• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer. Oleh : HerniYanti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL ILMIAH. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer. Oleh : HerniYanti"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIAPEMBELAJARAN

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

MENGENAI MENU DAN IKON MS. EXCEL UNTUK SISWA

KELAS VIII

(StudiKasus: SMPN 07 SALATIGA)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh : HerniYanti

702010091

Program Studi Pendidikan Teknologi Informatika Dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

TIK MENGENAI MENU DAN IKON MS. EXCEL UNTUK

SISWA KELAS VIII

(Studi Kasus: SMPN 07 SALATIGA)

1)

Herni Yanti 2) Adriyanto J. Gundo, S.Si., M.Pd. Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email : 1) 702010091@student.uksw.edu 2) adriyanto.gundo@staff.uksw.edu Abstract

The purpose of this research is to know about student’s activities and student achievement using video as learning media on the subjects of ICT. Using textbook as a media learning makes student’s lack of activities and the achievement for the subject under the score set by the school. Based on the existing problems from the observation and interview with the teacher and the students afterwards this study using video as a learning media. This experimental research is conducted on a Pretest–Posttest Nonequivalent Control Group Design. The analysis result indicates that the influence of the use of video as learning media is higher than the influence of the use of textbook towards student’s learning outcome and learning activities.

Keyword : Instructional media, Activities , Video lessons, learning outcomes Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap pemanfaatan video sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran TIK. Penggunaan media pembelajaran menggunakan buku paket, membuat kurangnya aktivitas dan rendahnya nilai TIK dibawah rata-rata yang ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan permasalahan yang ada dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada guru dan siswa, maka dilakukan penelitian dengan pemanfaatan video sebagai media pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan desain Pretest – Posttest Nonequivalent Control Group Design. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh pemanfaatan video sebagai media pembelajaran lebih tinggi dibandingkan dengan media pembelajaran menggunakan buku paket terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

Kata kunci : Media pembelajaran, Aktivitas, Video pembelajaran , Hasil belajar 1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

2)

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(8)

1. Pendahuluan

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru TIK di SMPN 7 Salatiga pada hari senin 26 mei 2014, masih banyak nilai siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 72. Pencapaian hasil ketuntasan belajar dalam pelajaran TIK khususnya mengenai menu dan ikon pada microsoft excel mengalami permasalahan dalam pencapaian hasil belajar, dimana pencapaian hasil belajar tersebut 40 % mencapai KKM dan 60 % tidak mencapai KKM. Proses kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi dengan pemilihan metode dan media yang di pakai dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Menurut guru TIK di SMPN 07 Salatiga, media yang saat ini di gunakan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas hanya berupa buku paket dan PPT, dimana media ini membuat siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran dikelas sehingga berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan observasi dan hasil wawancara dengan guru TIK salah satu hal yang menyebabkan kurangnya aktivitas dan rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran TIK mengenai menu dan icon pada MS.Excel adalah penggunaan media pembelajaran yang digunakan dalam belajar TIK dikelas kurang meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Maka, diterapkan proses pembelajaran didalam kelas dengan pemanfaatan video sebagai media pembelajaran untuk melihat aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII di SMPN 7 Salatiga, yang sebelumnya belajar hanya menggunakan buku paket dan PPT .

Penggunaan video sebagai media pembelajaran yang akan digunakan dalam pelajaran TIK mengenai menu dan icon pada MS.Excel di SMPN 7 Salatiga ini merupakan suatu media untuk mengolah dan membuat suatu bahan pembelajaran. Tampilan media video pembelajaran berupa gambar, suara dan gerak yang dibuat diharapkan bisa membuat siswa lebih aktif dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penyajian dan penyampaian materi pembelajaran yang dibuat menggunakan video sebagai media pembelajaran ini juga diharapkan bisa memancing siswa agar lebih fokus saat proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, karena pengunaan media video pembalajaran yang digunakan berbeda dengan media yang di gunakan sebelumnya dalam proses belajar.

(9)

2. Kajian pustaka

Penelitian mengenai pemanfaataan media video pembelajaran yang dilakukan Linaksita [1], menunjukan bahwa media video dapat dijadikan sebagai penunjang penyampaian materi. Dimana media audio visual ini berisi gambar atau video yang dapat membangkitkan atau menarik perhatian siswa dalam belajar sehingga membuat siswa bersemangat dalam belajar dan akan memberikan hasil belajar yang baik. Hasil dari peneltian ini menunjukan bahwa media video pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Widya [2], mengenai Penggunaan Media Pembelajaran Video untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Dimana media pembelajaran video digunakan sebagai alat belajar untuk dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, dapat menyampaikan informasi dalam bentuk gambar dan suara. Hasil dari peneltian ini menunjukan bahwa media pembelajaran video dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Berdasarkan penjelasan penelitian, terdapat perbedaan antara penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaannya adalah pemanfaatan video sebagai media pembelajaran tidak digunakan hanya untuk mengukur hasil belajar siswa tetapi juga untuk mengukur aktivitas belajar siswa. Selain itu, media video pembelajaran menggunakan gambar, gerak dan suara yang jelas serta menggunakan animasi dan dilengkapi dengan soal-soal.

Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar, istilah media merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar [3]. Media pembelajaran segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali [4]. Media pembelajaran yang baik digunakan mempunyai kriteria seperti jelas dan rapi, cocok dengan sasaran, relevan dengan topik yang diajarkan, sesuai dengan tujuan pembelajaran, praktis, berkualitas baik dan ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar [3]. Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang berupa alat bantu belajar yang dapat berupa suara, gambar, rekaman, film/video yang ditransformasikan dalam bentuk objek . Bagi peserta didik media pemebelajaran yang baik itu apabila mampu memberikan manfaat yang maksimal bagi para peserta didik. Artinya, media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran sasaran utamanya adalah peserta didik.

Siswa belajar aktif ditandai bukan hanya aktif secara fisik tetapi juga aktif secara mental dan biasanya aktif secara mental inilah yang sangat penting dan utama dalam pembelajaran, karena dengan aktivitas pembelajaran dapat termemori sampai siswa dewasa, prinsip aktivitas didasarkan pada pandangan psikologi yang menyatakan bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan pengalaman [5]. Aktivitas adalah kegiatan atau perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar baik yang bersifat fisik maupun mental,

(10)

aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar [11].

Video pembelajaran merupakan media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran, video merupakan bahan pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan / materi pelajaran [6]. Video pembelajaran dalam penelitian ini yaitu berupa video audio visual yang mengandung unsur suara, gerak, dan gambar yang bisa dilihat dan di dengar.

Contextual teaching learning (CTL) merupakan konsep belajar mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dikelas dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupannya sebagai individu, anggota keluarga, dan masyarakat [13]. pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, pendekatan kontekstual sebenarnya berakar dari pendekatan konstruktivistik yang menyatakan bahwa seseorang atau siswa melakukan kegiatan belajar tidak lain adalah membangun pengetahuan melalui interaksi dan interpretasi di lingkungannya, pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan konteks dibangun oleh siswa sendiri bukan oleh guru [14].

Kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual, jika menerapkan tujuh komponen utama contextual teaching and learning yaitu, pertama konstruktivistik (constructivism) mengembangkan pemikiran siswa dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif, kedua menemukan (inquiry) dimana guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkan, ketiga bertanya (questioning) dalam segala aktivitas belajar questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru dan lain sebagainya, keempat masyarakat belajar (learning community) konsep learning comunity ialah hasil pembelajaran yang diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain, kelima pemodelan (modeling) dimana guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya, keenam refleksi (reflection) refleksi merupakan respon terhadap aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima siswa dalam proses pembelajaran, dan yang ketujuh penilaian yang riil (authentic assessment) assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran [17].

(11)

Hasil belajar adalah suatu kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukkan kepada aspek-aspek yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga, karena merupakan hasil usaha dalam belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang telah dialaminya [7]. Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya adalah perubahan-perubahan yang diharapkan dari tingkah lakunya. Perubahan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor [8]. Hasil belajar dalam penelitian ini yaitu terdiri dari aspek kognitif dan afektif.

3. Metode penelitian

Penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah quasi experimental yang merupakan pengembangan dari metode true experimental. Penelitian eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) tertentu terhadap subjek penelitian yang bersangkutan dengan menggunakan desain eksperimen Pretest – Posttest Nonequivalent Control Group Design. Kelompok eksperimen diberikan pengaruh pemanfaatan video sebagai media pembelajaran dan pada kelompok kontrol tidak diberikan pengaruh pemanfaatan video sebagai media pembelajaran [9]. Bentuk desain penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel. 1. Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

KE 01 X 02

KK 03 - 04

Keterangan :

KE : Kelas eksperimen KK : Kelas kontrol

O1 : Pretest kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan O2 : Posttest kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan O3 : Pretestpengukuran kemampuan awal kelompok kontrol O4 : Posttest pengukuran kemampuan akhir kelompok kontrol

X : Perlakuan (treatment) untuk kelompok eksperimen dengan menggunakan video sebagai media pembelajaran

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMPN O7 Salatiga. Sampel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua kelas yaitu kelas VIIIC dan Kelas VIIIH. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahapan seperti pada gambar 1.

(12)

Gambar 1. Tahap penelitian [15]

Tahap pertama yang dilakukan yaitu tahap persiapan, dalam tahap persiapan ini yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah dengan cara melakukan observasi lapangan, dan wawancara. Observasi yang diteliti adalah kondisi sekolah tersebut, melihat media dan model pembelajaran yang digunakan guru, melihat perilaku dan pemahaman siswa mengenai materi yang di ajarkan. Tahap selanjutnya yaitu tahap wawancara yang dilakukan kepada guru dan siswa,wawancara kepada guru mengenai media dan metode yang digunakan pada saat pembelajaran dikelas, tingkat ketuntasan siswa dalam belajar dan bagaimana aktivitas siswa saat pembelajaran. Wawancara yang dilakukan kepada siswa yaitu mengenai tanggapan siswa terhadap media dan metode yang digunakan.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan maka dapat

mengidentifikasi masalah yang ada di SMPN 07 salatiga. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan rekomendasi dari guru serta hasil pretes yang dilakukan. Dari hasi

pretes yang dilakukan, maka yang menjadi kelas ekperimen adalah kelas H

dengan jumlah siswa 26 orang dan kelas kontrol yaitu kelas C dengan jumlah siswa 26 orang.

