• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TEMPAT IBADAH TRI DHARMA KWAN SING BIO TUBAN JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI TENTANG TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TEMPAT IBADAH TRI DHARMA KWAN SING BIO TUBAN JAWA TIMUR."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TEMPAT IBADAH TRI DHARMA KWAN SING BIO TUBAN JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh:

Zainal Mahalli E82211047

PROGAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian ini untuk mengetahui dan memahami, bahwa umat Konghucu di tempat ibadah tri dharma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban mempunyai tradisi sedekah bumi atau bunceng, yang dilakukan secara turun temurun. Tradisi bunceng atau sedekah bumi rutin dilaksanakan dalam rangka mendo’akan arwah para leluhur yang sudah meninggal, umat Konghucu percaya bahwa pada hari dilaksanakan sedekah bumi tersebut, arwah para keluarga yang sudah meninggal akan kembali turun ke bumi.

Sedekah bumi yang dilaksanakan umat Konghucu juga mendapatkan respon yang sangat positif dari internal klenteng TITD Kwan Sing Bio Tuban, hal ini ditunjukan dengan antusiasme umat Konghucu mengikuti prosesi kegiatan sedekah bumi tersebut. Selain respon dari internal umat Konghucu, sedekah bumi juga mendapat respon positif dari masyarakat sekitar klenteng TITD Kwan Sing Bio Tuban, masyarakat sekitar klenteng yang mayoritas beragama Islam, merespon kegiatan sedekah bumi sebagai bentuk bagi – bagi sembako secara gratis yang rutin dilakukan oleh klenteng.

Selain mendapat beberapa respon dari internal dan masyarakat sekitar klenteng, sedekah bumi juga memberikan berbagai manfaat nilai, diantaranya mempunyai nilai teologis, yakni menjaga hubungan dengan Tian sebagai penguasa, nilai sosial, dalam tradisi sedekah bumi juga memberikan manfaat memupuk persaudaraan antar internal umat Konghucu, antar umat yang bernaung di klenteng TITD Kwan Sing Bio Tuban, dan antara umat Konghucu dengan masyarakat sekitar klenteng. Nilai kerukunan antar umat beragama, dalam rebutan bunceng yang merupakan bagian dari rangkaian acara sedekah bumi, terdapat berbagai unsur masyarakat yang berbeda keyakinan dalam acara tersebut.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM………..i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI……….…… ..…………...ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI………..iii

ABSTRAK………..iv

KATA PENGANTAR………v

DAFTAR ISI………vii

BAB I PENDAHULUAN………..1

A. Latar Belakang Masalah………..………1

B. Rumusan Masalah……….………..5

C. Tujuan Penelitian……….………5

D. Penegasan Judul………..6

E. Manfaat Penelitian………..….8

F. Penelitian Terdahulu………..………..8

G. Sumber Data dan Metode Penelitian……….….13

H. Sistematika Pembahasan………20

BAB II LANDASAN TEORI………...………..21

A. Pengertian Budaya………..………21

B. Unsur – Unsur Budaya…...……….………...24

C. Ajaran Konghucu …...……….………...29

BAB III OBJEK PENELITIAN………...36

A. Sejarah Klenteng Kwan Sing Bio………...….……...36

(8)

C. Visi, Misi dan Susunan Pengurus Klenteng Kwan Sing Bio………...40

D. Aktifitas Peribadatan Umat Konghucudi Klenteng Kwan Sing Bio………42

E. Arsitektur bangunan Klenteng Kwan Sing Bio……….44

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD….…50 A. Makna Dan Tujuan Tradisi Bunceng……..……...………50

B. Prosesi Tradisi Bunceng…….…...………54

C. Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Tradisi Bunceng……..….….…61

BAB V PENUTUP……….…..…. 63

A. Kesimpulan……….….………63

B. Saran……….…….……..64

DATAR PUSTAKA………..………..……65

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jum’at 4 September 2015, ratusan warga rebutan bunceng di Tempat

Ibadah Tri Darma (TITD) Kwan Sing Bio, pada ritual sembahyangan rebutan

yang digelar oleh umat Konghucu tersebut. Sedikitnya ada 1.400 bunceng

yang disiapkan di pelataran depan klenteng langsung diserbu warga, seusai

umat Tri Darma sembahyang menghormati arwah para leluhur. Bunceng

adalah bingkisan yang di dalamnya terdiri dari makanan ringan, gula, kopi,

mie istant dan nasi, tak sampai menunggu lama bunceng tersebut langsung

ludes dalam hitungan menit setelah gendang tanda rebutan dipukul dari dalam

klenteng, tidak hanya orang dewasa yang ikut rebutan bunceng, anak-anak

dan orang tua juga tidak ketinggalan merebutkan bunceng yang dikemas

dalam plastik merah dengan ditancapkan bendera berwarna merah dan kuning

bertuliskan tulisan Cina.1

Rebutan bunceng merupakan tradisi secara turun temurun yang

dilakukan oleh umat Konghucu di klenteng TITD Kwan Sing Bio Tuban,

rebutan bunceng disebut juga sebagai tradisi sedekah bumi. Umat Konghucu

di TITD Kwan Sing Bio Tuban memiliki tradisi melakukan penghormatan

1

(10)

2

kepada Tuhan atas nikmat hasil bumi yang selama setahun diberikan kepada

manusia.

Tradisi sedekah bumi pada mulanya merupakan tradisi khas

masyarakat Jawa kuno yang masih berlangsung hingga sampai saat ini,

perilaku keagamaan ini rutin dilakukan oleh masyarakat dalam rangka

menjaga hubungan baik dengan yang dianggap suci. Dalam konteks

pengalaman keagamaan, Rudolf Otto mengatakan bahwa yang suci tersebut

adalah kekuatan tertinggi. Apa yang terlihat di dalamnya adalah sesuatu yang

tak terselami dan mengatasi semua mahluk, sehingga menimbulkan implikasi

ketidakberdayaan bagi penganutnya.2 Bagi Emil Durkheim, hal ini dapat

menimbulkan suatu dampak kewajiban untuk berperilaku keagamaan.3

Sedangkan menurut Koentjaraningrat, implikasi pengalaman terhadap yang

suci tersebut bisa menimbulkan tindakan-tindakan religi.4

Tradisi untuk dipersembahkan kepada yang suci tersebut senantiasa

berjalan secara turun-temurun, dalam rangka menjaga kewajiban terhadap

yang suci. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri juga bahwa sebuah tradisi yang

dilakukan oleh masyarakat tidak pernah lepas dari pengaruh kebudayaan luar

serta tantangan perubahan sosial masyarakat. Artinya, perubahan masyarakat

2 Thomas F O’dea, Sosiologi Agama; Suatu Pengantar Awal

(Jakarta: CV Rajawali, 1992), 38-39.

3

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi; Pokok–Pokok Etnografi (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 201.

4

(11)

3

mempengaruhi terhadap adanya perubahan sosial.5 Perubahan sosial yang

dimaksud bisa menggeser hal-hal yang sudah ada, menggantikannya,

mentransformasikannya, atau menambahkan yang baru, yang kemudian

disandingkan dengan hal-hal yang sudah ada.6 Dialektika kebudayaan yang

seperti ini akan senantiasa terus berjalan dan tidak akan pernah berhenti

selama manusia masih ada. Sehingga bergerak dari satu generasi ke generasi

penerus berikutnya, oleh karena itu kebudayaan bukanlah suatu hal yang

statis, namun selalu berubah.7

Tradisi yang senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan dinamika

sosial masyarakat, dapat dikatakan bahwa tradisi bunceng rangkaian tradisi

sedekah bumi yang sudah bersinggungan dengan ajaran Konghucu. Agama

Khonghucu yang datang ke Indonesia diperkirakan bersamaan dengan

migrasi Tionghoa ke Indonesia, itu berarti kehadiran Agama Konghucu di

Nusantara di perkirakan terjadi sejak akhir pra sejarah, atau sejak adanya

hubungan dagang abad III SM. oleh karena itu, dapat diperkirakan bahwa itu

terjadi sejak zaman pasca dinasti Han, dimana Agama Khonghucu

diperlakukan sebagai agama Negara, penyebaran agama tersebut lebih meluas

ke Semenanjung Malaka dan kepulauan Nusantara, seperti di kota–kota pantai

Banten, Sriwijaya, Cirebon, Demak, Tuban, Makassar, Ternate dan

5

Harsojo, Pengantar Antropologi (Jakarta : Abardi, 1984), 154. 6

Masimambow, Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, (Jakarta: yayasan bor Indonesia, 1997), 9.

