• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik Ditinjau dari Kemampuan Matematis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik Ditinjau dari Kemampuan Matematis"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DENGAN

TEKNIK MNEMONIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIS

SKRIPSI

Oleh:

SIFULAN USATIDATUL MA’ADALLOH NIM. D74215109

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PMIPA

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA NOVEMBER 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DENGAN TEKNIK MNEMONIK

DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIS

Oleh:

Sifulan Usatidatul Ma’adalloh

ABSTRAK

Kemampuan pemecahan masalah dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencari jalan keluar dari sebuah situasi yang disebut dengan masalah. Hal ini menjadi penting dan mendasar dalam pembelajaran matematika maupun pembelajaran lain. Agar diperoleh hasil analisis kemampuan pemecahan masalah yang baik, maka dilakukanlah model pembelajaran Osborn dengan teknik mnemonik. Setiap siswa memiliki perbedaan kemampuan matematis yang juga mempengaruhi kemampuan pemecahan masalahnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah dalam model pembelajaran Osborn dengan teknik mnemonik ditinjau dari kemampuan matematis.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek yang digunakan adalah 2 siswa berkemampuan matematis tinggi, 2 siswa berkemampuan matematis sedang, dan 2 siswa berkemampuan matematis rendah yang diperoleh dari hasil tes kemampuan matematis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes berbasis tugas dan dianalisis berdasarkan indikator dalam setiap tahap kemampuan pemecahan masalah matematis.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) Kemampuan pemecahan masalah dalam model pembelajaran Osborn dengan teknik mnemonik ditinjau dari kemampuan matematis tinggi adalah dalam kategori mampu. (2) Kemampuan pemecahan masalah dalam model pembelajaran Osborn dengan teknik mnemonik ditinjau dari kemampuan matematis sedang adalah dalam kategori cukup mampu. (3) Kemampuan pemecahan masalah dalam model pembelajaran Osborn dengan teknik mnemonik ditinjau dari kemampuan matematis rendah adalah dalam kategori kurang mampu.

Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Model Pembelajaran Osborn, Teknik Mnemonik, Kemampuan Matematis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Masalah ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 7

B. Model Pembelajaran Osborn ... 11

C. Teknik Mnemonik ... 15

D. Kemampuan Matematis ... 19

E. Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik ... 22

F. Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 24

G. Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik Ditinjau dari Kemampuan Matematis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

(8)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 34

G. Prosedur Penelitian ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

A. Deskripsi Data ... 43

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dalam Penerapan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematis Tinggi ... 44

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dalam Penerapan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematis Sedang... 48

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dalam Penerapan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematis Rendah ... 51

B. Analisis Data ... 54

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dalam Penerapan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematis Tinggi ... 54

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dalam Penerapan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematis Sedang... 71

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dalam Penerapan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematis Rendah ... 85

BAB V PEMBAHASAN ... 97

A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dalam Penerapan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematis Tinggi... 97

(9)

B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dalam Penerapan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik pada Siswa yang Memiliki Kemampuan

Matematis Sedang ... 98

C. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dalam Penerapan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematis Tinggi... 99

D. Diskusi Hasil Penelitian ... 100

BAB VI PENUTUP ... 104

A. Simpulan ... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 : Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 9

Tabel 2. 2 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Osborn ... 13

Tabel 2. 3 : Tahapan-tahapan Belajar dalam Mnemonik ... 18

Tabel 2. 4: Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik ... 22

Tabel 2. 5 : Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Kemampuan Matematis ... 24

Tabel 2. 6: Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik Ditinjau dari Kemampuan Matematis ... 26

Tabel 3. 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 29

Tabel 3. 2 : Subjek Penelitian ... 30

Tabel 3. 3 : Validator Instrumen ... 34

Tabel 3. 4 : Kategori Penskoran Tes Kemampuan Matematis ... 35

Tabel 3. 5: Rumus Kriteria Batas Kelompok Kemampuan Matematis Siswa ... 35

Tabel 3. 6: Kategori Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah .. 37

Tabel 3. 7 : Level Kemampuan Pemecahan Masalah ... 39

Tabel 4. 1: Skor Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek S1 ... 60

Tabel 4. 2: Skor Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek S2 ... 68

Tabel 4. 3: Kesimpulan Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah S1 dan S2 ... 71

(11)

Tabel 4. 4: Skor Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek S3 ...76 Tabel 4. 5: Skor Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah

Subjek S4 ...83 Tabel 4. 6: Kesimpulan Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan

Masalah S3 dan S4 ...85 Tabel 4. 7: Skor Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah

Subjek S5 ...89 Tabel 4. 8: Skor Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah

Subjek S6 ...94 Tabel 4. 9: Kesimpulan Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 : Hasil Tes Tertulis Subjek S1 Masalah 1 ... 44

Gambar 4. 2 : Hasil Tes Tertulis Subjek S1 Masalah 2 ... 46

Gambar 4. 3 : Hasil Tes Tertulis Subjek S2 Masalah 1 ... 46

Gambar 4. 4 : Hasil Tes Tertulis Subjek S2 Masalah 2 ... 47

Gambar 4. 5 : Hasil Tes Tertulis Subjek S3 Masalah 1 ... 49

Gambar 4. 6 : Hasil Tes Tertulis Subjek S3 Masalah 2 ... 49

Gambar 4. 7 : Hasil Tes Tertulis Subjek S4 Masalah 1 ... 50

Gambar 4. 8 : Hasil Tes Tertulis Subjek S4 Masalah 2 ... 51

Gambar 4. 9 : Hasil Tes Tertulis Subjek S5 Masalah 1 ... 52

Gambar 4. 10: Hasil Tes Tertulis Subjek S5 Masalah 2 ... 52

Gambar 4. 11: Hasil Tes Tertulis Subjek S6 Masalah 1 ... 53

Gambar 4. 12: Hasil Tes Tertulis Subjek S1 Tahap Memahami Masalah 1 ... 54

Gambar 4. 13: Hasil Tes Tertulis Subjek S1 Tahap Merencanakan Cara Penyelesaian Masalah 1 ... 55

Gambar 4. 14: Hasil Tes Tertulis Subjek S1 Tahap Melaksanakan Rencana pada Masalah 1... 56

Gambar 4. 15: Hasil Tes Tertulis Subjek S1 Tahap Memahami Masalah 2 ... 57

Gambar 4. 16: Hasil Tes Tertulis Subjek S1 Tahap Merencanakan Cara Penyelesaian Masalah 2 ... 58

Gambar 4. 17: Hasil Tes Tertulis Subjek S1 Tahap Melaksanakan Rencana pada Masalah 2... 59

Gambar 4. 18: Hasil Tes Tertulis Subjek S2 Tahap Memahami Masalah 1 ... 62

Gambar 4. 19: Hasil Tes Tertulis Subjek S2 Tahap Merencanakan Cara Penyelesaian Masalah 1 ... 63

Gambar 4. 20: Hasil Tes Tertulis Subjek S2 Tahap Melaksanakan Rencana pada Masalah 1... 64

Gambar 4. 21: Hasil Tes Tertulis Subjek S2 Tahap Memahami Masalah 2 ... 65

Gambar 4. 22: Hasil Tes Tertulis Subjek S2 Tahap Merencanakan Cara Penyelesaian Masalah 2 ... 66

Gambar 4. 23: Hasil Tes Tertulis Subjek S2 Tahap Melaksanakan Rencana pada Masalah 2... 67

(13)

Gambar 4. 24: Hasil Tes Tertulis Subjek S2 Tahap Melihat Kembali Jawaban pada Masalah 2 ... 67 Gambar 4. 25: Hasil Tes Tertulis Subjek S3 Tahap Memahami