Tahap kedua yaitu tahap penentuan materi, pembuatan media, instrument dan perencanaan. Penentuan materi ditentukan oleh guru TIK. Media yang dipilih adalah media video. Pembuatan media video dievaluasikan sebelumnya dengan guru TIK agar sesuai dengan materi yang diajarkan. Instrumen dalam penelitian ini adalah soal pretes dan posttest, lembar observasi keaktivan siswa, dan angket / kuisioner.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa tes, lembar observasi, dan angket / kuisioner. Metode tes digunakan untuk menilai dan mengukur pencapaian penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Tes yang

diberikan terdiri dari pretest dan posttest. Pretes ini digunakan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran dilakukan sedangkan Posttest digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan pembelajaran. Instrumen tes disusun dengan kisi-kisi pada tabel 2 berikut ini.

Tahap Persiapan

Penentuan Materi, Pembuatan Media,Instrumen dan Perencanaan

Pelaksanaan Tindakan

Pengolahan Data dan Analisa

(13)

Tabel. 2. Indikator soal tes

No Indikator No soal

1.Dapat mengetahui letak menu dan ikon 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11,12, 13 pada menu bar 14, 15, 16, 18, 19, 20 2.Dapat mengetahui fungsi menu dan ikon 2, 4, 6, 10, 17

pada menu bar

Lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk melihat aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dikelas. Penilaian aktivitas belajar siswa dilakukan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berikut indikator penilaian aktivitas belajar siswa.

Tabel. 3. Indikator penilaian aktivitas belajar siswa [8]

No Indikator Skor

0 1 2 3 4

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 2. Terlibat dalam pemecahan soal

3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru

apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya 4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah

5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

6. Menilai kemampuan diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis

indikator ini diadaptasi dari Sudjana (dalam Anggraini, 2009 ) Jumlah skor

Rumus menghitung kriteria dalam % = x 100 Skor maksimum Kriteria penilaian aktivitas belajar siswa :

0 : Tidak aktif 3 : Aktif 1 : Kurang aktif 4 : Sangat aktif 2 : Cukup aktif

Kriteria nilai untuk semua indikator adalah nilai 0 untuk kriteria tidak aktif apabila siswa tidak memahami, mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan guru. Nilai 1 untuk kriteria kurang aktif apabila siswa medengarkan, memperhatikan saat proses belajar tetapi tidak mencatat. Nilai 2 untuk kriteria cukup aktif apabila siswa mendengarkan, mencatat tetapi tidak mengerjakan tugas dari guru. Nilai 3 untuk kriteria aktif apabila siswa mulai mendengarkan, mencatat, bertanya pada guru dan mengerjakan tugas yang diberikan guru dan memahami materi yang dipelajari. Nilai 4 untuk kriteria sangat aktif apabila siswa

(14)

mengikuti proses pembelajaran dengan baik yaitu dengan mendengarkan, mencatat, bertanya dengan guru, menjawab semua pertanyaan guru, mengerjakan tugas yang diberikan guru, memahami materi pelajaran, mencari informasi, bekerja sama dengan baik dalam kelompok dan mengikuti semua kegiatan pembelajaran di kelas.

Tabel . 4. Kriteria Persentase Keaktifan Siswa [16]

Persentase Skor Kriteria

75% - 100 % 54 – 72 Tinggi

50 % - 74,99 % 36 – 53 Sedang

50 % - 49,99 % 18 – 35 Rendah

0% - 24,99 % ≤ 17 Kurang

Angket atau kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang memuat sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh subjek penelitian. Kuesioner dapat mengungkap banyak hal sehingga dalam waktu singkat diperoleh banyak data/keterangan. Berdasarkan bentuknya, angket dapat berbentuk terbuka dan tertutup. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah angket tertutup dengan jenis skala jawaban yaitu rating scale. Angket tertutup memiliki jawaban yang sudah disediakan dan tidak memberi peluang kepada responden untuk menambah keterangan lain [10]. Metode angket berupa pernyataan – pernyataan kemudian diisi oleh siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui kelayakan video sebagai media pembelajaran. Berikut indikator video pembelajaran.

Tabel. 5. Indikator video pembelajaran [7]

No Indikator No pernyataan

1. Clarity of Message (kejalasan pesan) 1, 4, 7, 9

2. Stand Alone (materi yang terkait) 2

3. User Friendly (mudah difahami oleh pengguna) 10, 3

4. Representasi isi 5, 6, 8

5. Visualisasi dengan media 12, 14

6. Tampilan resolusi video 13 7. Dapat digunakan secara umum 11, 15

Indikator ini diadaptasi dari Riyana (dalam Ayuningrum, 2012) Jawaban setiap item soal mempunyai kriteria :

1 : Sangat tidak setuju (STS) 3 : Setuju (S)

2 : Tidak setuju (TS) 4 : Sangat setuju (SS)

Kriteria nilai untuk semua indikator adalah nilai 1 untuk kriteria sangat tidak setuju apabila bahasa, gambar, materi yang ada didalam video tidak bisa difahami. Nilai 2 untuk kriteria tidak setuju apabila gambar, materi, suara pada video tidak jelas. Nilai 3 untuk kriteria setuju apabila bahasa, gambar, materi, dan suara pada video jelasa dan bisa difahami. Nilai 4 untuk kriteria sangat setuju apabila

(15)

tampilan, bahasa, gambar, materi, suara, teks dalam video pembelajaran mudah difahami, jelas, terstruktur, menarik dan materi hanya terkait pelajaran TIK. Berikut kategori penilaian kelayakan media video pembelajaran [12].