7

(12)

4

Kalimantan Barat, mereka datang secara individual sebagai pedagang, petani

atau nelayan sehingga tidak membuat komunitas tersendiri tetapi beradaptasi

dengan masyarakat dan budaya setempat.8

Masyarakat Jawa yang memang kental dengan tradisi – tradisi kuno

yang dupertahankan seolah tetap berpegang teguh dengan tradisi mereka

sekalipun sudah memeluk agama lain. Seperti hal nya tradisi sedekah bumi

yang banyak bersingunggan dengan Agama Islam.

Skirpsi ini akan membahas tentang tradisi sedekah bumi yang

dilaksanakan oleh umat Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban, hal ini

menjadi kajian yang berbeda dengan tradisi sedekah bumi yang selama ini

banyak diteliti, karena kebanyakan yang diteliti merupakan tradisi sedekah

bumi yang singkron terhadap agama Islam.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, ada beberapa variabel

yang akan dijadikan sebagai rumusan masalah, yaitu:

1. Apa makna dan tujuan tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan oleh umat

Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban?

2. Bagaimana Prosesi tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan oleh umat

Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban?

8

(13)

5

3. Bagaimana respon masyarakat sekitar terhadap pelaksanaan tradisi

sedekah bumi yang dilaksanakan oleh umat Konghucu di TITD Kwan

Sing Bio Tuban?

C. Tujuan Penelitian

Setelah mengetahui rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

bertujuan:

1. Untuk mengetahui makna dan tujuan tradisi sedekah bumi yang

dilaksanakan oleh umat Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban.

2. Untuk menjelaskan prosesi tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan oleh

umat Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban.

3. Untuk mengetahui respon masyarakat sekitar terhadap pelaksanaan tradisi

sedekah bumi yang dilaksanakan oleh umat Konghucu di TITD Kwan

Sing Bio Tuban. D. Penegasan Judul

Untuk memperjelas judul penelitian ini, maka penulis akan memberikan

penjelasan tentang judul “Studi Tentang Tradisi Sedekah Bumi Umat

Konghucu Di Tempat Ibadah Tri Dharma Kwan Sing Bio Tuban Jawa

(14)

6

Studi: kajian, telaah9

Tradisi: sesuatu kebiasaan yang berkembang di masyarakat, baik yang

menjadi adat kebiasaan, atau yang diasimilasikan dengan ritual adat

atau agama

.

10

Sedekah Bumi: Sedekah bumi adalah upacara ritual tradisional yang

dimana para warga desa menyatakan syukur atas hasil panen yang baik

sehingga mereka bisa hidup dengan bahagia mempunyai cukup

sandang pangan, hidup selamat dan berkecukupan. Mereka berharap

agar tahun depan dan selanjutanya mereka akan tetap bisa menikmati

kehidupan ini bahkan bisa lebih baik.11

Konghucu: Agama konghucu dalam sebutan aslinya adalah Ji Kau

(15)

7

Kwan Sing Bio Tuban: Merupakan kelenteng terunik dan terbesar

se-Asia Tenggara. Dimana pada gerbang masuk kelenteng Kwan Sing

Bio terdapat lambang kepiting di atasnya. Sehingga kelenteng ini pun

sangat berbeda dengan kelenteng lain pada umumnya, Pada hari-hari

besar dan hari-hari tertentu, kelenteng Kwan Sing Bio terlihat sangat

ramai serta banyak dikunjungi orang. Tidak hanya dari daerah saja,

namun pengunjung yang datang juga berasal dari berbagai kota, luar

pulau hingga negara tetangga (Malaysia, Singapura, dan Thailand)14.

E. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini, yaitu manfaat

teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat teoritis

Penilitian ini diharapkan mampu mewarnai proses pengembangan

keilmuan di Jurusan Perbandingan Agama, khusunya dalam materi

seputar budaya lokal serta materi keilmuan Konghucu. Penelitian ini juga

diharapkan bisa menambah daftar referensi keilmuan studi budaya dan

agama, dan menjadi pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

14

(16)

8

a. Penelitian ini untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan

program Sarjana Strata Satu (S-1) jurusan Perbandingan Agama

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.

b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dan bahan bacaan bagi

masyarakat Tuban. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk menambah

khazanah pemahaman banyak orang tentang tradisi sedekah bumi,

yang selama ini mungkin hanya dikenal sebagai ritual budaya semata,

tanpa memahami makna-makna simbolik di dalamnya.

F. Penelitian Terdahulu

Dalam sejarah penelitian tentang klenteng TITD, ataupun klenteng

Konghucu murni sudah ada beberapa penelitian yang telah memberikan

penjelasan tentang persoalan klenteng Kwan Sing Bio Tuban, diantranya

adalah penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Thoriqul Huda yang

berjudul Resistensi Umat Konghucu Di Tempat Ibadah Tri Dharma Kwan

Sing Bio Tuban Pada Tahun 1965-1968, menghasilkan temuan bahwa

Konghucu adalah agama yang berkembang di Indonesia yang menuai

pro-kontra pada awal periode Orde Baru, fakta sejarah membuktikan bahwa

budaya Cina yang berkembang di Indonesia dilarang berkembang sebagai

akibat dari adanya Partai Komunis Indonesia (PKI). Tuduhan pemerintah

Orde Baru yang menyatakan bahwa masyrakat keturunan Cina di Indonesia

terlibat dalam aktifitas Partai Komunis Indonesia membuat pemerintah

(17)

9

membatasi ruang gerak masyarakat keturunan Cina di Indonesia diterbitkan

oleh pemerintah Orde baru sebagai bentuk penguatan kembali terhadap

nilai-nilai nasionalisme bangsa Indonesia, diantaranya adalah dengan melarang

kebudayaan Cina berkembang di Indonesia. Umat Konghucu di Klenteng

Kwan Sing Bio Tuban yang mayoritas adalah keturunan Cina juga tidak lepas

dari dampak adanya aturan-aturan yang diterbitan pada masa awal Orde Baru,

tahun 1965 menjadi awal masa pemerintah Orde Baru menerbitkan berbagai

atran yang membatasi ruang gerak umat Konghucu di Klenteng Kwan Sing

Bio Tuban. Dalam kondisi tertekan di bawah aturan pemerintah Orde Baru,

umat Konghucu beserta pengurus Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, karena

pemerintah mengancam akan menutup Klenteng bila tidak patuh terhadap

aturan yang telah dibuat.15

Selain itu beberapa buku yang membahas tentang keberadaan agama

Konghucu adalah Charles A. Coppel dengan karyanya “The Origins of

Confusianisme As An Organized Religion in Java 1900-1923”16 memberikan

gambaran latar belakang kebangkitan agama konghucu di Jawa. Buku ini

menjelaskan tentang beberapa faktor yang mendorong lahirnya kebangkitan

agama konghucu. Leo Suryadinata yang berjudul “Kebudayaan Minoritas

15

Mohammad Thoriqul Huda, Skripsi; Resistensi Umat Konghucu Di Tempat Ibadah Tri Dharma Kwan Sing Bio Tuban Pada Tahun 1965-1968, Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya 2012.

16

Charles A. Coppel,”The origins Of Confusianisme As An Organized Religion In Java 1900

(18)

10

Tiongoa di Indonesia”17, menjelaskan aktifitas umat beragama Konghucu

dalam hal berusaha mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa ajaran

Khonghucu merupakan sebuah agama.

Sedangkan penelitian yang berkaitan dengan sedekah bumi lebih

banyak membahas tentang sedekah bumi yang berkaitan dengan agama Islam,

diantaranya adalah Arif Makhalli yang berjudul Studi tentang langgeng Tayub

di desa Pancur kecamatan Temayang kabupaten Bojonegoro yang

menghasilkan temuan bahwa budaya Langgeng Tayub yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Pancur kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro yang

rutin dilakukan sebagai upaya untuk memohon perlindungan agar warga desa

dijauhkan dari malapetaka dan bahaya serta diberi kemudahan serta

kesejahteraan.18

Selanjutnya penelitian Imam Ashari dengan judul Upacara Sedekah

Bumi Di Kebumen (Kajian Terhadap akulturasi Nilai-Nilai Islam Dan Budaya

Lokal Di Desa Jatiroto Kecamatan Buayan, memberikan penjelasan bahwa

Sedekah bumi dalam pandangan sebagian masyarakat muslim merupakan

aktifitas yang mendekati kepada perbuatan syirik sehingga perlu dihilangkan

atau diubah dengan pola yang lebih Islami. Akan tetapi sedekah bumi

merupakan tradisi yang telah lama mengakar sehingga merupakan hal yang

17

Leo Suryadinata, Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia, ( Jakarta: Gramedia, 1988).

