ANALISIS VARIBEL YANG MEMPENGARUHI TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI ASIA TENGGARA
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh:
IQBAL BAGUS PRAKOSO
2014310016
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA
2018
1 ANALISIS VARIBEL YANG MEMPENGARUHI TAX AVOIDANCE PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN DI ASIA TENGGARA
Iqbal Bagus Prakoso STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected] Jl. Wonorejo Timur No.16, Wonorejo, Rungkut, Surabaya
ABSTRACT
Taxes are one of the largest revenues the state has and it is a compulsory duty for both citizens and companies to pay to the state. The collected funds are used by the state to build state infrastructure. However, not all individuals or companies are willing to pay the dues voluntarily. This creates an avoidance of tax dues called tax avoidance. There are many factors that may affect tax avoidance practices such as institutional ownership, gender board of directors, audit committee and firm size. This study aims to determine the effect of institutional ownership, gender board of directors, audit committee and firm size to tax avoidance practice with current effective tax rate approach and using SPSS test tool version 22. Total sample used amounted to 568 with criteria banking company in Southeast Asia registered in Orbis, publishes english financial statements, gains profit and pays taxes in the year of research. Based on the research result, it is found that institutional ownership has a significant effect on tax avoidance. Likewise audit committee and firm size also have a significant effect on tax avoidance. However, the gender of the board of directors has no significant effect on tax avoidance.
Keywords: Institutional ownership, gender board of directors, audit committee and firm size
PENDAHULUAN
Pemerintah membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya untuk meningkatkan pembangunan dan perkembangan seluruh pelosok di Indonesia. Dana yang dibutuhkan juga semakin meningkat sebanding dengan jumlah kenaikan dan pengembangan pembangunan tersebut. Pajak merupakan salah satu sumber dana terbesar yang dimiliki oleh pemerintah dengan menyumbang sekitar 70% dari seluruh
pendapatan (Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, 2012). Sektor pajak menjadi sumber dana dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan umum dan pembangunan nasional.
2 swasta terbesar di Indonesia tengah sibuk
berurusan dengan KPK, pasalnya pada Senin 21 April 2014, KPK menetapkan Hadi Poernomo (DirJen Pajak) sebagai tersangka dalam kasus Non Performance Loan (NPL) pihak BCA bernilai Rp 5,7 triliun yang menyebabkan kerugian negara senilai Rp 375 Miliar (Sutaya, 2014).
Hal lainnya seperti yang terjadi pada perusahaan Toyota di Thailand pada tahun 2015. Toyota Thailand sedang terkena masalah yang cukup pelik berkaitan dengan mobil hybrid Toyota Prius. National Anti-Corruption Network (NACN) Thailand meminta menteri keuangan Thailand untuk memeriksa apakah Toyota Motor Thailand telah melakukan manipulasi pajak. Jika temuan ini terbukti benar, maka Toyota Thailand wajib bertanggung jawab atas pajak penjualan domestik sebesar 30 miliar baht, atau sekitar 11,9 triliun rupiah (Satrio, 2015).
Pada kasus tersebut dapat menjelaskan bagaimana usaha sebuah perusahaan untuk menghindari pajak dengan berbagai cara baik legal (tax avoidance) maupun non legal (tax evasion). Tax avoidance yang dilakukan secara legal dapat dilakukan dengan memanfaatkan loop holes dari sistem hukum perpajakan di Indonesia maupun di Asia. Menurut Mardiasmo (2003) tax avoidance adalah upaya, usaha perusahaan (badan ataupun orang pribadi) untuk meringankan beban pajak yang terhutang dengan tidak melanggar Undang-Undang Perpajakan yang ada. Pendapat lain mengenai tax avoidance adalah suatu usaha penngurangan (beban pajak) secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan tertentu (loopholes) di bidang perpajakan secara
optimal, yaitu diantarannya pengecualian dan pemotongan yang diperkenankan maupun manfaat hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku (Suandy, 2011)
Menurut Arifin (2016) dewan direksi merupakan salah satu komponen dalam tata kelola perusahaan (corporate governance) yang terdiri dari beberapa anggota untuk menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam perusahaan. Semakin banyak dewan direksi akan memberikan suatu bentuk manajemen yang baik bagi perusahaan. Termasuk salah satunya dalam kebijakan untuk efisiensi pajak yang menjadi alternative manajemen untuk menekan beban pajak sehingga diharapkan mampu meningkatkan laba perusahaan.
Peran wanita semakin nyata dalam perusahaan, terutama kemampuan untuk menjadi pemimpin perusahaan (Ferreira, 2009). Hal ini cenderung semakin nampak ketika dewan direksi berada di bawah tekanan untuk memiliki direktur wanita dalam anggota dewan direksi (Ferreira, 2009), sehingga pengaruh gender dalam dewan direksi akan berdampak pada keputusan yang diambil, dalam hal ini adalah tax avoidance. Gender dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Artinya, diversitas gender dewan direksi meningkatkan aktifitas tax avoidance suatu perusahaan (Amri, 2017).