0 20% 40% 60% 80% 100% Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat kuat

Tahap ketiga yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan desain penelitian yaitu kelas eksperimen dan kontrol. Sebelum melakukan pembelajaran, kedua kelas diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Proses pembelajaran dilakukan berdasarkan RPP yang telah dirancang, pada kelas eksperimen proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan video sebagai media pembelajaran dengan model pembelajaran contextual teaching learning (CTL), sedangkan pada kelas kontrol proses pembelajaran dilakukan dengan media dan model sebelumnya yaitu menggunakan media ppt dengan metode ceramah. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengisi lembar observasi aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran dikelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Setelah proses pembelajaran selesai, maka masing – masing kelas akan diberikan posttest yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Selanjutnya akan diberikan angket kepada kelas eksperimen untuk mengetahui respon siswa terhadap media yang telah digunakan.

Tahap keempat yaitu tahap pengolahan data dan analisa. Pada tahap ini, pengolahan data berupa data tes siswa, lembar observasi aktivitas siswa, dan angket. Hasil tes digunakan untuk melihat perbandingan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan untuk melihat peningkatan nilai kedua kelas, selanjutnya pengolahan data lembar observasi aktivitas siswa untuk melihat perbandingan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen maupun kontrol, kemudian pengolahan data angket untuk mengetahui respon siswa terhadap video sebagai media pembelajaran dikelas. Analisa dalam penelitian ini berupa uji t(t-test) dengan syarat nilai harus bernilai normal dan homogen. Analisis data dalam penelitian ini dibantu menggunakan program pengolahan data statistik. Langkah terakhir dalam tahap ini yaitu penulisan laporan penelitian berdasarkan hasil yang di peroleh selama penelitian.

(16)

4. Hasil Dan Pembahasan

Pada bagian ini, dipaparkan hasil

media pembelajaran pada

Proses pembelajaran yang dilakukan pertama yaitu memberikan semua kelas yang akan dijadikan subjek penelitian. Hasil

dilakukan digunakan untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil pretest yang

65.58 untuk kelas H, sehingga yang menjadi kelas eksperimen yaitu kelas H dan

untuk kontrol kelas C, masing

menentukan pembagian kelas, maka diterapkan proses

menggunakan video sebagai media

CTL pada kelas eksperimen, dan pembelajaran

ppt dan metode ceramah

maupun kontrol dilakukan sebanyak dua kali pertemuan.

dikelas eksperimen maupun kelas kontrol materi yang dipelajari adalah materi

yang sudah diberikan dan dijelaskan

pertemuan pertama siswa akan mengulas kembali materi yang telah dipelajari. Pertemuan kedua yaitu materi yang telah dipelajari adalah lanjutan dari materi yang telah diberikan sebelumnya

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan

yang dipakai. Tujuannya agar siswa mengetahui bahwa media pembelajaran bukan hanya menggunakan

bisa digunakan dalam proses pembelajaran

Gambar 2.

Selanjutnya guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari

kemudian guru membagi kelompok menjadi 4 kelompok. Masing kelompok beranggotakan ada yang 6 orang ada yang 7

diskusi menjawab pertanyaan video pembelajaran, kemudian

menggunakan video sebagai media pembelajaran.

dilakukan menggunakan media video, terdapat soal yang harus dkerjakan siswa dalam kelompoknya dimana soal tersebut terdiri dari

Hasil Dan Pembahasan

dipaparkan hasil penelitian pemanfaatan video

pembelajaran pada pembelajaran TIK di kelas VIII SMPN 07 Salatiga. Proses pembelajaran yang dilakukan pertama yaitu memberikan pretest semua kelas yang akan dijadikan subjek penelitian. Hasil pretest yang sudah

digunakan untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. yang ada, rata – rata nilai yaitu 66.73 untuk kelas C dan 65.58 untuk kelas H, sehingga yang menjadi kelas eksperimen yaitu kelas H dan masing – masing kelas berjumlah 26 siswa. Setelah menentukan pembagian kelas, maka diterapkan proses pembelajaran sebagai media pembelajaran dengan model pembelajaran pada kelas eksperimen, dan pembelajaran sebelumnya yaitu dengan media pada kelas kontrol. Pembelajaran dikelas eksperimen maupun kontrol dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama dikelas eksperimen maupun kelas kontrol materi yang dipelajari adalah materi h diberikan dan dijelaskan oleh guru sebelumnya, sehingga pada pertemuan pertama siswa akan mengulas kembali materi yang telah dipelajari. Pertemuan kedua yaitu materi yang telah dipelajari adalah lanjutan dari materi yang telah diberikan sebelumnya pada pertemuan pertama.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan pengenalan media pembelajaran Tujuannya agar siswa mengetahui bahwa media pembelajaran bukan hanya menggunakan powerpoint dan buku paket saja tetapi media lain

proses pembelajaran salah satunya adalah media video

Gambar 2. Tampilan media pembelajaran

guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari guru membagi kelompok menjadi 4 kelompok. Masing

akan ada yang 6 orang ada yang 7 orang untuk melakukan diskusi menjawab pertanyaan – pertanyaan yang telah dirangkum pada media kemudian guru menyajikan materi pembelajaran menggunakan video sebagai media pembelajaran. Selama proses pembelajaran dilakukan menggunakan media video, terdapat soal yang harus dkerjakan siswa dalam kelompoknya dimana soal tersebut terdiri dari dua bagian

video sebagai pembelajaran TIK di kelas VIII SMPN 07 Salatiga.