18

(19)

11

sulit untuk menghilangkannya. Aktifitas sedekah bumi menarik untuk ditelaah

karena didalamnya terdapat akulturasi budaya. Upacara sedeakah bumi di

desa Jatiroto biasanya didasarkan pada keyakinan atau dorongan naluri yang

kuat atau adanya perasaan kuatir akan hal-hal yang tidak diinginkan

(malapetaka), tetapi kadang-kadang juga hanya merupakan suatu kebiasaan

rutin saja yang dijalankan sesuai dengan adapt keagamaan atau tradisi yang

berlaku. Nilai-nilai Islam dan budaya lokal berpadu dalam upacara tradisional

sedekah bumi yang dilaksanakan di desa Jatiroto merupakan norma atau

aturan bermasyarakat dan etika berinteraksi sosial yang sesuai dengan

tuntunan Islam dalam kerangka hubungan antar sesame masyarakat

(horizontal). Kenyataan lain yang membuktikan bahwa upacara sedekah bumi

telah tersentuh oleh ajaran Islam seperti masuknya unsur tahlil, dzikir,

penentuan waktu dan maksud penyelenggaraan yang dikaitkan dengan hari

besar Islam mengakibatkan efek sedekah bumi terkadang mampu

menimbulkan getaran emosi keagamaan.19

Penelitian Nasikhul Amin yang berjudul Konstruksi Sedekah Bumi

(Studi Konstruksi Masyarakat Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Keluarga

Desa Pucangtelu Kecamatan Kalitengah Kabupaten Lamongan), memberikan

penjelasan dan temuan yakni (1) Bentuk konstruksi sedekah bumi masyarakat

Desa Pucangtelu: Sedekah bumi dilaksanakan ketika sesudah masa panen.

19

(20)

12

Atau dalam penanggalan masehi jatuh pada sekitar bulan September, oktober

bahkan sampai November. Hari yang dipilih yakni senin pahing. Sedekah

bumi dilaksanakan di makam desa, agenda acaranya terdiri dari pembacaan Al

- Qur’an sampai khatam, malam harinya diadakan acara membaca tahlil dan

yasin, sholawat serta do’a bersama. Dan acara akhirnya makan bersama

makanan hasil bumi, jajanan pasar maupun makanan yang telah disiapkan

oleh panitia. (2) Masyarakat Desa Pucangtelu dalam mengkonstruk sedekah

bumi ini terlihat bahwa sedekah bumi masih mereka laksanakan dari zaman

dulu hingga sekarang, dari kalangan orang tua sampai yang mudah mengikuti

sedekah bumi, dengan melaksanakan atau ikut dalam acara sedekah bumi

mereka berharap tercapainya hasil panen yang melimpah pada tahun depan,

berharap diberikan keselamatan dan ketenangan batin serta ketentraman

dalam kehidupan mereka.20

Dari beberapa penelitian terdahulu memberikan gambaran bahwa

penelitian sedekah bumi yang sudah pernah dilakukan lebih banyak

membahas dan menjelaskan tentang prosesi ritual sedekah bumi yang

berkaitan dengan agama Islam, begitu juga dengan penelitian seputar

keagamaan konghucu yang masih minim dilakukan serta hanya berada pada

pembahasan sejarah Konghucu serta tata ritual umat Konghucu. Oleh

karenanya dalam penelitian ini nanti peneliti akan menguatkan kajian pada

20

(21)

13

tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh umat Konghucu di TITD Kwan

Sing Bio Tuban, sehingga nanti akan memberikan temuan berbeda dari apa

yang sudah pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya.

G. Sumber Data dan Metode Penelitian

1. Sumber data

Dalam penelitian ini, sumber data adalah narasumber atau informan.

Sebagai sumber data, informan memiliki kedudukan penting dan harus

diperlakukan sebagai subjek yang memiliki kepribadian, harga diri, posisi,

kemampuan dan peranan sebagaimana adanya.21

Dalam penilitian ini, sumber data utama adalah informan, yakni umat

Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban. Selain itu, penelitian ini juga

merujuk kepada buku-buku sebagai sumber data. Sumber data buku dalam

penelitian ini dibagi dalam dua kategori:

a. Buku primer, di antaranya:

1. Shinta Devi ISR, Boen Bio; Benteng Terakhir Umat Konghucu,

Surabaya: JP Books, 2005.

2. M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Konghucu di

Indonesia Jakarta : Pelita Kebajikan, 2005.

21

(22)

14

3. M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Konghucu,

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000.

b. Buku sekunder, bertujuan untuk mendukung data primer yang

memberikan penjelasan mengenai data primer, berupa buku-buku terkait.

Di antaranya:

1. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antrpologi Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

2. Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi; Pokok–Pokok Etnografi

Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

3. Lasiyo dkk, I Konfusianisme di Indonesia, Yogyakarta: Interfidie, 1995.

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data di lapangan dalam rangka

mendeskripsikan dan menjawab permasalahan yang diteliti, maka

metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana

penulis mengadakan pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis tentang fenomena-fenomena yang diselidiki.22

Metode ini merupakan teknik pengumpulan data yang

digunakan dengan cara pengamatan atas perilaku seseorang

22

(23)

15

atau objek penelitian.23 Dalam pengertian yang lebih sempit,

observasi bisa disebut sebagai mengamati dan mendengar

perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan

manipulasi atau pengendalian, serta mencatat penemuan yang

memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan

kedalam tingkat penafsiran analisis.24

Observasi baru dapat dikatakan tepat pelaksanaannya

bila memenuhi cirri-ciri sebagai berikut:

1. Dapat menangkap keadaan sosial alamiah.

2. Dapat menangkap peristiwa yang berarti atau kejadian

yang memperngaruhi realitas sosial para partisipan.

3. Mampu menentukan realitas serta peraturan yang

berasal dari falsafah atau pandangan maysrakat.

4. Mampu mengidentifikasi keteraturan dan gejala-gejala

yang berulang dalam kehidupan sosial dengan

membandingkan dan melihat perbedaan dari kejadian

lain atau lingkungannya.25

Metode ini penulis gunakan dengan cara melakukan

pengamatan terhadap umat Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban.

23

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 158. 24

Black James, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Jakarta :Refika Aditama, 1999), 285. 25

(24)

16

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik penelitian yang paling

sosiologis dari semua teknik penelitian sosial. Wawancara,

disebut juga dengan interview, merupakan suatu teknik

mendapatkan keterangan secara lisan dari responden dengan

bercakap-cakap berhadapan muka secara langsung.26

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip,

buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan

sebagainya.27

Dokumentasi merupakan bahan atau data tertulis atau

film yang diperoleh dari lapangan, dokumentasi diperlukan

dalam penelitian karena banyak hal yang dapat dimanfaatkan

untuk menguji, menafsirkan bahkan juga dijadikan sebuah

bukti untuk suatu pengujian.28

Metode ini adalah proses pengambilan data dengan

menggunakan dokumen yang ada di lokasi. Kemudian metode

ini digunakan juga untuk melengkapi data yang diperoleh dari

26

Koenjtaraningrat, Metode- Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1994), 129. 27

Suharmisi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 236.

28

(25)

17

observasi, semisal pengumpulan data yang bersumber dari

catatan, buku, transkrip, foto, dan sebagainya.

3. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan metode

triangulasi dengan memanfaatkan data dari luar untuk perbandingan.