3 perusahaan berpengaruh signifikan pada
tax avoidance. Sedangkan menurut Mella Virgi Amelia, Dudi Pratomo dan Kurnia (2017) dalam penelitan tersebut menunjukan bahwa variable ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Menurut Ngadiman dan Puspitasari (2014), kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, intitusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dan dana perwalian serta institusi lainnya. Institusi-institusi tersebut memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan atas kinerja manajemen. Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
Menurut Ikatan Komite Audit Indonesia (2004), tugas pokok dari komite audit adalah membantu dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan kinerja perusahaan, Hal tersebut berkaitan dengan review sistem pengendalian intern perusahaan, memastikan kualitas laporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit.
KERANGKA TEORITIS DAN
HIPOTESIS
Teori Agensi
Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu
investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer.
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
4 dengan para manajer yang mengelola
perusahaan.
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pajak merupakan iuran wajib kepada negara bagi masyarkat yang memiliki penghasilan sesuai dipersyaratkan oleh negara. Definisi pajak sendiri telah di jelaskan pada Undang Undang tentang Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP, 2013) bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU KUP, 2013).
Seperti penjelasan dari pasal tersebut yang menyatakan bahwa iuran pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung, membuat pelaku bisnis menganggap bahwa pajak sebagai beban. Semakin besar beban pajak maka semakin kecil laba bersih yang didapat oleh perusahaan, sehingga menjadi hal yang wajar apabila perusahaan (badan) dan orang pribadi (pengusaha atau pekerjaan bebas) berusaha untuk menghindari pajak dengan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Namun tidak sedikit juga ada perusahaan atau orang pribadi yang melakukan penggelapan pajak (tax evasion) dengan melanggar peratutan perundang-undangan perpajakan.
Sumarsan (2013 : 16) mendefinisikan penghindaran pajak merupakan tindakan Wajib Pajak yang tidak secara jelas melanggar undang-undang, sekalipun kadang-kadang dengan
jelas menafsirkan undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pembuat undang-undang. Sumarsan menjelaskan pada bukunya Tax Review dan Startegi Perencanaan Pajak bahwa penghindaran pajak dapat dilakukan dan dipengaruhi melalui dua cara, yaitu sebagai berikut :
1. Menahan diri 2. Lokasi Terpencil
3. Adanya celah yang dapat dimanfaatkan
Kepemilikn Institusional
5 Gender Dewan Direksi
Teori Organisasi Gender (Theory of Gendered Organizations) menjelaskan diversitas gender dalam organisasi. Menurut Acker (1990) organisasi adalah sebuah proses gender (gendered process). Terbentuknya organisasi ialah melalui tahapan-tahapan gender, yaitu melalui pola perbedaan antara maskulin dan feminim. Proses gender terjadi melalui setidaknya lima proses interaksi: (1) Pembagian konstruksi sepanjang garis gender, (2) Pembangunan simbol dan gambar yang menjelaskan, mengungkapkan, memperkuat, atau terkadang menentang divisi (pembagian gender), (3) Proses yang menghasilkan struktur sosial gender, termasuk organisasi, merupakan interaksi antara wanita dan pria, wanita dan wanita, pria dan pria, termasuk seluruh pola yang menetapkan dominansi (kekuasaan) dan kepatuhan. (4) Proses ini menghasilkan komponen identitas gender individu, mencakup kesadaran akan keberadaan tiga aspek lain gender; dalam organisasi, pilihan pekerjaan yang sesuai, penggunaan bahasa, pakaian, dan penyajian diri sebagai anggota gender dari sebuah organisasi. (5) Kelima, gender terlibat dalam hal mendasar, proses berkelanjutan dari penciptaan dan konseptualisasi struktur sosial. Gender merupakan elemen konstitutif dalam keluarga dan kekerabatan, hal ini membantu untuk membingkai hubungan yang mendasari struktur lain, termasuk organisasi yang kompleks.
Gender dapat meningkatkan keberagaman karakteristik eksekutif sehingga diharapkan dapat memberikan alternatif penyelesaian terhadap suatu masalah yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tax avoidance. Hal ini
dapat dijelaskan dengan teori atribusi yang menyatakan bahwa setiap tindakan individu dalam eksekutif dipengaruhi sifat, karakter dan motivasi sehingga dapat menjelaskan suatu keputusan tindakan tersebut. Direktur utama wanita dapat memberikan perubahan dalam organisasi, dari struktur yang ketat melalui gaya kepemimpinannya yang luwes, kepercayaan, kerja tim, maupun kontrol. Wanita cenderung mendengarkan, memotivasi dan memberikan dukungan dan melakukan dengan lebih baik daripada pria.
Komite Audit
Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab mengawasi audit eksternal dan merupakan kontak utama antara auditor dengan perusahaan (Jati, 2014). Dewan komisaris wajib membentuk komite audit yang beranggotakan sekurang-kurangnya tiga orang anggota diangkat serta diberhentikan serta bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Komite audit yang beranggotakan sedikit, cenderung dapat bertindak lebih efisien, namun juga memiliki kelemahan, yakni minimnya pengalaman anggota, sehingga anggota komite audit seharusnya memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan pengawas prinsip-prinsip pengawasan internal. Kualifikasi terpenting dari anggota komite audit adalah pada common sense, kecerdasan dan suatu pandangan yang independen (Pohan, 2008).