pretest pada

yang sudah digunakan untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. rata nilai yaitu 66.73 untuk kelas C dan 65.58 untuk kelas H, sehingga yang menjadi kelas eksperimen yaitu kelas H dan masing kelas berjumlah 26 siswa. Setelah pembelajaran dengan model pembelajaran dengan media pada kelas kontrol. Pembelajaran dikelas eksperimen Pada pertemuan pertama dikelas eksperimen maupun kelas kontrol materi yang dipelajari adalah materi sehingga pada pertemuan pertama siswa akan mengulas kembali materi yang telah dipelajari. Pertemuan kedua yaitu materi yang telah dipelajari adalah lanjutan dari materi edia pembelajaran Tujuannya agar siswa mengetahui bahwa media pembelajaran media lain juga salah satunya adalah media video.

guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari, guru membagi kelompok menjadi 4 kelompok. Masing – masing orang untuk melakukan pertanyaan yang telah dirangkum pada media pembelajaran Selama proses pembelajaran dilakukan menggunakan media video, terdapat soal yang harus dkerjakan siswa soal, soal

(17)

pertama dalam proses pembelajaran dengan model pendekatan contextual teaching learning (CTL), dalam tahap pertama yaitu constructivism siswa diberikan tugas dimana tugas yang diberikan dikerjakan oleh kelompok masing-masing yang sudah dibagi , saat pengisian siswa diberikan durasi waktu untuk menyelesaikan soal yang ada, jika waktu pengerjaan soal telah selesai, maka siswa tidak boleh lagi mengerjakan soal yang ada, siswa wajib mengumpulkan lembar jawaban kepada guru, dalam hal ini baik kelompok yang selesai maupun yang belum selesai harus mengumpulkan jawabannya selama proses pengisian soal, siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi atau jawaban melalui media lain seperti buku.

Gambar. 3. Proses pembelajaran siswa

Selanjutnya, setelah semua kelompok sudah selesai mengumpulkan jawaban soal, maka guru akan mengacak dan menunjuk perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Tujuannya adalah untuk melihat apakah siswa benar – benar berperan dalam diskusi atau tidak. Selain itu, untuk melihat siswa apakah memahami dan menghafal hasil diskusi. Saat perwakilan kelompok selesai mengemukakan hasil diskusi, kelompok lain bisa menyanggah jawaban yang diberikan apabila tidak sesuai dengan pendapat kelompok tersebut, dengan catatan masih mengenai topik yang dibahas. Kegiatan ini dilakukan agar setiap siswa berperan aktif saat proses pembelajaran.

Setelah proses presentasi kelompok selesai, guru melanjutkan lagi menjelaskan materi yang ada di dalam video pembelajaran, selama video pembelajaran ditampilkan sebelum materi pembelajaran dilanjutkan pada penjelasan materi berikutnya, terdapat soal kedua dimana soal tersebut terlebih dahulu harus di kerjakan siswa. Tahap kedua yaitu inquiry dimana dalam tahap ini siswa diberikan tugas untuk membuat tabel, setiap kelompok satu orang maju kedepan untuk mewakili kelompoknya masing – masing dalam pembuatan tabel siswa tidak diberikan contoh terlebih dahulu cara pembuatan tabel, tetapi siswa menemukan sendiri cara membuat tabel dengan materi yang sudah mereka

dapatkan. Tahap selanjutnya yaitu questioning dalam tahap ini siswa dilibatkan

dalam proses aktif saat pembelajaran terutama pada saat proses kerja kelompok, siswa tidak hanya diam saat kelompok lain mempresentasikan hasil kerja

(18)

kelompok nya, tetapi kelompok lain secara aktif bertanya dan menyanggah menurut pendapat mereka sendiri, dalam proses pembelajaran guru juga tidak hanya menjelaskan materi saja tapi guru aktif bertanya kepada siswa tentang

materi yang dipelajari. Tahap keempat yaitu learning community dalam tahap ini

maka akan dilihat hasil pembelajaran kerja kelompok masing – masing apakah setiap kelompok itu bisa kerja sama dengan baik dengan temannya dan bisa berperan aktif dalam kelompok, tahap ini berkaitan dengan tahap constructivism, dimana tahap konstruktivisme dimulai dengan pembelajaran kelompok sehingga untuk melihat hasil pembelajaran tahap learning community pada saat siswa mengerjakan tugas kelompok.

