• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edisi Teks dan Analisis Sejarah Kerajaan Mempawah dalam Surat Kontrak Kalimantan No. 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Edisi Teks dan Analisis Sejarah Kerajaan Mempawah dalam Surat Kontrak Kalimantan No. 7"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi Teks dan Analisis Sejarah Kerajaan Mempawah dalam Surat Kontrak

Kalimantan No. 7

Ryandy Dwian Suchendar, Syahrial

Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

E-mail: ryandy.dwian@gmail.com

Abstrak

Jurnal ini membahas Surat Kontrak Kalimantan No.7 yang penulis temukan di Arsip Nasional Republik Indonesia. Surat Kontrak Kalimantan No.7 merupakan surat perjanjian yang diberikan VOC, sekutu kesultanan Pontianak, kepada kerajaan Mempawah pada abad ke-18. Surat Kontrak Kalimantan No.7 diteliti menggunakan metode edisi teks kritis agar kandungan yang terdapat pada SKK7 dapat dipahami. Setelah dilakukan edisi teks kritis, analisis terhadap format dan struktur Surat Kontrak Kalimantan No.7 dilakukan untuk menambah wawasan pembaca. Selain itu, analisis di bidang kebahasaan dan sejarah juga penulis lakukan untuk dapat mengetahui kebahasaan serta fakta sejarah kerajaan Mempawah di masa lampau.

Kata Kunci:

Struktur surat, Sejarah, Pontianak, Mempawah.

Text Edition and Analysis of The History of The Kongdom Mempawah in a

Borneo Contract No. 7

Abstract

This journal discusses about Text Edition and Analysis of the History of the Kingdom of Mempawah in a Letter

of Borneo Contract No. 7. The author discovered the letters contract at Arsip Nasional Republik Indonesia. The Letter of Borneo Contract No. 7 was given by VOC, Sultanate of empire of Pontianak, to the empire of

Mempawah in 18th century. The Letter of Borneo Contract No. 7 will be researched by critical text edition method so that the content contained on that letter can be understood. After doing a critical text method, the author analyse the format and structure of a Letter of Borneo Contract No. 7 to increase the information about the letter content. In addition, the author also analyse the field of literary and history fact about at Emire of Mempawah in the past.

Keyword: The Structure of letter, History, Pontianak, Mempawah.

Pendahuluan

Pada abad ke-18, sebagian masyarakat Kalimantan menggunakan bahasa Melayu sebagai media komunikasi mereka melalui tulisan (Robson, 1994: 2). Perenuangan hasil pemikiran manusia dituangkan dalam bentuk tulisan melalui surat-surat berbahasa Melayu yang berkembang pada saat itu. Perkembangan bahasa Melayu yang dituangkan dalam surat- surat tersebut merupakan salah satu hasil Kesusastraan Melayu Klasik.

(2)

Kesusastraan klasik ditulis tangan pada naskah yang terbuat dari daun lontar atau kertas. Kesusastraan klasik meliputi hikayat, surat-surat, dan syair. Surat-surat yang ditulis oleh raja-raja terdahulu merupakan bagian dari kesusastraan Melayu klasik. Surat Melayu tertua dari Ternate, yaitu surat yang ditulis oleh Sultan Abu Hayat kepada Raja Potugal pada tahun 1521, tercatat sebagai surat tertulis tertua di Nusantara (Mu‘jizah, 2009: 11). Annabel Teh Gallop menjelaskan bahwa surat-surat yang dibuat oleh kerajaan-kerajaan di masa lampau digunakan sebagai sarana komunikasi antara raja-raja di kepulauan Indonesia dengan raja, pembesar, dan pedagang dari mancanegara (Gallop, 1991: 33). Menurut Annabel, isi surat raja-raja tersebut juga penting sebagai sumber primer untuk penelitian sejarah Indonesia.

Wilayah Kalimantan Barat merupakan pusat berkembangnya bahasa Melayu Purba (Collins, 2011: 5). Di daerah tersebut, pada masa silam, banyak berdiri kerajaan lokal, salah satunya adalah Kerajaan Mempawah. Kerajaan Mempawah berdiri pada abad ke-17 dengan dipimpin oleh Raja Kodong (Lontaan, 1975: 120). Di lain pihak, Kerajaan Pontianak berdiri pertama kali pada abad ke-18 dengan dipimpin oleh Syarif Abdurrahman (Purwana, 2004: 15). Kerajaan Mempawah dan Kerajaan Pontianak merupakan dua di antara kerajaan lokal di Kalimantan Barat yang menjadi tempat berkembangnya perdagangan dan pelayaran.

Pada abad ke-18, Kerajaan Mempawah di bawah kepemerintahan Opu Daeng Menambon memiliki hubungan kerabat dengan Kerajaan Pontianak karena puteri Daeng Menambon—Utin Tjandramindi—dinikahkan dengan Syarif Abdurrahman, pendiri Kerajaan Pontianak. Di abad yang sama, menjelang kedatangan Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC sebagai kongsi dagang Hindia Timur di Kalimantan Barat, hubungan kedua kerajaan tersebut retak. Keretakan hubungan itu mengakibatkan VOC mampu menguasai kerajaan-kerajaan tersebut. Tujuan VOC dalam memperluas ekspansinya di Kalimantan Barat adalah memonopoli perdagangan di wilayah strategis pelayaran.

