• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN tahu KERUPUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN tahu KERUPUK"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999).

Ekonomi wilayah merupakan suatu sub disiplin ilmu yang membahas dan menganalisis suatu wilayah secara keseluruhan atau melihat berbagai wilayah dengan potensinya yang beragam beserta cara mengatur suatu kebijakan yang dapat mempercapat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah (Eko Budi Santoso, 2013). Salah satu kebijakan yang diharapkan mampu meningkatkan ekonomi seluruh wilayah di Indonesia adalah otonomi daerah yang memberikan peluang secara mandiri bagi tiap wilayah untuk mengembangkan perekonomiannya berdasarkan potensi yang ada di wilayah tersebut.

(2)

daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat mendorong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan (Suparmoko, 2002).

Pembangunan perekonomian suatu daerah saat ini masih belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Hal tersebut disebabkan karena pola pengembangan ekonomi daerah / lokal yang sedang dan telah dilaksanakan oleh daerah terkesan kurang sistematik. Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab dari kurang berkembangnya potensi ekonomi daerah dan berakibat rendahnya daya saing ekonomi daerah. Rendahnya daya saing ekonomi daerah tersebut pada akhirnya menyebabkan arus masuknya investasi menjadi kurang signifikan . Untuk itulah, agar pengembangan ekonomi daerah dapat berhasil dan berdaya guna, maka perlu diupayakan pengembangan potensi ekonomi daerah melalui pengembangan produk unggulan daerah (PUD) .

Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara astronomis Kabupaten Pemalang terletak antara 1090 17′ 30″ – 1090 40′ 30″ BT dan 80 52′ 30″ – 70 20′ 11″ LS. Kabupaten Pemalang memiliki posisi yang strategis, baik dari sisi perdagangan maupun pemerintahan. Dan menyimpan potensi sumber daya alam dengan panorama keindahan alam yang memikat serta sumber daya manusia yang sangat besar menjadikan Kabupaten Pemalang sebagai sebuah potensi laksana permata yang terpendam yang siap untuk digali. Sektor pertanian dengan lahan sawah seluas 38.617 hektar dan lahan kering 23.813 hektar masih menjadi tulang punggung perekonomian di Kabupaten ini, komoditas yang menonjol untuk tanaman pangan adalah Padi, Ketela Pohon dan Jagung, Sayur-sayuran, Bawang Merah, Cabai Merah dan Ketimun. Sedangkan produksi buah-buahan adalah Nanas Madu, Pisang dan Mangga.

(3)

akan tetapi kondisi tersebut mempengaruhi ukuran nanas ini. Jika dibandingkan dengan nanas lain, nanas madu ini jauh lebih kecil. Secara umum ukuran nanas madu khas Pemalang ini, dari pangkal buah hingga pangkal mahkota sekitar 10 cm dengan berat berkisar 500 sampai 600 gram. Berdasarkan pengujian tingkat kemanisan nanas ini sekitar 17.80 Briks, lebih tinggi dari tingkat kemanisan nanas biasa yang hanya memiliki tingkat kemanisan sekitar 8 - 11 Briks. Yang istimewa dari nanas madu khas daerah Kabupaten Pemalang adalah tidak meninggalkan rasa gatal di mulut meski buah baru di panen dan tanpa di cuci dengan air garam.

Nilai ekonomis Nanas Madu yang telah diolah menjadi beberapa produk seperti Kerupuk Nanas jauh lebih tinggi dibandingkan Nanas Madu yang langsung dijual mentahnya. Sebagai contoh, Nanas madu yang dijual dipasaran harganya hanya Rp3.000 per biji, Sedangkan untuk produk olahanya keuntungan yang didapatkan bisa 3 kali lipat dari pada dijual secara langsung .

Usaha pengolahan Nanas madu ini sangat potensial dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Kabupaten Pemalang. Kegiatan produksinya menggunakan potensi SDA dan SDM setempat, produk

memiliki value added yang tinggi, memiliki prospek pasar domestik dan ekspor

yang sangat bagus dan dapat memicu pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor terkait, khususnya di Kabupaten Pemalang. Sayangnya, usaha ini masih dalam skala kecil karena proses produksinya yang relatif rumit dan lama, dan manajemen pemasaranya yang masih sangat sederhana.

Melihat potensi dan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan analisis SWOT usaha olahan nanas madu di Kabupaten pemalang untuk menemukan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha tersebut guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal, khususnya bagi masyarakat Pemalang .