Dalam proses pelaksanaan triangulasi, peniliti menggunakan beberapa

teknik yang di gabungkan menjadi satu demi memperoleh data yang

valid. Tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan triansgulasi ini

adalah untuk mendapatkan data yang luas, konsisten atau tidak

kontradiktif.29

Teknik triangulasi terbagi menjadi tiga teknik sebagai berikut:

a. Triangulasi teknik; peniliti menggunakan teknik yang berbeda demi

mendapatkan dari sumber yang sama. Cara yang digunakan misalnya

observasi partisipatif, wawancara mendalam serta dokumentasi.

b. Triangulasi sumber; peniliti menggunakan teknik yang sama dengan

sumber yang berbeda.

c. Triangulasi data; peniliti menggunakan beberapa perespektif teori dan

data yang ada.

4. Analisis Data

29

(26)

18

Analisis data adalah proses penyusunan data agar data tersebut

dapat ditafsirkan.30 Analisis data merupakan upaya untuk mencapai

dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan

lainnya, untuk meningkatkan pemahaman. Penelitian tentang kasus

yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.

Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis kritis

perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning) serta

mencoba untuk mengkomparasikannya dengan sumber lain yang

berkaitan.31 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Penyajian data

Miles mengemukakan bahwa yang dimaksud penyajian data adalah

menyajikan sekumpulan informasi yang jelas dan singkat yang memberi

kemungkinan adanya kesimpulan dan pengambilan tindakan.32 Penyajian data

secara jelas dan singkat ini bertujuan agar dapat melihat gambaran

keseluruhan dari hasil penilitian atau bagian-bagian tertentu dari hasil

penilitian tersebut. Setelah penyajian data langkah selanjutnya adalah

30

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 40-41.

31

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), 104. 32

(27)

19

penyesuaian dengan teori, dalam langkah ini data dari lapangan di sesuaikan

dengan teori yang ada.33

b. Reduksi data

Data yang didapat dari lapangan langsung ditulis dengan rapi dan

terinci serta sistematis setiap mengumpulkan data. Tulisan atau laporan

tersebut perlu direduksi yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai

dengan fokus penelitian.34 Reduksi data merupakan suatu bentuk analitis

yang menajamkan, menggolongkan mengarahkan membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasikan data. Data-data yang telah direduksi

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan

sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.35

Pada tahap reduksi data ini, data yang diperoleh peniliti dari observasi,

wawancara dan dokumentasi segera dipilah-pilah yang penting dan yang

tidak penting, untuk yang tidak penting data tersebut dibuang,

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan didasarkan atas rumusan masalah yang

difokuskan lebih sepesifik dalam hipotesa yang telah ditetapkan

33

Imam Suprayogo, Metodologi Penilitian Sosial-Agama,(Bandung: Remaja Rosada Karya,2001) 134.

34

Ibid, 194. 35

(28)

20

sebelumnya. Hasil analisis merupakan jawaban dari persoalan penilitian

yang telah ditetapkan.36

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan penelitian dalam

menyusun skripsi ini, maka peneliti membagi beberapa pokok bahasan

sebagai berikut:

Bab I memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, penegasan judul, penelitian terdahulu, manfaat

penilitian, metode penelitian, sistematika penelitian.

Bab II berisikan landasan teori yang di dalamnya membahas tentang Budaya

dan Agama Konghucu.

Bab III menjelaskan objek penelitian. Di dalamnya memuat tentang gambaran

lokasi penelitian, sejarah sedekah bumi di TITD Kwan Sing Bio Tuban serta

deskripsi pelaksanaannya.

Bab IV memuat analisis data yang di dalamnya berisideskripsi sedekah bumi

di TITD Kwan Sing Bio Tuban, manfaat sedekah bumi di TITD Kwan Sing

Bio Tuban, serta respon masyarakat sekitar terhadap pelaksanaan sedekah

bumi di TITD Kwan Sing Bio Tuban.

Bab V merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran-saran

36

(29)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. PengertianBudaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartikan sebagai hal- hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia,

dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata

latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai

mengolah tanah atau bertani, kata culture juga kadang sering

diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa Indonesia1.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kuntjaraningrat bahwa

“kebudayaan” berasal dari kata sansekerta buddhayah bentuk jamak dari

buddhi yang berarti budi atau akal, sehingga menurutnya kebudayaan

dapat diartikan sebagai hal- hal yang bersangkutan dengan budi dan akal,

ada juga yang berpendapat sebagai suatu perkembangan dari majemuk

budi- daya yang artinya daya dari budi atau kekuatan dari akal2.

Kuntjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan mempunyai paling sedikit

tiga wujud, yaitu pertama sebagai suatu ide, gaagsan, nilai- nilai norma-

norma peraturan dan sebagainya, kedua sebagai suatu aktifitas kelakuan

1

Ibid, hal 153 2

(30)

22

berpola dari manusia dalam sebuah komunitas masyarakat, ketiga benda-

benda hasil karya manusia3.

Seorang ahli bernama Ralph Linton yang memberikan definisi

kebudayaan yang berbeda dengan perngertian kebudayaan dalam

kehidupan sehari- hari : “kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari

masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang

dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan”4.

Jadi kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan, istilah

ini meliputi cara- cara berlaku, kepercayaan- kepercayaan dan sikap- sikap

dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat

atau kelompok penduduk tertentu. Selain tokoh diatas ada beberapa tokoh

antropologi yang mempunyai pendapat berbeda tentang arti dari budaya (

Culture).

Sementara Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi merumuskan

kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya

masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau

kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai

alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk

keperluan masyarakat.5

Tylor mendefinisikan kultur sebagai suatu keseluruhan yang

kompleks termasuk didalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

3

Ibid, hal 5. 4

Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), hal 151.

5

(31)

23

moral, hukum adat dan segala kemampuan dan kebiasaan lain yang

diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat6, sedangkan

Kroeber dan Kluckhohn merumuskan definisi kultur dengan pola- pola

tingkah laku dan pola- pola untuk bertingkah laku, baik yang eksplisit

maupun yang implisit yang diperoleh dan diperoleh melalui simbol-

simbol yang membentuk pencapaian yang khas dari kelompok- kelompok

manusia, termasuk perwujudannya dalam benda- benda materi7, Linton

menerjemahkan budaya sebagai keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan

pola perilaku yang memrupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan

oleh anggota suatu masyarakat tertentu8.

Salah satu tokoh yang memberikan pandangan tentang kebudayan

serta telah jauh memberikan landasan berfikir tentang arti budaya adalah

Clifford Geertz, menurutnya kebudayaan adalah suatu sistem makna dan

symbol yang disusun dalam pengertian dimana individu- individu

mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan

penilaian- penilaiannya, suatu pola makna yang ditransmisikan secara

historic, diwujudkan dalam bentuk- bentuk simbolik melalui sarana

dimana orang- orang mengkomunikasikan, mengabdikan, dan

mengembangkan pengetahuan, karena kebudayaan merupakan suatu

6

William A. Haviland, Antropologi, Jilid 1(Jakarta: Erlangga, 1985), Hal 332. 7

Clifford Geertz, Mojokuto; Dinamika Sosial Sebuah Kota di Jawa, (Jakarta: Pustaka Grafiti Perss, 1986) hal XI.

8

(32)

24

sistem simbolik maka haruslah dibaca, diterjemahkan dan

diinterpretasikan9

B. UnsurUnsurBudaya

Beberapa tokoh antropolog megutarakan pendapatnya tentang

unsur-unsur yang terdapat dalam kebudayaan, Bronislaw Malinowski

menngatakan ada 4 unsur pokok dalam kebudayaan yang meliputi:

1. Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para

anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam

sekelilingnya.

2. Organisasi ekonomi

3. Alat- alat dan lembaga atau petugas- petugas untuk pendidikan

4. Organisasi kekuatan politik10.

Sementara itu Melville J. Herkovits mengajukan unsur-unsur

kebudayaan yang terangkum dalam empat unsur:

1. Alat-alat teknologi

2. Sistem Ekonomi

3. Keluarga

Kekuasaan politik.11

Sementara Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal

Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua

9

Tasmuji, . . . .ibid, hal 154. 10

Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar, ,22. 11

(33)

25

bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti

masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti

masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi

tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal.

Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa

unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam

kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia.

Ketujuh unsurkebudayaan tersebut adalah :12

1. Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi

kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan

sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut

dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan

manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman

tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan

mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada

bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting

dalam analisa kebudayaan manusia.

2. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan

sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan

12

(34)

26

bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem

pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan

manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya.

Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka

tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis

ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat

alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri ciri bahan mentah

yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan

selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam,

tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya.

3. Sistem Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial

merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia

membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut

Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh

adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di

dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari.

Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu

keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia

akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis

untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya.

(35)

27

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya

sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda

tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan

manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat

berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan

bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian,

bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan

hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

5. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat

menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai

sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian

suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya.

6. Sistem Religi

asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah

adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu

kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada

manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk

berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan

kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.

Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi

(36)

28

bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari

bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman

dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.

7. Kesenian

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari

penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat

tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut

berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni,

seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang

unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada

teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu,

deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni

musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.

C. Ajaran Konghucu

Agama konghucu dalam sebutan aslinya adalah Ji Kau yang berarti

Agama dari kaum yang taat, setia, lembut hati, memperoleh bimbingan

menuju jalan yang suci, dan juga berarti cendekia atau yang terpelajar13,

berlandaskan pada kitab Su Si dan Wujing14. Di Negara barat Ji Kau

disebut dengan nama Confusianisme yang merujuk pada nabi yang

terakhir atau nabi yang telah menyempurnakan Ji Kau yaitu nabi konghucu

13

Shinta Devi ISR, Boen Bio; Benteng Terakhir Umat Konghucu, ( Surabaya: JP Books, 2005), hal 27.

14

(37)

29

atau confusius, istilah Confusianisme hanya untuk menyebutkan berbagai

aliran filsafat yang tumbuh dan berkembang dari Ji Kau.

Secara garis besar ajaran Konfusius dalam bidang filsafat dapat

dikelompokan dalam ajaran tentang metafisika dan etika, metafisikanya

bertolak dari konsep Tien atau Thian, yang merupakan faktor spiritual

yang uatama dalam bidang keagamaan. Tentu saja konsep tentang Thian

tidak sama persis dengan ide dari agama atau kepercayaan atau

kepercayaan yang lainnya, seperti halnya dalam Islam, Kristen, Budha,

Katolik, Hindu maupun dalam pada aliran kepercayaan kepada Tuhan

yang Maha Esa. Namun demikian sebenarnya ada ide yang universal yaitu

sebagai pencipta serta asal mula dari segala yang terjadi di dunia ini,

sedangkan pproses penciptaannya ini akan bervariasi menurut pandangan

masing- masing. Hal ini menjadi isu di antara berbagai pemikir baik di

dunia Barat maupun Timur, sehingga muncul berbagai teori penciptaan15.

Berdasarkan ajaran ini maka di satu pihak manusia hendaknya

menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini tiada lain telah menjadi

kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu maka tidak sepantasnya

manusia bersikap pesimis dan rendah diri ketika keadaannya sedang tidak

menguntungkan, misalnya dalam kehidupannya tidakn memiliki

kedudukan ataupun kekayaan. Melainkan manusia harus selalu optimis

dalam artian harus selalu berusaha agar hidupnya lebih baik, dalam roda

kehidupan ini manusia terakadang berada dalam keadaan yang kurang

15

(38)

30

menguntungkan dan terkadang juga berada dalam keadaan yang kebetulan

menguntunkang, kehidupan yang demikian ini lebih lanjut ditunjukan

dalam ajaran Yin Yang. Yin Yang merupakan dua prinsip yang saling

melengkapi, ajaran ini mengakar cukup dalam bagi penganut Taosime dan

Konfusianisme walaupun sampai saat ini belum diketahui secara pasti

siapakah yang mengajarkan pertama kalinya dan sejak kapan ajaran ini

diperkenalkan, Yin Yang dianggap sebagai dua unsure yang berbeda yaitu

unsur negative dan positif, sepintas kedua unsur ini saling meniadakan

akan tetapi pada hakikatnya mereka selalu berada dalam keadaan yang

harmonis dan saling mengisi bahkan tidak bisa dipisahkan satu dengan

yang lain16. Menurut ajaran Yin Yang, realitas kehidupan manusia selain

berpasang- pasangan dan saling membutuhkan antara satu dengan yang

lain, yang apabila mereka saling bersatu maka akan diperoleh kemajuan.

Walaupun perlu disadari pula bahwa di dalamnya terdapat berbagai

macam perbedaan, namun dalam hal ini tidak perlu dipertentangkan justru

inilah yang akan mendorong adanya peningkatan seperti halnya dalam

hukum dialektika, yaitu antara tesis dan antitesis kemudian lahir sintesis.

Dari sintesis ini kemudian akan lahir tesis baru, demikianlah seterusnya

akhirnya manusia akan sampai pada pengertian dan nilai- nilai

ke-Tuhanan.

16

(39)

31

Selain ajaran filsafat seperti di atas telah dijelaskan, Konfusius juga

mengajarkan tentang etika hidup sesama manusia, ada 5 kunci ajaran etika

yang diajarkan oleh Konfusius:

1. Jen, yang secara etimologis terbentuk dari dua huruf Cina

untuk menggambarkan manusia dan dua , untuk menanamkan

hubungan ideal yang harus terjadi diantara manusia, kata ini

kemudian diterjemahkan dalam banyak hal diantaranya,

seperti kebaikan, dari manusia kemanusia, pemurah hati

ataupun cinta.

2. Konsep kedua adalah Chun-tzu, jika Jen adalah hubungan

ideal antara sesama manusia, maka Chun-tzu adalah istilah

ideal bagi hubungan demikian, istilah ini diterjemahkan

dengan kemanusiaan yang benar, manusia sempurna, dan

kemanusiaan yang terbaik.

3. Konsep ketiga, Li, yang mempunyai arti kesopanan, yaitu

cara bagaimana seharusnya segala sesuatu harus dilakukan,

sebagai tindak lanjut dari konsep Li ini Konfusius

mengajarkan lima hubungan yang merupakan unsur penting

dari kehidupan sosial, yakni hubungan antara ayah dengan

anak, kakak dan adik, suami dan istri, sahabat tua dan sahabat

muda, dan penguasa dengan rakyatnya. Oleh karena itu demi

kebaikan masyarakat hubungan- hubungan ini perlu sekali

(40)

32

4. Konsep sentral keempat yang ingin dikembangkan Konfusius

bagi bangsanya adalah Te, secara harfiah berarti kekuatan,

khususnya kekuatan untuk memerintah manusia.

5. Konsep terakhir yang kelima adalah Wen, yakni berhubungan

dengan seni perdamaian, yang berlawanan dengan seni

berperang, Wen berkaitan dengan music, puisi, rangkaian

budaya dalam bentuknya yang estesis17.

Dalam agama Konghucu, beriman kepada Thian adalah masalah

yang paling pertama dan utama, setia menegakkan firman-Nya adalah

konsekuensi iman. Yaitu dengan penuh semangat bakti melaksanakan

kewajiban ibadah dan susila, senantiasa belajar tekun, membina diri

menempuh jalan suci. Hidup mengikuti dan selaras watak sejati

merupakan pengejawantahan firman Thian yang hidup dan menjadi

kekuatan dan kebajikan dalam dirinya, memancarkan kebaikan dan

mengamalkan dengan memacu segenap kemampuannya untuk mencapai

kebaikan, yaitu kewajiban sucinya yang berupa cinta kasih, kebenaran,

susila, bijaksana dan dapat dipercaya dan nilai nilai luhur yang lain dalam

hidup rohani manusia untuk diimani dan dihayati sebagai karunia Thian

Yang Maha Esa18.

Dalam Swat Bun, sebuah ensiklopedia yang diterbitkan sekitar

tahun 100 Masehi dijelaskan bahwa Thian itu bermakna Satu Yang Maha

17

Huston Smith, Agama- Agama Manusia, .. hal 210-218. 18

(41)

33

Besar, bermakna Yang Berkuasa dan Yang menciptakan Atas langit dan

Bumi dalam bahasa Inggris Thian sering diterjemahkan sebagai Heaven.

Dalam kitab Ngo King dan Su Si ditanamkan iman bahwa:

1. Thian adalah Khalik, bahkan disebut sebagai ayah bunda

manusia, Maha Besar, Maha Tinggi Thian, dia-lah ayah kita.

Thian menurunkan manusia, ada yang dijadikan raja, ada yang

dijadikan guru dengan maksud membantu pekerjaan Thian

Tuhan Yang Maha Tinggi.

