS (tracks dan waypoints) ke dalam komputer; 8) mengolah data menjadi peta yang diinginkan.

Pemaparan dilakukan dengan menggunakan media powerpoint untuk memudahkan di dalam penyampaian mekanisme pemanfaatan GPS untuk pemetaan jalur treking. Tahap pertama adalah mengidentifikasi secara langsungkarakteristik wilayah yang berpotensi sebagai jalur treking. Di dalam peta, fenomena jalur treking digambarkan berupa garis. Garis tersebut adalah gabungan dari titik koordinat (waypoint) yang ditandai dengan menggunakan GPS. Kumpulan waypoint tersebut akan membentuk track yang selanjutnya didelineasi untuk dijadikan peta jalur treking.

Data waypoint dan track akan dieksport ke software untuk dilakukan analisis dan selanjutnya dilayout untuk menghasilkan peta tematik yang diinginkan, dalam hal ini adalah peta jalur treking.

Hasil dari analisis data track dan waypoint yang diolah dengan menggunakan software ArcGIS menunjukkan bahwa jalur treking yang terdapat di Desa Wanagiri terbagi

(7)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 864 menjadi tiga kategori yaitu jalur pendek, jalur

sedang dan jalur panjang.

2. Kegiatan praktik lapangan, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta untuk secara langsung mengambil data koordinat jalur treking dengan menggunakan GPS. data koordinat tersebut selanjutnya akan diolah untuk dapat menghasilkan peta sesuai dengan yang diinginkan.

Pelaksanaan kegiatan tahap pertama ini mendapat apresiasi dari peserta kegiatan dan juga warga karena mereka memiliki keyakinan bahwa kegiatan semacam ini akan dapat membantu dalam upaya pengemasan paket wisata, khususnya wisata treking di Desa Wanagiri. Peserta kegiatan sangat antusias mengikuti kegiatan sampai kegiatan berakhir. Tidak ada kendala berarti dalam kegiatan ini, hanya jumlah GPS yang hanya 3 unit saja yang menyebabkan para peserta tidak dapat memegang GPS masing-masing. Hal ini diantisipasi dengan membentuk kelompok kecil untuk masing-masing GPS. Tim telah menyiapkan 2 orang tenaga lapangan yang membantu kelancaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Satu orang adalah mahasiswa aktif program studi Survei dan Pemetaan dan satu orang lainnya adalah alumni Survei dan Pemetaan.

Manfaat bagi mahasiswa juga dirasakan oleh mahasiswa yakni mereka mendapat pengalaman terkait bagaimana seharusnya berinteraksi dengan baik dengan cara terjun langsung ke masyarakat melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Kegiatan tahap pertama ini juga mejadi ajang bagi anggota Pokdarwis untuk melakukan diskusi dengan tim P2M terkait dengan hal-hal yang belum jelas pada saat kegiatan pemaparan dan kegiatan lapangan. Berdasarkan hasil diskusi saat kegiatan, para anggota mitra tempat melaksanakan kegiatan ini mengatakan bahwa mereka belum pernah melaksanakan mekanisme pemetaan dengan menggunakan GPS.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, kegiatan P2M ini dilaksanakan dalam dua tahap, tahap yang pertama adalah terkait dengan mekanisme pemetaan jalur treking menggunakan GPS sementara tahap kedua adalah pemetaan jalur bersepeda. Sebelum pelaksanaan kegiatan, tim pelaksana terlebih dahulu telah mempersiapkan materi berupa:

1) mekanisme pemetaan dengan menggunakan GPS yang dikemas secara lebih sederhana dengan tujuan agar lebih mudah untuk dipahami oleh mitra. Pedoman tersebut mengacu kepada sumber Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) namun demikian agar dapat dipahami dengan mudah oleh mitra maka pedoman tersebut disederhanakan tanpa mengurangi makna yang terkandung.

2) pengolahan data dengan menggunakan software pemetaan (ArcGIS).

