• Tidak ada hasil yang ditemukan

73260827 Tugas Makalah Sistem Informasi Manajemen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "73260827 Tugas Makalah Sistem Informasi Manajemen"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN

DI KABUPATEN MAJALENGKA

DISUSUN OLEH

HANAFI

NPM : 09 01 1 0057

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberiakan rahmat dan karunia nya sehinga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN MAJALENGKA” yang merupakan kumpulan dari catatan kuliah di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas majalengka ( FISIP UNMA ) .Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Dr Diding Bajuri, S.Sos,M.Si , Agus Yudy Rusdiana,S.Sos,MSi. Selaku dosen mata kuliah SISTEM INFORMASI MANAJEMEN .Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu setia membantu kami dalam mengumpulkan data-data dalam pembuatan Makalah ini. Penulis manyadari dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan di karenakan keterbatasan, kemampuan dan pengalaman penulis, namun berkat saran dan kritik, bimbingan dari pembimbing Akademik maupun lapangan dan teman-teman kerja ahir nya makalah ini dapat di selesaikan. Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khusus nya bagi penulis dan umum nya bagi pembaca. Dan semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dapat pahala dari Allah SWT.

Amien.

Majalengka November 2011

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

ABSTRAK... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Definisi Sistem Informasi Manajemen... 1

B. Sistem Manusia/Mesin Berdasarkan Komputer... 2

C. Sistem Terpadu dengan “Data Base”... 2

D. Pemanfaatan Manajemen dan Model Keputusan... 3

E. Kegunaan / Fungsi Sistem Informasi Manajemen... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Kondisi Geografis... 8

B. Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang... 10

C. Arah Kebijakan Pembangunan... 11

D. Strategi Pembangunan... 12

BAB III ANGGARAN DAERAH... 14

A. Kebijakan Umum Anggaran... 14

B. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah... 14

C. Arah Kebijakan Belanja Daerah... 15

D. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah... 17

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH... 18

A. Klasifikasi Penataan Ruang... 19

B. Perencanaan Tata Ruang... 20

C. Undang-undang Penataan Ruang... 20

BAB V RANCANGAN AKHIR RKPD KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012 22 A. Penataan Ruang ... 22

B. Azas dan Tujuan Penataan Ruang ... 23

C. Klasifikasi Penataan Ruang ... 23

D. Perencanaan Tata Ruang ... 24

E. Undang-undang Penataan Ruang ... 24

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 28

(4)

ABSTRAK

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN MAJALENGKA

Secara normatif penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan tuntutan Yuridis Konstituisional dalam melaksanakan pembangunan lima tahun kedepan guna memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis sesuai dengan aspirasi yang berkembang melalui mekanisme yang berlaku untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Penyusunan RPJM Daerah ini, menggunakan pendekatan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yaitu pendekatan politik dan aspiratif. Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan dan penawaran rencana pembangunan, dan rakyat memilih serta menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Kepala Daerah. Oleh karena itu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah adalah merupakan penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan aspiratif, dimaksudkan bahwa RPJM Daerah penyusunanannya dengan memperhatikan kepada RPJM Nasional dan Mengacu kepada RPJP Daerah yang telah menyerap aspirasi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan serta merupakan hasil pembahasan dan kesepakatan dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Majalengka.

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2013 merupakan penjabaran dari visi dan misi Bupati yang dituangkan dalam strategi pembangunan daerah berupa sasaran, arah kebijakan dan program pembangunan, kerangka pendanaan pembangunan serta kaidah pelaksanaannya. Untuk menjaga kesinambungan pelaksanaan pembangunan daerah, RPJM Daerah Kabupaten Majalengka juga mengacu kepada Renstrada tahun 2004-2008, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2004-2025.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Definisi Sistem Informasi Manajemen

Informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh manusia, seperti halnya informasi di dalam sebuah perusahaan yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan perkembangannya, sehingga terdapat alasan bahwa informasi sangat dibutuhkan bagi sebuah perusahaan. Akibat bila kurang mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu perusahaan akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil keputusan-keputusan strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan pesaingnya.

Disamping itu, sistem informasi yang dimiliki seringkali tidak dapat bekerja dengan baik. Masalah utamanya adalah bahwa sistem informasi tersebut terlalu banyak informasi yang tidak bermanfaat atau berarti (sistem terlalu banyak data). Memahami konsep dasar informasi adalah sangat penting (vital) dalam mendesain sebuah sistem informasi yang efektif (effective business system). Menyiapkan langkah atau metode dalam menyediakan informasi yang berkualitas adalah tujuan dalam mendesain sistem baru. Sebuah perusahaan mengadakan transaksi-transaksi yang harus diolah agar bisa menjalankan kegiatannya sehari-hari.

Daftar gaji harus disiapkan, penjualan dan pembayaran atas perkiraan harus dibutuhkan: semua ini dan hal-hal lainnya adalah kegiatan pengolahan data dan harus dianggap bersifat pekerjaan juru tulis yang mengikuti suatu prosedur standar tertentu. Komputer bermanfaat utnuk tugas-tugas pengolahan data semacam ini, tetapi sebuah sistem informasi menajemen melaksanakan pula tugas-tugas lain dan lebih dari sekedar sistem pengolahan data. Adalah sistem pengolahan informasi yang menerapkan kemampuan komputer untuk menyajikan informasi bagi manajemen dan bagi pengambilan keputusan. Sistem informasi manajeman digambarkan sebagai sebuah bangunan piramida dimana lapisan dasarnya terdiri dari informasi, penjelasan transaksi, penjelasan status, dan sebagainya.

(6)

keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah “data base”.

