• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA JAMUR MERANG BALAI PENGKAJIAN T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BUDIDAYA JAMUR MERANG BALAI PENGKAJIAN T"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA JAMUR MERANG

BALAI PENGKAJIAN T EKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI

Jl.Samarinda Paal V Kotabaru Jambi 36128, Jl. Raya Jambi – Palembang KM 16,

Desa Pondok Meja Kec., Mestong, Kab. Muara Jambi Telp: 0741-40174/7053525, Fax: 0741-40413

e-mail: bptp-jambi@litbang.deptan.go.id bptp_jambi@yahoo.com

Website:jambi.litbang.deptan.go.id

Budidaya Skala Rumah Tangga

Budidaya jamur merang skala rumah tangga bisa dilakukan di dapur, kamar kosong, garasi atau ruangan di pinggiran rumah (luas tanam 10 m2 dan produksi 4-5 kg/hari).

a. Persiapan Media

1. Rendam kardus di dalam air secukupnya selama sehari, lalu sobek-sobek hingga ukuran 5-10 cm

2. Rendam kembali dan taburi kapur 4 kg, NPK 0,5 kg, SP-36 0,5 kg, dan bekatul 2,5 kg. Biarkan hingga 4 hari, lalu tiriskan

3. Rajang halus bonggol pisang dan kangkung

4. Hancurkan bibit, campur tepung beras ketan dan aduk sampai merata. Simpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena cahaya matahari langsung

b. Komposisi Media dan Peralatan

Berikut ini komposisi media dan cara penanaman jamur merang skala rumah tangga (luas penanaman 2,5 m2).

No Bahan Jumlah

1 Bibit jamur merang 5 botol

2 Kardus 20 kg

3 Bekatul atau dedak halus 5 kg

4 Tepung beras ketan 0,25 kg

5 Kapur 5 kg

6 Arang sekam/abu gosok 5 kg

7 Bonggol pisang batu 5 kg

8 Kangkung 10 ikat

9 Pupuk NPK 0,5 kg

10 Pupuk SP-36 0,5 kg

11 Pupuk cair organik Biogan (140 ml) 1 botol

(2)

Selain media diperlukan pula bahan dan peralatan berikut :

1. Taburkan sisa kapur ke tanah atau rak penanaman yang sudah disiapkan. Taburkan sedikit bonggol pisang dan arang sekam (lapisan tipis)

2. Taburkan kardus yang sudah ditiriskan dengan ketinggian 20 cm dan bentuk gundukan-gundukan seperti penanaman di dalam kumbung.

3. Semprot dengan larutan Biogan (1 tutup botol Biogan dalam 1 liter air)

4. Campurkan sisa bekatul (2,5 kg), kangkung, dan sisa bonggol pisang, lalu beri air secukupnya. Selanjutnya, taburkan di atas media.

5. Tanam bibit jamur di media, sebagian diselipkan ke dalam media dan sebagian ditaburkan di atas media hingga merata

6. Taburi permukaan media dengan sisa arang sekam yang sudah dicampur dengan Pupuk Biogan sebanyak 5 tutup botol dalam 5 liter air.

7. Tutup media dengan kertas koran. Terakhir, tutup media dengan plastik transparan. Namun, usahakan plastik tidak menempel langsung di media (beri jarak 20 cm dari permukaan media). Hal ini berguna untuk memberi ruang bagi pertumbuhan jamur.

d. Pemeliharaan

Selama masa inkubasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan 1. Suhu ruangan dipertahankan 28 -32o C

2. Pada hari ke 5, plastik dan koran dibuka, lalu disemprot dengan campuran air cucian beras dan Biogan ( 1 tutup Biogan dan 1 liter air)

3. Tutup kembali media dengan plastik transparan

4. Setiap 2 hari sekali, buka tutup plastik selama 10 menit sirkulasi udara baik 5. Setelah 10 hari, panen sudah bisa dilakukan.

Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen

A. Waktu Dan Cara Pemanenan

Jamur merang sudah dapat dipanen setelah berumur 10-14 hari sejak penanaman. Panen bisa dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur sebulan. Namun, setelah dipanen 4-5 kali, diistirahatkan selama 2-3 hari. Setelah itu, baru bisa di panen kembali. Jamur merang harus segera dipanen sebelum mekar, yaitu kancing dan stadium telur. Waktu pemanenan yang tepat adalah sore hari, sekitar jam 15.00. Namun, kadang-kadang pada pagi hari ada jamur yang sudah stadia telur sehingga harus dipetik.

(3)

1. Buka plastik perlahan-lahan

2. Usahakan air embun di penutup plastik tidak menetes ke media jamur yang sedang tumbuh, karena bisa menyebabkan jamur busuk.

(4)

4. Jamur yang sudah dipanen sebaiknya tidak disimpan dilemari es karena bisa meleleh. Cukup diangin-anginkan atau disimpan dalam plastik yang berlubang

5. Setelah panen dilakukan, plastik ditutup kembali seperti semula. Namun, media kering sebaiknya disemprot dengan air hangat terlebih dahulu agar jamur yang masih stadium jarum dan kancing tidak membusuk.