Masalah 1 ... 71 Gambar 4. 26: Hasil Tes Tertulis Subjek S3 Tahap

Merencanakan Cara Penyelesaian Masalah 1 ... 72 Gambar 4. 27: Hasil Tes Tertulis Subjek S3 Tahap Melaksanakan

Rencana pada Masalah 1... 73 Gambar 4. 28: Hasil Tes Tertulis Subjek S3 Tahap Memahami

Masalah 2 ... 74 Gambar 4. 29: Hasil Tes Tertulis Subjek S3 Tahap

Merencanakan Cara Penyelesaian Masalah 2 ... 74 Gambar 4. 30: Hasil Tes Tertulis Subjek S3 Tahap Melaksanakan

Rencana pada Masalah 2... 75 Gambar 4. 31: Hasil Tes Tertulis Subjek S4 Tahap Memahami

Masalah 1 ... 78 Gambar 4. 32: Hasil Tes Tertulis Subjek S4 Tahap

Merencanakan Cara Penyelesaian Masalah 1 ... 79 Gambar 4. 33: Hasil Tes Tertulis Subjek S4 Tahap Melaksanakan

Rencana pada Masalah 1... 79 Gambar 4. 34: Hasil Tes Tertulis Subjek S4 Tahap Memahami

Masalah 2 ... 80 Gambar 4. 35: Hasil Tes Tertulis Subjek S4 Tahap

Merencanakan Cara Penyelesaian Masalah 2 ... 81 Gambar 4. 36: Hasil Tes Tertulis Subjek S4 Tahap Melaksanakan

Rencana pada Masalah 2... 82 Gambar 4. 37: Hasil Tes Tertulis Subjek S5 Tahap Memahami

Masalah 1 ... 85 Gambar 4. 38: Hasil Tes Tertulis Subjek S5 Tahap Memahami

Masalah 2 ... 87 Gambar 4. 39: Hasil Tes Tertulis Subjek S5 Tahap

Merencanakan Cara Penyelesaian Masalah 2 ... 87 Gambar 4. 40: Hasil Tes Tertulis Subjek S5 Tahap Melaksanakan

Rencana pada Masalah 2 ... 88 Gambar 4. 41: Hasil Tes Tertulis Subjek S6 Tahap Memahami

Masalah 1 ... 91 Gambar 4. 42: Hasil Tes Tertulis Subjek S6 Tahap

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Tugas dan Kartu Bimbingan ... 111

2. Lembar Tes Kemampuan Matematis Siswa dan Lembar Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 114

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 117

4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintak ... 145

5. Lembar Validasi Instrumen dan Perangkat Pembelajaran ... 150

6. Surat Izin Penelitian dan Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 174

7. Hasil Tes Kemampuan Matematis Siswa ... 176

8. Hasil Lembar Kerja Siswa, Penilaian Sikap, dan Penilaian Ketrampilan ... 186

9. Hasil Observasi Keterlaksanaan Sintak ... 202

10. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa . 205 11. Biodata Penulis ... 211

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah kebutuhan manusia guna menghadapi kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.1 Perkembangan dunia pendidikan menuntut siswa untuk dapat lebih kreatif dalam memecahkan suatu masalah dengan kritis. Jika siswa tidak kreatif dalam proses pemecahan suatu masalah, maka ia akan tertinggal dengan teman-temannya yang memiliki daya kritis yang tinggi. Kemampuan pemecahan masalah siswa dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran yang ada di dalam kelas. Kegiatan pembelajaran memiliki tujuan yang dicapai sebagai indikator atau tolak ukur keberhasilaan suatu pembelajaran. Aspek pendukung pembelajaran yang mempengaruhi berjalannya suatu sistem pembelajaran yaitu guru, peserta didik, suasana belajar, bahan ajar, sumber belajar, media pembelajaran, dan evaluasi sebagai ukuran keberhasilan pembelajaran itu sendiri.2 Salah satu indikator keberhasilan sebuah pembelajaran adalah keterampilan guru dalam proses pembelajaran.

Mata pelajaran yang tidak kalah pentingnya dalam suatu pembelajaran adalah matematika. Paradigma dalam pembelajaran matematika membawa dampak pada perubahan siswa dalam proses pembelajaran. Perubahan tersebut mengubah fokus seluruh

1

Yusnita Irda, Ruhban Masykur, & Suherman., “Modifikasi Model Pembelajaran Gerlach dan Ely melalui Integrasi Nilai-nilai Keislaman sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis”. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 7: 1, (2016), 29.

2

Arya Setya Nugroho, “Pengaruh Model Pembelajaran Osborn Terhadap Keterampilan ,Berpikir Kreatif pada Peserta Didik Sekolah Dasar”. Inovasi, 18: 2, (Juli 2016), 1.

(16)

2

paradigma dalam suatu pendidikan matematika di seluruh dunia.3 Melalui pelajaran matematika siswa akan mampu belajar untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis ataupun cara memecahkan suatu masalah matematis.4

Berdasarkan hasil survei PISA tahun 2012, Indonesia hanya sedikit lebih baik dari Peru yang berada di ranking terbawah. Indonesia hanya menduduki rangking 64 dari 65 negara dengan rata-rata skor 375, sementara rata-rata skor internasional adalah 5005. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan analisis, evaluasi, kreasi, serta logika dan penalaran sangat rendah. Menurut hasil PISA tersebut, salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah kecenderungan guru dalam pembelajaran soal yang bersifat prosedural.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis adalah dengan diterapkannya model pembelajaran yang sesuai, yaitu model pembelajaran yang menggunakan pemecahan masalah sebagai tujuan dan bersifat konstruktivis utamanya. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Osborn. Nugroho mengemukakan bahwa penerapan model pembelajaran Osborn dapat mengembangkan gagasan dalam pemecahan masalah, selain itu siswa menjadi lebih kreatif.6 Model pembelajaran Osborn merupakan cara merekonstruksi suatu pemikiran agar dapat digunakan untuk mengemukakan ide atau gagasan dengan tepat7. Salah satu teknik yang dirasa cocok untuk digunakan dalam model ini adalah teknik Mnemonik. Teknik Mnemonik sering

3 Sinta Oktavianti, Farida, Fredi Ganda Putra.Juni, “Implementasi Model Osborn dengan Teknik Mnemonic melalui Teori Konstruktivisme terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis”, MaPan : Jurnal Matematika dan Pembelajaran, 6: 1, (2018), 95. 4 Erni Ayda & Djamilah Bondan Widjajanti, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Teorema Pythagoras dengan Media Berbantuan Komputer, Jurnal Riset Pendidikan Matematika (JRPM), 1: 2, (2014), 216.

5 Dian Kurniati, Romi Harimukti, Nur Asiyah Jamil, “Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP di Kabupaten Jember dalam Menyelesaikan Soal Berstandar Pisa.

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 20: 2, (2016), 143. 6

Sinta Oktavianti, Farida, Fredi Ganda Putra, Op. Cit., hal 96. 7

Nurafifah Luthfiyati, Elah Nurlaelah, & Dian Usdiyana, “Model Pembelajaran Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”, Mathline Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 1: 2, (2016), 93.

(17)

3

disebut dengan jembatan keledai yang merupakan metode untuk meningkatkan daya ingat dan hasilnya terlihat pada prestasi belajar mengalami kenaikan pada nilai siswa berdasar standar kumulatif yaitu mencapai 75%.8 Teknik Mnemonik adalah menghafalkan sesuatu dengan bantuan. Bantuan tersebut bisa berupa singkatan, pengandaian dengan benda, atau “linking” mengingat sesuatu

berdasarkan hubungan dengan suatu hal lain. Menurut Stine, mnemonik adalah kemampuan otak untuk menghubungkan kata-kata, ide, dan khayalan9. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa Mnemonik adalah teknik untuk memudahkan mengingat sesuatu yang dilakukan dengan membuat rumusan atau ungkapan, atau menghubungkan ide dan khayalan. Oleh karena itu, teknik Mnemonik dapat digunakan untuk mengoptimalkan pemrosesan informasi di dalam otak dan mentransfernya ke dalam memori jangka panjang.

