• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Akta Pemberian HGB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pedoman Akta Pemberian HGB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TATA CARA PENGISIAN FORMULIR AKTA

PEMBERIAN HAK GUNA BANGUNAN/HAK PAKAI ATAS TANAH HAK MILIK

I. Umum

1. Tiap akta hanya digunakan untuk pembuktian pemberian satu Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik. Akta asli dibuat 2 rangkap, yang bermeterai cukup yang masing-masing ditandatangani oleh para pihak, para saksi dan PPAT, yaitu lembar pertama 1 rangkap disimpan oleh PPAT dan lembar kedua 1 rangkap dikirim ke Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran Hak Guna Bangunan/Hak Pakai yang bersangkutan, dan kepada para pihak diberikan salinannya. Salinan yang hanya ditandatangani oleh PPAT dibuat secukupnya menurut keperluan.

2. Untuk keakuratan data dalam pembuatan Akta PPAT, agar dihindari adanya perubahan dan tambahan (renvoi).

3. Tempat/bagian formulir akta yang sudah disediakan yang tidak dipergunakan harus dicoret/ditutup dengan garis penuh. Kata-kata yang tidak diperlukan dicoret. 4. Penggantian dan perbaikan kata yang dicoret dan tambahan kata-kata yang diperlukan dapat dilakukan di ruang kosong (margin) lembaran akta dan disahkan dengan paraf para penandatanganan akta. Penambahan kalimat dapat pula dilakukan pada lembar kertas yang ditambahkan pada akta, dengan mencantumkan nomor akta di setiap halaman tambahan tersebut.

5. Spesifikasi cover akta : - terdiri dari 4 halaman.

- jenis kertas Brief Card Karton 170 (seratus tujuh puluh) gram. - ukuran kertas 21,5 cm x 35,5 cm (F4).

- warna putih.

- diberikan kop PPAT dan ditulis judul ”AKTA PEMBERIAN HAK GUNA BANGUNAN/HAK PAKAI ATAS TANAH HAK MILIK”.

- penulisan judul akta dengan huruf Times New Roman, ukuran 28 dan warna hitam.

6. Spesifikasi formulir akta :

- 1 set Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak pakai Atas Hak Milik terdiri dari 7 halaman.

- jenis kertas HVS 70 (tujuh puluh) / 80 (delapan puluh) gram. - ukuran kertas 21,5 cm x 35,5 cm (F4).

- warna putih.

(2)

II.Pengisian ruang akta yang diberi nomor 1. Bagian cover akta :

a. Untuk PPAT diisi dengan kedudukannya sebagai PPAT, nama, daerah kerja, SK pengangkatan dan tanggal serta alamat kantor.

Contoh :

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)

SOFIA LAUREN, S.H., M.Kn.

DAERAH KERJA : KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

SK. ………. Nomor : …/……-…../…/………

Tanggal ……….

Jl. Panglima Polim Nomor …, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Telp. …. Fax…….

b. Untuk PPAT Sementara diisi dengan kedudukannya sebagai PPAT Sementara, jabatan (Camat/Kepala Desa), wilayah kerja(Desa, Kecamatan dan Kabupaten/Kota), SK penunjukan sementara dan tanggal serta alamat kantor.

Contoh : Untuk Camat

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH SEMENTARA (PPATS)

CAMAT

KECAMATAN ………….. KABUPATEN/KOTA………….……

SK. ………. Nomor : …/……-…../…/………

Tanggal ……….

Jl. Cirendeu … , Tangerang Timur, Kota Tangerang, Telp. …. Fax…….

Untuk Kepala Desa

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH SEMENTARA (PPATS)

KEPALA DESA

DESA …….. KECAMATAN…….. KABUPATEN/KOTA………….

SK. ………. Nomor : …/……-…../…/…………

Tanggal ……….

(3)

c. Untuk PPAT Pengganti diisi dengan kedudukannya sebagai PPAT Pengganti, nama, daerah kerja, SK penunjukan dan tanggal serta alamat kantor.

Contoh :

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PENGGANTI (PPAT PENGGANTI)

SOFIA LAUREN, S.H., M.Kn.

DAERAH KERJA : KABUPATEN NUNUKAN

SK. ………. Nomor : …/……-…../…/…………

Tanggal ………. Jl. Sawit Raya Nomor …, Nunukan, Telp. …. Fax…….

d. Untuk PPAT Khusus diisi dengan kedudukannya sebagai PPAT Khusus, jabatan (Kepala Kantor Pertanahan), wilayah kerja (Kabupaten/Kota), SK pengangkatan dan tanggal serta alamat kantor.

Contoh :

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH KHUSUS (PPAT KHUSUS)

KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN POSO

SK. ………. Nomor : …/……

-…../…/…………

Tanggal ……….

Jl. Pattimura Nomor …, Poso, Telp. …. Fax…….

2. Disediakan untuk mengisi nomor urut akta dalam tahun berjalan, sedangkan di belakang garis miring (/) tahun pembuatan aktanya.