1.2 Rumusan Masalah

1. Sektor usaha apa saja yang menjadi sektor basis di Kabupaten Pemalang ? 2. Bagaimana gambaran umum dan potensi Kabupaten Pemalang?

(4)

4. Bagaimana perencanaan strategi yang tepat untuk mengembangkan usaha pengolahan kerupuk nanas madu pemalang dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pemalang ? 1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sektor usaha yang menjadi sektor basis di Kabupaten Pemalang

2. Untuk mengetahui gambaran umum dan potensi nanas madu di Kabupaten Pemalang

3. Untuk mengetahui analisis SWOT usaha pengolahan kerupuk nanas madu di Kabupaten Pemalang

4. Untuk mengetahui perencanaan strategi yang tepat untuk mengembangkan usaha pengolahan kerupuk nanas madu pemalang dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pemalang

1.4 Manfaat Penulisan 1. Manfaat Bagi Penulis

Dapat melatih dan meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat karya tulis serta memperluas wawasan keilmuan khususnya dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi lokal masyarakat desa.

2. Manfaat Bagi Pembaca

Dapat menambah wawasan keilmuan dan sebagai referensi dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal masyarakat desa.

3. Manfaat Bagi Pemerintah

Sebagai referensi dalam menentukan dan melakukan berbagai kebijakan ekonomi, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui pengembangan UKM yang sesuai dengan potensi lokal .

BAB II

(5)

2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang menjadi komoditas di wilayah tersebut. Namun agar dapat melihat pertambahan dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai rid, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.

Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah. Menurut Sadono Sukirno (2002:10) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

2.2 Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertmana kali oleh Tiebot. Teori ini membagi kegiatan produksi/ jenis pekerjaan yang terdapat di dala satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat eksogenous berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artimya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2004 : 53)

(6)

wilayah, sehingga akan menyebabkan turunya permintaan produk dari aktivitas non basis.

Untuk mengukur basis ekonomi suatu daerah, teknik yang lazim

digunakan adalah dengan menggunakan Location Quention. Dasar pemikiran

teknik ini adalah teori economic base yang intinya adalah karena basis menghasilkan barang untuk pasar didalam dan diluar daerah yang bersangkutan, maka penjualan ke daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah akan menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut yang pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan kesempatan kerja baru. Oleh karena itu, industri basislah yang patut dikembangkan di suatu daerah (Arsyad, 1999).

Location Quotient (kuosien lokasi) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/ industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/ industri tersebut secara nasional. Ada banyak variable yang bisa diperbandingkan, tetapi yang umum adalah nilai tambah (tingkat pendapatan) dan jumlah lapangan kerja, berikut ini digunakan adalah nilai tambah (tingkat pendapatan). (Tarigan 2005 : 30-42) dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

vi = pendapatan sektor tertentu padasuatu daerah. vt = total pendapatan daerah tersebut.

Vi = pendapatan sektor tertentu secara regional atau nasional Vt = total pendapatan regional atau nasional.

2.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu instrument strategi perencanaan dengan

menggunakan kerangka kerja kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness)

internal, serta kesempatan (Opportunitiy) dan ancaman (Threat) eksternal (Start

dan Ingie dalam New Weave (2002:170) dan Schuler (1986) Empowerment

and the Law).

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan strength

dan opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan weaknesses

(7)

dan threats. Hasil dari analisis SWOT digunakan untuk merancang empat strategi, yaitu: (1) Strategi S-O, strategi yang menggunakan strength untuk

memanfaatkan opportunity, (2) Strategi W-O, strategi yang menanggulangi

weakness dengan memanfaatkan opportunity, (3) Strategi S-T, strategi yang menggunakan strength untuk mengatasi threat, dan (4) Strategi W-T, strategi

yang memperkecil weakness dan menghindari threat (Rangkuti, 2001 dalam

Mangiwa).

2.4 Teori Pertumbuhan Jalur Cepat Yang Disinergikan

Teori Pertumbuhan Jalur Cepat diperkenalkan oleh Samuelson. Setiap Negara/wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena

sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya dengan

kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu singkat dan volume sumbangan untukperekonomian juga cukup besar. Agar pasarannya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar luar negri. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektor — sektor adalah membuat sektor — sektor saling terkait dan saling mendukung. Dengan demikian, pertumbuhan sector yang satu mendorong pertumbuhan sector yang

lain, begitu juga sebaliknya, shingga perekonomian akan tumbuh cepat..

