• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN INDUSTRI tentan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN INDUSTRI tentan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENGALAMAN LAPANGAN INDUSTRI PERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI

DI PT. PLN (PERSERO) Ws2JB AREA JAMBI RAYON MUARA BULIAN

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penyelesaian Mata Kuliah Praktek Lapangan Industri Ft-Unp Padang

Semester Juli-Desember 2016

OLEH

PADLAN KORIB SIREGAR 1306205

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

(2)
(3)
(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya Laporan Magang ini, penulis mengucapkan syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-NYA sehingga penyusun

dapat menyelesaikan Laporan Magang yang diajukan untuk memenuhi persyaratan

Skripsi pada program pendidikan Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Elektro

Sekolah Tinggi Teknik PLN. Dengan ini saya menyampaikan banyak terima kasih

kepada :

1. Bapak Arlin Jihar Sihombing selaku Manajer PT. PLN (Persero) WS2JB

AREA JAMBI RAYON MUARA BULIAN yang telah berkenan mengijikan

kami untuk Magang di perusahaannya.

2. Bapak Rivaldi Penta S selaku Supervisor Teknik Pelaksana Pemeliharaan

Distribusi selaku pembimbing lapangan yang telah berkenan mengjinkan kami

untuk masuk dalam team pemeliharaan agar kami dapat kuliah dengan

kenyataan yang ada di lapangan.

Jambi, 20 Agustus 2016

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum wr.wb

Puji syukur penyusun sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang di

PT PLN (PERSERO) Ws2jb Area Jambi Rayon Muara Bulian dengan judul

“PERBAIKAN DAN PEMELIAHARAAN GARDU DISTRI DI PT.PLN (Persero) WS2JB AREA JAMBI RAYON MUARA BULIAN”.

Laporan Kerja Magang ini disusun berdasarkan pelaksanaan kerja magang yang

penulis lakukan di PT PLN (PERSERO) WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian

pada tanggal 20 Juni 2016 – 20 Agustus 2016. Laporan Magang ini merupakan

prasyarat untuk melengkapi pendidikan S1 Pendidikan Teknik Elektro di Universitas

Negeri Padang.

Dengan selesainya Laporan Magang ini, penyusun menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Hambali M, Kes, Ketua Jurusan Teknik Elektro FT-UNP.

2. Bapak Habibullah, S.Pd, M.T Dosen Pembimbing PLI.

3. Bapak Drs. H. Hambali M, Kes, Penasehat Akademis.

4. Bapak Drs. Bahrul Amin, ST MT, Sekertaris Unit Hubungan Industri

FT-UNP.

5. Bapak Arlin Jihar Sihombing , Manajer PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon

Muara Bulian.

6. Bapak Rivaldi Penta Sulastanto, Supv.PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon

Muara Bulian.

7. Bapak / Ibu seluruh Staf dan Karyawan PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon

Muara Bulian.

8. Teman – teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi dalam

(6)

Penyusun menyadari bahwa penyusunan Laporan Magang ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan. Demi kesempurnaan Laporan Magang ini kritik, dan saran

dari semua pihak sangat penyusun harapkan.

Demikian laporan ini disusun, dengan harapan Laporan Magang ini akan bermanfaat

bagi kita semua.

Jambi, 20 Agustus 2016

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN FAKULTAS... i

LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN... ii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Lapangan Industri 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan ... 3

3. Manfaat PLI ... 5

4. Batasan Masalah... 6

5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek 7 6. Metode Pengumpulan Data ... 7

7. Sistematika Penulisan Laporan ... 7

B. Deskripsi Perusahaan Industri Tempat Pelaksanaa PLI 1. Sejarah Berdirinya PT. PLN (Persero ... 8

2. Visi, Misi dan Motto PT. PLN (Persero) ... 16

(8)

C. Perencanaan Kegiatan Praktek Lapangan Industri

1. Tahap–tahap Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri.... 19

D. Pelaksanaan Kegiatan PLI dan Hambatannya Serta Penyelesaiannya ... 20

BAB II. PEERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI A. Aspek-Aspek Teoritis Gardu Distribusi ... 23

1. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) ... 25

2. Lighting Arrester (LA)... 31

3. Fuse Cut Out (FCO)... 34

4. Transformator ... 36

5. Panel PHB-TR ... 41

6. NH-Fuse... 44

B. Proses Pelaksanaan Perbaikan dan Pemeliharaan... 45

1. Kerusakan ... 45

a) Pembebanan Trafo Distribusi Yang Tidak Seimbang 45 b) Kondisi Peralatan PHB-TR yang Rusak... 46

c) Tegangan Ujung Terlalu Rendah atau Drop tegangan 47 d) Pecahnya Isolator Tumpu dan Hang Tarik ... 47

2. Proses perbaikan dan pemeliharaan ... 48

C. Pembahasan 1. Kesesuaian Teori Dengan Praktek ... 51

2. Keunikan Yang Ditemui ... 54

(9)

Dimasa Datang... 54

BAB III Penutup A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Proses dari Pembangkit ke Konsumen... 24

2. Gardu Portal ... 24

3. Gardu Cantol ... 25

4. Saluran Udara Tegangan Menengah ... 27

5. Cross Arm ... 29

6. Isolator Tumpu ... 30

7. Hang Tarik ... 30

8. Lighting Arrester ... 32

9. Penempatan pengaman arester pada gardu distribusi... 33

10. Fuse Cut Out ... 34

11. Bagian-bagian Fuse Cut Out ... 35

12. Skema Rangkaian Percobaan Faraday ... 37

13. Transformator... 38

14. Bagian Transformator ... 38

15. Name Plate Trafo ... 38

16. Komponen Utama PHB-TR ... 43

17. NH Fuse ... 44

18. Kondisi PHB TR yang tidak terawat... 46

19. Pengukuran beban gardu distribusi pada malam hari ... 48

(11)

21. PHB-TR yang telah dibersihkan ... 49

22. Penggantian PHB-TR yang kropos dan rusak... 50

23. Proses Penggantian Isolator Tumpu dan Hang Tarik... 51

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. SINGLE LINE DIAGRAM GARDU DISTRIBUSI ... 58

2. Penggantian Isolator Tumpu dan Hang Tarik ... 59

3. Penggantian NH Fuse... 59

4. Proses Penggantian Trafo yang Sudah Rusak ... 60

5. Peralatan Untuk Melakukan Perawatan ... 60

6. Saat Melakukan Perawatan ... 61

7. Agenda Kegiatan ... 62

8. Daftar Hadir

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri FT-UNP

1. Latar Belakang PLI

Tujuan utama pendidikan nasional diarahkan pada pengembangan dan

peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu pengembangan manusia

Indonesia seutuhnya, yang meliputi wawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK), memiliki keterampilan dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan suatu program

pendidikan dan penelitian secara berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar

terjadi keterkaitan yang baik antara dunia pendidikan dengan dunia industri

dalam hubungan yang saling membutuhkan, saling melengkapi dan mendukung

dalam pencapaian tujuan pembangunan.

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT-UNP) sebagai salah satu

lembaga pendidikan yang bertugas menghasilkan tenaga kerja yang

professional dalam bidang pendidikan dan supervise, berupaya melaksanakan

program-program pendidikan yang bertujuan menghasilkan lulusan yang tidak

hanya memahami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi secara konseptual dan

teoritis di perkuliahan, tetapi juga mampu mengaplikasikan dan

mengembangkan ilmu tersebut di lingkungan industri dan dunia kerja secara

praktis.

Salah satu upaya pencapaian tujuan tersebut maka Fakultas Teknik

(14)

memenuhi persyaratan akademik untuk melaksanakan Pengalaman Lapangan

Industri (PLI). PLI merupakan suatu perwujudan pendidikan sistem ganda.

Yang dimaksud pendidikan sistem ganda adalah pendidikan yang

dilaksanakan pada dua lingkungan, yaitu lingkungan akademik dan

diaplikasikan di lingkungan industri, dunia usaha, dunia kerja, dengan tujuan

agar ilmu yang didapat selama perkuliahan dapat di aplikasikan dan

dikembangkan di dunia industri setelah menyelesaikan studi dibangku

perkuliahan.

Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) bagi mahasiswa

sangatlah penting, kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan

mahasiswa tersebut dalam dunia industri sebagai acuan dalam persiapan

memasuki dunia kerja atau dunia industri, sehingga dapat menjadi tenaga ahli

yang profesional. Keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui

tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan

dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita berada,

sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses

mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Berdasarkan

hal tersebut dalam rangka menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa

akan dunia kerja serta meningkatkan kemampuan penerapan teori yang telah

diterima selama duduk dibangku kuliah mahasiswa dari Jurusan Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang diwajibkan untuk

melaksanakan Praktek Lapangan Industri (PLI).

Ada beberapa peraturan tentang Paktek Lapangan Industri (PLI) dan

(15)

1. UU. No. 2 tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional yaitu untuk

menyiapkan peseta didik melalui kegiataan bimbingan, pengajaran,

dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

2. Peraturan pemerintah No. 39 tahun 1992 tentang peran serta masyarakat

dalam Pendidikan Nasional

PT. PLN (Persero) sebagai salah satu Perusahaan Negara yang telah

memanfaatkan teknologi elektronika, instrumentasi dan kontrol serta

komputerisasi dalam proses produksi sehari-hari, sangat diharapkan

kontribusinya dalam proses peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK) sekaligus berbagi pengalaman kerja dan mampu memberikan contoh

aplikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sedang berkembang

kepada mahasiswa untuk kemajuan dunia pendidikan demi terwujudnya

masyarakat Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berpendidikan, berilmu, produktif, adaptif dan kreatif.

Setelah pelaksanaan PLI ini diharapkan mahasiswa akan memiliki etos

kerja yang baik untuk mendukung kemampuan serta keterampilan yang

didimilki terkait dengan kegiatan PLI yang dilaksanakan.

2. Tujuan

Pelaksanaan Kerja Praktek ini secara umum bertujuan untuk mengenalkan

penulis kepada dunia kerja yang ada di perusahaan dan menambah ilmu

sekaligus mengaplikasikan teori yang diperoleh dari bangku kuliah terhadap

kenyataan yang ada di lapangan.

Secara khusus kerja praktek ini bertujuan :

(16)

a. Memperoleh wawasan tentang dunia kerja di perusahaan khususnya di

PT PLN (PERSERO) WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian;

b. Mendapatkan pengalaman dalam menghadapi dan menganalisis dalam

rangka menyelesaikan permasalahan yang terjadi berdasarkan

teori-teori yang telah diperoleh dari bangku kuliah

c. Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam rangka

mengambil Tugas Akhir dalam menyelesaikan studi sarjana.

d. Menyusun daftar peralatan yang digunakan untuk keperluan

identifikasi gangguan

1.2.2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Membangun kerja sama antara pihak institusi dengan dunia industry

b. Mendapatkan umpan balik terhadap pengembangan proses pengajaran

dalam rangka pencocokan kebutuhan antara output dunia pendidikan

dan dunia kerja.

1.2.3. Bagi Perusahaan

a. Membuat suatu standar untuk pemeliharaan Gardu Distribusi

b. Menjaga hubungan baik dengan institusi pendidikan

c. Sebagai bukti partisipasi dalam pengembangan dunia pendidikan di

(17)

3. Manfaat PLI

1. Mahasiswa

a. Memperdalam pengertian mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerja

secara interdisipliner, sehingga dapat menghayati adanya

ketergantungan kaitan dengan kerjasama antar sektor.

b. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang

kemanfaatan ilmu dan teknologi yang dipelajarinya bagi pelaksanaan

pembangunan.

c. Memperdalam penghayatan dan pengalaman mahasiswa terhadap

kesulitan yang di hadapi oleh suatu instansi atau perusahaan dalam

melaksanakan pembangunan.

2. Instansi Terkait

a. Memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga, serta ilmu dan teknologi

dalam merencanakan dan melaksanakan kemajuan perusahaan.

b. Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan,

merumuskan dan melaksanakan kinerja perusahaan.

c. Memperoleh pengalaman dalam menggali serta menumbuhkan potensi

perusahaan.

d. Memperoleh manfaat dari bantuan tenaga mahasiswa dalam

melaksanakan program dan proyek perusahan.

3. Perguruan Tinggi

a. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswanya

dalam bidang teknologi sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan

(18)

disesuaikan dengan tuntutan nyata dari pembangunan dalam bidang

teknologi.

b. Memperoleh berbagai kasus yang berharga yang dapat digunakan

sebagai contoh dalam memberikan materi perkuliahan dan menentukan

berbagai masalah untuk pengembangan penelitian.

c. Dapat menelaah dan merumuskan keadaan/kondisi nyata suatu

perusahaan atau instansi yang berguna bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta dapat mendiagnosa secara tepat

kebutuhan suatu instansi atau perusahaan sehingga ilmu dan teknologi

yang diamalkan dapat sesuai dengan tuntutan nyata.

d. Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerja sama dengan instansi

serta perusahaan lain melalui rintisan kerja sama mahasiswa yang

melaksanakan Kerja Praktek.

4. Batasan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam laporan kerja praktek ini adalah

mengenai Gardu Distribusi 20KVA di PT PLN (PERSERO) WS2JB Area

Jambi Rayon Muara Bulian

Identifikasi Masalah

Berdasarkan analisa, terdapat beberapa hal yang mungkin menjadi

penyebab terjadinya gangguan pada Pendistribusian Tenaga Listrik pada sisi

Teknis khususnya pada Gardu Distribusi dan menjadi Tujuan diadakannya

Pemeliharaan antara lain :

1. Pembebanan trafo distribusi yang tidak seimbang.

(19)

3. Tegangan ujung terlalu rendah atau drop tegangan.

5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja Praktek dilaksanakan pada tanggal 20 Juni s/d 20 Agustus di PT

PLN (PERSERO) WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian, Kabupaten Batang

Hari.

6. Metode Pengumpulan Data

Penulis mendapatkan data dan informasi sebagai bahan penyusunan

laporan ini melalui beberapa cara :

a. Pengamatan langsung ke lapangan terhadap bidang yang penulis geluti selama

kerja praktek ini.

b. Wawancara dan diskusi dengan pihak - pihak yang terkait dengan bidang yang

penulis geluti untuk mendapatkan data dan informasi.

c. Mengumpulkan referensi tentang Gardu Distribusi 20kVa

7. Sistematika Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, waktu dan tempat

pelaksanaan, batasan masalah, sistematika penyusunan laporan, sejarah berdiri

PT PLN (PERSERO) Ws2jb Area Jambi Rayon Muara Bulian, struktur

organisasi, peralatan utama di PT PLN (PERSERO) Ws2jb Area Jambi Rayon

(20)

BAB II PERBAIKAN DAN PEMELIAHARAAN GARDU DISTRIBUSI

Berisikan tentang teori-teori mengenai alat-alat yang ada pada gardu

distribusi.

BAB III PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari pembahasan penulis.

B. PROFIL PERUSAHAAN

1. Latar Belakang dan Sejarah PT PLN

Pada tahun 1942 sudah berdiri perusahaan swasta Belanda yang

mengelola kelistrikan di kota Palembang yaitu NV. Nederland Indischi Gas

Maatschapij yang disingkat NV. NIGEM yang memiliki pembangkit

tenaga listrik merk SULZER sebanyak 2 unit yang mulai dioperasikan pada

tahun 1927 dan mempunyai anak perusahaan di Tanjung Karang. Saat

Perang Dunia II, perusahaan listrik di kota Palembang dikuasai oleh Jepang

dan diberi nama Denky Kyoky. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang

menyerahkan Denky Kyoky kepada Belanda dengan nama NV. OGEM.

