LAPORAN PENGALAMAN LAPANGAN INDUSTRI PERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI
DI PT. PLN (PERSERO) Ws2JB AREA JAMBI RAYON MUARA BULIAN
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penyelesaian Mata Kuliah Praktek Lapangan Industri Ft-Unp Padang
Semester Juli-Desember 2016
OLEH
PADLAN KORIB SIREGAR 1306205
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan selesainya Laporan Magang ini, penulis mengucapkan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-NYA sehingga penyusun
dapat menyelesaikan Laporan Magang yang diajukan untuk memenuhi persyaratan
Skripsi pada program pendidikan Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Elektro
Sekolah Tinggi Teknik PLN. Dengan ini saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada :
1. Bapak Arlin Jihar Sihombing selaku Manajer PT. PLN (Persero) WS2JB
AREA JAMBI RAYON MUARA BULIAN yang telah berkenan mengijikan
kami untuk Magang di perusahaannya.
2. Bapak Rivaldi Penta S selaku Supervisor Teknik Pelaksana Pemeliharaan
Distribusi selaku pembimbing lapangan yang telah berkenan mengjinkan kami
untuk masuk dalam team pemeliharaan agar kami dapat kuliah dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
Jambi, 20 Agustus 2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum wr.wb
Puji syukur penyusun sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang di
PT PLN (PERSERO) Ws2jb Area Jambi Rayon Muara Bulian dengan judul
“PERBAIKAN DAN PEMELIAHARAAN GARDU DISTRI DI PT.PLN (Persero) WS2JB AREA JAMBI RAYON MUARA BULIAN”.
Laporan Kerja Magang ini disusun berdasarkan pelaksanaan kerja magang yang
penulis lakukan di PT PLN (PERSERO) WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian
pada tanggal 20 Juni 2016 – 20 Agustus 2016. Laporan Magang ini merupakan
prasyarat untuk melengkapi pendidikan S1 Pendidikan Teknik Elektro di Universitas
Negeri Padang.
Dengan selesainya Laporan Magang ini, penyusun menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Hambali M, Kes, Ketua Jurusan Teknik Elektro FT-UNP.
2. Bapak Habibullah, S.Pd, M.T Dosen Pembimbing PLI.
3. Bapak Drs. H. Hambali M, Kes, Penasehat Akademis.
4. Bapak Drs. Bahrul Amin, ST MT, Sekertaris Unit Hubungan Industri
FT-UNP.
5. Bapak Arlin Jihar Sihombing , Manajer PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon
Muara Bulian.
6. Bapak Rivaldi Penta Sulastanto, Supv.PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon
Muara Bulian.
7. Bapak / Ibu seluruh Staf dan Karyawan PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon
Muara Bulian.
8. Teman – teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi dalam
Penyusun menyadari bahwa penyusunan Laporan Magang ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Demi kesempurnaan Laporan Magang ini kritik, dan saran
dari semua pihak sangat penyusun harapkan.
Demikian laporan ini disusun, dengan harapan Laporan Magang ini akan bermanfaat
bagi kita semua.
Jambi, 20 Agustus 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN FAKULTAS... i
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN... ii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Lapangan Industri 1. Latar Belakang ... 1
2. Tujuan ... 3
3. Manfaat PLI ... 5
4. Batasan Masalah... 6
5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek 7 6. Metode Pengumpulan Data ... 7
7. Sistematika Penulisan Laporan ... 7
B. Deskripsi Perusahaan Industri Tempat Pelaksanaa PLI 1. Sejarah Berdirinya PT. PLN (Persero ... 8
2. Visi, Misi dan Motto PT. PLN (Persero) ... 16
C. Perencanaan Kegiatan Praktek Lapangan Industri
1. Tahap–tahap Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri.... 19
D. Pelaksanaan Kegiatan PLI dan Hambatannya Serta Penyelesaiannya ... 20
BAB II. PEERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI A. Aspek-Aspek Teoritis Gardu Distribusi ... 23
1. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) ... 25
2. Lighting Arrester (LA)... 31
3. Fuse Cut Out (FCO)... 34
4. Transformator ... 36
5. Panel PHB-TR ... 41
6. NH-Fuse... 44
B. Proses Pelaksanaan Perbaikan dan Pemeliharaan... 45
1. Kerusakan ... 45
a) Pembebanan Trafo Distribusi Yang Tidak Seimbang 45 b) Kondisi Peralatan PHB-TR yang Rusak... 46
c) Tegangan Ujung Terlalu Rendah atau Drop tegangan 47 d) Pecahnya Isolator Tumpu dan Hang Tarik ... 47
2. Proses perbaikan dan pemeliharaan ... 48
C. Pembahasan 1. Kesesuaian Teori Dengan Praktek ... 51
2. Keunikan Yang Ditemui ... 54
Dimasa Datang... 54
BAB III Penutup A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Proses dari Pembangkit ke Konsumen... 24
2. Gardu Portal ... 24
3. Gardu Cantol ... 25
4. Saluran Udara Tegangan Menengah ... 27
5. Cross Arm ... 29
6. Isolator Tumpu ... 30
7. Hang Tarik ... 30
8. Lighting Arrester ... 32
9. Penempatan pengaman arester pada gardu distribusi... 33
10. Fuse Cut Out ... 34
11. Bagian-bagian Fuse Cut Out ... 35
12. Skema Rangkaian Percobaan Faraday ... 37
13. Transformator... 38
14. Bagian Transformator ... 38
15. Name Plate Trafo ... 38
16. Komponen Utama PHB-TR ... 43
17. NH Fuse ... 44
18. Kondisi PHB TR yang tidak terawat... 46
19. Pengukuran beban gardu distribusi pada malam hari ... 48
21. PHB-TR yang telah dibersihkan ... 49
22. Penggantian PHB-TR yang kropos dan rusak... 50
23. Proses Penggantian Isolator Tumpu dan Hang Tarik... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. SINGLE LINE DIAGRAM GARDU DISTRIBUSI ... 58
2. Penggantian Isolator Tumpu dan Hang Tarik ... 59
3. Penggantian NH Fuse... 59
4. Proses Penggantian Trafo yang Sudah Rusak ... 60
5. Peralatan Untuk Melakukan Perawatan ... 60
6. Saat Melakukan Perawatan ... 61
7. Agenda Kegiatan ... 62
8. Daftar Hadir
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri FT-UNP
1. Latar Belakang PLI
Tujuan utama pendidikan nasional diarahkan pada pengembangan dan
peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu pengembangan manusia
Indonesia seutuhnya, yang meliputi wawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK), memiliki keterampilan dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan suatu program
pendidikan dan penelitian secara berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar
terjadi keterkaitan yang baik antara dunia pendidikan dengan dunia industri
dalam hubungan yang saling membutuhkan, saling melengkapi dan mendukung
dalam pencapaian tujuan pembangunan.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT-UNP) sebagai salah satu
lembaga pendidikan yang bertugas menghasilkan tenaga kerja yang
professional dalam bidang pendidikan dan supervise, berupaya melaksanakan
program-program pendidikan yang bertujuan menghasilkan lulusan yang tidak
hanya memahami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi secara konseptual dan
teoritis di perkuliahan, tetapi juga mampu mengaplikasikan dan
mengembangkan ilmu tersebut di lingkungan industri dan dunia kerja secara
praktis.
Salah satu upaya pencapaian tujuan tersebut maka Fakultas Teknik
memenuhi persyaratan akademik untuk melaksanakan Pengalaman Lapangan
Industri (PLI). PLI merupakan suatu perwujudan pendidikan sistem ganda.