6 efektif memungkinkan pengendalian pada
perusahaan dan laporan keuangan yang lebih baik serta mendukung good corporate governance. Komite audit dalam suatu perushaan dapat meminimalkan kecurangan dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Perusahaan yang memiliki komite audit memungkinkan adanya pengendalian laporan keuangan yang efektif dan dapat mendukung adanya corporate governance dalam suatu perusahaan.
Ukuran Perusahaan
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva. Total asset dan jumlah penjualan menjadi alat pengukur ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dibagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2008);
1. Perusahaan Mikro 2. Perusahaan Kecil 3. Perusahaan Menengah 4. Perusahaan Besar
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari nilai ekuitas, nilai penjualan, jumlah karyawan dan nilai total aktiva, dan lainnya
Hubungan Antar Variabel
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance
Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terutama dalam pelaksanaan tax avoidance. Semakin tinggi kepemilikan institusional diharapkan nilai Current Effective Tax Rate (CuETR) semakin tinggi pula. Jika nilai CuETR tinggi maka perusahaan tersebut semakin patuh dan tidak melakukan penghindaran pajak. Penjelasan tersebut didukung dengan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Fadila (2017) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Hipotesis 1: Kepemlikian Institusional berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance
Pengaruh Gender Dewan Direksi Terhadap Tax Avoidance
7 perusahaan, maka dimungkinkan
perusahaan tersebut lebih patuh terhadap peraturan daripada perusahaan yang tidak memiliki wanita dalam jajaran eksekutifnya. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 2: Gender Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance
Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Komite audit sesuai fungsinya membantu dewan komisaris dalam melakukan pengawasan serta memberikan rekomendasi kepada manajemen dan dewan komisaris terhadap pengendalian yang telah berjalan sehingga dapat mencegah asimetri informasi. Semakin ketatnya pengawasan yang dilakukan pada suatu manajemen perusahaan maka akan menghasilkan suatu informasi yang berkualitas dan kinerja yang efektif (Zulaikha, 2013). Berdasarkan hal tersebut, komite audit dengan wewenang yang dimilikinya akan dapat mencegah segala perilaku atau tindakan yang menyimpang terkait dengan laporan keuangan perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional diharapkan nilai CuETR semakin tinggi pula. Jika nilai CuETR tinggi maka perusahaan tersebut semakin patuh dan tidak melakukan penghindaran
pajak. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 3: Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance
8 Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Klasifikasi Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling. Adapun beberapa kriteria sampel penelitian, antara lain : 1. Perusahaan yang termasuk dalam jenis
perusahaan perbankan yang terdaftar di Orbis pada periode 2012-2016 2. Perusahaan yang memiliki data
keuangan lengkap dan laporan tahunan lengkap (annual report) terkait dengan variabel yang dibutuhkan
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian agar tidak mengakibatkan nilai Current Effective Tax Rate (CuETR) terdistorsi.
4. Perusahaan yang benar-benar membayar pajak pada tahun penelitian. Tidak termasuk kompensasi kerugian, manfaat pajak
dan hal lain yang menambah manfaat atas pajak yang ditanggung.
5. Melaporkan data keuangan dan laporan tahunan lengkap (annual report) menggunakan bahasa internasional yaitu bahasa Inggris
Dari total perusahaan perbankan yang terdaftar di Orbis terdapat 568 perusahaan yang menjadi sampel penelitian sesuai dengan kriteria pemilihan sampel
Data Penenlitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang bersumber dari pihak ketiga. Data sekunder yang digunakan yaitu berupa laporan tahunan perusahaan perbankan yang memiliki variabel terkait penelitian periode 2012-2016. Data sekunder tersebut dapat diperoleh melalui website resmi Orbis (www.orbis.com).
9 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian saat ini meliputi variable dependen yaitu tax avoidance dan variable independen yang terdiri dari kepemilikan institusional, gender dewan direksi, komite audit dan ukuran perusahaan.
Definisi Operasional Variabel Tax Avoidance
Dalam penelitian saat ini untuk variable Penghindaran pajak peneliti menerapkan Current ETR adalah jumlah pajak penghasilan badan yang dibayarkan perusahaan pada tahun berjalan. Fungsi dari Current ETR adalah mengakomodasikan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan sehingga dapat mengukur tax avoidance dalam jangka pendek.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional ditunjukkan dengan persentase kepemilikan institusional di dalam perusahaan. Semakin tinggi prosentase kepemilikan institusional dalam perusahaan, maka institusi dapat menjadi alat monitoring yang efektif sehingga akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Siregar dan Utama (2005) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh institusi atau lembaga, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Pengukuran kepemilikan institusional dapat dihitung menggunakan :
Gender Dewan Direksi
Gender dapat meningkatkan keberagaman karakteristik eksekutif sehingga diharapkan dapat memberikan alternatif penyelesaian terhadap suatu masalah yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tax avoidance. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori atribusi yang menyatakan bahwa setiap tindakan individu dalam eksekutif dipengaruhi sifat, karakter dan motivasi sehingga dapat menjelaskan suatu keputusan tindakan tersebut. Diharapkan dengan semakin banyaknya dewan eksekutif wanita mampu untuk menekan tindakan penghindaran pajak pada perusahaan tersebut.