B. Sortasi Dan Grading

Sortasi sebaiknya dilakukan pada waktu pemanenan. Caranya, pisahkan jamur-jamur yang cacat ke dalam wadah atau tempat terpisah. Setelah itu jamur yang sehat bisa di grading atau dikelompokkan berdasarkan kelas-kelas mutunya adalah sebagai berikut :

1. Kelas mutu I, jamur berdiameter 2,5 cm, selaput utuh, dan belum mekar

2. Kelas mutu II, jamur berdiameter 1,5-2 cm, selaput utuh, dan belum mekar.

3. Kelas mutu III, jamur berdiameter kurang dari 1,5 m, selaput utuh, dan jamur belum mekar.

C. Pengawetan

a. Pengawetan dalam Bentuk Segar

Pengawetan jamur merang dalam bentuk segar dapat bertahan 4-5 hari, dilakukan melalui pembekuan dengan cara:

1. Jamur dikemas di dalam kain batis (cheese cloth), kemudian disimpan dalam refrigator pada suhu15o C.

2. Jamur dikemas dalam kotak styrofoam yang bagian dasarnya diberi es

3. Jamur dikemas dalam peti kayu yang dindingnya dilapisi es yang dibungkus plastik

4. Jamur dikemas dalam keranjang bambu, lalu bagian atasnya diberi dry ice yang dibungkus kertas

b. Pengawetan dalam Bentuk Kering

Jamur yang diawetkan dalam bentuk kering dapat bertahan hingga 6 bulan Pengeringan jamur merang dapat dilakukan dengan sinar matahari atau dengan oven. Cara pengeringan jamur dengan matahari adalah sebagai berikut :

1. Jamur dicuci dengan air bersih. Jamur dibelah memanjang atau dipotong-potong untuk mempercepat pengeringan.

2. Masukkan potongan jamur ke dalam air mendidih selama 4 menit. Hal ini dilakukan untuk mencegah pembusukan akibat enzim dalam jamur yang masih aktif.

3. Selanjutnya, jemur dibawah sinar matahari atau panaskan dalam oven hingga kering, hingga bobotnya menyusut 10 % dari berat dalam tempat kering. Pengemasan dapat dilakukan menggunakan kantong plastik dan ditutup rapat. Bisa juga dimasukkan ke dalam kaleng kedap udara. Julistia Bobihoe/PUAP/2010

Penyakit Jamur Merang

(5)

penggilingan padi, limbah pabrik kertas, ampas batang aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, kulit buah pala, dan sebagainya.

Jamur merang kaya akan protein kasar dan karbohidrat bebas N (N-face carbohydrate). Tingkat kandungan serat kasar dan abu adalah moderat, sedangkan kandungan lemaknya rendah. Nilai energi jamur merang rendah, namun merupakan sumber protein dan mineral yang baik dengan kandungan kalium dan fosfor yang tinggi. Kandungan Na, Ca, Mg dan Cu, Zn , Fe cukup. Kandungan logam berat Pb dan Cd tidak ada, sehingga jamur merang sangat baik digunakan sebagai bahan makanan sehari-hari. Kandungan protein jamur merang mencapai 1, 8 persen, lemak 0.3 persen, dam karbohidrat 12 – 48 persen.

Jamur merang kaya akan protein, sebagai makanan anti kolesterol, eritadenin dalam jamur merang dikenal sebagai penawar racun, dan banyak mengandung antibiotik yang berguna untuk pencegahan anemia. Menurut penelitian jamur juga dapat digunakan untukmengobati kanker.

***Jamur merang***

berguna bagi penderita diabetes dan penyakit kekurangan darah, bahkan dapat mengobati kanker.

Sesuai dengan namanya, umumnya jamur ini tumbuh pada merang atau jerami padi. Jamur merang dapat dengan mudah kita temui di tumpukan jerami sehabis masa panen padi. Seusai masa panen, jamur merang akan sulit ditemui. Namun dengan cara pembudidayaan modern, kita dapat menikmati jamur merang kapan saja. Tidak tergantung musim.

Pembudiyaan jamur merang secara modern, membutuhkan tempat khusus yang diset sebagai tempat tumbuh jamur. Kumbung (rumah jamur) yang telah dilengkapi media tumbuh dan telah diatur temperaturnya merupakan tempat terbaik untuk kembang biak jamur merang.

Kumbung dapat dibuat dengan rangka besi, kayu atau bambu, serta dinding dan atap plastik. Di bagian luar kumbung ini dipasang lagi atap, dan dinding yang terbuat dari anyaman bambu, nipah ataupun kain yang dapat ditutup dan buka, untuk mengatur cahaya matahari yang masuk. Kumbung juga harus dilengkapi jendela untuk mengatur sirkulasi udara. Di dalam kumbung, dibuat dua deret rak (bedengan) bertingkat, sebagai tempat meletakkan media tumbuh.

Media tumbuh yang dibutuhkan merupakan hasil pengomposan jerami dan campuran limbah kapas dengan perbandingan 2:1, ditambah 1-2 % kapur. Jerami dibasahi air, kemudian ditimbun bersama kapur di lantai, lalu ditutup plastik polibag selama 5 hari. Pada hari kelima, timbunan itu dibuka, dibalik, dan ditambahi bekatul, kemudian diletakkan di bedengan. Bedengan itu kemudian ditutup polibag selama 4 hari untuk menjalai proses fermentasi. Sebelum digunakan, bahan ditambah lagi dengan limbah kapas dan biji-bijian seperti kacang hijau, beras, jagung, kedelai, atau biji kapuk.

Setelah siap, media tumbuh diletakkan di rak-rak bedengan di dalam kumbung. Agar terhindar dari serangan bakteri, ngengat, ataupun jamur lain, kumbung dan media tanam harus disterilkan. Sterilisasi dilakukan dengan proses pasteurisasi, yakni pemanasan kompos dan ruangan rumah jamur dengan uap panas hingga temperatur 70 derajat celcius selama 5-7 jam. Suhu kompos dipertahankan 70 derajat selama 2-3 jam.