Konsep Dasar Informasi

Terdapat beberapa definisi, antara lain :

1. Data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

2. Sesuatu yang nyata atau setengah nyata yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau kejadian. Sebagai contoh, informasi yang menyatakan bahwa nilai rupiah akan naik, akan mengurangi ketidakpastian mengenai jadi tidaknya sebuah investasi akan dilakukan.

3. Data organized to help choose some current or future action or nonaction to fullfill company goals (the choice is called business decision making).

Nilai Informasi Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya dan sebagian besar informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya dengan satuan nilai uang, tetapi dapat ditaksir nilai efektivitasnya

B. Sistem Manusia/Mesin Berdasarkan Komputer

Pada dasarnya orang dapat membahas sistem informasi manajemen tanpa komputer, tetapi adalah kemampuan komputer yang membuat SIM terwujud. Persoalannya bukan dipakai atau tidaknya komputer dalam sebuah sistem informasi manajemen, tetapi adalah sejauh mana berbagai proses akan dikomputerkan. Gagasan suatu sistem informasi/keputusan berdasarkan komputer berarti automatisasi total. Konsep sistem manusia/mesin menyiratkan bahwa sebagian tugas sebaiknya dilaksanakan oleh manusia, dan lainnya lebih baik dilakukan oleh mesin. Dalam sebagian terbesar persoalan, manusia dan mesin membentuk sebuah sistem gabungan dengan hasil yang diperoleh melalui serangkaian dialog dan interaksi antara komputer dan seorang manusia pengolah.

(7)

C. Sistem Terpadu dengan “Data Base”

Sebuah sistem terpadu berdasarkan pada anggapan bahwa harus ada integrasi antara data dan pengolahan. Integrasi data dicapai melalui “data base”. Pada sebuah sistem pengolahan informasi, “data base” terdiri dari semua data yang dapat dijangkau oleh sistem. Pada SIM berdasarkan komputer, istilah “data base” biasanya dipakai khusus untuk data yang dapat dijangkau secara langsung oelh komputer. Manajemen sebuah “data base” adalah sebuah sistem perangkat lunak komputer yang disebut sebagai sebuah sistem manajemen “data base”. Sesuatu penerapan yang mamakai sebuah item (butir) data akan mengambil item data yang sama, yang hanya sekali disimpan dan disediakan untuk semua penerapan. Suatu peremajaan dari sebuah item data membuatnya sesuai untuk semua pemakaian.

Pengolahan terpadu dicapai melalui sebuah perencanaan sistem secara menyeluruh. Biasanya sistem dirancang sebagai suatu gabungan beberapa subsistem dan bukan sebagai sebuah sistem tunggal. Perancangan sistem ini dapat berupa sebuah komputer pusat besar, atau dapat pula merupakan sebuah jaringan kerja beberapa komputer kecil. Gagasan pokoknya adalah paduan terencana dari berbagai penerapan yang layak dan efektif.

Kecenderungan dalam pengolahan transaksi pada sistem-sistem mutakhir adalah menuju pengumpulan data secara “online” dan permintaan informasi (inquiry) secara online pula. Kemampuan memperoleh informasi secara online sangat besar peranannya dalam mendukung informasi. Ini berarti bahwa setiap petugas yang berwenang dapat memperoleh jawaban langsung atas sesuatu permintaan informasi seperti posisi terakhir perkiraan seorang pelanggan atau sediaan yang ada untuk jenis barang tertentu.

D. Pemanfaatan Manajemen dan Model Keputusan

Model-model pembantu keputusan ynag dipakai dalam sistem dapat berupa model cerdas (intelligence model) untuk menemukan persoalan, model keputusan (decision model) utnuk mengenali dan menganalisis penyelesaian yang mungkin, dan berbagai model pilihan seperti model optimisasi (optimization model) yang memberikan suatu penyelesaian optimal atau metode pemuas untuk memutuskan atas sebuah penyelesaian yang memuaskan. Dengankata lain, diperlukan berbagai ancanagan anlitis dan permodelan untuk memenuhi berbagai situsi yang memerlukan keputusan.

E. Kegunaan / Fungsi Sistem Informasi Manajemen

(8)

mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya. Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen, baik yang meyangkut keputusan rutin maupun keputusan-keputusan yang strategis. Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.

Beberapa kegunaan/fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara sistem informasi.

2. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi secara kritis.

3. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.

4. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.

5. Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi. 6. Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis

dari sistem informasi dan teknologi baru.

7. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan sistem.

8. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-transaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau pelayanan mereka. 9. Bank menggunakan sistem informasi untuk mengolah cek-cek

nasabah dan membuat berbagai laporan rekening koran dan transaksi yang terjadi.

10. Perusahaan menggunakan sistem informasi untuk mempertahankan persediaan pada tingkat paling rendah agar konsisten dengan jenis barang yang tersedia.

(9)

Konsep sebuah sistem keputusan tertutup jelas menganggap orang rasional yang secara logis menguji semua alternatif, mengurutkan berdasarkan kepentingan hasilnya, dan memilih alternatif yang membawa kepada hasil yang terbaik/maksimal. Model kuantitatif pengambilan keputusan biasanya adalah model sistem keputusan tertutup. Sebuah sistem keputusan terbuka memandang keputusan sebagai berada dalam suatu lingkungan yang rumit dan sebagian tak diketahui. Keputusan dipengaruhi oleh lingkungan dan pada gilirannya proses keputusan kemudian mempengaruhi lingkungan. Pengambilan keputusan dianggap tidak harus logis dan sepenuhnya rasional, tetapi lebih banyak memperlihatkan rasionalitas hanya dalam batas yang dikemukakan oleh latar belakang, pandangan atas alternatif, kemampuan menangani suatu model keputusan, dan sebagainya.

