• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas observasi hukum waris PERDATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas observasi hukum waris PERDATA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan observasi dari Mata Kuliah Hukum Perdata di Desa Majatengah.

Penulis menyusun laporan ini dengan bentuk sederhana agar dapat di mengerti oleh para pembaca, dan dapat diserapi akan ilmu pengetahuan yang tersirat dalam laporan ini.

Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan laporan ini, oleh karena itu kami mengharap saran maupun kritik dari para pembaca laporan ini, demi terciptanya makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.

Dalam proses penyelesaian laporan observasi ini saya berterimakasih kepada orang-orang yang telah membantu saya yaitu :

1. Bapak Slamet Sumarto dan Ibu Citraresmi Widoretno Putri selaku dosen mata kuliah Hukum Perdata.

2. Bapak Sarkono, selaku Kepala Desa Majatengah.

3. Bapak Darno selaku pemangku adat desa Majatengah yang telah membantu dalam pelaksanaan observasi ini.

4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun tugas observasi ini.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada khususnya.

Semarang, 6 Mei 2016

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1

DAFTAR ISI2

BAB I3

PENDAHULUAN3

A. Latar Belakang3

B. Rumusan Masalah.4

C. Tujuan Penulisan...4

BAB II PEMBAHASAN………..5

PENGERTIAN HUKUM WARIS……….………..5

HAK MEWARISI MENURUT UNDANG-UNDANG8 PENGGANTIAN DALAM HUKUM WARIS...10

PENGERTIAN WASIAT ATAU TESTAMEN………...12

PENOLAKAN PENERIMAAN WARISAN...15

KARAKTERISTIK PEMBAGIAN WARIS DI DESA MAJATENGAH…………...……17

BAB III PENUTUP………..19

SIMPULAN...19

SARAN...20

DAFTAR PUSTAKA………....21

SURAT KETERANGAN OBSERVASI...22

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hukum merupakan suatu yang penting bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hukum adalah suatu alat untuk mengatur dan mengawasi setiap aspek – aspek kehidupan di suatu negara agar semua kehidupan terjalin dengan aman, tenteram dan sejahtera. Hukum memberikan suatu pengikat dalam berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang dimiliki suatu negara.

Tatanan hukum yang setiap negara miliki pasti berbeda – beda berdasarkan pada sistem pemerintahan dan bentuk masing – masing negara. Tidak ada suatu negara yang tidak mempunyai tatanan hukum nasionalnya sendiri. Tanpa adanya tatanan hukum pasti sebuah Negara tidak akan tentram karena tidak ada pembatasan dan landasan terhadap pola tingkah laku rakyatnya.

Hukum perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan.Hukum perdata di Indonesia bersumber pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), ialah Hukum Perdata tertulis yang sudah dikodifikasikan pada tangga 1 mei 1848. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga berasal dari bahasa Belanda: Burgerlijk Wetboek, yang disingkat BW.

(4)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian hukum waris 2. Bagaimana pembedaan warisan

3. Bagaimana hak mewarisi menurut undang-undang 4. Bagaimana penggantian dalam hukum waris

5. Bagaimana tata cara penolakan penerimaan warisan C. TUJUAN PENULISAN

1. Memahami pengertian hukum waris 2. Memahami pembedaan warisan

3. Mengetahui hak mewarisi menurut undang-undang 4. Mengetahui penggantian dalam hukum waris 5. Memahami tata cara penolakan penerimaan warisan

(5)

A. Pengertian hukum waris

Hukum waris merupakan bagian dari Hukum Harta Kekayaan, khususnya Hukum benda. Hukum waris (Erfrecht, KUHPer pasal 830 dst) ialah hukum yang mengatur kedudukan hukum harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal, terutama berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain.

Tata hukum memberi jaminan dan perlindungan terhadap perbuatan sewenang-wenang atas kekayaan orang yang telah meninggal itu, dan menentukan siapa yang berhak atas harta kekayaan tersebut. Ada dua cara untuk menyelenggarakan pembagian warisan yaitu:

1. Pewarisan menurut undang-undang

Ialah pembagian warisan kepada orang-orang yang mempunyai hubungan darah yang terdekat dengan si pewaris. Hubungan kekeluargaan sampai derajat keberapa yang berhak menerima warisan, adalah ditentukan oleh undang-undang (= warisan karena kematian = warisan ab intestato).