Teknik Mnemonik memiliki hubungan erat dengan kemampuan matematis siswa. Kemampuan matematis merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar seseorang dalam melakukan manipulasi matematika yang berdasarkan pada pemahaman konsep pemecahan masalah matematis. Kemampuan matematis terdiri dari kemampuan pemahaman matematika, kemampuan komunikasi matematika, kemampuan representasi, kemampuan penalaran matematika, kemampuan koneksi matematik, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif matematik, kemampuan berpikir kritis matematik, dan kemampuan berpikir reflektif. Kemampuan matematis yang menjadi fokus penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis. Hal ini dikarenakan dalam model pembelajaran yang terdapat kelompok di dalamnya, komunikasi menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa untuk dapat mencerna berbagai pendapat atau saran yang ada untuk mendapatkan solusi pemecahan masalah yang paling tepat.

8 Ahdar, Sutji Rochaminah, & Ibnu Hadjar, “Penerapan Model Pembelajaran Langsung

dengan Bantuan Teknik Mnemonik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Perbandingan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) di SMKN 1 Parigi di Kelas X”, AKSIOMA: Jurnal Pendidikan Matematika, 5: 3, (2016), 137.

9

Raudhatul Jannah, “Keefektifan Pembelajaran Matematika Menggunakan Teknik Mnemonic terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA, Jurnal Pendidikan Matematika-S1, 7: 3, (2018), 2.

(18)

4

Penelitian tentang model pembelajaran Osborn sudah banyak diteliti. Sinta Oktavianti, Farida, Fredi Ganda Putra dalam penelitiannya manyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah matematika peserta didik lebih

efektif dengan model pembelajaran Osborn dengan teknik Mnemonik melalui teori Konstruktivisme daripada model pembelajaran konvensional.10 Ahmad Sodik melakukan penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran dengan teknik mnemonic juga menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran matematika dengan teknik Mnemonik telah dinilai sangat valid, praktis, dan efektif dalam proses pembelajaran matematika.11 Pada penelitian ini, peneliti ingin melakukan penelitian tentang kemampuan pemecahan masalah dalam model pembelajaran Osborn dengan teknik Mnemonik, namun ditinjau dari aspek yang berbeda, yaitu kemampuan matematis siswa, karena kemampuan matematis memiliki hubungan erat dengan kemampuan pemecahan masalah.Oleh karena itu, penelitian ini mengangkat judul Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik Ditinjau dari Kemampuan Matematis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penerapan model pembelajaran Osborn dengan teknik Mnemonik pada siswa yang memiliki kemampuan matematis tinggi?

2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penerapan model pembelajaran Osborn dengan teknik Mnemonik pada siswa yang memiliki kemampuan matematis sedang?

3. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penerapan model pembelajaran Osborn dengan teknik Mnemonik pada siswa yang memiliki kemampuan matematis rendah?

10

Sinta Oktavianti, Farida, Fredi Ganda Putra, Op. Cit., hal 94.

11Ahmad Sodik, Skripsi Sarjana: “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

(19)

5

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penerapan model pembelajaran Osborn dengan teknik Mnemonik pada peserta didik yang memiliki kemampuan matematis tinggi

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penerapan model pembelajaran Osborn dengan teknik Mnemonik pada peserta didik yang memiliki kemampuan matematis sedang

3. Untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penerapan model pembelajaran Osborn dengan teknik Mnemonik pada peserta didik yang memiliki kemampuan matematis rendah

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peserta didik dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematis

2. Bagi pendidik dapat menjadi acuan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah matematis

3. Bagi penulis dapat menjadi sebuah pengalaman yang luar biasa dalam mempelajari model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah matematis

E. Batasan Masalah

Dalam penerapan model pembelajaran Osborn dengan teknik mnemonik ini menggunakan materi Bab Trigonometri Sub Bab Perbandingan Trigonometri, karena dianggap terdapat banyak sekali sub materi yang memerlukan hafalan rumus sehingga cocok untuk dilakukan model pembelajaran Osborn dengan teknik Mnemonik. Kemampuan matematis yang digunakan dalam penelitian ini berfokus pada kemampuan komunikasi tulis matematis.

F. Definisi Operasional

1. Kemampuan pemecahan masalah adalah kecakapan siswa dalam mencari jalan keluar yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yaitu sebagai pemulihan kembali situasi yang dianggap sebagai masalah bagi siswa yang menyelesaikannya.

(20)

6

langkah pemecahan masalah adalah memahami masalah, merencanakan cara penyelesaian, melaksanakan rencana, melihat kembali.

2. Model pembelajaran Osborn adalah pola pembelajaran yang diterapkan untuk merekonstruksi pikiran agar dapat bermunculan ide-ide baru untuk memecahan suatu masalah. Model pembelajaran Osborn pada penelitian ini dikolaborasikan dengan teknik Mnemonik, karena dalam penelitian Sinta dkk, menyatakan bahwa teknik ini sangat cocok untuk membantu proses pembelajaran model Osborn dalam melatih kemampuan pemecahan masalah siswa.

3. Teknik Mnemonik adalah cara untuk memudahkan mengingat sesuatu yang dilakukan dengan menyimbolkannya atau menghubungkannya dengan sesuatu.

4. Kemampuan matematis adalah pengetahuan dan keterampilan dasar seseorang dalam melakukan manipulasi matematika yang berdasarkan pada pemahaman konsep. Kemampuan matematis terdiri dari beberapa jenis, dan yang menjadi fokus peneliti adalah kemampuan komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis adalah suatu keterampilan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, di mana terjadi pengalihan pesan.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

1. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

Kamus Bahasa Indonesia mengartikan bahwa kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya)1. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus dilakukan. Selanjutnya, Wikipedia menguraikan bahwa kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan2. Kemampuan adalah sebuah penilaian terbaru atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

Kemampuan yang paling mendasar dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah. Dalam matematika, pemecahan masalah menjadi fokus utama dalam pembelajaran. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah dimiliki oleh siswa dalam matematika ditegaskan oleh Branca sebagai tujuan umum pengajaran matematika, kemampuan dasar dalam belajar matematika, dan kemampuan tersebut memiliki proses inti dalam kurikulum matematika yang meliputi metode, prosedur, dan strategi belajar3. Polya mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai4. Selanjutnya, Sukirman dan kawan-kawan mengatakan pemecahan masalah

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas,2008), 979.

2 Wikipedia, “Kemampuan” Wikipedia Ensiklopedia Bebas, diakses pada

https://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan, pada tanggal 10 Maret 2019

3

Ghaida Awaliyah, Skripsi Sarjana: “Pengaruh Kemampuan Pemecahan Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Se-Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal”. (Universitas Negeri Padang, 2015), 18

4 I Md. Aditya Dharma, I Md. Suarjana, I Kd. Suartama, “Analisis Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pada Siswa Kelas Iv Tahun Pelajaran 2015/2016 Di Sd Negeri 1 Banjar Bali”, e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, 4 : 1, 2016, 2.

(22)

8

dapat didefinisikan sebagai pemulihan kembali situasi yang dianggap sebagai masalah bagi seseorang yang menyelesaikannya. Pemulihan tersebut melalui serangkaian perbuatan yang secara bertahap dilakukan atau dipenuhi dan berakhir pada hasil yang diperoleh berupa penyelesaian masalah5.