2. Thian menurunkan berkah maupun menjatuhkan hukuman,

Thian Maha Adil. Thian melindungi dan menetapkan dirimu,

dengan kesentosaan agung, menjadikanmu dipenuhi kebajikan,

menjadikanmu dipenuhi kebahagiaan, mengaruniamu banyak

kemajuan sehingga bagia berkelimpahan.

3. Thian mencintai manusia. Thian mencintai rakyat maka

penguasa yang menjadi pemerintah harus senantiasa hormat

kepada Thian, Thian juga menaruh kasih sayang kepada

rakyat, apa yang menjadi kehendak rakyat Thian akan

meluluskannya.

4. Thian Maha Gaib, Maha Besar, Maha Mulia.

5. Thian Maha Bijak dan Maha Mengetahui.

6. Thian itu Transenden namun juga imanen.

7. Thian adalah tempat insan berharap pertolongan dan

(42)

34

engkau sungguh hormat maka Thian akan selalu berkenan

memberkatimu.

8. Manusia adalah mahluk ciptaan Thian dengan karunia watak

sejati sebagai jatidirinya yang bersifat baik, Thian

menjelmakan rakyat, menyertainya dengan bentuk dan sifat

yang baik.

Agama Konghucu juga memiliki kitab suci. Kitab-kitab yang

dianggap suci dan dijadikan pedoman bagi kehidupan beragama umat

Khonghucu adalah Su Si (kitab yang empat atau empat kitab) dan Wu

Cing (Ngo King/lima kitab)19

Untuk menutup bagian ini marilah kita pahami apa yang menjadi

pokok keimanan agama Konghucu bagi umatnya, firman Thian itulah yang

dinamai watak sejati, hidup mengikuti watak sejati itu menempuh jalan

suci yang dinamai Agama. Adapun jalan suci yang dibawakan agama itu

ialah memancarkan kebajikan yang bercahaya itu, mengasihi rakyat dan

berhenti pada puncak kebaikan20.

19

Lasiyo, dkk, Konfusianisme di Indonesia, . . .hal 32. 20

(43)

BAB III

OBJEK PENELITIAN

Dalam bab III ini peneliti akan membahas lebih mendalam tentang objek

penelitian yakni TITD Kwan Sing Bio Tuban, meliputi sejarah, kepengurusan

maupun kegiatan yang selama ini dilakukan di TITD Kwan Sing Bio Tuban.

A. Sejarah Klenteng Kwan Sing Bio

Klenteng Kwan Sing Bio, merupakan kelenteng terunik dan

terbesar se-Asia Tenggara. Dimana pada gerbang masuk kelenteng Kwan

Sing Bio terdapat lambing kepiting di atasnya. Sehingga kelenteng ini pun

sangat berbeda dengan kelenteng lain pada umumnya, Pada hari-hari besar

dan hari-hari tertentu, kelenteng Kwan Sing Bio terlihat sangat ramai

serata banyak di kunjungi orang. Tidak hanya dari luar daerah saja, namun

pengunjung yang datang juga berasal dari berbagai kota, luar pulau hingga

negara tetangga (Malaysia, Singapura, dan Thailand)1.

Menurut legenda masyarakat, klenteng ini dulunya merupakan

tempat pemujaan kecil milik sebuah keluarga berkewarganegaraan Cina

yang merantau di Indonesia. Keluarga tersebut pernah tinggal di Desa

Tambakboyo, sekitar 30 km arah barat kota Tuban.

Diperkirakan, sekitar 200 tahun lalu tempat pemujaan itu akan

dipindahkan ke daerah timur. Tetapi sesampainya di Tuban kapal yang

1

(44)

36

membawa Kongco Kwan Sing Tee koen dan bongkaran rumah rumah

pemujaan mendadak berhenti. Menghadapi persoalan itu, seluruh awak

kapal mengambil keputusan untuk melakukan ritual, dengan cara

melempar sepasang pue. Pue terbuat dari potongan bambu muda yang

dibelah menjadi dua dengan ukuran sebesar telapak tangan orang

dewasa.Tujuan ritual Pue adalah untuk menanyakan apakah Kongco Kwan

Sing Tee Koen ingin menetap di Tuban. Untuk mengetahui jawabannya

cukup melihat pue yang dilempar. Jika kedua Pue terlentang (terbuka),

maka harus dilempar lagi. Kalau keduanya tengkurap (tertutup) berarti

tidak setuju, tetapi kalau terbuka dan tertutup menandakan setuju.

Ternyata, pada ritual itu pue yang dilempar beberapa kali hasilnya

selalu terbuka dan tertutup. Dari situlah akhirnya semua barang yang ada

di kapal diturunkan, kemudian digunakan untuk membangun tempat

pemujaan di Tuban yang kini menjadi klenteng Kwan Sing Bio.

Sebenarnya klenteng Kwan Sing Bio memiliki beberapa arsip yang

menceritakan sejarah tentang berdirinya klenteng Kwan Sing Bio akan

tetapi semua arsip tersebut terbakar pada zaman penjajahan, sehingga saat

ini semua hanya berasal dari cerita yang diceritakan dari generasi ke

generasi. Oleh karena itu agak sulit bila harus memastikan pada tahun

berapa klenteng Kwan Sing Bio berdiri.

Perkembangan Klenteng Kwan Sing Bio dapat dikatakan banyak

(45)

37

yang menyulitkan pihak pengurus atau umat untuk memperbaiki Klenteng

Kwan Sing Bio.Hal ini berlangsung cukup lama hingga pada tahun 2000

semua aturan yang tadinya bersifat rasialis dihapuskan. Hal ini berdampak

positif bagi pembangunan dan kebebasan berbudaya bagi masyarakat

keturunan Cina di Indonesia.

Peraturan tersebut juga menyebabkan pada tahun 1967 sebutan

Klenteng ini diganti dengan sebutan Tempat Ibadat Tri Dharma. Untuk

mewujudakan Klenteng Kwan Sing Bio ini menjadi Tempat Ibadat Tri

Dharma maka dibutlah ruang Tri Nabi. Ruang Tri Nabi ini merupakan

perpaduan dari bentuk ajaran Tri Dharma, yaitu ajaran Buddha, Taoisme,

dan Kong Hu Cu2.

Pembuatan lambang kepiting pada pintu gerbang kelenteng Kwan

Sing Bio, di mulai sekitar tahun 1970. Pada saat itu, di temukan seekor

kepiting besar sedang berjalan-jalan di area kelenteng Kwan Sing Bio

Tuban. Dengan kedatangan kepiting tersebut, maka diibaratkan sebagai

sebuah ilham. Hingga pada akhirnya, kepiting besar itu pun di jadikan

simbol pintu gerbang kelenteng Kwan Sing Bio (waktu itu kelenteng

Kwan Sing Bio belum memiliki symbol)3.

Pada tahun 2003 pembangunan Klenteng Kwan Sing Bio

dilanjutkan dengan menambahkan bangunan empat lantai di belakang

2

Data Klenteng Kwan Sing Bio Tuban 3

(46)

38

tempat pemujaan utama, bangunan empat lantai tersebut berdiri megah di

belakang serta depannya dibuat kolam kecil sebagai asesoris, bangunan

empat lantai tersebut berguna sebagai tempat serbaguna dan penginapan

bagi tamu yang berasal dari luar. Disamping bangunan empat lantai juga

terdapat dapur dan ruang makan bagi tamu dan pengurus Klenteng Kwan

Sing Bio4.

B. Data Lokasi Kwan Sing Bio Tuban

Secara geografis kota Tuban terletak pada 6 54 lintang selatan dan

112 3 bujur timur. Kota Tuban terletak di daerah pantai utara dan memiliki

luas 35 km, sedangkan luas wilayah kabupaten Tuban adalah 2 km Jarak

antara Kota Tuban dengan ibukota propinsi jawa timur, kota Surabaya

adalah 123 km. Ketinggian rata- rata wilayah kabupaten Tuban adalah 500

m dari permukaan air laut. (Kutipan data statistic wilayah kota Tuban,

1992)5. Sedangkan Klenteng Kwan Sing Bio terletak di jalan R.E.

Martadinata No.1 Tuban.

C. Visi, Misi dan Susunan Pengurus Klenteng Kwan Sing Bio

Visi dari Klenteng Kwan Sing Bio adalah sebagai tempat yang

memberi rasa aman, terang, damai, dan tentram bagi masyarakat dan

diharapkan dapat mempererat rasa persaudaraan serta persatuan dan

kesatuan Bangsa Indonesia. Misi dari Klenteng Kwan Sing Bio adalah

4

Wawancara dengan bapak Anton (Ong Tjie An) penguru MATAKIN Provinsi Jatim di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban Pada tanggal 04 September 2015.