Pemanasan kumbung ini dilakukan dengan menghidupkan generator uap yang telah dihubungkan dengan ruangan dalam kumbung. Generator uap dapat dibuat sederhana, menggunakan drum-drum bekas yang diisi air, serta dipanaskan menggunakan kayu bakar. Uap yang dihasilkan disalurkan ke dalam kumbung.

Setelah pasteurisasi, udara segar dibiarkan masuk untuk menurunkan suhu hingga mencapai 32-35 derajat celcius. Saat inilah bibit boleh mulai ditanam.

Bibit jamur merang biasanya diperoleh dari penjual bibit. Tidak mudah membuat biakan bibit jamur sendiri, kalaupun bisa, kualitasnya tidak selalu bagus. Bibit ditebarkan di seluruh permukaan jerami yang telah dikomposkan. Setelah itu, jendela dan pintu kumbung ditutup selama tiga hari. Suhu dijaga dalam kisaran 32-38 derajat celcius. Bibit jamur memerlukan suhu yang agak panas untuk menumbuhkan miselium (benang-benang jamur).

Sirkulasi udara harus dijaga. Selain itu, perhatikan pula media tumbuh, jangan sampai jerami kering. Bila perlu, semprotkan air yang telah dicampur sedikit urea.

(6)

9.000-10.000 perkilogram. Dari setiap kandang berukuran 4 x 8 meter berisi sepuluh rak bedengan, dapat dipanen 25-40 kilogram jamur. Setiap hari selama masa panen yang berlangsung 15-17 hari.

Jamur ini sudah telanjur mendapat sebutan jamur merang walaupun tidak selalu tumbuh di media merang (tangkai padi). Sebenarnya jamur ini juga bisa tumbuh di media atau sisa-sisa tanaman yang memiliki sumber selulosa, seperti limbah pabrik kertas, limbah biji kopi, ampas batang aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, dan kulit buah pala.

Sesuai dengan nama ilmiahnya, Volvariella volvacea, jamur ini memiliki volva atau cawan berwarna cokelat muda yang awalnya merupakan selubung pembungkus tubuh buah saat masih stadia telur.

Dalam perkembangannya, tangkai dan tudung buah membesar sehingga selubung tersebut tercabik dan terangkat ke atas dan sisanya yang tertinggal di bawah akan menjadi cawan.Jika cawan ini telah terbuka akan terbentuk bilah yang saat matang memproduksi basidia dan basidiospora berwarna merah atau merah muda.

Selanjutnya basidiospora akan berkecambah dan membentuk hifa. Setelah itu, kumpulan hifa membentuk gumpalan kecil (pin head) atau primordial yang akan membesar

membentuk tubuh buah stadia kancing kecil (small button), kemudian tumbuh menjadi stadia kancing (button), dan akhirnya berkembang menjadi stadia telur (egg). Dalam budi daya jamur merang, pada stadia telur inilah jamur dipanen.

-Lingkungan tumbuh

Jamur merang tumbuh di lokasi yang mempunyai suhu 32-38°C dan kelembapan 80-90% dengan oksigen yang cukup. Jamur ini tidak tahan terhadap cahaya matahari langsung, tetapi tetap membutuhkannya dalam bentuk pancaran tidak langsung. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk jamur merang adalah 6,8-7.

***Jamur Merang***

(7)

atau si Jamur Merang merupakan jamur yang memiliki kandungan gizi yang tidak kalah bila dibandingkan dengan bahan makanan yang lain. Jamur Merang mengandung berbagai macam asam amino baik asam amino esensial dan asam amino non esensial. Volvariella volvacea dari namanya di ketahui sebenarnya jamur yang memiliki volva atau cawan biasanya merupakan jamur beracun kecuali Jamur Merang. Oleh sebab itulah di Asia khususnya di Indonesia orang – orang lebih menyukai Jamur Merang dari pada jamur yang tidak beracun lainnya (Sukara, 1981).

Diantara sekian banyak jenis jamur yang tumbuh liar pada musim hujan orang sering sulit membedakan antara jamur yang dapat di konsumsi dan jamur yang tidak dapat di konsumsi (jamur beracun). Ada beberapa cara yang dapat di lakukan oleh masyarakat awam untuk membedakan jamur beracun dengan jamur yang tidak beracun, umumnya jamur beracun mempunyai warna yang mencolok seperti warna merah darah, hitam legam, biru tua, ataupun warna–warna yang mencolok lainya. Jamur beracun biasanya menghasilkan bau yang menusuk hidung, selubung universal yang membentuk cincin dan selubung universal yang membentuk cawan (volva). Gejala yang biasanya muncul apabila seseorang mengalami keracunan jamur biasanya mual–mual, muntah, kepala pusing, bahkan akibat yang paling fatal adalah kematian (Suriawiria, 1986).

Menurut Rismunandar (1982), Jamur Merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur yang paling mudah hidup di dalam berbagai macam media tumbuh, dapat di tanam di mana saja. Jamur Merang paling mudah dibudidayakan karena jamur ini memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap lingkungannya. Sehingga Jamur Merang dapat tumbuh mulai dari benua Asia sampai benua Afrika pada ketinggian tertentu. Pada umumnya jamur–jamur yang sudah dibudidayakan secara besar–besaran biasanya di tanam di media tumbuh yang berupa kompos yang sudah jadi. Tetapi untuk Jamur Merang dapat di tanam di media tumbuh yang masih berupa limbah–limbah pabrik pertanian yang belum di olah menjadi kompos. Dapat tumbuh pada berbagai media tumbuh yang banyak mengandung selulosa. Banyaknya macam media tumbuh Jamur Merang menyebabkan para petani jamur harus selektif dalam pemilihan media tumbuh untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk mengetahui media tumbuh manakah yang paling baik di gunakan, para petani sering mencoba berbagai macam media untuk membandingkan hasil yang di peroleh dengan menggunakan berbagai macam media tumbuh.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Media Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvacea)”

Penjelasan Jamur Merang

Trubus (2001) media tumbuh merupakan tempat tumbuh suatu tanaman dan media tumbuh Jamur Merang sisa limbah hasil pertanian yang banyak mengandung zat-zat yang banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur seperti clooze, lignin dan selulosa.

Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvace)

Pertumbuhan Jamur Merang berarti banyaknya Meselium jamur yang tumbuh membentuk tubuh buah (primodia)yang muncul di atas permukaan media tumbuh (Trubus, 2001).

Sistematika Jamur Merang (Volvariella volvacea)

Jamur Merang termasuk jamur sejati yang memiliki tingkatan hidup yang lebih tinggi dari pada tumbuhan Talus lainya. Jamur sejati umumnya memiliki tubuh buah yang merupakan tonjolan atau pertumbuhan dari Myselium.Tubuh buah pada Jamur Merang (Volvariella volvacea) sudah memiliki Akar, batang (tangkai) di mana pada tudung terbentuk spora. Spora yang sudah masak biasanya di terbangkan oleh angin yang kemudian tumbuh membentuk myselium. Myselium umurnya lebih dari satu tahun, selama keadaan buruk myselium berada dalam tanah, kadang – kadang juga kayu, dan pada musim-miusim tertentu (di indonesia musim hujan) membentuk tubuh buah yang menyerupai payung (Tjirosoepomo, 1981)

(8)

Siklus Hidup Jamur Merang (Volvariella volvacea)

Menurut Suriawiria (1982), kehidupan jamur dapat menjadi jasad yang saprofit ataupun jasad yang parasit, kalau kemudian jamur ditelaah dari segi sifat mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk jasad yang heterotrofik artinya untuk keperluan hidupnya

ketergantungan sumber nutrien (sumber makanan) dari sumber yang lain yang sudah ada. Jamur Merang (Volvariella volvacea) sendiri memiliki bentuk tubuh yang lengkap yang menyerupai tanaman yang sudah memiliki akar (rhizoid), tangkai, dan tudung. Sebagai organisme yang tidak berklorofil Jamur Merang (Volvariella volvacea) memiliki warna agak ke coklatan yang umumnya terdiri dari zat aromatik yang tidak mengandung N. Jamur secara umum tidak dapat melakukan fotosintesis dengan demikian jamur tidak dapat

menggunakan secara langsung sinar matahari. Jamur memperoleh makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin, dan protein. Berbeda dengan jenis jasad yang memiliki klorofil mempunyai kemampuan untuk melakukan fotosintesis yaitu pengubahan senyawa anorganik (CO2, H2O) menjadi senyawa organik (C6 H12 O6 ) ini di sebabkan klorofil merupakan bejana alami yang mengubah energi fisik ( cahaya) menjadi energi kimia. Pada umumnya bangsa jamur dapat berkembangbiak dengan dua cara yaitu secara seksual dan aseksual.

Perkembangbiakan Secara Seksual

Perkembangbiakan secara seksual bukan bearti sama kejadianya pada hewan. Di dalam kenyataanya ada dua hifa yang kemudian bertindak seperti gamet (alat perkembangbiakan ), tetapi belum dapat di bedakan antara yang jantan dan betina, hanya di beri tanda (+) dan (-), yang kemudian bersatu (kawin) membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi jamur dewasa. (Suriawiria, 1982).

Perkembangbiakan Secara Aseksual

Perkembangbiakan secara aseksual yaitu melalui jalur spora yang terbentuk endogen di dalam askus atau eksogen pada basilium. Askus merupakan alat perkembangbiakan yang spesifik dan tidak lain merupakan sporangium. Askus dan basidium berkumpul dalam satu tubuh buah yang terjadi dari plektenkim dalam tubuh buah askus atau basidium tersusun tegak dan sejajar seperti jaringan tiang (Tjitrosoepomo, 1981). Jamur Merang khususnya jamur–jamur yang memiliki tubuh buah pada umumnya berkembangbiak dengan

membentuk spora.

spora

cat:(gambarnya dikirim)

Gambar 2.4. Tipe perkembangan tubuh buah Sumber: Sinaga (1990)

Morfologi Jamur Merang

Tubuh buah sering pula disebut dengan primodia yaitu sesuatu yang keluar di atas permukaan tanah yang bentuknya seperti payung terbuka bila mana sudah tua, dan

berbentuk telur kecil bila mana baru timbul. Selain jamur yang tumbuh membentuk tubuh buah juga terdapat jamur yang tetap dalam bentuk myselium yang biasanya tumbuh di dalam tanah dan senantiasa menghindari sinar matahari (Rismunandar, 1982).

Struktur Tubuh Buah Jamur Merang (Volvariella volvacea)

Menurut Suriawiria (1986), jamur secara umum mempunyai struktur tubuh yang sederhana mulai dari jamur bersel satu, bentuk serat sampai bentuk lengkap, artinya sudah

menyerupai tanaman tingkat tinggi yang sudah memiliki akar dan batang.

Pada jamur yang memiliki tingkat kehidupan lebih tiggi (Jamur Sejati) memiliki dua macam perkembangan tubuh buah atau Primodia, yaitu : tipe perkembangan tubuh buah

Angiocarpic dan Gymnocarpic.