Suta Purwana (2004: 15) menjelaskan bahwa, pada 5 Juli 1779, Sultan Syarif Abdurrahman mengakui supremasi VOC dengan memenuhi surat kontrak atau perjanjian politik berisi 13 pasal. Supremasi tersebut diakui sultan karena VOC memiliki kekuasaan yang besar disertai dengan pasukan kuat dan armada kapal yang tangguh di Kalimantan Barat. Kekuasaan yang besar tersebut dibuktikan dengan dikuasainya Kerajaan Sanggau di sebelah timur Kerajaan Pontianak. Melalui supremasi tersebut, VOC memperkuat kedudukan politiknya dengan ikut mengatur dan menguasai Kerajaan Pontianak dengan mengirim ekspedisi militernya ke Pontianak. Konflik antara Kerajaan Mempawah dengan Kerajaan Pontianak muncul setelah Sultan Syarif menilai Panembahan Adi Jaya Kusuma tidak

(3)

memenuhi pembayaran denda sesuai dengan kontrak yang disepakati kedua belah pihak. Karena hal tersebut, Sultan Syarif Abdurrahman meyakinkan VOC dengan suatu cara agar VOC menganggap bahwa Kerajaan Mempawah merupakan musuh mereka. Akhirnya, pada tahun 1787, sesudah Kerajaan Sukadana dikuasai VOC, Sultan Syarif Abdurrahman menyerang Kerajaan Mempawah bersama Kapitan Silvester dan pasukan armada VOC yang dibawa dari Banten. Kapal-kapal yang dibawa dari Banten yaitu kapal Beschermer berkekuatan 54 pasukan serta kapal Amphitrite dan kapal Hoorn yang masing-masing membawa 35 pasukan. Penyerangan yang dilakukan oleh VOC bersama pasukan Sultran Syarif Abdurrahman membuat Kerajaan Mempawah dapat ditaklukan oleh VOC. Akibat penakhlukan Mempawah oleh VOC, Panembahan Adi Jaya Kusuma bersama pasukannya mengungsi ke pedalaman Pantai Karangan.

Pada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), informasi tentang Surat Kontrak

Kalimantan No. 7 dengan keterangan Acte van Investiture van den Panumbahan Adij Jaya Coessoema Ontvangen van Pontiana den 13 Januarij 1790 bezijden den Secreeten Brief van den Eerste Resident klagma van 18 November 1789. Belanda, Arab Melayu. Origineele. 1 Bundel. ditemukan dalam sebuah katalog. Berdasarkan keterangan tersebut, penulis

mengartikan bahwa kontrak tersebut dikirim dari Pontianak kepada Panembahan Adi Jaya Kusuma pada tanggal 13 Januari 1790 disertai dengan lampiran surat dari residen pertama tanggal 18 November 1789. Surat Kontrak Kalimantan No. 7 terdappat pada katalog Daftar-

daftar Arsip Kontrak antara Pemerintah Kolonial (VOC, Hindia Belanda) dengan Raja-Raja Pribumi di Kalimantan, Bali, Surakarta, dan Sumatera yang disusun oleh Ina Mirwati. Dalam

katalog tersebut, naskah yang berisi kontrak-kontrak perjanjian ditemukan, baik yang berhuruf Jawi—berbahasa Melayu—atau aksara Latin—berbahasa Belanda. Penulis menduga surat kontrak tersebut memiliki hubungan dengan konflik yang terjadi antara Kerajaan Pontianak dan Kerajaan Mempawah pada abad ke-18. Hal itu terkait dengan ditaklukannya Kerajaan Mempawah oleh VOC yang menjadi sekutu kerajaan Pontianak. Berkaitan dengan hal itu, Surat Kontrak Kalimantan No. 7 dapat dijadikan sebagai bahan penelitian dengan mengkaji isi dan kandungannya.

Surat Kontrak Kalimantan No. 7—selanjutnya akan disingkat SKK7—berisi

perjanjian-perjanjian dalam bentuk surat kontrak yang diberikan Residen Pontianak kepada Panembahan Adi Jaya Kusuma sebagai pemimpin Kerajaan Mempawah. SKK7 berisi 15 perkara yang di dalamnya terdapat kebijakan-kebijakan yang dapat menguntungkan VOC, yaitu ikut campur dalam mengatur Kerajaan Mempawah. Selain mengkaji kandungan teks

(4)

Naskah dari kerajaan-kerajaan di Kalimantan umumnya ditulis menggunakan bahasa Arab Melayu (Robson, 1994: 2). VOC sering menggunakan naskah sebagai sebuah surat perjanjian atau kontrak untuk melakukan hubungan dengan kerajaan lokal lain.1 Salah satu kerajaan lokal di Kalimantan yang menggunakan naskah sebagai surat perjanjian atau kontrak adalah Kerajaan Pontianak yang menjadi sekutu VOC.

Surat kontrak atau perjanjian yang dilakukan kerajaan-kerajaan masa lampau merupakan bagian dari kesusastraan Melayu klasik. Fungsi surat kontrak atau perjanjian bagi VOC adalah untuk mengikat suatu hubungan yang bersifat politik dengan cara memperluas dan mempertahankan suatu kekuasaan untuk memonopoli perdagangan. Kontrak yang bersifat politik itulah yang menjadi dasar pembentukan koloni-koloni Belanda di Indonesia (Sedyawati, 2004: 261). SKK7 adalah surat kontrak beraksara Jawi yang berasal dari Kalimantan Barat dan dibuat pada abad ke-18. SKK7 diserahkan oleh VOC kepada Panembahan Adi Jaya Kusuma. Dengan melakukan penelitian terhadap naskah SKK7, kita dapat melihat bagaimana usaha VOC dalam menguasai kerajaan lokal di Indonesia dengan menggunakan surat kontrak. Selain itu, melalui surat yang ditulis dengan menggunakan aksara Jawi, kita dapat mengetahui perkembangan bahasa Melayu di Kalimantan Barat pada abad ke-18.

Agar dapat memahami isi kandungan naskah-naskah surat kontrak masa lampau, penelitian di bidang filologi diperlukan. Menurut Achdiati Ikram (1997:33), filologi adalah ilmu yang mempelajari naskah-naskah lama beserta isinya. Melalui penelitian filologi, pemahaman terhadap naskah baik dari segi fisik naskah atau pun isinya dapat diketahui. Penulis akan menggunakan ilmu filologi dalam mengkaji SKK7. Robson (1994: 7) mengatakan bahwa teks Indonesia berguna untuk dipelajari karena mungkin dalam teks itu terdapat informasi yang berguna—rincian yang berguna bagi ahli sejarah, linguis, antropolog, atau mahasiswa teologia. Jadi, melalui pemahaman terhadap isi naskah kontrak terdahulu, kita dapat mengetahui sejarah masyarakat terdahulu dan perkembangan-perkembangan ilmu lainnya, misalnya perkembangan bahasanya. Salah satu perkembangan bahasa yang dapat dianalisis dalam naskah kontrak terdahulu yaitu pembentukan kata yang merupakan proses morfologis.