5

(47)

39

diharapkan tempat Ibadat Tri Dharma Kwan Sing Bio yang terletak dijalur

utama pantai utara pulau Jawa sebagai tempat berpuja bakti, dengan segala

fasilitas yang ada dapat membentuk setiap umat Tri Dharma lebih

bermoral, mempunyai rasa cinta kasih, rasa keadilan, rendah hati, berbakti

dan bijak dalam melayani sesama manusia dengan kasih Tuhan, serta

mengenal diri sendiri secara utuh.

Adapun berikut ini adalah susunan Pengurus Klenteng Tempat

Ibadah Tri Dharma Kwan Sing Bio Tuban:

Ketua Umum : Oei Ging Koen (Gunawan Putra Wirawan)

Wakil Ketua Umum : Liu Kok Liong (Liu Pramono)

Sekertaris : Tan Ming Ang

Wakil Sekertaris : Oh Liu Tjay (Erni Muliana)

Bendahara : Tan Ai Kok (Tanto Wijaya)

Wakil Bendahara : Tjeng Tjien Hok (Henniyanto)

Bidang Agama : Lie Moy Tjoe

Bidang Dana Usaha dan Gedung : Tio Eng Bo (Mardjojo)

Bidang Pelayanan Umat : Ie Tan Lik (Intan Kristanto)

Bidang Rukun Kematian Sosial : Lie Liang An (Lie Andi Saputra)

(48)

40

Bidang Sarana dan Transportasi : Lwie Kian Poen (Hariyanto Wijono)

Bidang Konsumsi : Njoo Tjien Nio (Eko Elis Setijani)

Bidang Pemuda Olahraga : So Tjiauw Gwan (Bambang Djoko Santoso)

Bidang Perlengkapan : Liem Swie Nio (Soesi Niana Dewi)

Bidang Ketua Penilik : Liem Tjing Gie (Alim Sugiantoro)

Anggota penilik : Go Tjong Ing (Chandra Gunawan)

Anggota penilik : Wong Fuk Shen (Shendy Suwardi)

Anggota Penilik : Mo Kiem Djong (M. Sudjoko)

Anggota penilik : Tang Gun Liong (Gunawan)

D. AktifitasPeribadatanUmatKwanSingBio

Setiap agama mempunyai ritual peribadatan masing dan berbeda,

dengan menggunakan symbol dan gerakan yang didalamnya mengandung

makna dan arti bagi mereka yang menjalaninya, sehingga hal tersebut

dianggap sacral dalam prosesi pelaksanaannya. Sebelum nabi kongzi

mengajarkan prosesi peribadatan ini, sudah terlebih dahulu masyarakat

cina kuno melaksanakannnya, hanya saja makna yang dikandung dari

prosesi peribadatan tersebut masih cenderung kurang jelas, hanya sekedar

(49)

41

setelah nabi kongzi datang, dia meluruskan semua ritual peribadatan

tersebut dan mengajarkan makna dibalik prosesi ritual peribadatan tersebut

dan dilaksanakan oleh umat penerusnya sampai sekarang.

Dalam kesehariannya umat Konghucu di Klenteng Kwan Sing Bio

Tuban melaksanakan ritual sembahyang yang dipersembahkan kepada

Thian, Nabi Konghucu, serta arwah para leluhur mereka. Sembahyang ini

rutin dilakukan dalam waktu setiap hari, selain itu ada juga beberapa

sembahyang atau perayaan yang hanya dilakukan setiap satu tahun sekali

seperti ketika memperingati hari lahir wafatnya Nabi Konghucu.

Dan Lebih lengkapnya lagi dalam buku tata Agama dan tata

laksana upacara agama konghucu disebutkan ada beberapa macam

peribadatan:

a. Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Thian

1. Sembahyang pengucapan syukur tiap pagi dan sore, saat menerima

rezeki makan.

2. Sembahyang tiap tanggal 1 dan 15 imlek

3. Sembahyang besar pada hari hari kemuliaan, yakni: malam

penutupan tahun, king thi kong tanggal 8 menjelang 9 cia gwee,

saat cap go meh, tang cik saat tanggal 22 desember.

b. Kebaktian bagi nabi

1. Peringatan hari lahir nabi konghucu pada tanggal 27-VIII imlek

(50)

42

3. Peringatan hari genta Rohani pada tanggal 21/22 Desember6.

c. Kebaktian bagi para suci

1. Hari twan yang jatuh pada tanggal 5-V imlek

2. Sembayang tiong chu pada tanggal 15-VIII imlek

3. Hari he gwan pada tanggal 15-X imlek.

d. Sembahyang bagi para leluhur

1. Sembahyang tutup tahun.

2. Sembahyang sadranan/ziarah

3. Sembahyang arwah leluhur.

e. Kebaktian masyarakat

1. Sembahyang arwah untuk umum, pada tanggal 29-VII imlek.

2. Hari persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal 24-

XII imlek (pada hari hari itu diwajibkan berdana bagi fakir dan

miskin).

3. Seluruh perbuatan lahir batin kita sepanjang hidup

hendaknyadisadari sebagai perbuatan kebaktian/ ibadah disebut

dengan isitila hidup sepenuh hidup7.

E. Arsitektur Bangunan Klenteng Kwan Sing Bio

a. Arah Orientasi

6

MATAKIN, Tata Aturan Dewan Rohaniawan Agama Konghucu Indonesia Beserta Berbagai Panduan Tata Upacara dan Kode Etik Rohaniawan, (MATAKIN : 2010), hal 23.

7

(51)

43

Pada mulanya Klenteng Kwan Sing Bio merupakan tempat

pemujaan bagi Dewa Kwan Kong sebagai dewa utama. Tetapi

seiring dengan berjalannya waktu Klenteng ini juga dipakai

sebagai tempat ibadah bagi umat Tri Dharma. Hal tersebut terlihat

pada ruang Tri Nabi yang berfungsi sebagai ruang utuk memuja

para dewa utama ajaran Tri Dharma, yaitu Buddha Sakyamuni

sebagai wakil dari ajaran Buddha, Thay Siang Loo Kun wakil dari

ajaran Tao dan Nabi Konng Tjoe adalah wakil dari ajaran Kong Hu

Cu.

Meskipun pada akhirnya klenteng ini merupakan tempat

ibadah bagi umat Tri Dharma, tetapi pada dasarnya klenteng ini

tetap berorientasi pada Dewa Kwan Kong sebagai dewa utama. Hal

ini dapat dilihat pada beberapa ornament-ornamen yang dipakai

berasal dari legenda Sam Kok, seprti patung-patung yang ada pada

pendopo 8 tokoh legenda menggambarkan tokoh-tokoh yang

berjasa (menteri dan panglima) pada masa kerajaan siok (kerajaan

milik Liu Pei). Hal tersebut dikarenakan Kwan Kong merupakan

panglima perang dan pahlawan agung pada masa pra Sam Kok.