Selanjutnya yaitu modeling pada tahap ini siswa dijadikan sebagai contoh untuk mewakili teman – temanya dikelas dengan cara menemukan membuat tabel yang diminta oleh guru, dimana siswa tersebut memberikan pandangan kepada teman – temanya cara membuat tabel. Tahap selanjutnya yaitu reflection pada tahap ini, siswa bisa mendapatkan pengetahuan yang baru diterima siswa dalam proses pembelajaran, serta siswa dan guru sama – sama memberikan kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari. Tahap terakhir yaitu authentic assessment pada tahap ini siswa akan diberikan posttest untuk melihat gambaran perkembangan proses belajar siswa yang telah dilakukan serta untuk mengetahui peningkatan hasil belajar selama proses pembelajaran setelah diberikan perlakuan atau treatment dan angket video pembelajaran untuk melihat respon siswa terhadap media yang digunakan.

Peningkatan hasil belajar siswa terjadi karena proses pembelajaran aktivitas siswa tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran. Interaksi antara guru dan siswa mulai meningkat, siswa yang kurang memahami materi yang biasa diajarkan mulai memahami materi dengan baik, siswa yang biasanya asik mengobrol dengan temannya mulai berkonsentrasi dan fokus terhadap pembelajaran, siswa yang mengantuk saat pembelajaran mulai memperhatikan proses pembelajaran, siswa yang biasanya pasif mulai aktif dan berani mengungkapkan pendapatnya. Hal ini menunjukkan bahwa peanfaatan video sebagai media pembelajaran memberikan pengaruh positif terhadapa aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil lembar observasi aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung dikelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 5.

(19)

Tabel. 5. Persentase aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol

No Indikator Persentase kelas Eksperimen Kontrol

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 66.67 % 41.66 % 2. Terlibat dalam pemecahan soal 62.5 % 50 % 3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru 66.67 % 41.66 %

apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya

4. Berusaha mencari berbagai informasi 62.5 % 37.5 % yang diperlukan untuk pemecahan masalah

5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai 75 % 50 % dengan petunjuk guru

6. Menilai kemampuan diri dalam memecahkan 62.5 % 50 % soal atau masalah sejenis

Persentase rata-rata nilai 65.97 % 45.13 % Berdasarkan tabel 5, hasil persentase kelas eksperimen untuk indikator nomor satu yaitu siswa mendengarkan dan mencatat materi pelajaran dengan nilai 66.67 % berada pada kriteria sedang dan 41.66 % untuk kelas kontrol yaitu siswa tidak memperhatikan, tidak mencatat dan tidak mendengarkan berada pada kriteria rendah. Nilai indikator nomor dua untuk kelas eksperimen berada pada kriteria sedang, siswa bisa bekerja sama dengan baik dengan kelompoknya, untuk kelas kontrol siswa tidak bisa bekerja sama dengan baik dengan kelompoknya berada pada kriteria rendah. Nilai indikator nomor tiga untuk kelas eksperimen berada pada kriteria sedang, siswa memahami materi yang diajarkan sedangkan kriteria rendah untuk kelas kontrol yaitu siswa kurang memahami materi yang diajarkan. Nilai indikator untuk nomor tiga untuk kelas eksperimen berada pada kriteria sedang dimana siswa berusaha mencari informasi untuk memecahkan soal yang diberikan, kriteria rendah untuk kelas kontrol dimana siswa tidak berusaha mencari informasi untuk memecahkan soal yang diberikan. Indikator nomor lima pada kelas eksperimen berada pada kriteria sedang dimana siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan baik, kriteria rendah untuk kelas kontrol dimana siswa melaksanakan diskusi tidak sesuai dengan petunjuk guru. Indikator nomor enam pada kelas eksperimen berada pada kriteria sedang, dimana siswa mengerjakan sendiri soal yang diberikan, kelas kontrol berada pada kriteria rendah dimana siswa tidak mengerjakan soal hanya dirinya sendiri.

Dari keseluruhan hasil persentase yang ada, hal tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan video sebagai media pembelajaran dapat membuat siswa cukup aktif. Terbukti dengan hasil perhitungan lembar observasi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung untuk keseluruhan semua indikator lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil persentase rata – rata kelas eksperimen juga lebih tinggi yaitu sebesar 65,97%, untuk keseluruhan skor total indikator yang artinya berada di kriteria penilaian sedang. Hasil persentase rata – rata kelas kontrol yaitu 45.13% untuk keseluruhan skor total indikator dan berada pada kriteria penilaian rendah. Proses

(20)

perhitungan untuk mendapatkan persentase setiap indikator yaitu nilai setiap pernyataan dibagi nilai maksimal setiap indikator dikalikan 100%.

Indikator melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru mendapatkan nilai paling tinggi yaitu 75 %, hasil persentase ini sesuai dengan jawaban yang telah diberikan observer selama proses pembelajaran berlangsung, cara mendapatkan nilai persentase untuk indikator tersebut yaitu dengan menjumlahkan hasil nilai pernyataan yang terdiri dari tiga pernyataan dibagi dengan nilai maksimal indikator yaitu duabelas dikalikan 100 %. Contoh perhitunganya yaitu indikator melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru mendapatkan skor sembilan dari tiga pernyataan jadi, 9 : 12 x 100 % = 75 %. Perhitungan ini dilakukan juga untuk setiap indikator – indikator yang lainnya. Pernyataan setiap indikator terdiri dari dua dan tiga pernyataan, untuk tiga pernyataan skor maksimalnya yaitu duabelas terdiri dari indikator 1, 3, dan 5 . Sedangkan untuk dua pernyataan skor maksimalnya delapan terdiri dari indikator 2, 4, dan 6. Cara perhitungan untuk mendapatkan jumlah rata – rata persentase yaitu dengan menambahkan hasil perhitungan jumlah semua indikator dibagi 600 dikalikan dengan 100 %.

