• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTIK PEMBAGIAN WARIS SAMA RATA DI DESA KERTASURA KABUPATEN CIREBON (PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT) - Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PRAKTIK PEMBAGIAN WARIS SAMA RATA DI DESA KERTASURA KABUPATEN CIREBON (PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT) - Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

PRAKTIK PEMBAGIAN WARISAN YANG SAMA DI DESA KERTASURA KABUPATEN CIREBON. TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT). Dalam hal ini penerapan hukum Islam dan hukum adat dalam sistem pembagian warisan di desa Kertasura menjadi pembahasan yang menarik. Wawancara dilakukan kepada ahli waris laki-laki, ahli waris dan tokoh masyarakat di Desa Kertasura.

Vokal Pendek Berurutan dalam dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apustrof

Kata Sandang Alif + Lam

Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis Menurut Penulisannya

Huruf Kapital

Pengecualian

Semoga sholawat dan salam terus dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materiil. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), khususnya Korps Pasko dan Keluarga Mahasiswa Cirebon (KPC) serta Ikatan Mahasiswa Darul ‘Ulum (IMADU) yang menjadi keluarga kedua penulis selama menempuh studi. Dan yang terakhir terima kasih sudah bertahan dan berjuang selama ini, terima kasih atas kerjasamanya, terima kasih tidak pantang menyerah, terima kasih terus semangat dan selalu semangat. Hukum waris Islam dipahami sebagai hukum yang bersumber dari ajaran Syariat Islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadits yang mengatur kehidupan manusia guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hukum Islam merupakan suatu sistem atau akidah yang berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Nabi mengenai perilaku mukallaf yang diakui dan diyakini, yang mengikat seluruh pemeluknya. Aturan agama Islam sangat luas dan komprehensif, mencakup urusan duniawi dan spiritual, mengatur urusan pribadi, sosial, dan kenegaraan, bahkan mengatur hubungan antara makhluk dengan penciptanya. Oleh karena itu, dalam Islam terdapat beberapa jenis kaidah yang tercatat sebagai ilmu tersendiri, salah satunya adalah persoalan fikih.1 Dalam hukum Islam, persoalan waris merupakan salah satu pembahasan fikih yang sangat penting. Warisan adalah harta dan kewajiban yang ditinggalkan oleh pewaris karena meninggal dunia. Kematian merupakan peristiwa yang pasti dialami oleh setiap orang, karena kematian merupakan akhir dari perjalanan hidup. 1 Fiqih merupakan suatu bidang ilmu hukum Islam yang khusus membahas masalah-masalah hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya berdasarkan dalil-dalil tafshiliyah. Muhammad bin Ahmad bin Umar al-Syathiri, Syarh al-Yaqut al-Nafis).

Kematian merupakan suatu peristiwa hukum, maka akibat hukum yang timbul selanjutnya adalah persoalan bagaimana mengurus dan meneruskan hak dan kewajiban orang yang meninggal. 1 Hukum yang membahas tentang pembagian harta disebut hukum waris atau dikenal dengan hukum faraidl. Hukum waris di Indonesia sendiri masih bersifat pluralistik, hal ini dikarenakan Indonesia masih belum memiliki Undang-undang Waris Nasional yang secara khusus mengatur mengenai pewarisan yang patut, sehingga di Indonesia masih diterapkan tiga sistem hukum waris yaitu dalam KUH Perdata, Hukum Waris. Islam dan hukum adat. .2 Pluralisme hukum waris merupakan realitas hukum yang tidak dapat dipungkiri.Berbagai faktor penyebab pluralisme hukum waris antara lain sejarah, budaya, konstelasi ekonomi dan politik.3. Warisan dalam Islam adalah hukum yang membahas tentang aturan keluarga mengenai peralihan hak milik seseorang yang sudah meninggal kepada yang ahli.

Hak dan Kedudukan Cucu sebagai Ahli Waris Pengganti dalam Sistem Pembagian Waris ditinjau dari Hukum Waris Islam dan Kompilasi Hukum Islam”, Jurnal Ilmiah Islam Futura, Vol. Aturan kewarisan Islam merupakan salah satu aturan yang telah diuraikan dan ditetapkan dalam Al-Qur’an dalam haknya mewariskan dan mewarisi sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S An-nisa’ (4) ayat 7 yang berbunyi:6.

نادلاولا كرت اهمم بيصن ءاسهنللو نوبرقلأاو نادلاولا كرت اهمم بيصن لاجهرلل اضورفم ابيصن ۚ رثك وأ هنم هلق اهمم نوبرقلأاو

Rumusan Masalah

Bagaimana hukum Islam dan hukum adat memandang aturan pemerataan harta warisan di Desa Kertasura Kabupaten Cirebon.

