PEMBENTUKAN TIM KOMITE REFORMASI TATA
KELOLA MIGAS
Jurnal Ilmiah
Disusun Untuk Melengkapi Tugas Teknik Pemboran II
Oleh :
DIDIK ADJI SASONGKO 13.0596
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
ABSTRAK
Pemerintahan RI baru di bawah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden
Jusuf Kalla mempunyai komitmen yang kuat untuk mereformasi tata kelola
migas, dengan cara membuat tim reformasi tata kelola migas. Tim ini berada di
bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan diketuai oleh
ekonom senior, Faisal Basri sebagai Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk memberantas mafia migas yang
bersarang di sektor energi, menata ulang kelembagaan supaya bisa bekerja
optimal, dan sebagainya. Selain itu, tim ini juga mengkaji seluruh kebijakan dan
aturan main tata kelola migas dari hulu ke hilir, termasuk di dalamnya memotong
mata rantai birokrasi yang tidak efisien, mempercepat revisi Undang-undang
Migas dan memastikan seluruh subtansinya sesuai dengan konstitusi dan memiliki
keberpihakan yang kuat terhadap kepentingan rakyat, mendorong lahirnya iklim
industri migas di Indonesia yang bebas dari para pemburu rente yang memiliki
kedekatan dan pengaruh terhadap pejabat. Sementara prinsip-prinsip Reformasi
Tata Kelola Migas, antara lain, penguatan kepemimpinan dan lembaga,
penyederhanaan bisnis proses dan perizinan melalui proses standarisasi,
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Pembentukan Komite Reformasi Tata Kelola Migas
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral membentuk Komite
Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi. Ekonom Faisal Basri ditunjuk
sebagai pemimpin tim tersebut dengan anggota gabungan perwakilan
pemerintahan dan masyarakat.
Hal ini terungkap dalam konferensi pers yang diadakan di Lobby Gedung
Setjen Kementerian ESDM, Jakarta, Minggu (16/11/2014) sore. "Kita tidak ingin
masuk ke krisis energi yang memberatkan. Karena itu, hari Jumat (14/11/2014)
tepatnya, kita memutuskan untuk membentuk Tim Reformasi Tata Kelola Minyak
dan Gas," kata Menteri ESDM Sudirman Said.
Menteri ESDM mengaku bersyukur Faisal bersedia memimpin tim tersebut.
Ia mengaku bahwa pihaknya telah mengirim surat kepada BPKP untuk mengaudit
tata kelola migas.
Tim Reformasi Tata Kelola Migas telah merekrut anggota baru dari berbagai
elemen. Tim yang diketuai oleh Faisal Basri mengambil akademisi, karyawan PT
Pertamina (Persero), dan pegawai Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) juga ikut bergabung.
Faisal Basri menjelaskan anggotanya terdiri dari Darmawan Prasodjo
(mantan Tim Pokja Transisi Pemerintahan), Fahmi Radi (Universitas Gajah
Mada), Rofikorohim (Universitas Indonesia), Agung Wicak (Unit Kerja Presiden
Bidang Pengawasan dan Pengendalian/UKP4), Daniel Purba (Pertamina),
Parulian Sihotang (SKK Migas), dan Djoko Siswanto (BPH Migas).
Faisal menjelaskan, tim reformasi selalu melaporkan perkembangan terbaru
kepada Menteri ESDM Sudirman Said setiap bulan. Pasalnya setiap bulan selalu
Sebelumnya tim reformasi juga telah memastikan anggota timnya yang
terdiri dari Wakil Ketua ex officio Dirjen Migas, Naryanto Wagimin dan
Sekretaris Jenderal ex officio, Susyanto. "Sebentar lagi ada beberapa yang harus
dikonfirmasi ulang. Tapi bisa dikatakan sudah," papar Faisal.
1.2. Tugas Pokok Komite Reformasi Tata Kelola Migas
Menurut Menteri ESDM, Sudirman Said, tim komite reformasi tersebut
memiliki empat tugas pokok yang hasil kajiannya akan menjadi bahan
rekomendasi Kementerian ESDM kepada Presiden Joko Widodo.