Permasalahan klasik selama ini lemahnya regulasi dan kebijakan berkelanjutan dalam pengelolaan produk unggulan. Belum maksimalnya program-program yang menindak lanjuti produk unggulan. Masih terkesan kurang sungguh-sungguh, tidak pernah tuntas, sehingga terputusnya mata rantai proses produksi yang mengakibatkan kehilangan pasar. Menimbulkan iklim ketidak pastian bagi masyarakat. Sehingga, Pemerintah Kabupaten Solok Selatan memiliki beberapa seknario dalam meningkatkan pendapatan daerah dengan berbasis daya saing produk lokal, yaitu ;

a. secara aktif memperkenalkan produk kita.

b. Lirik pasar sasaran dengan memperhitungan kapasitas dan daya saing kompetitif

c. Amankan jalur distribusi produk ke konsumen, menjaga tidak

(8)

d. Produktifitas atau aktifitas produksi, meliputi ketersediaan bahan baku, sumber daya manusia

(9)

BAB III

METODOLOGI PENULISAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel adalah subyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto 1998). Variabel dalam penelitian ini meliputi :

A. Laju pertumbuhan ekonomi.

Laju pertumbuhan ekonomi adalah laju pertumbuhan ekonomi daerah berarti besar kecilnya persentase peningkatan produksi barang dan jasa masyarakat menurut sektor produksi suatu daerah bisa juga dapat diartikan kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan

penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi berlaku atau tidak. Laju pertumbuhan ekonomi diukur dengan indikator

perkembangan PDRB berdasarkan harga konstan dari tahun ke tahun yang dinyatakan dalam persen per tahun. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui pembangunan daerah dilihat dari besarnya pertumbuhan PDRB setiap tahunnya.

B. Pertumbuhan sektor ekonomi

Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dari angka PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 dan dinyatakan dalam persentase.

C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB dalam penelitian ini dilihat menurut pendekatan produksi yaitu merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun).

3.2 Metode Pengumpulan Data

(10)

dengan hal tersebut maka pengumpulan data diperlukan guna mendapatkan data-data yang obyektif dan lengkap sesuai dengan permasalahan yang diambil.

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh kenyataan yang mengungkapkan data-data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode dokumentasi, yaitu suatu cara memperoleh data atau informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan tertulis yang lalu baik berupa angka maupun keterangan (Arikunto 1998). Untuk kepentingan penelitian ini digunakan data sekunder melalui metode dokumentasi berupa data PDRB Kabupaten Pemalang dan PDRB Propinsi Jawa Tengah tahun 2001-2013 (data terbaru) atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan

yang bersumber dari dokumentasi BPS.

3.3 Teknik Pengolahan Data

Input

Gambar 3.3 Skema Teknik Pengolahan Data

Input : Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder yang berasal dari jurnal penelitian dan hasil survei baik cetak maupun elektronik (internet), literatur buku maupun dari situs-situskoran online.

Proses : Menganalisis data yang terkumpul yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam karyatulis.

Output : penyajian data berupa makalah karya tulis.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Hal ini dilakukan karena kami ingin berusaha mengerti dan memahami secara komprehensif mengenai sektor di Kabupaten Pemalang yang termasuk sektor basis non basis dengan analisis LQ, sedangkan untuk menganalisis sektor basis potensial yang dapat dikembangkan di Kabupaten Pemalang khususnya berbasis

(11)
(12)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Sektor Basis dan Non Basis di Kabupaten Pemalang

Dalam merencanakan pembangunan ekonomi di suatu wilayah termasuk Kabupaten Pemalang , perlu mengetahui sektor ataupun komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena

potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk

dikembangkan. Perkembangan sektor basis tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh.

Untuk menganalisisnya kami menggunakan Location Quention. Adapun hasil

perhitungannnya kami sajikan dalam tabel.

Tabel 4.1a Tabel LQ Kabupaten Pemalang Tahun 2001-2013

(13)

2,02 2,02 2,05 2,11

Dari tabel diatas, bisa kita klasifikasikan mana yang termasuk sektor basis atau sektor non basis di Kabupaten Pemalang. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 2.2, sektor basis merupakan sektor yang mampu mencukupi kebutuhan domestik di kabupatennya (LQ=1) atau bahkan mampu mengekspor hasilnya ke luar kabupatennya (LQ>1). Adapun sektor non-basis merupakan sektor yang belum mampu memenuhi kebutuhan domestik di kabupaten tersebut (LQ<1) sehingga butuh impor dari daerah lain. Apakah sektor tersebut basis (B) atau non-basis (NB) kami sajikan secara ringkas dalam tabel.