Pada dasarnya keseluruhan Klenteng Kwan Sing Bio ini

didominasi oleh ciri khas arsitektur Cina. Hal tersebut terlihat dari

bentuk bangunan dan pemakaian ornamen-ornamen khas Cina,

seperti ornamen naga, unikron, bangau, dll. Warna yang dipakai

(52)

44

melambangkan kebahagian dan warna kuning melambangkan

kemakmuran.

b. Lay-out Klenteng Kwan Sing Bio

Klenteng Kwan Sing Bio memiliki banyak ruang yang

terdiri dari ruang suci utama, ruang Tri Nabi, pendopo 8 tokoh

legenda Sam Kok, ruang Kong Hu Cu, ruang Buddha, dan ruang

lain yang menunjang aktivitas di dalam klenteng seperti kantor,

kamar tidur baik untuk para tamu maupun rohaniawan, ruang

makan, dan masih banyak yang lain.

c. Main Gate Klenteng Kwan Sing Bio

Main gate yang berbentuk gapura ini merupakan pintu

masuk/gerbang utama Klenteng Kwan Sing Bio. Main gate ini

mempunyai ornament atap yang unik, tidak seperti ornament atap

klenteng pada umumnya yaitu sebuah kepiting raksasa. Main gate

oini didominasi warna merah yang melambangkan kebahagiaan

bagi orang cina.

d. Ruang Suci Utama Klenteng Kwan Sing Bio

Yang merupakan bangunan utama dari klenteng ini adalah

ruang suci utama, yang terdiri dari serambi (merupakan altar untuk

pemujaan pada Tuhan YME) dan altar utama(merupakan altar

(53)

45

utama ini tidak pernah mengalami perubahan dari awal

pembangunan sampai sekarang (200 tahun yang lalu)8. Hal tersebut

disebabkan tidak pernah diberi izin oleh Dewa Kwan Kong untuk

melakukan pelebaran ruang. Ruang altar utama tidak dapt dibahas

dan dianalisis lebih lanjut, sebab tidak mendapatkan izin dari

pengurus Klenteng Kwan Sing Bio.

e. Koridor Serambi Klenteng Kwan Sing Bio

Koridor serambi adalah kordor yang terletak di kanan dan

kiri serambi. Koridor ini berfungsi menghubungkan serambi dan

took keperluan ibadah (kanan) serta serambi dan kantor penilik

(kiri) sekaligus tempat untuk beristirahat. Oleh karena itu di dalam

koridor serambi ini disediakan kursi-kursi bagi para tamu yang

ingin beristirahat atau yang sedang menunggu saudara atau teman.

f. Koridor Altar Utama Klenteng Kwan Sing Bio

Koridor altar utama adalah koridor yang terletak di kanan

dan kiri altar utama.vKoridor ini merupakan sumbangan dari Tio

Ming Wen, oleh karena itu penymbang menginginkan inisial

namanya (MW) diabaikan sebagai bentuk pada pilar koridor altar

utama. Kolidor altar utama ini hanya berfungsi sebagai koridor

yang menghubungkan antara altar utama dengan ruang Tri

Nabi(kiri) dan altar utama dengan ruang jiam si (kanan). Jiam si

adalah suatu ramalan masa depan yang kita tanyakan pada

8

(54)

46

dewi dan Jiam si tersebut biasanya berupa syair atau puisi yang

dapat kita tanyakan penafsirannya atau artinya.

g. Ruang Tri Nabi Klenteng Kwan Sing Bio

Ruang Tri Nabi merupakan ruang pemujaan bagi para

tokoh suci ajaran Tri Dharma. Tokoh suci tersebut adalah Budha

Sakyamuni yang mewakili ajaran Budha, sedangkan ajaran Tao

diwakili oleh Thay Siang Loo Kum dan ajaran Kong Hu Cu

mempunyai wakil yaitu Nabi Kong Tjoe.

h. Pendopo 8 Tokoh Legenda Sam Kok Klenteng Kwan Sing Bio

Pendopo ini merupakan tempat untuk menyimpan

peralatan-peralatan sembahyang yang hanya digunakan pada

acara-acara khusus yaitu pada saat dewa Kwan kong akan diarak keluar

(keliling kota Tuban). P eralatan tersebut disimpan pada sebuah

pendopo dimana di tengah pendopo tersebut terdapat ruang kaca

yang dikelilingi oleh patung dari 8 Tokoh Legenda Sam Kok, yaitu

para menteri dan panglima-panglima pada zaman kerajaan Siok

yakni Thio Hwie, Tio Tju Liong (Tio In), Oei Tiong (Han Seng),

Ma Tiauw, Liu Pei, Bang Thong, Hoat Tjeng, dan Kho Tjing9.

9

(55)

47

i. Lorong 4 Naga Klenteng Kwan Sing Bio.

Lorong pilar 4 naga merupakan lorong yang mengarah pada

koridor belakang. Lorong ini diapit dua pilar yang bercabang dua,

dimana tiap cabangnya dihiasi ornamen naga. Ornamen naga

tersebut terdiri dari naga merah, naga kuning, naga biru dan naga

hijau. Pilar ini berbeda dengan bentuk pilar pada bangunan Cina

umumnya, dimana biasanya pilar yang tidak bercabang dan hanya

dihiasi oleh satu naga saja. Pilar yang bercabang dua ini berasal

(56)

BAB IV

ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD

Bab ini akan memberikan penjelasan tentang prosesi pelaksanaan tradisi

bunceng (sedekah bumi), respon masyarakat serta berbagai pendapat masyarakat

sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

A. Makna Dan Tujuan Tradisi Bunceng

Secara umum tradisi bunceng ini, merupakan salah satu bentuk

ritual tradisional masyarakat di pulau Jawa yang sudah berlangsung secara

turun-temurun dari nenek moyang orang jawa terdahulu. Ritual sedekah

bumi ini biasanya dilakukan oleh mereka pada masyarakat jawa yang

berprofesi sebagai petani, petani yang menggantunggkan hidup keluarga

dan sanak famili mereka dari mengais rizqi dan memanfaatkan kekayaan

alam yang ada di bumi. Bagi masyarakat jawa khususnya para kaum

petani, tradisi ritual tahunan semacam sedekah bumi bukan hanya

merupakan sebagai rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan belaka. Akan

tetapi tradisi sedakah bumi mempunyai makna yang lebih dari itu, ritual

tradisional sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu bagian dari

masyarakat yang tidak akan mampu untuk dipisahkan dari budaya jawa.

Secara umum, Menurut cerita dari para nenek moyang orang jawa

terdahulu, Tanah merupakan pahlawan yang sangat besar bagi kehidupan

manusia di muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi penghargaan yang

(57)

49

sebagai salah satu simbol yang paling dominan bagi masyarakat jawa

khususnya para petani dan para nelayan untuk menunjukan rasa cinta kasih

sayang dan sebagai penghargaan manusia atas bumi yang telah memberi

kehidupan bagi manusia. Sehingga dengan begitu maka tanah yang dipijak

tidak akan pernah marah seperti tanah longsor dan banjir dan bisa

bersahabat bersandingan dengan masyarakat yang menempatinya.

Selain itu, Sedekah bumi dalam tradisi masyarakat jawa juga

merupakan salah satu bentuk untuk menuangkan serta mencurahkan rasa

syukur kepada Tuhan atas nikmat dan berkah yang telah diberikan-Nya.

Sehingga seluruh masyarakat jawa bisa menikmatinya. Sedekah bumi pada

umumnya dilakukan sesaat setelah masyarakat yang mayoritas masyarakat

agraris habis menuai panen raya. Sebab tradisi sedekah bumi hanya

berlaku bagi mereka yang kebanyakan masyarakat agraris dan dalam

memenuhi kebutuhannya dengan bercocok tanam.

Dalam tradisi sedekah bumi umat Konghucu berbeda dengan

tradisi sedekah bumi yang umum dilakukan oleh orang Jawa, jika

masyarakat Jawa pada umunya melakukan sedekah bumi pada saat musim

panen, hal ini tidak terjadi pada sedekah bumi umat Konghucu di TITD

Kwan Sing Bio Tuban, yang melakukan tradisi sedekah bumi tidak setelah

panen, karena pada umunya umat Konghucu di TITD Kwang Sing Bio

Tuban tidak berprofesi sebagai petani, akan tetapi istilah sedekah bumi

digunakan untuk mengistilahkan bahwa sesaji yang digunakan atau

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini difokuskan pada Pengaruh Customer Relationship Management dan Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Konsumen Sepeda Motor Yamaha (Suatu Studi pada Konsumen

Ruang lingkup penelitian ini adalah identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi produksi lobster dan pengukuran efisiensi teknis usaha budi daya pembesaran lobster di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi air minum dengan kejadian diare pada balita (p value (0,422) > α), terdapat hubungan yang

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hampir semua Informan tidak pergi ke Poli gigi untuk mengatasi giginya yang sakit dan berlubang tetapi memilih untuk

(50) Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang minim tidak mempengaruhi perilaku responden dalam melakukan pencarian pengobatan karena responden telah memiliki

Proses pembelajaran dengan menggunakan model Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar materi menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energy

Pemodelan SVCM menyimpulkan menginformasikan adanya efek spatial yang berbeda untuk setiap kecamatan di Kota Bandung sehingga memberikan informasi yang lebih

Para Ahli Geologi menduga bahwa endapan ini merupakan endapan emas orogenik karena daerah tersebut sangat dipengaruhi oleh aktifitas struktur pada batuan