Tujuan dan Kegunaan

Telaah Pustaka

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ahli waris membagi sejumlah harta secara merata untuk menjaga pembagian warisan yang benar antara laki-laki dan perempuan, yaitu 2:1 hingga 1:1. Hal ini diatur oleh perekonomian antar ahli waris, dimana ahli waris yang mendapat bagian terbesar menyerahkan bagiannya untuk menjamin pembagian yang adil. Jika pembagiannya mengikuti aturan yang keterlaluan, maka sebagian ahli waris hanya mendapat sebagian kecil dari harta warisan.

Ketiga, jurnal yang ditulis oleh Imam Ali Khaeri pada tahun 2022 dengan judul “Analisis Pemahaman Masyarakat Terhadap Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam di Desa Ciwaringin Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon”10. Hal ini dilakukan melalui musyawarah bersama yang dihadiri oleh anggota keluarga inti dan dengan persetujuan masing-masing ahli waris. Harta warisan menjadi milik ahli waris dan anak tiri secara merata, tanpa memandang jenis kelamin ahli waris dan ahli warisnya.

Pembagian harta warisan dilakukan setelah ahli waris mengetahui bagiannya masing-masing dan memutuskan untuk membaginya secara merata. Maka jika ahli waris merasa puas dengan pembagiannya, maka tidak dilarang.

Kerangka Teori

  • Asas Kewarisan Islam
  • Asas Kewarisan Adat

Islam memandang ahli waris berhak menerima pengalihan harta warisan kepadanya, sesuai dengan besarnya yang ditentukan dalam Al-Quran.13. Asas Individual artinya harta warisan dapat dibagi kepada masing-masing ahli waris untuk dimiliki secara perseorangan. Masing-masing ahli waris berhak atas bagian yang diperolehnya tanpa dikaitkan dengan bagian ahli waris yang lain, sebab bagiannya masing-masing tetap. 15 Dalam hal ada ahli waris yang tidak.

Hakikat asas ini adalah setiap ahli waris mempunyai kedudukan yang sama mengenai hak mewarisi harta warisan dari ahli warisnya, dengan memperhatikan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing ahli waris untuk memperoleh warisan tersebut. Dengan cara ini pembagian harta warisan tidak merata, tetapi pembagiannya seimbang berdasarkan hak dan kewajiban yang diurus oleh ahli waris. Keharmonisan antar ahli waris menjadi inti dalam segala hal, termasuk pembagian harta warisan.

Lebih-lebih lagi perjanjian itu ikhlas, disampaikan dengan kata-kata yang baik dan terbit dari hati nurani setiap waris. Keadilan berdasarkan taraf, kedudukan dan perkhidmatan, sehingga setiap keluarga ahli waris menerima harta pusaka, baik sebagai ahli waris mahupun sebagai sebahagian daripada bukan ahli waris, tetapi bahagian harta yang terjamin sebagai ahli keluarga ahli waris 22. 22 .

Metode Penelitian

  • Jenis penelitian
  • Pendekatan Penelitian
  • Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber yang mudah dijangkau dan dapat dimintai keterangan mengenai objek penelitian. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari wawancara dengan tokoh dan ahli waris masyarakat. Sumber data sekunder dalam penelitian diambil dari buku, jurnal, dan sumber data lain yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, seperti referensi atau bahan referensi.

Wawancara adalah percakapan yang direncanakan secara langsung antara pewawancara dan orang yang diwawancarai mengenai suatu masalah tertentu dan merupakan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih.27 Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan wawancara tidak terstruktur, dimana metode ini memungkinkan terjadinya pertanyaan-pertanyaan. fleksibel, arah pertanyaan lebih terbuka, tetap fokus sehingga diperoleh informasi yang kaya dan pembicaraan tidak kaku. Sudirdja, S.H. sebagai tokoh masyarakat yang saat ini menjabat sebagai ketua DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) di Desa Kertasura. Jumlah data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak sehingga harus dicatat secara cermat dan rinci.

Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data selanjutnya.28. Dalam penelitian kualitatif, data dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Sistematika Pembahasan

Bab pertama, bab pertama, merupakan pendahuluan yang memberikan gambaran awal tentang latar belakang penelitian, kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah yang dituangkan dalam bentuk peta pertanyaan, dilanjutkan dengan tujuan dan penerapan yang menjelaskan pentingnya masalah tersebut. akan dibahas dalam penelitian ini. Kemudian mengkaji literatur yang menjelaskan orisinalitas penelitian ini, penelitian serupa, kerangka teori, metode penelitian dan pembahasan sistematis untuk memberikan gambaran umum yang akan dibahas secara sistematis dalam penelitian. Terdiri dari beberapa sub pembahasan yaitu : pengertian waris islam, dasar hukum waris islam, rukun dan syarat waris islami, asas-asas waris islami, alasan menerima waris, alasan hambatan waris, pengertian pewarisan adat, pewarisan menurut hukum adat, asas adat pewarisan, sistem hukum adat pewarisan dan as-shulhu dalam pembagian harta warisan.