Pada tahun 1958 pemerintah RI menerbitkan UU No. 86 tentang

Nasionalisasi perusahaan milik Belanda termasuk NV. OGEM untuk

diambil alih pemerintah RI dan dipegang oleh Perusahaan Listrik dan Gas

Sumatera Selatan. Pengambilalihan ini diatur dalam Peraturan Pemerintah

No. 16 tahun 1959 yang kemudian di bawah naungan Departemen

Pekerjaan Umum dan Tenaga. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan

Umum dan Tenaga (PUT) No. Ment.I/U/24 tahun 1959, maka tenaga listrik

(21)

PUT menerbitkan Keputusan tentang Struktur Organisasi Perusahaan

Umum Listrik Negara Eksploitasi yang meliputi area kerja Sumatera

Selatan, Lampung, Bengkulu dan Riau. Kemudian sesuai Keputusan

Menteri PUT pada tahun 1965, maka diadakan perubahan daerah kerja

PLN Eksploitasi II meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Jambi dan

Bengkulu. Setelah itu pada tahun 1972 dikeluarkan PP No. 18/1972 yang

mengubah PLN Eksploitasi II menjadi PLN Eksploitasi IV dengan wilayah

kerja yang sama.

Nama PLN Eksploitasi IV inipun tidak bertahan lama dengan

diterbitkannya Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga No.

013/PRT/1975 yang mengubah PLN Eksploitasi IV menjadi PLN Wilayah

IV masih dengan area kerja yang sama dan Kantor Wilayah berkedudukan

di Palembang dimana terdiri dari Cabang Palembang, Cabang Tanjung

Karang, Cabang Bengkulu, Cabang Lahat, Cabang Jambi, Tanjung Pandan

dan Sektor Keramasan. Seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan

tenaga listrik bagi masyarakat, maka satuan kerja PLN Wilayah IV

berkembang menjadi Cabang Bangka, Sektor Bukit Asam, Unit Pengatur

Beban Sistem Sumsel dan Sektor Bandar Lampung.

Selanjutnya sesuai Keputusan Direksi PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero) No 079.K/023/DIR/1996 maka dibentuk PT PLN (Persero)

Pembangkitan dan Penyaluran Suamtera bagian Selatan. Dengan demikian

maka PLN Wilayah IV hanya membawahi 7 unit yaitu : Cabang

Palembang, Cabang Tanjung Karang, Cabang Jambi, Cabang

Bengkulu,Cabang Lahat, Cabang Tanjung Pandan dan Cabang Bangka.

Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.

114.K/010/2001, PLN Wilayah IV berubah menjadi Unit Bisnis Sumatera

(22)

waktu kemudian terjadi perubahan organisasi kembali sesuai Keputusan

Dir No. 089.K/010/DIR/2002 dimana Unit Bisnis diubah menjadi PT PLN

(Persero) Wilayah Sumatera Selatan Jambi dan Bengkulu yang membawahi

4 unit yakni Cabang Palembang, Cabang Lahat, Cabang Jambi dan Cabang

Bengkulu.

Secara garis besar, sejarah perkembangan PLN berdasarkan

pembagian kurun waktu tertentu dan dibagi kedalam 7 periode, yaitu :

1. Periode sebelum tahun 1943

7. Periode 1994–s/d sekarang

1. Periode sebelum tahun 1943

Perusahaan kelistrikan di Indonesia di rintis oleh perusahaan –

perusahaan listrik swasta Belanda yaitu oleh pabrik-pabrik dan perusahaan.

Melihat kelistrikan untuk umum di nilai menguntungkan, maka muncullah

perusahaan-perusahaan listrik milik Belanda seperti :

a. NV ANIEM

b. NV GEBEO

c. NV OGEM

(23)

2. Periode 1943 – 1945

Pada waktu pendudukan Jepang perusahaan – perusahaan listrik

swasta tersebut diakui secara keseluruhan oleh Jepang dan di kelola

menurut situasi suatu kondisi daerah tertentu seperti perusahaan listrik

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra dan lain-lain.

3. Periode 1945 – 1950

Perusahaan Listrik dan Gas di rebut dari Jepang dan melalui

Ketetapan Presiden RI. No.1 / S.D / 1945 tanggal 27 Oktober 1945, di

bentuk Jawatan Listrik dan Gas yang berkedudukan di Yogyakarta.

Pada masa agresi Belanda I Perusahaan Listrik yang dibentuk dengan

Ketetapan Presiden di atas dikuasai kembali oleh pemiliknya semula.

Pada masa agresi Belanda II 19 Desember 1948 sebagian besar

kantor-kantor Jawatan Listrik dan Gas di rebut oleh pemerintah kolonial

Belanda, kecuali daerah Aceh. Tahun 1950 Jawatan Listrik dan Gas diubah

menjadi Jawatan Listrik dan Gas milik pemerintahan kolonial Belanda.

Sedangkan perusahaan listrik swasta di serahkan kembali kepada

pemiliknya semula sesuai hasil Konfrensi Meja Bundar (KMB).

4. Periode 1951 – 1966

Jawatan Tenaga membawahi perusahaan negara untuk

membangkitkan tenaga listrik (PENUPETEL) dan diperluaskan dengan

membawahi juga perusahaan negara untuk distribusi tenaga listrik

(PENUDITEL) pada tahun 1952.

Berdasarkan Keppres No. 163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang

nasionalisasi perusahaan listrik milik bangsa Belanda yaitu jika konsesi

perusahaannya telah berakhir. Maka beberapa perusahaan listrik milik

(24)

Kemudian pada tahun 1958 DPR dan Pemerintah RI menerbitkan

Undang-undang tentang nasionalisasi semua perusahaan Belanda.

Kemudian Peraturan Pemerintah RI No. 18 tentang Nasionalisasi

Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah tersebut Penguasa Perusahaan – Perusahaan Listrik dan Gas

(P3LG) menangani proses alih kepemilikannya.

Jawatan Tenaga diubah menjadi Perusahaan Listrik Negara melalui

Surat Keputusan Menteri PU dan tenaga No. P. 25 / 45 / 17 tanggal 23

September 1958, sedangkan P3LG dibubarkan pada tahun 1959 setelah

Dewan Direktur Perusahaan Listrik Negara (DDPLN) terbentuk.

Berdasarkan U.U No.19 tahun 1960 tentang perusahaan negara,

melalui Peraturan Pemerintah RI No. 67 tahun 1961 di bentuklah Badan

Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU PLN) yang mengelola

semua perusahaan listrik, gas dan kokkas berada didalam satu wadah

organisasi. Untuk mewujudkan UU dan Peraturan Pemerintah tersebut

Menteri PU dan Tenaga pada saat itu menerbitkan Surat Keputusan

Menteri PUT No. Ment. 16/1/20, tanggal 20 Mei 1961 yang memuat

arahan sebagai berikut :

a. BPU adalah suatu badan negara yang diserahi tugas menguasai dan

mengurus perusahaan – perusahaan listrik dan gas yang terbentuk badan

hukum.

b. Organisasi BPU PLN di pimpin oleh direksi.

c. Daerah dibentuk daerah eksploitasi yang terdiri atas :

1) 10 daerah eksploitasi listrik umum (Pembangkit dan Distribusi).

2) 2 daerah eksploitasi khusus distribusi listrik.

3) 1 daerah eksploitasi khusus pembangkit listrik.

(25)

d. Daerah eksploitasi khusus distribusi dibagi lebih lanjut menjadi

Cabang dan Ranting.

e. Daerah eksploitasi khusus pembangkitan dibagi lebih lanjut

menjadi sektor.

Tahun 1965 BPU PLN dibubarkan dengan peraturan pemerintah No.

19 dan dibentuk Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Gas

Negara (PGN).

Tahun 1966,BPU PLN pada masa Kabinet Ampera, PLN di

tempatkan dibawah Direktorat Jendral Tenaga Listrik (DITJEN) di dalam

lingkungan Departemen Perindustrian Dasar Ringan dan Tenaga

(DEPPDAGRI).

5. Periode 1967 – 1985

Dalam Kabinet Pembangunan I Dirjen Gatrik, PLN dan Lembaga

Masalah Ketenaga Kerjaan (LMK) dialihkan ke Departemen PUTL.