Komite Audit
Komite audit bertugas melakukan kontrol dalam proses penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk menghindari kecurangan pihak manajemen. Berjalannya fungsi komite audit secara efektif memungkinkan pengendalian pada perusahaan dan laporan keuangan yang lebih baik serta mendukung good corporate governance. Maka dalam penelitian ini dapat diasumsikan perusahaan yang memiliki komite audit diharapkan memiliki kemungkinan yang sangat kecil dalam melakukan penghindaran pajak karena memiliki pengawasan dan pengontrolan yang baik dalam perusahaan tersebut.
10 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah karyawan dan nilai total aktiva, dan lainnya Ukuran perusahaan (SIZE) dapat dirumuskan sebagai berikut:
SIZE = Ln (total aset)
Alat Analisis
Untuk menguji hubungan antara kepemilikan institusional, gender dewan direksi, komite audit dan ukuran perusahaan untuk perusahaan sector perbankan di Asia tenggara yang terdaftar pada Orbis periode 2012-2016 menggunakan model regresi linier berganda.
Alasannya dipilihnya model regresi linier berganda karena untuk menguji pengaruh beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Untuk
mengetahui hubungan tersebut, maka berikut adalah persamaan regresinya:
Y= a +b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan :
a : Harga Konstanta b : Koefisien Regresi Y : Penghindaran Pajak X1 : Kepemilikan Institusional X2 : Gender Dewan Direksi X3 : Komite Audit
X4 : Ukuran Perusahaan e : error
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Uji Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu variabel-variabel kepemilikan institusional, gender dewan direksi, komite audit dan ukuran perusahaan. Tabel 1 berikut adalah hasil uji deskriptif:
Tabel 1
Hasil Analisis Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CuETR 568 .0008 .4473 .210646 .0763058
KI 568 0.0000 1.0000 .629583 .2745521
GDD 568 0.0000 .7500 .159655 .1362578
KA 568 2 10 3.64 1.071
SIZE 568 15.1081 28.2100 21.325660 2.5013435 Sumber : Data diolah
Berdasarkan pada tabel 1 CuETR memiliki nilai rata-rata sebesar 0,210247 dengan standar deviasi sebesar 0,0786494. Didukung dengan data deskriptif, ditemukan bahwa terdapat 327 data perusahaan sampel yang memiliki nilai CuETR diatas rata-rata dan 241 data
11 lebih banyak dibandingkan perusahaan
yang memiliki nilai CuETR di bawah rata-rata. Semakin besar nilai CuETR maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan di Asia Tenggara semakin taat terhadap pajak, karena nilai CuETR yang tinggi menggambarkan kondisi perusahaan dalam membayar pajak semakin patuh.
Rata-rata untuk variabel kepemilikan institusional (KI) adalah 0,6296. Artinya, keseluruhan perusahaan dalam penelitian lebih banyak dimiliki oleh pihak institusional. Terdapat 322 data perusahaan sampel yang memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata dan sisanya sebanyak 246 data perusahaan sampel memiliki nilai kepemilikan institusional dibawah rata-rata, sehingga dapat disimpulkan bahwa jika dinilai dari rata-rata kepemilikan institusionalnya, pemegang saham dari pihak institusi mempunyai kontrol dan wewenang yang cukup besar dalam perusahaan sampel. Diharapkan dengan semakin besar jumlah kepemilikan institusional dapat mengawasi tindakan dan kebijakan perusahaan sehingga perusahaan dapat menaikan nilai CuETR. Semakin tinggi nilai CuETR maka semakin tinggi pula beban pajak yang dibayarkan perusahaan. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa perusahaan semakin patuh dalam membayar pajak.
Rata-rata nilai gender dewan direksi dari tahum 2012 sampai dengan 2016 pada perusahaan perbankan di Asia Tenggara adalah sebesar 0,15965, artinya rata-rata direksi dengan gender wanita pada perusahaan adalah sebesar 15.965% dari total dewan direksi yang dimiliki perusahaan. Terdapat 259 data perusahaan sampel yang memiliki nilai gender dewan direksi diatas rata-rata dan 309 data
perusahaan sampel yang memiliki nilai gender dewan direksi dibawah rata-rata, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan perbankan di Asia Tenggara cenderung terdapat seorang laki-laki daripada wanita untuk memegang peran sebagai dewan direksi. Semakin banyak jumlah wanita dalam jajaran dewan direksi diharapkan dapat meningkatkan nilai CuETR. Nilai CuETR yang tinggi menggambarkan bahwa perusahaan tersebut mampu membayar pajak sesuai peraturan dan dapat dinyatakan bahwa perusahaan tersebut patuh.
