RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR SKRIPSI oleh : RAHMALINA 95 231 113 FAKULTAS PSIKOLOGI
UNI\ ERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Llniversitas Islam Indonesia
untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna Memperoleh
Derajat Sarjana Psikologi
Oleh:
RAHMALINA 92 231 113
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia dan diterima
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-l Psikologi
Pada tanggal
c L*
Dewan Penguji
DR. Sukarti
2 Dra. Ratna Wulan, SU.
3. Yulianti Dwi Astuti, S. Psi
rm
Mengesahkan
Fakultas Psikologi
MAMA, Papa, AMI tfuen, MamajM, Mama led
Mas Tung, 'sista-Lenny', 'sista Titch', Oq'6ent'andTaiq'ucun
AlhamJulillahi Rabbil 'alanim.?^ syukur yang tak terhingga kepada Allah swt
yang senant.asa merabenkan karunianya, kasih dan sayang sehingga skripsi ini dapat
Ul SCI C Sell Kd.ll.
Penyelesaian skripsi ini telah melibatkan banyak pihak, oleh karena itu dengan
setulus hati peneliti ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih
yang'sebesar-besarnya kepada :
1 Ibu DR Sukarti selaku Dekan, untuk kesediaan behau menjadi pembimbing utama
dalam tugas akhir yang dengan penuh perhatian membimbing, mengarahkan peneliti
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Yulianti, Dwi S.Psi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi
dosen pembimbing Pendamping, yang dengan kesabaran membenkan saran masukan
kntik
semangat terutama disaat-saat peneliti menemui
hambatan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3.
Bapak Fuad Nashori, M.Psi selaku Dosen pembimbing akademik atas dukungan dan
motiyasi semangat yang dibenkan kepada peneliti selama menyelesaikan studi di
Faku tas Psikn nm I1II J
Fakultas Psikologi UII
4. Bapak Iskandar, S.E, selaku dosen STEI yang telah membenkan ijin untuk
mengadakan penehtian di Universitas tersebut.
5. Seluruh mahasiswa STEI selaku subjek penelitian ini.Tenmakasih atas kesediaannya.
6. Seluruh karyawan non edukatif di fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
Mas Ferry, beserta lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas
kemudahan yang telah dibenkan bagi 'mahasiswi bermajalah ini' selama masa
pendidikan peneliti.
7. Ibu Rohimah dan ibu Munjiah, selaku karyawan perpustakaan Fakultas Psikologi UII
Uni yang telah banyak membantu mem ben buku-buku dan ijin yang dibutuhkan. '
8. Ndah Kusman yang selalu bersedia membantu dalam segala hal dan selalu
membenkan dukungan moril serta bersedia menjadi "best consultant' untuk segala
hal. 1hanks a lot tor being 'my special friend' and "good suporter'.
9. •Da Yassir, untuk dukungan moril, warning dan 'Fun therapy'-nya.
lO.Mba' Mamiek untuk
dukungan, dan 'pelatihan interpretasi' seluruh hasil
penghitungan dan pinjaman buku-buku yang dibutuhkan.12. Terimakasih untuk temen-temen yang telah banyak mendukung penelitian ini Uni
Nietsen, Jeng Ismu, Mba' Henny, Ray, Aan, Kris, Bandar .' Tebaran Pesona' dan
dukungan kalian sangat membantu penyusunan penelitian ini.
13. Special fur Normann, thanks alot for tCnurhj & (Ciml-ifnrr-uirU-jpnrliT,
if lutsb il Ifori'urr.
Yogyakarta, Juli 2001
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN MOTTO iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
UCAPAN TERIMAKASIH v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BABI PENDAHULUAN 1
C. Latar Belakang 1
D. Tujuan Penelitian 6
E. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. 1. Pengertian Motif 7
A. 2. Motif Berprestasi 9
A. 3. Ciri Motif Berprestasi Tinggi 11
A. 4. Fungsi Motif Berprestasi Tinggi 13
B. STABILITAS EMOSI 17
C. Hubungan antara Stabilitas Emosi dengan Motif
berprestasi 27
D. HIPOTESIS 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN 30
B. DEFINISI OPERASIONAL 30
C. SUBJEK PENELITIAN 31
D. METODE PENGUMPULAN DATA 31
1. Skala Motif Berprestasi 33
1. Validitas 35
2. Reliabilitas 35
F. METODE ANALISIS DATA 38
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. PERSIAPAN PENELITIAN 39
1. Orientasi Kancah 39
2. Persiapan Alat Ukur 39
B. PELAKSANAAN PENELITIAN 44 C. ANALISIS DATA 45 D. PEMBAHASAN 47 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 54 B. SARAN 54 DAFTAR PUSTAKA 58 LAMPIRAN-LAMPIRAN 61 V I l l
LAMP1RAN Halaman
A. Alat Ukur Sebelum Uji Coba 61
B. Data Try Out 67
1. Skala MotifBerprestasi 62
2. Skala Stabilitas Emosi 62
C. Hasil Analisis Daya Diskriminasi Aitem 63
1. Skala Motif Berprestasi 63
2. Skala Stabilitas Emosi 63
D. Alat Ukur Penelitian 63
1. Skala Motif Berprestasi 64
2. Skala Stabilitas Emosi 64
E. Skor Penelitian 65
F. Hasil Analisis Data Penelitian 66
G. Surat Bukti Penelitian 67
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, tujuan utama pendidikan adalah membantu anak didik untuk
mencapai kematangan pribadi. Joesoef (dalam Sindhunata, 2001) berpendapat bahwa pendidikan hams memiliki pengaruh inovatif terhadap kondisi-kondisi kemasyarakatan yang dapat menunjang perkembangan pembangunan. Sudah
selayaknya pendidikan dapat dirasakan seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan
masing-masmg individu. Pendidikan merupakan tanggung jawab lingkungan keluarga
inti, lingkungan masyarakat luas, lingkungan sekolah dan pemenntah.
Hampir setiap orang menyadari pentingnya pendidikan sebagai bekal yang
cukup untuk hidup mandiri di masyarakat. Bekal tersebut biasanya diartikan sebagai
sejumlah kumpulan dari kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu
kelak dapat menyumbangkan tenaga dan pikirannya yang bernilai positif bagi
kesejahteraan bersama dalam hidup bermasyarakat.
Perolehan
kemampuan-kemampuan tersebut didapat melalui berbagai macam jenis pendidikan, seperti
pendidikan informal, pendidikan non-formal dan pendidikan formal.
Bentuk pendidikan fonnal yaitu pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah. Pendidikan formal adalah pendidikan yang proses belajarnya terjadwal secara teratur
Salah satu bentuk dan lembaga pendidikan formal adalah perguruan tinggi
dimana lembaga pendidikan ini mengemban berbagai tugas, yakni tugas pendidikan
dan pengajaran, tugas penelitian dan pengembangan ilmu serta pengabdian pada
masyarakat. Sejalan dengan tugas-tugas pendidikan yang ada diharapkan lembaga
pendidikan perguruan tinggi dapat melahirkan manusia-inanusia dengan kemampuan
intelektual yang memiliki prestasi akademik memuaskan dalam masa studi yang telah
ditentukan.
Pencapaian keberhasilan dalam pendidikan itu sendiri dipengaruhi oleh
banyak faktor. Individu sebagai siswa didik berperan menjadi subjek dalam proses
pendidikan ini, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian keberhasilan
pendidikan dapat dilihat dari siswa didik itu sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi
faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri maupun faktor yang berasal
dari luar individu. Pengaruh yang ditimbulkan oleh faktor tersebut dapat bersifat
mendukung kelancaran proses belajar itu sendiri sehingga tercapai hasil yang
memuaskan, namun dapat juga terjadi pengaruh negatif dimana faktor-faktor yang
ada menghambat kelancaran dalam proses belajar sehingga tidak tercapai hasil yang
memuaskan.
Faktor dan luar diri individu yang mempengaruhi proses belajar oleh individu
adalah keluarga, masyarakat, sekolah dan teman sepermainan. Sedangkan faktor yang
berasal dari dalam diri individu yang berpengaruh terhadap proses belajarnya adalah
menyertai perkembangan individu dalam kehidupannya.
Kepribadian individu tampak dalam perilaku keseharian individu. Aspek kepribadian yang berkaitan langsung dengan proses belajar oleh individu adalah perilaku kedisiplinan yakni kemampuan membagi waktu antara belajar, kuliah,
bersantai dan mengikuti aktivitas di dalam maupun di luar kampus.