LMK ditetapkan dalam pengelolaan PLN melalui Peraturan Menteri

PUTL No. 6 / PRT / 1970.

Tahun 1972, PLN ditetapkan sebagai Perusahaan Umum melalui

Peraturan Pemerintah No. 18. pemerintah juga memberikan tugas-tugas

pemerintahan di bidang kelistrikan kepada PLN untuk mengatur, membina,

mengawasi pelaksanaan perencanaan umum bidang kelistrikan nasional,

disamping tugas-tugas sebagai perusahaan.

Mengingat kebijaksanaan energi dipandang perlu untuk ditetapkan

secara nasional, maka pada Kabinet Pembangunan II dibentuk Departemen

Pertambangan dan Energi kemudian PLN serta PGN berpindah lingkungan

(26)

ketenagaan selanjutnya ditangani oleh Direktorat Jendral Ketenagaan

(1981).

Dalam Kabinet Pembangunan IV Dirjen Ketenagaan diubah menjadi

Dirjen Listrik dan Energi Baru (LEB) perubahan nama ini memperjelas

tugas dan fungsinya yaitu :

a. Pembinaan Program Kelistrikan.

b. Pembinaan Pengusahaan Kelistrikan.

c. Pengembangan Energi Baru.

Terlihat bahwa tugas-tugas Pemerintahan yang semula dipikul oleh

PLN (secara bertahap dikembalikan ke Departemen), sehingga PLN dapat

lebih memusatkan fungsinya sebagai perusahaan.

6. Periode 1985 – 1993

Mengingat tenaga listrik sangat penting bagi peningkatan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara umum serta untuk

mendorong peningkatan kegiatan ekonomi secara khusus dan oleh karena

itu usaha penyediaan tenaga listrik, pemanfaatan, dan pengelolaannya perlu

ditingkatkan agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup merata

dengan mutu pelayanan yang baik kemudian dalam rangka peningkatan

pembangunan yang berkesinambungan di bidang ketenagalistrikan di

perlukan upaya untuk secara optimal memanfaatkan sumber-sumber energi

untuk membangkitkan tenaga listrik sehingga menyediakan tenaga listrik

terjamin tetapi untuk mencapai maksud tersebut, pemerintah Republik

Indonesia menganggap bahwa ketentuan dan perundang-undangan yang

ada sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan

(27)

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menetapkan

Undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang ketenagalistrikan.

Kemudian sebagai pengejawatan Undang-undang tersebut

pemerintah menempatkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 10

tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.

Berdasarkan Undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut di

tetapkan bahwa PLN merupakan salah satu pemegang kuasa

ketenagalistrikan, berhubung dengan itu maka agar didalam pelaksanaan

operasional sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan sesuai dengan

makna yang terkandung di dalam Undang-undang dan peraturan

pemerintah tersebut di atas, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 tahun 1990 tentang

Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara.

Peraturan ini merupakan dasar hukum pengelolaan perusahaan umum

listrik negara sebagai pemegang kuasa ketenagalistrikan.

7. Periode 1994 s/d sekarang

Mengingat listrik sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat secara umum, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah

No. 3 tahun 1994 tentang peralihan bentuk Perusahaan Listrik Negara

(PERUM) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) serta telah di tanda

tanganinya akta notaris Sujipto, SH No. 169 tanggal 30 Juli 1994 tentang

Pendirian Perusahaan Terbatas (PT) Perusahaan Milik Negara atau

disingkat PT. PLN (Persero) telah didirikan dengan modal Rp.

63.000.000.000.000,00 (Enam Puluh Tiga Triliun Rupiah) modal yang

ditempatkan dan disetor penuh Rp. 13.000.000.000.000,00 (Tiga Belas

(28)

Perusahaan Umum Listrik Negara yang ada pada saat pembubaran beralih

kepada PT. PLN (Persero).

Alamat kantor PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Selatan Jambi dan Bengkulu:

Jl. Kapten A. Rivai No. 37 Palembang 30129 Facebook : PT PLN (Persero) Wilayah S2JB

2. Visi dan Misi PT. PLN (Persero) Visi Perusahaan :

“Diakui sebagai unit distribusi terbaik dengan pelayanan kelas dunia sesuai prinsip efisien, andal dan berkualitas dilandasi potensi insani

Misi Perusahaan :

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,

berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang

saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kwlitas

(29)

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan

ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

MOTTO :

LISTRIK UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK ( ELECTRICITY FOR A BETTER LIFE )

3. Struktur Organisasi

PT.PLN WS2JB Rayon Muara Bulian Jambi memiliki beberapa

seksi/bagian yang dipimpin oleh supervisor yang bertanggung jawab

kepada PT.PLN serta masing-masing seksi/bagian memiliki beberapa tugas

dan tanggung jawab yang dikelola oleh beberapa pegawai. Setiap pegawai

memiliki tugas sesuai dengan bagian masing-masing.

Kerangka kerja yang terbentuk diatas dasar merupakan struktur

organisasi itu sendiri. Kerangka kerja di bawah ini bukanlah suatu hal yang

statis, kerangka ini ada pada saat menggambarkan siapa yang mengerjakan

dan merumuskan hubungan antara bagian-bagian berbeda dari organisasi

tersebut. Hal ini dapat terus berubah disekitar atau dibelakang struktur

formal yang ada terjadi pada semua jenis proses informal sehingga hal ini

dapat membuatnya bekerja.

Supervisor PT.PLN WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian

(30)

Analyst Kinerja Rayon Analyst Kinerja Rayon

AO. Operasi Distribusi JO. Operasi Distribusi AA. Pelayanan Pelanggan JA. Pelayanan Pelanggan AE. Pengendalian Susut & PJU JE. Pengendalian Susut & PJU

AT. Pemeliharaan Distribusi JT. Pemeliharaan Distribusi AO. Pengendalian Piutang JO. Pengendalian Piutang AT. Penyambungan Pemutusan JT. Penyambungan dan Pemutusan

AE. Pengendalian Konstruksi JE. Pengendalian Konstruksi AA. Akuntansi & Keuangan JA. Akuntansi & Keuangan AO. Pembacaan Mtr & P.Rekening JO. Pembacaan Mtr & P.Rekening

AO. Administrasi Teknik JO. Administrasi Teknik AO. Administrasi Umum & K3 JO. Administrasi Umum & K3 AT. Pemeliharaan APP JT. Pemeliharaan APP

TGL JAB TGL JAB TGL JAB

TGL JAB TGL JAB TGL JAB

GRADE GRADE GRADE

GRADE GRADE GRADE

NIP NIP NIP

NIP NIP NIP

TGL JAB TGL JAB TGL JAB

TGL JAB TGL JAB TGL JAB 01/03/2015

GRADE GRADE GRADE

GRADE GRADE GRADE SPE04-01

NIP NIP NIP

NIP NIP NIP 9015431ZY

ADISTYAN NOGI SETIAWAN

TGL JAB TGL JAB TGL JAB 01/01/2015

TGL JAB TGL JAB 01/12/2015 TGL JAB

GRADE GRADE GRADE BAS02-07

GRADE GRADE BAS4E-01 GRADE

NIP NIP NIP 8508011B

NIP NIP 9515031BY NIP

AGUNG PRASETIAWAN TIAR HARIS YUDISTIRA

TGL JAB TGL JAB TGL JAB 01/01/2015

TGL JAB TGL JAB 01/01/2015 TGL JAB 01/01/2016

GRADE GRADE GRADE BAS02-08

GRADE GRADE BAS4E-02 GRADE SPE04-01

NIP NIP NIP 8406026B

NIP NIP NIP 8916002ZY

RAMA ANDRIANSYAH SRI ANDAYANTI SULTAN PRAYUDA

TGL JAB 01/01/2015 TGL JAB 01/01/2015 TGL JAB 01/01/2015

GRADE BAS02-08 GRADE BAS03-04 GRADE SPE03-26

NIP 8306028B NIP 8710010B NIP 7194014W

SPV. TRANSAKSI ENERGI

RIVALDY PENTA SULASTANTO VICKY INDRA SAPUTRA NURHADI

TGL JAB TGL JAB

SPV. TEKNIK SPV PP & ADMINISTRASI

GRADE GRADE

GRADE SPE02-25 TGL JAB 01/01/2015

STRUKTUR ORGANISASI PT PLN (PERSERO) WS2JB AREA JAMBI

(31)

C. Perencanaan Kegiatan PLI di Perusahaan/Industri

Tahaptahap Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri :

Pertama - tama penulis mengurus surat izin untuk melaksanakan PLI

kepada unit hubungan industri FT-UNP, kemudian menghubungi

koordinator PLI untuk menentukan dosen pembimbing selama

melaksanakan PLI. Kemudian penulis menghubungi pihak perusahaan dan

menyampaikan surat untuk melaksanakan PLI diperusahaan tersebut.