12. SIM Berdasarkan Aktivitas/Kegiatan Manajemen

Kegiatan dan proses informasi untuk tiga tingkat adalah saling berhubungan. Contohnya pengendalian inventaris pada tingkatan operasional bergantung pada proses yang tepat dari transaksi; pada tingkat dari pengendalian manajemen, pembuatan keputusan tentang keamanan persediaan dan frekuensi memesan lagi bergantung pada pembetulan ringkasan dari hasil operasi-operasi; pada tingkat strategi, hasil dalam operasi-operasi dan pengendalian manajemen yang dihubungkan pada tujuan-tujuan strategi, saingan tindak tanduk dan sebagainya untuk mencapai strategi inventaris. Tampaknya terdapat kontras tajam antara ciri-ciri informasi untuk perencanaan pengendalian dan taktis berada di tengahnya.

13. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Operasional Pengendalian operasional adalah proses pemantapan agar kegiatan operasional dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian operasional menggunakan prosedur dan aturan keputusan yang sudah ditentukan lebih dahulu. Sebagian besar keputusan bisa diprogramkan.

Pendukung pemrosesan untuk pengendalian operasi terdiri dari :

a. Proses transaksi b. Proses laporan c. Proses pemeriksaan

(10)

pegawai menggunakan program untuk memilih kandidat secara kasar.

c. Laporan rutin dihasilkan secara periodik. Tetapi suatu aturan keputusan yang diprogramkan dalam suatu prosedur pengolahan laporan bisa menciptakan laporan khusus dalam suatu bidang masalah. Contoh : suatu analisis pesanan yang masih belum dilayani setelah 30 hari.

14. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Manajemen Informasi pengendalian manajemen diperlukan oleh manajer departemen untuk mengukur pekerjaan, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru untuk diterapkan personalia operasional, dna mengalokasi sumber daya. Proses pengendalian manajemen memerlukan jenis informasi berikut :

1) Pekerjaan yang telah direncanakan (standar, ekspektasi, anggaran, dll)

2) Penyimpangan dari pekerjaan yang telah direncanakan 3) Sebab penyimpangan

4) Analisis keputusan atau arah tindakan yang mungkin

Database untuk pengendalian manajemen terdiri dari dua elemen utama : (1) database dari operasional, dan (2) rencana, anggaran, standar, dll yang mendefinisikan perkiraan tentang pelaksanaan, juga beberapa data eksternal seperti perbandingan industri dan indeks biaya.

Proses untuk mendukung keputusan kegiatan pengendalian manajemen adalah sebagai berikut :

Keluaran dari sistem informasi pengendalian manajemen adalah : rencana dan anggaran, laporan yang terjadwal, laporan khusus, analisissituasi masalah, keputusan untuk penelaahan, dan jawaban atas pertanyaan.

(11)

Aktifitas perencanaan strategis tidak harus terjadi dalam suatu siklus periode seperti kegiatan pengendalian manajemen. Kegiatan ini memang agak tidak teratur, meskipun beberapa perencanaan strategis bisa dijadwalkan ke dalam perencanaan tahunan dan siklus penganggaran. Beberapa jenis data yang berguna dalam perencanaan strategis menunjukkan ciri data :

a. Prospek ekonomi bagi bidang kegiatan perusahaan dewasa ini. b. Lingkungan politik dewasa ini dan perkiraan masa mendatang c. Kemampuan dan prestasi organisasi menurut pasaran, negara,

dan sebagainya (berdasarkan kebijakan dewasa ini).

d. Proyeksi kemampuan dan prestasi masa mendatang menurut pasaran, negara, dan sebagainya (berdasarkan kebijakan dewasa ini).

e. Prospek bagi industri di daerah lain.

f. Kemampuan saingan dan saham pasar mereka. g. Peluang bagi karya usaha baru.

h. Alternatif strategi

i. Proyeksi kebutuhan sumber daya bagi alternatif beberapa strategi.

Dukungan sistem informasi untuk perencanaan strategis tidak bisa selengkap seperti bagi pengendalian manajemen dan pengendalian operasional. Namun demikian sistem informasi manajemen dapat memberi bantuan yang cukup pada proses perencanaan strategis, misalnya:

a. Evaluasi kemampuan yang ada didasarkan atas data internal yang ditimbulkan kebutuhan pengolahan operasional.

b. Proyeksi kemampuan mendatang dapat dikembangkan oleh data masa lampau dan diproyeksikan ke masa mendatang

c. Data pasar dan persaingan yang mungkin bisa direkam dalam database komputer.

(12)
(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Geografis

Kabupaten Majalengka adalah merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 120.424 hektar yang terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 321 desa dan secara geografis terletak pada koordinat 60 32’16,39” Lintang Selatan sampai

dengan 70 4’ 24,75” Lintang Selatan dan 1080 2’ 30,87” Bujur Timur

sampai dengan 1080 24’ 32,84” Bujur Timur.

Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 0 - 37 Kilometer, dan jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer serta jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Negara adalah ± 200 Kilometer. Batas wilayah administrasi, Kabupaten Majalengka sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah Selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Barat dengan Kabupaten Sumedang, dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon.

Berdasarkan klasifikasi Kemiringan lahan, Kabupaten Majalengka diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas yaitu landai/dataran rendah (0 – 15 persen), berbukit bergelombang (15 – 40 persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Sebesar 13,21 persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas 40 persen, 18,53 persen berada dalam kelas kemiringan lahan 15 - 40 persen, dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0 - 15 persen.

Sedangkan berdasarkan ketinggian, wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0 -100 mdpl), dataran sedang (-100 - 500 mdpl) dan dataran tinggi (> 500 mdpl). Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas 2.000 mdpl yaitu terletak di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai.