Ruseffendi juga mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah amat penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari6. Sehingga secara umum, kemampuan pemecahan masalah dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencari jalan keluar dari sebuah situasi yang disebut dengan masalah, dan hal ini menjadi sangat penting dan mendasar dalam pembelajaran matematika maupun pembelajaran lain. Untuk memudahkan siswa dalam memecahkan suatu masalah, siswa terlebih dahulu harus memahami tentang jenis masalah yang akan dihadapi. Polya menyatakan bahwa terdapat dua macam masalah dalam matematika yaitu7:

a. Masalah untuk menemukan (problem to find), merupakan suatu masalah teoretis atau praktis, abstrak atau konkrit. Bahasan utama dari sebuah masalah adalah: apa yang dicari? Apa saja yang diketahui? Dan bagaimana syaratnya?

b. Masalah membuktikan (problem to prove), merupakan masalah untuk menunjukkan apakah suatu pernyataan benar atau salah, atau tidak keduanya. Bahasan utama dari sebuah masalah adalah hipotesis dan kesimpulan suatu teorema yang wajib dibuktikan kebenarannya.

2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

5 Ghaida Awaliyah, Op. Cit.,hal 15.

6

Leo Adhar Effendi, “Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP”, Jurnal Penelitian Pendidikan, 13 : 2, (Oktober 2012), 2.

7 Gatut Iswahyudi, “Aktivitas Metakognisi dalam Memecahkan Masalah Pembuktian

Langsung Ditinjau dari Gender dan Kemampuan Matematika”, (Paper presented at Seminar Nasional Program Studi Pendidikan Matematika UNS, Surakarta, 2012, 11.

(23)

9

Setelah siswa memahami jenis masalah yang akan dihadapi, maka pada langkah selanjutnya, siswa harus mengetahui langkah-langkah yang harus ia lakukan untuk memecahkan sebuah masalah. Langkah-langkah pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya sebagai berikut8:

Tabel 2. 1

Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Langkah Kegiatan Siswa

1) Memahami Masalah Dalam proses pemecahan masalah harus dapat ditentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Siswa bertanya pada dirinya sendiri

a) Apa yang diketahui dan tidak diketahui? b) Apa yang dicari?

Siswa juga mampu

membuat model matematikanya 2) Merencanakan Cara Penyelesaian Pemecahan masalah harus menemukan

hubungan hal yang diketahui dengan hal yang akan dicari dan merencanakan langkah pemecahan.

Siswa bertanya pada dirinya sendiri, “Bagaimana hubungan antara hal yang diketahui dan hal yang akan dicari?”

Kemudian siswa mampu membuat suatu rencana

untuk memecahkan

masalah. 3) Melaksanakan Rencana

Melaksanakan rencana pemecahan masalah dan mengoreksi langkah-langkahnya.

Siswa memeriksa kembali langkah-langkah rencana pemecahan masalah yang telah dibuat dengan detail agar tidak ada kesalahan dalam pelaksanaannya.

8

(24)

10

4) Melihat Kembali

Menguji kembali

pemecahan masalah yang telah dilakukan.

Siswa mengkritisi solusi dari pemecahan masalah yang telah diperoleh, mencari kelemahan dari solusi tersebut. (seperti

ambiguitas dan

ketidakonsistenan), dan mampu menginterpretasi hasil yang telah diperoleh.

3. Faktor-faktor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Seorang guru sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswanya. Menurut Danoebroto, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan siswa memecahkan masalah matematika yaitu9:

a. Kemampuan memahami ruang lingkup masalah dan mencari informasi yang relevan untuk mencapai solusi. b. Kemampuan dalam memilih pendekatan pemecahan

masalah atau strategi pemecahan masalah, kemampuan ini dipengaruhi oleh keterampilan siswa dalam merepresentasikan masalah dan struktur pengetahuan siswa.

c. Keterampilan berpikir dan bernalar siswa yaitu kemampuan berpikir yang fleksibel dan objektif.

d. Kemampuan metakognitif atau kemampuan untuk melakukan monitoring dan kontrol selama proses memecahkan masalah.

e. Persepsi tentang matematika.

f. Sikap siswa, mencakup kepercayaan diri, tekad, kesungguh-sungguhan, dan ketekunan siswa dalam mencari pemecahan masalah.

g. Latihan-latihan.

9 Ibid, halaman 18.

(25)

11

B. Model Pembelajaran Osborn

1. Pengertian Model Pembelajaran Osborn

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, model memiliki pengertian pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan; barang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis (difoto); orang yang (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yang akan dipasarkan; barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru.10 Model yang paling tepat digunakan dalam pembelajaran yang melatih kemampuan pemecahan masalah adalah model pembelajaran Osborn. Model pembelajaran Osborn merupakan cara merekonstruksi suatu pemikiran agar dapat digunakan untuk mengemukakan ide atau gagasan dengan tepat11.

Model pembelajaran Osborn juga diartikan suatu model pembelajaran yang didalamnya menggunakan metode

brainstorming. Metode brainstorming dipopulerkan oleh Alex

Faickney Osborn dalam bukunya Applied Imagination pada tahun 1953. Osborn mengemukakan bahwa kelompok dapat menggandakan hasil kreatifnya dengan brainstorming.12 Metode brainstorming adalah teknik untuk menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik.13 Model Osborn merupakan perangkat fleksibel yang dapat diterapkan untuk menguji masalah-masalah dan isu-isu nyata. Model ini dikembangkan oleh Alex Osborn dan Dr. Sidney Parnes, enam tahap dalam model ini merepresentasikan prosedur sistematis dalam mengidentifikasi masalah,

10

Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., hal 1034.

11 Sinta Oktavianti., Farida., Fredi Ganda Putra, “Implementasi Model Osborn dengan Teknik Mnemonic melalui Teori Konstruktivisme terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis”, MaPan : Jurnal Matematika dan Pembelajaran, 6 : 1, (Juni 2018), 96.

12

Hady, “Model Pembelajaran Brainstorming.” Kak Hady Berbagi, diakses dari http://hady-berbagi.blogspot.com/2014/01/model-pembelajaran-brainstorming.html, pada tanggal 22 Februari 2019

13 Nadia Nurmala Asih, Skripsi Sarjana: “Keefektifan Model Pembelajaran Knisley

Dengan Metode Brainstorming Berbantuan Cd Pembelajaran Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas X” (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013),

(26)

12

meciptakan gagasan, dan menerapkan solusi-solusi yang inovatif14. Dari penjelasan yang sudah ada, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Osborn adalah pola pembelajaran yang diterapkan untuk merekonstruksi pikiran agar dapat bermunculan ide-ide baru untuk memecahan suatu masalah. Siswa juga harus mampu untuk menyampaikan ide maupun gagasannya tersebut sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

2. Kelebihan Model Pembelajaran Osborn

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan, termasuk juga model pembelajaran Osborn. Kelebihan tersebut adalah sebagai berikut15:

a. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan gagasan baru dalam pemecahan suatu masalah

b. Siswa akan lebih berpikir dan bertindak secara kreatif c. Melatih siswa memecahkan masalah secara realistis karena

berdasarkan hasil pengematan secara langsung d. Relevan dengan kehidupan sesungguhnya

3. Kekurangan Model Pembelajaran Osborn

Selain kelebihan, model pembelajaran Osborn juga memiliki beberapa kelemahan yang wajib diperhatikan oleh guru yang akan menerapkan model pembelajaran ini untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Kelemahan tersebut antara lain16:

a. Memerlukan waktu yang lama dalam pelaksanaannya b. Didominasi oleh siswa yang aktif dan pandai, dan siswa

yang kurang aktif maupun kurang pandai akan tertinggal c. Guru tidak merumuskan kesimpulan karena siswa lah yang

merumuskan kesimpulan

d. Keterbatasan alat dapat menyulitkan siswa dalam mengamati dan menyimpulkan strategi pemecahan masalah

14

Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), 147.