Yang dimaksud pendidikan sistem ganda adalah pendidikan yang
dilaksanakan pada dua lingkungan, yaitu lingkungan akademik dan
diaplikasikan di lingkungan industri, dunia usaha, dunia kerja, dengan tujuan
agar ilmu yang didapat selama perkuliahan dapat di aplikasikan dan
dikembangkan di dunia industri setelah menyelesaikan studi dibangku
perkuliahan.
Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) bagi mahasiswa
sangatlah penting, kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan
mahasiswa tersebut dalam dunia industri sebagai acuan dalam persiapan
memasuki dunia kerja atau dunia industri, sehingga dapat menjadi tenaga ahli
yang profesional. Keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui
tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan
dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita berada,
sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses
mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Berdasarkan
hal tersebut dalam rangka menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa
akan dunia kerja serta meningkatkan kemampuan penerapan teori yang telah
diterima selama duduk dibangku kuliah mahasiswa dari Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang diwajibkan untuk
melaksanakan Praktek Lapangan Industri (PLI).
Ada beberapa peraturan tentang Paktek Lapangan Industri (PLI) dan
1. UU. No. 2 tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional yaitu untuk
menyiapkan peseta didik melalui kegiataan bimbingan, pengajaran,
dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
2. Peraturan pemerintah No. 39 tahun 1992 tentang peran serta masyarakat
dalam Pendidikan Nasional
PT. PLN (Persero) sebagai salah satu Perusahaan Negara yang telah
memanfaatkan teknologi elektronika, instrumentasi dan kontrol serta
komputerisasi dalam proses produksi sehari-hari, sangat diharapkan
kontribusinya dalam proses peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) sekaligus berbagi pengalaman kerja dan mampu memberikan contoh
aplikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sedang berkembang
kepada mahasiswa untuk kemajuan dunia pendidikan demi terwujudnya
masyarakat Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berpendidikan, berilmu, produktif, adaptif dan kreatif.
Setelah pelaksanaan PLI ini diharapkan mahasiswa akan memiliki etos
kerja yang baik untuk mendukung kemampuan serta keterampilan yang
didimilki terkait dengan kegiatan PLI yang dilaksanakan.
2. Tujuan
Pelaksanaan Kerja Praktek ini secara umum bertujuan untuk mengenalkan
penulis kepada dunia kerja yang ada di perusahaan dan menambah ilmu
sekaligus mengaplikasikan teori yang diperoleh dari bangku kuliah terhadap
kenyataan yang ada di lapangan.
Secara khusus kerja praktek ini bertujuan :
a. Memperoleh wawasan tentang dunia kerja di perusahaan khususnya di
PT PLN (PERSERO) WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian;
b. Mendapatkan pengalaman dalam menghadapi dan menganalisis dalam
rangka menyelesaikan permasalahan yang terjadi berdasarkan
teori-teori yang telah diperoleh dari bangku kuliah
c. Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam rangka
mengambil Tugas Akhir dalam menyelesaikan studi sarjana.
d. Menyusun daftar peralatan yang digunakan untuk keperluan
identifikasi gangguan
1.2.2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Membangun kerja sama antara pihak institusi dengan dunia industry
b. Mendapatkan umpan balik terhadap pengembangan proses pengajaran
dalam rangka pencocokan kebutuhan antara output dunia pendidikan
dan dunia kerja.
1.2.3. Bagi Perusahaan
a. Membuat suatu standar untuk pemeliharaan Gardu Distribusi
b. Menjaga hubungan baik dengan institusi pendidikan
c. Sebagai bukti partisipasi dalam pengembangan dunia pendidikan di
3. Manfaat PLI
1. Mahasiswa
a. Memperdalam pengertian mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerja
secara interdisipliner, sehingga dapat menghayati adanya
ketergantungan kaitan dengan kerjasama antar sektor.
b. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang
kemanfaatan ilmu dan teknologi yang dipelajarinya bagi pelaksanaan
pembangunan.
c. Memperdalam penghayatan dan pengalaman mahasiswa terhadap
kesulitan yang di hadapi oleh suatu instansi atau perusahaan dalam
melaksanakan pembangunan.
2. Instansi Terkait
a. Memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga, serta ilmu dan teknologi
dalam merencanakan dan melaksanakan kemajuan perusahaan.
b. Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan,
merumuskan dan melaksanakan kinerja perusahaan.
c. Memperoleh pengalaman dalam menggali serta menumbuhkan potensi
perusahaan.
d. Memperoleh manfaat dari bantuan tenaga mahasiswa dalam
melaksanakan program dan proyek perusahan.
3. Perguruan Tinggi
a. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswanya
dalam bidang teknologi sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan
disesuaikan dengan tuntutan nyata dari pembangunan dalam bidang
teknologi.
b. Memperoleh berbagai kasus yang berharga yang dapat digunakan
sebagai contoh dalam memberikan materi perkuliahan dan menentukan
berbagai masalah untuk pengembangan penelitian.
c. Dapat menelaah dan merumuskan keadaan/kondisi nyata suatu
perusahaan atau instansi yang berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dapat mendiagnosa secara tepat
kebutuhan suatu instansi atau perusahaan sehingga ilmu dan teknologi
yang diamalkan dapat sesuai dengan tuntutan nyata.
d. Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerja sama dengan instansi
serta perusahaan lain melalui rintisan kerja sama mahasiswa yang
melaksanakan Kerja Praktek.
4. Batasan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam laporan kerja praktek ini adalah
mengenai Gardu Distribusi 20KVA di PT PLN (PERSERO) WS2JB Area
Jambi Rayon Muara Bulian
Identifikasi Masalah
Berdasarkan analisa, terdapat beberapa hal yang mungkin menjadi
penyebab terjadinya gangguan pada Pendistribusian Tenaga Listrik pada sisi
Teknis khususnya pada Gardu Distribusi dan menjadi Tujuan diadakannya
Pemeliharaan antara lain :
1. Pembebanan trafo distribusi yang tidak seimbang.
3. Tegangan ujung terlalu rendah atau drop tegangan.
5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja Praktek dilaksanakan pada tanggal 20 Juni s/d 20 Agustus di PT
PLN (PERSERO) WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian, Kabupaten Batang
Hari.
6. Metode Pengumpulan Data
Penulis mendapatkan data dan informasi sebagai bahan penyusunan
laporan ini melalui beberapa cara :
a. Pengamatan langsung ke lapangan terhadap bidang yang penulis geluti selama
kerja praktek ini.
b. Wawancara dan diskusi dengan pihak - pihak yang terkait dengan bidang yang
penulis geluti untuk mendapatkan data dan informasi.
c. Mengumpulkan referensi tentang Gardu Distribusi 20kVa
7. Sistematika Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, waktu dan tempat
pelaksanaan, batasan masalah, sistematika penyusunan laporan, sejarah berdiri
PT PLN (PERSERO) Ws2jb Area Jambi Rayon Muara Bulian, struktur
organisasi, peralatan utama di PT PLN (PERSERO) Ws2jb Area Jambi Rayon
BAB II PERBAIKAN DAN PEMELIAHARAAN GARDU DISTRIBUSI
Berisikan tentang teori-teori mengenai alat-alat yang ada pada gardu
distribusi.
BAB III PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari pembahasan penulis.
B. PROFIL PERUSAHAAN
1. Latar Belakang dan Sejarah PT PLN
Pada tahun 1942 sudah berdiri perusahaan swasta Belanda yang
mengelola kelistrikan di kota Palembang yaitu NV. Nederland Indischi Gas
Maatschapij yang disingkat NV. NIGEM yang memiliki pembangkit
tenaga listrik merk SULZER sebanyak 2 unit yang mulai dioperasikan pada
tahun 1927 dan mempunyai anak perusahaan di Tanjung Karang. Saat
Perang Dunia II, perusahaan listrik di kota Palembang dikuasai oleh Jepang
dan diberi nama Denky Kyoky. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang
menyerahkan Denky Kyoky kepada Belanda dengan nama NV. OGEM.