Setelah semuanya selesai dan disetujui kemudian penulis melaksanakan

PLI di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian. Adapun

pelaksanaan PLI di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian,

dilaksanakan selama 56 hari yang dimulai dari 20 Juni s/d 20 Agustus

2016. Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal kegiatan.

Rincian kegiatan tersebut adalah :

1. Hari pertama berupa perkenalan dengan staf dan pimpinan PT. PLN

(Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian.

2. Penetapan judul laporan.

3. Pengambilan data dilaksanakan selama dua minggu, yaitu

mengumpulkan semua informasi tentang topik yang diamati.

4. Konsultasi laporan.

5. Menyusun laporan.

Berkenaan dengan program studi Pendidikan Teknik Elektro maka

penulis mengambil judul “Pengoperasian Gardu Distribusi” di PT. PLN

(32)

D. Pelaksanaan Kegiatan PLI serta Hambatan yang di Temukan dan Penyelesaiannya.

1. Lokasi Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri.

Tempat mahasiswa melaksanakan PLI ditentukan oleh koordinator

Pengalaman Lapangan Industri atau dipilih oleh mahasiswa yang

bersangkutan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan atau industri mempunyai badan hukum yang sah serta

bergerak dalam bidang produksi dan jasa.

2. Perusahaan atau industri dalam melakukan kegiatan atau operasinya

memerlukan tenaga kerja atau ahli yang bisa memberikan bimbingan

kepada mahasiswa selama mengikuti PLI.

3. Melalui kegiatan atau operasi yang dilakukan perusahaan,

mahasiswa dapat memperoleh pengalaman langsung dalam

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya di

FT-UNP.

Berdasarkan kriteria diatas, penulis mencoba menghubungi dan

mengajukan permohonan PLI pada PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon

Muara Bulian dan hasilnya diperkenankan untuk melaksanakan PLI

ditempat tersebut.

2. Pelaksanaan Beserta Hambatan Pada Saat Kegiatan PLI

Selama melaksanakan praktek lapangan Industri di PT. PLN

(Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian ada beberapa hambatan. Masalah–

(33)

lapangan industri di Gardu Distribusi Rayon Muara Bulian yaitu sebagai

berikut.

1. Dalam melakukan kegiatan survei ke lapangan, penulis merasa

kesulitan karena ini merupakan pengalaman pertama dalam

mengikuti kegiatan lapangan dan perjalanan yang dilalui jauh dan

sulit.

2. Dalam melakukan survei ke lapangan penulis tidak dapat melakukan

seluruh pekerjaan yang diminta oleh supervisor karena pekerjaan

tersebut sulit dan membutuhkan alat bantu beserta pengaman untuk

keselamatan kerja.

3. Kegiatan pemeliharaan dan perbaikan gardu distribusi di PT. PLN

(Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian dilakukan tidak secara

berkala sehingga penulis tidak dapat menyaksikan langsung

bagaimana proses dalam pemeliharaan tersebut.

Usaha yang ditempuh penulis dalam menyelesaikan masalah–

masalah yang dihadapi selama melaksanakan kegiatan pengalaman

lapangan industri yaitu penulis harus lebih banyak bertanya pada

supervisor dan kepada para operator yang lebih mengerti tentang sistem

pada gardu distribusi, sehingga pengetahuan yang tidak di dapat di kampus

menjadi bertambah dan lebih mudah dipahami. Khusus pemeliharaan

Gardu Distribusi yang kurang di pahami bagaimana prosesnya, penulis

harus rajin bertanya dan juga membaca buku-buku mengenai proses

pemeliharaan komponen_komponen yang ada pada gardu distribusi

tersebut. Selama mengikuti kegiatan di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon

(34)

kampus, sehingga dapat membantu dalam menyelesaikan Laporan

(35)

BAB II

PERBAIKAN DAN PEMELIAHARAAN GARDU DISTRIBUSI DI PT.PLN (Persero) WS2JB AREA JAMBI RAYON MUARA BULIAN

A. Aspek-Aspek Teoritis

Gardu distribusi adalah bangunan gardu transformator yang memasok

kebutuhan tenaga listrik bagi para pemanfaat baik dengan Tegangan Menengah

maupun Tegangan Menengah (Hendrianto Lisanuddin : Pedoman Sertifikasi Laik

Operasi Instalasi Distribusi Tenaga Listrik ).

Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu system distribusi

yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau

membagikan/mendistribusikan tenaga lisrik pada beban/konsumen baik konsumen

tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah

(http://ezkhelenergy.blogspot.co.id/2013/10/gardu-distribusi.html).

Konstruksi Gardu distribusi Transformator Distribusi digunakan untuk

menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi tegangan tinggi menjadi

tegangan terpakai pada jaringan pada jaringan distribusi tegangan rendah (Step Down

Transformer) misalkan : Tegangan 20 kV menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt

Sedang Transformator yang digunakan untuk menaikan tegangan listrik (Step

Up Transformer). Hanya digunakan pada pusat pembangkit tenaga listrik agar tenaga

yang di distribusikan pada suatu jaringan panjang (Long Line) tidak mengalami

penurunan tegangan (voltage drop) yang berarti : tidak melebihi ketentuan Voltage

Drop yang diperkenankan 5% dari ketegangan semula. Adapun alur proses arus listrik

(36)

Gambar 1. Alur Proses dari Pembangkit ke Konsumen

Ada 2 jenis gardu distribusi yang pasang luar, yaitu:

Gardu Portal

Gambar 2. Gardu Portal

Gardu Portal merupakan salah satu dari Jenis Konrtuksi Gardu Tiang,

yaitu gardu distribusi tenaga listrik tipe terbuka ( Out-door ), dengan

peralatan pengaman, Fuse Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung

(37)

expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya

tegangan pada transformator akibat surja petir.

Gardu Cantol

Gambar 3. Gardu Cantol

Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang

adalah transformator dengan daya ≤ 100 kVA, dengan peralatan tiang,

pengaman, Fuse Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat

transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur Link type

expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya

tegangan pada transformator akibat surja petir.

Berikut adalah pembagian dari Gardu Distibusi :

1. JTM

Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu

kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama

adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan

kwalitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero

selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU

(38)

Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga

listrik dari pembangkit atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini

dikenal dengan feeder atau penyulang. Tegangan menengah yang digunakan

PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (VL-L).

Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM) : a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai

konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang

sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan

Tegangan Menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama

jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang

dengan isolator pada tiang besi/beton (PT. PLN (PERSERO) Edisi 1

Tahun 2010).

Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus

diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan

seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi penghantar

bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau

dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia (PT. PLN

(PERSERO) Edisi 1 Tahun 2010).

SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi.

Bagian utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross Arm dan

konduktor. Konduktor (kabel) yang digunakan adalah aluminium

(39)

Gambar 4. Saluran Udara Tegangan Menengah

b. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM)

Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yan aman dan andal

untuk mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi

relatif lebih mahal untuk penyaluran daya yang sama (PT. PLN

(PERSERO) Edisi 1 Tahun 2010)..

Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar

per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang

biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung adalah termurah

bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau bahkan tunneling

(terowongan beton).

Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini

ditanam langsung di tanah pada kedalaman tertentu dan diberi

pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar. Kabel tanah ini

memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan tegangan

tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM

maka kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya :

• Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang.

• Tidak merusak estetika (keindahan) kota.

(40)

c. Peralatan Kontruksi Untuk SKTM 1) Kabel

Jenis kabel tegangan menengah adalah :

1) Poly Vinil Chlorida (PVC)

Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah

sampai 12 KV.

2) Poly Ethylene (PE)

Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV.

Contoh : CPT dan VIC

3) X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)

Contoh : CVC5ZV, Jointing, Termination, Sepatu kabel

(Schoen cable), Instalasi Pembumian

d. Peralatan Konstruksi Untuk SUTM

a. Tiang Listrik

Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang

tunggal, kecuali untuk gardu tiang memakai tiang ganda.

Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan baik jalan raya

maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan

pemakaian sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi.

Tiang listrik biasanya berupa pipa makin ke atas makin kecil

diameternya, jadi tiang bawah mempunyai diameter besar. Tiang

besi berangsur-angsur diganti dengan tiang beton.

Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan

oleh faktor-faktor mekanis seperti momen, kecepatan angin,

kekuatan tanah, besar beban penghantar, kekuatan tiang dan

sebagainya. Jenis tiang listrik menurut kegunaanya :

· Tiang awal / akhir

(41)

· Tiang sudut

· Tiang Peregang / tiang tarik

· Tiang Topang

b. Cross Arm (Lengan Tiang)/ Travers

Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan

yang perlu dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari

besi. Cross Arm dipasang pada tiang. Pemasangan dapat dengan

memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan mur secara

langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator

dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih

dahulu untuk membuat lubang-lubang baut. Dalam bahasa

lapangannya pada pln yaitu bracket.

Gambar 5. Cross Arm

c. Isolator

1) Isolator Tumpu

Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari

tiang listrik atau Cross Arm (bracket). Jenis-jenis isolator

yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah isolator

(42)

Gambar 6. Isolator Tumpu

2) Isolator Tarik/Hang Tarik

Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir

dan isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga.

Isolator tarik/hang tarik juga berfungsi pengencang dan

penahan kabel.

(43)

2. LIGHTING ARRESTER (LA)

Arrester adalah pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang

disebabkan oleh sambaran petir dan switching (SPLN se.022/PTS/73), LA

juga digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap tegangan lebih surja

petir.

Menurut Hutauruk (1991: 101) arester atau penangkap petir, adalah

alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir.

Menurut Aditya (2010: 15) Arester berfungsi untuk melindungi peralatan

dari gangguan akibat sambaran petir. Arester berlaku sebagai jalan pintas

dari sistem petir. Arester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus

kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada

peralatan. Jalan pintas itu harus sedemikian rupa sehingga tidak menganggu

aliran arus pada sistem. Pada kerja normal arester itu berlaku sebagai isolator

karena terbuat dari bahan silikon karbid dan bila timbul surja arester berlaku

sebagai konduktor, jadi melewatkan aliran arus yang tinggi langsung ke

tanah. kesimpulannya arester dapat memutuskan arus susulan tanpa

menimbulkan gangguan.

system pemasangan LA, Sebagai berikut :

a. LA dipasang antara SUTM dan Fuse Cut Out (FCO).

Apabila SUTM terkena gangguan surja petir, maka arus

gangguan akan diamankan LA dan selanjutnya disalurkan ketanah.

b. LA dipasang setelah Fuse Cut Out (FCO).

Apabila SUTM tersambar surja petir, maka arus gangguan akan

diamankan CO lebih dan arus sisa gangguan akan diamankan lebih

lanjut oleh LA

Alat pelindung terhadap gangguan surya ini berfungsi melindungi

sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan yang lebih dan

mengalirkannya ketanah. Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat

(44)

dapat melewatkan surja arus ketanah tanpa mengalami kerusakan. Ia berlaku

sebagai jalan pintas sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah

untuk dilalui arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang

tinggi pada peralatan. Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang

diakibatkan tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang

diakibatkan oleh tegangan lebih internalseperti surja hubung, selain itu

arester juga merupakan kunci dari koordinasi isolasi suatu sistem tenaga

listrik. Bila surja (surge) datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan

muatan listrik (discharge) serta mengurangi tegangan abnormal yang akan

mengenai peralatan gardu induk.

Prinsip kerja dari Arrester atau Lighting Arrester (LA) :

Sela api (spark garp )

Grounding/Penyambung kabel untuk ke pentanahan.(Tahanan kran)

Gambar 8. Lighting Arrester

Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui

oleh petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada

peralatan. Pada kondisi normal arrester berlaku sebagai isolator

(45)

berfungsi melewatkan aliran arus arus yang tinggi ke tanah. Setelah

Surja itu hilang arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator.

Pada pokoknya arrester ini terdiri dari dua unsur, yaitu :

1) Sela api (spark gap)

2) Tahanan kran (valve resistor)

Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari

tegangan percikan ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan

oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Seringkali masalah ini

dapat dipecahkan hanya dengan menerapkan cara-cara khusus

pengaturan tegangan (voltage control) oleh karena itu sebenarnya

arrester terdiri dari tiga unsur diantaranya, yaitu :

1) Sela api (spark gap)

2) Tahanan kran (valve resistor)

3) Tahanan katup dan sistem pengaturan atau pembagian

tegangan (grading sistem).

Gambar 9. Penempatan pengaman arester pada gardu

(46)

3. Fuse cut Out (FCO)

merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada

jaringan distribusi yang bekerja denga cara meleburkan bagian dari

komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan

dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO merupakan peralatan proteksi

yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih (over load current) . Alat

ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila

dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya. Prinsip kerjanya adalah

ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus, dan tabung

ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak

ada arus yang mengalir ke sistem.

(http://dunialistrikelektron.blogspot.co.id/2015/04/prinsip-kerja-fuse-cut-out-fco.html).

FCO ini berfungsi sebagai alat pelindung Trafo dari Arus hubungan

Singkat dan sebagai alat untuk membebeskan sumber tegangan jika

dilakukan pemeliharaan. Proteksi pada FCO ini dipasang dalam bentuk Fuse

Link yang dapat disesuaikan dengan Arus Nominal Trafo distribusi yang

terpasang.

(47)

Prinsip Kerja Fuse Cut Out (FCO) :

Pada sistem distribusi fuse cut out yang digunakan mempunyai prinsip

kerja melebur, apabila dilewati oleh arus yang melebihi batas arus

nominalnya. Biasanya Fuse Cut Out dipasang setelah PTS maupun LBS

untuk memproteksi feeder dari gangguan hubung singkat dan dipasang seri

dengan jaringan yang dilindunginya, Fuse Cut Out juga sering ditemukan

pada setiap transformator.

Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian yang terlemah di dalam

jaringan distribusi. Karena fuse cut out boleh dikatakan hanya berupa sehelai

kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus

maksimum yang diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan

kawat yang digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer

yang rendah dan harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi.

Faktor lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan tersebut.

(48)

Keterangan :

1. Isolator Porselin

2. Kontak Tembaga (disepuh perak)

3. Alat Pemadam/Pemutus Busur

4. Tutup Yang Dapat dilepas (dari kuningan)

5. Mata kait (dari brons) 6. Tabung pelebur (dari resin)

7. Penggantung (dari kuningan)

8. Klem pemegang (dari baja)

9. Klem terminal (dari kuningan)

4. Transformator

Menurut Sumanto (1999: 1),transformator adalah suatu alat untuk

memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian

lainnya secara induksi elektro magnetik. Menurut Zuhal (2000: 43)

mengatakan trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan

mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

listrik lain, melalui suatu hubungan magnet dan berdasarkan prinsip

induksi-elektromagnet.

Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan

atau menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator adalah suatu

alat listrik yang dapat mengubah dan menyalurkan energy listrik dari satu

atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain melalui suatu

gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Transformator terdiri atas pasangan kumparan primer dan sekunder

yang terpisah dan dililitkan pada inti besi lunak yang terbuat dari plat besi

yang disusun berlapis-lapis. Prinsip dasar transformator adalah berdasarkan

percobaan yang dilakukan pertama kali oleh Faraday. Perhatikan skema

(49)

Gambar 12: Skema Rangkaian Percobaan Faraday

Pada Gambar di atas, diamati bahwa rangkaian primer terdiri atas

kumparan primer yang dililitkan di sebelah kiri inti besi dan dihubungkan

dengan sebuah aki. Rangkaian sekunder terdiri atas kumparan sekunder yang

dililitkan di sebelah kanan inti besi dan dihubungkan dengan sebuah

galvanometer.

Pada saat arus mengalir melalui kumparan primer, arus listrik yang

mengalir pada kumparan primer berubah dari nol ke nilai tetapnya. Arus

listrik tersebut menghasilkan garis-garis gaya magnetik. Sesuai dengan

kaidah tangan kanan, arus listrik ini akan menghasilkan garis-garis gaya

magnetik yang memotong kumparan sekunder.

Karena arus listrik dalam rangkaian primer selalu berubah-ubah dari

nol ke nilai tetapnya, garis-garis gaya magnetik yang memotong kumparan

sekunder pun berubah-ubah dari nol ke nilai tetapnya. Perubahan garis gaya

magnetik yang memotong kumparan sekunder akan membangkitkan ggl

induksi pada ujung-ujung kumparan sekunder. Dengan adanya arus listrik

induksi yang mengalir melalui galvanometer, jarum galvanometer akan

menyimpang, misalnya ke kanan.

Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan

(50)

misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak

jauh.

Gambar 13. Transformator Gambar 14. Bagian Transformator

Transformator juga memiliki bagian bagian yaitu :

1) Bushing Primer

2) Bushing Sekunder

3) Tap Changer

4) Name Plate

5) Kran Minyak Trafo

Gambar 15. Name Plate Trafo

Inti Besi

Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi,magnetik

yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari

1 1

3

(51)

lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi

panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current.

a. Kumparan Transformator

Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat

berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau gulungan.

Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan

sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap

antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan

lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan

dan arus.

b. Minyak Transformator

Minyak transformator merupakan salah satu bahan isolasi

cair yang dipergunakan sebagai isolasi dan pendingin pada

transformator. Sebagai bagian dari bahan isolasi, minyak harus

memiliki kemampuan untuk menahan tegangan tembus,

sedangkan sebagai pendingin minyak transformator harus

mampu meredam panas yang ditimbulkan, sehingga dengan

kedua kemampuan ini maka minyak diharapkan akan mampu

melindungi transformator dari gangguan.

c. Bushing

Hubungan antara kumparan transformator dengan jaringan

luar melalui sebuah bushing yaitu sebuah konduktor yang

diselubungi oleh isolator. Bushing sekaligus berfungsi sebagai

penyekat/isolator antara konduktor tersebut dengan tangki

transformator. Pada bushing dilengkapi fasilitas untuk pengujian

(52)

d. Tap Changer

Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder yang

lebih baik (diinginkan) dari tegangan jaringan / primer yang

berubah-ubah.Kualitas operasi tenaga listrik jika tegangan

nominalnya sesuai ketentuan, tapi pada saat operasi dapat saja

terjadi penurunan tegangan sehingga kualitasnya menurun, untuk

itu perlu alat pengatur tegangan agar tegangan selalu pada

kondisi terbaik, konstan dan berkelanjutan.

Untuk itu trafo dirancang sedemikian rupa sehingga

perubahan tegangan pada sisi masuk/input tidak mengakibatkan

perubahan tegangan pada sisi keluar/output, dengan kata lain

tegangan di sisi keluar/output-nya tetap. Alat ini disebut sebagai

sadapan pengatur tegangan tanpa terjadi pemutusan beban, biasa

disebut On Load Tap Changer (OLTC). Pada umumnya OLTC

tersambung pada sisi primer dan jumlahnya tergantung pada

perancangan dan perubahan sistem tegangan pada jaringan.

Ada dua cara kerja tap changer:

1) Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban. Tap

changer yang hanya bisa beroperasi untuk memindahkan

tap transformator dalam keadaan transformator tidak

berbeban , disebut “Off Load Tap Changer” dan hanya

dapat di operasikan manual.

2) Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban.Tap changer

yang dapat beroperasi untuk memindahkan tap

transformator, dalam keadaan transformator berbeban,

disebut “On Load Tap Changer (OLTC)” dan dapat

(53)

Transformator yang terpasang di gardu induk pada umum nya

menggunakan tap changer yang dapat di operasikan dalam keadaan

trafo berbeban dan dipasang di sisi primer.Sedangkan transformator

penaik tegangan di pembangkit atau pada trafo kapasitas kecil, umum

nya menggunakan tap changer yang di operasikan hanya pada saat

trafo tenaga tanpa beban. OLTC terdiri dari :

a) Selector Switch b) Diverter Switch c) Transisi Resistor

Untuk mengisolasi dari bodi trafo (tanah) dan meredam panas

pada saat proses perpindahan tap, maka OLTC direndam di

dalamminyakisolasi yang biasa nya terpisah dengan minyak isolasi

utama trafo.

Proses kerja dari trafo adalah Tegangan yang masuk dari TM

(tegangan menengah) masuk ke bushing primer yang ada pada trafo,

lau di salurkan ke kumparan yang ada padatrafo dan di teruskan ke

bushing sekunder trafo, dan berlanjut ke PHB-TR.

5. Panel PHB-TR

PHB TR adalah kependekan dari Perangkat Hubung Bagi Tegangan

Rendah, atau istilah lainnya papan bagi. Fungsinya untuk membagi tegangan

rendah ke saluran rumah tangga, istilah mudahnya PHB TR adalah terminal

pembagi dari trafo pada gardu listrik ke jaringan rumah tangga.

Fungsi PHB untuk :

a. Mengendalikan sirkuit dilakukan oleh saklar utama

b. Melindungi sirkuit dilakukan oleh fase/pelebur

(54)

Menurut kebutuhannya PHB dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

a. PHB Utama ialah PHB yang menerima aliran tenaga listrik dari

sumber melalui saklar utama konsumen dan membagikan tenaga listrik

tersebut ke seluruh alat pemakai pada instalasi konsumen.

b. PHB Sub Instalasi atau PHB Cabang ialah PHB dari suatu instalasi

untuk mensuplai tenaga listrik kepada satu konsumen dan instalasi

tersebut merupakan bagian dari instalasi yang mensuplai konsumen

tunggal atau lebih.

Menurut tegangan sumbernya, PHB dibedakan menjadi sesuai dengan

tingkat tegangan sistemnya yaitu : PHB tegangan rendah (TR), PHB

tegangan menengah (TM) dan PHB tegangan tinggi (TT).

a. PHB TR yaitu PHB yang banyak dipasang pada instalasi baik milik

PLN maupun milik pelanggan, PHB yang terpasang milik pelanggan,

PHB yang terpasang milik PLN biasanya ditempatkan gardu induk

distribusi sisi sekunder trafo distribusi sedangkan PHB yang di

pelanggan biasanya terpasang pada dinding atau ruangan tertentu

setelah APP ditempat pelanggan tersebut.

b. PHB TM ialah PHB yang terdapat pada pembangkit atau GI sisi TM

berbentuk lemari panel (kubikel) tertutup terbuat dari bahan besi atau

berbentuk gardu sel terbuka yang dilengkapi peralatan ukur dan

pengaman (proteksi).

c. PHB TT adalah PHB yang menggunakan peralatan-peralatan dengan

kapasitas yang besar dan mempunyai resiko bahaya yang tinggi pula

sehingga pemasangan PHB TT ini biasanya ditempat khusus dan

terbuka (switch yard) yang dilengkapi rambu-rambu, pagar dan

(55)

Menurut tipenya PHB di kelompokkan menjadi 2 tipe yaitu tipe

tertutup dan tipe terbuka.

d. PHB dengan tipe tertutup yaitu apabila seluruh komponen PHB berada

disuatu tempat yang tertutup oleh selungkup/pelindung mekanis

maupun pelindung elektris.

e. PHB tipe terbuka yaitu PHB yang semua peralatan atau komponennya

berada diluar dan tampak secara kasar mata dan dilengkapi dengan

pagar maupun peralatan isolasi huna melindungi dari bahaya mekanis

dan elektrisnya.