Bab ketiga berisi tentang gambaran umum tentang Desa Kertasura, praktek pembagian warisan di Desa Kertasura, waktu pembagian warisan di Desa Kertasura, faktor-faktor yang menyebabkan pembagian harta warisan secara merata antara laki-laki dan perempuan di Desa Kertasura. Kesimpulan memuat hasil-hasil penelitian yang dicapai sebagai jawaban terhadap rumusan masalah, dan usulan merupakan usulan-usulan yang timbul setelah dilaksanakannya penelitian ini. Pembagian harta warisan di Desa Kertasura dilakukan sedemikian rupa sehingga harta warisan terbagi rata, tidak ada perbedaan harta yang akan diterima oleh setiap ahli waris baik laki-laki maupun perempuan.

Ditinjau dari hukum Islam, pemerataan pembagian harta warisan dalam praktek penentuan harta waris ini berkaitan dengan kondisi sosial yang ada di Desa Kertasura, dimana praktek penentuan harta warisan dibagi rata baik bagi laki-laki maupun perempuan melalui musyawarah, dimana ketentuan jumlah atau bagian warisan bagi masing-masing ahli waris ditentukan keluarga ahli waris dan kemudian dikukuhkan oleh ahli waris. Dari segi pewarisan adat, masyarakat Desa Kertasura menganut asas musyawarah dan mufakat, sehingga pemerataan harta warisan dilakukan berdasarkan musyawarah antara keluarga ahli waris.

Saran

  • Hadis
  • Fiqih/Ushul Fiqh/Hukum Islam
  • Skripsi
  • Jurnal

Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam dan Peradilan Agama (kumpulan tulisan), Cet.11, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Anshori, Abdul Ghofur, Filsafat Hukum Warisan Islam Hazairin Konsep Warisan Bilateral, Cet.II, (Yogyakarta: UII Pers, 2010), hal. Khosyi'ah, Siah, Hukum Waris Islam I, Bandung: Pusat Penelitian dan Publikasi LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2015.

Aslmah, Zakiyah Nur, “Pemerataan Warisan Bagi Anak Perempuan dan Laki-Laki Perspektif Kompilasi Hukum Islam,” Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018. Muna, Syayidah Luklukil, “Tinjauan Maqashid Syariah tentang Pemerataan Warisan Pewarisan”, Skripsi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2022. Sarah, Huma, “Penerapan Pembagian Warisan Hukum Adat Pada Masyarakat Suku Minangkabau di Kota Matsumi II Medan”, Skripsi, Universitas Medan Area, 2020.

Abdillah, Muhammad Alwin, “Sistem Pembagian Harta Warisan dalam Hukum Islam (Studi Kasus di Kelurahan Sungai Lueng Kecamatan Lnngsa Timur Kota Langsa)”, Al-Qadha: Jurnal Hukum dan Perundang-undangan Islam, Vol.9, No.1, februar -Juli 2922. Nasikhul Umam, “Retfærdighed i fordelingen af ​​arveaktiver Perspektif Hukum Islam dan Burgerlijk Wetboek”, Al-Mazahib, Vol.5, No.1, 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan dan hak masing- masing ahli waris dalam pembagian warisan, mendeskripsikan pertimbangan hakim dalam

GALIH RANDU KELING NIM. KAJIAN YURIDIS PEMBAGIAN HARTA WARISAN BAGI ANAK DI LUAR PERKAWINAN BERDASARKAN HUKUM WARIS ADAT DI DESA KALIWIRO KECAMATAN KALIWIRO KABUPATEN

GALIH RANDU KELING NIM. KAJIAN YURIDIS PEMBAGIAN HARTA WARISAN BAGI ANAK DI LUAR PERKAWINAN BERDASARKAN HUKUM WARIS ADAT DI DESA KALIWIRO KECAMATAN KALIWIRO

Kedudukan Anak Angkat Dalam Pembagian Harta Warisan Apabila Ada Anak Kandung Dan Apabila Tidak Ada Anak Kandung Menurut Hukum Waris Adat Di Kecamatan. Susukan

Dengan ini saya mengatakan bahwa skripsi ini dengan judul: PEMBAGIAN HARTA WARISAN SEBELUM MUWARIS MENINGGAL DUNIA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM (Studi Kasus di

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa praktik pembagian waris pada masyarakat adat suku Mandar di Desa Lapeo tidak sesuai dengan hukum Islam dikarenakan masyarakat membagikan

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Alasan terjadinya penundaan pembagian harta warisan: (a) secara tradisi atas saran orang tua, (b) karena hasil musyawarah ahli waris,

Untuk mengetahui apakah praktik pembagian harta warisan yang dilakukan masyarakat muslim Kelurahan Macanang cenderung diwarnai oleh hukum waris Islam atau hukum waris