Pelaksanaan kegiatan tahap pertama ini berjalan dengan baik, di mana pemaparan juga didukung dengan media berupa LCD projector sehingga para anggota Pokdarwis bisa lebih fokus melihat bagaimana mekanisme yang harus dilaksanakan jika ingin melakukan pemetaan jalur treking dengan menggunakan GPS. Tim pelaksana berusaha menjelaskan dengan baik setiap detil kegiatan yang harus dilalui dalam proses pemetaan jalur treking.

Kendala yang paling utama dalam kegiatan pelatihan adalah terbatasnya jumlah GPS dan data GPS merupakan data mentah yang harus diolah ke dalam software pemetaan. Dengan demikian, peserta tidak bisa langsung mereproduksi peta melainkan harus menunggu hasil pengolahan data dengan menggunakan software.

Terlepas dari kendala tersebut, kegiatan tahap pertama ini memberikan pemahaman baru kepada para anggota Pokdarwis bahwa mekanisme pemetaan tematik terkait dengan jalur treking yang ada di Desa Wanagiri dapat dilakukan dengan bantuan GPS. Di mana GPS akan mengumpulkan data koordinat pokok yang

(8)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 865 akan menjadi acuan dalam pemetaan

keterlintasan jalur treking.

Gambar 3. Pemaparan Teknis Penggunaan GPS di Ruang Pertemuan Kantor Desa Wanagiri

4.1.2 Pemanfaatan GPS Untuk Pemetaan Jalur Bersepeda

Seperti halnya pelaksanaan kegiatan pada tahap pertama, tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan tahap kedua ini adalah sebagai berikut:

1. Pemaparan secara umum terkait dengan apa dan bagaimana mekanisme pemanfaatan GPS untuk pemetaan jalur bersepeda yang ada di Desa Wanagiri. Sumber yang diacu pada pelaksanaan kegiatan ini masih sama yaitu Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) yang di dalamnya berisi mekanisme/tahapan-tahapan yang dilakukan dalam memetakan potensi wilayah dengan menggunakan GPS. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: 1) menyiapkan alat dan bahan serta alat tulis lainnya; 2) menentukan skala peta; 3) membuat garis bantu (grid); 4) memasukkan data kordinat; 5) memasukkan informasi wilayah dan catatan survey.

Sama seperti materi sebelumnya, pemaparan umum yang diberikan terkait dengan :

1) memahami GPS dan tipe-tipe GPS; 2) menyalakan perangkat GPS; 3) mengatur pengaturan GPS; 4) memahami faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi GPS;

5) memahami track dan waypoint;

6) mengumpulkan data menggunakan GPS;

7) copy data GPS (tracks dan waypoints) ke dalam komputer;

8) mengolah data menjadi peta yang diinginkan.

Materi dan praktikum pada kegiatan tahap kedua ini disampaikan oleh narasumber yang yang merupakan salah satu alumni Jurusan Survei dan Pemetaan (D3) yaitu Bapak Kadek Rudiwan, A.Md., yang saat ini berdinas di Bappeda Kabupaten Buleleng.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 14 September 2020 bertempat di sekretariat Kelompok Sadar Wisata Wanasari Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Materi dan kegiatan pelatihan yang disampaikan pada kegiatan ini adalah terkait dengan mekanisme pemetaan jalur bersepeda dengan menggunakan perangkat GPS. Peserta dalam kegiatan ini adalah sebanyak 7 orang anggota Pokdarwis, dibantu oleh 2 orang tenaga lapangan dan 1 orang mahasiswa Jurusan D3 Survei dan Pemetaan Undiksha Singaraja.

Peserta kegiatan (anggota Pokdarwis) sangat antusias dengan penjelasan dan demonstrasi yang disampaikan oleh narasumber. Mitra merasa hal tersebut merupakan suatu pengetahuan yang sangat penting mengingat potensi wisata di Desa Wanagiri, di mana salah satunya adalah potensi treking masih belum berkembang secara optimal.