Pada tahun 1958 pemerintah RI menerbitkan UU No. 86 tentang
Nasionalisasi perusahaan milik Belanda termasuk NV. OGEM untuk
diambil alih pemerintah RI dan dipegang oleh Perusahaan Listrik dan Gas
Sumatera Selatan. Pengambilalihan ini diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 16 tahun 1959 yang kemudian di bawah naungan Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum dan Tenaga (PUT) No. Ment.I/U/24 tahun 1959, maka tenaga listrik
PUT menerbitkan Keputusan tentang Struktur Organisasi Perusahaan
Umum Listrik Negara Eksploitasi yang meliputi area kerja Sumatera
Selatan, Lampung, Bengkulu dan Riau. Kemudian sesuai Keputusan
Menteri PUT pada tahun 1965, maka diadakan perubahan daerah kerja
PLN Eksploitasi II meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Jambi dan
Bengkulu. Setelah itu pada tahun 1972 dikeluarkan PP No. 18/1972 yang
mengubah PLN Eksploitasi II menjadi PLN Eksploitasi IV dengan wilayah
kerja yang sama.
Nama PLN Eksploitasi IV inipun tidak bertahan lama dengan
diterbitkannya Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga No.
013/PRT/1975 yang mengubah PLN Eksploitasi IV menjadi PLN Wilayah
IV masih dengan area kerja yang sama dan Kantor Wilayah berkedudukan
di Palembang dimana terdiri dari Cabang Palembang, Cabang Tanjung
Karang, Cabang Bengkulu, Cabang Lahat, Cabang Jambi, Tanjung Pandan
dan Sektor Keramasan. Seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan
tenaga listrik bagi masyarakat, maka satuan kerja PLN Wilayah IV
berkembang menjadi Cabang Bangka, Sektor Bukit Asam, Unit Pengatur
Beban Sistem Sumsel dan Sektor Bandar Lampung.
Selanjutnya sesuai Keputusan Direksi PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero) No 079.K/023/DIR/1996 maka dibentuk PT PLN (Persero)
Pembangkitan dan Penyaluran Suamtera bagian Selatan. Dengan demikian
maka PLN Wilayah IV hanya membawahi 7 unit yaitu : Cabang
Palembang, Cabang Tanjung Karang, Cabang Jambi, Cabang
Bengkulu,Cabang Lahat, Cabang Tanjung Pandan dan Cabang Bangka.
Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.
114.K/010/2001, PLN Wilayah IV berubah menjadi Unit Bisnis Sumatera
waktu kemudian terjadi perubahan organisasi kembali sesuai Keputusan
Dir No. 089.K/010/DIR/2002 dimana Unit Bisnis diubah menjadi PT PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Selatan Jambi dan Bengkulu yang membawahi
4 unit yakni Cabang Palembang, Cabang Lahat, Cabang Jambi dan Cabang
Bengkulu.
Secara garis besar, sejarah perkembangan PLN berdasarkan
pembagian kurun waktu tertentu dan dibagi kedalam 7 periode, yaitu :
1. Periode sebelum tahun 1943
7. Periode 1994–s/d sekarang
1. Periode sebelum tahun 1943
Perusahaan kelistrikan di Indonesia di rintis oleh perusahaan –
perusahaan listrik swasta Belanda yaitu oleh pabrik-pabrik dan perusahaan.
Melihat kelistrikan untuk umum di nilai menguntungkan, maka muncullah
perusahaan-perusahaan listrik milik Belanda seperti :
a. NV ANIEM
b. NV GEBEO
c. NV OGEM
2. Periode 1943 – 1945
Pada waktu pendudukan Jepang perusahaan – perusahaan listrik
swasta tersebut diakui secara keseluruhan oleh Jepang dan di kelola
menurut situasi suatu kondisi daerah tertentu seperti perusahaan listrik
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra dan lain-lain.
3. Periode 1945 – 1950
Perusahaan Listrik dan Gas di rebut dari Jepang dan melalui
Ketetapan Presiden RI. No.1 / S.D / 1945 tanggal 27 Oktober 1945, di
bentuk Jawatan Listrik dan Gas yang berkedudukan di Yogyakarta.
Pada masa agresi Belanda I Perusahaan Listrik yang dibentuk dengan
Ketetapan Presiden di atas dikuasai kembali oleh pemiliknya semula.
Pada masa agresi Belanda II 19 Desember 1948 sebagian besar
kantor-kantor Jawatan Listrik dan Gas di rebut oleh pemerintah kolonial
Belanda, kecuali daerah Aceh. Tahun 1950 Jawatan Listrik dan Gas diubah
menjadi Jawatan Listrik dan Gas milik pemerintahan kolonial Belanda.
Sedangkan perusahaan listrik swasta di serahkan kembali kepada
pemiliknya semula sesuai hasil Konfrensi Meja Bundar (KMB).
4. Periode 1951 – 1966
Jawatan Tenaga membawahi perusahaan negara untuk
membangkitkan tenaga listrik (PENUPETEL) dan diperluaskan dengan
membawahi juga perusahaan negara untuk distribusi tenaga listrik
(PENUDITEL) pada tahun 1952.
Berdasarkan Keppres No. 163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang
nasionalisasi perusahaan listrik milik bangsa Belanda yaitu jika konsesi
perusahaannya telah berakhir. Maka beberapa perusahaan listrik milik
Kemudian pada tahun 1958 DPR dan Pemerintah RI menerbitkan
Undang-undang tentang nasionalisasi semua perusahaan Belanda.
Kemudian Peraturan Pemerintah RI No. 18 tentang Nasionalisasi
Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah tersebut Penguasa Perusahaan – Perusahaan Listrik dan Gas
(P3LG) menangani proses alih kepemilikannya.
Jawatan Tenaga diubah menjadi Perusahaan Listrik Negara melalui
Surat Keputusan Menteri PU dan tenaga No. P. 25 / 45 / 17 tanggal 23
September 1958, sedangkan P3LG dibubarkan pada tahun 1959 setelah
Dewan Direktur Perusahaan Listrik Negara (DDPLN) terbentuk.
Berdasarkan U.U No.19 tahun 1960 tentang perusahaan negara,
melalui Peraturan Pemerintah RI No. 67 tahun 1961 di bentuklah Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU PLN) yang mengelola
semua perusahaan listrik, gas dan kokkas berada didalam satu wadah
organisasi. Untuk mewujudkan UU dan Peraturan Pemerintah tersebut
Menteri PU dan Tenaga pada saat itu menerbitkan Surat Keputusan
Menteri PUT No. Ment. 16/1/20, tanggal 20 Mei 1961 yang memuat
arahan sebagai berikut :
a. BPU adalah suatu badan negara yang diserahi tugas menguasai dan
mengurus perusahaan – perusahaan listrik dan gas yang terbentuk badan
hukum.
b. Organisasi BPU PLN di pimpin oleh direksi.
c. Daerah dibentuk daerah eksploitasi yang terdiri atas :
1) 10 daerah eksploitasi listrik umum (Pembangkit dan Distribusi).
2) 2 daerah eksploitasi khusus distribusi listrik.
3) 1 daerah eksploitasi khusus pembangkit listrik.
d. Daerah eksploitasi khusus distribusi dibagi lebih lanjut menjadi
Cabang dan Ranting.
e. Daerah eksploitasi khusus pembangkitan dibagi lebih lanjut
menjadi sektor.
Tahun 1965 BPU PLN dibubarkan dengan peraturan pemerintah No.
19 dan dibentuk Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Gas
Negara (PGN).