Tipe Angiocarpic

(9)

terangkat ke atas sedangkan selubung universal yang sobek tertinggal di bawah yang kemudian membentuk wadah yang di sebut dengan cawan.

Tipe Gymnocarpic

Pada tipe perkembangan gymnocarpic lapisan universal tidak terbentuk, sisi dari pembesaran tudung di hubungkan dengan batang oleh selubung dalam, pada waktu membesar selubung dalam tercabik dan melekat melingkari batang membentuk cin-cin (anulus). Jadi Jamur Merang memiliki tipe perkembangan tubuh buah Angiocarpic karena pada Jamur Merang terdapat volva, sedangkan jamur-jamur yang memiliki perkembangan tubuh buah tipe Gymnocarpic salah satunya yaitu campingnon yang memiliki lingkaran pada tangkainya (Sinaga, 1990).

cat:(gambarnya dikirim)

Gambar 2.1. Tipe perkembangan tubuh buah angiocarpic dan gymnocarpic. Sumber: Sinaga (1990)

Pemilihan bibit Jamur Merang yang berkualitas

Untuk mendapatkan bibit jamur yang berkualitas maka harus dipilih induk tanam yang bersifat unggul, induk tanaman jamur yang dipakai untuk menghasilkan bibit yang

berkualitas adalah jamur yang memiliki ukuran besar, bulat teratur, batangnya bulat kokoh, jamur tidak terserang oleh hama penyakit dan jamur tidak mengalami kelainan fisik seperti kriting atau mekar tidak sempurna. Setelah ditentukan bibit jamur yang akan digunakan selanjutnya dilaksanakan tahapan berikutnya yaitu isolasi. Isolasi pada dasarnya merupakan upaya untuk mendapatkan kultur murni dari jamur. Pada umumnya isolasi dapat dilakukan dengan dua cara antara lain dengan kutltur jaringan dan kultur spora (Rahardja, 1988).

Teknik isolasi dengan kultur jaringan

Isolasi dengan kultur jaringan dilakukan dengan cara megambil jaringan jamur dan

menanamnya pada media agar miring. Menurut Rahardja (1988) teknik isolasi dengan kultur jaringan adalah sebagai berikut:

Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan harus steril yang sudah diterilkan dengan larutan alkohol dan formalin dan bahan di atas lampu spritus.

Bakal induk diambil dengan cara memotong bagian dalam tanaman yaitu pada ketiak daun dengan menggunakan pisau isolasi steril yang tajam dengan ukuran 3 mm2.

Media PDA (Potatoes Dextrose Agar) miring pembuatan PDA dapat dilakukan secara sederhana dengan bahan yang mudah diperoleh seperti: kentang 100 gr, dektrosa (gula putih) 10 gr, agar tepung 3 gr, aquades 500 ml CaCO3 (cuka encer). Kentang direbus hingga lunak, kemudian air rebusan kentang di saring lalu ditambahkan dektrosa dan agar selanjutnya semua bahan dimasak sampai larut. CaCO3 dapat ditambahkan untuk mengatur PH. a.4 Media yang sudah siap ditanami eksplan kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 2-3 hari, hasil inkubasi yang baik yaitu apabila miselium tumbuh menyebar dan berwarna putih. Biakan murni yang sudah jadi siap digunakan dalam pembuatan bibit induk. Menurut Sianaga (2006), biakan murni dapat juga dimulai dari botol yang diisi dengan PDA, kemudian bibit di pindahkan ke media miring dalam tabung reaksi. Dari dalam botol bibit dapat dibagi menjadi 10 atau lebih kedalam tabung reaksi sering pula disebut biakan inti dengan media PDA.

(10)

ditanam kembali menjadi bibit induk, media tumbuh berupa subtrat yang terdiri dari biji-bijian dan dedak, diinkubasi lagi selama 7 hari dan ditanam kembali sebagai bibit jamur yang ditanam pada media subtrat, diinkubasi kembali selama 7 hari. Setelah masa inkubasi selesai bibit jamur siap di tanam.

Isolasi dengan kultur spora

Isolasi dengan kultur spora pada prinsipnya adalah isolasi dari spora jamur yang fertil (subur), caranya hampir sama dengan isolasi jaringan kultur bedanya hanya dalam pengambilan ekplan. Pada isolasi kultur spora yang diambil sebagai ekplan adalah lamella (bilah) karena spora jamur menempel pada lamella jamur. Isolasi dengan kultur spora dapat dilaksanakan dengan monospora dan multispora (Rahardja, 1998).

Pemeliharaan jamur di dalam media tumbuh

Bahan yang digunakan sebagai media tumbuh untuk menanam jamur dapat bermacam-macam berupa limbah indsutri pertanian media tumbuh sebelum dipakai harus direndam kurang lebih selama 3 hari, kemudian diperas dan ditimbun dengan plastik selama 6 hari. Dalam proses perendaman media ditambahkan kapur, pupuk urea dan dedak. Setelah direndam media siap disterilkan dengan cara dikukus selama 2 jam. Setelah media dingin bibit siap ditanami bibit yang berupa butiran/gumpalan dapat langsung ditanam. Setelah penanaman bibit media tumbuh di tutup dengan plastik hitam agar suhu menjadi lebih hangat, setelah 5 hari bisa dibuka untuk mendapatkan sedikit sinar matahari, cahaya matahari akan mempercepat pembentukan primodia (Sinaga, 1998).

Menurut Anonim (1992) untuk meningkatkan produksi jamur ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti suhu, kelembaban, O2 (oksigen) dan, Cahyana.