Faktor lain yang juga biasa terjadi adalah kemalasan, hal ini yang seringkali
menjadi hambatan ketidakberhasilan dalam studi meskipun mahasiswa yang
bersangkutan memiliki inteligensi yang tinggi. Bentuk kemalasan dan mahasiswa itu
sendiri dapat dilihat seperti, penundaan dalam mengerjakan tugas dan contoh lainnya
yang banyak ditemui adalah lamanya penyelesaian masa studi oleh mahasiswa yakni
melewati batasan waktu penyelesaian yang semestinya.
Keadaan yang demikian menunjukkan bahwa sebagian besar dari mahasiswa
kita masih memiliki dorongan (motif) berprestasi yang rendah. Mahasiswa sebagai
peserta didik sudah seharusnya memiliki motif berprestasi yang tinggi, karena motif
berprestasi merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan mahasiswa
dalam pendidikannya, motif berprestasi juga mengarahkan pada terciptanya lulusan Perguruan Tinggi yang berkualitas, sehingga mewujudkan pemngkatan sumber daya
manusia dalam segi kualitas akademik Intelektual. Sumber daya manusia yang
berkualitas ini, diharapkan nantinya dapat menunjang perkembangan pembangunan
menggolongkannya menjadi dua bagian, yaitu:
a. Motif Ekstrinsik :yaitu motif yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
b. Motif Intrinsik : yaitu motif yang muncul dan dalam diri individu sendiri tanpa
adanya dorongan.Perilaku individu yang didorong oleh motif intrinsik lebih efektif dan sukses
bila dibandingkan dengan perilaku yang didorong oleh motif ekstrinsik. Motif
intrinsik terdapat dalam diri individu itu sendiri merupakan bagian dan kondisi
individu dan variabel kepribadiannya. Perilaku ataupun sikap individu tidak hanya
ditentukan oleh satu variabel semata. Variabel-variabel dalam diri individu saling
mempengaruhi satu sama lain, begitu juga yang terjadi dengan motif berprestasi
dimana keberadaannya juga berkaitan dengan variabel kepribadian yang
lain.
Variabel lain dan kepribadian individu yang menyertai dan memiliki pengaruh besar
dalam keseharian individu adalah emosi.
Aspek kepribadian yang dianggap ikut mempengaruhi perilaku manusia
adalah kecerdasan emosi yang merupakan kecakapan dalam manajemen emosi oleh
individu, yakni kemampuan individu dalam mengetahui dan mengelola dengan baik
seluruh aspek emosi yang dimiliki, sehingga emosi berlaku sebagai sumber energi,
individu. Goleman juga menegaskan bahwa inteligensi yang tinggi bukan merupakan
faktor utama bagi kesuksesan individu.
Morgan (1986) menyatakan bahwa, emosi juga memberikan kekuatan pada
motivasi untuk mengarahkan perilaku individu. Emosi juga merupakan pengalaman,
yaitu suatu yang dapat dirasakan oleh setiap individu.
Sifat dari emosi itu sendiri, memiliki pengaruh positif ataupun pengaruh
negatif bagi masing-masing individu dalam sikap dan perilaku keseharian individu.
Emosi yang bersifat positif, diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik bagi sikap dan perilaku individu, dalam hal ini motif berprestasi individu, tentu saja sifat emosi yang positif dapat dilihat dari tingkat kestabilannya, begitu juga sebaliknya.
Keberhasilan mahasiswa dalam menempuh pendidikannya menjadikan
pentingnya bagi mahasiswa untuk memiliki motif berprestasi , sehubungan dengan
motif berprestasi itu sendiri, penelitian yang dilakukan oleh Goleman (1996) menyatakan bahwa keberhasilan individu ditentukan oleh kecakapan emosi dari individu itu sendiri. Kesimpulan yang dapat diambil adalah keberhasilan individu dipengaruhi oleh motif yang dimiliki dan keadaan emosi yang baik dari individu
tersebut. Penelitian mengenai motif berprestasi itu sendiri pernah diteliti, dengan judul 'Motivasi Berprestasi dan prestasi Akademis mahasiswa Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta' oleh Rasimin (1982) dan Prihastuti (1994) dengan judul
berprestasi pada populasi lain dengan tingkat pendidikan atas, yakni mahasiswa.
Sedangkan penelitian lain yang menggunakan variabel Stabilitas Emosi adalah
Pengaruh Self Esteem, Stabilitas Emosi terhadap produktivitas karyawan PT Avon
Indonesia (Instyari, 1995).
Menyimak persoalan yang telah diuraikan di atas membuat penulis tertank
untuk mengajukan judul "Motif Berprestasi ditinjau dari Stabilitas Emosi."
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara stabilitas emosi dengan motif
berprestasi pada mahasiswa.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ada dua macam, yaitu :
1. Secara teontis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi pengembangan konsep-konsep dalam bidang psikologi khususnya psikologi
pendidikan dan psikologi kepribadian.2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat
terutama mahasiswa,
orang tua dan pihak pendidik untuk menyelesaikan
A. MOTIF BERPRESTASI A.i. Pengertian Motif
Setiap tindakan manusia memiliki motif dalam untuk mencapai suatu tujuan.
Istilah 'motif dan 'motivasi' dapat digunakan secara bergantian, karena pengertian
diantara keduanya sukar dibedakan secara tegas. Dinyatakan oleh Purwanto (1984),
motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dan dalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu, sedangkan motivasi
adalah "pendorongan" :suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Kata 'motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dan dalam diri
subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Motif dapat juga diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motif
menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
dirasakan mendesak, hal ini dinyatakan oleh, Sardiman (dalam Prihastuti',1994).
Suryabrata (1984) menyatakan bahwa motif merupakan suatu keadaan dalam
pnbadi individu yang mendorong individu melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
Young dan dikutip oleh Coffer dan Appley (1964), menyatakan bahwa motif sebagai
suatu proses yang menimbulkan suatu kegiatan, melanjutkan kegiatan serta
menentukan arah kegiatan.
Teori lain yang dinyatakan oleh Sartain (1973), yaitu motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme dan mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.
Martaniah (1982) mengemukakan bahwa motif merupakan suatu konstruksi yang potensial, laten dan dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang secara relatif
dapat bertahan meskipun masih ada kemungkinan berubah, yang berfungsi
menggerakkan serta mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
Pendapat Atkinson (1959) menyatakan bahwa motif dapat diartikan sebagai
suatu kecenderungan laten yang mendorong atau mengarahkan individu untuk
mencapai tujuan tertentu.
Pendapat lain dari Suryabrata (1984), mengenai motif adalah penggolongan
motif menjadi dua bagian, yaitu;
A.i.a. Motif Ekstrinsik; yaitu motif yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar, seperti misalnya orang belajar giat karena diberitahu sebentar lagi ada
ujian.
A.i.b. Motif Intrinsik; yaitu motif yang berfungsinya tidak perlu mendapat rangsang dan luar. Memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan. Misalnya
Perilaku individu yang didorong oleh motif intrinsik lebih efektif dan sukses bila
dibandingkan dengan perilaku yang didorong oleh motif ekstrinsik.
Beberapa definisi yang telah disebutkan di atas mengenai motif, dapat dilihat
adanya kesamaan pandangan bahwa motif merupakan suatu kekuatan dalam diri
individu yang dapat mendorong, mengarahkan atau menimbulkan suatu tingkah laku
dalam mencapai suatu tujuan oleh individu.
A.ii. Motif berprestasi
Sehubungan dengan dunia pendidikan, motif yang idealnya dimiliki siswa
didik adalah motif berprestasi, yang memiliki peranan penting dalam prestasi
individu. Dikatakan Rasimin (1982), motif berprestasi hams ada dalam kehidupan
sehan-han. Motif ini akan mendorong individu dalam mengatasi rintangan dan
mencapai hasil yang lebih baik dari hasil sebelumnya, juga motif ini akan mendorong
seseorang untuk bersaing dengan sehat.Motif berprestasi dinyatakan oleh Lindgrend (1973) sebagai suatu dorongan
yang ada pada seseorang sehubungan dengan prestasi, yaitu menguasai,
memanipulasi serta mengatur lingkungan sosial maupun fisik, mengatasi
nntangan-nntangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing dengan melalui
usaha-usaha untuk melebihi perbuatannya yang lampau serta mengungguli perbuatan orang
Menurut McClelland (1969) motif digolongkan menjadi tiga bagian yaitu motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Ketiganya disebut motif
sosial. Menurutnya motif berprestasi merupakan pendorong bagi seseorang untuk
bertindak atau berkompetisi dengan standar yang paling baik. Tindakan ini bukan
untuk memperoleh pujian, melainkan mencari kepuasan, bila dapat berprestasi
melalui kompetisi dengan keadaan dirinya sekarang maupun lingkungan.