Pada pewarisan menurut undang-undang terdapat pengisian tempat (plaatservulling) artinya apabila ahli waris yang berhak langsung menerima warisan, telah mendahului meninggal dunia atau karena sesuatu hal dinyatakan tidak patut menjadi ahli waris; maka anak-anaknya berhak menggantikan menjadi ahli waris dan demikianlah seterusnya.

Apabila si pewaris yang meninggal dunia tidak meninggalkan keturunan, suami atau istri maupun saudara-saudara, maka terjadilah pecah dua (kloving), artinya warisan harus dibagi dalam dua bagian yang sama yaitu suatu bagian untuk sekalian keluarga sedarah menurut garis pancar bapak lurus ke atas dan satu bagian lain untuk keluarga yang sama garis pancar ibu.

2. Pewarisan berwasiat

Pembagian warisan kepada orang-orang yang berhak menerima warisan atas kehendak terakhir (wasiat) si pewaris.Wasiat itu harus dinyatakan dalam bentuk tulisan misalnya dalam akta notaris (warisan testamenter).

Orang yang mewaris disebut pewaris (erflater), orang yang menerima warisan karena hubungan darah yang ditentukan dalam undang-undang disebut ahli waris (erfgenaam) sedangkan orang yang menerima warisan karena wasiat disebut waris berwasiat (legalitas) dan bagian warisan yang diterima oleh legalitas disebut legaat.

(6)

Garis kekeluargaan langsung satu sama lain misalnya kakek-bapak-cucu dihitung menurun, kalau sebaliknya dihitung menanjak.

b. Garis mendatar (zijlinie)

Garis kekeluargaan tak langsung satu sama lain, misalnya paman bapak-paman-keponakan-dan seterusnya.

Disamping itu ada bagian harta kekayaan yang disebut ligitieme portie (bagian menurut undang-undang) yaitu bagian dari harta peninggalan yang menjadi hak ahli waris menurut garis menegak yang tidak dapat diganggu gugat; artinya oleh si pewaris tidak boleh diberikan kepada orang lain baik pada masa hidupnya maupun sesudah ia meninggal. Ahli waris berhak atas ligitieme portie itu disebut ligitimaris, seperti anak,cucu, dan orang tua.

Pembedaan warisan

Warisan dapat dibedakan antara:

a. Warisan ab intestato (hukum waris menurut undang-undang)

Warisan ab intestato adalah warisan yang terjadi karena ketentuan undang-undang.Pada warisan ab intestato ini, yang berhak menerima bagian warisan ialah mereka yang saling mempunyai hubungan darah.

b. Warisan testamenter (hukum waris menurut surat wasiat testamen)

Warisan testamenter yaitu warisan yang terjadi karena penunjukkan sepihak dalam surat wasiat pada satu atau lebih ahli waris oleh pewaris. Warisan yang berdasarkan atas tastemen ini disebut legaat.Semua warisan ab intestate, disebut legitimaris.

Hak-hak waris ab intestate (pasal 831-894 KUHPer)

a. Kalau beberapa orang yang saling mempunyai hak untuk waris-mewaris, mati bersama-sama dalam suatu kecelakaan atau pada hari yang bersamaan, sementara tidak diketahui siapa yang mati lebih dahulu, maka mereka dianggap mati pada saat yang sama. Oleh sebab itu tidak ada perpindahan warisan dari yang satu terhadap yang lainnya.

(7)

yang mati terlebih dahulu; maka A dan B ini dianggap mati pada saat yang sama, sehingga tidak ada perpindahan warisan antara A dan B.

b. Kalau salah seorang diantara suami-istri itu mati lebih dahulu, maka suami atau istri yang masih hidup, dianggap mempunyai kedudukan yang sama dalam mewarisi peninggalan suaminya atau itrinya yang meninggal tadi. Tetapi kalau suami atau istri yang masih hidup tadi melangsungkan perkawinan yang kedua dan seterusnya,sedang suami atau istri yang mati tadi meninggalkan keturunan, maka suami atau istri yang masih hidup itutidak dapat menerima bagian warisan melebihi bagian yang terkecil dari salah satu anak tersebut. Dan kalau pihak yang baru kawin tadi meninggal, maka ahli waris yang mengganti kedudukannya hanya dapat menerima warisan tidak lebih dari bagian dari benda-benda pewaris. Demikian juga pihak yang masih hidup dan melangsungkan perkawinannya yang kedua dan seterusnya itu tidak boleh menyerahkan hak eigendom kepada suami atau istri yang baru tersebut. Warisan hanya timbul karena adanya kematian salah satu pihak (pasal 830 KUHPer)