Tahun 1966,BPU PLN pada masa Kabinet Ampera, PLN di
tempatkan dibawah Direktorat Jendral Tenaga Listrik (DITJEN) di dalam
lingkungan Departemen Perindustrian Dasar Ringan dan Tenaga
(DEPPDAGRI).
5. Periode 1967 – 1985
Dalam Kabinet Pembangunan I Dirjen Gatrik, PLN dan Lembaga
Masalah Ketenaga Kerjaan (LMK) dialihkan ke Departemen PUTL.
LMK ditetapkan dalam pengelolaan PLN melalui Peraturan Menteri
PUTL No. 6 / PRT / 1970.
Tahun 1972, PLN ditetapkan sebagai Perusahaan Umum melalui
Peraturan Pemerintah No. 18. pemerintah juga memberikan tugas-tugas
pemerintahan di bidang kelistrikan kepada PLN untuk mengatur, membina,
mengawasi pelaksanaan perencanaan umum bidang kelistrikan nasional,
disamping tugas-tugas sebagai perusahaan.
Mengingat kebijaksanaan energi dipandang perlu untuk ditetapkan
secara nasional, maka pada Kabinet Pembangunan II dibentuk Departemen
Pertambangan dan Energi kemudian PLN serta PGN berpindah lingkungan
ketenagaan selanjutnya ditangani oleh Direktorat Jendral Ketenagaan
(1981).
Dalam Kabinet Pembangunan IV Dirjen Ketenagaan diubah menjadi
Dirjen Listrik dan Energi Baru (LEB) perubahan nama ini memperjelas
tugas dan fungsinya yaitu :
a. Pembinaan Program Kelistrikan.
b. Pembinaan Pengusahaan Kelistrikan.
c. Pengembangan Energi Baru.
Terlihat bahwa tugas-tugas Pemerintahan yang semula dipikul oleh
PLN (secara bertahap dikembalikan ke Departemen), sehingga PLN dapat
lebih memusatkan fungsinya sebagai perusahaan.
6. Periode 1985 – 1993
Mengingat tenaga listrik sangat penting bagi peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara umum serta untuk
mendorong peningkatan kegiatan ekonomi secara khusus dan oleh karena
itu usaha penyediaan tenaga listrik, pemanfaatan, dan pengelolaannya perlu
ditingkatkan agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup merata
dengan mutu pelayanan yang baik kemudian dalam rangka peningkatan
pembangunan yang berkesinambungan di bidang ketenagalistrikan di
perlukan upaya untuk secara optimal memanfaatkan sumber-sumber energi
untuk membangkitkan tenaga listrik sehingga menyediakan tenaga listrik
terjamin tetapi untuk mencapai maksud tersebut, pemerintah Republik
Indonesia menganggap bahwa ketentuan dan perundang-undangan yang
ada sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menetapkan
Undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang ketenagalistrikan.
Kemudian sebagai pengejawatan Undang-undang tersebut
pemerintah menempatkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 10
tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
Berdasarkan Undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut di
tetapkan bahwa PLN merupakan salah satu pemegang kuasa
ketenagalistrikan, berhubung dengan itu maka agar didalam pelaksanaan
operasional sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan sesuai dengan
makna yang terkandung di dalam Undang-undang dan peraturan
pemerintah tersebut di atas, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 tahun 1990 tentang
Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara.
Peraturan ini merupakan dasar hukum pengelolaan perusahaan umum
listrik negara sebagai pemegang kuasa ketenagalistrikan.
7. Periode 1994 s/d sekarang
Mengingat listrik sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara umum, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 3 tahun 1994 tentang peralihan bentuk Perusahaan Listrik Negara
(PERUM) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) serta telah di tanda
tanganinya akta notaris Sujipto, SH No. 169 tanggal 30 Juli 1994 tentang
Pendirian Perusahaan Terbatas (PT) Perusahaan Milik Negara atau
disingkat PT. PLN (Persero) telah didirikan dengan modal Rp.
63.000.000.000.000,00 (Enam Puluh Tiga Triliun Rupiah) modal yang
ditempatkan dan disetor penuh Rp. 13.000.000.000.000,00 (Tiga Belas
Perusahaan Umum Listrik Negara yang ada pada saat pembubaran beralih
kepada PT. PLN (Persero).
Alamat kantor PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Selatan Jambi dan Bengkulu:
Jl. Kapten A. Rivai No. 37 Palembang 30129 Facebook : PT PLN (Persero) Wilayah S2JB
2. Visi dan Misi PT. PLN (Persero) Visi Perusahaan :
“Diakui sebagai unit distribusi terbaik dengan pelayanan kelas dunia sesuai prinsip efisien, andal dan berkualitas dilandasi potensi insani
Misi Perusahaan :
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang
saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kwlitas
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
MOTTO :
LISTRIK UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK ( ELECTRICITY FOR A BETTER LIFE )
3. Struktur Organisasi
PT.PLN WS2JB Rayon Muara Bulian Jambi memiliki beberapa
seksi/bagian yang dipimpin oleh supervisor yang bertanggung jawab
kepada PT.PLN serta masing-masing seksi/bagian memiliki beberapa tugas
dan tanggung jawab yang dikelola oleh beberapa pegawai. Setiap pegawai
memiliki tugas sesuai dengan bagian masing-masing.
Kerangka kerja yang terbentuk diatas dasar merupakan struktur
organisasi itu sendiri. Kerangka kerja di bawah ini bukanlah suatu hal yang
statis, kerangka ini ada pada saat menggambarkan siapa yang mengerjakan
dan merumuskan hubungan antara bagian-bagian berbeda dari organisasi
tersebut. Hal ini dapat terus berubah disekitar atau dibelakang struktur
formal yang ada terjadi pada semua jenis proses informal sehingga hal ini
dapat membuatnya bekerja.
Supervisor PT.PLN WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian
Analyst Kinerja Rayon Analyst Kinerja Rayon
AO. Operasi Distribusi JO. Operasi Distribusi AA. Pelayanan Pelanggan JA. Pelayanan Pelanggan AE. Pengendalian Susut & PJU JE. Pengendalian Susut & PJU
AT. Pemeliharaan Distribusi JT. Pemeliharaan Distribusi AO. Pengendalian Piutang JO. Pengendalian Piutang AT. Penyambungan Pemutusan JT. Penyambungan dan Pemutusan
AE. Pengendalian Konstruksi JE. Pengendalian Konstruksi AA. Akuntansi & Keuangan JA. Akuntansi & Keuangan AO. Pembacaan Mtr & P.Rekening JO. Pembacaan Mtr & P.Rekening
AO. Administrasi Teknik JO. Administrasi Teknik AO. Administrasi Umum & K3 JO. Administrasi Umum & K3 AT. Pemeliharaan APP JT. Pemeliharaan APP
TGL JAB TGL JAB TGL JAB
TGL JAB TGL JAB TGL JAB
GRADE GRADE GRADE
GRADE GRADE GRADE
NIP NIP NIP
NIP NIP NIP
TGL JAB TGL JAB TGL JAB
TGL JAB TGL JAB TGL JAB 01/03/2015
GRADE GRADE GRADE
GRADE GRADE GRADE SPE04-01
NIP NIP NIP
NIP NIP NIP 9015431ZY
ADISTYAN NOGI SETIAWAN
TGL JAB TGL JAB TGL JAB 01/01/2015
TGL JAB TGL JAB 01/12/2015 TGL JAB
GRADE GRADE GRADE BAS02-07
GRADE GRADE BAS4E-01 GRADE
NIP NIP NIP 8508011B
NIP NIP 9515031BY NIP
AGUNG PRASETIAWAN TIAR HARIS YUDISTIRA
TGL JAB TGL JAB TGL JAB 01/01/2015
TGL JAB TGL JAB 01/01/2015 TGL JAB 01/01/2016
GRADE GRADE GRADE BAS02-08
GRADE GRADE BAS4E-02 GRADE SPE04-01
NIP NIP NIP 8406026B
NIP NIP NIP 8916002ZY
RAMA ANDRIANSYAH SRI ANDAYANTI SULTAN PRAYUDA
TGL JAB 01/01/2015 TGL JAB 01/01/2015 TGL JAB 01/01/2015
GRADE BAS02-08 GRADE BAS03-04 GRADE SPE03-26
NIP 8306028B NIP 8710010B NIP 7194014W
SPV. TRANSAKSI ENERGI
RIVALDY PENTA SULASTANTO VICKY INDRA SAPUTRA NURHADI
TGL JAB TGL JAB
SPV. TEKNIK SPV PP & ADMINISTRASI
GRADE GRADE
GRADE SPE02-25 TGL JAB 01/01/2015
STRUKTUR ORGANISASI PT PLN (PERSERO) WS2JB AREA JAMBI
C. Perencanaan Kegiatan PLI di Perusahaan/Industri
Tahap–tahap Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri :
Pertama - tama penulis mengurus surat izin untuk melaksanakan PLI
kepada unit hubungan industri FT-UNP, kemudian menghubungi
koordinator PLI untuk menentukan dosen pembimbing selama
melaksanakan PLI. Kemudian penulis menghubungi pihak perusahaan dan
menyampaikan surat untuk melaksanakan PLI diperusahaan tersebut.