Suhu

Selama pemeliharaan jamur yang masih dalam proses pertumbuhan suhu di dalam persemaian harus dipertahankan antara 32-38oC. Suhu tidak boleh rendah dari 32oC dan tidak boleh lebih dari 38oC. Karena produksi jamur tidak akan optimal. Jika suhunya di bawah 30oC Primodia yang terbentuk akan lebih cepat tetapi tubuh buah yang terbentuk kecil dan panjang, sebaliknya jika lebih dari 38oC akan menyebabkan payung yang terbentuk tipis serta pertumbuhan jamur kerdil dan payungnya keras. Untuk mendapatkan suhu yang diinginkan dapat dilakukan beberapa cara, jika suhu terlalu rendah di bawah 30oC dapat dinaikkan dengan cara menutup lubang dengan plastik hitam. Bila suhu terlalu tinggi di atas 38oC cara untuk menurunkan suhu tersebut, yaitu dengan mengondisikan aerasi yang baik misalnya dengan membuka tutup plastik dan membuka jendela kubung untuk beberapa saat.

Kelembaban

Kelembaban udara yang dibuthkan untuk produksi optimum Jamur Merang adalah 60%, jika kelembaban terlalu tinggi dapat menyebabkan busuknya jamur dan jika kelembaban terlalu rendah akan mengakibatkan tubuh buah yang terbentuk kecil dan sering terbentuk di bawah media tumbuh. Untuk mendapatkan kelembaban yang sesuai dengan kebutuhan Jamur Merang untuk pertumbuhannya, sebelum media tumbuh disterilkan terlebih dahulu di rendam selama 2 hari kemudian di peras untuk mencegah kelembaban yang tinggi, setelah media tumbuh ditanami dilakukan penyemprotan untuk mencegah keringnya media tumbuh.

Oksigen dan cahaya

Jamur membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan dan produksi tubuh buahnya. Kebutuhan akan oksigen yang paling banyak yaitu pada saat pembentukan tubuh buah, maka aerasi sangat dibutuhkan. Kekurangan oksigen akan mengakibatkan payung dari Jamur Merang menjadi kecil sehingga cenderung mudah pecah dan bentuk tubuh buahnya abnormal. Kekurangan oksigen yang ektrim dapat diketahui bila kita masuk ke dalam ruangan merasa pengap, untuk mencegah kekurangan oksigen plastik yang menutup media dapat dibuka

untuk beberapa saat.

Cahaya matahari secara langsung harus dihindari, namun cahaya matahari tidak langsung dibutuhkan untuk memicu pembentukan primodia dan untuk menstimulasi pemecahan spora.

(11)
(12)
(13)

Penyakit penyakit tersebut antara lain adalah dari jenis jamur lain yang ikut tumbuh dalam kompos, antara lain:

1. Scopulariopsis fimicola, warna jamur lebih putih dan cenderung mengelompok dan melebar, jamur ini sering tumbuh di kayu kayu yang lapuk.

2. Verticillium agaricicotum, miselium jamur ini sangat mirip dengan jamur merang dengan warna putih.

3. Jika menggunakan kapas sebagai media maka penyakit yang mungkin timbul lebih banyak antara lain: , Thielavia terricola, Trichoderma sp, Aspergillus sp, Pythium sp, and Rhizoctonia sp.

4. Jika menggunakan kompos wheat, barley dan Jowar maka jamur liar yang bisa menyerang antara lain Chaetomium sp, Alternaria sp, and sordaria sp.

5. Jika menggunakan jerami sebagai media maka jamur liar yang mungkin menyerang adalah: Coprinus species (jamur jerami), seperti C. aratus, C.cenerreus, C.Lagopus serta Psathyrella sp, Penicillium sp, Podospora favrelli, Aspergillus sp, Rhizoctonia solani, Rhizopus sp, and sejenis rumput Sclerotium sp. Yang paling banyak

menyerang dan fatal adalah Coprinus sp, karena cepat penyerangannya hanya dalam 1 minggu bisa menghabiskan 1 kumbung.

6. Selain penyakit jamur liar tersebut, bisa juga terserang bakteri seperti wet bubble (Mucogone perniciosa) dan button rot (bacteria, Pseudomonas sp). Penyakit wet bubble adalah yang paling merusak.

Contoh gambar penyakit jamur merang ini adalah Scopulariopsis fimicola, Aspergillus dll seperti gambar dibawah ini:

(Mucogone perniciosa) dan button rot (bacteria, Pseudomonas sp). Penyakit wet bubble adalah yang paling merusak. Contoh gambar penyakit jamur merang ini adalah

Scopulariopsis fimicola, Aspergillus dll seperti gambar dibawah ini:

Scopulariopsis fimicola

(14)

Aspergilus Sp

Rhizopus

Rizhopus Orizae

(15)

Penicilium Sp

Penicilium Sp

Penicilium Sp

Sedangkan gambar jamur liar yang lain bisa disearch di internet ini karena banyak sekali jumlahnya.

Jenis-jenis hama dan penyakit pada jamur serta metode pencegahannya

Penyakit dan hama sering timbul karena kurangnya ketelitian dan kehati-hatian dalam melakukan penanganan produksi salah satunya proses pemeliharaan. Hal tersebut menimbulkan pekerjaan baru karena penyakit dan hama yang menyerang harus segera ditangani. Bagi sebagian orang, cara yang paling mudah untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan fungisida, insektisida dan bahan kimia lainnya. Namun, penggunaan bahan-bahan kimia ternyata menimbulkan permasalahan baru, tanaman dalam hal ini jamur tiram menjadi tercemar bahan kimia dan tidak sehat untuk dikonsumsi sehingga dapat

menurunkan harga jual. Cara yang paling tepat untuk mengatasi penyakit dan hama adalah dengan metode pencegahan, karena mencegah lebih baik daripada mengobati..