Akibat hukum dari kewarisan (pasal 257-258 KUHPer)

a. Semua tuntutan yang dilakukan oleh suami sebelum matinya, gugur, kalau semua ahli warisnya tidak melanjutkan dalam tempo dua hari dihitung dari saat matinya suami itu. b. Kalau tuntutan hukum ini mengenai karagu-raguan terhadap sahnya seorang anak, maka tuntutan itu harus dilanjutkan dalam tempo dua bulan sejak anak tersebut mendapat hak milik dari benda suami (ayah atau pada waktu dimana ahli waris diganggu dalam bezit oleh anak-anak)

c. Tetapi kalau suami meninggal itu sebelum ia dapat melaksanakan hak-haknya atau kalau hal itu sedang berjalan, maka ahli waris tidak dapat menyangkal sahnya anak. d. Benda-benda (harta kekayaan) warisan yang tidak ada ahli warisnya menurut

undang-undang jatuh keterangan Negara (pasal 832 KUHPer) Orang yang tidakk sah menerima warisan

a. Orang yang telah dipidana karena telah membunuh atau mencoba membunuh pewaris. b. Orang yang karena putusan hakim telah terbukti bahwa ia telah memfitnahkan si mati

(8)

c. Orang yang dengan jalan paksa atau dengan tindakan lain menyuruh membuat wasiat atau menggugurkan wasiat.

d. Orang yang telah menggelapkan, merusakkan atau memalsukan surat wasiat orangg yang telah meninggal.

B. Hak mewarisi menurut undang-undang

Siapa yang berhak mewarisi harta peninggalan seseorang diatur sebagai berikut oleh undang-undang.Untuk menetapkan itu, anggota-anggota keluarga si meninggal dibagi dalam berbagai golongan.Jika terdapat orang-orang dari golongan pertama, mereka itulah yang bersama-sama berhak mewarisi semua harta peninggalan.Sedangkan anggota keluarga lain-lainnya tidak mendapat bagian satu apapun.Jika tidak dapat anggota keluarga dari golongan pertama itu, barulah orang-orang termasuk golongan kedua tampil ke muka sebagai ahli waris.Seterusnya, jika tidak terdapat keluarga dari golongan kedua, barulah orang-orang dari golongan ketiga tampil ke muka.

1. Dalam golongan pertama

Dimasukkan anak-anak beserta turunan-turunan dalam gari lencang ke bawah dengan tidak membedakan laki-laki atau perempuan dan dengan tidak membedakan urutan kelahiran.Mereka itu mengecualikan lain-lain anggota keluarga dalam garis lencang ke atas dan garis samping, meskipun mungkin diantara anggota-anggota keluarga yang belakangan ini ada yang derajatnya lebih dekat dengan si meninggal.

Hak mewarisi dari suami atau istri dari si meninggal, baru sejak tahun 1935 (di negeri Belanda tahun 1923) dimasukkan dalam undang-undang, yaitu mereka dipersamakan dengan seorang anak yang sah. Akibatnya peraturan baru ini, apabila tiada terdapat anak sama sekali, suami atau istri itu mengecualikan lain-lain anggota keluarga. Kejadian yang semacam ini memang telah ditentang keras oleh aliran yang berpendirian bahwa kepada suami atau istri itu sebenarnya sudah cukup diberikan hak untuk memungut hasil dari harta peninggalan saja. 2. Dalam golongan kedua

Dimasukkan orang tua dari saudara-saudara si meninggal. Pada asasnya orang tua itu dipersamakan dengan saudara, tetapi bagi orang tua diadakan peraturan-peraturan yang menjamin bahwa ia pasti mendapat bagian yang tidak kurang dari seperempat harta peninggalan.

(9)

untuk para anggota keluarga pihak ayah dan yang lainnya untuk para anggota keluarga pihak ibu si meninggal.Dalam masing-masing golongan ini, lalu diadakan pembagian seolah-olah disitu telah terbuka suatu warisan sendiri.Hanya disitu tidak mungkin terjadi suatu pemecahan (kloving) lagi, karena pemecahan hanya mungkin terjadi satu kali saja. Jika dari pihak salah satu orang tua tiada terdapat ahli waris lagi, maka seluruh warisan jatuh pada keluarga pihak orang tua yang lain.