(14)

Dengan adanya berbagai rencana pembangunan strategis baik regional maupun nasional yang akan dilaksanakan menjadikan Kabupaten Majalengka menempati posisi yang sangat strategis sebagai pendukung pertumbuhan pembangunan di Jawa Barat dan nasional. Pembangunan Kabupaten Majalengka pada tahap kedua RPJP Daerah atau pada RPJM Daerah 2009-2013 memerlukan perhatian lebih terutama dalam mengantisipasi dan mensikapi perubahan-perubahan yang muncul sebagai dampak dari pembangunan tersebut. Berbagai permasalahan yang masih dihadapi oleh Kabupaten Majalengka terutama masih rentannya tingkat kemiskinan sebagai dampak dari internal maupun sebagai dampak global adalah merupakan tantangan kedepan yang perlu dipecahkan bersama melalui penyelenggaraan kepemerintahan yang berpihak kepada rakyat yang didukung keterlibatan dan partisipasi masyarakat dan seluruh stake holder.

Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut di atas dan komitmen yang berkembang di masyarakat, Kabupaten Majalengka menetapkan visi Pembangunan Daerah 2005-2025 yaitu “KABUPATEN MAJALENGKA MAJU DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN

MASYARAKAT YANG BERIMAN DAN BERTAQWA“ dengan misi :

1. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa, sehat, cerdas dan berkehidupan layak serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

2. Mewujudkan perekonomian daerah yang stabil, dengan bertumpu pada pembangunan agribisnis berbasis ekonomi kerakyatan.

3. Mewujudkan infrastruktur yang proporsional dan berkelanjutan.

4. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik.

5. Mewujudkan Kelestarian Lingkungan Hidup.

(15)

jaringan irigasi, peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan air minum, peningkatan pelayanan energi dan telekomunikasi, pengembangan perumahan rakyat, penanganan persampahan, serta pemanfaatan dan pengendalian penggunaan ruang; Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas aparatur, penegakan hukum, dan peningkatan partisipasi; Mewujudkan kelestarian lingkungan hidup melalui pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan pada tahap pertama RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun sebelumnya, mencermati dinamika pembangunan Regional dan Nasional serta potensi atau modal dasar yang dimiliki, maka dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sasaran pembangunan bukan hanya difokuskan pada pertumbuhan ekonomi, melainkan juga pada peningkatan kualitas Sumberdaya Manusia (SDM). Dengan peningkatan kualitas SDM, diharapkan mampu mengelola potensi daerah secara optimal, memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunan Kabupaten Majalengka serta mampu menempatkan manusia sebagai titik sentral, sehingga masyarakat bukan hanya sebagai objek pembangunan tapi juga sebagai subjek yang mampu berperan aktif dalam semua proses kegiatan pembangunan. Sebagai akselerasi untuk mewujudkan kesinambungan pembangunan dan cita-cita tersebut serta dengan memperhatikan RPJM Nasional, mengacu kepada RPJP Daerah dan berdasarkan beberapa pertimbangan-pertimbangan di atas, maka Pemerintah Kabupaten Majalengka menetapkan visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahap ke 2 (2009-2013) sebagai guidlines dalam pelaksanaan pembangunan selama 5 tahun .

B. Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang

Kebijakan dasar pengembangan wilayah dan penataan struktur tata ruang Kabupaten Majalengka, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Majalengka 2005-2015 adalah sebagai berikut :

1) Penataan ruang wilayah dilakukan berdasarkan fungsi utama kawasan meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya.

2) Penataan ruang berdasarkan aspek administrasi, meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Majalengka.

3) Penataan ruang Wilayah Kabupaten Majalengka, mencakup dimensi penataan ruang daratan, penataan ruang udara.

4) Penataan ruang wilayah Kabupaten Majalengka diselenggarakan sebagai bagian integral dari kebijaksanaan penataan ruang nasional dan propinsi.

(16)

serta hambatan dan tantangan yang ada, baik dari internal maupun eksternal wilayah Kabupaten Majalengka

6) Pembangunan sarana dan prasarana ke seluruh wilayah kabupaten secara integral, sekaligus pembukaan layanan transportasi umum maupun kemudahan pencapaian (aksesibilitas) ke pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah dan juga ke seluruh pelosok dalam rangka melayani kebutuhan transportasi yang terjangkau daya beli masyarakat umum;

7) Mempertahankan fungsi kawasan lindung, terutama area hutan lindung, kawasan konservasi, sungai dan mata air, ruang terbuka hijau, serta menata kawasan budidaya sehingga tidak mengalami degradasi.

Pembangunan struktur ruang kabupaten selain berdasarkan adanya potensi kecenderungan (trend oriented), mengarah pula pada faktor pembentukan struktur ruang optimal (target oriented). Konsep struktur tata ruang Kabupaten Majalengka di masa mendatang dikembangkan melalui pengelolaan potensi sumber daya yang ada pada setiap wilayah kecamatan terhadap jenis kegiatan yang akan berkembang, pengembangan infrastruktur dan luasan wilayah sesuai dengan fungsi dan potensi masing-masing kecamatan yang dikehendaki.

Berdasarkan pertimbangan kebijakan dasar pengembangan wilayah dan penataan struktur ruang di atas, maka secara makro konsep wilayah pengembangan Kabupaten Majalengka dibagi menjadi 3 (tiga) Wilayah Pengembanan (WP) Utama, yaitu :

1) Wilayah Pengembangan (WP) Utara, dengan fungsi utama pengembangan Kawasan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Kawasan Komersial (Perdagangan dan Jasa), Industri dan Pengembangan Perumahan, meliputi : Kecamatan Kadipaten, Kertajati, Jatitujuh, Dawuan, Jatiwangi, Ligung, dan Sumberjaya. Dengan pusat Wilayah Pengembangannya berada di Kecamatan Kadipaten.