Agar naskah kontrak dapat dipahami kandungan teksnya, bidang kajian filologi memiliki suatu aktivitas dalam penelitiannya, yaitu berupa penyajian dan penafsiran atau yang biasa disebut dengan edisi teks (Robson, 1994:13). Melalui edisi teks, penulis akan mampu

1 Contohnya adalah surat kontrak 13 pasal yang dibuat oleh Sultan Syarif kepada VOC dalam mengakui supremasi VOC pada tanggal 5 Juli 1779.

(5)

meneliti sebuah teks dengan disertai pembahasan tentang sumber-sumbernya, bahasa varian, dan catatan tentang tempat yang tidak jelas atau bermasalah. Penuangan isi kandungan teks filologi dapat digunakan untuk mengetahui sejarah yang terkandung dalam teks. Penganalisisan sejarah dalam SKK7 dapat menambah pengetahuan sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

Selain itu, penulis juga melakukan kajian kodikologi dengan mempelajari naskah dan mengkaji seluk beluk semua aspek naskah, di antaranya adalah bahan, umur, tempat penulisan, dan perkiraan penulisan naskah. Melalui metode edisi teks dan kodikologi naskah, penulis berharap dapat mengetahui deskripsi fisik teks dan isi kandungan teks SKK7 sehingga memperoleh pengetahuan sejarah hubungan antarkerajaan lokal Kalimantan Barat atau pun dalam hubungannya dengan VOC yang nantinya bermanfaat bagi pembaca.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian yang akan dijelaskan dalam penelitian ini adalah

1. tidak semua orang mampu membaca dan memahami naskah SKK7 yang beraksara Jawi sehingga edisi teks diperlukan untuk agar SKK7 dapat dibaca dan mampu dipahami, 2. lima belas perkara pada SKK7 perlu diketahui agar analisis sejarah terhadap SKK7 dapat

dilakukan, dan

3. struktur surat SKK7 dan pembentukan kata dalam surat SKK7 sebagai salah satu surat formal pada masa lampau perlu diketahui sehingga dapat diketahui bagaimana struktur dan bahasanya.

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai penulis adalah 1. menyajikan suntingan atau edisi teks SKK7 untuk memahami isi kandungan teks

sehingga berguna bagi pembaca,

2. menjelaskan fakta sejarah berupa politik kekuasaan yang dilakukan VOC dalam menguasai Kerajaan Mempawah melalui SKK7, dan

3. mendeskripsikan struktur surat dan pembentukan kata SKK7.

(6)

Penulis memerlukan beberapa teori yang dapat menunjang penelitian sehingga analisis sejarah, struktur surat SKK7, dan pembentukan kata pada SKK7 dapat dilakukan. Teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu metode penyuntingan, kodikologi

1. Metode Penyuntingan

Naskah SKK7 beraksara Jawi dan berbahasa Arab Melayu. Dalam proses memahami isi kandungan teks SKK7 yang beraksara Jawi, penulis harus melakukan transliterasi. Baried dkk., (1994:63) menjelaskan bahwa transliterasi berarti pergantian jenis tulisan, huruf demi huruf, dan abjad yang lain. Melalui proses transliterasi, naskah kontrak tersebut dapat diubah dari aksara Jawi ke aksara Latin sehingga dapat terbaca dan isi kandungan teksnya mampu dimengerti.

SKK7 hanya ada satu buah yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia.

Karena naskah SKK7 berjumlah satu (naskah tunggal), metode penyuntingan yang akan digunakan adalah edisi kritis satu sumber. Edisi kritis satu sumber berusaha membuat sumber yang ada menjadi bentuk yang semurni mungkin. Berdasarkan satu naskah, tidak mempunyai varian; kesalahan-kesalahan dikoreksi hanya terbatas pada kesalahan dalam penulisan; dan tidak dibutuhkan pembakuan (Robson, 1994:22). Metode penyuntingan edisi teks dari satu sumber atau naskah tunggal dapat dilakukan dengan dua jalan, yaitu edisi diplomasi dan edisi kritik (Tjandrasasmita, 2006: 27). Penulis menggunakan metode edisi kritik agar mendapatkan hasil suntingan teks yang akurat. Lebih lanjut, edisi kritik mengadakan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan kecil yang ada pada naskah dan ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

2. Kodikologi Naskah SKK7

Agar pemahaman terhadap SKK7 lebih lengkap, pendeskripsian naskah SKK7 perlu dilakukan. Penulis melakukan kodikologi naskah untuk mendeskripksikan SKK7. Menurut Siti Baroroh Baried (1994:56), kodikologi adalah ilmu kodeks yang mempelajari seluk beluk semua aspek naskah, antara lain bahan, umur, tempat penulisan, dan perkiraan penulis naskah. Pendeskripsian naskah masuk ke dalam kajian kodikologi naskah dan penulis membutuhkan kajian kodikologi dalam memahami SKK7 agar seluruh seluk beluk naskahnya diketahui.

3. Struktur Surat, Pembentukan Kata dan Analisis Sejarah

Tahap selanjutnya pada penelitian ini adalah analisis terhadap isi teks. Kajian yang dilakukan adalah kajian struktur surat dengan menggunakan teori dari Van der Putten. Analisis pembentukan kata dilakukan berdasarkan ilmu morfologi. Sartono Kartodirjo me

(7)

(Tjandrasasmitha, 2006:21) menjelaskan bahwa penulisan sejarah atau historiografi mempunyai fungsi genetis, yaitu untuk mengetahui identitas seseorang, masyarakat atau bangsanya. Proses menghubungkan isi teks SKK7 dengan fakta sejarah yang ada di buku- buku sejarah diperlukan untuk mengetahui keterangan lengkap tentang sejarah di Kerajaan Mempawah, Kalimantan Barat.

Metodologi Penelitian

Tahap awal yang dilakukan penulis dalam meneliti naskah SKK7 yaitu melakukan pencarian naskah tersebut di ANRI. Pencarian naskah dilakukan dengan mencari naskah

SKK7 dalam katalog Daftar-daftar Arsip Kontrak antara Pemerintah Kolonial (VOC, Hindia Belanda) dengan Raja-Raja Pribumi di Kalimantan, Bali, Surakarta, dan Sumatera. Setelah

mendapatkan naskah SKK7, penulis menginventarisasi naskah SKK7.