Bagian seorang anak yang lahir di luar perkawinan, tetapi diakui (erkend natuurlijk) itu bergantung pada berapa adanya anggota keluarga yang sah. Jika ada ahli waris dari golongan pertama, maka bagian anak yang lahir di luar perkawinan tersebut, sepertiga dari bagian yang akan diperolehnya seandainya ia dilahirkan dari perkawinan yang sah. Dan jikalau ia bersama-sama mewarisi dengan anggota-anggota keluarga dari golongan kedua, bagiannya menjadi separuh dari bagian yang akan diperolehnya seandainya ia dilahirkan dari perkawinan yang sah. Pembagian warisan, harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga bagian anak yang lahir diluar perkawinan itu harus dihitung dan dikeluarkan lebih dahulu, barulah sisanya dibagi antara ahli waris yang lainnya, seolah-olah sisa itu warisan yang masih utuh.

Contoh: jika ada 2 orang anak yang lahir diluar perkawinan, disamping 3 orang anak yang sah, maka yang pertama akan menerima masing-masing 1/3×1/5, atau bersama-sama 2/5. Bagian ini harus diambil lebih dahulu, dan sisanya 13/15 dibagi antara anak-anak yang sah, yang karenanya masing masing mendapat 13/15 bagian dari warisan. Juga terhadap anak yang lahir diluar perkawinan, undang-undang memuat pasal-pasal perihal “penggantian” (plaatsvervulling) sehingga apabila ia meninggal terlebih dahulu ia dapat digantikan oleh anak-anaknya sendiri.

C. Penggantia dalam hukum waris

Menurut undang-undang ada tiga macam penggantian (representatie). 1. Penggantian dalam garis lencang ke bawah

(10)

keturunandari satu orang yang meninggal lebih dahulu harus dianggap sebagai suatu staak “cabang” dan bersama-sama memperoleh bagian orang yang mereka gantikan. Dengan demikian, jika semua anak telah meninggal lebih dahulu, sehingga hanya ada cucu maka mereka ini mewarisi atas dasar penggantian, artinya tidak uit eigen hoofde. Mereka dapat mewarisi secara langsung (uit eigen hofde) apabila semua anak si meninggal ternyata onwaardig, onterfd atau menolak warisannya. Dalam hal ini, tidak mungkin terjadi penggantian, sebab anak-anak si meninggal masih hidup dan hanya orang yang telah mati saja dapat digantikan.Tetapi karena dalam keadaan tersebut tidak terdapat ahli waris dalam tingkat ke satu, maka cucu-cucu tersebut tampil ke muka sebagai golongan ahli waris yang terdekat dan karenanya mereka itu lalu mewarisi atas dasar kedudukannya sendiri-sendiri (uit eigen hoofde)

2. Penggantian dalam garis samping (zijline)

Dimana tiap saudara si meninggal baik sekandung maupun saudara tiri jika meninggal lebih dahulu, digantikan oleh anak-anaknya.Juga penggantian ini dapat dilakukan dengan tiada batasnya.

3. Penggantian dalam garis samping

Dalam hal yang tampil ke muka sebagai ahli waris anggota-anggota keluarga yang lebih jauh tingkat hubungannya dari pada seorang saudara, misalnya seorang paman atau keponakan. Disini ditetapkan bahwa saudara dari seorang yang tampil ke muka sebagai ahli waris itu jika meninggal lebih dahulu dapat juga digantikan oleh turunannya.

Contoh cara penggantian dalam hukum waris

Untuk penjelasan diberikan contoh sebagai berikut:

A yang meninggal dengan tidak meninggalkan testamen, mempunyai seorang istri, 3 orang anak X,Y dan Z yang masing-masing mempunyai anak lagi, yaitu X seorang anak X1, Y dua orang anak Y1 dan Y2, Z tiga orang anak Z1, Z2, dan Z3 dan lagi 2 saudara dari A, yaitu B dan C.

1. Jika istri dan anak-anak masih hidup semuanya, maka istri mendapat 1

(11)

2. Jika Y sudah meninggal lebih dahulu, istri mendapat 14 , X 14 , Y1 dan Y2 merupakan suatu “staak”.

3. Jika istri, maupun semua anak telah meninggal lebih dahulu, maka X1 mendapat 1

4. Jika istri sudah meninggal, sedangkan Z menolak warisannya, maka X dan Z masing-masing mendapat separuh dari boedel. Anak-anak Z tidak mendapat apa-apa, sebab dengan menolak warisan, Z dianggap tidak pernah menjadi waris, dan tidak dapat digantikan oleh anak-anaknya karena ia masih hidup.