Data Angket video pembelajaran diberikan kepada kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang dalam kelas. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kelayakan video yang digunakan untuk proses pembelajaran didalam kelas pada mata pelajaran TIK mengenai menu dan ikon MS.excel. Soal yang diberikan berjumlah 15 soal. Pengisian angket dilakukan pada pertemuan terakhir setelah mengerjakan soal Posttest, angket / kuisoner ini menggunakan perhitungan dengan skala Rating Scale.

Tabel. 6. Persentase kelayakan media video pembelajaran

No Indikator Kelas Eksperimen

1. Clarity of message ( kejelasan pesan) 72.59 % 2. Stand alone ( Materi yang terkait) 67.30 % 3. User friendly (mudah difahami oleh pengguna) 70.19 %

4. Represntasi isi 69.23 %

5. Visualisasi dengan media 69.71 %

6. Tampilan resolusi video 68.26 %

7. Dapat digunakan secara umum 70.19 %

Berdasarkan tabel 6, hasil persentase perhitungan angket untuk indikator nomor satu sebesar 72.59 %, nilai tersebut berada pada kriteria cukup dimana materi yang ada didalam video dapat difahami siswa. Indikator nomor dua berada pada kriteria cukup dimana video hanya terkait materi yang di ajarkan. Kriteria cukup untuk indikator nomor tiga dimana video menggunakan bahasa yang bisa dimengerti siswa. Indikator nomor empat berada pada kriteria cukup dimana isi video terstruktur dengan baik. Indikator nomor lima berada pada kriteria cukup dimana media video terdapat teks, animasi dan suara yang jelas. Indikator nomor enam berada pada kriteria cukup dimana tampilan video jelas untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Indikator nomor tujuh berada pada kriteria cukup

(21)

dimana video pembelajaran digunakan dalam proses pembelajaran dikelas. Berdasarkan keseluruhan hasil nilai persentase yang ada, hal tersebut menunjukkan bahwa media video cukup layak digunakan dalam proses pembelajaran. Terbukti dengan perhitungan angket kelayakan media video untuk keseluruhan indikator berada pada kriteria cukup.

Sebelum mendapatkan nilai persentase setiap indikator, terlebih dahulu mencari skor maksimal untuk setiap indikator. Cara perhitungan untuk mendapatkan skor maksimal untuk setiap indikator yaitu total maksimal skor pernyataan setiap indikator dikalikan dengan jumlah responden. Indikator clarity of message ( kejelasan pesan) mendapatkan persentase paling tinggi yaitu 72.59 %. Hasil persentase ini sesuai dengan jawaban yang telah diberikan responden dalam mengisi angket yang telah diberikan. Contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai maksimal dan persentase indikator clarity of message ( kejelasan pesan) adalah jumlah skor maksimal pernyataan empat dikalikan 26 responden hasilnya 104, karena dalam indikator ada empat pernyataan maka, empat dikalikan 104 hasilnya 416. Jadi, total skor maksimal untuk satu indikator yang terdiri dari empat pernyataan 416, sedangkan perhitungan untuk mendapatkan nilai persentasenya adalah total skor setiap pernyataan dibagi nilai maksimal dikalikan 100 %, indikator clarity of message ( kejelasan pesan) mendapatkan skor 302 : 416 x 100 = 72.59 %. Perhitungan ini dilakukan juga untuk setiap indikator – indikator yang lainnya. Pernyataan setiap indikator terdiri dari satu, dua, tiga dan empat pernyataan, untuk satu pernyataan skor maksimalnya yaitu 104 terdiri dari indikator nomor 2 dan 6, untuk dua pernyataan skor maksimalnya 208 terdiri dari indikator nomor 3, 5 dan 7, sedangkan tiga pernyataan skor maksimalnya 312 terdiri dari indikator nomor 4 serta empat pernyataan untuk indikator nomor 1 dengan skor maksimalnya 416.

Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest. Nilai hasil rata – rata untuk membandingkan dua populasi atau dua sampel dalam menjawab hipotesis dilakukan dengan uji independent sample t –test. Syarat uji t yaitu nilai harus bernilai normal dan homogen. Hasil perhitungan keduan kelas bernilai normal dan homogen, artinya syarat uji independent sample t –test terpenuhi.

Tabel. 7. Hasil Uji Independent sample t-test Prestest dan Posttest Keterangan Kelas Mean df Sig(P) α thitung Ttabel Pretest Eksperimen 65.58 50 0.225 0.05 1.230 2.00856

Kontrol 66.73

Posttest Eksperimen 81.35 50 0.000 0.05 10.366 2.00856 Kontrol 71.15

(22)

Berdasarkan tabel 7, diperoleh hasil pretest kelas eksperimen maupun

kontrol yaitu P = 0,225 dan thitung 1.230. Membandingkan p(0,225) > α(0,05)

dan thitung <ttabel, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata – rata

antara nilai pretest kelas kontrol dan eksperimen. Hal ini membuktikan keadaan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum pembelajaran mempunyai kemampuan yang sama.