Selanjutnya Mckeachie, Doyle dan Moffet (1976) mengemukakan definisi yang hampir serupa dengan pendapat para ahli diatas. Menurut Mckeachie motif
berprestasi adalah keinginan pada individu untuk mencapai prestasi yang standar dan
sebaik-baiknya dengan mengatasi rintangan-rintangan yang ada.
Adanya motif berprestasi yang tinggi pada individu, oleh karenanya diharapkan individu dapat meraih prestasi yang sebaik-baiknya dan memenuhi
standar keunggulan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Haditono
(1979) yang menyatakan bahwa motif berprestasi sebagai suatu disposisi meraih
prestasi dalam hubungannya dengan nilai standar keunggulan.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa motif
berprestasi adalah dorongan atau keinginan individu untuk meraih prestasi yang lebih
baik dan hasil sebelumnya. Motif juga mendorong individu mengatasi rintangan
Adanya motif berprestasi yang tinggi pada seseorang cenderung selalu
berusaha untuk mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi, mempunyai tanggung
jawab serta selalu berusaha untuk memperoleh nilai yang
baik, aktif dalam
kehidupan sosial, cenderung memilih teman yang ahli danpada sekedar seorang
sahabat, serta tahan dengan tekanan-tekanan yang ada di masyarakat. Mereka
memang senang mengambil resiko, mempunyai sifat-sifat yang ambisius dan keras
kepala (Murray, 1964).
Menurut McClelland (dalam Muluk, 2000) motif berprestasi yang tinggi
pada individu dapat dmilai dan tmgkah laku sebagai berikut:
A.m.a.
Bekerja keras, dalam mewujudkan kesuksesan dalam berprestasi
A.m.b.
Disiplin dan komitmen : menyenangi pekerjaan yang menuntut
tanggungjawab pribadiA.ni.c.
Keberanian mengambil resiko dan realistik, oleh karenanya dalam
bekerja selalu memperhitungkan resiko dari segala tindakan yang
dilakukannya. Tidak senang melakukan pekerjaan yang terlampau
mudah, karena hal ini tidak mendatangkan kepuasan bagi dirinya.
Demikian pula ia tidak senang melakukan pekerjaan yang terlampau
sukar karena hal mi lebih tergantung pada nasib atau kebetulan semata.
Hal ini menyebabkan ia selalu memperhitungkan setiap apa yang
dilakukan dengan kemampuan yang ada dalam dirinya
A.in.d.
Prestatif, mempunyai dorongan kuat untuk berprestasi dan ingin segera
mengetahui hasil yang kongkrit dari segala tindakan yang telah
menjelaskan sejauh mana keberhasilan ataupun prestasi yang telah
dicapainya
A.in.e.
Kreativitas, melakukan suatu usaha untuk menciptakan sesuatu yang
baru, baik berupa hal baru maupun metode yang baru dalam penyelesaian
masalah, Chaplin (1975).
A.iii.f. Kemandirian, individu ini melakukan segala sesuatunya sendiri, karena memperoleh kepuasan dengan menyelesaikan tugasnya sendiri tanpa
hams bergantung pada orang lain.
Menurut Atkinson dan Raynor (1974), individu dikatakan memiliki motif
berprestasi yang tinggi apabila ia mempunyai motive to achieve success (Ms) yang
lebih besar daripada motive to avoid failure (Maf), begitu pula sebaliknya orang
yang memiliki motive to avoid failure (Maf) yang lebih besar daripada motive to
achieve succes (Ms) dikatakan mempunyai motif berprestasi yang rendah.
Menurut Mehrabian dan Bank (dalam Prihastuti,1994) individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi mempunyai ciri-cin : lebih suka dengan
situasi-situasi dengan resiko sedang, mempunyai tingkat aspirasi yang realistik, mampu
menunda kepuasan dan berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas yang mereka
lakukan.
Ahli lain mengatakan bahwa orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi
berhubungan dengan keuletan. Orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi
mempunyai usaha yang lebih besar, hal ini dikemukakan oleh Hen-nans (dalam
besar. Memiliki tanggung jawab, ulet, lebih suka mengambil resiko sedang dan
diperhitungkan, dalam arti disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki, serta
selalu berusaha meningkatkan prestasinya.
A.iv. Fungsi Motif Berprestasi
Berdasarkan dari definisi yang telah dikemukakan, dapat dilihat bahwa motif
bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya. Kesimpulan yang dapat diambil adalah
motif itu sangat berguna bagi tindakan ataupun perbuatan individu.
Adapun fungsi motivasi menurut Purwanto (1984) adalah sebagai berikut:
A.iv.a. Motif mendorong manusia untuk berbuat ataupun bertindak. Motif berfungsi
sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas
A.iv.b. Motif sebagai penentu arah perbuatan manusia, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motif mencegah penyelewengan dari jalan yang
hams ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut
A.iv.c Motif untuk menyeleksi perbuatan individu, artinya menentukan
perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
Motif yang merupakan daya penggerak biasanya merupakan motif yang
ingin melakukan sesuatu dan bisa menjadikan individu mengh.langkan perasaan
tidak suka akan sesuatu hal yang berkaitan dengan tujuan dan motif tersebut.
A.v. Hal-hal yang Mempengaruhi Motif
Dalam proses belajar-mengajar, motif berprestasi memiliki peran positif
terhadap pencapaian prestasi oleh siswa, karena motif berprestasi dan kemauan yang
mantap akan sangat membantu dalam mengatasi hambatan yang dihadapi siswa itu
sendiri.
Mengingat pentingnya motif, yakni menggerakkan, mengarahkan dan
menopang (penguat) bagi tindakan dan tingkah laku individu dalam mencapai tujuan,
maka keberadaan motivasi itu sendiri perlu untuk dipertahankan dan juga
diperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhinya.
Adapun variasi penting yang mempengaruhi motif menurut Lashley (dalam
Chauhan, 1978) adalah:A.v.a. Faktor fisiologis.
A.v.b. Emosi atau yang dikenal dengan kondisi yang termotivasi. Emosi
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu. A.v.c. Kebiasaan yang bisa menjadi motivator.
A.v.d. Mental sets, yaitu nilai dan sikap individu yang dapat mempengaruhi motif
A.v.e. Faktor lingkungan dan insentif
Perasaan suka dan tidak suka menurut Woodworth (dalam Purwanto,1984)
adalah merupakan aspek-aspek yang mendasari motif-motif untuk mendekatkan din
ataupun menjauhkan diri dari sesuatu. Perasaan tidak senang merupakan perasaan yang bersifat negatif dan tidak membantu mengembangkan sikap yang positif yakni minat berprestasi. Motif berprestasi instrinsik pun akan sukar berkembang. Sebaliknya, perasaan senang akan menimbulkan minat dan membentuk pengembangan sikap positif.
Pendapat lain yang juga berkaitan dengan prestasi siswa dikemukakan oleh Haditono (1972), yakni membagi sebab-sebab endogen (dari dalam diri individu) kesukaran dalam belajar menjadi dua:
A.v.a. Sebab yang bersifat biologis, kesehatannya seperti cacat badan A.v.b. Sebab yang bersifat psikologis, yang terbagi lagi menjadi:
A.v.b. 1. Inteligensi, yang memiliki pengaruh yang besar untuk mengikuti pelajaran A.v.b.2. Perhatian, yaitu kemampuan berkonsentrasi
A.v.b.3. Minat A.v.b.4. Bakat
A.v.b.5. Konstelasi ( bagian) psikis yang lain, yakni:
A.v.b.5.a. Emosi, emosi yang tidak stabil pada individu dapat mengganggu proses belajarnya. Pada individu yang tidak stabil rangsang sedikit saja dapat menimbulkan gejala somatisasi yang pada akhirnya mengganggu proses belajar individu itu sendiri.
A.v.b.5.b. Penyakit-penyakit gangguan psikis (penyakit jiwa).