5. Jika istri sudah meninggal dan semua anaknya menolak warisannya, maka semua cucu mewarisi atas dasar kedudukannya sendiri-sendiri (“uit eigen hoofde”), jadi karena ada 6 orang masing-masing mendapat 1

6 .

Ini berarti suatu keuntungan bagi anak-anak Z,tetapi suatu kerugian bagi anak X, sebab atas dasar penggantian anak Z hanya akan mendapat 19 , sebaliknya anak

X akan mendapat 13 .

6. Jika istri, semua anak dan semua cucu telah meninggal, maka harta peninggalan akan diwarisi oleh B dan C masing-masing untuk separuh.

Diperingatkan, bahwa seorang lelaki bagiannya sama saja dengan seorang perempuan, dan diantara orang-orang dari satu golongan atau dari satu cabang, warisan itu selalu dibagi sama rata.

D. Pengertian wasiat atau testamen

Wasiat pada umumnya adalah keterangan dari seseorang tentang hal-hal yang akan terjadi setelah ia meninggal. Keterangan tadi dapat ditarik kembali, kecuali tentang hal-hal yang telah ditentukan.

(12)

Tiga macam testamen (surat wasiat)

Menurut bentuknya ada tiga macam testament yaitu: 1. Openbaar testament

Dibuat oleh seorang notaris, orang yang akan meninggalkan warisan menghadap pada notaris dan menyatakan kehendaknya. Notaris itu membuat surat akte dengan dihadiri oleh dua orang saksi. Bentuk ini paling banyak dipakai dan juga memang yang paling baik, karena notaris dapat mengawasi isi surat wasiat itu, sehingga ia dapat memberikan nasihat-nasihat supaya isi testament tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang.

2. Olographis testament

Harus ditulis dengan tangan orang yang aka meninggalkan warisan itu sendiri (eigenhanding).Harus diserahkan sendiri kepada seorang notaris untuk disimpan (gedeponeerd).Penyerahan tersebut harus pula dihadiri oleh dua orang saksi.Sebagai tanggal testamen itu berlaku diambil tanggal akta penyerahan (akte van depot).Penyerahan pada notaris dapat dilakukan secara terbuka atau secara tertutup. Mengenai testamen yang diserahkan secara tertutup, ditetapkan bahwa apabila si pembuat testamen itu meninggal, testamen itu harus diserahkan oleh notaris pada Balai Harta Peninggalan (weeskamer), yang akan membuka testamen itu. Pembukaan testamen tersebut harus dibuat proses-verbal. Jikalau si pembuat testamen hendak menarik kembali wasiatnya, cukup;ai ia meminta kembali surat wasiat yang disimpan oleh notaris itu.

3. Testamen rahasia

Dibuat sendiri oleh yang akan meninggalkan warisan, tetapi tidak diharuskan ia menulis dengan tangannya sendiri. Suatu testamen rahasia harus selalu tertutup dan disegel.Penyerahannya kepada notaris harus dihadiri oleh empat orang saksi, jadi llebih dari biasanya yang hanya dibutuhkan dua orang saksi.Orang yang menjadi saksi pada pembuatan atau penyerahan suatu testamen kepada seorang notaris, harus orang yang sudah dewasa, penduduk Indonesia dan mengerti benar bahasa yang digunakan dalam testamen atau akta penyerahan itu.

Perlu diperingatkan bahwa menurut pasal 4 staatsblad tahun 1924 No. 556, bagi seorang golongan Timur Asing yang bukan Tionghoa (misalnya orang Arab) hanya diberikan kemungkinan mempergunakan bentuk openbaar testamen.

(13)

Codicil adalah suatu akta dibawah tangan (jadi codicil bukan akta notaris), dimana orang yang akan meninggalkan warisan itu menetapkan hal-hal yang tidak termasuk dalam pemberian atau pembagian warisan itu sendiri. Misalnya membuat pesanan-pesanan tentang penguburan mayatnya.Juga pengangkatan seorang executeur-restamentair lazim dilakukan dalam suatu codicil.