15

Hady, Loc. Cit., 16 Hady, Loc. Cit.,

(27)

13

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Osborn

Langkah-langkah atau sintak model pembelajaran Osborn adalah sebagai berikut17:

Tabel 2.2

Langkah-langkah Model Pembelajaran Osborn

Langkah Kegiatan Siswa Kegiatan Guru

a. Tahap Penemuan Tujuan Memahami, mengidentifikasi tujuan dan tantangan soal Menjelaskan tentang masalah yang dihadapi beserta dengan latar belakangnya,

mengajak siswa untuk

aktif dalam

menyampaikan pemikirannya, dan menerapkan peraturan pokok bagi para anggota seperti mengemukakan pemecahan dengan cepat b. Tahap Penemuan Fakta Mengumpulkan fakta tentang masalah dan mengobservasi masalah seobjektif mungkin Membimbing siswa untuk mengumpulkan data secara objektif dan menunjuk seorang

penulis untuk

mencatat apa yang disampaikan oleh anggota kelompok c. Tahap Pemecahan Masalah Menguji berbagai masalah untuk memisahkannya menjadi bagian-bagian yang Membimbing siswa untuk menguraikan masalah secara terbuka 17 Miftahul Huda, Op. Cit, hal 148.

(28)

14 lebih kecil, seraya menguraikan masalah tersebut secara terbuka d. Tahap Penemuan Gagasan Menyampaikan berbagai pendapat dan saran sebanyak-banyaknya mengenai cara pemecahan masalah (brainstorming) Menampung semua pendapat dan saran yang disampaikan siswa tanpa dikritik

agar tidak menghambat kreativitas siswa e. Tahap Penemuan Solusi Mengevaluasi berbagai pendapat berdasar struktur atau faktor-faktor lain, menguji relevansinya, dan mencoret yang tidak relevan, serta bisa meminta argumen pendukung dari penyumbang saran Membimbing siswa untuk dapat mengevaluasi

pendapat atau saran dengan benar f. Tahap Penerimaa n Pimpinan kelompok menyimpulkan beberapa alternatif pemecahan

Mengajak siswa untuk mengambil

kesepakatan terakhir

cara pemecahan

masalah yang

(29)

15 masalah yang telah disetujui dan menerapkannya untuk memecahkan masalah C. Teknik Mnemonik

1. Pengertian Teknik Mnemonik

Secara istilah, Mnemonik adalah kata yang sudah dikenal dan dipakai sejak seribu tahun yang lalu atau lebih. Orang Yunani kuno dahulu sangat memuja kemampuan ingatan sehingga mereka mempunyai dewa yang bernama Mnemosyne, yang berarti berpikir masak-masak yang berkedudukan sebanding dengan dewa cinta atau kecantikan18. Sejumlah strategi ingatan dirancang oleh negarawan Yunani dan Romawi pada masa itu untuk membantu mengingat informasi dalam jumlah besar, dan untuk membuat pendengarnya terkesan dengan cara berpidato atau berdebat mereka.

Strategi Mnemonik (cara menghafal atau metode jembatan keledai) juga diartikan sebagai teknik menghafalkan sesuatu menggunakan bantuan. Bantuan tersebut bisa berupa singkatan, pengandaian dengan benda, atau linking (mengingat sesuatu berdasarkan hubungan dengan suatu hal lain), dan masih banyak metode lain. Contoh Mnemonik yang paling populer adalah MeJiKuHiBiNiU (Merah-Jingga-Kuning-Hijau-Biru-Nila-Ungu) yang digunakan untuk menghafal warna pelangi.19

Kamus Oxford mengartikan Mnemonik adalah tentang atau terdesain untuk membantu ingatan20. Pada dasarnya, Mnemonik adalah pemacu ingatan atau alat bantu untuk

18 Yufi Aris Lestari, Thesis Magister: “Metode Mnemonik untuk Mengingat Dua Belas

Nervus Cranialis pada Mahasiswa Tingkat II Akper Kosgoro Mojokerto” (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010), 7.

19

Helen Widia Wijayanti Purnamasari, Thesis Magister: “Pengembangan Buku Ajar Biologi dengan Bantuan Mnemonic dan Mind Mapping pada Sub Pokok Bahasan System Saraf Kelas XI SMA” (Jember: Universitas Jember, 2018), 11.

(30)

16

mengingat. Perintah mnemonik mengacu pada strategi belajar yang terancang secara khusus untuk mengingatkan ingatan. Hal ini bertujuan menghubungkan langsung informasi yang dipelajari dengan informasi di mana para pelajar segera dapat mengetahuinya.

2. Macam-macam Teknik Mnemonik

Teknik Mnemonik memiliki beberapa cara untuk meningkatkan daya ingat, seperti teknik loci, kata kunci, menghubungkan, akronim, dan akrostik. Teknik yang sesuai dengan materi dalam penelitian ini adalah teknik akronim, karena banyak rumus-rumus yang akan lebih mudah diingat apabila menggunakan teknik akronim dan loci. Teknik akronim dilakukan dengan membentuk akronim menggunakan setiap awal huruf dari sekelompok kata untuk membentuk kata baru21. “Although I'm a strong proponent of understanding the 'why' behind the math concept, there are acronyms that help individuals remember how to perform a set of procedure in math”22

, atau yang dapat diartikan bahwa akronim dapat

membantu seseorang untuk menunjukkan atau

mempresentasikan sebuah prosedur operasi dalam matematika.

Contoh dari pengertian di atas ialah PEDMAS (Parentheses,

Exponents, Division, Multiplication, Addition, Subtraction)

atau BEDMAS (Brackets, Exponents, Division, Multiplication,

Addition, Subtraction) yang digunakan untuk mengingat

prosedur operasi dalam materi aljabar.

Menurut De Porter dan Hernacki, Metode akronim ini dipakai untuk menghafal nama-nama yang berurutan seperti untuk menghafalkan nama-nama planet23. Kalimat atau hal-hal lain yang biasa menggunakan akronim dalam proses

21

Halwia, Skripsi Sarjana: ”Peningkatan Hasil Belajar melalui Teknik Mnemonic pada Pembelajaran Matematika di Kelas VIIA MTs Muhammadiyah Syuhada Kota Makassar” (Makassar: UIN Alauddin Makasar, 2016), 16.

22 Allen Grove, et.al., “What Is Bedmas? Use Bedmas To Remember the Order of Operations”, ThoughtCo, diakses dari https://www.thoughtco.com/definition-of-bedmas-2312372, pada tanggal 21 September 2018.

23

Kartika Asmarani, Skripsi Sarjana: “Efektifitas Metode Mnemonik dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke pada Mata Pelajaran Sejarah Tahun Pelajaran 2012/2013”, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013), 14.

(31)

17

menghafalnya seperti nama organisasi, misalnya PSSI akronim dengan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. Akronim terkadang memasukkan huruf kedua (biasanya huruf vokal) dengan tujuan singkatan lebih mudah terbaca seperti jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi) tetapi akronim tidak harus selalu membentuk kata. Contoh lain adalah nama seorang suku khayalan SOH-CAH-TOA sering digunakan untuk membantu siswa mengingat fungsi trigonometri24.