2) Wilayah Pengembangan (WP) Tengah, dengan fungsi utama pengembang kawasan Pemerintahan, Pendidikan, Jasa, Pelayanan Sosial dan Pengembangan Perumahan, meliputi : Kecamatan Majalengka, Cigasong, Leuwimunding, Palasah, Panyingkiran, Rajagaluh, Sukahaji, dan Sindangwangi, dengan pusat Wilayah Pengembangannya berada di Kecamatan Majalengka.

(17)

Sebagai upaya dalam mempercepat pencapaian visi, misi dan sasaran pembangunan, maka ditetapkan prioritas pembangunan yang akan menjadi fokus Penyelenggaraan pembangunan Bupati selama lima tahun (2009 -2013).

C. Arah Kebijakan Pembangunan

Dalam rangka mewujudkan prioritas pembangunan 5 tahun kedepan, ditempuh melalui 6 arah kebijakan pembangunan, yaitu :

1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat Kabupaten Majalengka yang diimplementasikan dalam tatanan kehidupan sehari-hari.

2. Meningkatkan keberdayaan masyarakat untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan menurunkan tingkat pengangguran melalui peningkatan keahlian dan keterampilan masyarakat khususnya masyarakat miskin, peningkatan dan pengembangan lembaga-lembaga sosial ekonomi masyarakat, penguatan permodalan, memanfaatkan potensi unggulan daerahnya, serta pelibatan dan peningkatan partisipasi masyarakat dan seluruh stakeholder sehingga terwujudnya desa produktif.

3. Mengembangkan perekonomian masyarakat yang stabil melalui peningkatan produksi dan produktivitas usaha pertanian untuk mencapai swasembada pangan, pengembangan usaha ekonomi mikro, kecil dan menengah (UMKM), pengembangan investasi melalui pemanfaatan potensi pada pusat-pusat wilayah pertumbuhan dengan tetap memperhatikan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup dalam upaya meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat.

4. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga akan terwujudnya masyarakat Kabupaten Majalengka yang berkualitas, maju dan sejahtera dalam lingkup desa sehat dan desa cerdas.

5. Meningkatkan pelayanan publik melalui optimalisasi fungsi organisasi dan penataan kembali struktur kelembagaan, sistem birokrasi pemerintahan, penataan kepegawaian, peningkatan profesionalisme aparatur, penataan pengelolaan keuangan yang lebih efektif dan efisien, peningkatatan kapasitas kecamatan, peningkatan kapasitas pemerintahan desa dan lembaga-lembaga desa serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya mendorong otonomi desa menuju desa yang mandiri;

(18)

masyarakat melalui peningkatan infrastruktur perdesaan (Rumah tidak layak huni, air bersih, Listrik Desa, M C K), pemantapan dan peningkatan dan pengembangan infrastruktur transportasi, peningkatan jalan poros desa melalui hotmik jalan desa, pemeliharaan dan pengembangan jaringan irigasi, serta pengembangan prasarana sosial dasar lainnya dalam mendukung peningkatan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

D. Strategi Pembangunan

Dalam rangka mewujudkan prioritas pembangunan visi dan misi 5 tahun kedepan, maka ditetapkan Strategi Gerakan Membangunan Masyarakat Religius, Maju dan Sejahtera (Gerbang Mas Remaja) yang ditempuh melalui 4 pilar strategi prioritas pembangunan, yaitu :

1. Gerakan Pembangunan Masyarakat Cerdas, sehat, beragama dan berbudaya (Gerbang Cahaya).

(19)

2. Gerakan Pembangunan Ekonomi Masyarakat (Gerbang Emas)

Strategi ini dimaksudkan untuk lebih memacu peningkatan kemajuan perekonomian masyarakat melalui pendekatan ekonomi kerakyatan dengan memanfaatkan potensi dan sumber alam serta unggulan daerah yang dimiliki, dimana wilayah kabupaten majalengka adalah wilayah pertanian yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang lebih maju dan stabil.

3. Gerakan Pembangunan Pembangunan Pengentasan Kemiskinan Berbasis Kecamatan dan Desa (Gerbang Kencana)

Gerakan ini dimaksudkan untuk lebih mempercepat dalam upaya pengurangan tingkat kemiskinan dengan memecahkan berbagai permasalahan yang menyebabkannya. Pemanfaatan potensi dan sumber yang dimiliki melalui sinergitas program, penguatan kecamatan, dan penguatan kapasitas pemerintahan desa serta pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan untuk mewujudkan desa yang mandiri.

4. Gerakan Pembangunan Pertumbuhan Modal Dan Investasi (Gerbang Permata)

(20)

BAB III

ANGGARAN DAERAH

A. Kebijakan Umum Anggaran

Kebijakan Umum Anggaran diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Peningkatan manajemen pembiayaan daerah mengarah kepada akurasi, efisiensi, efektifitas dan profitabilitas.

Manajemen keuangan daerah menjadi penting bagai aparatur pemerintah di daerah karena merupakan konsekuansi logis dari prospektif pengelolaan perimbangan antara keuangan pusat dan daerah, transformasi nilai yang berkembang dalam era reformasi ini adalah meningkatnya penekanan proses dari partisipasi publik, transparansi dan akuntabel ke dalam bentuk tindakan penyusunan anggaran (budget cycle), pengurusan dan penatausahaan (accounting cycle), pelaporan dan pertanggungjawaban (evaluation and monitoring process) serta mekanisme pengawasan daerah.

B. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Kebijakan Pendapatan Daerah untuk Tahun Anggaran 2009-2013, senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran;

2. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, dalam pengertian bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan dan/atau dikurangi dengan bagi hasil;

3. Pendapatan daerah adalah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan dalam kurun waktu satu tahun anggaran.

(21)

Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Keuangan, dan Lain-lain pendapatan daerah yang syah.