Sejalan dengan pendapat yang ada mengenai keterkaitan antara motif dengan
mengarahkan organisme dalam beraktivitas untuk menuju suatu tujuan. Penjelasan
oleh Mund, emosi mendorong dalam arti memotivasi individu dalam peningkatan
aktivitas, yaitu aktivitas yang diassosiasikan dengan emosi jelas terdapat pada hal-hal
yang pasti mendesak, seperti keadaan yang mendorong untuk bertahan hidup,
contohnya individu mendapatkan kekuatan yang tidak terduga saat bertarung,
ataupun kecepatan yang tidak biasanya saat melarikan diri dari musuh. Seperti
halnya motif, emosi juga berfungsi untuk mengarahkan organisme. Dikatakan oleh
Mund emosi seringkali memiliki dimensi kesenangan dan ketidaksenangan, dalam
kaitannya dengan emosi , organisme akan memiliki kecenderungan untuk
melakukan dan melanjutkan respon (tanggapan-tanggapan) yang berhubungan
ataupun mengakibatkan kesenangan dan menghentikan atau menghindari semua
yang berhubungan dan berakibat ketidaksenangan dan hal yang menyakitkan. Freud
dan banyak ahli berpendapat bahwa kesenangan adalah pokok dari tujuan hidup
manusia, yang pada akhirnya disebut dengan Prinsip Kesenangan
'Pleasure-Principle' , seluruh aktivitas diarahkan untuk mendapatkan kesenangan dan menghindari hal yang menyakitkan. Aspek-aspek dari prinsip kesenangan diliputi
dengan penguatan selama pengondisian dan pembelajaran, dan telah dijelaskan pada teori sifat dari motif adalah sebagai antisipasi dengan bereaksi terhadap tujuan yang didasari hal utama yang diassosiasikan pada kesenangan dan ketidaksenangan
ataupun perasaan terluka, McClelland (1969). Pendapat para ahli diatas mengenai
motif ini mengatakan secara tidak langsung bahwa ketika suatu perilaku
mengakibatkan kesenangan maka akan berkembang kecenderungan untuk
yang berkaitan dengan kesuksesan dan kegagalan. Mund (1972) menyatakan bahwa
keinginan individu untuk meraih kesuksesan memotivasinya dalam menghindari
kegagalan yang merupakan bagian dan
kondisi individu dalam perasaan
ketidaksenangan. Misalnya, seorang pelajar berencana menjadi psikiater akan tetapi
mendapati persyaratan premedical yang terlalu sulit baginya dan pelajar tersebut
memperkirakan akan mendapati kegagalan dalam meraih cita-citanya itu oleh
karenanya pelajar itu mengganti cita-citanya agar tetap bisa meraih kesuksesan
dalam meraih cita-citanya, dapat dijelaskan bahwa kesuksesan kesenangan dapat
memotivasi individu dalam aktivitasnya.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motif merupakan
bagian dari dinamika psikis dalam din individu, oleh karenanya keadaan psikis
individu dapat mempengaruhi motif pada individu itu sendiri.
B. STABILITAS EMOSI
B.i. Pengertian Emosi
Berbicara tentang emosi, secara tidak langsung akan dihadapkan kepada
beberapa masalah, karena emosi itu sendiri menyertai manusia dalam kehidupannya.
Dinyatakan oleh Morgan (1986) tingkah laku manusia senantiasa dipengaruhi oleh
keadaan emosi, pikiran dan pertimbangan akalnya. Tidak jarang emosi memiliki
pengaruh yang lebih daripada fungsi jiwa-jiwa yang lain. Emosi kadangkala
Menurut Guilford (1959) emosi merupakan pengalaman yang bersifat pribadi.
Hal ini berdasarkan pengalaman yang dialami oleh individu, reaksi emosi satu
individu akan berbeda dengan reaksi individu lain. Suatu rangsang dapat
membangkitkan reaksi emosi pada satu mdividu, belum tentu dapat membangkitkan
reaksi emosi pada individu yang lain. Seseorang yang mengalami kegagalan dapat
menjadi murung sedih dan apatis, akan tetapi bagi individu lain
kegagalan-kegagalannya tersebut bahkan lebih mendorong dalam mewujudkan cita-citanya.
Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Morgan (1986) bahwa emosi merupakan
suatu pengalaman, yaitu suatu yang dapat dirasakan oleh individu.Kata emosi atau emotion berasal dari bahasa latin yang berarti to move out
(keluar) artinya kata ini menunjukkan pada suatu ekspresi keluarnya sesuatu dari
dalam, dan merupakan salah satu aspek yang ada dalam emosi. Kata move out juga
mengacu kepemikiran pada aspek lain dari emosi, yaitu kualitas motivasional.
Webster (dalam Instyari, 1995) mengemukakan bahwa emosi merupakan
suatu gerak atau perubahan dan kondisi tenang dan normal pada individu kepada
suatu perasaan yang kuat, dorongan terhadap munculnya gerakan yang sifatnya lebih
terbuka, yang beberapa diantaranya digambarkan sebagai ketakutan, kemarahan,
duka cita, kegembiraan, kengenan, terkejut dan belas kasihan. Ditambahkan oleh
Morgan bahwa ekspresi emosi ini melibatkan seluruh kepribadian individu, misalnya
dengan adanya perubahan jasmani, tingkah laku motorik, dan tingkah laku psikis.
Schneider (1964) menyatakan bahwa reaksi emosi mempunyai sifat
psikofisik dan sosial. Proses psikofisik dan sosial dalam din individu dapat dilihat
dari sebuah contoh reaksi emosi yakni kemarahan, seseorang yang mengalami
kemarahan akan mengganggu ketenangan hatinya, mempengaruhi proses fisik dan
proses mentalnya yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkah lakunya sehingga
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Keseluruhan pendapat para ahli terdapat kesamaan yang dapat disimpulkan
bahwa emosi merupakan ungkapan perasaan manusia yang mendalam dan kompleks.
Pernyataan mengenai emosi ini mempunyai sifat fisik, psikis, pribadi dan sosial.
Bersifat fisik artinya dengan adanya emosi maka timbul kesiapan motorik
untuk bertindak, terjadinya perubahan secara fisiologis, seperti perubahan pada
kelenjar antara lam keringat bertambah, aliran darah bertambah dan konstraksi otot.
Bersifat psikis artinya emosi itu dapat mempengaruhi proses mental, yang
perwujudannya tampak pada perilaku manusia yakni menghambat ataupun
memperlancar tingkah laku manusia. Adapun yang dimaksud dengan bersifat pribadi
ialah timbulnya perasaan sedih, gembira, bahagia dan iri hati yang hanya dapat
dirasakan oleh pribadi yang bersangkutan. Emosi itu sendiri dapat dijadikan sumber
Bersifat sosial artinya semua emosi baik yang menyenangkan ataupun yang
tidak menyenangkan, akan meningkatkan interaksi sosial dan mempengaruhi
penerimaan sosial.
Demikian pengertian emosi secara umum, yang merupakan pengalaman batin manusia dan bersifat subjektif sehingga yang nampak hanya gejala-gejalanya saja, yang dapat diamati dengan adanya perubahan jasmani dan perilaku.
B.ii. Stabilitas Emosi
Keadaan emosi dalam diri individu tidak menetap, emosi yang baik berada
dalam keadaan seimbang dimana individu dapat mengendalikannya, sehingga tidak
menimbulkan gangguan emosi yang dapat mempengaruhi keadaan dan tingkah laku individu. Kondisi emosi dalam keadaan baik ini dikenal dengan stabilitas emosi.
Morgan (1986) mengemukakan bahwa stabilitas emosi merupakan keadaan emosi seseorang manakala mendapat rangsang-rangsang emosional dari luar tidak menimbulkan gangguan emosional, seperti depresi dan kecemasan. Dengan kata lain, individu tersebut tetap dapat mengendalikan dirinya dengan baik. Stabilitas emosi individu dapat dilihat dari perilaku kesehariannya yang tampak pada proses interaksi sosial antar individu, juga dapat dilihat dari hasil pekerjaan individu tersebut, kreativitasnya mudah cemas atau tidak.
Para ahli diantaranya, Morgan & King (1975), Smith (1955) dan Mckeachie
mdividu yang mempunyai emosi stabil dan individu yang mempunyai emosi yang
tidak stabil, dapat dijabarkan sebagai berikut:B.n.a. Individu yang mempunyai emosi stabil mempunyai ciri-ciri kreatif, produktif
Smith (1955), sedangkan Mckeachie, Doyle dan Moffet (1976) menyatakan
tidak mudah cemas, tegang serta frustrasi. Mandiri, semangat tinggi dan
efisien merupakan pendapat yang dikemukakan oleh Morgan &King (1975).
Mckeachie, Doyle dan Moffet (1976) juga mengemukakan bahwa individu
yang mempunyai emosi yang stabil memiliki konsentrasi bekerja yang lebih
baik daripada mdividu yang mempunyai emosi tidak stabil. Emosi yang stabil
membuat individu tidak mudah terganggu oleh suasana bising, gaduh, bahkan
situasi yang bersifat emosional sekalipun.