Teknik kedua setelah teknik akronim, ialah teknik loci. Loci (berarti lokasi) adalah teknik mnemonik yang berfungsi dengan mengasosiasikan tempat-tempat atau benda-benda di lokasi yang dikenal dengan hal-hal yang ingin anda ingat25. Teknik ini sangat dipengaruhi oleh imajinasi siswa, semakin konyol dan imajinatif, maka akan semakin mudah siswa mengingatnya. Menurut Cicero, metode ini dikembangkan dari puisi

Simeonides of Ceos, satu-satunya orang yang selamat ketika

gedung tempat pertunjukan runtuh26. Simonider mampu mengingat seluruh mayat yang ada dengan mengingat tempat duduk mereka. Metode ini mengkombinasikan memori visual dengan suatu tempat dan cocok untuk menghafalkan sebuah teks Panjang seperti rumus yang berupa kalimat Panjang ataupun pidato.

Metode loci memiliki urutan yang disimpulkan dari contoh

Stine yaitu27: memilih tempat yang mudah diingat seperti ruang

tamu dan kamar tidur. Langkah selanjutnya ialah memilih fakta yang akan diingat dan menggambarkannya secara visual yang menghubungkan fakta dengan barang-barang yang ada dalam tempat tersebut. Langkah yang terakhir ialah memunculkan ingatan tersebut beberapa kali agar lebih tajam.

3. Tahapan Belajar Dalam Mnemonik

Joyce dalam buku Models of Teaching mengungkapkan beberapa tahap yang dapat meningkatkan daya ingat dalam Mnemonik. Tahapan-tahapan tersebut adalah28:

24

Ibid. 25

Ibid, halaman 15.

26 Kartika Asmarani, Op. Cit., hal 15. 27 Ibid, halaman 16.

(32)

18

Tabel 2. 3

Tahapan-tahapan Belajar dalam Mnemonik

Tahapan Kegiatan Siswa Kegiatan

Guru

Attending

to the

material

Menyiapkan materi yang sudah disediakan. Bisa menggunakan garis bawah pada kalimat yang akan diingat Menyediakan materi yang akan dipelajari Developing connections Menghubungkan kata atau kalimat yang sudah digaris bawahi dan mengembangkannya menggunakan teknik akronim atau loci

Membimbing siswa untuk menggunakan teknik mnemonik Ekspanding sensori image Mempertajam ingatan dengan menggunakan imajinasi yang lucu atau mudah diingat dan termasuk dalam teknik

loci Memfasilitasi siswa untuk mempertajam ingatannya Practicing recall Mengulang materi sampai benar-benar paham Memancing siswa untuk mengulang kembali ingatan-ingatannya

4. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Mnemonik

Kelebihan teknik Mnemonik adalah memberikan suatu alternatif kepada siswa untuk mempermudah mengingat kembali informasi atau materi yang telah dipelajari29.

(33)

19

Mnemonik akan membantu pengorganisasian informasi yang menuju ke memori kerja dalam pola yang dikenal sedemikian rupa sehingga informasi tersebut lebih mudah dicocokkan dengan pola skema memori jangka panjang, karena pengenalan pola merupakan bagian terpenting dalam menghubungkan informasi ke dalam memori jangka panjang. Sedangkan kekurangannya adalah hanya membantu siswa untuk menngingat atau menghafal materi, selain itu teknik ini juga agak sulit digunakan karena untuk membuat asosiasinya atau jenis teknik yang digunakan (misalnya akronim yang digunakan) terkadang sulit untuk membentuknya30.

D. Kemampuan Matematis

1. Pengertian Kemampuan Matematis

Kemampuan matematis merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar seseorang dalam melakukan manipulasi matematika yang berdasarkan pada pemahaman konsep. Kemampuan matematis terdiri dari kemampuan pemahaman matematika, kemampuan komunikasi matematis, kemampuan representasi, kemampuan penalaran matematika, kemampuan koneksi matematik, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif matematik, kemampuan berpikir kritis matematik, dan kemampuan berpikir reflektif31.

Kemampuan matematis yang menjadi fokus penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis. Hal ini dikarenakan dalam model pembelajaran yang terdapat kelompok di dalamnya, komunikasi menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa untuk dapat mencerna berbagai pendapat atau saran yang ada untuk mendapatkan solusi pemecahan masalah yang paling tepat. Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana cara menyampaikan pesan agar

30

Ibid, halaman 18.

31 Dana Priyanto, “Indikator Kemampuan Kognitif.” Ayo Belajar, diakses pada http://danapriyanto.blogspot.com/2013/01/indikator-kemampuan-kognitif_1486.html, pada tanggal 07 Desember 2018

(34)

20

dapat dipahami oleh orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan dengan berbagai Bahasa, termasuk bahasa matematis.

Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunikasi matematis, karena berhubungan dengan proses pembelajaran matematika. Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu keterampilan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, di mana terjadi pengalihan pesan32. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, seperti konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara penyampaian pesannya dapat secara lisan maupun tertulis.

Di dalam proses pembelajaran matematika di kelas, komunikasi gagasan matematika bisa berlangsung antara guru dengan siswa, antara buku dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Menurut Hiebert setiap kali kita mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika, kita harus menyajikan gagasan tersebut dengan suatu cara tertentu33. Ini merupakan hal yang sangat penting, sebab bila tidak demikian, komunikasi tersebut tidak akan berlangsung efektif. Gagasan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang diajak berkomunikasi. Siswa harus mampu menyesuaikan dengan sistem representasi yang mampu digunakan. Tanpa hal tersebut, komunikasi hanya akan berlangsung satu arah dan tidak mencapai sasaran.

Within menyatakan kemampuan komunikasi menjadi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa

diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan,

menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika34. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelompok dalam

32 Dana Priyanto, Loc. Cit. 33 Dana Priyanto, Loc. Cit. 34 Dana Priyanto, Loc. Cit.

(35)

21

mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan yang baik ketika mereka saling mendengarkan ide anggota yang satu dan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyimpulkan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata mereka telah belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan membangun sendiri pengetahuan mereka. Kemampuan komunikasi matematis juga berpengaruh dalam proses kelompok dalam memecahkan masalah.

Kelompok belajar yang dibentuk tentunya menuntut anggotanya untuk dapat menyelesaikan dan memecahkan sebuah masalah. Salah satu faktor penentu seseorang dalam menyelesaikan masalah (problem solving) adalah kemampuan komunikasi matematis35. Dalam proses pemecahan masalah diperlukan kemampuan interaksi antar anggota untuk menyampaikan gagasan atau solusi matematis, serta kemampuan untuk menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika. Dua kemampuan tersebut termasuk dalam indikator kemampuan komunikasi matematis yang dapat memengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dalam sebuah penelitian juga telah dibuktikan bahwa kemampuan komunikasi matematika secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah36. Dwi Erna dkk juga mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi matematika diperlukan untuk menginformasikan serta memaknai hasil pemecahan masalah37. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang diadopsi dari Dana Priyanto, karena beliau mendeskripsikan indikator kemampuan komunikasi matematis

35

M. E. Brenner., ( “Development Of Mathematical Communication In Problem Solving Groups By Language Minority Students”, Bilingual Research Journal, 22 : 2-4, (1998), 149.

36 Rezi Ariawan & Hayatun Nufus, “Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics), 1 : 2 ( Januari 2017), 90.

37

Dwi Erna Novianti, Anis Umi Khoirotunnisa, dan Ari Indriani., “Profil Pemecahan Masalah Matematika dalam Menyelesaikan Permasalahan Pemrograman Linear Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 6:1 (Bojonegoro, 2017), 54.