Kebijakan pendapatan asli daerah dilakukan dalam berbagai upaya yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan daerah meliputi :

1. Mengoptimalkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dengan cara: membenahi manajemen data penerimaan PAD, meningkatkan penerimaan pendapatan non-konvensional, melakukan evaluasi dan revisi secara berkala peraturan daerah pajak dan retribusi yang perlu disesuaikan, menetapkan target penerimaan berdasarkan potensi penerimaan, mengembangkan kelembagaan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan kebutuhan daerah;

2. Menetapkan sumber pendapatan daerah unggulan yang bersifat elastis terhadap perkembangan basis pungutannya dan less distortive terhadap perekonomian serta perlu dilakukan optimalisasi sumber pendapatan asli daerah lainnya;

3. Pemantapan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah;

4. Peningkatan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi;

5. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan Pemerintah Pusat, Provinsi dan SKPD Penghasil;

6. Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah untuk memberikan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah;

7. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi daerah;

8. Meningkatkan kualitas pengelolaan aset dan keuangan daerah.

C. Arah Kebijakan Belanja Daerah

(22)

efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program/kegiatan.

Kebijakan belanja daerah tahun anggaran 2009-2013 diarahkan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, upaya tersebut antara lain adalah:

1. Belanja daerah digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan Kabupaten Majalengka yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan;

2. Efisiensi belanja dilakukan dengan mengoptimalkan belanja untuk kepentingan publik, melaksanakan proper budgeting melalui analisis cost benefit dan tingkat efektifitas setiap program/kegiatan serta melaksanakan prudent spending melalui pemetaan profil resiko atas setiap belanja kegiatan beserta perencanaan langkah antisipasinya;

3. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggungjawab pemerintah Kabupaten Majalengka;

4. Belanja dalam rangka peyelenggaraan urusan wajib diarahkan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum;

1. Pemenuhan dan pemanfaatan anggaran untuk penuntasan wajib belajar pendidikan dasar WAJAR DIKDAS 9 tahun dan perintisan WAJAR DIKDAS 12 tahun serta menciptakan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau;

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan memperbaiki fasilitas dan pengadaan untuk pelayanan dasar kesehatan terutama untuk kelaurga miskin serta kesehatan ibu dan anak, memperbanyak tenaga medis terutama untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau, serta memperbaiki kualitas lingkungan dan pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat;

(23)

4. Pengurangan persentase tingkat pengangguran hingga melalui penyiapan SDM yang siap kerja, peningkatan investasi program multi sektor, peningkatan sarana dan prasarana balai pelatihan ketenagakerjaan;

5. Dalam mendukung pengembangan aktifitas ekonomi, pemeliharaan dan pembangunan infrastruktur akan diarahkan pada wilayah sentra produksi di perdesaan, aksesibilitas sumber air baku dan listrik;

6. Untuk menjaga daya dukung dan daya tampung lingkungan Kabupaten Majalengka, Pemerintah daerah akan mengarahkan anggaran pada kegiatan-kegiatan pengurangan pencemaran lingkungan, pencapaian target kawasan lindung, mitigasi bencana, pengendalian alih fungsi lahan dan pengendalian eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam;

7. Penggunaan indeks relevansi anggaran dalam penentuan anggaran belanja dengan memperhatikan belanja tidak langsung dan belanja langsung dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Majalengka, serta anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran tetap terukur;

8. Kegiatan-kegiatan yang orientasinya terhadap pemenuhan anggaran belanja tetap (fixed cost), Insentif Berbasis Kinerja, dan komitmen pembangunan yang berkelanjutan (multi years);

9. Mengalokasikan belanja pegawai yang merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

10. Mengalokasikan belanja bantuan sosial yang digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat;

11. Mengalokasikan belanja tidak terduga yang merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnyayang telah ditutup.

(24)

Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Kebijakan penerimaan pembiayaan tahun 2009-2013 adalah :

1. Sisa Lebih Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) dipergunakan sebagai sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-rata SilPA akan diupayakan seminimal mungkin dengan melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan anggaran secara konsisten.

2. Pengeluaran pembiayaan direncanakan untuk pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo, penyertaan modal BUMD, dan dana LUEP.

3. Penyertaan modal dan pemberian pinjaman manakala terjadi surplus anggaran.

Penyertaan modal BUMD dibarengi dengan revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD dan pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dalam rangka efisiensi pengeluaran pembiayaan termasuk kajian terhadap kelayakan BUMD.

BAB IV

(25)

Bupati Majalengka H Sutrisno SE MSi memaparkan tentang kebijakan dan strategi pembangunan Kabupaten Majalengka. Dia menerangkan secara umum arahan rencana pembangunan nasional, rencana pembangunan provinsi jawa barat, serta rencana pembangunan Kabupaten Majalengka dalam kurun waktu tertentu. Arahan untuk pengembangan, perubahan, dan keberhasilan, kata dia, ada enam komponen yang akan mengarahkan pengembangan, perubahan, dan keberhasilan setiap usaha pembangunan, sebagai suatu keutuhan. Keenam komponen itu adalah adanya visi (cita-cita, gambaran masa depan), adanya misi (rumusan) langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam visi), rancangan kerja (action plan) untuk mewujudkan misi, sumber daya (SDM dan modal) untuk mendukung perwujudan rencana kerja, keterampilan profesional untuk merealisasikan rancangan kerja agar dihasilkan kinerja dan kualitas yang tinggi, dan motivasi dan intensif untuk terus menerus meningkatkan perubahan yang pengembangan yang tersendat-sendat. Kalau rancangan kerja tidak ada, akan terjadi pemborosan. Kemudian kalau sumber daya manusia dan modal tidak ada, maka hasilnya adalah frustasi. Keterampilan dan profesionalisme tidak ada, maka terjadilah kelambatan dan tidak kompetitif. Serta apabila motivasi dan insentif tidak ada, maka hasilnya

adalah keragu-raguan.

Dalam hal ini, arahan rencana pembangunan nasional terbagi pada dua macam yakni rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) tahun 2005–2025 dan kebijakan pembangunan nasional tahun 2010– 2014. Keduanya saling menopang pembangunan, khususnya di Kabupaten

Majalengka," ungkap Bupati.

Orang nomor satu di Majalengka ini juga menjelaskan sasaran pembangunan dalam kuliah umum yang disampaikan. Khususnya hingga tahun 2013 mendatang. Dia mengatakan, sasaran pembangunan hinga akhir tahun 2013 menghasilkan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) sebesar 73,99, indeks pendidikan 82,70, indeks kesehatan 74,43, indeks daya beli 64,83, pertumbuhan ekonomi 6–6,65 %, kemiskinan 9,07 %, pengangguran hanya 10 %, angka kelahiran bayi 33–34 per 1.000 kelahiran hidup, serta angka harapan hidup sebesar 69,66 tahun. Majalengka kini tengah melaksanakan pembangunan itu. Salahsatunya adalah pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan pengentasan kemiskinan. Semua harus terprogram agar tak terjadi penurunan angka kumulatif pembangunan. Kita harus punya strategi yang

baik dalam membangun.

(26)

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Majalengka serta memperhatikan Evaluasi Pembangunan Daerah dan RPJM Nasional. Hal ini sesuai dengan amanat dari Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2013, dijadikan pedoman dalam:

1. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) OPD, dan Kebijakan Umum APBD – Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Kabupaten Majalengka;

2. Penyusunan Renstra OPD, Renja OPD dan RKPD seluruh SKPD se-Kabupaten Majalengka;

3. Menciptakan perencanaan pembangunan yang menjamin terwujudnya sinergitas, keterpaduan dan sinkronisasi antara daerah dengan nasional;

4. Sinkronisasi perencanaan pembangunan antar daerah yang berbatasan.

(27)

kabupaten majalengka dalam pembangunan pada tahun 2012. Substansi Rancangan akhir sendiri terdiri atas evaluasi capaian indikator makro, isu-isu strategis, prioritas, sasaran dan tergat pembangunan tahun 2012.

A. Klasifikasi Penataan Ruang

Penataan ruang di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

· Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.

· Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.

· Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

· Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. · Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas

penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

B. Perencanaan Tata Ruang

Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan Rencana Umum Tata Ruang dan

Rencana Rinci Tata Ruang.

Rencana Umum Tata Ruang secara berhierarki terdiri atas: · Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

· Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan · Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan · Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

Rencana Rinci Tata Ruang, terdiri atas:

· Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional;

· Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;

· Rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota

· Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

C. Undang-undang Penataan Ruang

Latar belakang dan pertimbangan utama dari diundangkannya Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang di antaranya adalah: · Perkembangan situasi dan kondisi nasional dan internasional menuntut

(28)

hukum, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik sesuai dengan landasan idiil Pancasila;

· Untuk memperkukuh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara dan sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besar kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka kewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan antardaerah dan antara pusat dan daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan antardaerah;

· Keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang sehingga diperlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

· Secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan. (penataanruang.com)

ALUR PROSES PENYUSUNAN

(29)

BAB V

RANCANGAN AKHIR RKPD KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

(30)

2011 yaitu dengan dimulainya musrenbang desa, musrenbang Kecamatan, forum OPD, dan Musrenbang Kabupaten yang menyepakati prioritas pembangunan yang akan diusung Pemerintah Kabupaten Majalengka pada tahun 2012.

Sampai dengan akhir bulan mei 2011 Rancangan Akhir RKPD Kabupaten Majalengka Tahun 2012 berada pada tahapan penajaman akhir guna mematangkan prioritas, sasaran dan target, program/kegiatan yang akan dijadikan acuan bagi pemerintah kabupaten majalengka dalam pembangunan pada tahun 2012. Substansi Rancangan akhir sendiri terdiri atas evaluasi capaian indikator makro, isu-isu strategis, prioritas, sasaran dan tergat pembangunan tahun 2012.

A. Penataan Ruang

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.

Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang: Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan

hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.

Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

B. Azas dan Tujuan Penataan Ruang

Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:

keterpaduan;

(31)

keberlanjutan;

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

C. Klasifikasi Penataan Ruang

Penataan ruang di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.

Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.

Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas

penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

D. Perencanaan Tata Ruang

Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan Rencana Umum Tata Ruang dan

Rencana Rinci Tata Ruang.

Rencana Umum Tata Ruang secara berhierarki terdiri atas: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

(32)

Rencana Rinci Tata Ruang, terdiri atas:

Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional;

Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;

Rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota

Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

E. Undang-undang Penataan Ruang

Latar belakang dan pertimbangan utama dari diundangkannya Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang di antaranya adalah: Perkembangan situasi dan kondisi nasional dan internasional menuntut

penegakan prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik sesuai dengan landasan idiil Pancasila;

Untuk memperkukuh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara dan sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besar kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka kewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan antardaerah dan antara pusat dan daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan antardaerah;

Keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang sehingga diperlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

Secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan. (penataanruang.com)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

(33)

Beberapa Hal Penting Dalam Permendagri 54/2010 :

1. Mengoptimalkan Tugas Dan Fungsi Serta Peran Dprd, Kepala Daerah, Bappeda, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Dan Kepala SKPD

2. Mengintegrasikan Perencanaan Dan Penganggaran Sebagai Bagian Dari Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

3. Mengoptimalkan Penerapan Perencanaan Partisipatif Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah.

4. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Pembangunan Daerah

5. Mengoptimalkan Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Dasar Hukum Perencanaan

1. UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan nasional

2. UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah

3. PP 08/2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

4. PERMENDAGRI 54/2010 tentang Pelaksanaan PP 08/2008

Dasar Hukum Penganggaran

1. UU 17/2003 tentang Keuangan Negara

2. UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah

4. PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

5. PERMENDAGRI 13/2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

6. PERMENDAGRI 59/2007 tentang Perubahan atas PERMENDAGRI 13/2006

PERENCANAAN : adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

(34)

aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH : adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

TUJUAN PEMBANGUNAN DAERAH :

RPJPD (Pasal 20 s.d Pasal 49) RPJPD kabupaten/kota memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD provinsi.