B.ii.b. Individu yang memiliki emosi tidak stabil menunjukkan sifat-sifat antara lain
tidak produktif. Smith (1955) menyatakan: mudah cemas, tegang, frustrasi
serta kurang hati-hati. Mckeachie, Doyle dan Moffet (1976) menyatakan:
dependen, kurang bersemangat dan tidak efisien. Sifat-sifat tersebut tentunya
akan mempengaruhi kinerja individu, karena konsentrasi akan terganggu,
sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak memberikan hasil yang optimal.
Selaras dengan teori tentang stabilitas emosi Goleman (1999) dalam bukunya
Kecerdasan Emosi menempatkan emosi sebagai inti daya hidup. Penelitian yang
telah dilakukan oleh Goleman, membuktikan bahwa kesuksesan individu dalam
berprestasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor IQ semata, melainkan ada faktor lain
yang mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan serta kemampuan untuk
memotivasi din sendiri. Kecerdasan emosi ini bertumpu pada hubungan antara
perasaan, watak dan naluri moral. Dalam hal ini kecerdasan emosi berbentuk
kemampuan menguasai dorongan hati dan kemampuan mengendalikan moral.
Emosi yang lepas kendali dapat menghambat nalar. Apabila individu dapat menata
kembali emosi yang lepas kendali, dengan kecakapan emosional yang merupakan inti
kemampuan, pada akhimya akan mengakomodasi segala jenis kecerdasan, oleh
karenanya manajemen emosi yang baik sangat diperlukan untuk mewujudkan
kecerdasan emosi. Menurut Goleman (1999) akibat dari ketidakmampuan melakukan
manajemen emosi akan berakibat pada 'kemerosotan emosi' dengan gejala :
B.ii.a. Menarik diri dari pergaulan dan masalah sosial: lebih suka menyendiri,
bersikap sembunyi-sembunyi, kurang bersemangat, terlampau bergantung
dan bennuram durja.
B.n.b. Cemas dan depresi :menyendiri, sering takut, cemas, ingin sempurna depresi,
merasa gugup atau sedih, dan merasa tidak dicintai.
B.ii.c. Memiliki masalah dalam perhatian atau berpikir : tidak mampu memusatkan
perhatian, atau duduk tenang, melamun, bertindak tanpa berpikir, bersikap
terlalu tegang untuk berkonsentrasi (kondisi ini membuat individu terganggu
dalam berprestasi), tidak mampu membuat pikiran menjadi tenang.
B.ii.d. Nakal dan agresif : sering bertengkar dan kasar terhadap orang lain,
bertemperamen tinggi, suasana hatinya sering berubah-ubah.
Kemerosotan emosi yang demikian adanya jelas akan mengganggu individu
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kestabilan emosi
adalah keadaan emosi seseorang yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga apabila orang tersebut mendapat rangsang emosional tetap dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan baik dan tidak menunjukkan
gejala ketegangan atau gangguan emosional. Kestabilan emosi itu sendiri didukung oleh kesehatan emosi dan penyesuaian emosi, yang dinyatakan oleh Schneider (1964) terdapat tiga faktor yaitu; (1) kematangan emosi, (2) kontrol emosi dan (3)
adekuasi emosi.
B.ii.a. Kematangan Emosi merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan reaksi emosi sesuai dengan tingkat perkembangan kepribadian individu. Gilmer (1971) mengemukakan bahwa kematangan emosi tidak mempunyai
batasan umur, artinya kematangan emosi seseorang tidak dilihat dari berapa
usianya. Lebih lanjut Gilmer mengemukakan bahwa indikator kematangan emosi seseorang dapat dilihat dari kemampuannya untuk menyesuaikan din terhadap stres, tidak mudah khawatir atau cemas dan tidak mudah marah. Definisi tentang kematangan emosi juga dikemukakan oleh Chaplin (1975) yaitu bahwa kematangan emosi merupakan suatu keadaan tercapainya tingkat
kedewasaan dalam perkembangan emosi.
B.ii.b. Kontrol Emosi merupakan fase khusus dari kontrol diri yang sangat penting
bagi tercapainya kematangan emosi, penyesuaian dan kesehatan mental. Kontrol emosi ini meliputi pengaturan emosi dan perasaan sesuai dengan tuntutan lingkungan atau situasi dan standar dalam diri individu, yang
berhubungan dengan nilai-nilai, cita-cita serta prinsip. Indikasi kontrol emosi
yang kurang baik dapat dilihat dari timbulnya kegagalan pada hal-hal sebagai
benkut: pengaturan perasaan seksual, pembatasan kesenangan pada materi,
penempatan moralitas di atas kesenangan sementara serta penghindaran diri
sedikit demi sedikit dari stimulus yang menyulitkan. Individu yang mampu
mengekspresikan emosi secara tepat akan memperoleh kepuasan serta
kemampuan untuk mengarahkan energi emosi ke dalam aktivitas yang kreatif
dan produktif Smith (1955). Hurlock (1974) menambahkan bahwa kontrol
emosi ini merupakan cara pengekspresian emosi yang dapat ditenma oleh
kelompok dan pada saat yang sama memberikan kepuasan maksimal serta
gangguan homeostatik yang minimal pada individu yang bersangkutan.
B.ii.c. Adekuasi Emosi adalah reaksi emosi yang sesuai dengan rangsang yang
ditenmanya. Faktor ini berhubungan dengan isi dan range respon emosi, jika
kedua aspek tersebut tidak adekuat, akan menyebabkan ketidakmampuan
dalam penyesuaian emosi. Karena sebagian respon emosi mempunyai sifat
baik dan sehat, maka cara untuk memperoleh kesehatan emosi tidak dengan
cara menahan atau menghilangkan reaksi yang timbul. Sikap tenang dan
dingin bukan merupakan penyesuaian emosi yang baik. Tuntutan kehidupan
membutuhkan range reaksi emosi yang memadai atau adekuat yang isinya
tidak menyulitkan ataupun merusak penyesuaian personal, sosial dan moral.
Teori di atas memberikan pengertian bahwa stabilitas emosi didukung oleh
kematangan emosi, kontrol emosi dan adekuasi emosi. Apabila faktor tersebut
berfungsi dengan baik dan sehat, berarti kesehatan emosi dan penyesuaian emos.
juga berfungsi dengan baik, yang pada akh.rnya akan mendukung tercapainya emos.
yang stabil.
Setiap manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari permasalahan
yang harus dihadapi. Sehubungan dengan hal itu, kemungkinan yang terjadi mdividu
sukses dalam mengatasi masalahnya akan tetapi kemungkinan lain individu
mengalami kesulitan bahkan kegagalan dalam menghadapinya. Kesulitan ataupun
kegagalan yang dialami individu ini memungkinkan timbulnya ketegangan emosi
yang selanjutnya dapat mempengaruhi kestabilan emosinya.
Young (dalam
Instyari,1995) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kestabilan emosi adalah sebagai berikut; (a) Faktor lingkungan, (b)
Faktor individu dan (c) faktor pengalaman.
B.ii.a. Faktor lingkungan, yang dimaksud dengan faktor lingkungan adalah
lingkungan dimana individu hidup dan tinggal, termasuk didalamnya yakni
lingkungan keluarga dan lingkungan sosial masyarakat. Keadaan keluarga
yang tidak harmon.s, hubungan yang tidak baik antar anggota keluarga dan
tida adanya ketentraman dapat mempengaruhi kestabilan emosi anggota
keluarganya. Begitu pula lingkungan sosial yang tidak memberikan rasa
aman akan dapat mengganggu kestabilan emosi individu.B.ii.b. Faktor individu, yang dimaksud dengan faktor mdividu yaitu kepribadian
dari individu itu sendiri. Seseorang yang memiliki ketahanan mental yang
kuat, apabila menghadapi masalah akan tetap dapat menyesuaikan diri
dengan baik dan kestabilan emosinya tidak akan terganggu. Tetapi individu
yang memiliki mental yang lemah akan mudah putus asa dan hal ini akan mempengaruhi kestabilan emosinya.
B.n.c. Faktor Pengalaman, pengalaman individu yang diperoleh dalam
kehidupannya juga mempunyai pengaruh terhadap kestabilan emosinya.
Pengalaman yang menyenangkan akan memberikan pengaruh yang positif
pada individu, akan tetapi pengalaman yang tidak menyenangkan apabila
selalu berulang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kestabilan
emosinya.
Uraian di atas telah menjelaskan, bahwa meskipun emosi memiliki peranan
tidak langsung pada kinerja individu, tetapi tidak dapat diabaikan begitu saja karena
terbukti pada penelitian yang telah dilakukan bahwa faktor emosi mempunyai
pengaruh terhadap usaha yang dilakukan mdividu dalam mencapai prestasi.