(36)

22

dengan lebih jelas. Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari kemampuan berikut38 :

a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.

b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau

simbol matematika

d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika

e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi Matematika tertulis

f. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi

E. Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik

Mnemonik

Model Pembelajaran Osborn adalah model pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk memiliki pemikiran terbuka untuk mendapatkan ide-ide atau gagasan baru. Tentunya banyak ide-ide yang datang dalam pikiran secara beruntun, sehingga sulit bagi siswa untuk menyampaikannya. Teknik yang dapat digunakan untuk membantu menguatkan ingatan siswa dalam mengorganisir ide-ide barunya adalah teknik Mnemonik dengan metode akronim. Teknik Mnemonik ini dapat dilakukan pada beberapa sintak model pembelajaran Osborn yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Hubungan antara model pembelajaran Osborn dengan teknik Mnemonik digambarkan secara lebihnya dalam tabel berikut:

Tabel 2. 4

Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik

Langkah Kegiatan Siswa Teknik Mnemonik

a. Tahap Penemuan Tujuan

Memahami, mengidentifikasi tujuan dan tantangan soal

-

38 Dana Priyanto, Loc. Cit.

(37)

23 b. Tahap Penemuan Fakta Mengumpulkan fakta tentang masalah dan mengobservasi masalah seobjektif mungkin Menyiapkan materi yang sudah disediakan. Bisa menggunakan garis bawah pada kalimat yang akan diingat c. Tahap Pemecahan Masalah Menguji berbagai masalah untuk memisahkannya menjadi bagian-bagian yang lebih

kecil, seraya

menguraikan masalah tersebut secara terbuka

Menghubungkan kata atau kalimat yang sudah digaris bawahi dan

mengembangkannya menggunakan teknik akronim atau loci

d. Tahap Penemuan Gagasan

Menyampaikan berbagai pendapat dan saran sebanyak-banyaknya mengenai cara pemecahan masalah (brainstorming) Mempertajam ingatan dengan menggunakan imajinasi yang lucu atau mudah diingat dan termasuk dalam teknik loci e. Tahap Penemuan Solusi Mengevaluasi berbagai pendapat berdasar struktur atau faktor-faktor lain, menguji relevansinya, dan mencoret yang tidak relevan, serta

bisa meminta argumen pendukung dari penyumbang saran Mengulang materi sampai benar-benar paham f. Tahap Penerimaan Pimpinan kelompok menyimpulkan beberapa alternatif pemecahan masalah yang telah disetujui

(38)

24

dan menerapkannya untuk memecahkan masalah

F. Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan matematis yang berhubungan erat dengan model pembelajaran Osborn adalah kemampuam komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis diterapkan dalam proses penyampaian ide atau gagasan baru yang dimiliki oleh siswa. Setiap kali kita mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika, kita harus menyajikan gagasan tersebut dengan suatu cara tertentu39. Hal ini bertujuan agar komunikasi menjadi lebih efektif. Lebih jelasnya mengenai hubungan model pembelajaran Osborn dengan kemampuan komunikasi matematis adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5

Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Kemampuan Matematis

Langkah Kegiatan Siswa Kemampuan

Komunikasi Matematis a. Tahap Penemuan Tujuan memahami, mengidentifikasi tujuan dan tantangan soal

Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika b. Tahap Penemuan Fakta Mengumpulkan fakta tentang masalah dan mengobservasi masalah seobjektif mungkin Membaca dengan pemahaman suatu presentasi Matematika tertulis 39 Dana Priyanto, Loc. Cit.

(39)

25 c. Tahap Pemecahan Masalah Menguji berbagai masalah untuk memisahkannya menjadi

bagian-bagian yang lebih

kecil, seraya menguraikan masalah tersebut secara terbuka Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika d. Tahap Penemuan Gagasan Menyampaikan berbagai pendapat dan saran sebanyak-banyaknya mengenai

cara pemecahan

masalah

(brainstorming)

Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar e. Tahap Penemuan Solusi Mengevaluasi berbagai pendapat berdasar struktur atau faktor-faktor lain, menguji relevansinya, dan mencoret yang tidak relevan, serta

bisa meminta argumen pendukung dari penyumbang saran Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi Mengulang materi sampai benar-benar paham f. Tahap Penerimaan Pimpinan kelompok menyimpulkan beberapa alternatif pemecahan masalah yang telah disetujui dan menerapkannya untuk memecahkan masalah

(40)

26

G. Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik

Mnemonik Ditinjau dari Kemampuan Matematis

Pada dasarnya, model pembelajaran Osborn adalah perangkat pembelajaran yang bertujuan untuk merekonstruksi gagasan baru siswa. Model ini dapat dibantu oleh teknik Mnemonik yang terdesain untuk membantu ingatan40. Ingatan ini meliputi ingatan siswa dalam menyimpan ide-ide atau gagasan kreatif mereka untuk dipresentasikan di depan kelas. Hubungan antara teknik Mnemonik dan kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat secara lebih jelas dalam tahap model pembelajaran Osborn yaitu identifikasi. Namun, kemampuan komunikasi juga bisa digunakan sesuai kebutuhan dalam proses pembelajaran model Osborn dengan teknik Mnemonik. Hubungan antara Model Pembelajaran yang di dalamnya terdapat teknik Mnemonik dengan kemampuan matematis dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2. 6

Hubungan Model Pembelajaran Osborn dengan Teknik Mnemonik Ditinjau dari Kemampuan Matematis

Langkah Kegiatan Siswa Teknik Mnemonik Kemampuan Komunikasi Matematis a. Tahap Penem uan Tujuan memahami, mengidenti fikasi tujuan dan tantangan soal - Menghubungka n benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika b. Tahap Penem uan Fakta Mengumpu lkan fakta tentang masalah dan mengobser vasi masalah seobjektif Menyiapkan materi yang sudah disediakan. Bisa menggunakan garis bawah pada kalimat yang akan diingat Membaca dengan pemahaman suatu presentasi Matematika tertulis

(41)

27 mungkin c. Tahap Pemec ahan Masala h Menguji berbagai masalah untuk memisahka nnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, seraya menguraika n masalah tersebut secara terbuka Menghubungkan kata atau kalimat

yang sudah digaris bawahi dan mengembangkan nya menggunakan teknik akronim atau loci Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika d. Tahap Penem uan Gagasa n Menyampa ikan berbagai pendapat dan saran sebanyak-banyaknya mengenai cara pemecahan masalah (brainstor ming) Mempertajam ingatan dengan menggunakan imajinasi yang lucu atau mudah diingat dan termasuk dalam teknik loci

Menjelaskan ide, situasi, dan relasi

matematik, secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar

(42)

28 e. Tahap Penem uan Solusi Mengevalu asi berbagai pendapat berdasar struktur atau faktor-faktor lain, menguji relevansiny a, dan mencoret yang tidak relevan, serta bisa meminta argumen pendukung dari penyumban g saran Mengulang materi sampai benar-benar paham Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi Mengulang materi sampai benar-benar paham f. Tahap Peneri maan Pimpinan kelompok menyimpul kan beberapa alternatif pemecahan masalah yang telah disetujui dan menerapka nnya untuk memecahk an masalah - -

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati52. Data yang diperoleh berupa data kualitatif yang kemudian dideskripsikan untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan pemecahan masalah dalam model pembelajaran Osborn dengan teknik Mnemonik ditinjau dari kemampuan matematis siswa.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 di SMAN 1 Mojokerto

Tabel 3. 1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Tanggal Kegiatan

1 18 Juli 2019 Permohonan izin penelitian di sekolah 2 25 Juli 2019 Pelaksanaan tes kemampuan matematis 3 2 Agustus 2019 Pelaksanaan observasi keterlaksanaan

sintak

3 2 Agustus 2019 Pelaksanaan tes pemecahan masalah matematis

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas X-MIPA 6 SMA Negeri 1 Mojokerto. Pemilihan sampel dilakukan dengan memilih 1 kelas diantara 9 kelas X yang ada di SMA Negeri 1 Mojokerto, yaitu kelas X-MIPA 6. Tes kemampuan matematis disusun sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 5 butir soal uraian yang relevan dengan materi perbandingan trigonometri. Setiap soal dinilai berdasarkan rubrik penskoran kemampuan matematis. Berdasarkan

52 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 3.

