Perkembangan Pemikiran HAM di Dunia
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Dosen Pengajar Dr.M.Husni Syam,SH.,LL.M
Nama Anggota:
1. Regina Gita Ayu .S. (10040016034)
2. Unique Cahyani (10040016041)
3. Helga Cahyaningrum (10040016044)
Kelas A
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
JL.RANGGAGADING NO 8
BANDUNG
HAM adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak dilahirkan ke dunia yang secara kodrati sudah melekat dalam diri manusia tersebut yang harus dijunjung tinggi dan diakui oleh semua orang. Makhluk yang diciptakan oleh Tuhan YME dengan segala kesempurnaannya yaitu manusia.
HAM menurut Jan Materson:
Hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrat dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat dan negara.
HAM menurut John Locke:
Hak yang diberikan langsung oleh Tuhan yang maha pencipta sebagai hak yang kodrati. Oleh karenanya tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya.
I.
Piagam Madinnah
Piagam Madinah yang merupakan piagam tertulis pertama di dunia ini telah meletakkan dasar-dasar Hak Asasi Manusia yang berdasarkan Syari’at Islam. Pada awal pembukaan Piagam Madinah telah disebutkan bahwa semua manusia itu adalah umat yang satu, yang dilahirkan dari sumber yang sama, jadi tidak ada perbedaan antara seseorang dengan orang lain dalam segala hal. Namun dalam islam ada satu hal yang membuat seseorang dianggap lebih tinggi derajatnya dimata Allah, yaitu kadar imannya, jadi bukan dilihat dari warna kulit, suku, ras, Negara dan jenis kelaminnya, namun kadar iman seseorang itu yang membedakannya dengan orang lain.
Konsep Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah adalah, 1. Manusia adalah sama, dalam segala kehidupan bermasyarakat.
2. Adanya hak hidup bagi setiap individu manusia.
3. Kebebasan beragama bagi setiap pemeluk agama.
4. Adanya persamaan hak bagi setiap orang dimuka hukum dan diranah politik.
II.
Magna Charta
Dimulai dengan munculnya Perjanjian Agung atau yang dikenal dengan Magna Charta
di Prancis 15 Juli 1215 M, yang berisi tuntutan para baron kepada raja Jhon. Nilai-nilai yang penting dari perjanjian ini adalah; Raja tidak boleh melanggar hak-hak kepemilikan dan kebebasan setiap individu, ini dikarenakan para baron dikenakan pajak yang sangat tinggi dan diperbolehkannya anak-anak putri mereka untuk menikah dengan pemuda dari rakyat biasa. Al-Maududi menilai bahwa perjanjian yang keluar pada abad ke 13 itu tidak diketahui oleh masyarakat barat bahwa di dalamnya terdapat persamaan hak dimuka hukum hingga abad ke 17 hal tersebut baru diketahui bahwa itu terdapat di Magna Charta.
Isi Magna Charta:
Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak dan kebebasan Gereja Inggris.
Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak.
Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak penduduk.
Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang sah.
Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah tanpa perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji akan mengoreksi kesalahannya.
Kekuasaan raja harus dibatasi.
Piagam Magna Charta dianggap sebagai lambang perjuangan HAM (Hak Asasi banyak dipengaruhi oleh Magna Charta. Dokumen ini berisi tentang pembatasan hak-hak raja, dan penghapusan hak-hak raja untuk mengutus pasukan sesuka hatinya. Hingga muncullah pandangan tentang Persamaan Hak dihadapan hukum (Equality before the law), pandangan inilah yang mendorong munculnya Negara Hukum dan Negara Demokrasi.
Bill Of Rights tidak dapat diubah dalam bidang apapun kecuali oleh parlemen sendiri yang wilayah, dan kemudian, dengan konvensi dan menyentuh pada suksesi tahta bersama, hanya dengan persetujuan dari semua alam lainnya.
IV.
The French Revolution
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada awal Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk melawan kesewenang-wenangan rezim lama. Naskah tersebut dikenal dengan DECLARATION DES DROITS DE
L’HOMME ET DU CITOYEN yaitu pernyataan mengenai hak-hak manusia dan warga
negara. The French Declaration, dimana hak-hak yang lebih rinci lagi melahirkan dasar The Rule of Law. dalam French Declaration sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang menjamin tumbuhnya demokrasi maupun negara hukum yang asas-asasnya sudah dicanangkan sebelumnya.
V.
The America Declaration
Dalam French Declaration sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang menjamin tumbuhnya demokrasi maupun negara hukum yang asas-asasnya sudah dicanangkan sebelumnya.
VI.
The Four Freedom
Pada abad ke-20, hak-hak politik ini dianggap kurang sempurna dan mulailah dicetuskan beberapa hak lain yang lebih luas ruang lingkupnya. Menjelang Perang Dunia, Presiden Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt, mencetuskan The Four Freedoms (Empat Kebebasan) yang meliputi :
1) Kebebasan untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat (freedom of speech) 2) Kebebasan untuk memeluk agama (freedom of religion)
Daftar Pustaka
1. Affandi, Idrus, dkk. 2007. Hak Asasi Manusia. Jakarta:Universitas Terbuka
2. Agus Santoso, 2014. Hukum, Moral, Dan Keadilan. Penerbit Kencana Prenada Media Group : Jakarta
3. H.Toto Tohir,S.H.,M.H, dan Dr.H.M.Abdurrahman,MA. 1999. Negara,Demokrasidan Hak Asasi Manusia dalam Tataran Islam dan Hukum Positif. P2U LPPM Unisba ; Bandung
4. Basrowi, dkk. 2006. Demokrasi dan HAM. kediri:Jenggala Pustaka Utama