Untuk dapat membuat suatu testamen seorang harus sudah mencapai umur 18 tahun.Selanjutnya orang yang membuat suatu testamen harus sungguh-sungguh ketentuan ia wajib menyimpan warisan itu dan setelah lewat suatu waktu atau apabila si waris itu sendiri telah meninggal, warisan itu harus diserahkan kepada seorang lain yang sudah ditetapkan dalam testamen. Orang yang akan menerima warisan terkemudian ini dinamakan “verwachter”. Karena itu menerima warisan itu dengan melewati tangan waris yang pertama, maka cara pemberian waris semacam ini oleh undang-undang dinamakan juga erfstelling “over de hand” yaitu suatu pemberian warisan secara melangkah. Perkataan fidei-commis berasal dari “fides” yang berarti kepercayaan.Warisan itu seolah-olah dipercayakan pada waris yang pertama ditunjuk.

Legitime portie

(14)

tersebut. Ia berhak pula untuk menuntut supaya diadakan pengurangan “inkorting” terhadap segala macam pemberian warisan, baik yang berupa erfstelling maupun yang berupa legaat, atau segala pemberian yang bersifat schenking yang mengurangi haknya.

Tentang berapa besarnya legitime portie bagi anak-anak yang sah ditetapkan oleh pasal 914 B.W. Sebagai berikut:

1. Jika hanya ada seorang anak yang sah maka legitime portie berjumlah separuh dari bagian yang sebenarnya, akan diperolehnya sebagai ahli waris menurut undang-undang.

2. Juka ada dua orang anak yang sah maka jumlah legitime portie untuk masing-masing 2

3 dari bagian yang sebenarnya akan diperoleh sebagai ahli waris menurut undang-undang.

3. Jika ada tiga orang anak yang sah atau lebih tiga orang, maka jumlah legitime portie itu 3

4 dari bagian yang sebenarnya akan diperoleh masing-masing sebagai ahli waris menurut undang-undang.

E. Penolakan penerimaan warisan

Telah dikatakan bahwa hak dan kewajiban pewaris menurut hukum berpindah kepada ahli warisnya setelah ia meninggal, tetapi selama belum ada orang yang menyatakan diri sebagai ahli waris, maka hal ini masih diragu-ragukan.

Oleh sebab itu dalam hubungan ini dapat timbul kemungkinan-kemungkinan antara lain sebagai berikut:

1. Penerimaan sepenuhnya

Kalau ahli waris sudahmenerima sepenuhnya maka ahli waris tersebut bertanggung jawab atas segala hutang warisan; milik pribadi ahli waris ikut menjadi harta pertanggung jawaban terhadap undang-undang warisan.

Tetapi kalau ahli waris ini mendapat bagian-bagian warisan menurut ketentuan-ketentuan pembagian, maka pertanggung jawaban juga sesuai dengan bagian yang diperolehnya.

2. Penolakan

(15)

3. Penerimaan dengan syarat

Kalau penerimaan disertai syarat pendaftaran dulu harta kekayaan, maka akibatnya adalah:

a. Pembayaran utang-utang

b. Harta sendiri tidak ikut menjadi hartapertanggungan

c. Hanya diterima dari harta warisan yang telah diperuntukan pembayaran hutang.

d. Legat hanya sebesar aktiva warisan tersebut

Kemungkinan demikian berlaku bagi seorang wali atau curator, sebaliknya hal ini tidak berlaku bagi mereka yang telah menolak dengan terang-terangan dan tidak berlaku bagi ahli waris yang telah menerima sepenuhnya (pasal 1032 KUHPer).

Pemisahan harta benda warisan (pasal 1107 KUHPer)

Yang dimaksud dengan pemisahan harta benda warisan adalah pemisahan antara harta benda warisan dengan harta benda ahli waris yang menerima warisan itu. Pemisahan harta benda penting sekali untuk menjaga timbulnya perselisihan antara para ahli waris, misalnya kalau hanya seorang saja yang menerima warisan,maka dalam hal ini terjadilah penggabungan antara harta benda warisan dengan harta benda ahli waris. Penggabungan ini tidak hanya mengenai harta benda saja, tetapi semua hutang-hutang pewaris juga menjadi tanggung jawab ahli waris yang menerima waris tadi. Tetapi dalam hal ini para kreditur dan para legataris dapat meminta diadakannya pemisahan harta benda, yaitu pemisahan harta benda warisan dengan harta benda ahli waris, dan akibatnya bagi ahli waris berlakulah peraturan penerimaan beneficiair, artinya ahli waris hanya menerima bagian warisan setelah dari harta benda warisan itu dibayarkan hutang-hutang pewaris. Sebaliknya kalau ada dua orang atau lebih ahli waris yang menerima warisan, maka mereka bersama-sama berhak atas harta benda warisan itu, demikian juga mereka bersama-sama bertanggung jawab atas hutang-hutang pewaris, dalam hal ini berlaku juga atas mereka penerimaan bebeficiair.Mereka masing-masing tidak berhak atas benda warisan tertentu, melainkan sebagai peserta saja.