Nilai posttest kelas eksperimen dan kontrol mempunyai signifikansi p

adalah (0,000) < α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antar nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen (mempunyai kemampuan yang berbeda setelah mendapat perlakuan). Nilai t

hitung(10.366) >ttabel (2.00856), sehingga dapat disimpulkan rata – rata kelas

eksperimen lebih tinggi dari dari pada kelas kontrol. Sesuai kriteria pengujian, Jika thitung >ttabel dan p < 0,05, maka hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan video sebagai media pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Berdasarkan penelitian ini, pemanfaatan video sebagai media pembelajaran pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol memperlihatkan bahwa hasil belajar kedua kelompok mengalami perbedaan. Hal tersebut ditunjukan pada hasil belajar nilai rata – rata kelas eksperimen dari nilai 65.58 menjadi 81.35, sedangkan nilai rata – rata kelas kontrol dari 66.73 menjadi 71.15. Berdasarkan nilai rata – rata posttest disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

5. Simpulan

Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, hasil analisis data, dan

pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan video

sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran TIK dapat membuat siswa cukup aktif, dilihat dari hasil persentase aktivitas siswa di kelas eksperimen dengan nilai 65.97 % berada pada kriteria sedang dan kelas kontrol hanya 45.13 % berada pada kriteria rendah. Selain itu, pemanfaatan video sebagai media pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Terbukti pada nilai rata – rata kelas eksperimen dari 65.58 meningkat menjadi 81.35. Media video juga cukup layak digunakan dalam proses pembelajaran dilihat dari hasil persentase untuk semua indikator berada pada kriteria cukup.

Berdasarkan kesimpulan yang didapat, saran bagi penelitian selanjutnya yaitu perlu ada penelitian lanjutan untuk populasi yang lebih besar dengan kondisi kelas yang beragam sehingga simpulan penelitian dapat berlaku untuk lingkup yang lebih luas. Selain itu, kepada para pengajar disarankan untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan video sebagai media pembelajaran pada waktu membahas materi pembelajaran TIK, mengingat pemanfaatan video sebagai media pembelajaran terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(23)

6. Daftar Pustaka

[1] Anindyawati, Linaksita, 2013. Pemanfaatan Media Video Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas Iv SDN Babatan I/456 Surabaya, No. 1 Vol.1.

[2] Sari, Widya, 2012. Penggunaan Media Pembelajaran Video Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II SD Negeri 3 Nampu Karangrayung Grobogan Tahun Pelajaran 2010/2013, No. 2 Vol. 14 , Pp.

146-17`2.

[3] Rayandra, Asyhar, 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi.

[4] Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

[5] Rohani , Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. [6] Sukjaya dan Suherman, 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan.

[7] Sudjana , Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

[8] Ade, Erik M. 2010. Efektivitas Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Model Drill And Practice Dalam Pembelajaran Tik.

[9] Ramadhani, Mawar. 2012. Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Kalasan.

[10] Rahmatika, Annissa. 2008. Meningkatkan Kreativitas Dan Efektivitas Dalam Pembelajaran Matematika Denagan Pendekatan Konstruktivis Di Kelas VIII MTS AL – MA’HAD AN - NUR BANTUL.

[11] Sardiman, 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada. Yogyakarta: UNY Press.

[12] Riduwan, 2010. Skala Pengukuran Variabel – Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta 2010.

[13] Mundilarto, 2004. Cakrawala Pendidikan: Pendekatan kontekstual dalam PembelajaranSains. Yogyakarta: Lembaga Pengambdian Masyarakat UNY. [14] Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah. Direktorat Pendidikan LanjutanPertama.

[15] Sugiyono, 2012 Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R &D, Bandung : Alfabeta.

[16] Sugiyono, 2001. Metode penelitian administrasi.Bandung : Alfabeta.

[17] Nurhadi, (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Gambar

Tabel . 4. Kriteria Persentase Keaktifan Siswa [16]

Referensi

Dokumen terkait

Adapun persepsi wisatawan terhadap budaya masyarakat di Desa Koto Sentajo adalah baik, karena wisatawan menilai dari adanya Rumah Godang yang masih terjaga

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan

Tari Klana Raja adalah salah satu tari klasik yang sangat populer dikalangan seniman tari Yogyakarta dan sekitarnya. Namun, tidak banyak yang tahu akan nilai-nilai filosofi

Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata nilai tes akhir kelas eksperimen = 80,40 dan kelas kontrol = 71,07, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan

Dari data kelas dan pembagian siswa perkelas, bagian wakil kepala sekolah bagian kesiswaan merekap data kelas dan pembagian siswa perkelas, kemudian membuat pengumuman

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Endang Supriyadi maka dapat dianalisis oleh penulis bahwa menurut Endang Supriyadi terdakwa telah terbukti melakukan

Noor Zalida bt Mohd Zahari Cik Hamidah bt Mohamed PENYEDIAAN RELIEF DAN e – KEHADIRAN GURU.

Independensi adalah sebuah sikap yang berimbang bebas dari berbagai kepentingan yang mungkin dianggap sebagai kompatibel dengan integritas dan objektivitas dan juga