C. HUBUNGAN ANTARA STABILITAS EMOSI DENGAN MOTIF BERPRESTASI
Stabilitas emosi adalah keadaan emosi individu yang mudah menyesuaikan
din dengan lingkungan sekitarnya, sehingga apabila mendapat rangsangan emosi dan
tekanan hidup dan luar dirinya baik yang bersifat nngan ataupun berat, individu
yang baik. Individu tetap dapat menguasai dan mengendalikan dirinya dengan baik,
sehingga perilaku, aktivitas dan suasana hati individu tidak terganggu. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pekerjaannya dan memiliki ciri-cin kreatif, produktif, mandiri dan
bersemangat tinggi. Morgan (1986), selaras dengan pendapat Goleman (1999)
menyatakan kemampuan individu dalam menguasai dan mengendalikan emosi yang
dikenal dengan kecerdasan emosi, yaitu mencakup pengendalian diri, semangat dan
ketekunan serta kemampuan memotivasi diri. Kecerdasan emosi ini merupakan kunci
keberhasilan individu.
Sebagaimana telah dikemukakan para ahli mengenai hal yang mempengaruhi
motivasi, emosi menjadi salah satu aspek didalamnya, seperti pendapat Lashley
(dalam Chauhan,1978) menyebutkan pada aspek kedua dan dijelaskan pula bahwa
emosi
yang dikenal dengan kondisi yang tennotivasi, emosi meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Pendapat Haditono (1972) pada aspek psikologis , emosi merupakan bagian
psikis dimana emosi yang tidak stabil pada individu dapat mengganggu proses
belajarnya.
Ketika seseorang mengalami kemarahan, maka kemarahan ini akan
mengganggu ketenangan hatinya, mempengaruhi proses fisik dan proses mentalnya,
Selanjutnya akan mempengaruhi tingkah lakunya sehingga mdividu tidak dapat
menyesuaikan din dengan realita. Sebagai contoh bagian dan perilaku emosional
adalah
rasa kekhawatiran, merupakan inti dari efek kecemasan yang bersifat
bermanfaat yang terlalu bersemangat dalam mengant.sipas, bahaya. Perilaku
emosional semacam itu merupakan gangguan kognitif yang merusak apabila telah
terperangkap dalam rutinitas yang itu-itu, dalam art, selalu diliputi perasaan khawatir
sehingga seluruh perhatian tertuju padanya, menghambat semua upaya untuk
member, perhatian pada masalah-masalah lam. Kecemasan merontokkan nalar, juga
menghambat kinerja akademis, terbukti pada 126 penelitian yang d.lakukan Goleman
(1996) terhadap lebih dan 36.000 orang, menemukan bahwa semakin mudah cemas
seseorang, semakin buruk kinerja akademis mereka. Penelitian lain yang juga
dilakukan oleh Goleman membuktikan bahwa individu yang cemas lebih mudah
gagal sekalipun memiliki skor tinggi dalam tes-tes kecerdasan, sebagaimana
ditemukan oleh sebuah studi terhadap 1790 orang peserta pendidikan pengendali
lalulintas udara. Pengukuran dilakukan dengan berbagai model pengukur antara lain
tes-tes hanan, indeks prestasi kumulatif dan tes prestasi akademik.
Penelitian lam yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian mengenai
emosi dilakukan oleh Segal (2000). Penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu
lama 30 tahun, yakni selama Segal menjadi terapis. Penelitian in, mengambil subjek
klien-klien yang menjalani konsultasi dan terap, dengannya dan juga mengambil
subjek dari pasien kanker di UCLA, dalam penelitiannya itu Segal menerapkan dan
mengembangkan ketrampilan emosi yang pada klien-kliennya. Hasil dan penelitian
tersebut diterapkan dalam bidang kesehatan, lingkungan sosial dan lingkungan kerja.
Emosi berperan penting dalam kehidupan. Menurut Segal (2000) emosi yang
umumnya dikenal dengan perasaan adalah sumber daya terampuh yang dimiliki
individu. Emosi adalah penyambung hidup bagi kesadaran diri dan kelangsungan diri
yang secara mendalam menghubungkan kita dengan din kita sendiri dan dengan orang lain, serta dengan alam dan kosmos. Emosi memberi masyarakat, nilai-nilai
pada kegiatan dan kebutuhan serta memberi individu motivasi , semangat, kendali
diri dan kegigihan. Kesadaran dan pengetahuan serta kendali dalam emosi memungkinkan individu dalam pemulihan kehidupan dan kesehatan mental individu
dan meraih keberhasilan dalam pekerjaan dan kehidupan. Kondisi yang demikian
menunjukkan bahwa emosi yang dimiliki akan memotivasi individu dalam
beraktivitas.
Tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
individu yang stabilitas emosinya baik, berarti juga memiliki kecerdasan emosi yang
baik, karena mampu mengontrol, mengendalikan dan mengarahkan emosi yang
dimiliki menjadi positif. Emosi yang positif akan menimbulkan perwujudan perilaku yang positif serta terarah karena perwujudan dalam bentuk perilaku yang
bersemangat, tekun dan mampu memotivasi diri untuk menjadi manusia yang lebih
baik. Perilaku yang demikian pada individu akan memunculkan motif berprestasi
tinggi agar dapat meraih prestasi yang baik.
D. HIPOTESIS
Berdasarkan uraian mengenai teori-teori serta penelitian yang sudah dilakukan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variable penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Variabel Bebas : Stabilitas Emosi
b) Variabel Tergantung : Motivasi berprestasi
B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Stahi/itas Emosi adalah suatu keadaan emosi seseorang yang mudah
menyesuaikan guna menyesuaikan din dengan lingkungan sekitarnya,
sehingga bila orang tersebut mendapat rangsangan emosi dari luar dirinya
atau tekanan hidup baik yang ringan maupun yang berat, maka tidak
mengalami ketegangan atau gangguan emosi, dan dirinya tetap dalam
keadaan baik. Tingkat stabilitas emosi seseorang diukur berdasarkan skor
yang diperoleh dan angket stabilitas emosi. Semakin tinggi skor yang
diperoleh, maka tingkat stabilitas emosi seseorang akan semakin tinggi.
begitujuga sebaliknya.
2. Motif Berprestasi adalah keseluruhan daya penggerak dalam din individu
untuk mencapai suatu prestasi yang lebih baik dari hasil sebelumnya. Pada
penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah The Mehrabian Measure of
Achieving Tendency dari Mehrabian (dalam prihastuti,1994). Jumlah skor
yang semakin tinggi menunjukkan motif berprestasi yang positif.
C. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian merupakan mahasiswa yang masih mengikuti kuliah di Perguruan Tinggi. Pengambilan subjek penelitian pada populasi mahasiswa dengan dasar pertimbangan mahasiswa lebih mandiri dalam pola belajar sehingga hal ini lebih menuntut kondisi internal mahasiswa itu sendiri dalam menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi yang berakibat pada perbedaan penyelesaian masa studi oleh masing-masing mahasiswa sehingga dalam hal ini dapat dilihat bagaimana motif yang ada pada mahasiswa itu sendiri untuk berprestasi .
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode teknik Random Sampling, yaitu sampel diambil dari populasi yang telah ditentukan, Kerlmger (1990).
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket. Melalui angket, peneliti dapat memperoleh fakta-fakta atau data-data mengenai subjek yang diteliti sesuai dengan tujuan penelitian. Penggunaan
benar dan dapat dipercaya, dan (c) interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan
yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti
(Hadi,1994). Pengumpulan data dengan menggunakan angket mempunyai sifat-sifat
yang menguntungkan yaitu praktis karena dapat digunakan dari jarak jauh, dan
hemat karena dalam waktu singkat dapat dikumpulkan data yang relatif banyak.
(Walgito,1983).
Metode angket juga mempunyai kelemahan-kelemahan yaitu (a) unsur-unsur
yang tidak disadan sukar untuk diungkap, (b) jawaban-jawaban ada kemungkinan
dipengaruhi oleh keinginan pribadi, (c) kesukaran memmuskan keadaan diri sendiri
kedalam bahasa dan (d) ada kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logis unsur
yang dirasa berhubungan secara logis (Hadi,1994). Menurut Azwar(1988),
kelemahan-kelemahan angket bisa diatasi misalnya dengan menyusun pertanyaan
dalam bahasa yang sederhana, jelas dan langsung.
Penelitian mi menggunakan angket langsung, yaitu angket diberikan kepada
subjek penelitian secara langsung tanpa menggunakan perantara. Penggunaan metode
angket dalam penelitian ini sangat menguntungkan yaitu dalam waktu singkat dapat
dikumpulkan data dalam jumlah yang relatif banyak.
Alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah skala motif berprestasi (The Mehrabian Measure of Achieving tendency) dan
The Mehrabian Measures of Achieving Tendency disusun pertama kal. oleh
Mehrabian pada tahun 1968 dengan berdasarkan model motif berprestasi dari
Atkinson dan telah digunakan serta diadaptasi oleh Prihastuti (1994), yaitu
berdasarkan atas motif untuk meraih sukses (Ms) dan motif untuk menghindari
kegagalan (Mat). Tahun 1969 Mehrabian merevisi kedua skala tersebut dan pada
akhimya menjadi 38 butir. Penulis melakukan perubahan pada beberapa aitem yang
ada , yakni pada aitem nomer 4, 10 dan 14. Pembahan yang dilakukan penulis
bertujuan untuk menyesuaikan dengan kondis, subjek, hal in, dikarenakan skala
sebelumnya dipergunakan untuk populasi Sekolah Menengah Atas, sedangkan
penelitian ini dilakukan pada populasi mahasiswa dimana usia perkembangan telah
lebih tinggi.
Skala dibawah in, sudah dimodifikasi disesuaikan dengan keadaan subjek
penelitian. Pola dasar pengukuran skala ini mengikuti suatu model yang dikenal
dengan skala model L.kert, yaitu untuk Ms > Maf, skor empat diberikan pada
jawaban sangat setuju (SS), skor tiga dibenkan pada jawaban setuju (S), skor dua
dibenkan pada jawaban ragu-ragu (E), skor satu dibenkan pada jawaban tidak setuju
(TS) dan skor nol diberikan pada jawaban sangat tidak setuju (STS). Sedangkan
untuk Maf > Ms, skor nol diberikan pada jawaban sangat setuju (S), skor dua
dibenkan pada jawaban ragu-ragu (E), skor tiga dibenkan pada jawaban tidak setuju
'Label 1. Kisi-kisi Skala Motif Berprestasi dan Mehrab
,anAspek
I- Motif untuk meraih sukses
(Ms)
2. Motif
untuk
^menghindari
kegagalan (Maf) Total Nomor butir 1,2,3,5,7, 11, 14, 15, 16, 24, 26, 27, 29, 30, 32, 33, 34, 35,37. 4, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 28, 31,36,38. Total
2. Skala Stabilitas Emosi
Skala stabilitas emosi ini digunakan untuk mengungkap stabilitas emosi yang
dimiliki seseorang. Skala stabilitas emosi ini telah dimodifikasi dan diadaptasi dan
angket stabilitas emos, yang disusun oleh Hartant.e dan Agustin, yang telah
dimodifikasi oleh Hardjono. dimana telah digunakan oleh Instyan (1995). Penulis
juga melakukan modifikasi untuk beberapa nomor dan aitem, hal ini dilakukan
karena bahasa yang dipergunakan kurang tepat untuk subjek penelitian ini.
Perubahan aitem yang dilakukan oleh penulis adalah pada nomor 2, 4, 11, 13, 14, 16,
18, 22, 24. 27. 29, 30, 31, 32, 37, 38, 39 dan 45.
Aitem skala Stabilitas Emos, ini didasarkan pada pendapat Schneider
Tabel 2Kisi-kisi Skala Stabilitas Emosi Faktor Adekuasi Emosi Kematangan Emosi Kontrol Emosi Aitem 1,4,7, 10, 14,20,23,26, 29, 32, 35, 37, 43, 44, 46, 47, 3,6,9, 12, 15, 17, 19,22, 28,31,34,39,40,41,45, 2,5,8, 11, 13, 16, 18,21, 24, 25, 27, 30, 33, 36 38, 42 Ju m 1 a h lumlah 15 47
Nilai yang dibenkan bergerak dan 1 hingga 3, dengan ketentuan sebagai berikut:
Nilai 3menunjukkan emosi stabil, nilai 2 menunjukkan emosi kurang stabil, dan
nilai 1 menunjukkan emosi tidak stabil
E. VALIDITAS dan RELIABILITAS
Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian hamslah memenuhi kritena
1. Validitas. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat tersebut dapat memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan maksud dan tujuan diadakannya pengukuran (Kerlinger, 1990). Validitas atau kesahihan adalah seberapa jauh alat pengukur dapat mengungkapkan dengan jitu gejala-gejala yang hendak diukur dan seberapa jauh alat pengukur dapat memberikan pembacaan yang teliti dan dapat menunjukkan dengan sebenarnya gejala atau bagian dan gejala yang diukur (Hadi, 1982). Validitas alat ukur Skala Motif Berprestasi dan Skala Stabilitas Emosi
diperoleh melalui pengujian validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional. Pertanyaan yang ingin dicari jawabnya dalam validasi ini adalah sejauhmana aitem-aitem dalam suatu tes atau alat ukur mencakup keselumhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh tes atau alat ukur yang bersangkutan. hal ini berarti selain komprehensif, isinya pun harus tetap relevan dan tidak keluar dari batas-batas
tujuan ukur. Salah satu cara praktis yang dapat dilakukan untuk melihat validitas isi
apakah telah terpenuhi adalah dengan melihat Apakah aitem-aitem dalam alat ukur
telah ditulis sesuai dengan blueprint yang telah ditetapkan (Azwar,1999).
2. Reliabilitas atau suatu keandalan adalah keajegan alat ukur dalam mengukur suatu gejala, artinya suatu alat ukur dikatakan reliabel (ajeg) apabila hasil pengukuran tetap atau nilai-nilai yang didapat bersifat stabil (Hadi,1992). Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan program statistik SPSS for windows release 10.01
untuk menyeleksi aitem-aitem dan menguji reliabilitas skala. Parameter yang digunakan dalam seleksi aitem adalah daya beda atau daya diskriminasi aitem.
individu atau kelompok mdividu yang memiliki dan yang tidak memiliki atnbut
yang diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya
komputasi koefisien korelasi antara distnbusi skor aitem dengan suatu kntena
yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan
menghasilkan koefisien korelasi aitem total (Azwar,1999).
Penelitian ini pengujian terhadap reliabilitas skala dilakukan dengan
menggunakan reliabilitas dan seleksi aitem yang diperoleh dengan cara menghitung
koefisien antara skor subjek pada aitem yang bersangkutan dengan skor total
tersebut, yang pada akhimya dengan menggunakan koefisien alpha. Dengan melihat
indeks daya beda aitem dapat ditentukan aitem-aitem yang gugur dan aitem-aitem
yang layak untuk digunakan, dalam penelitian skala ini teknik korelasi yang
digunakan adalah tehmk korelasi produk momen dari Pearson (Hadi,1982), dengan
rum us :
^MZ^fpf^MfFf]
Keterangan :
rx> = korelasi produk momen
N = jumlah subjek
X = skor butir Y = skor total
Reliabilitas pada hasil akhimya, setelah melalui proses penghitungan dengan
melihat corrected item total correlation.
F. METODE ANALISA DATA
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik. Alasan-alasan digunakannya analisis statistik, yaitu: mampu menerangkan
gejala, meramalkan kejadian dan mengontrol keadaan. Disamping itu statistik dapat
mengumpulkan, menyajikan dan tnenganalisis data penelitian yang berwujud
angka-angka; statistik bersifat objektif dan universal dalam arti dapat digunakan hampir
pada semua bidang penelitian (Hadi, 1982).Adapun rancangan analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah korelasi produk-momen untuk menguji signifikansi korelasi antara satu
variabel tergantung (motif berprestasi) dan satu variabel bebas (Stabilitas Emosi).
Sedangkan teknik korelasi analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer
agar dapat dicapai efisiensi waktu, tenaga dan ketelitian dalam analisisnya. Program
A. Persiapan Penelitian
1. Onentasi Kancah
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dalam Bab III, maka penelitian ini mengambil data penelitian dengan subjek mahasiswa yang masih menempuh studi
pada Sekolah Tinggi (ilmu) Ekonomi Indonesia (STEI) Rawamangun, Jakarta-Timur. Subjek diambil dan semua jurusan yang ada baik manajemen maupun akuntansi, di Perguruan Tinggi tersebut. Mahasiswa yang dijadikan subjek penelitian masing-masing memiliki tingkatan yang berbeda (yakni perbedaan berdasarkan lamanya masa studi yang telah ditempuh).
Pengambilan data dilakukan dengan dasar pertimbangan, perguruan tinggi ,ni
memiliki mahasiswa yang memenuhi persyaratan sebagai subjek penelitian, sedangkan pertimbangan lain, adanya kemudahan bagi penulis dalam penzinan guna
melakukan penelitian.