(16)

warisan menurut bagiannya masing-masing yaitu setelah harta warisan itu dikurangi dengan jumlah utang-utang pewaris.

Warisan yang tidak bertuan (pasal 1126 KUHPer)

Adapun yang dimaksud dengan warisan yang tidak bertuan ialah apabila setelah dibukanya warisan tidak seorangpun bertindak sebagai ahli waris. Maka yang berhak menerima warisan yang tak bertuan ini adalah:

1. Para kreditur 2. Para legataris

3. Ahli waris yang ketika dibuka warisan sedang bepergian atau karena suatu hal belum dapat bertindak.

4. Jika tidak ada semua yang disebut diatas atau tidak seorangpun yang menyatakan sebagai ahli waris, maka yang behak adalahnegara.

F. Karakteristik pembagian waris di desa Majatengah

Pada saat ini pembagian waris yang diterapkan di Desa Majatengah menganut sistem yang modern yaitu dibagi sama rata. Contoh : X dan Y merupakan ahli waris dari A, si A meninggalkan harta warisan berupa tanah yang luasnya 400 meter, maka X dan Y akan menerima masing-masing 200 meter.

Saat terjadi pembagian waris pihak desa hanya akan memproses dan memfasilitasi jika sudah terjadi kesepakatan antara pihak keluarga, maka barulah desa akan memprosesnya. Pihak desa akan mengukurkan pembagian waris tersebut dan nantinya akan di buatkan sebuah surat atau biasanya di sebut dengan SPPT yaitu sejenis surat pajak yang nantinya akan diganti namanya menjadi pemilik si pewaris tersebut. Setelah itu barulah disahkan oleh notaris untuk mendapatkan pengukuhan/sertifikat, jika sudah di sahkan oleh notaris maka sudah tidak dapat dirubah dan tidak dapat diganggu gugat lagi. Terdapat beberapa contoh pembagian waris di desa Majatengah yaitu:

1. Di keluarga mbah rono, dia memiliki sebidang tanah yang luas maka sebelum masuk ke pihak desa pihak keluarga tersebut akan melakukan musyawarah atau berunding terlebih dahulu untuk pembagian warisan tersebut dan ketika dari pihak keluarga sudah memiliki kesepakatan maka akan dibawa ke pihak desa dan nantinya pihak desaa akan melakukan pengukuran, setelah itu akan dibawa ke notaris untuk kemudian disahkan dan sudah tidak dapat diganggu gugat lagi. 2. Keluarga A memiliki 2 orang anak sebut saja X dan Y, A meninggalkan warisan

(17)

digarapkan ke orang lain dan dalam kasus ini maka akan digarapkan dan hukumnya maro.

3. Keluarga A memiliki 2 orang anak yaitu anak yang pertama merupakan anak kandung dan anak yang kedua merupakan anak adopsi, maka nantinya pembagian waris yang terjadi adalah anak pertama yang merupakan anak kandung mendapatkan semua bagian warisan dan anak kedua yang merupakan anak adopsi akan mendapatkan bagian juga tetapi bukan disebut sebagai warisan melainkan hibah.

Jika pihak desa melakukan kesalahan, misalnya tanah warisan milik salah satu pihak dibagikan pada orang lain tanpa sepengetahuan pemilik maka nantinya pihak pemilik dapat melaporkannya kepada pihak yang berwenang dan sebagai konsekuensi adalah pencopotan jabatan dan dapat dipidana.

(18)

PENUTUP SIMPULAN

Hukum waris merupakan bagian dari Hukum Harta Kekayaan, khususnya Hukum benda. Hukum waris (Erfrecht, KUHPer pasal 830 dst) ialah hukum yang mengatur kedudukan hukum harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal, terutama berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain. Ada dua cara untuk menyelenggarakan pembagian warisan yaitu pewarisan menurut undang-undang ialah pembagian warisan kepada orang-orang yang mempunyai hubungan darah yang terdekat dengan si pewaris dan pewarisan berwasiat adalah pembagian warisan kepada orang-orang yang berhak menerima warisan atas kehendak terakhir (wasiat) si pewaris.