(44)

30

hasil nilai tes kemampuan komunikasi matematis, siswa akan dibagi menjadi siswa dengan kemampuan matematis rendah, sedang, dan tinggi. Peneliti kemudian mengambil subjek menggunakan teknik perbandingan tetap, yaitu dengan mengambil sebanyak 2 siswa berkemampuan matematis tinggi, 2 siswa berkemampuan matematis sedang, dan 2 siswa berkemampuan matematis rendah. Dalam tahap pemilihan 2 siswa per kategori ini, peneliti memilih subjek dengan mempertimbangkan saran guru mata pelajaran matematika. Setelah siswa menyelesaikan tes kemampuan matematis yang diberikan oleh peneliti, didapatkan 7 siswa dengan kemampuan matematis tinggi, 13 siswa dengan kemampuan matematis sedang, dan 11 siswa dengan kemampuan matematis rendah. Berdasarkan pertimbangan peneliti bersama dengan guru mata pelajaran matematika, maka ditentukan bahwa subjek dengan kemampuan matematis tinggi diambil dari siswa dengan dua nilai tertinggi dari tes kamampuan matematis, subjek dengan kemampuan matematis sedang diambil dari nilai tengah atau median dari nilai siswa-siswa yang berkemampuan matematis sedang, dan subjek dengan kemampuan matematis rendah diambil dari dua nilai terendah dari hasil tes kemampuan matematis. Sehingga, dapat disimpulkan subjek pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Subjek Penelitian No Nama Kemampuan Matematis Kode 1 V. O Tinggi 2 W. R Tinggi 3 M. F Sedang 4 S. N Sedang 5 I. V Rendah 6 M. I. Rendah

(45)

31

Diagram 3.1

Alur Pemilihan Subjek Penelitian

Mulai

Penentuan Calon Kelas

Pemberian soal tes kemampuan matematis

Analisis hasil tes kemampuan matematis

Kelompok Tinggi

Kelompok Sedang

Apakah setiap kelompok terisi?

Dua siswa Kelompok Tinggi Dua siswa Kelompok Sedang

Meminta pertimbangan guru tentang kemampuan matematis siswa

Selesai Dua siswa Kelompok Rendah Kelompok Rendah

(46)

32

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mengambil data tentang kemampuan pemecahan masalah yang ditinjau dari kemampuan matematis siswa. Secara umum, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes berbasis Tugas. Secara spesifik, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tes Kemampuan Matematis (TKM)

Tes kemampuan matematis dalam penelitian ini berfokus pada tes kemampuan komunikasi matematis siswa. Tes ini berfungsi untuk mengelompokkan subjek penelitian. Soal tes berupa 5 butir soal uraian yang dapat mengukur kemampuan matematis siswa. Peneliti membuat soal dengan memperhatikan indikator-indikator kemampuan matematis dan telah divalidasi oleh para ahli.

2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)

Tes kemampuan pemecahan masalah berfungsi sebagai objek utama dalam penelitian ini. Tes berupa soal uraian yang meliputi masalah yang sesuai indikator-indikator pemecahan masalah Polya dan sudah divalidasi oleh para ahli di bidangnya. Tes ini diberikan pada tahap akhir pembelajaran sebagai tugas pengayaan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Keterangan:

: Awal/Akhir : Hasil

: Kegiatan : Urutan kegiatan

(47)

33

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Tes Kemampuan Matematis

Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang mampu mengukur tingkat kemampuan matematis siswa. Soal kemampuan matematis dalam penelitian ini berupa 5 butir soal uraian yang disusun oleh peneliti melalui bimbingan dengan dosen pembimbing, sesuai dengan indikator-indikator kemampuan matematis, dan sudah divalidasi oleh para ahli di bidangnya.

2. Lembar Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Instrumen untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berbentuk tes, instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM), sebelum digunakan harus memiliki kriteria valid agar mendapatkan data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang valid

pula53. Sebelum digunakan untuk penelitian, instrumen penelitian harus divalidasi oleh para ahli terlebih dahulu untuk mengetahui apakah tes kemampuan pemecahan masalah tersebut layak digunakan atau tidak.

Adapun nama-nama validator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

53

Mohammad Faizal Amir, “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar”, (Paper presented at Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan : Tema “Peningkatan Kualitas Peserta didik Melalui Implementasi Pembelajaran Abad 21” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Sidoarjo, 2015), 39.

(48)

34

Tabel 3. 3 Validator Instrumen

No. Nama Validator Jabatan

1 Dimas Danar Septiadi, M.Pd Dosen Tadris Matematika IAIN Jember

2 Zainullah Zuhri, S.Pd., M.Si. Dosen Matematika UIN Sunan Ampel Surabaya

3 Gatot Pangestu, S.Pd. Guru Mata Pelajaran

Matematika SMA

Negeri 1 Mojokerto

F. Teknik Analisis Data

Langkah yang dilakukan setelah memperoleh data adalah analisis. Tujuan utama analisis adalah untuk membuat data yang diperoleh dapat dimengerti sehingga penemuan yang dihasilkan bisa dikomunikasikan kepada orang lain54.

1. Analisis Data Tes Kemampuan Matematis Siswa

Data tes kemampuan matematis dalam penelitian ini berupa skor hasil tes kemampuan matematis siswa. Hasil tes kemampuan matematis digunakan untuk menentukan subjek penelitian. Teknik analisis data kemampuan matematis siswa adalah sebagai berikut55:

54 Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Op. Cit., hal 255.

55 Agus Dwi Wijayanto., Siti Nurul Fajriyah., Ika Wahyu Anita., “ Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Pada Materi Segitiga dan Segiempat”, Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 2: 1, (2018), 99.

Gambar

Tabel 4. 4: Skor Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah  Subjek S 3  .....................................................................76  Tabel 4
Tabel 3. 2  Subjek Penelitian  No  Nama  Kemampuan  Matematis  Kode  1  V. O  Tinggi  2  W
Tabel 3. 3  Validator Instrumen

Referensi

Dokumen terkait

Habitat perkembangbiakan yang ditemukan adalah genangan air bersifat tidak tetap / temporer yaitu pada tapak roda kendaraan berat, lempeng besi yang tidak

Informasi atau berita yang disampaikan melalui beberapa media online baik blog pewarta warga maupun media online milik media utama, umumnya sudah melalui proses

Meningkatnya jumlah siswa yang tuntas dari siklus I ke siklus II ini disebabkn karena dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

Hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan pupuk lengkap (Urea + SP36 + KCl), atau kombinanasi Urea+KCl, atau kombinasi Urea+SP36 menunjukkan pengaruh yang

Dari angka ini bisa dilihat bahwa ternyata pariwisata memberikan dampak positif berupa peningkatan pendapatan Kasus yang terjadi di Desa Patak Banteng sendiri

Fraktur basis cranii merupakan fraktur akibat benturan langsung pada daerah- daerah dasar tulang tengkorak (oksiput, mastoid, supraorbita); transmisi energy

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) peningkatan kemampuan koneksi matematis antara siswa yang diberi pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari siswa yang diberi

Adapun faktor yang mempengaruhi Lingkungan internal organisasi yaitu (1). Faktor-faktor internal organisasi yang mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi antara