Pada kegiatan ini penjelasan dan demonstrasi yang diberikan adalah terkait dengan bagaimana menentukan koordinat-kordinat yang natinya akan menjadi point utama dalam proses pemetaan jalur bersepeda. Narasumber memberikan contoh bagaimana penggunaan GPS yang baik dan benar di dalam mengambil data terkait lokasi-lokasi yang akan dipetakan. Mitra tampak antusias ketika didemonstrasikan bagaimana cara menentukan waypoint dan track untuk pemetaan tematik.

Pada kegiatan tahap kedua ini pemaparan juga dilakukan dengan menggunakan media powerpoint. Setelah kegiatan pemaparan secara umum mengenai

(9)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 866 teknis kegiatan pemetaan, selanjutnya

didemonstrasikan kepada para peserta kegiatan terkait dengan bagaimana cara kerja GPS untuk memetakan potensi wilayah, dalam hal ini jalur bersepeda. Teknik ini diharapkan dapat dilakukan sendiri oleh mitra dengan metode-metode yang sudah dipaparkan sebelumnya.

Mekanismenya dimulai dengan menentukan titik-titik yang akan menjadi perlintasan jalur sepeda, yang kemudian akan dihusbungkan menjadi sebuah fenomena jalur yang memiliki skala tertentu. Setelah dilayout data akan dikemas ke dalam peta tematik yang dibuat dengan mengikuti kaidah kartografi.

Tahapan kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan oleh tim P2M adalah melakukan delineasi hasil pengukuran koordinat di lapangan dengan menggunakan software pemetaan (ArcGIS) sehingga data hasil pengukuran di lapangan tersebut bisa direpresentasikan ke dalam wujud peta tematik, baik peta jalur treking maupun peta jalur bersepeda. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahap akhir sebelum peta yang diinginkan dapat dicetak dan dipublikasikan untuk kepentingan umum.

Gambar 4. Pengukuran Point dan Track di Lapangan

Daftar Pustaka

BPS Kabupaten Buleleng. 2018. Kecamatan Sukasada Dalam Angka. Singaraja: BPS. CIFOR. 2018. Center for International

Forestry Research. Bogor: Puskomedia Indonesia.

JKPP. 2017. Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif. Bogor: Puskomedia Indonesia. Pedoman Pemetaan Partisipatif. 2018. Peta Tanah Tinjau Bali.

Google Maps.2019. Peta Geologi Bali.

Gambar

Tabel 2. Jumlah Populasi Penduduk Per Dusun  di Desa Wanagiri  No  Nama  Dusun  Jumlah KK  Laki-laki  Perempuan  Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Dusun Asah Panji 446 967 910 1877 2 Dusun Bhuwana Sari 249 501 469 970 3 Dusun Yeh Ketipat 250 552 517 1069 Tot
Gambar  2.      Air  Terjun  Banyumala  dan  Salah  Satu Jalur Tracking di Desa Wanagiri
Gambar  3.  Pemaparan  Teknis  Penggunaan  GPS  di  Ruang  Pertemuan  Kantor  Desa  Wanagiri
Gambar 4. Pengukuran Point dan Track di                     Lapangan

Referensi

Dokumen terkait

In the present study, the cross-sectional dimensions of the narrowest section of the airway were related to the total airway volume in the control group. In contrast, the UCLP

Syarat obyek akad ada tiga yakni : 1) Obyek itu dapat diserahkan 2) Tertentu atau dapat ditentukan 3) Obyek itu dapat ditransaksikan.. Obyek itu dapat diserahkan, yaitu

Masalah yang sering muncul kepermukaan antara lain : meningkatnya lahan kritis akibat Penambangan Tanpa Izin, penyusutan/penurunan Sumber Daya Alam, pencemaran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penagruh pendapatan responden, umur,

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukan bagi Desa yang ditranfer melalui angggaran pendapatan dan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan

6. Praktisi adalah seseorang yang mengabdikan dirinya di bidang usaha/kegiatan tertentu sesuai dengan keahliannya dalam membantu pencapaian tujuan pelatihan;..

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Subsektor perikanan (Juta Rupiah). 239.013