(16)

1. Udara 2. Air 3. Tanah 4. Manusia 5. Bibit

Hama dan penyakit seperti spora jamur pengkontaminasi, bakteri pengganggu, ataupun virus dapat menyebar dengan mudah melalui aliran udara. Bahkan hama serangga dapat menyebar dengan cara terbang melawan aliran udara. Demikian pula dengan air, tanah, manusia, dan bibit dapat membawa sumber penyakit yang sama seperti udara.

Pengetahuan mengenai sumber timbulnya hama dan penyakit merupakan bagian penting dalam proses pencegahan. Oleh karena itu, kunci pencegahan timbulnya berbagai macam penyakit dan hama adalah dengan menjaga kebersihan dan sanitasi.

Ada 5 poin yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan: 1. Kelancaran sirkulasi udara

2. Kebersihan air

3. Pasteurisasi yang sempurna dan steril 4. Kebersihan pekerja

5. Kebersihan lingkungan baik di dalam maupun di sekitar kumbung

Jenis-jenis hama dan penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram

diantaranya serangga, laba-laba, cacing, siput, rayap, jamur parasit dan saprofit, serta bakteri dan virus. Berikut cara pencegahannya :

1. Mycogone perniciosa (Wet Bubble/White Mold)

Dalam bahasa Yunani Myco - «jamur», dan akhiran «gone» berarti tubuh reproduksi. Mycogone Perniciosa membentuk dua jenis spora:

* conidiospores (uniseluler, spora berdinding tipis, dengan kehidupan yang relatif singkat, sangat ringan, oleh karena itu, mereka dapat dibawa oleh angin);

* chlamydospores (terdiri dari dua sel, berdinding tebal, spora cokelat, yang hidup beberapa tahun).

Jamur yang telah terkena penyakit ini pada tahap awal berubah menjadi tak berbentuk, tertutup miselium parasit putih dan mengembang. Sebagai jamur cacat berkembang, menjadi coklat dan mulai membusuk. Karena pembusukan yang berair dan bentuk yang terkena jamur, penyakit ini dinamakan « Wet Bubble ». Selain itu, cairan warna kuning muncul di permukaan jaringan jamur, terutama pada tingkat

kelembaban yang sangat tinggi. Pada tahap ini, jamur mulai membusuk dan yang disertai dengan bau yang menyengat.

Jamur yang sakit harus dibersihkan dengan sangat hati-hati. Rekomendasi penanganan adalah sebagai berikut:

* Memanen jamur yang sakit dengan sendok, menurunkan baglog jamur ke dalam larutan sulfat tembaga dan disinfeksi sendok setelah menghilangkan penyakit;

* Menaburi baglog jamur dengan garam

(17)

2. Pseudomonas tolaasii (Bacteriosis)

Para peneliti menemukan bahwa bakteri Pseudomonas tolaasii dapat bergerak melalui lapisan air menggunakan filamen. Jika ada tetesan air atau lapisan air di tudung jamur, nutrisi melarikan diri dari jaringan jamur ke dalam air, yang memberikan bakteri kesempatan untuk bereproduksi di daerah itu. Jumlah bakteri berlipat ganda dalam waktu kurang dari satu jam. Gejala pertama dari bentuk penyakit ini adalah bintik kuning-coklat.

Pada beberapa pembudidaya, bacteriosis merupakan penyakit epidemi (penyakit konstan). Bakteri dapat bertahan pada berbagai permukaan, di limbah, air, dan pada peralatan. Bila satu infeksi hadir, bakteri mudah berpindah dari ruang ke ruang lain melalui tangan pemetik jamur dan benda-benda lain yang dibawa pada kumbung. Lalat dan tungau juga bisa

menyebarkan penyakit ini.

bercak bakteri biasanya muncul pada akhir siklus budidaya, ketika ventilasi kurang dan jamur yang tidak dirawat dengan cukup baik.

Dari semuanya yang disebutkan di atas, kesimpulan yang dapat dibuat adalah menciptakan kondisi iklim yang tepat. Kelembaban relatif tinggi (di atas 85%) dan suhu lebih tinggi dari 20 ° C menyebabkan munculnya gejala penyakit. Tetesan air setelah penyiraman atau kondensasi yang telah terbentuk pada jamur harus kering dalam waktu 2-3 jam. Untuk hal ini, ventilasi udara harus aktif dan sirkulasi udara yang digunakan harus baik. Di sini, penting untuk memastikan bahwa jamur tidak menjadi pecah-pecah dan bersisik.

Beberapa penulis menyarankan penyiraman jamur dengan air keran (125 ml 10% klor untuk 100 l air per 100 m²) sebelum panen pertama, ketika ukuran pin antara 4-5 mm, atau

menggunakan larutan klorin 10% / 100 l / 100 m².

Penyakit ini dapat dicegah jika sanitasi dan kebersihan kumbung baik.

3. Pythium oligandrum, Pythium hydnosporum

Sebuah kandungan tinggi nitrogen ditemukan di daerah kompos yang terinfeksi dengan mold hitam. Para ilmuwan menganggap bahwa hal ini terjadi karena tidak meratanya distribusi suplemen nitrogen dalam kompos. Tapi itu belum jelas apakah daerah-daerah dengan kandungan tinggi nitrogen menahan pertumbuhan miselium atau merangsang pertumbuhan Pythium. Yang jelas, terlalu tingginya NH3 (Amonia) dapat membunuh miselium jamur.