Rata-rata nilai komite audit dari tahum 2012 sampai dengan 2016 pada perusahaan perbankan di Asia Tenggara adalah sebesar 3,64, artinya rata-rata komite audit yang dimiliki perusahaan berada pada angka 3 sampai dengan 4. Terdapat 221 data perusahaan sampel yang memiliki nilai komite audit diatas rata-rata dan 347 data perusahaan sampel yang memiliki nilai komite audit dibawah rata-rata, termasuk 12 perusahaan dengan jumlah komite audit sebanyak 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan perbankan di Asia Tenggara cenderung telah memiliki jumlah komite audit yang ideal yaitu pada angka 3. Perusahaan yang memiliki jumlah komite audit yang banyak diharapkan memiliki nilai CuETR yang semakin tinggi dan dapat dinyatakan patuh terhadap peraturan perpajakan.
12 data perusahaan sampel yang memiliki
nilai ukuran perusahaan dibawah rata-rata, Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang digunakan sebagai sampel memiliki total aset kurang dari $1.300.000.000, dengan kata lain rata-rata perusahaan Asia yang terdaftar di Orbis tergolong sebagai medium firms. Semakin besar perusahaan dimungkinkan perusahan akan cenderung berfikir ulang mengenai
beban pajak yang dimiliki, sehingga dimungkinkan semakin besar perusahaan akan semakin kecil nilai CuETR dan mengindikasi bahwa perusahaan melakukan praktik penghindaran pajak. Hal tersebut dapat terjadi karena perusahaan besar memeiliki transaksi yang kompleks dan memiliki SDM perpajakan yang ahli dalam mengelola pajak.
Hasil Analisis dan Pembahasan
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Model CuETR
t-hit Sig. Kepemilikan Institusional 2,143 0,033 Gender Dewan Direksi 0,019 0,985 Komite Audit 2,157 0,031 Ukuran Perusahaan -3,577 0,000
Constant 9,595 0,000
R Square 0,029
Adj R Square 0,023
F hit 4,269
Sig F 0,002
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance
Menurut Siregar dan Utama (2005) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh institusi atau lembaga, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investmentbanking, serta selain saham individu. Kepemilikan institusional di dalam perusahaan, digunakan sebagai pengawas akan seluruh tindakan pihak eksekutif perusahaan dalam mengambil tindakan bisnis, apakah tindakan tersebut menguntungkan perusahaan ataukah tidak serta memberikan rasa tanggung jawab terhadap perusahaan agar memahami bahwa dana yang digunakan oleh pihak
perusahaan tidak hanya dana milik satu perusahaan melainkan bisa dimiliki oleh lebih dari satu perusahaan. Dana tersebut sepatutnya digunakan sebaik mungkin dan tidak digunakan dengan tujuan pribadi maupun kelompok selain hanya untuk mengembangkan perusahaan.
13 kepemilikan institusional perusahaan maka
praktik tax avoidance pada perusahaan tersebut semakin berkurang.
Pada variabel kepemilikan institusional menunjukkan hasil berpengaruh signifikan. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian H1 yang menyatakan adanya pengaruh signifikan atas kepemilikan institusional terhadap tax avoidance yang dilakukan perusahaan perbankan. Berdasarkan data diskriptif pergerakan diantara variabel kepemilikan institusional dengan variabel tax avoidance (CuETR) adalah searah, artinya setiap terjadi kenaikan atas kepemilikan institusional maka akan terjadi kenaikan atas beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Semakin besar beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan pada suatu tahun, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut patuh terhadap peraturan perpajakan yang berlaku.
Penelitian saat ini menggunakan sampel perusahaan perbankan di Asia Tenggara. Sebagai perusahaan yang bekerja secara multinasional memungkinkan untuk memiliki jenis transaksi yang lebih kompleks, sehingga akan banyak sekali celah yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mengurangi beban pajak yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, kepemilikan saham institusional merupakan salah satu cara yang diharapkan dapat memperkecil celah praktik tax avoidance. Besarnya tuntutan pemegang saham kepada perusahaan untuk melaporkan laporan keuangannya sebenar- benarnya memberikan tekanan terhadap perusahaan untuk menjaga reputasi di mata para pemegang saham.
Menilik dari segi grand theory dalam penelitian saat ini yaitu Agency
Theory, dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa hubungan antara variabel kepemilikan institusional dan variabel tax avoidanc (CuETR) merupakan contoh hubungan kepentingan antara agen dan prinsipal, dimana agen dalam hal ini adalah pengelola perusahaan dan prinsipal merupakan para pemegang saham. Adanya kepentingan yang berbeda antara agen dan prinsipal, membuat terjadinya perbedaan tujuan dalam menjalankan perusahaan. Kondisi tersebut lebih dikenal dengan masalah keagenan, dimana adanya selisih tujuan antara agen dan prinsipal.
Permasalahan keagenan yang terjadi adalah ketika pengelola perusahaan selaku Agen ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya namun pihak pemegang saham selaku prinsipal tetap menekankan pada perusahaan agar terbuka dan melaporkan secara sebenar-benarnya pada pemegang saham dan melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga nama baik perusahaan dan citra perusahaan di mata masyarakat, sehingga dapat dipastikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh pada tax avoidance (CuETR).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ngadiman dan Christiany (2014), Fadila (2017) yang menyatakan bahwa variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitan ini mengindikasikan bahwa pemegang saham cenderung menolak adanya penghindaran pajak perusahaan demi menjaga reputasi dan nama baik perusahaan.