Gambar 16. Komponen Utama PHB-TR

Komponen Utama

1) Saklar Utama.

2) Rel Tembaga atau Rel Jurusan

3) NH-Fuse jurusan.

4) Kabel Naik atau Kabel Jurusan ( bisa berupa NYY atau NYFGBY )

(56)

5) Kabel Turun ( Kabel penghubung dari Trafo ke PHB-TR ) dengan

ukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan Trafo Distribusi yang

terpasang.

Komponen Lain PHB-TR

1) Kerangka / Rak TR

2) Isolator penumpu Rel/Tempat Kedudukan NH Fuse (Hoolder)

3) Sirkuit Pengukuran

4) Alat ukur Ampere & Volt meter

5) Sistem Pembumian

6) Lampu Kontrol / Indikator

6. NH Fuse

Gambar 17. NH Fuse

NH Fuse umumnya dipasang pada PHB trafo listrik yang berfungsi

sebagai pemutus atau pengaman terhadap arus lebih. Cara menghitung

berapa Ampere NH Fuse yang harus dipasang adalah sebagai berikut:

I= P/Vx1.73

(57)

P = Daya (VA)

V = Tegangan (Volt) = 400 volt tegangan TR ( tergantung pada banyaknya

pelanggan)

Contohnya: jika trafo yang terpasang 100 KVA = 100.000 VA, maka

NH Fuse yang terpasang adalah:

I = 100.000/400x1.73

I = 144.5 A

B. Proses Pelaksanaan Perbaikan dan Pemeliharaan 1. Kerusakan

a. Pembebanan Trafo Distribusi yang tidak Seimbang

Ketidakseimbangan beban pada gardu distribusi disebabkan

karena pembebanan yang tidak memperhatikan kondisi beban tiap

fasa. Hal tersebut berdampak cukup besar terhadap kondisi

pembebanan trafo.

Permasalahan ini muncul disebabkan oleh proses

penyambungan pelanggan baru yang belum terorganisir dengan baik

yaitu tanpa melihat data beban jaringan sehingga yang terjadi adalah

kondisi dimana salah satu fasa yang dibebankan jauh melebihi fasa

yang lain, kemudian akan menyebabkan beban tidak

(58)

b. Kondisi peralatan PHB-TR yang rusak.

Gambar 18. Kondisi PHB TR yang tidak terawat

Kondisi peralatan PHB-TR yang rusak (Gambar 1.1.) dapat

menimbulkan gangguan pada penyaluran Tenaga Listrik khususnya

pada Gardu Distribusi seperti :

1) Pengepresan pada sepatu kabel kurang kencang, sehingga

menyebabkan lost kontak.

2) Pengencangan baut antara sepatu kabel dan Holder NH pada

PHB-TR tidak kuat/kendur. Sehingga dapat menimbulkan panas

bahkan terbakar.

3) Kurangnya pelumasan (Vaseline) pada sisi Holder NH, sehingga

dapat menimbulkan panas dn karat.

4) Pemasangan Rating NH fuse yang tidak sesuai

Permasalahan tersebut yang sering terjadi disetiap unit

sehingga sering terjadi gangguan pada sisi PHB-TR gardu.

Pemasangan NH fuse yang tidak sesuai dengan kapasitas trafo juga

berpotensi menyebabkan gangguan trafo jika terjadi kelebihan beban

(59)

c. Tegangan Ujung Terlalu Rendah atau Drop tegangan.

Rendahnya nilai tegangan ujung disebabkan karena beberapa

hal yaitu:

1) Jaringan tegangan rendah yang terlalu panjang

Jaringan yang terlalu panjang ini dapat menyebabkan drop

tegangan pada ujung jaringan.

2) Ukuran penghantar yang tidak sesuai dengan besarnya beban pada

jaringan

Masih banyaknya JTR yang menggunakan kawat penghantar yang

tidak standar yang memiliki pembebanan tinggi.

3) Penyambungan Saluran Rumah yang melebihi ketentuan

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, penyambungan Sambungan

Rumah (SR) dari tiang tidak boleh lebih dari 5 tarikan dan jarak

antara rumah maksimal 30 meter. Jika penyambungan Sambungan

Rumah (SR) melebihi dari ketentuan tersebut maka tegangan pada

sisi konsumen menjadi drop.

d. Pecahnya Isolator Tumpu dan Hang Tarik

Pecahnya isolator tumpu dan hang tarik dapat menyebabkan

renggangnya kawat atau kabel pada jaringan tegangan menengah dan

dapat membahayakan konsumen dan petugas yang sedang melakukan

pemeliharaan jika kabel atau kawat pada jaringan tegangan menengah

(60)

2. Proses Perbaikan dan Pemeliharaan a. Pelaksanaan Pekerjaan

Berdasarkan permasalahan yang kami hadapi di PT PLN (Persero)

Rayon Muara Bulian ,maka kami memutuskan untuk melakukan

tindakan sebagai berikut :

1) Penyeimbangan Beban Trafo

Pemasangan pelanggan baru yang tidak memperhatikan

beban antar fasa membuat pembebanan trafo tidak seimbang.

kurangnya pemantuan beban trafo membuat sebagian trafo

menjadi overload, maka dari itu dilakukanlah penyeimbangan

beban trafo. Untuk itu dilakukan pendataan awal sebelumnya,

dilakukan pengukuran beban pada malam hari, seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 19.

Gambar 19. Pengukuran beban gardu distribusi pada malam hari

Menggunakan metode penyeimbangan beban pada trafo

distribusi yaitu dengan melakukan penyeimbangan beban pada

(61)

Gambar 20. Penyeimbangan beban pada JTR

2) Pemeliharaan PHB-TR

Ditemukan banyaknya material yang digunakan tidak sesuai

standart, juga pemasangan peralatan yang kurang baik serta factor

usia dari peralatan, untuk itu PHB-TR dibersihkan guna

meningkatkan kinerja PHB-TR. PHB-TR yang telah dibersihkan

akan terlihat lebih rapi dan mempermudah pemeliharaan.

Gambar

Gambar 1. Alur Proses dari Pembangkit ke Konsumen
Gambar 3. Gardu Cantol
Gambar 4. Saluran Udara Tegangan Menengah
Gambar 6. Isolator Tumpu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peralatan proteksi yang dibutuhkan adalah arrester yang berfungsi untuk mengalirkan gangguan tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran petir langsung ke tanah, sehingga

Sesuai dengan fungsinya, yaitu arester melindungi peralatan listrik pada sistem jaringan terhadap tegangan lebih yang disebabkan petir atau surja hubung, pada umumnya arrester

Melakukan tindakan pengamanan pada operasi Peralatan Pengendali Daya Tegangan Rendah yang mengalami gangguan • Kreatif • Kerja Keras •

Sesuai dengan fungsinya, yaitu melindungi peralatan listrik pada sistem jaringan terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh surja hubung atau sura petir, maka

Berfungsi untuk melindungi isolasi atau mengamankan instalasi (peralatan listrik pada instalasi) dari gangguan tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir

Pada peralatan tegangan tinggi, bahan dielektrik atau disebut juga sebagai bahan isolasi relatif dibutuhkan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang

DEFINISI ARRESTER / PENANGKAP PETIR ADALAH UNTUK MELINDUNGI PERALATAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK TERHADAP TEGANGAN SURGE DENGAN MEMBATASI TEGANGAN LEBIH YANG DATANG

Sesuai dengan fungsinya, yaitu arrester melindungi peralatan listrik pada sistem jaringan terhadap tegangan tegangan lebih yang disebabkan petir atau surja