Tabel 4.1 b Kesimpulan Sektor Basis dan Non Basis tahun 2001-2013

SEKTOR USAHA

Tahun

(14)

1. PERTANIAN - 2001-2013

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN - 2001-2013

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2001-2013 -

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH - 2001-2013

5. BANGUNAN 2001-2013 -

6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN - 2001-2013

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 2001-2013 -

8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 2001-2012 2013

9. JASA-JASA 2001-2013

-Sumber: BPS Kabupaten Pemalang, 2015 (diolah).

Dari tabel tersebut, bisa kita lihat bahwa di Kabupaten Pemalang yang menjadi sektor basis adalah sektor industri pengolahan; bangunan; pengangkutan dan komunikasi; jasa-jasa . Sedangkan sektor non basis meliputi sektor pertanian; pertambangan dan penggalian ; listrik, gas, air bersih; perdaganga,hotel dan restoran . Namun ada perubahan dalam sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2001 hingga 2012 sektor tersebut menjadi sektor non basis tetapi pada tahun selanjutnya, yaitu tahun 2013 menjadi sektor basis.

Berdasarkan hasil penentuan sektor basis dan non basis tersebut diatas, wajar jika sektor sektor industri pengolahan; bangunan; pengangkutan dan komunikasi; jasa-jasa menjadi sektor basis di Kabupaten Pemalang mengingat Kabupaten ini merupakan kabupaten yang strategis secara geografis . Mayoritas penduduk Kabupaten Pemalang menggantungkan hidup mereka pada keempat sektor tersebut. Sedangkan perubahan yang terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dimungkinkan terjadi karena pertumbuhan ekonomi mulai maju dan pentingnya masyarakat dalam meggunakan jasa-jasa sehingga di tahun 2013 sektor jasa-jasa menjadi sekor basis .

(15)

Melihat hasil perhitungan LQ dan analisis di atas, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian merupakan sektor utama yang akan diangkat penulis dan sektor lainya sebagai pendukung hal ini karena nanas madu merupakan produk lokal asli pemalang yang berasal dari sektor pertanian namun kita tahu sendiri di Kabupaten Pemalang sektor pertanian bukanlah sektor basis sehingga dalam peningkatan produk lokal nanas madu industri pengolahan sangat berperan dalam mengolah nanas madu menjadi produk olahan seperti kerupuk nanas yang akan menjadi nilai tambah sendiri produk lokal sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat .

4.2 Kondisi Umum dan Potensi Kabupaten Pemalang

Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Dengan Luas wilayah sebesar 111.530 Ha, sebagian besar wilayah merupakan tanah kering seluas 72.836 Ha (65,30%) dan lainnya tanah persawahan seluas 38.694 Ha (34,7%).

Jumlah penduduk Kabupaten Pemalang, berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 adalah 1.262.013 orang, yang terdiri dari 625.642 laki-laki dan 636.371 perempuan. Dari data tersebut 3 kecamatan menempati urutan teratas jumlah penduduknya yaitu Kecamatan Pemalang sebesar 173.217 orang, Kecamatan Taman sebesar 157.298 orang serta Kecamatan Petarukan sebesar 143.816 orang. Dengan luas wilayah Kabupaten Pemalang sekitar 1.115,30 kilometer persegi yang didiami oleh 1.262.013 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Pemalang adalah sebanyak 1.132 orang per kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Comal yakni sebanyak 3.240 orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Warungpring dengan kepadatan sebanyak 492 orang per kilometer persegi.

(16)

harga berlaku pada tahun 2010 sebesar Rp. 8.066.313,66 juta, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar Rp. 3.455.736,95 juta. PDRB per kapita menurut harga berlaku yaitu 6,329 juta rupiah dan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 sebesar 4,94 persen.