Setelah semuanya selesai dan disetujui kemudian penulis melaksanakan
PLI di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian. Adapun
pelaksanaan PLI di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian,
dilaksanakan selama 56 hari yang dimulai dari 20 Juni s/d 20 Agustus
2016. Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal kegiatan.
Rincian kegiatan tersebut adalah :
1. Hari pertama berupa perkenalan dengan staf dan pimpinan PT. PLN
(Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian.
2. Penetapan judul laporan.
3. Pengambilan data dilaksanakan selama dua minggu, yaitu
mengumpulkan semua informasi tentang topik yang diamati.
4. Konsultasi laporan.
5. Menyusun laporan.
Berkenaan dengan program studi Pendidikan Teknik Elektro maka
penulis mengambil judul “Pengoperasian Gardu Distribusi” di PT. PLN
D. Pelaksanaan Kegiatan PLI serta Hambatan yang di Temukan dan Penyelesaiannya.
1. Lokasi Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri.
Tempat mahasiswa melaksanakan PLI ditentukan oleh koordinator
Pengalaman Lapangan Industri atau dipilih oleh mahasiswa yang
bersangkutan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan atau industri mempunyai badan hukum yang sah serta
bergerak dalam bidang produksi dan jasa.
2. Perusahaan atau industri dalam melakukan kegiatan atau operasinya
memerlukan tenaga kerja atau ahli yang bisa memberikan bimbingan
kepada mahasiswa selama mengikuti PLI.
3. Melalui kegiatan atau operasi yang dilakukan perusahaan,
mahasiswa dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya di
FT-UNP.
Berdasarkan kriteria diatas, penulis mencoba menghubungi dan
mengajukan permohonan PLI pada PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon
Muara Bulian dan hasilnya diperkenankan untuk melaksanakan PLI
ditempat tersebut.
2. Pelaksanaan Beserta Hambatan Pada Saat Kegiatan PLI
Selama melaksanakan praktek lapangan Industri di PT. PLN
(Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian ada beberapa hambatan. Masalah–
lapangan industri di Gardu Distribusi Rayon Muara Bulian yaitu sebagai
berikut.
1. Dalam melakukan kegiatan survei ke lapangan, penulis merasa
kesulitan karena ini merupakan pengalaman pertama dalam
mengikuti kegiatan lapangan dan perjalanan yang dilalui jauh dan
sulit.
2. Dalam melakukan survei ke lapangan penulis tidak dapat melakukan
seluruh pekerjaan yang diminta oleh supervisor karena pekerjaan
tersebut sulit dan membutuhkan alat bantu beserta pengaman untuk
keselamatan kerja.
3. Kegiatan pemeliharaan dan perbaikan gardu distribusi di PT. PLN
(Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian dilakukan tidak secara
berkala sehingga penulis tidak dapat menyaksikan langsung
bagaimana proses dalam pemeliharaan tersebut.
Usaha yang ditempuh penulis dalam menyelesaikan masalah–
masalah yang dihadapi selama melaksanakan kegiatan pengalaman
lapangan industri yaitu penulis harus lebih banyak bertanya pada
supervisor dan kepada para operator yang lebih mengerti tentang sistem
pada gardu distribusi, sehingga pengetahuan yang tidak di dapat di kampus
menjadi bertambah dan lebih mudah dipahami. Khusus pemeliharaan
Gardu Distribusi yang kurang di pahami bagaimana prosesnya, penulis
harus rajin bertanya dan juga membaca buku-buku mengenai proses
pemeliharaan komponen_komponen yang ada pada gardu distribusi
tersebut. Selama mengikuti kegiatan di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon
kampus, sehingga dapat membantu dalam menyelesaikan Laporan
BAB II
PERBAIKAN DAN PEMELIAHARAAN GARDU DISTRIBUSI DI PT.PLN (Persero) WS2JB AREA JAMBI RAYON MUARA BULIAN
A. Aspek-Aspek Teoritis
Gardu distribusi adalah bangunan gardu transformator yang memasok
kebutuhan tenaga listrik bagi para pemanfaat baik dengan Tegangan Menengah
maupun Tegangan Menengah (Hendrianto Lisanuddin : Pedoman Sertifikasi Laik
Operasi Instalasi Distribusi Tenaga Listrik ).
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu system distribusi
yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau
membagikan/mendistribusikan tenaga lisrik pada beban/konsumen baik konsumen
tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah
(http://ezkhelenergy.blogspot.co.id/2013/10/gardu-distribusi.html).
Konstruksi Gardu distribusi Transformator Distribusi digunakan untuk
menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi tegangan tinggi menjadi
tegangan terpakai pada jaringan pada jaringan distribusi tegangan rendah (Step Down
Transformer) misalkan : Tegangan 20 kV menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt
Sedang Transformator yang digunakan untuk menaikan tegangan listrik (Step
Up Transformer). Hanya digunakan pada pusat pembangkit tenaga listrik agar tenaga
yang di distribusikan pada suatu jaringan panjang (Long Line) tidak mengalami
penurunan tegangan (voltage drop) yang berarti : tidak melebihi ketentuan Voltage
Drop yang diperkenankan 5% dari ketegangan semula. Adapun alur proses arus listrik
Gambar 1. Alur Proses dari Pembangkit ke Konsumen
Ada 2 jenis gardu distribusi yang pasang luar, yaitu:
Gardu Portal
Gambar 2. Gardu Portal
Gardu Portal merupakan salah satu dari Jenis Konrtuksi Gardu Tiang,
yaitu gardu distribusi tenaga listrik tipe terbuka ( Out-door ), dengan
peralatan pengaman, Fuse Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung
expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya
tegangan pada transformator akibat surja petir.
Gardu Cantol
Gambar 3. Gardu Cantol
Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang
adalah transformator dengan daya ≤ 100 kVA, dengan peralatan tiang,
pengaman, Fuse Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat
transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur Link type
expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya
tegangan pada transformator akibat surja petir.
Berikut adalah pembagian dari Gardu Distibusi :
1. JTM
Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu
kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama
adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan
kwalitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero
selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU
Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga
listrik dari pembangkit atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini
dikenal dengan feeder atau penyulang. Tegangan menengah yang digunakan
PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (VL-L).
Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM) : a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai
konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang
sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan
Tegangan Menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama
jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang
dengan isolator pada tiang besi/beton (PT. PLN (PERSERO) Edisi 1
Tahun 2010).
Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus
diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan
seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi penghantar
bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau
dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia (PT. PLN
(PERSERO) Edisi 1 Tahun 2010).
SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi.
Bagian utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross Arm dan
konduktor. Konduktor (kabel) yang digunakan adalah aluminium
Gambar 4. Saluran Udara Tegangan Menengah
b. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM)
Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yan aman dan andal
untuk mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi
relatif lebih mahal untuk penyaluran daya yang sama (PT. PLN
(PERSERO) Edisi 1 Tahun 2010)..
Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar
per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang
biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung adalah termurah
bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau bahkan tunneling
(terowongan beton).
Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini
ditanam langsung di tanah pada kedalaman tertentu dan diberi
pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar. Kabel tanah ini
memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan tegangan
tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM
maka kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya :
• Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang.
• Tidak merusak estetika (keindahan) kota.
c. Peralatan Kontruksi Untuk SKTM 1) Kabel
Jenis kabel tegangan menengah adalah :
1) Poly Vinil Chlorida (PVC)
Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah
sampai 12 KV.
2) Poly Ethylene (PE)
Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV.
Contoh : CPT dan VIC
3) X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)
Contoh : CVC5ZV, Jointing, Termination, Sepatu kabel
(Schoen cable), Instalasi Pembumian
d. Peralatan Konstruksi Untuk SUTM
a. Tiang Listrik
Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang
tunggal, kecuali untuk gardu tiang memakai tiang ganda.
Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan baik jalan raya
maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan
pemakaian sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi.
Tiang listrik biasanya berupa pipa makin ke atas makin kecil
diameternya, jadi tiang bawah mempunyai diameter besar. Tiang
besi berangsur-angsur diganti dengan tiang beton.
Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan
oleh faktor-faktor mekanis seperti momen, kecepatan angin,
kekuatan tanah, besar beban penghantar, kekuatan tiang dan
sebagainya. Jenis tiang listrik menurut kegunaanya :
· Tiang awal / akhir
· Tiang sudut
· Tiang Peregang / tiang tarik
· Tiang Topang
b. Cross Arm (Lengan Tiang)/ Travers
Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan
yang perlu dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari
besi. Cross Arm dipasang pada tiang. Pemasangan dapat dengan
memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan mur secara
langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator
dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih
dahulu untuk membuat lubang-lubang baut. Dalam bahasa
lapangannya pada pln yaitu bracket.
Gambar 5. Cross Arm
c. Isolator
1) Isolator Tumpu
Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari
tiang listrik atau Cross Arm (bracket). Jenis-jenis isolator
yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah isolator
Gambar 6. Isolator Tumpu
2) Isolator Tarik/Hang Tarik
Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir
dan isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga.
Isolator tarik/hang tarik juga berfungsi pengencang dan
penahan kabel.
2. LIGHTING ARRESTER (LA)
Arrester adalah pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang
disebabkan oleh sambaran petir dan switching (SPLN se.022/PTS/73), LA
juga digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap tegangan lebih surja
petir.
Menurut Hutauruk (1991: 101) arester atau penangkap petir, adalah
alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir.
Menurut Aditya (2010: 15) Arester berfungsi untuk melindungi peralatan
dari gangguan akibat sambaran petir. Arester berlaku sebagai jalan pintas
dari sistem petir. Arester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus
kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan. Jalan pintas itu harus sedemikian rupa sehingga tidak menganggu
aliran arus pada sistem. Pada kerja normal arester itu berlaku sebagai isolator
karena terbuat dari bahan silikon karbid dan bila timbul surja arester berlaku
sebagai konduktor, jadi melewatkan aliran arus yang tinggi langsung ke
tanah. kesimpulannya arester dapat memutuskan arus susulan tanpa
menimbulkan gangguan.
system pemasangan LA, Sebagai berikut :
a. LA dipasang antara SUTM dan Fuse Cut Out (FCO).
Apabila SUTM terkena gangguan surja petir, maka arus
gangguan akan diamankan LA dan selanjutnya disalurkan ketanah.
b. LA dipasang setelah Fuse Cut Out (FCO).
Apabila SUTM tersambar surja petir, maka arus gangguan akan
diamankan CO lebih dan arus sisa gangguan akan diamankan lebih
lanjut oleh LA
Alat pelindung terhadap gangguan surya ini berfungsi melindungi
sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan yang lebih dan
mengalirkannya ketanah. Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat
dapat melewatkan surja arus ketanah tanpa mengalami kerusakan. Ia berlaku
sebagai jalan pintas sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah
untuk dilalui arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang
tinggi pada peralatan. Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang
diakibatkan tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang
diakibatkan oleh tegangan lebih internalseperti surja hubung, selain itu
arester juga merupakan kunci dari koordinasi isolasi suatu sistem tenaga
listrik. Bila surja (surge) datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan
muatan listrik (discharge) serta mengurangi tegangan abnormal yang akan
mengenai peralatan gardu induk.
Prinsip kerja dari Arrester atau Lighting Arrester (LA) :
Sela api (spark garp )
Grounding/Penyambung kabel untuk ke pentanahan.(Tahanan kran)
Gambar 8. Lighting Arrester
Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui
oleh petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan. Pada kondisi normal arrester berlaku sebagai isolator
berfungsi melewatkan aliran arus arus yang tinggi ke tanah. Setelah
Surja itu hilang arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator.
Pada pokoknya arrester ini terdiri dari dua unsur, yaitu :
1) Sela api (spark gap)
2) Tahanan kran (valve resistor)
Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari
tegangan percikan ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan
oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Seringkali masalah ini
dapat dipecahkan hanya dengan menerapkan cara-cara khusus
pengaturan tegangan (voltage control) oleh karena itu sebenarnya
arrester terdiri dari tiga unsur diantaranya, yaitu :
1) Sela api (spark gap)
2) Tahanan kran (valve resistor)
3) Tahanan katup dan sistem pengaturan atau pembagian
tegangan (grading sistem).
Gambar 9. Penempatan pengaman arester pada gardu
3. Fuse cut Out (FCO)
merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada
jaringan distribusi yang bekerja denga cara meleburkan bagian dari
komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan
dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO merupakan peralatan proteksi
yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih (over load current) . Alat
ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila
dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya. Prinsip kerjanya adalah
ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus, dan tabung
ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak
ada arus yang mengalir ke sistem.
(http://dunialistrikelektron.blogspot.co.id/2015/04/prinsip-kerja-fuse-cut-out-fco.html).
FCO ini berfungsi sebagai alat pelindung Trafo dari Arus hubungan
Singkat dan sebagai alat untuk membebeskan sumber tegangan jika
dilakukan pemeliharaan. Proteksi pada FCO ini dipasang dalam bentuk Fuse
Link yang dapat disesuaikan dengan Arus Nominal Trafo distribusi yang
terpasang.
Prinsip Kerja Fuse Cut Out (FCO) :
Pada sistem distribusi fuse cut out yang digunakan mempunyai prinsip
kerja melebur, apabila dilewati oleh arus yang melebihi batas arus
nominalnya. Biasanya Fuse Cut Out dipasang setelah PTS maupun LBS
untuk memproteksi feeder dari gangguan hubung singkat dan dipasang seri
dengan jaringan yang dilindunginya, Fuse Cut Out juga sering ditemukan
pada setiap transformator.
Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian yang terlemah di dalam
jaringan distribusi. Karena fuse cut out boleh dikatakan hanya berupa sehelai
kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus
maksimum yang diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan
kawat yang digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer
yang rendah dan harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi.