14 institusional tidak berpengaruh terhadap
tax avoidance pada perusahaan perbankan. Pohan (2009) berargumen bahwa dimana tax avoidance adalah bagian dari tugas manajemen untuk memaksimumkan laba.
Pengaruh Gender Dewan Direksi terhadap Tax Avoidance.
Sebagai dewan direksi pada suatu perusahaan, seseorang akan dituntut untuk memberikan keputusan yang baik dan paling tepat bagi perusahaan. Pada kondisi seperti tersebut seorang laki-laki akan lebih mudah mengambil keputusan karena seorang laki-laki lebih cenderung sebagai risk taker daripada seorang wanita. Seorang laki-laki akan cenderung mengedepankan tujuan untuk mengembangkan perusahaan dengan berbagai cara,baik hal tersebut patuh atau melanggar ketentuan yang berlaku. Berkebalikan dengan sesorang wanita, dimana seorang wanita akan cenderung patuh terhadap segala ketentuan yang telah ditetapkan baik itu peraturan perusahaan maupung peraturan perpajakan.
Perbedaan tersebut akan berpengaruh besar ketika seorang wanita menjadi Chief Executive Officer (CEO) sebuah perusahaan, dimana mereka (wanita) akan lebih menekan para staff dan manajer untuk melakukan tindakan sesuai dengan hukum dan ketentuan. Seorang wanita akan cenderung lebih risk averse dari pada seorang laki-laki. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan pola pikir antara seorang laki-laki dan wanita, dimana seorang wanita lebih berfikir panjang atas segala tindakan yang telah diambil dan bagaimana dampak berkelanjutan atau snowball effect atas tindakan tersebut dimasa mendatang. Diharapkan dengan adanya seorang wanita
pada jajaran dewan direksi dapat berpengaruh terhadap tax avoidance di perusahaan.
Hasil Penelitian pada variabel gender dewan direksi menunjukkan hasil tidak berpengaruh signifikan. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian H0 yang menyatakan tidak adanya pengaruh signifikan atas gender dewan direksi terhadap tax avoidance yang dilakukan perusahaan perbankan di Asia Tenggara. Berdasarkan data diskriptif bahwa pergerakan diantara variabel gender dewan direksi dengan variabel tax avoidance (CuETR) adalah searah, artinya setiap terjadi kenaikan atas gender dewan direksi maka akan terjadi kenaikan atas beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan, meskipun hasil dari uji statistik menyatakan tidak berpengaruh signifikan.
Tidak berpengaruhnya gender dewan direksi terhadap tax avoidance dimungkinkan karena sedikitnya jumlah wanita yang terdapat dalam jajaran dewan direksi atau bahkan tidak ada wanita pada jajaran dewan direksi di setiap perusahaan, sehingga suara dari anggota wanita menjadi suara minoritas. Berdasarkan data deskriptif, secara keseluruhan CEO pada perusahan yang menjadi sampel dalam penelitian saat ini didominasi oleh laki-laki. Kondisi tersebut menekan para wanita untuk mengikuti suara mayoritas atau laki-laki dalam pengambilan keputusan..
15 memandang permasalahan dan
pengambilan keputusan antara laki-laki dan wanita, ternyata tidak mempengaruhi keputusan atas praktik tax avoidance.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya, Winasis dkk (2017) dan Amri (2017) yang menemukan bahwa variabel gender dewan direksi berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan perbankan. Winasis dkk (2017) berargumen bahwa alasan yang mendasar dalam hal ini adalah bahwa kehadiran wanita dalam susunan eksekutif perusahaan memberikan alternatif yang lebih bervariasi bagi perusahaan dalam melakukan perencaan pajaknya. Keberadaan wanita ini juga dapat memperbaiki tata kelola perusahaan dalam kaitannya dengan good corporate governance karena keberadaan wanita akan memberikan pertimbangan yang lebih matang bagi keputusan eksekutif mengenai dampak yang akan ditimbulkan bagi keputusan perusahaan dari aspek legalitas. Hal ini dikarenakan wanita lebih cenderung bertindak taat hukum dan menghindari resiko (risk averse).
Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Komite audit bertugas melakukan control dalam proses penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk menghindari kecurangan pihak manajemen. Berjalannya fungsi komite audit secara efektif memungkinkan pengendalian pada perusahaan dan laporan keuangan yang lebih baik serta mendukung good corporate governance.
Dewan direksi yang merangkap sebagai komite audit dalam perusahaan yang sama, ditakutkan melakukan intevensi atau tekanan terhadap anggota
independen komite audit lainnya untuk memberikan keleluasan pihak manajemen melakukan perannya sebagai pembentuk laporan keuangan.
Diharapkan dengan semakin banyaknya komite audit, perusahaan lebih patuh terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku, sehingga perusahaan berkenan untuk membayar pajak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan mengurangi praktik tax avoidance secara signifikan.
Hasil uji statistik pada komite audit menunjukkan hasil berpengaruh signifikan. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian H3 yang menyatakan adanya
pengaruh signifikan atas variabel komite audit terhadap tax avoidance yang dilakukan perusahaan perbankan. Berdasarkan hasil tersebut didukung dengan data diskriptif yang menunjukan bahwa pergerakan diantara variabel komite audit dengan variabel tax avoidance (CuETR) adalah searah, artinya setiap terjadi kenaikan atas komite audit maka akan terjadi kenaikan atas beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Semakin besar beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan pada suatu tahun, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut patuh terhadap peraturan perpajakan yang berlaku.
16 seharusnya dan dapat mengurangi konflik
keagenan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Sabrina dan Soepriyanto (2013) yang menyatakan bahwa variabel komite audit memiliki pengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian tersebut mengindikasi bahwa komite audit mempengaruhi keputusan penghindaran pajak perusahaan. Adanya peran komite audit mampu untuk memberikan pengawasan yang lebih baik atas tindakan perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya, Cahyono dkk (2016) dan Saputra dan Asyik (2017) yang menemukan bahwa variabel komite audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan perbankan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap tax Avoidance
Perusahaan yang termasuk dalam perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki skala lebih kecil untuk melakukan pengelolaan pajak. Termasuk dalam memiliki sumber daya manusia yang ahli dalam perpajakan diperlukan agar dalam pengelolaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dapat maksimal untuk menekan beban pajak perusahaan namun tidak melanggar hukum. Perusahaan berskala kecil tidak dapat optimal dalam mengelola beban pajaknya dikarenakan kekurangan ahli dalam perpajakan, sehingga perusahaan kecil akan cenderung apa adanya dan patuh dalam melaporkan beban pajak yang ditanggungnya.
Hasil uji statistik pada variabel ukuran perusahaan menunjukkan hasil
berpengaruh signifikan. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian H4 yang
menyatakan adanya pengaruh signifikan atas variabel ukuran perusahaan terhadap tax avoidance yang dilakukan perusahaan perbankan. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa pergerakan diantara variabel ukuran perusahaan dengan variabel tax avoidance (CuETR) adalah tidak searah, artinya dimana setiap terjadi kenaikan atas ukuran perusahaan maka akan terjadi penurunan atas beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan, sehingga mengindikasi bahwa perusahaan tersebut semakin banyak melakukan praktik tax avoidance. Begitu juga sebalikya, setiap penurunan atas ukuran perusahaan maka akan terjadi kenaikan atas beban pajak yang ditanggung perusahaan, sehingga mengindikasi bahwa perusahaan tersebut semakin sedikit melakukan praktik tax avoidance.
Sehubungan dengan grand theory yang menjadi dasar penelitian ini dapat dijelaskan bahwa memang terjadi konflik keagenan diantara pihak manajemen dan stakeholder, dimana pihak manajemen yang mengetahui bahwa perusahaan (besar) memiliki transaksi yang komplek, cenderung untuk memilih praktik tax avoidance yang hal tersebut bertolak belakang dengan keinginan stakeholder. Keinginan yang dimaksud adalah laba yang besar disertai keterbukaan transaksi dan kejujuran atas citra perusahaan, sehingga dalam konsisi tersebut terjadi konflik keagenan diantara pihak manajemen perusahaan dan stakeholder.
17 signifikan terhadap tax avoidance. Hasil
penelitian tersebut mengindikasi bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi keputusan penghindaran pajak perusahaan. Semakin besar sebuah perusahaan maka akan semakin beragam jenis transaksinya dan semakin banyak pula celah dalam memanfaatkan transaksi tersebut.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya, Cahyono dkk (2016) dan Amelia dkk (2017) yang menemukan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan perbankan. Cahyono dkk (2017) berargumen bahwa perusahaan harus lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan tax avoidance karena mengandung resiko yang sangat tinggi dengan peraturan perpajakan karena perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan celah yang ada.
KESIMPULAN KETERBATASAN
DAN SARAN
Berdasarkan dari hasil pengujian statistik yang telah dilakukan maka diperoleh hasil pengujian hipotesis sehingga mendapatkan kesimpulan hasil hipotesis sebagai berikut:
Hasil pengujian hipotesis pertama pada penelitian ini menyatakan bahwa H0 telah ditolak dan H1 diterima sehingga kepemilikan institusional secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadaptax avoidance. Berarti semakin tinggi jumlah kepemilikan institusional yang dimiliki perusahaan maka nilai CuETR-nya juga akan semakin tinggi.