Pendaptan per kapita Kabupaten Pemalang pada tahun 2010 atas dasar harga konstan sebesar Rp.2.738.000,00 per orang Angka tersebut meningkat secara nominal daripada tahun 2009 sebesar Rp. 2.373.358,00, Tahun 2008 sebesar Rp. 2.255.100,00 per orang dan tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 2.166.279,00. Tingkat inflasi di Kabupaten Pemalang pada Tahun 2010 diperkirakan sebesar 7,38%. Kondisi ini menurun apabila dibandingkan dengan laju inflasi pada Tahun 2009 yang sebesar 8,71%. Kondisi tersebut mengindikasikan terjadi stabilisasi perekonomian daerah, meskipun demikian secara makro kondisi tersebut perlu dijaga agar nilai inflasi juga tidak terlalu rendah.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pemalang mengalami peningkatan sebesar 0,13 % dari 5,28% pada tahun 2012, menjadi 5,41% pada tahun 2013. Hal tersebut disampaikan Wakil Bupati Pemalang, Mukti Agung Wibowo, ST., saat membuka Forum SKPD Kabupaten Pemalang tahun 2014, mewakili Bupati Pemalang di gegung Serba Guna Jl. Jend. Sudirman, Pemalang, Selasa, (18/3/2014). Sedangkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pemalang pada tahun 2012 meningkat sebesar 0,44 dari sebelumnya, atau menjadi 72,8 dari 70,66 pada tahun sebelumnya .

Beberapa potensi yang bisa dijadikan komoditas unggulan dalam rangka mendukung pengembangan Kabupaten Pemalang meliputi : industri tekstil, tenun dan konveksi, kawasan agropolitan, hasil pertanian dan perkebunan, obyek wisata, dan perikanan tangkap dan budidaya.

Nanas adalah salah satu komoditi buah unggulan Indonesia yang banyak digemari masyarakat lokal maupun luar negeri. Di antara buah nanas yang dibudidayakan saat ini yang popular dan bisa diterima oleh pasar ekspor adalah nanas madu Pemalang.

(17)

rasanya manis bak madu. Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang yang berlokasi di kaki Gunung Slamet merupakan sentra penghasil nanas ini.

Ditilik perbedaannya, nanas madu Pemalang memiliki ciri fisik lebih mungil dengan ukuran paling besar 2 kepalan tangan orang dewasa, tapi kalo soal rasa, tidak kalah nikmat. Bahkan beberapa petani nanas Madu di daerah Belik mengklaim bahwa nanas madu dari Belik rasanya lebih manis dari nanas madu Subang. Selain manis seperti madu, nanas madu Pemalang juga tidak terlalu kesat di lidah. “Nanas madu Pemalang lebih manis karena kadar airnya tidak terlalu banyak. Kondisi lahan yang berada di lereng gunung turut mempengaruhi kadar air pada buah nanas. Karena lahannya miring, air tidak banyak menggenang,” pungkas Solihin, salah satu petani nanas madu di Kec. Belik, Pemalang. Lantaran unggul dalam hal cita rasa, petani nanas di daerah Pemalang pun mengalami banjir permintaan.

Untuk pembudidayaan tanaman buah nanas tidak terlalu sulit, karena nanas termasuk jenis tanaman yang dapat hidup di mana saja dan tidak mengenal musim panen (tidak mengenal waktu-waktu tertentu untuk panen). Tetapi panen besar atau panen raya nanas biasanya berlangsung pada bulan Januari, Juli, dan Desember. Tidak seperti tanaman tunas lainnya, nanas dapat hidup hingga puluhan tahun dan dapat dipanen berulang-ulang dengan masa produktif optimal hingga 5 tahun. Dan penggantian bibit baru dilakukan setelah masa produktif habis.

Potensi nanas madu sebagai produk lokal dimanfatkan banyak UMKM di Kabupaten Pemalang untuk diolah lagi menjadi beberapa produk olahan seperti kerupuk nanas madu , Kerupuk nanas madu sudah menjadi komoditas yang dicari di pasaran dan permintaan setiap tahunya meningkat karena kerupuk nanas yang dijual memiliki rasa unik dan renyahny secara rasa kerupuk nanas agak manis-manis gurih tidak terkesan kecut sedikitpun apalagi asin. Jika dilihat dari komposisinya tidak terdapat gula hanya terdiri dari Nanas madu, tepung tapioka, garam, minyak nabati dll. Hal ini dikarenakan nanas madu pemalang memiliki rasa manis alami .

(18)

harganya hanya Rp3.000 per biji, Sedangkan untuk produk olahanya keuntungan yang didapatkan bisa 3 kali lipat dari pada dijual secara langsung .

4.3 Analisis SWOT Usaha Pengolahan Kerupuk Nanas Madu di Kabupaten Pemalang

Proses produksi usaha kerupuk nanas madu kebanyakan masih dilakukan secara individual dan konvensional. Biasanya para pengolah kerupuk ini mengerjakan produksinya sendiri di rumah masing-masing, tapi ada sebagian yang sudah mampu mempekerjakan karyawan untuk membantu proses produksi. Peralatan produksi yang digunakan masih sangat sederhana dan seadanya, seperti tempat penjemuran dari bambu dan sebagainya. Selain itu proses penjemuran bahan baku juga masih menggunakan panas matahari sehingga sangat tergantung pada kondisi cuaca. Hal ini menyebabkan proses produksi relatif rumit sehingga memakan waktu yang lama. Pengemasannya pun masih sangat sederhana dan hanya sedikit yag sudah memiliki merek .

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan studi literatur, kami menemukan beberapa keunggulan dan kelemahan usaha pengolahan kerupuk nanas madu di Kabuaten Pemalang baik faktor internal maupun eksternal. Aspek internal usaha pengolahan memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut: (1) Produk bersifat khas, yaitu cita rasa manis alami; (2) Bahan baku berupa SDA lokal yang mudah didapatkan; (3) Tenaga kerja berasal dari penduduk setempat dengan jumlah yang memadai; (4) Proses pengolahan menggunakan peralatan yang sederhana sehingga tidak membutuhkan modal

yang besar; (5) Produk memiliki value added yang tinggi sehingga dapat

meningkatkan penghasilan petani; (6) Sentra produksi dan distribusi terletak di kawasan pariwisata sehingga akan mempermudah promosi untuk menarik konsumen. Selain keunggulan-keunggulan tersebut, usaha ini juga memiliki kelemahan internal yaitu: (1) Proses pengolahan masih sederhana dan membutuhkan waktu yang relatif lama; (2) Proses pengolahan belum diuji secara klinis; (3) Proses pengeringan menggunakan sinar matahari sehingga sangat tergantung pada kondisi cuaca; (4) Desain produk dan kemasannya masih sangat sederhana sehingga kurang menarik minat konsumen.

(19)

sehingga peluang pasar domestik sangat luas; (2) Terbukanya peluang pasar ekspor.; (3) Adanya bantuan modal dari pemerintah dan paguyuban masyarakat setempat, sehingga para pengusaha kerupuk olahan hasil nanas madu bisa memperluas usahanya tanpa kesulitan modal. Sedangkan kelemahan eksternal meliputi: (1) Promosi produk yang dilakukan oleh pemerintah kota setempat masih dalam skala kecil, sebatas display UMKM dan promosi skala kecil lainnya sehingga produk khas Pemalang ini belum dikenal luas oleh masyarakat; (2) Sentra produksi dan distribusi terletak di daerah yang jauh dari pusat kota sehingga kurang menarik konsumen . (3) Usaha sejenis juga dikembangkan di salah satu kota lain, yaitu di Subang walaupun distribusinya masih sebatas di kota tersebut tapi tetap ada peluang persaingan antara kedua kegiatan usaha ini. Jika para pengusaha di Pemalang kalah cepat mengembangkan usahanya, maka tidak menutup kemungkinan potensi pasar akan dikuasai oleh pengusaha di

Subang . Analisis SWOT tersebut kami rangkum dalam tabel 4.3. Strength dan

Weakness menguraikan faktor-faktor internal, sedangkan Opportunity dan Threath menguraikan faktor-faktor internal .

Tabel 4.3 Analisis SWOT Produk Kerupuk Nanas Madu

(20)

 Produk bersifat khas  Bahan baku adalah potensi

lokal

 Ketersediaan tenaga kerja yang memadai

 Sentra produksi dan distribusi terletak di kawasan wisata

 Desain produk dan kemasannya yang

relatif sederhana

 Kurangnya promosi secara luas

oleh pemerintah setempat

 Lingkungan sekitar sentra produksi dan distribusi yang jauh dari perkotaan

 Adanya peluang persaingan dengan

industri sejenis

Sumber: Data primer dan sekunder dari berbagai sumber (diolah).

4.4 Perencanaan Strategi Pengembangan Produk Kerupuk Nanas Madu. Rancangan strategi untuk mengembangkan usaha pengolahan kerupuk hasi laut di Kenjeran dapat diderivikasikn dari hasil analisis SWOT yang telah dipaparkan dalam tabel 4.1.