3. Bagian Kop Akta, dibuat sesuai dengan cover akta.

4. Coret yang tidak perlu sesuai jenis hak yang akan diberikan dengan akta ini. 5. Disediakan untuk mengisi nomor urut akta dalam tahun berjalan, sedangkan di

belakang garis miring (/) tahun pembuatan aktanya. 6. Coret sesuai keperluan.

7. Diisi hari, tanggal, bulan dan tahun pembuatan aktanya. 8. Diisi nama lengkap PPAT

(4)

10. Sebutkan daerah kerja PPAT sesuai pengangkatan, sedangkan bagi PPAT Sementara (Camat, Kepala Desa karena jabatannya menjadi Pejabat Pembuat Akta Tanah), wilayah kerjanya adalah wilayah Kecamatan atau Desanya.

11. Diisi alamat lengkap letak kantor PPAT.

12. Disediakan untuk komparisi, yang memuat juga kapasitas dan kewenangan para penghadap sebagai pihak dalam perbuatan hukum pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Hak Milik yang bersangkutan. Penyebutan identitas para penghadap harus diperhatikan dengan sungguh–sungguh, demikian pula surat-surat/dasar hukum yang menjadi landasan tindakan hukumnya. Sebutkan juga tanda pengenalnya atau identitas dirinya (Kartu Tanda Penduduk, Paspor, dan sebagainya). Sebutkan juga persetujuan/ijin yang dinyatakan tertulis yang menyangkut kapasitas dan kewenangan yang bersangkutan, apabila hal tersebut diperlukan menurut ketentuan yang berlaku.

Keterangan mengenai Pihak Pertama :

a. Diisi nama lengkap sesuai dengan dokumen yang dijadikan bukti sebagai pemegang hak atau dalam bukti identitasnya (tidak boleh disingkat termasuk gelarnya) dan nama kecil (jika ada), umur, kewarganegaraan, pekerjaan, tempat tinggal;

b. Jika penghadap bukan pemegang Hak Milik yang akan dibebani dengan Hak Guna bangunan/Hak Pakai dan hanya bertindak selaku/dalam jabatan dari orang/badan hukum yang diwakilinya, maka kualitas/dasar hukum dari tindakannya harus disebutkan secara jelas;

Surat kuasa yang tidak otentik harus dilekatkan/dijahitkan pada akta yang disimpannya oleh PPAT dan harus disebutkan dalam aktanya.

Demikian pula nama-nama orang/badan hukum yang diwakilinya diuraikan secara lengkap.

c. Apabila pemegang hak milik tidak cakap melakukan tindakan hukum maka bagi mereka yang Warga Negara Indonesia diwakili oleh wali/pengampu, dan bagi mereka yang tunduk pada Hukum Perdata Barat diperlukan juga persetujuan dari Pengadilan Negeri setempat.

Kemudian ditutup pada garis baru dengan : ”selaku pemberi hak, selanjutnya disebut Pihak Pertama”.

Keterangan mengenai Pihak Kedua :

Pihak Kedua adalah pihak yang akan menerima Hak Guna Bangunan/Hak Pakai.

Cara Pengisian secara mutatis mutandis sama dengan yang dijelaskan untuk Pihak Pertama di atas.

(5)

13. Bagian bawah akta terdapat di setiap halaman akta :

a. Untuk PPAT diisi dengan nama lengkap dan gelar dan daerah kerja. Contoh :

Sofia Lauren, S.H., M.Kn.

Daerah Kerja : Kota Administrasi Jakarta Selatan

b. Untuk PPAT Sementara diisi dengan jabatan (Camat/Kepala Desa) dan wilayah kerja (Desa, Kecamatan dan Kabupaten/Kota)

Contoh : Untuk Camat Camat

Kecamatan ……… Kabupaten/Kota…………

Untuk Kepala Desa Kepala Desa

Desa ………. Kecamatan ……… Kabupaten/Kota…………

c. Untuk PPAT Pengganti diisi dengan nama lengkap dengan gelar dan daerah kerja. Contoh :

Sofia Lauren, S.H., M.Kn.

Daerah Kerja : Kabupaten Nunukan

d. Untuk PPAT Khusus diisi dengan jabatan (Kepala Kantor Pertanahan) dan wilayah kerja(Kabupaten/Kota).

Contoh :

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Poso

14. Bagian ini disediakan untuk pernyataan bahwa PPAT mengenal para pihak penghadap, baik karena sudah mengenal sebelumnya, maupun diperkenalkan oleh salah satu yang hadir (penghadap/saksi).

Dalam hal para penghadap dikenal oleh PPAT, maka bagian kalimat sesudah ”dikenal oleh saya”dicoret.

Dalam hal hanya satu penghadap yang dikenal oleh PPAT, maka diperlukan saksi yang mengenal salah satu penghadap dan bagian kalimat sebelum ”Para penghadap diperkenalkan kepada saya ”dihapus.