2. Persiapan alat Ukur
Sebelum dilakukan penelitian dilakukan terlebih dahulu uji coba terhadap skala Motif Berprestasi dan skala Stabilitas Emosi pada mahasiswa yang masih menempuh studi di STEI Rawamangun, Jakarta. Penyebaran skala Motif Berprestasi dan skala Stabilitas Emosi guna pengambilan data uji coba dalam jumlah 200 buah, yang kembali 185 dan yang dapat dianalisis sebanyak 163.
Setelah dilakukan uji coba, data yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan program statistik SPSS for windows release 10.01 untuk menyeleksi aitem-aitem dan menguji reliabilitas skala. Parameter yang digunakan dalam seleksi aitem adalah daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem adalah sejauhmana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atnbut yang diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (Azwar,1999).
Penelitian ini pengujian terhadap reliabilitas skala dilakukan dengan menggunakan reliabilitas dan seleksi aitem yang diperoleh dengan cara menghitung koefisien alpha yang hasil akhirnya dilihat dengan corrected item total correlation.
Selanjutnya, menurut Azwar (1999), sebagai knteria pemilihan aitem
berdasarkan korelasi aitem-total, biasanya digunakan batasan rix > 0,30. Semua
aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30 dapat dimterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah. Batasan mi
merupakan suatu konvensi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa daya diskriminasi aitem skala motivasi berprestasi bergerak dan -0,1843 sampai 0,6626. Apabila digunakan angka kritis sebesar 0,30 sebagai batas untuk menyeleksi aitem, maka diperoleh 29 aitem yang
memiliki daya diskriminasi berkisar dari 0,3163 sampai 0,6626 (hasil selengkapnya
lihat dilampiran II, hal 64). Distribusi sebaran aitem skala motif berprestasi setelah
uji coba dapat dilihat pada tabel 3.Tabel 3: Distnbusi Sebaran Aitem Skala Motif Berprestasi setelah Uji Coba
Aspek
1. Motif untuk meraih
sukses (Ms) 2. Motif untuk menghindari kegagalan (Maf) Nomor butir 2, 5, 7, 11, 14, 15,24,27,30,32,33, 34, 35, 37. 4,6,9, 10, 12, 17, 19,20,21,23,25, 28,31,36,38. Total Total 14 15 29
Ke-29 aitem skala motif berprestasi tersebut digunakan semua dalam
penelitian. Sebelum digunakan dalam penelitian, skala motif berprestasi
reliabilitasnya terlebih dahulu. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi
disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Walaupun reliabilitas
mempunyai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan,
konsistensi dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep
reliabilitas adalah sejauhmana hasil pengukuran dapat dipercaya. Implikasinya, hasil
pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek dalam diri subjek yang diukur memang belum berubah. Tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik ditunjukkan dengan suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas (Azwar,1997). Uji reliabilitas skala dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien alpha dan dianalisis menggunakan program SPSS for Windows release 10.01. Hasil pengujian reliabilitas skala motif berprestasi
menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0, 8632 (lihat lampiran II, hal 64).
Selanjutnya, ke-29 aitem Skala Motif Berprestasi yang digunakan untuk penelitian
diberi nomor unit bam yaitu no 1 sampai 29. Distribusi sebaran aitem skala motif berprestasi untuk penelitian dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 : Distribusi Sebaran Aitem Skala Motif Berprestasi untuk Penelitian
Aspek Nomor Butir Total
1. Motif untuk meraih sukses
(Ms)
1,2,3,5,7, 11, 14, 15, 16,24,26,
27,29. 14
2.Motif untuk menghindari kegagalan (Maf)
4,6,8,9,10, 12, 13, 17, 18, 19,20,
21, 22, 23, 25,28. 15
Total 29
Skala stabilitas emosi, hasil analisis menunjukkan bahwa daya disknmmasi
sebesar 0,25 sebagai batas untuk menyeleksi aitem, maka diperoleh 37 aitem yang
memiliki daya diskriminasi berkisar dari 0,2960 sampai dengan 0,6713 (lihat
dilampiran II, hal 64). Distribusi sebaran aitem skala stabilitas emosi setelah uji coba
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 : Distribusi sebaran aitem Skala Stabilitas Emosi setelah uji coba
Faktor Adekuasi Emosi Kemasakan Emosi Kontrol Emosi Aitem 1, 4, 7, 10, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 37, 43,44,46, 3, 6, 9, 17,19, 22, 28, 31, 34, 40, 45 2,8,11,16,18, 24, 27, 30, 33, 36, 38, 42. Total Total 12 40
Ke-40 aitem skala stabilitas emosi tersebut digunakan semua dalam
penelitian. Hasil uji reliabilitas ke-40 aitem tersebut menunjukkan koefisien
reliabilitas skala stabilitas emosi sebesar 0,9132 (lihat lampiran II, hal 64).
Selanjutnya ke-40 aitem diben nomor unit baru yaitu dan nomor 1 sampai 40.
Distnbusi sebaran aitem skala stabilitas emosi untuk penelitian dapat dilihat pada
Tabel 6 : Distribusi Sebaran aitem Skala Stabilitas Emosi untuk Penelitian
Faktor Aitem total
Adekuasi Emosi 1,4, 7, 10, 14,20,23,26,29,32,35, 37, 43,44,46, 47. 16 Kemasakan Emosi 3,6,9, 12, 15, 17,19,22,28,31,34,39. 12 Kontrol Emosi 2,5,8, 11, 13, 16, 18,21,24,25,27, 30. 12 Total 40 B. Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis dalam pelaksanaan penelitian
seperti yang dilakukan dalam uji coba alat ukur. Persiapan awal yang dilakukan
sebelum penelitian adalah mengajukan permohonan ijin penelitian secara formal
kepada pihak fakultas psikologi UII untuk kemudian dibawa ke instansi tempat
dilaksanakannya penelitian. Setelah memperoleh izin dari instansi tersebut, dilakukan pengambilan data pada tanggal 21 dan 22 Mei 2001. Pengambilan data oleh peneliti dilakukan secara formal yakni dengan merabagikan alat ukur setelah waktu kuliah selesai.
Penyebaran alat ukur sejumlah 150 eksemplar yang dibagikan pada lima
kelas, dan skala yang kembali berjumlah 131 eksemplar sedangkan skala yang dapat
dianalisis berjumlah 119 eksemplar, karena skala tidak diisi dengan sempurna.
C. Analisis Data dan hasil Penelitian
Setelah semua data penelitian terkumpul dan diskor kemudian dilakukan
anahsis data untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik korelasi produk momen untuk menguji hipotesis
yang ada. Analisis data ini menggunakan fasilitas komputer program SPSS for
Windows release 10.01.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas sebaran dilakukan dengan uji Kolmogorov- Snnrnov (Joodness of
hit Test. Hasil uji nonualitas ini menunjukkan bahwa data penelitian dari keduaskala adalah normal. Pada Skala Motif Berprestasi hasil uji normalitas yaitu
1,149 dengan taraf signifikansi 0,143 (p>0,05). Pada Skala Stabilitas Emosi hasil uji normalitas yaitu 0,888 dengan taraf signifikansi 0,410 (p>0,05).
2. Uji Lmearitas
Uji Linieritas dilakukan untuk melihat apakah antara motif berprestasi dengan
stabilitas emosi mempunyai hubungan yang linier. Dan hasil uji linieritas
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linier pada kedua variabel yaitu menghasilkan Fsebesar 16,645 dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,01).
3. Deskripsi Data Penelitian
Berikut ini akan disajikan deskripsi data penelitian sebagai gambaran umum tentang data penelitian yang diperoleh dari skala motif berprestasi dan skala stabilitas emosi. Secara lengkap data penelitian dan kedua skala tersebut ada
dalam tabel 7.
Tabel 7 : Desknpsi Data Penelitian
Skala N Data Teoritis
Maks Min M
. Motif berprestasi 19
2. Stabilitas Emosi 119
Keterangan
- N = Jumlah Subjek
- Maks = Skor Maksimum
- Mm = Skor Minimum - M = Skor Rata-rata 116 58 120 40 80 Data Empiris Maks Min M 106 69 89.56 100 50 79.21
Setelah dilakukan uji asumsi kemudian dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis
dengan menggunakan uji korelasi produk momen dan Pearson untuk menguji
hubungan antara variabel bebas yaitu stabilitas emosi dengan variabel tergantung
yaitu motif berprestasi. Berdasarkan dan hasil analisis korelasi produk momen dan Pearson diperoleh koefisien korelasi rxv = 0,363 dengan taraf signifikansi 0,000