Faktor lain yang menguntungkan bagi keadaan ini adalah kelembaban kompos yang terlalu berlebihan.

(18)

jamur Pythium, perlu untuk:

* Hindari kontak baglog melalui tanah. Kumpulan baglog harus disimpan pada platform beton minimal lantai semen;

* Perhatikan kebersihan ruangan pada saat dipasteurisasi dan inkubasi;

* Mendistribusikan suplemen nitrogen dalam serbuk gergaji seragam mungkin; * Menjaga kelembaban serbuk gergaji.

4. Hypomyces rosellus (Cladobotryum dendroides, Daktylium dendroides) Cobweb Mold

Kelembaban yang relatif tinggi dan suhu udara tinggi setelah pencampuran media merangsang perkembangan Dactylium.

Dalam literatur, ukuran kontrol berikut dapat ditemukan:

* Menaburi/membunuh jamur cobweb dengan garam dan baking soda, atau menyemprot daerah yang rusak dengan (40%) larutan formalin, dan segera menaburi dengan tanah kapur. * Kelembaban relatif dan temperatur udara harus dipertahankan.

* Pemindahan infeksi jamur sehat harus dihindari, dengan gerakan terorganisir pemetik jamur.

* Tunduk oleh aturan sanitasi dan kebersihan di kumbung secara keseluruhan.

5. Green Mold (Trichoderma, Aspergillus, Penicillium, Cladosporium)

Spora dari jamur ini secara luas tersebar di lapisan luar media dan bahan organik di berbagai lingkungan. Mereka dapat dengan mudah dibawa oleh angin, serangga atau tungau, manusia pada peralatan yang digunakan untuk budidaya jamur. Tikus yang memakan miselium pada permukaan serbuk juga dapat membawa penyakit ini.

jamur ini dapat tumbuh pada peralatan kayu, dalam media serbuk kayu, di lapisan luar media, dan bahkan di butir miselium yang kurang siap/belum penuh. Ciri-ciri kontaminasi jamur ini yakni tumbuhnya bintik atau noda hijau. Suhu ideal bagi jamur ini adalah sekitar 22-26oC.

Langkah untuk menghindari kontaminasi jamur ini yakni: • Membuang media baglog yang terinfeksi

• Desinfeksi pekerja dan alat-alat sebelum masuk kumbung • Jangan bicara sewaktu inokulasi

• Jangan meletakkan langsung baglog pada tanah

(19)

Coprinus menunjukkan adanya amonia bebas atau tingginya kandungan nitrogen dalam kompos. Munculnya jamur topi /tinta di ruang tumbuh menunjukkan rendahnya kualitas substrat akibat gangguan fermentasi dan proses pasteurisasi substrat itu.

Ada beberapa alasan:

* Penggunaan bahan baku yang buruk: pupuk kadaluarsa, atau pupuk kandang yang telah menjadi benar-benar kering setelah pemanasan, dan juga jerami/serbuk kayu yang

membusuk dan terlalu tua.

* Penggunaan jumlah kelebihan kotoran unggas selama proses pengomposan (atau kumbung yang digunakan adalag bekas kandang unggas).

* Proses pasteurisasi yang kurang optimal.

7. Mucor spp.

Kontaminasi Mucor ditandai dengan timbulnya noda hitam pada permukaan media baglog. Kontaminasi ini menyebabkan adanya persaingan pertumbuhan Mucor dengan miselium jamur tiram. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah susunan baglog jamur dan mengatur /menurunkan suhu ruangan dengan membuka dan mengatur sirkulasi udara.

(20)

Neurospora dapat menghambat pertumbuhan miselium dan tubuh buah. Neurospora menimbulkan tepung “orange” pada permukaan kapas penyumbat baglog. Pencegahan dilakukan dengan melakukan sterilisasi media baglog dengan sempurna dan mengurangi jumlah susunan baglog jamur.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu sistem informasi administrasi yang dapat mencatat pesanan customer, pemesanan barang pada supplier, pencatatan pembelian, penjualan, retur jual, retur

Bahwa di dalam Diktum Petitum angka 2 (dua) Pemohon meminta membatalkan permohonan surat KPU Kabupaten Yahukimo Nomor 018/PILKADA/KPU-YHKM/XII/2015 tentang Penetapan Rekapitulasi

Secara utuh teori ini mengajukan proposisi proses terjadinya kejahatan, yaitu (a) perilaku keja hatan merupakan perilaku yang dipelajari; (b) perilaku kejahatan

Radio Ip dalam menangani jaringan akses dengan menggunakan perangkat hardware Alcatel-Lucent 9500 MPR adalah dapat membantu untuk mendapatkan jaringan akses yang

Dari feneomena penelitian, adalah menarik untuk mengetahui apakah Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jatim mampu menggunakan Social Networking (Facebook) sebagai media

Adapun saran yang dapat diungkapkan dari peneli- tian ini adalah sebagai berikut agar dapat dilakukan penelitian lanjut terhadap kandungan alkoloid pada tumbuhan Avicennia marina

Hasil analisis uji Chi Square untuk data berat badan dan tekanan darah sistolik dan diastolik akseptor KB suntik menunjukkan nilai p > 0.05, hasil analisis tersebut

Bandura (dalam Ghufron, 2011:75) mengatakan bahwa efikasi diri pada umumnya merupakan hasil proses kognitif mengenai keputusan, keyakinan, atau pengharapan terkait sejauh