Faktor lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan tersebut.
Keterangan :
1. Isolator Porselin
2. Kontak Tembaga (disepuh perak)
3. Alat Pemadam/Pemutus Busur
4. Tutup Yang Dapat dilepas (dari kuningan)
5. Mata kait (dari brons) 6. Tabung pelebur (dari resin)
7. Penggantung (dari kuningan)
8. Klem pemegang (dari baja)
9. Klem terminal (dari kuningan)
4. Transformator
Menurut Sumanto (1999: 1),transformator adalah suatu alat untuk
memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian
lainnya secara induksi elektro magnetik. Menurut Zuhal (2000: 43)
mengatakan trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian
listrik lain, melalui suatu hubungan magnet dan berdasarkan prinsip
induksi-elektromagnet.
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan
atau menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator adalah suatu
alat listrik yang dapat mengubah dan menyalurkan energy listrik dari satu
atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
Transformator terdiri atas pasangan kumparan primer dan sekunder
yang terpisah dan dililitkan pada inti besi lunak yang terbuat dari plat besi
yang disusun berlapis-lapis. Prinsip dasar transformator adalah berdasarkan
percobaan yang dilakukan pertama kali oleh Faraday. Perhatikan skema
Gambar 12: Skema Rangkaian Percobaan Faraday
Pada Gambar di atas, diamati bahwa rangkaian primer terdiri atas
kumparan primer yang dililitkan di sebelah kiri inti besi dan dihubungkan
dengan sebuah aki. Rangkaian sekunder terdiri atas kumparan sekunder yang
dililitkan di sebelah kanan inti besi dan dihubungkan dengan sebuah
galvanometer.
Pada saat arus mengalir melalui kumparan primer, arus listrik yang
mengalir pada kumparan primer berubah dari nol ke nilai tetapnya. Arus
listrik tersebut menghasilkan garis-garis gaya magnetik. Sesuai dengan
kaidah tangan kanan, arus listrik ini akan menghasilkan garis-garis gaya
magnetik yang memotong kumparan sekunder.
Karena arus listrik dalam rangkaian primer selalu berubah-ubah dari
nol ke nilai tetapnya, garis-garis gaya magnetik yang memotong kumparan
sekunder pun berubah-ubah dari nol ke nilai tetapnya. Perubahan garis gaya
magnetik yang memotong kumparan sekunder akan membangkitkan ggl
induksi pada ujung-ujung kumparan sekunder. Dengan adanya arus listrik
induksi yang mengalir melalui galvanometer, jarum galvanometer akan
menyimpang, misalnya ke kanan.
Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan
misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak
jauh.
Gambar 13. Transformator Gambar 14. Bagian Transformator
Transformator juga memiliki bagian bagian yaitu :
1) Bushing Primer
2) Bushing Sekunder
3) Tap Changer
4) Name Plate
5) Kran Minyak Trafo
Gambar 15. Name Plate Trafo
Inti Besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi,magnetik
yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari
1 1
3
lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi
panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current.
a. Kumparan Transformator
Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat
berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau gulungan.
Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan
sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap
antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan
lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan
dan arus.
b. Minyak Transformator
Minyak transformator merupakan salah satu bahan isolasi
cair yang dipergunakan sebagai isolasi dan pendingin pada
transformator. Sebagai bagian dari bahan isolasi, minyak harus
memiliki kemampuan untuk menahan tegangan tembus,
sedangkan sebagai pendingin minyak transformator harus
mampu meredam panas yang ditimbulkan, sehingga dengan
kedua kemampuan ini maka minyak diharapkan akan mampu
melindungi transformator dari gangguan.
c. Bushing
Hubungan antara kumparan transformator dengan jaringan
luar melalui sebuah bushing yaitu sebuah konduktor yang
diselubungi oleh isolator. Bushing sekaligus berfungsi sebagai
penyekat/isolator antara konduktor tersebut dengan tangki
transformator. Pada bushing dilengkapi fasilitas untuk pengujian
d. Tap Changer
Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder yang
lebih baik (diinginkan) dari tegangan jaringan / primer yang
berubah-ubah.Kualitas operasi tenaga listrik jika tegangan
nominalnya sesuai ketentuan, tapi pada saat operasi dapat saja
terjadi penurunan tegangan sehingga kualitasnya menurun, untuk
itu perlu alat pengatur tegangan agar tegangan selalu pada
kondisi terbaik, konstan dan berkelanjutan.
Untuk itu trafo dirancang sedemikian rupa sehingga
perubahan tegangan pada sisi masuk/input tidak mengakibatkan
perubahan tegangan pada sisi keluar/output, dengan kata lain
tegangan di sisi keluar/output-nya tetap. Alat ini disebut sebagai
sadapan pengatur tegangan tanpa terjadi pemutusan beban, biasa
disebut On Load Tap Changer (OLTC). Pada umumnya OLTC
tersambung pada sisi primer dan jumlahnya tergantung pada
perancangan dan perubahan sistem tegangan pada jaringan.
Ada dua cara kerja tap changer:
1) Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban. Tap
changer yang hanya bisa beroperasi untuk memindahkan
tap transformator dalam keadaan transformator tidak
berbeban , disebut “Off Load Tap Changer” dan hanya
dapat di operasikan manual.
2) Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban.Tap changer
yang dapat beroperasi untuk memindahkan tap
transformator, dalam keadaan transformator berbeban,
disebut “On Load Tap Changer (OLTC)” dan dapat
Transformator yang terpasang di gardu induk pada umum nya
menggunakan tap changer yang dapat di operasikan dalam keadaan
trafo berbeban dan dipasang di sisi primer.Sedangkan transformator
penaik tegangan di pembangkit atau pada trafo kapasitas kecil, umum
nya menggunakan tap changer yang di operasikan hanya pada saat
trafo tenaga tanpa beban. OLTC terdiri dari :
a) Selector Switch b) Diverter Switch c) Transisi Resistor
Untuk mengisolasi dari bodi trafo (tanah) dan meredam panas
pada saat proses perpindahan tap, maka OLTC direndam di
dalamminyakisolasi yang biasa nya terpisah dengan minyak isolasi
utama trafo.
Proses kerja dari trafo adalah Tegangan yang masuk dari TM
(tegangan menengah) masuk ke bushing primer yang ada pada trafo,
lau di salurkan ke kumparan yang ada padatrafo dan di teruskan ke
bushing sekunder trafo, dan berlanjut ke PHB-TR.
5. Panel PHB-TR
PHB TR adalah kependekan dari Perangkat Hubung Bagi Tegangan
Rendah, atau istilah lainnya papan bagi. Fungsinya untuk membagi tegangan
rendah ke saluran rumah tangga, istilah mudahnya PHB TR adalah terminal
pembagi dari trafo pada gardu listrik ke jaringan rumah tangga.
Fungsi PHB untuk :
a. Mengendalikan sirkuit dilakukan oleh saklar utama
b. Melindungi sirkuit dilakukan oleh fase/pelebur
Menurut kebutuhannya PHB dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a. PHB Utama ialah PHB yang menerima aliran tenaga listrik dari
sumber melalui saklar utama konsumen dan membagikan tenaga listrik
tersebut ke seluruh alat pemakai pada instalasi konsumen.
b. PHB Sub Instalasi atau PHB Cabang ialah PHB dari suatu instalasi
untuk mensuplai tenaga listrik kepada satu konsumen dan instalasi
tersebut merupakan bagian dari instalasi yang mensuplai konsumen
tunggal atau lebih.