15. Diisi nomor Hak Milik yang tercatat atas nama Pihak Pertama sebagaimana tercantum dalam sertipikat Hak Milik.

16. Diisi tanggal dan Nomor Gambar Situasi atau Surat Ukur dalam sertipikat yang bersangkutan.

(6)

18. Diisi NIB, apabila NIB tersebut sudah ada dan tercantum dalam sertipikat dan diisi Nomor SPPT PBB dari bidang tanah asal.

19. Diisi letak tanah sebagaimana tercantum dalam sertipikat. Apabila nama jalan tidak tercantum dalam sertipikat, maka ruang untuk nama jalan dikosongkan. 20. Bagian ini diisi dengan nomor Hak Milik yang telah disebut sebelumnya (nomor

15), apabila yang dibebani dengan Hak Guna Bangunan/Hak Pakai adalah seluruh bidang tanah Hak Milik. Dicoret apabila yang dibebani Hak Guna Bangunan/Hak Pakai hanya sebagian dari bidang tanah Hak Milik tersebut.

21. s/d 21c Bagian ini diisi yang dibebani Hak Guna Bangunan/Hak Pakai hanya sebagian dari tanah hak milik yang telah disebutkan di atas (Nomor 15). Apabila yang dibebani seluruh tanah Hak Milik, maka bagian ini dicoret (dari kata ”atas sebagian dari” sampai dengan ”dilampirkan pada akta ini”). Apabila diisi pengisiannya adalah sebagai berikut :

21. Di isi dengan nomor Hak Milik yang sudah disebut di atas (Nomor 15).

21a. Diisi dengan luas tanah yang akan diberikan dengan Hak Guna Bangunan/Hak Pakai dengan angka dan huruf;

21b. Di isi dengan uraian mengenai batas batas tanah yang diberikan dengan Hak Guna Bangunan/Hak Pakai;

21c. Diisi dengan identifikasi dari gambar bidang tanah yang diberikan dengan Hak Guna Bangunan/Hak Pakai, berupa surat ukur atau peta Bidang (kalau sudah dibuat) dengan NIB tanah dari obyek dimaksud dan dilampirkan pada akta. (Sesuai dengan Ketentuan Pasal 54 ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Kepala Badan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006).

22. Diisi dengan imbalan yang disepakati untuk pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai dalam akta ini ditulis dengan angka dan huruf dalam rupiah.

23. Diisi dengan jangka waktu Hak Guna Bangunan/Hak Pakai dengan menyebutkan lamanya jangka waktu tersebut dan tanggal berakhirnya.

24. Diisi dengan jenis bangunan yang boleh dibangun dengan landasan hukum Hak Guna Bangunan/Hak Pakai yang diberikan dengan akta ini, misalnya rumah tinggal, toko, bangunan perkantoran, dan sebagainya.

25. Disediakan untuk menambah syarat-syarat pemberian Hak Guna Bangunan/Hak pakai jika dipandang perlu. Apabila diperlukan pasalnya dapat ditambah.

26. Nomor pasal disesuaikan.

27. Untuk pemilihan domisili, lazimnya di Kantor Panitera Pengadilan Negeri di Kabupaten/Kota dari wilayah yang sama dengan Kantor Pertanahan tempat terdaftarnya hak atas tanah yang bersangkutan.

(7)

29. Untuk menjelaskan atas beban siapa segala biaya pembuatan akta ini, uang saksi dan sebagainya.

30. Untuk menguraikan secara lengkap keterangan mengenai para saksi : nama, umur, kewarganegaraan, pekerjaan dan tempat tinggal.

31. Cap ibu jari yang dimaksud ialah ibu jari tangan kiri.

32. Diisi dengan Kantor Pertanahan yang berwenang melakukan pendaftaran mengenai tanah yang bersangkutan.

33. Diisi nama lengkap, tanda tangan dan materai sesuai ketentuan yang berlaku. 34. Diisi kalau diperlukan dengan menyebutkan kapasitas pihak yang menyetujui

(misalnya ”suami” atau istri”) dan nama lengkap serta tanda tangan. 35. Di isi nama lengkap dan tanda tangan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian menunjukkan, Pelaksanaan pemberian hak atas tanah dalam rangka penanaman modal di kota Bandarlampung dalam hal ini pemberian hak guna bangunan pada

Karena pihak kreditur selaku pemegang hak tanggungan merasa dengan diberikannya surat kuasa membebankan hak tanggungan oleh debitur pemohon peningkatan hak guna bangunan menjadi

Pasal 35 ayat (1) UUPA menyebutkan bahwa Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka

(2) Keputusan Pemberian Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai termasuk perjanjian pemanfatan tanah dan/atau akta perjanjian yang dibuat oleh Pejabat

Akta pemberian hak guna bangunan (HGB) di atas tanah hak milik, merupakan salah satu dari delapan akta, diakui dalam hukum tanah positif dan pendaftaran tanah, yang pejabat

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengtahui bagaimana proses peningkatan status tanah dari hak guna bangunan menjadi hak,Bagaimana pelaksanaan prosedur pengajuan peningkatan Hak

pembaharuan HGU ini diatur dalam Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah (PP No. 40 Tahun

Kewenangan secara khusus dapat dilihat pada Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah yang berbunyi: