• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN PENGELO LAAN SISTEM KESELAMATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDEKATAN PENGELO LAAN SISTEM KESELAMATA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN PENGELOLAAN SISTEM KESELAMATAN

LALU LINTAS BERBASIS SPASIAL

(Studi Sederhana: Pemetaan Volume Lalu Lintas di Kota Tegal)

Spatial Based Approach Traffic Safety Management Systems

(Simple Case: Traffic Roads Volume Mapping in Tegal City)

Yan El Rizal Unzilatirrizqi Dewantoro¹, Mouli De Rizka Dewantoro², Sigit Setijo Budi3 yan_rizqi@yahoo.com¹, derizkadewantoro@yahoo.com², sets189@gmail.com Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan, Tegal1,3, Perum Jasa Tirta II, Purwakarta²

ABSTRAK

Volume lalu lintas jalan menunjukkan kondisi jaringan jalan di daerah. Volume lalu lintas jalan menggambarkan berapa banyak orang yang menggunakan jaringan jalan. Studi ini menyajikan data lalu lintas menggunakan peta volume lalu lintas jalan yang lebih mudah untuk dipahami sehingga data akan lebih efisien untuk dianalisis. Data dikumpulkan dengan menggunakan data Satuan Mobil Penumpang (SMP) hasil pengamatan lapangan. Peta volume lalu lintas jalan yang dihasilkan menunjukkan distribusi volume lalu lintas di jalan berbasis jaringan spasial direferensikan jalur data. Hasilnya akan digunakan untuk analisis spasial contoh sederhana untuk meningkatkan keselamatan transportasi di wilayah studi. Analisis sederhana peta digunakan sebagai masukan untuk skema transportasi model.

Hasil tampilan konsentrasi dan distribusi publik dalam kegiatan transportasi terlihat dengan jalan-jalan paling padat ditunjukkan oleh volume lalu lintas di pusat kota, yaitu jalan MT. Haryono dan jalan Wahidin Sudirohusodo yang memiliki volume lalu lintas tertinggi terkonsentrasi. Hasil pengamatan volume lalu lintas tertinggi melalui jalan dua arah dari utara dan selatan. Hasil peta menunjukkan paralel jalan tersibuk di pusat kota sehingga memungkinkan untuk menjadi jalan satu arah. Skenario ini mungkin berlaku untuk jam sibuk. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi alternative bagi sistem transportasi di Indonesia, seperti di negara lain yang sudah menggunakan Sistem Informasi Geografis Transportasi (GIS-T).

(2)

1. PENDAHULUAN

Tren perkembangan jalan di Indonesia saat ini sering dikatakan tidak berbanding lurus dengan perkembangan pengguna jalan. Pertambahan panjang jalan bisa dikatakan tidak sesuai dengan pertambahan kendaraan bermotor yang terus menerus naik secara cepat. Kemudahan pembelian kendaraan bermotor mempermudah masyarakat memperoleh kendaraan, akibatnya jalan akan semakin berkurang efektivitasnya. Pengurangan efektivitas penggunaan jalan ditunjukan dengan ketidakmampuan jalan itu menampung kendaraan yang melakukan mobilitas. Jumlah kendaraan yang menggunakan jalan semakin banyak dan jalan tidak semakin lebar atau bertambah, akibatnya akan terjadi kemacetan di jalan. Faktor-faktor ini menjadikan pengelolaan lalu lintas jalan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pengelolaan lalu lintas diharapkan tidak menghambat terjadinya mobilisasi yang menggunakan jalan, namun tidak menjadikan tingkat kemacetan semakin parah.

Pengelolaan lalulintas jalan selama ini dilakukan dengan menggunakan analisis yang memanfaatkan data lapangan dengan analisis tabular. Pendekatan spasial dengan pemanfaatan penggunaan peta dan sistem informasi geografis belum banyak digunakan. Penggunaan data spasial sebenarnya memungkinkan dikarenakan jalan merupakan faktor yang berhubungan dengan fenomena spasial berupa pergerakan manusia. Pergerakan manusia sehari-hari tentunya merupakan pergerakan yang berawal dari suatu lokasi menuju lokasi tujuan, hal ini merupakan suatu fenomena pergerakan atau mobilisasi manusia yang merupakan fenomena spasial. Pendekatan secara spasial atau keruangan tentunya akan sangat membantu dalam

pelaksanaan pengelolaan lalu lintas jalan raya.

1.1. GIS untuk Transportasi

Sebuah penerapan teknologi GIS yang digunakan untuk pengambilan kebijakan terjadi

di Negara bagian Miami, Kansas (Roche, 2000). 12 kejadian fatal selama 11 bulan pada jalan dua jalur sepanjang 20 mil dari U.S. Higway 169. Kepala kepolisian sangat memperhatikan kejadian

yang sangat fatal di jalan dan meminta kantor manajemen informasi lahan (LIMO) untuk membuat peta GIS yang menampilkan lokasi kecelakaan dan atribut yang berhubungan dengan kecelakaan tersebut yang dapat diakses oleh Gubernur dan petugas yang berwenang agar dengan cepat menganalisis situasi dan mengambil keputusan dimana kecelakaan yang signifikan ini terjadi karena kesalahan pengemudi saat meninggalkan kendaraan setelah

(3)

Bob Thomson menuliskan perkataan dari kepala biro keselamatan lalulintas mengatakan bahwa “GIS adalah revolusi strategis yang sangat potensial untuk meningkatkan keefektifan pekerjaan bagi polisi dan pengambil kebijakan di seluruh bagian Negara”. Strategi potensial ini hanya perlu dieksplorasi. Pemanfaatan GIS dengan peta yang dinamis. Masa depan GIS untuk meningkatkan efisiensi dalam setiap pekerjaan dengan keuntungan keselamatan hidup manusia yang merupakan aset yang potensial (Roche, 2000).

Beberapa penjelasan diatas menunujukan bagaimana pemanfaatan teknologi GIS di negara maju sudah mulai diperhatikan mulai dari sekitar 1 dekade yang lalu. Hal ini menjadikan pemanfaatan teknologi GIS dan kemajuan sistem informasi dimanfaatkan pada negara Indonesia yang hingga saat ini sebagian besar pergerakan masa menggunakan jalan raya.

1.2.Sistem Informasi Geografis (GIS)

GIS adalah sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data berreferensi geografi yaitu pemasukkan data, manajemen data, manipulasi dan analisis data, dan keluaran sebagai hasil akhir (Aronoff, 1989). Burrough (1986), mendefinisikan GIS (sistem informasi geografi) sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Pada tahap selanjutnya, GIS membentuk dan menyimpannya dalam tabel-tabel rasional sekaligus menghubungkan unsur-unsur tersebut beserta atributnya. Dengan demikian atribut-atribut dapat diakses melalui lokasi unsur-unsur peta, dan sebaliknya unsur-unsur peta dapat diakses berdasarkan atributnya (Borrough, 1986).

(4)

1.3. Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006). Menurut Clarkson (1999), Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat.

1.4.Pengelolaan Lalu Lintas Jalan Raya Berbasis Spasial

Pengelolaan lalu lintas jalan raya selama ini ada beberapa jenis yang diterapkan di berbagai kota di Indonesia. Contoh pelaksanaan pengelolaan lalu lintas jalan raya antara lain adalah jalan satu arah, dan 3 in 1 atau hanya mobil dengan minimal tiga penumpang yang boleh melewati suatu jalur. Pengelolaan lalu lintas ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengurai kemacetan dan memaksimalkan fungsi jalan sehingga tidak menimbulkan masalah berupa kemacetan.

Sistem keamanan transportasi, termasuk pelayanan seperti sistem keamanan lalu lintas jalan raya dan pendeteksi lokasi otomatis pada sistem lalu lintas, adalah bagian tujuan dari integrasi antara sistem informasi geografis (GIS) dan teknologi komunikasi untuk

mengembangkan jenis pelayanan transportasi (Souleyrette dan Straus, 1999).

Sistem Informasi Geografis untuk transportasi/Geographic Information System for

Transportation (GIS-T) dapat menjadi pusat dalam pengambilan kebijakan lingkungan yang baru untuk penggunaan lahan dan transportasi publik. Dengan cakupan informasi yang sangat

banyak dan terintegrasi berbasis lokasi atau spasial. GIS-T adalah pendekatan holistik pada penggunaan lahan yang kompleks dan masalah transportasi. GIS-T juga dapat digunakan untuk

mengurangi ketidakterkaitan antara analisis dan komunikasi, menjadikan masukan publik yang besar kedalam analisis kebijakan, seperti pemilihan data, pengasumsian model, dan penyusunan skenario (Miller dan Shaw, 2001).

(5)

bumi. Tipe-tipe informasi tersebut adalah sistem transportasi, dan wilayah regional yang dipengaruhi oleh sistem tersebut (Fletcher, 2000).

(6)

Gambar 2 menunjukan tingkat dan lokasi kecelakaan dengan ditambahkan data berupa kepadatan penduduk, sekolah, bar dan pub. Peta ini dapat digunakan untuk melihat secara cepat ada atau tidaknya hubungan antara kecelakaan, kepadatan penduduk, lokasi sekolah, lokasi pub dan bar. Sehingga dalam satu tampilan peta yang dihasilkan dari proses GIS dapat menganalisis banyak variabel dalam satu analisis yang lebih komperhensif. Hal ini dapat diterapkan di Indonesia dengan memodifikasi variabel yang digunakan dengan mengganti pub dan bar dengan variabel lain seperti yang disebutkan sebelumnya yaitu pasar tradisional atau obyek lain yang dapat diasumsikan berpengaruh pada kecelakaan.

Roche dalam penelitiannya mengenai pemanfaatan data spasial denga GIS melakukan analisis mengenai kecelakaan di jalan raya yang dihubungkan dengan lokasi bar atau tempat untuk meminum alkohol di sekitar wilayah tersebut. Keterkaitan ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara pengaruh alkohol pada pengemudi dan tingkat kecelakaannya. Selain menganalisis mengenai pengaruh alkohol terhadap pengemudi dan tingkat kecelakaan, dalam penelitian yang dilakukanya juga menganalisis dan menyajikan peta kecelakaan yang terjadi di lampu lalu lintas. Peta yang disajikan menunjukan lokasi dan angka kecelakaan yang disebabkan oleh pengguna jalan yang menerobos saat lampu lalu lintas menunjukan warna merah.

(7)

Gambar 4. Peta Kecelakaan pada Lampu Lalulintas Lowa 1995-1997 (Roche, 2000)

Kedua dari analisis yang dilakukan oleh Roche menunjukan bagaimana manfaat data spasial atau sistem informasi geografis (GIS) dapat dimanfaatkan untuk keselamatan transportasi. Gambar 3 dan 4 dapat menunjukan bagaimana peta yang dihasilkan dengan GIS dan menghubungkan dengan fenomena lain yang berkaitan dengan kecelakaan atau pengguna jalan.

Hasil analisis dan konsep GIS-Transportasi dirasa sangat penting sehingga perlu dilakukan kajian yang bermanfaat untuk menggali potensi pemanfaatan GIS-T di Indonesia, serta memetakan volume lalu lintas secara khusus di satu wilayah kajian seperti di Kota Tegal secara spasial.

2. METODOLOGI

Permasalahan pengelolaan lalu lintas jalan raya adalah kemacetan. Kemacetan dapat

diakibatkan oleh banyak faktor, antara lain adalah adanya suatu aktivitas di pinggir jalan, atau terlalu banyaknya kendaraan yang melalui jalan melebihi daya tampung jalan yang ada.

(8)

2.1. Alat dan bahan (Studi Sederhana)

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak pemetaan atau sistem informasi geografis (GIS). Perangkat lunak ini digunakan untuk melakukan visualisasi data tabular menjadi data spasial. Visualisasi ini menghasilkan peta yang menunjukan kenampakan spasial volume lalu lintas beberapa jalan di Kota Tegal.

Bahan yang digunakan adalah data angka jumlah penumpang dalam satuan SMP. Angka ini menjadi dasar dalam penentuan visualisasi data kedalam bentuk peta maupun data spasial. Data ini adalah bahan pokok yang digunakan dalam penyusunan atau visualisasi menjadi sebuah peta. Peta yang dihasilkan akan menunjukan distribusi secara spasial mengenai volume lalu lintas jalan di kota tegal.

2.2. Alur Penelitian (Studi Sederhana)

Data spasial yang digunakan adalah data spasial yang diperoleh dari proses interpretasi citra google earth menggunakan perangkat lunak GIS. Data yang dihasilkan menjadi data dasar yang nantinya akan digabungkan dengan data SMP. Hasil dari pengolahan data ini menghasikan peta volume jalan. Peta volume jalan ini bisa dikaitkan dengan berbagai obyek yang ada seperti penggunaan lahan atau obyek lainnya. Tanpa penggabungan juga dapat dilakukan analisis lain seperti penyusunan skenario lalu lintas untuk menghindari kemacetan.

Studi kasus sederhana ini tidak menganalisis hubungan antara volume lalu lintas dengan kenampakan lain. Penelitian ini hanya ditujukan untuk menunjukan bagaimana manfaat penyajian data lalu lintas dalam format spasial. Pada penyajian data dengan bentuk peta ini memungkinkan untuk menghubungkan bagaimana volume lalu lintas, jalur mana saja yang volume lalu lintasnya tinggi, bagaimana keterkaitan antar jalur tersebut. Penelitian ini lebih

(9)

Gambar 5. Diagram Alir Studi Sederhana Pemetaan Volume Lalu Lintas

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Potensi Pemanfaatan GIS untuk Keselamatan Transportasi Indonesia

Kompleksitas sistem yang berkaitan menjadikan manajemen lalu lintas tidak maksimal jika dianalisis dengan pendekatan yang sederhana. Beberapa negara maju telah optimal memanfaatkan data spasial untuk melakukan manajemen transportasi guna meningkatkan keselamatan transportasi. Pemanfaatan teknologi informasi yang berkembang sangat pesat sudah sebaiknya diaplikasikan pada sistem manajemen keselamatan transportasi di Indonesia.

Penerapan di Indonesia untuk saat ini mungkin lebih kepada menganalisis dan memetakan jalan dan keadaan jalan. Dengan pemetaan ini dapat menyertakan keadaan jalan

antara lain luas jalan, keadaaan jalan, tingkat kerusakan jalan dll. Pada pemetaan keadaan jalan ini dapat digunakan untuk melakukan analisis prioritas dalam perawatan jalan sehingga dapat

(10)

Aplikasi lain yang dapat diterapkan antara lain mengadaptasi dari penelitian Roche Tahun 2000. Penelitian tentang lokasi kecelakaan dan bagaimana intensitasnya pada suatu titik. Hasil yang diperoleh berupa peta intensitas kecelakaan pada suatu jalan raya. Hasil tersebut kemudian dapat dihubungkan dengan keadaan jalan, seperti belokan, kondisi jalan, atau pola pemanfaatan jalan tersebut.

Penelitian yang ditunjukan pada gambar 3 dapat diaplikasikan di Indonesia dengan menyesuaikan faktor yang berpengaruh pada kecelakaan di Indonesia. Di negara maju seperti eropa mungkin alkohol merupakan salah satu faktor dominan dalam kecelakaan, namun untuk Negara Indonesia mungkin alkohol bukan menjadi salah satu faktor paling berpengaruh terhadap kecelakan. Hal ini menjadikan penggunaan parameter lokasi bar atau tempat untuk mendapatkan minuman bir tidak digunakan.

Contoh penerapan di Indonesia mungkin kecelakaan dapat dikaitkan dengan lokasi pasar tradisional. Pasar tradisional di Indonesia sedikit banyak pasti memanfaatkan badan jalan baik untuk berdagang maupun untuk sekedar kegiatan/aktivitas para pedagang dan pembeli. Lokasi pasar tradisional dengan segala keadaannya di Indonesia mungkin dapat menjadi faktor yang dapat dikaitkan dengan lokasi dan intensitas kecelakaan. Hasil tentatif dari analisis ini dimungkinkan untuk menganalisis bagaimana seharusnya pengelolaan manajemen keselamatan transportasi dalam menyikapi lokasi pasar tradisional yang memanfaatkan badan jalan.

Hasil analisis tersebut kemudian dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengelolaan sistem lalu lintas yang diterapkan. Skenario lalu lintas seperti penerapan jalan searah pada waktu dan jam tertentu, namun dengan tetap tidak mengabaikan bagaimana konektivitas jalan.

Skenario yang digunakan harus memperhatikan persebaran spasial antara lokasi kecelakaan, lokasi pasar tradisional, dan juga persebaran konektivitas jalan sehingga skenario yang

diterapkan dapat efektif dan tidak menghambat aktivitas transportasi.

Banyak hal yang dapat dilakukan dan diterapkan aplikasinya di Indonesia. Pemanfaatan

GIS akan sangat membantu dalam manajemen keselamatan transportasi di Indonesia. Masih ada aplikasi GIS untuk penentuan zonasi dan skenario parkir yang menggunakan badan jalan, atau

analisis kecelakaan dan hubunganya dengan fenomena spasial lain sehingga kebijakan yang di ambil dapat dilihat dari kekomplekan spasial yang berhubungan dengan lalulintas.

(11)

spasial maka data tersebut akan dapat dihubungkan satu dengan yang lain. Semakin banyak variabel berkaitan yang digunakan dalam pengambilan kebijakan manajemen keselamatan transportasi maka akan semakin baik hasil yang diperoleh dan meningkatkan keselamatan transportasi.

3.2. Studi Sederhana

Studi sederhana ini dilakukan dengan tujuan untuk memvisualisasikan data volume lalu lintas rata-rata harian di kota tegal. Batasannya adalah hanya visualisasi beberapa ruas jalan di kota Tegal. Diharapkan dari penelitian ini hanya untuk menunjukan bagaimana efektivitas dari penyajian data yang dilakukan dengan visualisasi berupa peta. Sehingga dari peta yang sangat sederhana ini dapat diperoleh banyak analisis sederhana.

Gambar 6. Peta Volume Lalulintas (LHR Tahun 2012) Sebagian Jalan Kota Tegal

(12)

konektivitas jalan selain jalan yang dimodelkan volume lalu lintas harinya. Selain untuk menunjukan jaringan jalan, data latar ini dapat menunjukan gambaran dari penggunaan lahan di Kota Tegal yang secara langsung akan memengaruhi volume lalu lintas.

Secara sederhana penggunaan lahan berupa permukiman merupakan awal kegiatan transportasi yang dimulai oleh manusia, sedangkan daerah pusat kota merupakan tujuan dari perjalanan manusia. Peta tersebut menunjukan bahwa daerah di pusat Kota Tegal memiliki jalan utama yang melintang selatan utara. Jalan dengan volume lalu lintas paling padat ada di tengah kota dengan penggunaan lahan dominan berupa permukiman maupun lahan terbangun.

Bedasarkan peta tersebut jalan yang memiliki angka LHR atau volume lalu lintas tertinggi adalah jalan Sultan Agung hingga A.R. Hakim dan Jalan Kapten Sudibyo. Kedua ruas jalan ini jika dilihat secara spasial maka akan terlihat bahwa jalan ini merupakan jalan yang sejajar. Dimensi dan panjang kedua ruas jalan ini juga tidak jauh berbeda. Sehingga jalan kedua jalan ini jika tidak mampu menampung volume lalu lintas, dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan skenario lalu lintas.

Contoh skenario yang dapat diterapkan untuk memaksimalkan pelayanan kedua ruas jalan padat ini adalah dengan menjadikan kedua jalan ini menjadi jalan searah. Satu ruas searah dari utara ke selatan, satu ruas lagi sebaliknya. Melihat penggunaan lahan diantara dua ruas jalan ini adalah berupa permukiman, dan terlihat jaringan jalan lokal disekitaran permukiman, maka penerapan skenario searah ini tidak akan banyak menemui kendala. Berbeda jika diantara kedua jalan ini tidak memiliki akses-akses lokal yang memudahkan pengguna jalan.

Studi sederhana ini seharusnya dapat dimaksimalkan dengan melakukan penelitian disemua aspek yang dapat dijadikan analisis untuk penyusunan skenario yang lebih maksimal.

Variabel lain yang mungkin bisa digunakan adalah lebar jalan dan kondisi jalan, sehingga didapatkan hasil bagaimana kemampuan atau daya dukung jalan bagi pemanfaatan jalan. Penelitian lebih dalam memanfaatkan GIS dapat mengadopsi dari penelitian yang dilakukan di

negara maju yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya. Dapat ditambahkan lokasi dan intensitas kecelakaan, lokasi sekolah, pasar, dan obyek lain yang berpengaruh pada pergerakan

manusia memanfaatkan jalan dan mempengaruhi volume lalulintas,.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

teknologi GIS di negara maju yang dapat diterapkan di Indonesia. Sebagai alat untuk pendukung pengambil kebijakan transportasi, GIS-T dapat dikatakan sangat potensial dikembangkan di Indonesia yang menjadikan jalan raya sebagai fasilitas transportasi dominan. Adaptasi dan penyesuaian parameter yang digunakan juga perlu diperhatikan dengan sosial budaya di Indonesia.

Studi sederhana menunjukan fenomena spasial volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang dihitung dengan satuan mobil penumpang (SMP). Peta yang dihasilkan menunjukan bagaimana konektivitas antara jalan, volume lalu lintasnya. Latar belakang peta berupa citra satelit dapat menunjukan bagaimana keterkaitan antara volume lalu lintas dan penggunaan lahan yang ada. Peta tersebut dapat menggambarkan dengan sangat informatif mengenai keadaan volume lalu lintas jalan. Skenario sederhana dapat disusun hanya dengan melihat peta dengan data yang sangat terbatas itu.

(14)

DAFTARPUSTAKA

Aronoff, Stan. 1989. Geographic Information System a Management Perspective. WDL Publication : Ottawa-Canada

Brush, Trisha W. 1999. Governor Persuaded to Widen “Killer 169” by the Power of GIS. ESRI ArcNews, Fall 1999,p 22.

Burrough, P.A. 1986. Principles of Geographic Information Systems for Land Resource Assessment. Monographs on Soil and Resources Survey No. 12, Oxford Science Publications : New York.

Clarkson H. Oglesby dan R. Gary Hicks. 1999. Teknik Jalan Raya Jilid I. Edisi Ke-empat. Penerbit Erlangga.

Fletcher, D. 2000. Geographic information systems for transportation: A look forward in Transportation in the New Millenium: State of the Art and Future Directions. Washington, DC:

Transportation Research Board.

Harvey J. Miller and Shih- Lung Shaw. 2001. Geographic Information Systems for Transportation

(GIS-T): Principles and Application. Oxford University Press.

Mitra, Sudeshna. Enhancing Road Traffic Safety: A GIS Based Methodology to Identify Potential Areas of Improvement. Civil and Environmental Engineering Department California

Polytechnic State University,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN.

Roche, Jerry. 2000. Geographic Information Systems-Based Crash Data Analysis And The Benefits To Traffic Safety. 2000 MTC Transportation Scholar Conference. Ames-Lowa

Gambar

Gambar 1 Konsep Dasar Sistem Infromasi Geografis (Google.com dengan Modifikasi, 2013)
Gambar 2. Peta Zonasi Kecelakaan dan visualisasi Kepadatan Penduduk, Sekolah, Bar                                   dan Pub (Sudeshna Mitra)
Gambar 2 menunjukan tingkat dan lokasi kecelakaan dengan ditambahkan data berupa
Gambar 4. Peta Kecelakaan pada Lampu Lalulintas  Lowa 1995-1997 (Roche, 2000)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara Electronic word of mouth (E-wom) dengan minat berkunjung dibuktikan oleh penelitian yang salah satunya dilakukan oleh Erkan (2016) yang menyatakan

tersebut harus jelas, termasuk mengontrol suhu konstan dan kelembaban relatif, lingkungan yang bebas dari bahan kimia yang agresif, dan tingkat cahaya yang sesuai.. Tindakan

Persaingan yang semakin ketat dalam dunia perbankan, menjadikan perusahan-perusahan perbankan harus memiliki sumber daya manusia yang terampil dan kompeten untuk menjalankan

Dalam kasus ini adalah membedah logo Autocillin melalui pendekatan teori Semiotika dari Peirce dengan pengembangannya pada ikon, indeks dan simbol, serta teori Semiotika hasil

Kemandirian terdiri atas kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian perilaku (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy). Individu dikatakan

Pembelajaran matematika di sekolah bertujuan agar peserta didik memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, serta

Mengingat besaran dana yang akan diterima oleh provinsi Papua dan propinsi Papua Barat akan mengalami penurunan apabila alternatif kebijakan ini diambil, maka

Ketika Anda membongkar laptop, sangat sering Anda harus memisahkan bagian- bagian yang terbuat dari plastik. Sebagai contoh, ketika Anda mengganti layar LCD, Anda