Tahap selanjutnya yaitu proses penyuntingan naskah. Metode penelitian yang dilakukan adalah edisi kritik teks pada naskah tunggal atau satu sumber. Dengan menggunakan metode edisi kritik naskah tunggal, penulis akan mengadakan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan kecil yang terdapat pada naskah dan ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Setelah penyuntingan, pendeskripsian naskah dilakukan dengan kajian kodikologi.

Tahap selanjutnya pada penelitian ini adalah analisis terhadap isi teks. Kajian yang dilakukan adalah kajian struktur surat dengan menggunakan teori dari Van der Putten, analisis pembentukan kata pada SKK7, dan analisis sejarah Kerajaan Mempawah (sekarang merupakan kota Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat). Proses menghubungkan isi teks dengan fakta sejarah yang ada di buku-buku sejarah diperlukan untuk mengetahui keterangan lengkap tentang sejarah di Kerajaan Mempawah, Kalimantan Barat.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Penempatan SKK7 Berdasarkan Klasifikasi Van der Putten

Pengklasifikasian SKK7 dilakukan dengan melihat pendapat dari Van der Putten. Van der Putten telah mengklasifikasikan berbagai jenis surat Melayu berdasarkan kegunaan, penampilan fisik, isi, dan bahasa yang digunakannya (Sedyawati, dkk, ed., 2004: 256). Dalam analisis ini, penulis mengklasifikasikan SKK7 berdasarkan kegunaan, isi, dan bahasa surat. Berdasarkan kegunaannya, surat dikelompokkan ke dalam surat lamaran dan registrasi. Penulis menggolongkan SKK7 ke dalam bentuk surat registrasi karena SKK7 merupakan

(8)

sebuah pendataan dan pencatatan pemberian kekuasaan VOC kepada Panembahan Adi Jaya Kusuma sebagai panembahan Mempawah. Di bawah in merupakan kutipan dari SKK7 yang dapat digolongkan sebagai surat registrasi.

Maka atas bu/nyinya dia ini, tuan panembahan menjabat dan/ menerima kesenangan dan m-l-ya-an (hu)lu Mempawa dar/I Sekancur sampai Silawa (SKK7: 1, baris 10).

Berdasarkan isinya, Van der Putten menggolongkan surat menjadi surat cinta, surat bisnis, dan surat pribadi. SKK7 tergolong ke surat bisnis karena SKK7 berisi suatu kepentingan kekuasaan Kerajaan Mempawah, yaitu VOC dan Panembahan Adi Jaya Kusuma. Berikut ini adalah kutipan yang ada dalam SKK7.

Panembahan beperjanjikan segala rupa jenis uang Wilanduy/ yang berlaku di negri Betawi itu akan disuruh lakukan di hulu/ menurut seperti lakunya dalam negri Mempawah, yakni ketun2 r(i)nggit3 atas/ harga delapan puluh tengah uang Wilanduy, artinya tiga ketun/ r(i)nggit menjadi empat riyal tua4 atau pensamat5/ dan tengah ketun r(i)nggit (SKK7: 15, baris 1).

Berdasarkan bahasanya, surat dikelompokkan ke dalam surat formal dan informal.

SKK7 tergolong ke dalam surat formal karena surat kontrak tergolong ke dalam surat resmi

yang menyangkut kepentingan antar pejabat, yaitu Kompeni dan Panembahan Adi Jaya Kusuma di Kerajaan Mempawah. Di bawah ini adalah kutipan bahasa resmi dalam SKK7.

Maka karena itulah Jakob Klagman Pitur Pontianak daripada pihak nama tuan yang bangsawan [pa]/Paduka Gurnadur Jendral Mister Willem Arnold Alting dan tuan-tuan/ bangsawan mentri dari alam dunia ini, , memberi tempat dud(u)k kesenangan/ di luar tambang sah barang di mana tempat kesukaannyahingga dari Sekancur dan Silawa (SKK7: 2 baris 3).

B. Struktur SKK7

1. Halaman Muka Surat

Bagian depan SKK7 dilapisi halaman sampul yang berisi kolofon. Kolofon SKK7 ditulis dalam potongan kertas yang membentuk hati. Kolofon tersebut bertuliskan ―Acte van

Investiture van den Panumbahan Adij Jaya Coessoema Ontvangen van Pontiana den 13 Januarij 1790 bezijden den Secreeten Brief van den Eerste Resident klaagma van 18 November 1789. Belanda, Arab Melayu. Origineele. 1 Bundel.ǁ‖ Arti dari tulisan tersebut

adalah Dokumen kepemilikan dari Panembahan Adi Jaya Kusuma yang diterima dari Pontianak pada tanggal 13 Januari 1790, terlampir surat dari residen pertama tanggal 18

2 رﺭنﻥتﺕىﻯكﻙ, ‗ketun‘ wang ringgit (KBMN, 2003:1342)

3 تﺕيﻱݢݞ ‗ringgit‘ mata wang daripada perak yang nilainya 2.50 rupiah (R250) (KBMN, 2003:2283 4 تﺕىﻯ

5 تﺕمﻡسﺱنﻥفﻑ ‗semat‘ sesuatu yg digunakan untuk mencocokan dan melekatkan dua benda yang hendak dicantumkan (seperti jarum, peniti, biting, lidi pencocok daun) (KBBI III2007: 1026).

(9)

November 1789. Di samping kolofon tersebut, terdapat penomoran kertas yang dilakukan oleh Belanda.

2. Pembuka Surat

Bagian pembuka surat ditulis dalam bentuk narasi. Pada bagian pembuka surat biasanya tertulis maksud dari pembuat surat dan nama-nama yang terlibat dalam perjanjian tersebut (Sedyawati, dkk, ed., 2004: 265). Maksud dari pembuatan surat kontrak tersebut juga dituliskan dalam pembuka surat. Kutipan yang menjelaskan maksud dari pembuatan surat tersebut yaitu sebagai berikut.

Ini alamat surat perjanjian dengannya apa/ Pitur Pontianak ya-ku-k-hu-ma-n kasih tempat/ dud(u)uk senang di (hu)lu tana(h) Mempawah sama Panemb/ahan Adi Cahya Kesuma (SKK7: 1 baris 1).

Pada bagian pembuka SKK7, terdapat nama-nama yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Nama-nama tersebut adalah Panembahan Adi Jaya Kusuma dan William Arnold Alting.

Ini alamat surat perjanjian dengannya apa/ Pitur Pontianak ya-ku-k-hu-ma-n kasih tempat/ dud(u)k6 senang di (hu)lu7 tana(h) Mempawa sama Panemb/ahan Adi Cahya Kesuma8, yait)u( daripada pihak nama tuan yang maha bangsawan Paduka/Gurnadur9 Jenderal Mister[y] Wil(l)(ia)m Arnold A-r-t-ny10 (SKK7: 1 baris).

Pembuka SKK7 berisi pemberian jabatan pemimpin Mempawah kepada Panembahan Adi Jaya Kusuma. Pemberian kekuasaan tersebut terjadi setelah Panembahan Adi Jaya Kusuma kalah oleh VOC yang dibantu pasukan Pontianak. Panembahan Adi Jaya Kusuma bersama pasukannya melarikan diri menuju pedalaman sungai dekat Ibukota Karangan.

3. Isi Surat

Isi surat SKK7 adalah pasal-pasal yang mengatur tata pemerintahan Kerajaan Mempawah dari VOC kepada Panembahan Adi Jaya Kusuma. Perkara tersebut adalah sebagai berikut.

a. Perkara pertama pemberian kekuasaan kepada Panembahan Adi Jaya Kusuma. b. Perkara kedua berisi pengakuan rakyat Mempawah atas kekuasaan Kompeni c. Perkara ketiga transparansi Kerajaan Mempawah kepada Kompeni

7 دﺩاﺍلﻝىﻯ, ‗hulu‘ kepala; bahagian atas sungai (KD, 1970: 375) 8 مﻡسﺱىﻯكﻙاﺍ يﻱاﺍݘيﻱ اﺍدﺩ

9 زﺯنﻥدﺩوﻭرﺭݢ ‗gurnadur‘ gubernur (KBMN, 2003: 864)

(10)

d. Perkara keempat berisi aturan pergantian pemimpin Mempawah e. Perkara kelima berisi tindakan terhadap buronan.

f. Perkara keenam berisi pengaturan mata uang

g. Perkara ketujuh berisi penyerahan Panembahan Adi Jaya Kusuma kepada Kompeni

h. Perkara kedelapan berisi keamanan yang dijamin Kompeni

i. Perkara kesembilan berisi keterikatan VOC dan Mempawah untuk tolong- menolong.

j. Perkara kesepuluh berisi aturan hubungan dengan orang luar k. Perkara kesebelas berisi penyerahan orang bersalah

l. Perkara kedua belas berisi aturan berhubungan dengan orang m. Perkara ketiga belas berisi pengambilan keputusan

n. Perkara keempat belas berisi aturan pengurusan perkebunan

o. Perkara kelima belas berisi komitmen dalam memimpin Kerajaan Mempawah.

Penulis membuat pemetaan perkara-perkara tersebut sebagai berikut. Aspek Permasalahan Perkara Isi

Pemerintahan 1 Pemberian kekuasaan Kerajaan Mempawah Kependudukan 2 Pengakuan rakyat Mempawah terhadap Kompeni

Pemerintahan 3 Transparansi Mempawah terhadap Kompeni 4 Pergantian pemimpin Mempawah

Pidana 5 Tindakan hukum atas Buronan

Ekonomi 6 Pengaturan uang

Kekuasaan 7 Penyerahan Panembahan Adi Jaya Kusuma

Keamanan 8 Penjaminan keamanan oleh Kompeni

Pemerintahan 9 Keterikatan VOC dengan Mempawah Hubungan luar kerajaan 10 Hubungan dengan orang Cina dan Dayak

Pidana 11 Penyerahan orang bersalah

Hubungan luar kerajaan 12 Hubungan dengan orang luar Mempawah Pemerintahan 13 Pengambilan keputusan

(11)

Pemerintahan 15 Komitmen dalam memimpin Mempawah

Berdasarkan hasil dari pemetaan tersebut, VOC membuat surat perjanjian tersebut untuk mengikat beberapa aspek, yaitu aspek pemerintahan, kependudukan, ekonomi kerajaan, pidana, keamanan, dan hubungan luar Kerajaan Mempawah.

4. Penutup Surat

Penutup SKK7 diakhiri dengan sebuah kalimat penutup yang diberi keterangan tanggal pembuatan surat. Berikut ini adalah bagian penutup surat tersebut.

Demikian sudah diperbuat termufakat di mana tiada wang11 yang di hulu Mempawa/ Hari bulan Safar dan pada tah(u)n h(i)[h]jr(i)ah12 seribu/ dua ratus empat tahun. (SKK7: 29 , baris 7)

Pada bagian penutup surat, sebagai suatu tanda pengesahan surat kontrak, penulis menemukan adanya tanda tangan dari pembuat surat dan cap surat. Tanda tangan tersebut dibubuhkan oleh Residen Pontianak, J.J. Klagman dan diberi cap VOC. Tanda tangan dan cap surat tersebut terletak di bagian surat yang beraksara Latin. Ada dua cap di bagian tersebut, yaitu cap lilin berwarna merah dan stempel jelaga berwarna hitam, berikut ini adalah susunannya.

VOC Tanda Tangan

J. J. Klagman Cap

beraksara Arab

11 وﻭݞ ‗wang‘ kediaman raja (KBNM, 2003: 3020)

12 ةﺓرﺭجﺝهﻩاﺍهﻩ‗hijriah‘ tarikh Islam yang dimulai ketika Nabi Muhammad S.A.W. berpindah dari Mekah ke Madinah (KBMN, 2003: 926)

(12)

(Gambar 4.2 Pengesahan SKK7)

Pada bagian pengesahan, tanda tangan J.J. Klagman berada di sebelah kanan cap lilin berwarna merah yang bertuliskan VOC, di bawah cap lilin merah tersebut terdapat cap bulat berjelaga hitam. Cap jelaga hitam merupakan cap Melayu yang umumnya dibuat dari kuningan oleh seorang tukang logam yang berketerampilan tinggi (Gallop, 1991: 54). Menurut penulis, cap jelaga hitam beraksara Arab yang berada di bawah cap lilin merah merupakan cap kertas yang berasal dari kesultanan Pontianak karena terdapat nama Sultan Syarif Abdurrahman pada cap tersebut.13 Kedua cap dan tanda tangan tersebut merupakan tanda pengesahan bahwa SKK7 dikeluarkan oleh kesultanan Pontianak dan juga ditandatangani oleh Residen Pontianak pada saat itu, yaitu J. J. Klagman. Menurut Dulaurier (Gallop, 1992:13), posisi cap pada surat berkaitan dengan peringkat orang yang mengesahkan surat. Jika cap surat dibubuhkan semakin ke arah kanan, semakin tinggi statusnya. Tanda tangan J. J. Klagman pada pengesahan SKK7 berada di sebelah kanan cap lilin VOC, sedangkan cap kesultanan Pontianak berada di bawah cap lilin merah VOC. Hal tersebut bermakna bahwa J. J. Klagman merupakan perwakilan VOC yang memiliki jabatan lebih tinggi dari Sultan Syarif Abdurrahman.14 Penulis menduga bahwa SKK7 yang diserahkan kepada Panembahan Adi Jaya Kusuma tersebut dikeluarkan oleh kesultanan Pontianak bersama dengan VOC.

C. Pembentukan Kata dalam SKK7 yang Jarang Digunakan Saat Ini

Penulis menemukan beberapa pembentukan kata yang jarang digunakan saat ini. Pembentukan kata dengan afiks tersebut merupakan bagian dari pembentukan kata yang berlaku pada abad ke-18. Kata-kata berafiks itu adalah sebagai berikut.

1. Ditebangkannya (halaman 25, baris 1)

Kata ditebangkannya dibentuk dari kata tebang yang diimbuhi afiks gabungan di-

kannya. Kini, kata ditebangkannya yang merupakan bentuk kata hasil afiksasi sudah

jarang digunakan. Kata tebang yang mengalami afiksasi dan sering digunakan saat ini yaitu ditebang, menebang, dan ditebangi.

2. Dihakimkannya (halaman 21, baris 9)

13 Tulisan yang tertera pada cap jelaga hitam tersebut adalah Al-waba'na besar Allah aglika Al-Bari pangera(n)

Syarif kabamar ibnu As-Sulta(n) Syarif Abdurrahman Alkaderie.

14 Sebelum VOC menaklukan kerajaan Mempawah, kerajaan Pontianak telah takluk terlebih dahulu oleh VOC. Sejak penaklukan tersebut, kerajaan Pontianak menjadi sekutu VOC.

(13)

Kata dihakimkannya dibentuk dari kata hakim yang diimbuhi gabungan afiks di-

kannya. Kata dihakimkannya yang merupakan bentuk kata yang mengalami afiksasi

sudah jarang digunakan. Kata hakim yang mengalami afiksasi dan sering digunakan saat ini adalah dihakimi, menghakimi, dan terhakimi.

3. Diperjanjikannya (halaman 17, baris 4)

Kata diperjanjikannya dibentuk dari kata janji yang diimbuhi gabungan afiks diper-

kannya. Kata berimbuhan diperjanjikannya yang merupakan bentuk kata yang

mengalami afiksasi sudah jarang digunakan. Kata janji yang mengalami afikasi dan sering digunakan saat ini adalah dijanjikan, menjanjikan,dan perjanjian.

4. Diperlindungkan (halaman 17, baris 12)

Kata diperlindungkan dibentuk dari kata lindung yang diimbuhi gabungan afiks diper-

kan. Kata diperlindungkan yang merupakan bentuk kata yang mengalami afiksasi

sudah jarang digunakan. Kata lindung yang mengalami afiksasi dan sering digunakan saat ini adalah dilindungi, melindungi, terlindungi, dan perlindungan.

5. Kemudiannya (halaman 27, baris 11)

Kata kemudiannya dibentuk dari konjungsi pengantar kalimat kemudian yang diimbuhi sufiks –nya. Kata kemudiaanya sudah jarang digunakan. Kini kata yang sering digunakan sebagai konjungsi pengantar kalimat yaitu kemudian tanpa mengalami afiksasi.

6. Dimintanya (halaman 21, baris 11)

Kata dimintanya dibentuk dari kata minta yang diimbuhi gabungan afiks di–nya. Kata

dimintanya sudah jarang digunakan saat ini. Kini, kata minta yang mengalami afiksasi

dan sering digunakan yaitu diminta dan meminta. 7. Beperjanjikan (halaman 15, baris 1)

Kata beperjanjikan dibentuk dari kata janji yang diimbuhi gabungan afiks beper-kan. Kata berimbuhan beperjanjikan yang merupakan bentuk kata yang mengalami afiksasi sudah jarang digunakan. Kata janji yang mengalami afiksasi dan sering digunakan saat ini adalah berjanji, dijanjikan, dan menjanjikan.

D. Analisis Sejarah

1. Penyebab Keluarnya SKK7 oleh VOC

SKK7 dibuat pada tanggal 13 Januari 1790. Dalam buku sejarah Mempawah atau

(14)

panembahan Mempawah mau bekerja sama dengan VOC. Dalam sebuah buku Sejarah

Kerajaan Mempawah dan Perkembangan Kotanya (Tim Peneliti Proyek NKK Fakultas

Sospol, Universitas Tanjungpura, 1981: 23), Panembahan Adi Jaya Kusuma disebutkan meninggal dalam keadaan siap bertempur kembali melawan VOC dari tempat persembunyiannya di sekitar Ibukota Karangan (pantai Mempawah).

Menurut penulis, sebab dibuatnya SKK7 oleh Residen J.J Klagman yaitu agar Panembahan Adi Jaya Kusuma mau menerima kerja sama dengan VOC secara baik-baik melalui perjanjian dalam bentuk Surat Kontrak Kalimantan No.7. Pasukan VOC menghindari peperangan karena VOC sudah terlalu sering melakukan peperangan dengan kerajaan lain. Kerugian yang besar akan menimpa VOC apabila terlalu banyak melakukan pertempuran dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Surat kontrak atau perjanjian merupakan sebuah cara halus yang digunakan oleh VOC untuk menguasai sebuah kerajaan. Surat kontrak yang diserahkan kepada Panembahan Adi Jaya Kusuma, yaitu SKK7, berisi pemberian jabatan panembahan Mempawah kepada Panembahan Adi Jaya Kusuma, tetapi dalam urusan tata pemerintahan terdapat campur tangan VOC. Hal tersebut, menurut penulis, tentu saja ditolak oleh Panembahan Adi Jaya Kusuma karena Panembahan merupakan anti imperialisme VOC. Berikut ini adalah kutipan dari SKK7 yang menjelaskan cara VOC membujuk Panembahan Adi Jaya Kusuma agar bersekutu atau bekerja sama dengannya.

Syahdan lagi karena tuan panembahan berhajat meng(e)luarkan maksud mencari/ berdamai-damaian dan kesenangan. Lagi pun karena tuan Gurnadur Jendral dan/ tuan- tuan sekalian Raad van Indie adalah kiranya kasih(k)an15 surat kemurahan hanya/ oleh kerusakan dan kesusahan. Serta kesukaran mereika itu/ dan lagi sangat suka akan memelihara akan negri/ dari hulu. Sebab itu, maka memberi titah perintah16 kepada Pitur Pontianak// biar mencari yang kesenangan istimewa dari panembahan inilah memberi pangkat./ Hanya yang setia seakan melakukan dirinya sepert(i) pinjaman yang/ setiawan (SKK7: halaman 3, baris 10 sampai halaman 4, baris 3).

Panembahan Adi Jaya Kusuma memilih untuk mundur dari serangan VOC dan mengatur rencana serangan balik agar dapat menguasai lagi Kerajaan Mempawah yang berada di hulu.

2. Pengaruh SKK7 bagi VOC dan Kerajaan Mempawah

Pengaruh keluarnya SKK7 bagi VOC yaitu VOC mampu mengatur dan mengawasi kerajaan Mempawah. Kerajaan Mempawah merupakan kerajaan yang strategis untuk melakukan perdagangan dan pelayaran. Oleh sebab itu, VOC dapat mengembangkan wilayah monopoli perdagangannya di Kalimantan Barat, di antaranya pada kerajaan Sanggau, Pontianak, Sukadana, dan Mempawah.

15 نﻥهﻩيﻱكﻙسﺱ

(15)

Pengaruh lahirnya SKK7 bagi kerajaan Mempawah yaitu Panembahan Adi Jaya Kusuma sebagai pemimpin kerajaan Mempawah dapat kehilangan kendali dalam mengatur kerajaan. SKK7 merupakan strategi politik yang dilakukan VOC untuk dapat menguasai atau mengambil alih kerajaan Mempawah dengan tanpa melakukan peperangan fisik. VOC menghindari peperangan fisik untuk menguragi kerugian perang.

Sementara ini belum ada sumber yang menjelaskan bahwa Panembahan Adi Jaya Kusuma menerima VOC sebagai sekutu. Melalui analisis terhadap isi kandungan dan struktur

SKK7, penulis membuat hipotesis bahwa Panembahan Adi Jaya Kusuma menolak surat

kontrak yang diberikan oleh pihak VOC untuk mempertahankan pendiriannya sebagai raja yang anti imperialisme. Bukti tersebut penulis ungkapkan dengan melihat bukti bahwa tidak ada cap kerajaan Mempawah atau tanda tangan Panembahan Adi Jaya Kusuma pada bagian pengesahan SKK7. SKK7 merupakan surat perjanjian yang dibuat oleh VOC untuk menguasai kerajaan Mempawah.

Kesimpulan

SKK7 merupakan surat perjanjian sepuhak dari VOC yang merupakan sekutu sultan

Pontianak, Sultan Abdurrahman, kepada Panembahan Adi Jaya yang merupakan raja Mempawah. Berdasarkan analisis penulis, SKK7 merupakan surat resmi yang menggunakan bahasa formal dan tergolong ke dalam surat registrasi serta surat bisnis. SKK7 tergolong ke dalam surat registrasi karena SKK7 merupakan sebuah bentuk pendataan dan pencatatan pemberian kekuasaan dari VOC kepada Panembahan Adi Jaya Kusuma sebagai pemimpin kerajaan Mempawah yang telah dikuasai VOC. SKK7 penulis golongkan ke dalam surat bisnis karena dalam SKK7 terdapat kepentingan VOC pada bidang ekonomi Kerajaan Mempawah.

Struktur SKK7 penulis golongkan menjadi empat bagian, yaitu halaman sampul, pembuka surat, isi surat, dan penutup surat. Bagian halaman sampul surat berisi kolofon yang memberikan keterangan SKK7. Kolofon tersebut memberikan informasi bahwa surat kontrak tersebut dibuat pada tanggal 13 Januari 1790. Bagian halaman pembuka surat berisi sebuah narasi mengenai maksud pembuatan surat perjanjian. Dalam pembuka surat tersebut, nama- nama yang terlibat dicantumkan pada surat perjanjian tersebut. Bagian isi SKK7 berisi lima belas perkara yang menyangkut ikut campur VOC dalam kehidupan Kerajaan Mempawah. Bagian penutup SKK7 memberikan keterangan mengenai kapan surat perjanjian tersebut ditandatangani dengan dilengkapi tanda tangan J. J. Klagman serta cap dari VOC dan

(16)

Dilihat dari perkembangan bahasa pada SKK7, ada beberapa pembentukan kata berafiks yang sudah tidak digunakaan saat ini. Pembentukan kata berafiks yang sudah tidak digunakan tersebut yaitu ditebangkannya, dihakimkannya, diperjanjikannya, diperlindungkan,

kemudiannya, dimintanya, dan beperjanjikan. Kata dasar dan afiks pada pada ketujuh kata

yang mengalami proses morfologis tersebut masih digunakan saat ini, contohnya adalah kata dasar lindung dan afiks diper-kan yang sampai saat ini masih digunakan. Penggunaan beberapa kata berafiks yang sudah tidak digunakan pada SKK7 berkaitan dengan sifat bahasa yang bersifat dinamis, yaitu penggunaan bahasa disesuaikan dengan pengguna pada zamannya masing-masing.

Keinginan VOC untuk ikut campur dalam mengatur Kerajaan Mempawah merupakan isi dari SKK7. VOC sebagai kongsi perdagangan Hindia Timur melakukan imperialisme dengan cara ikut campur dalam pemerintahan kerajaan-kerajaan di Nusantara, termasuk Kerajaan Mempawah yang berada di Kalimantan Barat. Tata kelola pemerintahan, ekonomi, sosial masyarakat, dan hubungan luar Kerajaan Mempawah diatur oleh VOC melalui surat perjanjian tersebut.

Keluarnya SKK7 merupakan sebuah bukti bahwa VOC benar-benar melaksanakan praktik imperialismenya. Lima belas perkara dalam SKK7 merupakan sebuah realita bahwa VOC memperluas kekuasaannya di Kalimantan Barat untuk memonopoli perdagangan serta ikut campur dalam pemerintahan di Kerajaan Mempawah. Bagi VOC, keluarnya SKK7 sangat menguntungkan karena dapat memperluas monopoli perdagangan mereka di wilayah Kalimantan Barat. Bagi Kerajaan Mempawah, SKK7 merupakan sebuah ancaman bagi Panembahan Adi Jaya Kusuma yang merupakan anti imperialisme VOC. Panembahan Adi Jaya Kusuma memilih untuk terus menyerang VOC daripada tunduk kepadanya

Setelah melakukan analisis sejarah melalui isi kandungan dan struktur SKK7, penulis menyimpulkan bahwa SKK7 merupakan surat perjanjian sepihak dari VOC. Penolakan panembahan dalam menandatangani atau menyetujui SKK7 terungkap melalui tidak adanya bukti cap kerajaan Mempawah atau tanda tangan Panembahan Adi Jaya Kusuma pada bagian pengesahan SKK7. Panembahan Adi Jaya Kusuma tidak menjadi sekutu atau melakukan kerja sama dengan VOC. Hal tersebut menambah pengetahuan kita dan memperkuat fakta sejarah yang sebelumnya ada, yaitu Panembahan Adi Jaya Kusuma tetap memegang teguh untuk

(17)

Saran

Penulis memberi saran agar kajian terhadap naskah-naskah filologi, khususnya surat- surat kontrak atau perjanjian yang ada di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), terus dilakukan. Hal tersebut penulis kemukakan agar fakta sejarah yang berada dalam naskah- naskah klasik tersebut dapat menambah wawasan kita untuk mengetahui jati diri bangsa ini. Selain dalam bidang sejarah, manfaat lain yang dapat kita dapatkan adalah mengetahui perkembangan bahasa Melayu masa lampau yang merupakan akar bahasa Indonesia. Penelitian lebih lanjut terhadap SKK7, baik dari segi bahasa, struktur, atau pun analisis sejarah masih terbuka lebar untuk dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi yang lebih sempurna.

Daftar Referensi

Baried, Siti Baroroh, dkk. 1994. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: BPFF Seksi Filologi. Braginsky, V. I. 1993. The System of Classical Malay Literature. Leiden: KITLV Press. Gallop, Annabel Teh. 1991. Golden Letters:Writing Traditions of Indonesia; Surat Emas:

Budaya Tulis di Indonesia. Jakarta: Yayasan Lontar.

. (1992). ―Southeast Asian Manuscript” (dalam Royal Institute of Linguistic and Antropology. Leiden).

. (1994). The legacy of the Malay Letter. The British Library for the National Archieves of Malaysia

Ikram, Achdiati. 1997. Filologia Nusantara. Jakarta: Pustaka Jaya.

Lontaan, J.U. 1975. Sejarah-Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan-Barat. Kalbar: Pemda Tingkat I Kalbar.

Mirnawati, Ina. 2006. Daftar-daftar Arsip Kontrak antara Pemerintah (VOC, Hindia

Belanda) dengan Raja-Raja Pribumi di Kalimantan, Bali, Surakarta, dan Sumatera.

Jakarta: ANRI.

Mu‘jizah. 2009. Iluminasi dalam Surat-surat Melayu Abad ke-18 dan ke-19. Jakarta: KPG. Purwana, Bambang H. Suta, dkk. 2004. Sejarah Pemerintahan Kota Pontianak dari Masa ke

Masa. Pontianak: Pemerintah Kota Pontianak.

(18)

Sedyawati, Edi dkk., ed. 2004. Sastra Melayu Lintas Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Peneliti Proyek NKK Fakultas Sospol 1981. Sejarah Kerajaan Mempawah dan

Perkembangan Kotanya oleh. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Tjadrasasmita, Uka. 2006. Kajian Naskah-naskah Klasik. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil konstruksi surat kabar di atas dapat dinilai bahwa Jawa Pos lebih condong pada sistem 

Kata kuncinya ada pada model analisis framing pan dan kosicki dan teori penjaga gerbang (Gatekeeper Theory) yang mengatakan dalam penulisan berita dibutuhkan proses seleksi

Analisis framing sendiri berkaitan dengan bagaimana sebuah media cetak (surat kabar) mengkonstruksi suatu realitas dalam bentuk teks berita.. Melaui proses ini, dapat

Iqbal Fathur Rizki, 2019; Pesan Dakwah dalam Serial Kartun Upin dan Ipin Episode Mengaji surat Al-Falaq (Analisis Wacana : Teun Van Dijk) Kartun bernuansa Islami ‘Upin dan Ipin’

Kata kuncinya ada pada model analisis framing pan dan kosicki dan teori penjaga gerbang (Gatekeeper Theory) yang mengatakan dalam penulisan berita dibutuhkan proses seleksi

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Komponen Makna Kata dan Frasa Bahasa Asing dalam Iklan Elektronik pada Surat Kabar Suara Merdeka Edisi

Pada hasil analisis yang di dapat dalam Buletin Suara UNSIKA Edisi ke-27 pada bagian tema yang berkaitan dengan pendidikan, ditemukan banyak kata-kata yang sesuai dengan konteks teori