Hasil pengujian hipotesis kedua pada penelitian ini menyatakan bahwa H0
telah diterima dan H2 ditolak sehingga
nilai gender dewan direksi secara statistik
tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai gender dewan direksi dalam perusahaan tidak mempengaruhi besarnya nilai CuETR begitu pula jika nilai gender dewan direksi dalam perusahaan rendah tidak akan mempengaruhi besarnya nilai CuETR
Hasil pengujian hipotesis ketiga pada penelitian ini menyatakan bahwa H0
telah ditolak dan H3 diterima sehingga
komite audit secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini berarti semakin tinggi jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan maka nilai CuETR-nya juga akan semakin tinggi
Hasil pengujian hipotesis keempat pada penelitian ini menyatakan bahwa H0
telah ditolak dan H4 diterima sehingga
ukuran perusahaan secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini berarti semakin tinggi jumlah ukuran perusahaan atau semakin tinggi total asset yang dimiliki oleh perusahaan maka nilai CuETR-nya akan menjadi semakin rendah.
18 total 25 data laporan keuangan, (5) Peneliti
menyamaratakan peraturan perpajakan setiap negara di Asia tenggara sesuai dengan peraturan perpajakan di Indonesia
Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, mendorong peneliti untuk memberikan saran yang bertujuan untuk mengembangkan penelitian yang akan datang. Saran tersebut adalah (1) Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan alat uji lain selain casewise coevariate diagnose agar data dapat berdistribusi normal dan jika data setelah dilakukan outlier tetap menunjukan data tidak normal, maka sebaiknya data yang digunakan adalah data sebelum dilakukan outlier, (2) Pada Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah sampel perusahaan karrena sampel mewakili populasi yang digunakan dalam penelitian, sehingga dengan semakin banyan sampel maka semakin meningkat generalisasinya, (3) Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain yang dapat mendeteksi adanya aktivitas penghindaran pajak perusahaan, seperti kualitaas audit, hubungan politik dan kepemilikan keluarga dan selainnya, (4) Peneliti selanjutnya sebaiknya memberi batasan sampel yang tidak mengeluarkan laporan keuangannya bisa diberi angka 0 pada saat tabulasi, (5) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan penelitian sesuai dengan tariff pajak masing-masing negara, sehingga kesimpulan yang diberikan dapat sesuai dengan keadaan masing-masing perusahaan di setiap negara.
DAFTAR RUJUKAN
Acker, J. (1990, Juni). Hierarchies, Jobs, Bodies: A Theory of Gendered
Organizations. Gender and Society, 4(2), 139-158.
Amri, M. (2017). Pengaruh Kompensasi Manajemen Terhadap Penghindaran Pajak Dengan Moderasi Diversifikasi Gender Direksi Dan Preferensi Risiko Eksekutif Perusahaan Di Indonesia. Jurnal Aset (Akuntansi Riset), 9(1), 1-14.
Anonim. (2012, April 14). Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan. Retrieved Februari 15,
2018, from
http://www.pajak.go.id/content/bel ajar-pajak
Anthony, Robert Newton, Vijay Govindarajan, and John Dearden. (2005). Management control systems. Jakarta: Salemba Empat.
Arifin, L. d. (2016). Pengaruh Firm Size, Corporate Governance, dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 18(1), 84-93.
Fadila, M. (2017, Februari). Pengaruh Return On Asset, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal, Kepemilikan Institusional Dan Koneksi Politik Terhadap Penghindaran Pajak. JOM Fekon, 4(1), 1671-1684.
Ferreira, R. B. (2009). Women in The Boardroom and Their Impact on Governance and Perfomance. Journal of Financial Economics, 94, 291-309.
19 Jensen M. & Meckling W. (1976). Theory
Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3, 305-360.
Jensen, M. C. (1986). Agency costs of free cash flow, corporate finance, and takeovers. The American economic review, 76(2), 323-329.
Mardiasmo. (2003). Perpajakan. Yogyakarta.
Mella Virgi Amelia, D. P. (2017). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial dengan Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Penghindaran Pajak. e-Proceeding of Management, 4(2), 1510-1515.
Ngadiman, N. d. (2014, September). Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal Akuntansi, 18(03), 408-421.
Pajak, K. K. (2013). UU KUP.
Pohan, H. T. (2009). Analisis pengaruh kepemilikan institusi, rasio tobin q, akrual pilihan, tarif efektif pajak, dan biaya pajak ditunda terhadap penghindaran pajak pada perusahaan publik. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, 4(2), 113-135.
Satrio, H. (2015, Maret 10). Autonetmagz. Retrieved Februari 15, 2018, from https://autonetmagz.com/pemerinta
h-thailand-temukan-indikasi- kecurangan-toyota-untuk-menghindari-pajak/26672/
Suandy, E. (2011). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Sukartha, I. G. (2014). Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Leverage, Return On Assets Dan Ukuran Perusahaan Pada Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 9(1), 143-161.
Sumarsan, T. (2013). Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Yogyakarta: PT. Indeks.
Sutaya, T. (2014, Agustus 19). Kompasiana. Retrieved Februari
15, 2018, from
http://www.kompasiana.com/tatang sutaya1/kronologis-kasus-pajak-bca_54f601a5a333116a7d8b47f1
Undang-Undang Republik Indonesia. (2008). tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Winasis, Setia E., dan Yuyetta, Etna N. A. (2017). Pengaruh Gender Diversity Eksekutif Terhadap Nilai Peerusahaan, Tax Avoidance Sebagai Variabel Intervening : Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015. Diponegoro Journal of Accounting, 6(1), 311-324.