Menurut tegangan sumbernya, PHB dibedakan menjadi sesuai dengan
tingkat tegangan sistemnya yaitu : PHB tegangan rendah (TR), PHB
tegangan menengah (TM) dan PHB tegangan tinggi (TT).
a. PHB TR yaitu PHB yang banyak dipasang pada instalasi baik milik
PLN maupun milik pelanggan, PHB yang terpasang milik pelanggan,
PHB yang terpasang milik PLN biasanya ditempatkan gardu induk
distribusi sisi sekunder trafo distribusi sedangkan PHB yang di
pelanggan biasanya terpasang pada dinding atau ruangan tertentu
setelah APP ditempat pelanggan tersebut.
b. PHB TM ialah PHB yang terdapat pada pembangkit atau GI sisi TM
berbentuk lemari panel (kubikel) tertutup terbuat dari bahan besi atau
berbentuk gardu sel terbuka yang dilengkapi peralatan ukur dan
pengaman (proteksi).
c. PHB TT adalah PHB yang menggunakan peralatan-peralatan dengan
kapasitas yang besar dan mempunyai resiko bahaya yang tinggi pula
sehingga pemasangan PHB TT ini biasanya ditempat khusus dan
terbuka (switch yard) yang dilengkapi rambu-rambu, pagar dan
Menurut tipenya PHB di kelompokkan menjadi 2 tipe yaitu tipe
tertutup dan tipe terbuka.
d. PHB dengan tipe tertutup yaitu apabila seluruh komponen PHB berada
disuatu tempat yang tertutup oleh selungkup/pelindung mekanis
maupun pelindung elektris.
e. PHB tipe terbuka yaitu PHB yang semua peralatan atau komponennya
berada diluar dan tampak secara kasar mata dan dilengkapi dengan
pagar maupun peralatan isolasi huna melindungi dari bahaya mekanis
dan elektrisnya.
Gambar 16. Komponen Utama PHB-TR
Komponen Utama
1) Saklar Utama.
2) Rel Tembaga atau Rel Jurusan
3) NH-Fuse jurusan.
4) Kabel Naik atau Kabel Jurusan ( bisa berupa NYY atau NYFGBY )
5) Kabel Turun ( Kabel penghubung dari Trafo ke PHB-TR ) dengan
ukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan Trafo Distribusi yang
terpasang.
Komponen Lain PHB-TR
1) Kerangka / Rak TR
2) Isolator penumpu Rel/Tempat Kedudukan NH Fuse (Hoolder)
3) Sirkuit Pengukuran
4) Alat ukur Ampere & Volt meter
5) Sistem Pembumian
6) Lampu Kontrol / Indikator
6. NH Fuse
Gambar 17. NH Fuse
NH Fuse umumnya dipasang pada PHB trafo listrik yang berfungsi
sebagai pemutus atau pengaman terhadap arus lebih. Cara menghitung
berapa Ampere NH Fuse yang harus dipasang adalah sebagai berikut:
I= P/Vx1.73
P = Daya (VA)
V = Tegangan (Volt) = 400 volt tegangan TR ( tergantung pada banyaknya
pelanggan)
Contohnya: jika trafo yang terpasang 100 KVA = 100.000 VA, maka
NH Fuse yang terpasang adalah:
I = 100.000/400x1.73
I = 144.5 A
B. Proses Pelaksanaan Perbaikan dan Pemeliharaan 1. Kerusakan
a. Pembebanan Trafo Distribusi yang tidak Seimbang
Ketidakseimbangan beban pada gardu distribusi disebabkan
karena pembebanan yang tidak memperhatikan kondisi beban tiap
fasa. Hal tersebut berdampak cukup besar terhadap kondisi
pembebanan trafo.
Permasalahan ini muncul disebabkan oleh proses
penyambungan pelanggan baru yang belum terorganisir dengan baik
yaitu tanpa melihat data beban jaringan sehingga yang terjadi adalah
kondisi dimana salah satu fasa yang dibebankan jauh melebihi fasa
yang lain, kemudian akan menyebabkan beban tidak
b. Kondisi peralatan PHB-TR yang rusak.
Gambar 18. Kondisi PHB TR yang tidak terawat
Kondisi peralatan PHB-TR yang rusak (Gambar 1.1.) dapat
menimbulkan gangguan pada penyaluran Tenaga Listrik khususnya
pada Gardu Distribusi seperti :
1) Pengepresan pada sepatu kabel kurang kencang, sehingga
menyebabkan lost kontak.
2) Pengencangan baut antara sepatu kabel dan Holder NH pada
PHB-TR tidak kuat/kendur. Sehingga dapat menimbulkan panas
bahkan terbakar.
3) Kurangnya pelumasan (Vaseline) pada sisi Holder NH, sehingga
dapat menimbulkan panas dn karat.
4) Pemasangan Rating NH fuse yang tidak sesuai
Permasalahan tersebut yang sering terjadi disetiap unit
sehingga sering terjadi gangguan pada sisi PHB-TR gardu.
Pemasangan NH fuse yang tidak sesuai dengan kapasitas trafo juga
berpotensi menyebabkan gangguan trafo jika terjadi kelebihan beban
c. Tegangan Ujung Terlalu Rendah atau Drop tegangan.
Rendahnya nilai tegangan ujung disebabkan karena beberapa
hal yaitu:
1) Jaringan tegangan rendah yang terlalu panjang
Jaringan yang terlalu panjang ini dapat menyebabkan drop
tegangan pada ujung jaringan.
2) Ukuran penghantar yang tidak sesuai dengan besarnya beban pada
jaringan
Masih banyaknya JTR yang menggunakan kawat penghantar yang
tidak standar yang memiliki pembebanan tinggi.
3) Penyambungan Saluran Rumah yang melebihi ketentuan
Berdasarkan ketentuan yang berlaku, penyambungan Sambungan
Rumah (SR) dari tiang tidak boleh lebih dari 5 tarikan dan jarak
antara rumah maksimal 30 meter. Jika penyambungan Sambungan
Rumah (SR) melebihi dari ketentuan tersebut maka tegangan pada
sisi konsumen menjadi drop.
d. Pecahnya Isolator Tumpu dan Hang Tarik
Pecahnya isolator tumpu dan hang tarik dapat menyebabkan
renggangnya kawat atau kabel pada jaringan tegangan menengah dan
dapat membahayakan konsumen dan petugas yang sedang melakukan
pemeliharaan jika kabel atau kawat pada jaringan tegangan menengah
2. Proses Perbaikan dan Pemeliharaan a. Pelaksanaan Pekerjaan
Berdasarkan permasalahan yang kami hadapi di PT PLN (Persero)
Rayon Muara Bulian ,maka kami memutuskan untuk melakukan
tindakan sebagai berikut :
1) Penyeimbangan Beban Trafo
Pemasangan pelanggan baru yang tidak memperhatikan
beban antar fasa membuat pembebanan trafo tidak seimbang.
kurangnya pemantuan beban trafo membuat sebagian trafo
menjadi overload, maka dari itu dilakukanlah penyeimbangan
beban trafo. Untuk itu dilakukan pendataan awal sebelumnya,
dilakukan pengukuran beban pada malam hari, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 19.
Gambar 19. Pengukuran beban gardu distribusi pada malam hari
Menggunakan metode penyeimbangan beban pada trafo
distribusi yaitu dengan melakukan penyeimbangan beban pada
Gambar 20. Penyeimbangan beban pada JTR
2) Pemeliharaan PHB-TR
Ditemukan banyaknya material yang digunakan tidak sesuai
standart, juga pemasangan peralatan yang kurang baik serta factor
usia dari peralatan, untuk itu PHB-TR dibersihkan guna
meningkatkan kinerja PHB-TR. PHB-TR yang telah dibersihkan
akan terlihat lebih rapi dan mempermudah pemeliharaan.