Siapa yang berhak mewarisi harta peninggalan seseorang diatur oleh undang-undang.Untuk menetapkan itu, anggota-anggota keluarga si meninggal dibagi dalam berbagai golongan.Jika terdapat orang-orang dari golongan pertama, mereka itulah yang bersama-sama berhak mewarisi semua harta peninggalan. Jika tidak dapat anggota keluarga dari golongan pertama itu, barulah orang-orang termasuk golongan kedua tampil ke muka sebagai ahli waris.Seterusnya, jika tidak terdapat keluarga dari golongan kedua, barulah orang-orang dari golongan ketiga tampil ke muka.

Pada saat ini pembagian waris yang diterapkan di Desa Majatengah menganut sistem yang modern yaitu dibagi sama rata. Saat terjadi pembagian waris pihak desa hanya akan memproses dan memfasilitasi jika sudah terjadi kesepakatan antara pihak keluarga, maka barulah desa akan memprosesnya. Pihak desa akan mengukurkan pembagian waris tersebut dan nantinya akan di buatkan sebuah surat atau biasanya di sebut dengan SPPT yaitu sejenis surat pajak yang nantinya akan diganti namanya menjadi pemilik si pewaris tersebut. Setelah itu barulah disahkan oleh notaris untuk mendapatkan pengukuhan/sertifikat, jika sudah di sahkan oleh notaris maka sudah tidak dapat dirubah dan tidak dapat diganggu gugat lagi. Jika pihak desa melakukan kesalahan, misalnya tanah warisan milik salah satu pihak dibagikan pada orang lain tanpa sepengetahuan pemilik maka nantinya pihak pemilik dapat melaporkannya kepada pihak yang berwenang dan sebagai konsekuensi adalah pencopotan jabatan dan dapat dipidana.

(19)

Hukum waris yang diterapka di desa seharusnya mengikuti tata cara yang sudah ada dalam KUHPer dan tidak membagian waris tersebut hanya untuk kepentingan pribadi. Warisan tersebut haruslah dibagikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ada di Indonesia. Pemerintah masih perlu menerapkan sangsi yang tegas apabila terjadi penyelewengan-penyelewengan pembagian waris yang tidak sesuai dengan undang-undang.

(20)

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Gedung C7 Lt. 2 Kampus Unnes Sekaran Gunungpati Semarang 50229

Telp/Fax 024 8508006 Laman: http://fis.unnes.ac.id/

(21)

TANDA BUKTI TELAH OBSERVASI

Yang bertandatangan di bawah ini Kepala Desa:

Nama : ……….. Alamat : ... Dengan ini menerangkan bahwa :

Nama : ... Jurusan/Fakultas : ... Asal Perguruan Tinggi: ...

Adalah benar nama tersebut telah melaksanakan Observasi di Kelurahan Desa Majatengah pada tanggal 6 Mei 2016.

Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan Sebenar-benarnya dan dapat dipertanggung jawabkan.

* Kepala Desa

...

*) tandatangan dan stempel

LAMPIRAN

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Ati, Marinta Agustina Waskita. A Set of English Speaking Instructional Material to Enhance Business Presentation Skills for Managers and Supervisors of Public Facility Division II

Analisis model AMMI menggambarkan pola interaksi suatu genotipe dengan lingkungan, menggambarkan kesesuaian suatu genotipe dengan suatu lingkungan, nilai nominal hasil suatu

19 Ennek köszönhető, hogy az 1991 -es szerb ostrom során lerombolt, a horvát honvédelem szimbólumának számító, hivatalosan 31 670 állandó lakossal, valójában csupán

Sebagai contoh, dengan mengidentifikasi marka molekuler yang berpautan dengan karakter ketahanan busuk buah kakao (BBK) pemulia dapat mengidentifikasi materi genetik

Penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari Pratama dan Wiksuana (2016), Setiadewi dan Purbawangsa (2015) yang menyatakan kinerja keuangan atau

Kapasitas penangkapan radikal bebas DPPH dari ekstrak jahe (Stoilova et al., 2007) maupun ekstrak temulawak (Rosidi et al., 2016) lebih tinggi dibandingkan kapasitas penangkapan

Peniltian ini bertujuan untuk merancang Aplikasi Jadwal Kerja Karyawan Berbasis Website, Alat bantu desain sistem yang digunakan dalam menganalisis sistem adalah

Faktor geografis (spasial) yang mempengaruhi penurunan jumlah pengadaan perumahan di wilayah peri urban Kota Surabaya, khususnya yang berada di Kabupaten Sidoarjo secara