SISTEMATIKA DOKUMEN RPJPD :

 Pendahuluan

 Gambaran umum kondisi daerah

 Analisa isu–isu strategis

 Visi & misi daerah

 Arah kebijakan

 Kaidah pelaksanaan

RPJMD (Pasal 50 s.d Pasal 84)

 Rencana pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya disebut RPJM daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang

penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM nasional;

(35)

perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan

program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

SISTEMATIKA DOKUMEN RPJMD

 Pendahuluan

 Gambaran Umum Kondisi Daerah

 Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka Pendanaan

 Analisa Isu–isu Strategis

 Visi, Misi, Tujuan & Sasaran

 Strategi & Arah Kebijakan

 Kebijakan Umum & Program Pembangunan Daerah

 Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan

 Penetapan Indikator Kinerja Daerah

 Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

RENSTRA SKPD (Pasal 85 s.d Pasal 98)

 Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD.

 Penyusunan Renstra-SKPD berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif.

SISTEMATIKA DOKUMEN RENSTRA-SKPD

 Pendahuluan

 Gambaran Pelayanan SKPD

 Isu–isu Strategis Tugas dan Fungsi SKPD

(36)

 Rencana Program & Kegiatan, Indikator Kinerja, Keluaran Sasaran & Pedanaan Indikatif

 Indikator Kinerja SKPD mengacu ke RPJMD

Rencana Kerja Pembangunan Daerah-RKPD (Pasal 99 s.d Pasal 133)

RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu

indikatif, baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

SISTEMATIKA DOKUMEN RKPD

 Pendahuluan

 Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu

 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Beserta Kerangka Pendanaan

 Prioritas dan Sasaran Pembangunan

 Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah

Rencana Kerja (Renja) SKPD

Renja-SKPD memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Arahan untuk pengembangan, perubahan, dan keberhasilan, kata dia, ada enam komponen yang akan mengarahkan pengembangan, perubahan, dan keberhasilan setiap usaha pembangunan, sebagai suatu keutuhan. Keenam komponen itu adalah adanya visi (cita-cita, gambaran masa depan), adanya misi (rumusan) langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam visi), rancangan kerja (action plan) untuk mewujudkan misi, sumber daya (SDM dan modal) untuk mendukung perwujudan rencana kerja, keterampilan profesional untuk merealisasikan rancangan kerja agar dihasilkan kinerja dan kualitas yang tinggi, dan motivasi dan intensif untuk terus menerus meningkatkan perubahan yang berkelanjutan. "Dalam hal ini, arahan rencana pembangunan nasional terbagi pada dua macam yakni rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) tahun 2005–2025 dan kebijakan pembangunan nasional tahun 2010– 2014. Keduanya saling menopang pembangunan, khususnya di Kabupaten

Majalengka," ungkap Bupati.

(37)

tahun 2013 mendatang. Dia mengatakan, sasaran pembangunan hinga akhir tahun 2013 menghasilkan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2013 adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahunan merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah yang berpedoman kepada Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Majalengka serta memperhatikan Evaluasi Pembangunan Daerah dan RPJM Nasional. Hal ini sesuai dengan amanat dari Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2013, dijadikan pedoman dalam:

1. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) OPD, dan Kebijakan Umum APBD – Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Kabupaten Majalengka;

2. Penyusunan Renstra OPD, Renja OPD dan RKPD seluruh SKPD se-Kabupaten Majalengka;

3. Menciptakan perencanaan pembangunan yang menjamin terwujudnya sinergitas, keterpaduan dan sinkronisasi antara daerah dengan nasional;

4. Sinkronisasi perencanaan pembangunan antar daerah yang berbatasan.

(38)

Secara normatif penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan tuntutan Yuridis Konstituisional dalam melaksanakan pembangunan lima tahun kedepan guna memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis sesuai dengan aspirasi yang berkembang melalui mekanisme yang berlaku untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik.

Penyusunan RPJM Daerah ini, menggunakan pendekatan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yaitu pendekatan politik dan aspiratif. Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan dan penawaran rencana pembangunan, dan rakyat memilih serta menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Kepala Daerah. Oleh karena itu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah adalah merupakan penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan aspiratif, dimaksudkan bahwa RPJM Daerah penyusunanannya dengan memperhatikan kepada RPJM Nasional dan Mengacu kepada RPJP Daerah yang telah menyerap aspirasi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan serta merupakan hasil pembahasan dan kesepakatan dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Majalengka.

(39)

DAPTAR PUSTAKA

Teguh Cahyono, Sistem Informasi : Konsep Dasar, Analisis Desain dan Aplikasi,Penerbit Graha Ilmu.

Raymond McLeod, Jr. System Informasi Manajemen, penerjemah: Hendra Teguh SE,AK. editor: Hardi Sukardi MBA,Msc.,SE (MM – UI).

Gordon B. Davis, kerangka dasar System Informasi Manajemen bagian I pengantar.

Husein, Muhammad Fakhri dan Amin Wibowo. Sistem Informasi Manajemen.

Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2002.

O’Brien, James A. Pengantar Sistem Informasi. Jakarta : Salemba Empat, 2005.

Kadir, Abdul. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset, 2003. Catatan teori mata kuliah Sistem Information Manajemen.

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang