PEMBINGKAIAN BERITA KISRUH PILKADA
DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR
KOMPAS DAN JAWA POS
(Studi Analisis Framing Tentang Pemberitaan Kisruh
PILKADA di Mojokerto pada Surat Kabar Kompas dan
Jawa Pos periode 22 -23 Mei 2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN: “Veteran” Jawa Timur
Disusun Oleh :
LUIS HERMENEGILDO MARTINS FERNANDES
NPM. 0643010343
YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LUIS HERMENEGILDO MARTINS FERNANDES NPM. 0643010343
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 2 November 2010
Pembimbing Utama Tim Penguji:
1. Ketua
Juwito, S.Sos, MSi Juwito, S.Sos, MSi NP. 3 6704 95 00361 NP. 3 6704 95 00361
2. Sekretaris
Drs. Saifuddin Zuhri, Msi
NPT. 3 7006 94 0035 1
3. Anggota
Zainal Abidin, SSos. MSi
NPT. 3 730599 00170 1
Mengetahui, DEKAN
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa nafas hidup pada seluruh
makhluk. Hanya kepadanya-lah syukur dipanjatkan atas selesainya proposal
skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat sulit ada benarnya, tetapi
faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri karena itu, kebanggaan penulis
bukanlah pada selesainya proposal ini, melainkan kemenangan atas berhasilnya
menundukkan diri sendiri. Semua kemenangan dicapai tidak lepas dari bantuan
dari berbagai pihak selama proses penyelesaian proposal ini, penulis “wajib”
mengucapkan terima kasih kepada mereka yang disebut berikut :
1. Bapak Juwito, S.Sos, Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
dan juga sebagai pembimbing saya yang telah meluangkan waktu dan
tenaganya untuk membimbing saya dalam mengerjakan proposal. Thanks
so much.
2. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, Msi selaku Sekjur Program studi ilmu
komunikasi yang ikut membantu dan membimbing saya dalam
menyelesaikan proposal ini.
3. Bapak/Ibu Dosen serta Staff Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik yang telah memberi banyak ilmu dan dorongan untuk
bisa menyelesaikan proposal skripsi ini.
4. Ibu saya tercinta yang mendoakan saya setiap hari demi menyelesaikan
6. Kepada teman-teman dari Timor-Leste yang ada di wilayah Rungkut.
Thanks for help.
7. Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2006 dan 2007 di UPN
“Veteran” Jawa Timur memberikan support, saran masukan dan kritik
pada saya tentang segala hal.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini belum sempurna dan penuh
keterbatasan. Dengan harapan bahwa proposal ini dapat berguna untuk
teman-teman mahasiswa di Jurusan Ilmu Komunikasi, maka saran dan kritik yang
membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Surabaya, Oktober 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ... 11
1.4.1 Secara Teoritis ... 11
1.4.2 Secara Praktis ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
2.1 Landasan Teori ... 12
2.1.1 Media Massa Dan Konstruksi Realitas .... 12
2.1.2 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas .. 14
2.1.3 Ideologi Institusi Media ... 16
2.2 Kerangka Berpikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1Metode Penelitian ... 33
3.2Subyek dan Obyek Penelitian ... 34
3.3Unit Analisis ... 34
3.4Populasi dan Korpus ... 35
3.5Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.6Teknik Analisis Data ... 37
3.7Langkah-langkah Analisis Framing ... 37
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa nafas hidup pada seluruh makhluk.
Hanya kepadanya-lah syukur dipanjatkan atas selesainya skripsi ini. Sejujurnya
penulis akui bahwa pendapat sulit ada benarnya, tetapi faktor kesulitan itu lebih
banyak datang dari diri karena itu, kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya
skripsi ini, melainkan kemenangan atas berhasilnya menundukkan diri sendiri.
Semua kemenangan dicapai tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak selama
proses penyelesaian skripsi ini, penulis “wajib” mengucapkan terima kasih kepada
mereka yang disebut berikut ini :
1. Prof Dr. Ir Teguh Suedarto, MP.,selaku Rektor UPN “ Veteran “ Jatim
2. Dra. Hj. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jatim
3. Bapak Juwito, S.Sos, Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan
juga sebagai pembimbing saya yang telah meluangkan waktu dan tenaganya
untuk membimbing saya dalam mengerjakan skripsi ini. Thanks so much.
4. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, Msi selaku Sekjur Program studi ilmu komunikasi
yang ikut membantu dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Dosen serta Staff Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik yang telah memberi banyak ilmu dan dorongan untuk bisa
dalam berbagai hal selama kuliah di UPN “Veteran” Jatim Surabaya.
8. Kepada teman-teman dari Timor-Leste yang ada di wilayah Rungkut. Thanks
for help.
9. Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2006 dan 2007 di UPN
“Veteran” Jawa Timur memberikan support, saran masukan dan kritik pada saya
tentang segala hal.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan.
Dengan harapan bahwa skripsi ini dapat berguna untuk teman-teman mahasiswa di
Jurusan Ilmu Komunikasi, maka saran dan kritik yang membangun sangatlah
dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Surabaya, November 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI ... v
ABSTRAKSI ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ... ... 11
1.4.1 Secara Teoritis ... 11
1.4.2 Secara Praktis... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
2.1 Landasan Teori ... 12
2.1.1 Media Massa Dan Konstruksi Realitas ... 12
2.1.2 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas ... 14
2.1.7 Perangkat Framing ... ... 24
2.2 Kerangka Berpikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1 Metode Penelitian ... 33
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ... 34
3.3 Unit Analisis ... 34
3.4 Populasi dan Korpus ... 35
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.6 Teknik Analisis Data ... 37
3.7 Langkah-langkah Analisis Framing... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.8 Metode Penelitian ... 33
3.9 Subyek dan Obyek Penelitian ... 34
3.10 Unit Analisis ... 34
3.11 Populasi dan Korpus ... 35
3.12 Teknik Pengumpulan Data ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 41
4.1.1. Profil Perusahaan Kompas... 41
4.1.1.1. Kebijakan Redaksional... 53
4.1.1.2. Profil Produk ... 55
4.1.2. Profil Perusahaan Jawa Pos ... 57
4.2. Hasil dan Pembahasan ... 61
4.2.1. Analisis Data Berita Kompas... 61
4.2.1.1. Judul : 33 Mobil Hangus dan Dirusak, Sabtu 22 Mei 2010 ... 61
4.2.1.2. Judul : Pilkada Mojokerto Jalan Terus ... 64
4.2.2. Analisis Data Berita Jawa Pos ... 67
4.2.2.1. Judul : Pilkda Mojokerto Membara, Sabtu 22 Mei 2010 ... 67
4.2.2.2. Judul : Satu Mobil Dilempar 2 Molotov, Minggu 23 Mei 2010 ... 71
4.2.3. Perbandingan Kompas dan Jawa Pos dalam Model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosieki. ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79
4.3. Kesimpulan ... 79
4.4. Saran ... 80
KOMPAS DAN JAWA POS EDISI, 22 -23 MEI 2010.
( STUDI ANALISIS FRAMING KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI 22-23 MEI 2010).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian dari surat kabar Kompas dan Jawa Pos tentang kisruh pilkada di Mojokerto yang di muat oleh kedua surat kabar tersebut.
Metode penelitian yang digunakan bersifat Kualitatif, yaitu metode analisis data yang mengunakan sumber-sumber yang ada dari berbagai sumber wawancara, pengelipingan,buku-buku, serta bahan browsin dari internet.Metode ini lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian terjadi kejanggalan maupun kegandaan data,menyajikan tidak secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang di hadapi.Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu data yang di kumpulkan melalui Pengelipingan data dan Wawancara dengan nara sumber yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Hasil yang dapat dari interprestasi tersebut adalah adanya pro dan kontra Kompas dan Jawa Pos dalam membingkai atau mengkonstruck peristiwa kisruh pilkada di Mojokerto berdasarkan rutinitas cara kerja institusi kedua media tersebut.
Kesimpulan yang didapat adalah Jawa pos membingkai kisruh di Mojokerto sebagai salah satu kejadian pilkada terbesar yang pernah terjadi belakangan ini, sedangkan kompas lebih menyoroti pada kelanjutan pilkada Mojokerto.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Ketika produk media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya
merupakan hasil “rekonstruksi realita”. bahwa peristiwa yang disaksikan ataupun
dialami oleh reporter dan juru kamera maupun editor dan redaktur atau pemimpin
redaksi. Suatu proses yang cukup unik meskipun berlangsung begitu cepat. Ini
yang disebut sebagai proses rekonstruksi atas realita (Pareno, 2005 : 4).
Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan
membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan lebih
rinci dalam pemberitaannya adalah surat kabar. Assegaf mengatakan bahwa :
Berita dalam pandangan Fishman (Eriyanto, 2004 : 100) bukanlah refleksi
atau distorsi dari realitas yang seakan berada diluar sana. Titik perhatian tentu saja
bukan apakah berita merefleksikan realitas atau apakah berita distorsi atas realitas.
Berita yang muncul di media massa merupakan hasil saringan dan kebijakan
redaksi atas suatu peristiwa yang diliput dan disesuaikan dengan tujuan dan sikap
dari media.
Tidak setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut
pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan di
media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita, atau memberi banyak
manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media. (Sumadiria, 2005 :
86).
Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakna biasanya sebuah media
cetak melakukan penonjolan-penonjolan terhadap suatu berita. Dalam
pengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan
nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah
berita (Sobur, 2001 : 163).
Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai
peluang besar untuk diperhatikan dan mempunyai khalayak dalam memahami
realitas karena itu dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan
menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain, serta menonjolkan aspek isu
tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana (Sobur, 2001 : 164).
Dye dan Zeigler (1986 : 7-22) mengidentifikasikan fungsi politis media
massa. Fungsi meliputi lima hal pokok : (a) fungsi pemberitaan, (b) interpretasi,
(c) sosialisasi, (d) persuasi, dan (e) fungsi penganggendaan isu. Dalam hal ini,
fungsi pemberitaan terutama pada aktivitas pokok media, yakni mengamati apa
yang terjadi di masyarakat dan kemudian melaporkannya. Pertanyaan-pertanyaan
yang biasa muncul berkenaan dengan fungsi pemberitaan ini adalah apa yang
disebut berita, peristiwa mana yang harus diberitakan, siapa yang harus diberi
tempat dalam pemberitaan, dan frame (penonjolan substansi persoalan) apa yang
3
Fungsi interpretasi berkenaan dengan peran media massa sebagai penafsir
atas realitas dalam wujud informasi kepada publik. Media massa biasanya
menempatkan suatu peristiwa dalam konteks tertentu, memilih frame
pemberitaan, memilih sumber-sumber tertentu, baik dalam berita maupun dalam
talkshow, dan mengemukakan analisis dan interpretasi-interpretasi tertentu.
Informasi inilah yang secara potensial menjadi rujukan khalayak dan
mempengaruhi pengetahuan dan persepsi khalayak berkenaan dengan berbagai
peristiwa atau isu yang diberitakan. semua ini dapat memiliki konsekuensi politis,
baik pada publik secara luas, lebih-lebih pihak-pihak bergelut di dunia politik,
seperti berbagai organisasi politik dan pemerintah. Dalam hal ini, fungsi
interpretasi dapat dikatakan berkenaan dengan peran media dalam
mendefinisikan, mengkonstruksi, dan mendekonstruksi realitas.
Fungsi sosialisasi menunjuk pada kiprah media massa menyebarluaskan
dan membantu upaya pewarisan nilai-nilai dan norma-norma di dalam
masyarakat. Fungsi persuasi media massa terutama saat kampanye dimaksudkan
untuk meningkatkan popularitas dan dukungan publik terhadap partai atau
kandidat tertentu. Fungsi agenda setting dapat diamati, misalnya ketika media
massa memberikan bobot tertentu terhadap peristiwa atau isu yang diberitakan.
Pemberian bobot ini bisa dilakukan dengan pemberian alokasi ruang atau waktu
tertentu, penempatan berita pada halaman terntentu, ataupun penempatan urutan
pemberitaan. Persoalan ataupun peristiwa yang diprioritaskan media massa
menjadi persoalan yang paling potensial diperbincangkan oleh publik (Pawito,
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan kajian
analisis framing. Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang
berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang
realitas kehidupan sosial bukan realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi.
Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah
menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara
apa konstruksi itu dibentuk (Eriyanto, 2004 : 37)
Analisis framing juga merupakan pendekatan untuk mengetahui
bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya
menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan
dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut (Eriyanto, 2004 :68)
Analisis framing merupakan salah satu model analisis solutif yang bisa
mengungkapkan rahasia dibalik perbedaan, bahkan pertentangan media dalam
mengungkapkan fakta. Analisis framing membongkar bagaimana realitas
dibingkai oleh media, akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, mana
kawan mana lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan dan siapa
dirugikan, siapa membentuk dan siapa dibentuk dan seterusnya (Eriyanto, 2004 :
xv).
Dalam analisis framing tidak lepas tokoh-tokohnya, antara lain Murray
Edelman, Robert N. Entman, William Gamson, Zhongdang Pan dan Gerald M.
5
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing milik
Zhondang pan dan Gerald M. Kosicki. Prinsip analisis framing menyatakan
bahwa terjadi proses seleksi isu dan fakta yang diberitakan oleh media. Fakta ini
ditampilkan apa adanya, namun di beri bingkai (frame) sehingga menghasilkan
konstruksi makna yang spesifik. Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber
berita, memanipulasi pernyataan dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga
suatu interpretasi menjadi lebih menyolok (noticeable) daripada interpretasi yang
lain (Sobur, 2001 : 165).
Sedangkan proses framing itu sendiri dalam hal ini didefinisikan sebagai
proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih
daripada yang lain. sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut hal ini
seperti yang dinyatakan oleh Pan dan Kosicki (Eriyanto, 2004 : 252).
Pan dan Kosicki merupakan salah satu pilihan dalam menganalisis teks
media disamping analisis isi kuantitatif, dengan cara apa wartawan menonjolkan
permaknaan mereka terhadap suatu peristiwa yaitu wartawan melihat dari strategi,
kata, kalimat, lead, foto, grafik, dan hubungan antara kalimat (Eriyanto, 2004 :
254). Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian
sturuktur besar. Pertama, struktur sintaksis, Kedua, struktur skrip, Ketiga, struktur
tematik dan Keempat, struktur retoris.
Kerusuhan pilkada di Mojokerto berawal dari kedatangan massa secara
bergelombang ke gedung DPR kabupaten Mojokerto sejak sekitar pukul 08:30.
bupati dan wakil bupati. Pilkada di kabupaten Mojokerto diikuti tiga pasangan
calon. Nomor urut satu adalah pasangan Mustofa Kamal (Pasa) dan Choirun nisa'
(manis) yang diusung tujuh partai ( PKB, PPP, PKS, PKPB, PBB dan Patriot).
Nomor urut dua adalah pasangan Suwardi (incumbent) dan Wahyudi (Wasis)
yang di usung PDIP, GOLKAR, dan DEMOKRAT. Nomor urut tiga dan jalur
Independen adalah Khoirul Badik dan Yazid Kehar (kokoh).
Sebenarnya ada satu pasangan lagi yang sudah memenuhui syarat dari sisi
dukungan partai politik. Mereka adalah KH. Dimayati dan M. Karel, tapi
keduanya di coret KPUD karena tak lolos tes kesehatan, pencoretan tersebut
membuat marah pendukung Dimayati, sejak pencoretan itu, aksi untuk rasa
menantang keputusan KPUD sering terjadi, dari aksi unjuk rasa itu, pengujuk rasa
menuntut pilkada agar di stop atau di tunda.
Menanggapi kerusuhan di Mojokerto, surat kabar Kompas dan Jawa Pos
mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksi berita tersebut, dikarenakan
adanya perbedaan cara pandang wartawan dari masing-masing media dalam
mempersepsikan suatu peristiwa. Perbedaan dari cara kedua harian tersebut dalam
mengemas berita disebabkan adanya perbedaan kebijakan redaksi dan juga
perbedaan visi dan misi dari masing-masing media. Manakala rekonstruksi realita
itu sejalan dengan visi dan misi, akan diloloskan. Sebaliknya, jika tidak sejalan
7
Pada penelitian ini penulis mengkliping pemberitaan dari dua media cetak,
yaitu Jawa Pos dan Kompas. Framing dapat dipandang sebagai penempatan
informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan
alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Framing juga menekankan pada
penonjolan teks komunikasi, sehingga membuat informasi yang disajikan menjadi
lebih menarik dan mudah diingat oleh masyarakat. penonjolan adalah proses
membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, atau lebih diingat
oleh khalayak. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi
isu dan menulis berita (Eriyanto, 2004 : 186-187).
Dipilihnya surat kabar Jawa Pos dan Kompas sebagai subyek penelitian
dengan alasan bahwa keduanya merupakan pers umum, pers nasional yang
sama-sama terbit dan yang paling berpengaruh di Jawa Timur, bahkan di pulau Jawa.
Serta mendapat pangsa pasar yang tersebar di seluruh Jawa Timur. Jawa Pos
misalnya merupakan surat kabar regional terbesar di Jawa Timur yang terbit
secara nasional. Sedangkan Kompas merupakan salah satu surat kabar yang
termasuk dalam 10 surat kabar besar nasional dan menjadi surat kabar terbesar
kedua di Jawa Timur setelah Jawa Pos (www.surya.co.id). Kedua surat kabar ini
juga sama-sama menganggap kisruh pilkada Mojokerto mempunyai nilai berita
(News Value) yang tinggi karena sesuai dengan pangsa pasar terbesar mereka
yaitu kota Mojokerto.
Peneliti melihat surat kabar Jawa Pos dalam memberitakan kerusuhan
terjadi beberapa waktu belakangan ini (Jawa Pos, 22 Mei 2010). Sebaliknya
Kompas memberitakan keputusan KPU untuk pilkada Mojokerto jalan terus
(Kompas, 23 Mei 2010).
Menurut model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki berita dilihat
terdiri dari berbagai simbol yang disusun lewat perangkat simbolik yang dipakai
yang akan dikonstruksi dalam memori khalayak. Dengan kata lain tidak ada pesan
atau stimuli obyektif, sebaliknya berita dilihat sebagai perangkat kode yang
membutuhkan interpretasi makna. Teks berita tidak hadir begitu saja sebaliknya
teks berita dilihat sebagai teks yang dibentuk lewat struktur dan formasi tertentu,
melibatkan proses produksi dan konsumsi dari suatu teks (Eriyanto, 2004 : 251).
Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian sturktur
besar. pertama;; struktur sintaksis, kedua; struktur skrip, ketiga; struktur tematik,
keempat; struktur retoris. Melalui perangkat framing itu dapat juga menjadi alat
peneliti untuk memahami bagaimana media mengemas peristiwa. Wartawan
dalam menonjolkan pemaknaan dan penafsiran pada suatu peristiwa dengan
menggunakan strategi kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik dan
perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkap pemaknaan mereka sehingga
dapat dipahami oleh pembaca. Seperti halnya berita tentang kisruh pilkada di
Mojokerto, media menganggap bahwa peristiwa ini penting karena berita tersebut
banyak menuai aksi pro dan kontra di berbagai kalangan masyarkat Jawa Timur
9
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
perumusan masalah yang akan diteliti adalah :
"Bagaimana pembingkaian berita kisruh pilkada di Mojokerto pada surat
kabar Jawa Pos dan Kompas "
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan "Untuk mengetahui pembingkaian berita kisruh
pilkada di Mojokerto pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas "
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoritis
Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama yang
menggunakan metode kualitatif pada umumnya, dan analisis framing pada
khususnya. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh
pengetahuan tentang strategi yang digunakan media dalam membingkai suatu
realitas.
1.4.2. Kegunaan Praktis
1. Sebagai bahan evaluasi bagi pihak media dalam menyajikan berita dan sebagai
2. Memberikan edukasi bagi masyarakat bahwa sesungguhnya berita tidaklah
subyektif seperti pandangan umum. Diperlukan pandangan yang komprehensif
untuk bisa menelaah isi berita dengan benar agar tidak terjadi kesalahpahaman di
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Media Massa dan Konstruksi Realitas
Media Massa wajib menyampaikan informasi yang jujur dan benar sesuai
fakta peristiwa kepada masyarakat. Sesuai fungsinya, media massa harus bisa
mencerahkan pikiran pembaca dengan mengungkap fakta, menulis berita,
menyunting, serta menyiarkan berita kepada khalayak pembaca. Melalui media,
wartawan bisa menggambarkan suatu peristiwa berdasarkan realita dan fakta yang
ada. Peranan media masa adalah mengungkap fakta tanpa menyulut isu,
melainkan lebih ke pencarian sosial. Dalam penyebaran informasi dengan
pihak-pihak yang bertikai, media massa harus bisa memahami dan menilai masalah yang
menjadi penyebab pertikaian.
Media adalah saluran untuk menggambarkan realitas, media bukanlah
sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap
dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Disini media pandang sebagai agen
konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Pandangan semacam ini menolak
argument yang menyatakan media seolah-olah sebagai tempat saluran bebas.
Berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas bukan hanya
menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu
sendiri. Lewat berbagai instrument yang dimilikinya, media agen yang secara
aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak. (Eriyanto, 2002 : 23)
Media memiliki kemampuan tertentu dalam menciptakan citra suatu
realitas. Isi media merupakan lokasi yang menampilkan beberapa peristiwa yang
terjadi sehingga bagi masyarakat berfungsi untuk memperoleh gambaran realitas
sekaligus penilaian normative terhadap realitas tersebut. Proses konstruksi realitas
oleh media pada prinsipnya merupakan upaya konseptualisasi sebuah peristiwa,
maka seluruh isi media merupakan realitas yang telah mengalami proses
konstruksi kembali. Pembuatan berita media masa pada dasarnya adalah
penyusunan atau proses konstruksi kumpulan realitas-realitas sehingga
menimbulkan acara yang bermakna. (Syahputra, 2006 : 73)
Media berperan besar dalam pencitraan realitas tersebut. Citra adalah
gambaran mengenai sesuatu yang memiliki makna karena media memiliki
kemampuan tertentu dalam menciptakan realitas. Sis media masa merupakan
lokasi yang menampilkan berbagai peristiwa yang terjadi, sehingga bagi
masyarakat berfungsi untuk memperoleh gambaran/ informasi citra realitas dan
sekaligus penilaian normative terhadap realitas tersebut (Syahputra, 2006 : 75).
Media masa dapat berperan dalam mengkontruksi suatu peristiwa untuk
pembentukan realitas sosial. Untuk melakukan hal ini media massa dapat
mengelola informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik dan pembaca pun
13
2.1.2 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas
Berita merupakan nyawa dari media massa. Keberadaannya media massa.
Baik pada awal kelahirannya, masa perkembangannya, maupun sampai pada di
era kejayaannya sekarang ini sehingga memasuki era informasi, bukan saja
penting tetapi juga sangat menentukan arah peradaban umat manusia. (Pareno,
2005 :2). Berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti suatu berita
setidaknya mengundang dua hal, yaitu peristiwa dan jalan cerita. Jalan cerita
tanpa ada peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.
(Tebba, 2005:55)
Berita juga produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas.
Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang
tentunya menghasilkan “realitas” yang berbeda. Apabila ada perbedaan antara
berita dan realitas yang sebenarnya maka tidak di anggap sebagai kesalahan, tetapi
memang seperti itulah pemaknaan mereka tas suatu yang relitas (Eriyanto, 2002 :
27). Berita-berita yang disajikan media kepada khalayak pembaca merupakan
hasil konstruksi dari suatu realitas tertentu. Peristiwa yang dijadikan berita oleh
media massa tentunya melalui proses penyelesaian terlebih dahulu. Hanya
peristiwa yang memenuhi khalayak informasi yang akan menjadi berita. Peristiwa
yang layak untuk dijadikan berita akan diangkat oleh media massa kemudian
ditampilkan pada khalayak.
Berita adalah rekonstruksi fakta sosial yang diceritakan sebagai wacana
fakta media. Perspektif konstruksi melihat realitas tak terbuka diteliti langsung,
Konstruksi ini berisi kesepakatan pemahaman, komunikasi inter subyektif, andil
sejumlah pihak, serta pengalaman dan inter prestasi bersama terhadap makna.
Karena konstruksi fakta bersifat simbolik, maka bentuknya lebih discursive, yakni
dinyatakan melalui teks atau wawancara. (Siahaan, 74 : 2001)
Berita pada dasarnya dibentuk lewat proses aktif dari pembuat berita.
Peristiwa yang kompleks dan tidak beraturan disederhanakan dan dibuat
bermakna oleh pembuat berita. Semua proses tersebut melibatkan proses lewat
skema inter prestasi dari pembuat berita. (Eriyanto, 2002:91). Penelitian dalam
level produksi berita, seringkali di pusatkan pada proses pembentukan berita
(Newsroom). Newsroom disini dipandang bukan sebagai ruang yang hampa, netral
dan seakan-akan hanya menyalurkan informasi yang didapat, tak lebih tak kurang.
Proses pembentukan berita sebaliknya adalah proses yang rumit dan banyak yang
berpotensi untuk mempengaruhi. (Sudibyo, 2001: 7)
Proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini adalah dari
wartawan di lapangan, yang akan memilih mana peristiwa yang penting atau
tidak, mana peristiwa yang akan diberikan dan mana yang tidak, setelah berita itu
ke Redaktur, akan diseleksi lagi dengan menekan bagian mana yang perlu di
kurangi dan bagian mana yang di tambah. Pandangan ini mengandaikan
seolah-olah ada realitas yang benar-benar riil yang ada di luar diri wartawan. Realitas
yang riil itulah yang akan diseleksi oleh wartawan untuk kemudian di bentuk
dalam sebuah berita. Berita dihasilkan dari pengetahuan dan pikiran, bukan karena
15
mengorganisasikan dunia yang abstrak ini menjadi dunia yang koheren dan
beraturan serta mempunyai makna. (Eriyanto, 2002 : 100)
Panggilan berita yang mendalam adalah untuk memenuhi tanggung jawab
pers dalam menyajikan berita secara jujur, adil dan berimbang juga pada akhirnya
berguna pula untuk memberikan perspektif terhadap peristiwa yang disiarkan
konsep berita sekarang tidak hanya menyajikan fakta-fakta, tetapi lebih dari itu
ialah memberikan perspektif untuk memenuhi tuntutan jurnalistik baru yang
berkembang dewasa ini. (Tebba, 2005 : 143)
2.1.3 Ideologi Institusi Media
Media berperan mendefinisikan bagaimana realitas seharusnya dipahami,
bagaimana realitas itu dijelaskan dengan cara tertentu kepada khalayak.
Pendefinisian tersebut bukan hanya pada peristiwa, melainkan juga aktor-aktor
sosial. Diantara berbagai fungsi dari media dalam mendefinisikan realitas, fungsi
pertama dalam ideologi adalah sebagai mekanisme integrasi sosial. Media disini
berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok dan mengontrol bagaimana nilai-nilai
kelompok itu dijalankan (Eriyanto, 2002 : 122)
Pertimbangan ideologis suatu media massa biasanya ditentukan oleh latar
belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu latar belakang agama maupun
nilai-nilai yang dihayati. Tetapi pertimbangan ideologis itu bukan hanya agama,
melainkan juga nilai-nilai yang dihayati, seperti kemanusiaan, kebangsaan dan
maka hal itu menjadi dasar pertimbangan untuk menyiarkannya. (Tebba, 2005 :
152)
Media membantu kelompok domain menyebarkan gagasannya,
mengontrol kelompok lain dan membentuk konsensus antara anggota komunitas.
Lewat media lah, ideologi domain, apa yang baik apa yang buruk di mapankan.
Media sekedar saluran yang bebas, ia juga subyek yang mengkontruksi realitas,
lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakan nya. Seperti di katakan Tony
Bennett (dalam Eriyanto, 2001) media di pandang sebagai agen konstruksi sosial
yang mendefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya. Dalam pandangan
kritis , media juga di pandang sebagai wujud dari pertarungan ideologi antara
kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat. Disini media bukan sarana yang
netral yang menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa
adanya tetapi kelompok dan ideologi yang domain itulah yang akan tampil dalam
pemberitahuan. (Eriyanto, 2001 : 36)
Media disini dipandang sebagai instrumen ideologi, melalui mana satu
kelompok menyebarkan pengaruh dan dominasinya kepada kepentingan dan
pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama dan
seimbang. Media justru menjadi subyek yang mengkontruksi realitas berdasarkan
penafsiran dan definisinya sendiri untuk disebarkan kepada masyarakat. Media
berperan dalam mendefinisikan realitas. Kelompok dan ideologi dominan lah
yang biasanya berperan dalam hal ini. (Sudibyo, 2001 : 55)
Media masa sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni dan
17
ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang
berkuasa. Media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat
legitimasi dan kontrol atau wacana publik. Namun media juga bisa menjadi alat
resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur
dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan sekaligus juga menjadi
instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi
tendingan. (Sobur, 2001 : 30)
2.1.4 Teori Penjaga Gerbang (Gatekeeper Theory)
Framing bukan hanya berkaitan dengan skema individu (Wartawan),
melainkan, juga berhubungan dengan proses produksi berita. Bagaimana peristiwa
dibingkai, kenapa peristiwa dipahami dalam kerangka tertentu atau bingkai
tertentu, bukan semata-mata disebabkan oleh struktur skema wartawan, melainkan
juga rutinitas kerja dan institusi media secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi pemaknaan peristiwa. (Eriyanto, 2002 : 99). Lewat Frame, jurnalis
mengemas peristiwa yang kompleks itu menjadi peristiwa yang dapat di pahami,
dengan perspektif tertentu dan lebih menarik perhatiannya khalayak. Laporan
berita yang akhirnya ditulis oleh wartawan pada akhirnya menampilkan apa yang
di anggap panting dan apa yang perlu di tonjolkan dan apa yang perlu
disampaikan oleh wartawan kepada khalayak pembaca. (Eriyanto, 2002 : 69).
Teori Gatekeeper adalah teori tentang proses seleksi berita. Dalam
penulisan berita dibutuhkan proses seleksi dari wartawan di lapangan, yang akan
bisa di beritakan dana mana yang tidak. Setelah berita itu masuk ke tangan
redaktur, akan diseleksi lagi dan disunting dengan menekan bagian mana yang
perlu di tambahkan. Pandangan ini mengandaikan seolah-olah realitas yang
benar-benar riil yang ada di luar wartawan. Realitas yang riil itulah yang akan diseleksi
oleh wartawan untuk kemudian di bentuk dalam sebuah berita. (Eryanto, 2002 :
100)
Semua saluran media massa mempunyai sejumlah Gatekeeper dan
memainkan peranan dalam beberapa fungsi. Gatekeeper bisa juga menghentikan
sebuah informasi dan tidak membuka “Pintu Gerbang” (Gate) bagi keluarnya
informasi yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang di sebarkan.
Baik buruknya dampak pesan yang disebarkannya tergantung pada fungsi
pentapisan informasi atau pemalang pintu ini. (Nurdin, 2003 : 110).
Peranan penjaga gawang atau Gatekeeper menurut John R. Bittner dalam
buku Nurdin (2003 : 115) adalah :
(1) Menyiarkan informasi kepada kita; (2) untuk membatasi informasi
yang kita terima dengan mengedit informasi ini sebelum disebarkan
pada kita; (3) untuk memperluas kuantitas informasi dengan
menambahkan fakta dan pandangan lain; (4) untuk
menginterpretasikan informasi.
Terlepas dari konsep Gatekeeper, isi berita yang ada di media mungkin
saja di peroleh dengan cara di cari, di pesan sebelumnya atau penemuannya di
rencanakan secara sistematis. Kadang-kadang berita harus di olah atau di bentuk
19
tidak di lakukan secara acak dan bersifat subyektif. Pembuatannya di sesuaikan
dengan pola interpretasi dan relevansinya dengan berbagai institusi birokratis
yang menjadi sumber berita atau yang menangani peristiwa tersebut. Gatekeeper
keberadaannya dengan peralatan mekanisme yang harus dipunyai oleh media
dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, Gatekeeper menjadi keniscayaan
keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya. (Nurdin, 2003
: 30)
2.1.5 Analisis Framing
Dalam analisis Framing, yang kita lakukan pertama kali adalah melihat
bagaimana media mengkonstruksi realitas peristiwa dipahami bukan sesuatu yang
taken for granted , sebaliknya wartawan dan media yang secara aktif membentuk
realitas. Realitas tercipta dalam konsepsi wartawan. Berbagai fakta diabstraksikan
menjadi peristiwa yang kemudian hadir di hadapan khalayak. Yang menjadi titik
persoalan dari penelitian Framing adalah bagaimana realitas atau peristiwa di
konstruksi oleh media, bagaimana media membangkitkan peristiwa dalam
konstruksi tertentu. (Etiyanto, 2002 : 7)
Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi dan
penajaman terhadap dimensi-dimensi tertentu dari fakta yang diterbitkan dalam
media. Fakta tidak ditampilkan secara apa adanya, namun diberi bingkai (Frame).
Sehingga menghasilkan konstruksi makna yang spesifikasi. Dalam hal ini, awak
mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi menjadi lebih
Noticeable dari pada interpretasi yang lain. (Sudibyo, 2001 : 157).
Konsep tentang framing atau Frame berasal dari ranah ilmu kognitif
(psikologis). Awalnya oleh Baterson dimaknai struktur konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan yang
menyediakan kategori standar untuk mengapresiasikan realitas (Sudibyo, 1999 :
23-24) karena frame memungkinkan individu untuk melokaliasi, merasakan,
mengidentifikasi dan memberi lebel terhadap peristiwa-peristiwa secara informasi
(Siahaan dkk, 2001 : 76).
G.J. Aditjondro mendefinisikan Framing sebagai metode penyajian realitas
dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan
dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek
tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu
dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat ilustrasi lainnya (Sudiboyo, 1999 : 26
26). Frame dapat dimaknai sebagai batasan-batasan wacana serta elemen – elemen
konstitusi yang tersebar dalam konstruksi wacana (Sudibyo, 2001 : 222).
Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam
memahami suatu realitas. Frame terletak di dalam properti spesifikasi berita
naratif yang mengarahkan perasaan dan pemikiran mengenai peristiwa-peristiwa
untuk membangun pengertian khusus (Siahaan dkk, 2001:77). Proses Framing
dapat menghasilkan dikotomi antara kondisi obyektif realitas sosial dengan
21
digerakkan oleh media. Framing memungkinkan media mengemas dan mengelola
informasi sesuai dengan ideologi, kecenderungan atau keberpihakan politik
mereka demi penyiaran yang efisien kepada khalayaknya (Siahaan, 2001 : 77).
Media massa pada dasarnya adalah wahana diskusi tentang suatu masalah
yang melibatkan dan mempertemukan tiga pihak : wartawan, sumber berita dan
khalayak. Media massa menjadi tempat berbagai kelompok sosial, institusi dan
ideologi berdebat atas dasar definisi dan kontribusi realitas sosial masing-masing.
Analisis framing memandang wacana berita sebagai arena perang simbolik antara
pihak-pihak yang berkompeten dalam suatu persoalan (Sudibyo, 199 : 34)
Proses framing berkaitan dengan strategi pengelolaan dan penyajian
informasi dalam hubungan dengan rutinitas dan konversi profesional jurnalistik.
Dominasi sebuah Frame dalam suatu wacana berita bagaimanapun di pengaruhi
oleh proses produksi berita dimana terlibat unsur-unsur redaksional. Dengan kata
lain proses framing merupakan bagian yang integral dari proses redaksional media
massa dan menempatkan awak pada proses strategis. (Sudibyo, 2001 : 87).
2.1.6 Proses Framing
Proses framing berkaitan erat dengan rutinitas dan konvensi profesional
jurnalistik dan penyajian informasi dalam presentasi media, dengan kata lain
proses framing merupakan bagian yang integral dari proses redaksional media
massa. (Sudibyo, 2001 : 224).
Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling
pada bagian seorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan
dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seorang mengelola sejumlah
informasi dan kognitif bagaimana dalam suatu konteks yang unik dan
menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol
dalam kognisi seorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari peristiwa tersebut
menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat
keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi sosiologis. Pandangan sosiologis
lebih melihat sebagai proses bagaimana seorang mengklarifikasikan,
mengorganisasikan dalam menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti
dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame disini berfungsi membuat suatu realitas
menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli
dengan label tertentu. Disini tampak ada dua konsepsi yang agak berlainan
mengenai framing. Di sati sisi framing di pahami sebagai struktur internal dalam
alam pikiran seseorang, di sisi lain framing di pahami sebagai perangkat yang
melekat dalam wacana sosial. Pan dan Kosicki membuat suatu model yang
mengintegrasikan secara bersama-sama konsepsi psikologi yang melihat frame
semata sebagai persoalan internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih
tertarik melihat frame dari sisi bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi seorang.
Bagi pan dan Kosicki, framing pada dasarnya melibatkan kedua konsepsi tersebut.
23
2.1.7 Perangkat Framing
Frame ini adalah suatu ide yang menghubungkan dengan elemen yang
berbeda dalam teks berita ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan
dengan makna. Bagaimana seorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari
perangkat tanda yang munculkan dalam teks.
Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi ke dalam empat
struktur besar.
1. Struktur Sintaksis
Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian
berita headline, Lead, Latar informasi, sumber, penutup dalam satu kesatuan
teks berita secara keseluruhan. Bagian ini tersusun dalam bentuk yang tetap
dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana
fakta hendak disusun. Bentuk sintaksis yang paling populer adalah struktur
piramida terbalik yang dimulai dengan judul Headline, Lead, episode, latar
dan penutup. (Eriyanto, 2002 : 257).
-Headline : merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat ke
menonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita. Pembaca
cenderung lebih mengingat Headline yang di pakai di bandingkan bagian
berita. Headline mempunyai fungsi Framing yang kuat. Headline
mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian di gunakan
dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan.
- Lead : adalah perangkat sintaksis lain yang sering digunakan. Lead yang
baik umumnya sudut pandang dari berita, menunjukkan perspektif tertentu
dari peristiwa yang di beritakan. Berfungsi sebagai pengantar ringkasan apa
yang ingin dikatakan sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan
sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap. (Eriyanto, 2002 : 258)
-Latar : merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin
di tampilkan wartawan. Seseorang wartawan ketika menulis berita biasanya
mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih
menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak di bawa. Latar
umumnya di tampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya
muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat
wartawan sangat beralasan. (Eriyanto, 2002 : 258).
- Pengutipan Sumber Berita : Bagian ini dalam penulisan berita dimaksudkan
untuk membangun obyektifitas – prinsip keseimbangan tidak memihak. Ia
juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa apa yang ditulis oleh
wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat dari orang
yang mempunyai otoritas terntentu. (Eriyanto, 2002 : 259)
2. Struktur Skrip.
Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkontruksi berita :
bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu. Skrip memberikan
tekanan mana yang di dahulukan dan bagaimana yang bisa kemudian sebagai
25
dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang
menonjol. (Eriyanto, 2002 : 261)
Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W + 1H, Who, what, when,
where, why, dan how.
- Who : Siapa yang terlibat dalam peristiwa ?
- What : Apa yang terjadi ?
- When : Kapan peristiwa itu terjadi ?
- Where : Dimana peristiwa itu terjadi ?
- Why : Mengapa (Apa yang menyebabkan) peristiwa itu terjadi ?
- How : Bagaimana peristiwa itu terjadi ?
Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang di
tampilkan, kategori informasi ini yang di harapkan di ambil oleh wartawan
untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda
Framing yang penting. (Eriyanto, 2002 : 260)
3. Struktur Tematik
Tema yang dihadiri atau dinyatakan secara tidak langsung atau kutipan
sumber di hadirkan untuk mendukung hipotesis. Pengujian hipotesisi ini kita
gunakan untuk menyebut struktur tematik dari berita. Struktur tematik dapat
diamati dari bagaimana peristiwa itu di ungkapkan atau dibuat oleh wartawan.
Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis. Bagaimana
kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam
Ada beberapa elemen yang dapat di amati dari alat tematik ini. Diantaranya
adalah :
- Koherensi : pertalian atau jalinan antara kata, proposisi atau kalimat. Dua
buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan koherensi. Sehingga fakta
yang tidak berhubungan sekalipun dapat di amati dari perangkat tematik ini.
Ada beberapa macam koherensi. Pertama, koherensi sebab-akibat. Proposisi
atau kalimat satu di pandang akibat atau sebab kalimat satu dari proposal lain.
Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas
atau proposisi atau kalimat satu di pandang kebalikan atau ,awan dari
proposisi atau lawan dari proposisi atau kalimat lain. (Eriyanto, 2002 : 263)
- Detail : Elemen detail merupakan strategi bagaimana media
mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana di
kembangkan oleh media kadangkala tidak perlu disampaikan dan mana yang
diberitakan dengan details yang besar, akan menggambarkan bagaimana
wacana yang di kembangkan oleh media (Eriyantio, 2001 : 238)
- Maksud : Dalam konteks media, elemen maksud menunjukkan bagaimana
secara implisit dan tersembunyi media menggunakan praktek bahasa tertentu
untuk menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula
menyingkirkan praktek bahasa tertentu untuk menonjolkan basis
kebenarannya dan implusit pula menyingkirkan versi kebenarannya yang lain.
(Eriyanto, 2001 : 241)
- Bentuk Kalimat : bentuk kalimat ini berhubungan dengan cara berfikir yang
27
bahasa menjadi susunan subyek (yang menerangkan) dan predikat (yang
diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya personalia teknis kebenaran tata
bahasa, tetapi menentukan makna yang di bentuk oleh susunan kalimat.
(Sobur, 2001 : 81)
- Kata Ganti : merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan
menciptakan suatu komunikasi imajinatif. Kata ganti ini timbul untuk
menghindari pengulangan kata (yang di sebut antecedent) dalam kalimat
selanjutnya untuk menunjukkan di mana posisi seorang dalam suatu wacana.
(Sabor, 2001 : 81 – 82).
- Nominalization : dapat memberi sugesti khalayak adanya generalisasi. Cara
pandang memandang suatu obyek sebagai suatu yang tunggal atau sebagai
suatu kelompok. (Sabor, 2001 : 81)
4. Struktur Roteris
Struktur Roteris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata
yang dipilih oleh wartawan untuk menekan arti yang ingin di tonjolkan oleh
wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra,
meningkatkan ke menonjolkan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran
yang di inginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita juga
menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah
suatu kebenaran. (Eriyanto, 2002 : 264).
Ada beberapa elemen struktur retoris yang di pakai oleh wartawan, yaitu ;
- Leksikon : pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk
yang merujuk pada fakta. Pilihan kata yang di pakai tidak semata-mata hanya
karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana
pemaknaan seseorang terhadap fakta / realitas. (Eriyanto, 2002 : 264-265)
- Gravis/ Visual Image : dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul
lewat bagian tulisan yang di buat lain di bandingkan tulisan lain. Pemakaian
huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibaut dengan
ukuran besar. Termasuk didalamnya adalah pemakaian Caption, raster, grafik,
gambar, tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-bagian yang
di tonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut.
Elemen grafis juga muncul dalam bentuk foto, gambar dan label untuk
membentuk gagasan atau untuk bagian lain yang tidak di tonjolkan. (Eriyanto,
2002 : 266).
- Metafora : yang dimaksud sebagai ornamen atau bambu dari suatu teks,
tetapi pada pemakaian tertentu boleh jadi menjadi petunjuk di pakai oleh
komunikator secara strategis sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas
pendapat atau gagasan. (Sobur, 2001 : 84). Metafora bukan sekedar perangkat
discursive, persuasif, dan cara mengekspresikan piranti mental, melainkan
asosiasi dari asumsi dan penilaian. (Siahaan, 2001 : 85)
- Gaya Bahasa : Cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk
menyatakan maksudnya dan menggunakan bahasa sebagai sarana. Gaya
bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, maja dan
citraan, pola rima, matra yang di gunakan sastra yang terdapat dalam sebuah
29
Ke empat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat
menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan
wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat di amati dari keempat
struktur tersebut. (Eriyanto, 2002 : 257-266).
Pendekatan itu dapat di gambarkan ke dalam bentuk skema sebagai berikut :
STRUKTUR UNIT PERANGKAT FRAMING YANG DIAMATI
Tabel I : Skema Perangkat Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
2.2 Kerangka Berfikir
Pembentukan realitas adalah suatu kerja media lewat seorang wartawan.
Realitas bukanlah suatu yang tersedia, yang kemudian di tampilkan wartawan
dalam pesan-pesannya lewat berita. Berita merupakan hasil konstruksi dari
realitas dari sebuah proses manajemen ternyata tidak selalu menghasilkan makna
yang sama seperti yang di harapkan wartawan dalam diri khalayak
pembacaannya. Dalam hal ini surat kabar Kompas dan Jawa Pos berusaha
membingkai berita-berita tentang kerusuhan pilkada di Mojokerto.
Dalam pemuatan berita kerusuhan tersebut cenderung berbeda dalam
pengkonstruksian nya, karena harian Kompas dan Jawa Pos mempunyai frame
masing-masing dalam pemberitaan, hal ini tampak dalam pemberitaan yang
menghadirkan oleh kedua media tersebut selama kerusuhan berlangsung. Untuk
melihat perbedaan dalam mengungkapkan suatu peristiwa (realitas) yang muncul
Kompas dan Jawa Pos, peneliti memilih analisis framing sebagai model
penelitian. Dalam model penelitian ini menggunakan model Pan dan Kosicki,
dimana model analisis framing ini merupakan salah satu alternatif dalam
menganalisis teks media disamping analisis isi kuantitatif, dengan cara apa
wartawan menonjolkan pemaknaan mereka terhadap suatu peristiwa yaitu
wartawan melihat dari strategi, kata, kalimat, lead, foto, grafik, dan hubungan
antar kalimat.
Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas yang
sedang terjadi di bingkai oleh suatu media. Realitas sosial dipahami, dimaknai dan
31
dalam pemberitaan pada dua media tersebut cenderung berbeda, kecenderungan
atau perbedaan setiap media dalam memproduksi berita. Pada khalayak dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini lebih akan bersifat kualitatif
dengan metode analisis farming pada khususnya. Metode framing pada
khususnya. Metode framing lahir dari elaborasi terus menerus terhadap
pendekatan analisis wacana. Akhir-akhir ini konsep framing telah digunakan
secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses
penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media.
Analisis framing mempunyai asumsi wacana media massa mempunyai peran yang
sangat strategis dalam menentukan apa yang penting atau signifikan bagi publik
dari bermacam-macam isu dan persoalan yang hadir dalam wacana publik.
Framing secara umum dirumuskan sebagai proses penyeleksian dan penonjolan
aspek-aspek tertentu dari realitas yang tergambar dalam teks komunikasi dengan
tujuan agar aspek itu menjadi aspek noticeable, meaningful, dan memorable bagi
khalayak.
Dengan menggunakan analisis framing. Penelitian ingin melihat
bagaimana surat kabar Kompas dan Jawa Pos dalam membingkai berita peristiwa
kerusuhan pilkadadi Mojokerto yang akan dianalisis berdasarkan perangkat
framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Pan dan Kosicki mengatakan, framing dapat dipelajari sebagai suatu strategi
33
untuk memproses dan mengkonstruksi wacana berita atau sebagai karakteristik
wacana itu sendiri dengan menonjolkan strategis kata, kalimat, lead, hubungan
antara kalimat, foto, grafik dan perangkat lain untuk membantu dirinya
mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos.
Sedangkan obyek penelitian ini adalah berita-berita mengenai kerusuhan pilkada
di Mojokerto pada tanggal 22 dan 23 Mei 2010.
3.3 Unit Analisis
Unit Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit reference
yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat
dalam teks berita mengenai berita kerusuhan di pilkada di Mojokerto di surat
kabar Kompas dan Jawa Pos. Analisis teks media dengan melihat hubungan antara
kalimat, penulisan narasumber, penulisan latar, penggunaan foto, penggunaan
gaya bahasa, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap perspektif yang
digunakan oleh media (Kompas dan Jawa Pos) dalam melihat suatu peristiwa
3.4 Populasi dan Korpus
Populasi dari penelitian ini adalah berita-berita di pilkada di Mojokerto
surat kabar Kompas dan Jawa pos. Korpus adalah suatu himpunan terbatas atau
juga berbatas dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan
yang sama (Arkoun dalam Achmad, 2001 : 43). Pendapat lain ada juga yang
mengartikan korpus adalah sekumpulan bahan yang teratas yang ditentukan pada
perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesamaan, bersifat sehomogen
mungkin (Kurniawan , 2001 : 70). Sifat homogen ini diperlukan untuk memberi
harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis secara
keseluruhan.
Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita mengenai kerusuhan
pilkada di Mojokerto surat kabar Kompas dan surat Jawa Pos adalah sebagai
berikut :
Korpus di Jawa pos :
1. Tanggal 22 Mei 2010
Berita dengan judul “ PILKADA MOJOKERTO MEMBARA”
2. Tanggal 23 Mei 2010
Berita dengan judul “SATU MOBIL DI LEMPAR 2 MOLOTOV ”
Korpus di Kompas :
1. Tanggal 22 Mei 2010
Berita dengan judul “ 33 MOBIL HANGUS DAN RUSAK “.
2. Tanggal 23 Mei 2010
35
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan secara langsung dengan
mengidentifikasi wacana berita berpedoman pada model framing Pan dan Kosicki.
Data hasil identifikasi tersebut dianalisis untuk menemukan cara pandang atau
perspektif yang digunakan mengkonstruksi fakta menjadi wacana berita.
Dikumpulkan dari sumber dan jenis data primer berupa berita dimuat dalam surat
kabar Kompas dan Jawa Pos adalah berita tentang kerusuhan pilkada Mojokerto.
Dari data yang diperoleh sebagai hasil identifikasi tersebut untuk selanjutnya
dianalisis untuk mengetahui bagaimana kedua media tersebut dalam mengemas
berita kerusuhan pilkada di Mojokerto. Selain itu dalam penelitian ini juga
menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari
informasi-informasi yang relevan dari buku, surat kabar dan internet yang digunakan untuk
menambah perspektif kajian analisis peneliti dalam upaya menjawab
permasalahan penelitian.
Data-data sekunder dalam penelitian ini dari literatur dan sumber data surat kabar
yang merupakan informasi-informasi tambahan dilakukan dengan cara studi
kepustakaan.
3.6 Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik analisis framing sebagai teknik dalam
menganalisis data penelitian ini. Analisis framing adalah pendekatan untuk
mengetahui bagaimana perspektif media atau cara pandang yang digunakan oleh
Analisis framing yang dipilih bertumpu pada model Pan dan Kosicki yang
menggunakan empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis yaitu berhubungan
dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk susunan umum
berita. Kedua, struktur skrip yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan
menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita, dengan menggunakan konsep 5 W
+ 1 H. Ketiga , struktur tematik yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengungkapkan peristiwa ke dalam bentuk proporsi antar kalimat yang
membentuk teks secara keseluruhan. Keempat, struktur retoris yaitu berhubungan
dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita.
3.7 Langkah-langkah Analisis Framing
Dengan menggunakan perangkat framing model Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki, penelitian akan menguraikan berita-berita yang memuat
kerusuhan pilkada di Mojokerto surat kabar Kompas dan Jawa Pos. Analisis
berita-berita tersebut akan didasarkan pada empat struktur besar, yaitu :
1. Sintaksis adalah bagaimana surat kabar Kompas dan surat kabar Jawa Pos
menyusun berita ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur sintaksis
dapat memberikan petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan
Kompas dan Jawa Pos memakai kerusuhan pilkada di Mojokerto kemana
berita tersebut.
a. Headline : judul berita tentang kerusuhan pilkada di Mojokerto surat
kabar Kompas dan Jawa Pos merupakan inti dari suatu kisah berita
37
disingkat dengan bentuk huruf yang besar dan mencolok guna
memikat khalayak pembaca.
b. Lead : atau teras berita, sebagai aspek terpenting dari peristiwa yang
diberikan, sudut pandang dari berita menunjukkan perspektif atau
sudut pandang surat kabar Kompas dan Jawa Pos dalam pemberitaan
kerusuhan pilkada di Mojokerto.
c. Latar : Latar belakang atas berita kerusuhan pilkada di Mojokerto
surat kabar Kompas dan surat kabar Jawa Pos latar menyelidiki
bagaimana surat kabar Kompas dan surat kabar Jawa Pos memberi
pemaknaan atas berita kerusuhan tersebut.
d. Pengutipan Sumber Berita : pengutipan-pengutipan terhadap
pendapat-pendapat dari narasumber lain, yang dimaksud untuk
membangun obyektifitas, prinsip keseimbangan dan tidak memihak
agar khalayak memahami bahwa yang ditulis wartawan media tersebut
bukan pendapat wartawan semata tapi orang yang mempunyai
independensi sendiri.
2. Skrip adalah bagaimana surat kabar Kompas dan surat kabar Jawa Pos
mengisahkan atau menceritakan kerusuhan pilkada di Mojokerto cs ke
dalam sebuah berita. Berkaitan dengan kaidah jurnalistik.
Struktur skrip terdiri atas :
Who : Siapa yang dijadikan berita
What : Berita tentang apa
Where : Dimana peristiwa yang diberitakan terjadi.
Why : Mengapa peristiwa yang diberikan terjadi.
How : Bagaimana peristiwa yang diberikan tersebut.
3. Tematik adalah bagaimana surat kabar Kompas dan Surat Kabar Jawa Pos
ke dalam proporsi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk
teks secara keseluruhan.
a. Detail : Kontrol informasi yang ditampilkan surat kabar Kompas
dan surat kabar Jawa Pos. Seputar kerusuhan pilkada di Mojokerto
akan diuraikan secara detail dan lengkap merupakan penonjolan yang
dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu pada
khalayak, demikian pula sebaliknya.
b. Maksud : Seputar pemberitaan kerusuhan pilkada di Mojokerto
yang menguntungkan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan
tersembunyi.
c. Normalisasi : Cara pandang surat kabar Kompas dan surat kabar
Jawa Pos dalam memandang suatu obyek sebagai suatu yang tunggal
atau sebagai suatu kelompok.
d. Koherensi : Pertalian atau jalinan antara kata, propinsi atau kalimat
dalam pemberitahuan kerusuhan surat kabar Kompas dan surat kabar
sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi
hubungan.
e. Bentuk kalimat : Bagaimana kebenaran tata bahasa yang digunakan
39
berita kerusuhan pilkada di Mojokerto. Bentuk kalimat juga
menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.
f. Kata Ganti : Alat yang digunakan oleh surat kabar Kompas dan
surat Kabar Jawa Pos dalam penulisan berita kerusuhan untuk
menunjukkan dimana posisi seorang dalam wacana.
4. Retoris adalah bagaimana surat kabar Kompas dan surat kabar Jawa Pos
menekankan arti tertentu yang ingin ditonjolkan kedalam berita kerusuhan
Pilkada Mojokerto.
Struktur retoris terdiri atas :
a. Leksikon : Pilihan kata yang dipakai oleh surat kabar Kompas dan
surat kabar Jawa Pos menunjukkan bagaimana pemaknaan surat kabar
Kompas dan surat kabar Jawa Pos terhadap suatu realitas atau fakta
kedalam kaitannya dengan berita kerusuhan pilkada di Mojokerto.
b. Gaya : Bagaimana pesan yang disampaikan surat kabar Kompas
dan surat kabar Jawa Pos dibungkus ke dalam bahasa tertentu untuk
menimbulkan efek tertentu pada khalayak.
c. Grafis : Untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan
(yang berarti dianggap penting) oleh surat kabar Kompas dan surat
kabar Jawa Pos dalam berita kerusuhan pilkada di Mojokerto.
Biasanya, lewat muncul bagian tulisan yang dibuat lain, seperti
pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf
pemakaian caption raster, grafik dan tabel mendukung arti penting
suatu pesan.
d. Pengandaian : Merupakan pernyataan tentang berita kerusuhan
pilkada di Mojokerto yang dilakukan oleh surat kabar Kompas dan
surat kabar Jawa Pos untuk mendukung suatu teks.
e. Metafora : Kiasan, ungkapan, peribahasa, pepatah, petuah luhur
yang dipakai oleh media tersebut untuk memperkuat pesan dalam
60
di Surabaya sejak lama dan bahkan mendominasi pasar Surabaya Pos. banyak
strategi yang dilakukan Jawa Pos untuk mencapai kondisi seperti ini diantaranya
dengan ingin menjadi surat kabar yang melakukan hal-hal baru pertama kalinya di
Indonesia seperti terbit 24 halaman per hari menjadi surat kabar pertama yang
terbit di hari libur nasional serta muncul dengan ukuran kecil tanpa mengurangi isi
ketika krisis moneter terjadi di Indonesia.
Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi sebuah
kelompok medis yang sangat besar adalah dengan adanya JPNN (Jawa Pos News
Networking). JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung
berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita
berbagai media cetak yang berada dalam satu naungan dengan kelompok Jawa
Pos. Hal ini menyebabkan berita di satu daerah di luar Surabaya tidak perlu
dikerjakan layoutnya di Surabaya dan berita tersebut dapat dikerjakan di kota
bersangkutan lalu hasilnya dikirimkan ke JPNN untuk diambil oleh redaksi yang
ada di Surabaya. Saat ini dikirimkan ke JPNN untuk diambil oleh redaksi yang
ada di Surabaya. Saat ini dimana masanya media On-line sedang berkembang
Jawa Pos juga tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi dengan
memberikan fasilitas Jawa Pos yang bisa diakses melalui internet dengan alamat
situs : www.jawapos.co.id.
4.2 Hasil dan Pembahasan
4.2.1 Analisis Data Berita Kompas
4.2.1.1Judul : 33 Mobil Hangus dan Dirusak, Sabtu 22 Mei 2010
terjadi di Mojokerto, namun dari judul tersebut belum jelas kerusuhan tersebut
ditimbulkan oleh apa atau siapa. Kompas mencoba menerangkan bahwa situasi
sedang tidak aman karena kekacauan dan rusuh. Headline digunakan untuk
menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu, seringkali dengan
menekankan makna tertentu lewat pemakaian tanda tanya untuk menunjukkan
suatu perubahan. Namun Kompas tidak menggunakan lead dalam berita ini,
Kompas langsung mendeskripsikan inti permasalahannya pada isi berita.
Sedangkan dalam latar informasi Kompas memberikan keterangan tentang
sebab dari kerusuhan tersebut adalah sebagai reaksi massa yang tidak setuju atas
keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Mojokerto menolak
pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Dymyati Rosyid – M. Karel karena tidak
lolos tes kesehatan. Serta menjelaskan tentang akibat dan berbagai kerusakan
yang ditimbulkan dari kerusuhan tersebut. Hal ini terlihat jelas dalam teks yang
menunjukkan situasi yang ditimbulkan dalam kerusuhan tersebut.
“Sekitar 150 massa yang mengoptimalkan Lembaga Pemberdayaan Rakyat (LPR) Mojokerto mendatangi gedung DPRD Mojokerto, terjadi insiden, massa dari LPR Mojokerto saling dorong dan kemudian saling pukul dengan 230 polisi. Massa melemparkan bom Molotov ke arah tempat parkir dan mobil serta polisi. Sebanyak 33 mobil rusak, salah satu diantara mobil yang dirusak adalah Honda Accord berwarna hitam, mobil dinas Walikota Mojokerto. Sejumlah kaca gedung DPRD pecah kena lemparan.”
Dalam teks berita tersebut tidak digunakan pengutipan dari sumber berita
tak ada pernyataan dari sumber berita maupun dari tokoh tertentu, dalam isi berita