Berdasarkan hasil analisis SWOT dan konsep pemberdayaan Charles, maka strategi pengembangan usaha pengolahan kerupuk nanas madu di Pemalang meliputi: (1) Perbaikan menejemen usaha meliputi kegiatan produksi, distribusi

dan segala hal yang menyangkut pengembangan usaha, (2) Pembagian job

(21)

produk, (3) Pengembangan promosi ke pasar domestik dan ekspor dengan media yang lebih modern, dan melalui baleho-baleho di area Wisata Guci , serta tempat-tempat strategis lainnya, (4) Membangun kerjasama dengan masyarakat pesisir di berbagai wilayah Indonesia sebagai pemasok bahan baku maupun sebagai cabang usaha (5) Pengembangan proses produksi dengan peralatan yang lebih modern., (6) Pengembangan produk yang beorientasi kualitas, (7)

Perbaikan packaging produk agar bisa bertahan dalam persaingan di pasar, dan

(22)

Strength (S) Weakness (W)

 Produk bersifat khas

 Bahan baku adalah potensi lokal  Ketersediaan tenaga kerja yang

memadai

 Sentra produksi dan distribusi terletak di kawasan wisata sehingga akan mempermudah promosi produk

 Proses pengolahan dilakukan secara konvensional dengan menggunakan alat yang sederhana sehingga relatif lama dan rumit

 Proses pengolahan belum teruji secara klinis

 Proses pengolahan (pengeringan)

tergantung cuaca

 Desain produk dan kemasannya yang

relatif sederhana

Opportunity (O) Strategi S-O Strategi W-O

 Masyarakat menyukai cemilan

kerupuk (peluang pasar domestik)

 Terbukanya peluang pasar ekspor

 Adanya bantuan modal dari dinas

pemerintah dan paguyuban setempat

 Perbaikan menejemen usaha meliputi

kegiatan produksi, distribusi dan segala hal yang menyangkut pengembangan usaha

(23)

Threath (T) Strategi S-T Strategi W-T

 Kurangnya promosi secara

luas oleh pemerintah setempat

 Lingkungan sekitar sentra produksi dan distribusi yang jauh dari perkotaan

 Adanya peluang persaingan dengan

industri sejenis

Pengembangan produk yang berdaya

saing tinggi dengan muatan cirri khas lokal.

 Perbaikan packaging produk agar

bisa bertahan dalam persaingan di pasar

 Perbaikan infrastruktur area sentra

produksi dan distribusi produk untuk menarik minat konsumen mengunjungi daerah tersebut

(24)

Dalam rangka memastikan keberlangsungan implementasi gagasan ini, diperlukan langkah strategis sebagai key factor (poin kunci) keberhasilan, yaitu dengan melibatkan berbagai pihak dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya, khususnya pemerintah dan masyarakat setempat sehingga pelaksanaan strategi akan mendapat dukungan dari banyak pihak .

Proses impelementasi dimulai dari Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia sebagai penanggung jawab bidang perdagangan nasional. Kementrian Perdagangan melakukan koordinasi dengan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang untuk merancang pengembangan strategi yang tepat dalam pengembangan usaha pengolahan kerupuk nanas madu secara nasional. Selanjutanya Kementrian Perdagangan melakukan analisis potensi wilayah penghasil nanas madu untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang berpotensi mendukung pengembangan usaha pengolahan kerupuk nanas madu yang selanjutnya dikoordinasikan dengan Dinas Perdagangan setempat. Sedangkan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang berkoordinasi dengan para pelaku usaha di Kabupaten Pemalang untuk membentuk komunitas sebagai media perantara antara pelaku usaha dan pemerintah serta pihak eksternal lain yang mungkin akan menjalin kerjasama dalam pengembangan usaha. Setelah komunitas tersebut dibentuk, kemudian bersama Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang merancang pengembangan strategi usaha pengolahan kerupuk nanas madu di Pemalang . diharapkankan dengan adanya komunitas ini akan mengembangkan UMKM di pemalang yang berproduksi dalam pengolahan keripik nanas . kerjasama antara Kementrian Perdagangan Republik Indonesia dengan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pemalang diharapkan dapat membantu sistem pemasaran keripik nanas madu secara nasional .

(25)
(26)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya,

maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut;

1. Sektor Usaha di Kabupaten Pemalang yang menjadi sektor basis adalah sektor industri pengolahan; bangunan; pengangkutan dan komunikasi; jasa-jasa . Sedangkan sektor non basis meliputi sektor pertanian; pertambangan dan penggalian ; listrik, gas, air bersih; perdaganga,hotel dan restoran . Namun ada perubahan dalam sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2001 hingga 2012 sektor tersebut menjadi sektor non basis tetapi pada tahun selanjutnya, yaitu tahun 2013 menjadi sektor basis

2. Usaha pengolahan kerupuk nanas madu di Pemalang sangat potensial dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Pemalang

3. Keunggulan dalam kelemahan baik internal maupun eksternal yang telah dianalisis menggunakan metode SWOT, memunculkan berbagai peluang strategi yang dapat diimpelementasikan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pemalang.

(27)

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas maka ada beberapa saran yang dapat

disampaikan oleh penulis, yaitu ;

1. Pemerintah Kabupaten Pemalang perlu melakukan analis sektor basis dan non basis secara rutin dalam periode tertentu sebagai landasan pengambilan kebijakan perencanaan dan pembangunan wilayah.

2. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur di daerah produksi dan distiribusi nanas madu dipertimbangkan menjadi salah satu prioritas pembangunan Pemerintah Kabupaten Pemalang mengingat potensi Pertanian dan Perkebunan yang dimilikinya khususnya nanas madu.

3. Kebijakan peningkatan kualitas SDM di Kabupaten Pemalang melalui pendidikan formal maupun informal sangat perlu dilakukan oleh Pemerinatah Kabupaten Pemalang dalam meningkatkan perekonomian daerah.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan

Daerah. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

BPS. Analisis SWOT. (Online). ( t p:ht / /daps.bps.go.i d , diakses September 2015)

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta:

Erlangga.

Mangiwa, Simbong. Analisis Strategis Bisnis Jasa Warung Internet : Studi

Kasus pada Warnet “Global Internet” Kota Depok. (Online).

Profil Kabupaten Pemalang (http://www.pemalangkab.go.id/?cat=3) Diakses

September 2015.

Rakhmat Hendayana, 2003, “Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional,” Jurnal Informatika Pertanian, Volume 12, BPPTP, Bogor.

Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan

Daerah. Andi. Yogyakarta.

(29)

LAMPIRAN

Kabupaten Pemalang (sumber :lowongankerjacom.com)

Nana Madu Pemalang (jualbibitnanasmadu.blogspot.com)

(30)
(31)
(32)

Gambar

Tabel 4.1a Tabel LQ Kabupaten Pemalang Tahun 2001-2013
Tabel 4.1 b Kesimpulan Sektor Basis dan Non Basis tahun 2001-2013
Tabel 4.4 Perencanaan Strategi Pengembangan Produk Kerupuk Nanas Madu

Referensi

Dokumen terkait

banyak berdiri bangunan kolonial baik dalam kategori kawasan utama yang paling prioritas maupun kawasan lain baik kota maupun pedesaan yang dapat menjadi bahan pertimbangan

Walau pada masa kekinian terdapat kompleksitas dan perbedaan baik dari segi bentuk, format dan aplikasinya, adalah penting untuk melihat berbagai dimensi nilai (prinsip)

Pasca Operasi Pembebasan Irak (Operation Iraqi Freedom/OIF) yang terjadi pada pertengahan 2003, Amerika Serikat dan koalisinya serta berbagai bantuan organisasi

$EVWUDN $QDOLVLV .RQVWUDVWLI %DKDVD %XJLV GDQ %DKDVD ,QGRQHVLD GDODP %LGDQJ 0RUIRORJL 3HQHOLWLDQ LQL PHUXSDNDQ SHQHOLWLDQ SXVWDND GHQJDQ PHQJJXQDNDQ SHQGHNDWDQ GHVNULSWLI

Kajian yang dilakukan adalah kajian struktur surat dengan menggunakan teori dari Van der Putten, analisis pembentukan kata pada SKK7, dan analisis sejarah Kerajaan

Berdasarkan uraian permasalah di atas maka dibutuhkan suatu alat bantu yang bisa menyelesaikan masalah, yaitu, timbangan digital menggunakan mikrokontroller ATMega 2560

Benturan kepentingan yang muncul dari adanya penggabungan 2 (dua) fungsi yang berbeda didalam satu lembaga merupakan suatu kenyataan dan pengalaman yang terjadi di beberapa

alternatif: Matikan TV pakai tombol panel, tekan bersama-sama VolDown + ChUp pada panel, alternatif: Matikan TV pakai tombol panel, tekan bersama-sama VolDown +