Sudirman menuturkan, tugas pokok tim tersebut yaitu, pertama, meninjau
ulang, mengkaji seluruh proses perizinan dari hulu hingga hilir. Harapannya,
kebijakan dan aturan yang teridentifikasi menyuburkan praktik mafia migas akan
dihapus atau diubah.
Tugas kedua, menata ulang kelembagaan, termasuk di dalammya memotong
mata rantai birokrasi yang tidak efisien. "Merekomendasikan untuk menata ulang
kelembagaan, contohnya SKK Migas ke depan mau diapakan, kemudian BPH
Migas mau diapakan, bagaimana hubungan Dirjen Migas dengan SKK Migas itu
harus ditata ulang," paparnya.
Tugas ketiga, yakni mempercepat revisi UU Migas dan memastikan seluruh
substansinya sesuai dengan konstitusi dan memiliki keberpihakan yang kuat
terhadap kepentingan rakyat.
Keempat, mendorong lahirnya iklim industri migas di Indonesia yang bebas
dari para pemburu rente di setiap rantai nilai aktivitasnya, sebagai contoh banyak
pemegang wilayah kerja yang tidak dikerjakan dengan baik, banyak pekerjaan di
belakang meja yang tidak transparan.
Dia mengharapkan, dalam enam bulan ke depan tim ini dapat menghasilkan
1.3. Urgensi Pembentukan Komite Reformasi Tata Kelola Migas
Menurut Menteri BUMN, Rini Soemarno, mengatakan bahwa sektor migas
adalah sektor paling penting dalam perekonomian Indonesia sehingga sangat
mendukung pembentukan tim reformasi.
"Saya sangat berkepentingan, di bawah kementerian BUMN ada Pertamina
yang sangat tergantung ke depannya pada pengelolaannya, bagaimana aturan main
yang transparan sehingga Pertamina dapat bergerak secara transparan dan
profesional," katanya.
Sementara Faisal Basri mengharapkan, dengan tim ini, mereka dapat bekerja
dan menghasilkan rekomendasi yang baik untuk pemerintah agar sumber daya
alam ini dikelola dengan baik untuk kemakmuran rayat.
Ekonom Faisal Basri ditunjuk pemerintah sebagai ketua Komite Tim
Reformasi Tata Kelola Migas dengan anggota terdiri atas gabungan pemangku
kepentingan dan masyarakat.
1.3.1 Adanya Praktek Mafia Migas
Tugas tim itu adalah memperbaiki pengelolaan di sektor minyak dan gas
bumi (migas) serta menanggulangi pemberantasan mafia migas yang telah
menghalangi pengembangan sektor energi dalam negeri sehingga Indonesia selalu
bergantung pada pasokan impor. “Indonesia tidak mungkin mencapai kedaulatan
energi jika praktik mafia migas tidak pernah diberantas secara komprehensif,” ujar
Menteri ESDM Sudirman Said di kantornya, Minggu (16/11).
Menurut Sudirman, para mafia migas adalah pemburu rente yang memiliki
kedekatan dan berpengaruh di antara para pemangku kepentingan. “Mafia migas
sudah sedemikian menggurita dan menjangkau berbagai pemangku kepentingan,
dan terkadang tidak disadari oleh pejabat tinggi pengambil keputusan yang
bersangkutan. Mafia migas dengan segala cara dipastikan akan melancarkan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman
Said mengatakan, lembaga baru bentukannya, Tim Reformasi Tata Kelola
Migas yang diketuai ekonom Faisal Basri akan mengkaji
keberadaan Pertamina Energy Trading (Petral), anak usaha PT
Pertamina (Persero).
Selama ini santer diberitakan bahwa Petral merupakan wadah bagi
para mafia migas. “Kalau ada temuan yang menunjukkan bahwa Petral menjadi
wadah yang menyuburkan praktik mafia migas, maka lembaga ini bisa saja
dirombak total atau malah dilikuidasi,” jelas Sudirman di kantor Kementerian
ESDM, Jakarta, Minggu (16/11).
Sudirman menyadari risiko politik yang harus dihadapi. Namun sudah
saatnya Indonesia lepas dari kungkungan mafia migas. “Negara sudah saatnya
tidak lagi tunduk dan atau terperdaya oleh para mafia migas. Rakyat Indonesia
sudah saatnya memperoleh kembali haknya mendapatkan energi secara adil,”
tegas Sudirman.
1.3.2. Rumitnya Perizinan Usaha Migas
Untuk itu, pihaknya akan mengkaji kembali perizinan dari hulu hingga hilir,
menata ulang kelembagan, dan merevisi proses bisnis demi mencegah pemburu
rente berkeliaran dalam mata rantai nilai industri migas. “Tim ini akan mendorong
penguatan kepemimpinan dan lembaga, menyederhanakan bisnis proses dan
perizinan melalui proses standarisasi, menguatkan transparansi dalam bisnis
proses dan mengembalikan meritokrasi. Tim ini bekerja mulai Senin dan dalam
waktu 6 bulan ke depan sudah harus memberi Laporan ke pemerintah,” tutur
Sudirman.
Sedangkan Faisal Basri mengatakan, pihaknya saat ini belum menyiapkan
paparan yang akan dikemukakan nantinya. Tetapi pihaknya akan berupaya untuk
“Saya baru diberitahu tadi pagi. Saya belum siapkan paparan. Tapi ada
beberapa dibenak saya mengenai potensi reserve tidak terlalu besar, ditambah gas
bisa menopang pembangunan ekonomi. Saya ingin kutukan menjadi berkah,” ujar
Faisal.
1.3.3. Menipisnya Cadangan Migas Indonesia
Sudirman menambahkan, mengingat pengelolaan migas nasional tidak
kunjung membaik sementara cadangan terus menurun, kondisi itu akan membuat
Indonesia akan menjadi net oil importer.
“Cadangan migas kita akan mencapai di satu titik, sehingga untuk
menambahnya kita akan menjadi net importer. Hari ini saja baru 800 ribu barel
per hari (bph) lifting minyak kita,” ujar Sudirman.
Belum lagi, Indonesia tidak memiliki cadangan strategis dalam negeri
sehingga menjadikan negara ini sebagai sasaran negara-negara
penghasil minyak untuk meningkatkan penjualan minyaknya
“Kita tidak punya strategic reserve. Ini jadi objek empuk di market. Kalau
kita punya cadangan baik, kita bisa tenang. Masalahnya Pertamina tidak punya
cadangan. Akibatnya terpaksa impor,” ungkap Sudirman.
Lebih lanjut Sudirman menambahkan, keberadaan kilang minyak dalam
negeri yang seharusnya dapat meningkatkan cadangan minyak dalam negeri justru
malah mengalami kerugian akibat pasokan minyak yang dikelola berkurang.
“Kilang kita tidak bisa menghasilkan nilai tambah yang baik. Dalam lima
tahun terakhir kerugian kilang mencapai Rp50 triliun (Rp10 triliun per tahun),”
jelas Sudirman.
Menteri BUMN Rini Soemarno menambahkan, lifting minyak dalam negeri
yang merosot harus segera dipulihkan. Di bawah Kementerian BUMN, pihaknya
“Pertamina bisa jauh lebih baik. Saya berharap dari usulan Tim Reformasi
Tata Kelola Migas dapat dimanfaatkan untuk restructuring Pertamina, dan juga
PGN harus dapat berkompetisi secara global,” pungkasnya.
1.3.4. Mengatur Peran SKK Migas
Menurut Sudirman, komite ini juga akan mempelajari peran SKK Migas.
“Melalui adanya komite ini, diharapkan dapat ditetapkan formulasi kelembagaan
SKK Migas yang sesuai dengan konstitusi dan dapat diandalkan untuk
mempercepat kedaulatan energi,” tambahnya.
Sudirman menambahkan, keberadaan Tim Reformasi Tata Kelola Migas
saja jelas tidak cukup untuk mewujudkan kedaulatan energi.
“Karena itu, pemerintah melalui Kementerian ESDM akan terus
mengeluarkan kebijakan, regulasi, dan program kerja untuk mendobrak berbagai
kebuntuan dan jebakan yang menghalangi upaya Indonesia mewujudkan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tugas Penting Tim Reformasi Tata Kelola Migas
Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang diketuai Faisal Basri siap
melakukan tugas transformasi institusi-institusi migas dari ekstraktif menjadi
inklusif. “Kami fokus bikin pagarnya. Istilah saya, kami akan membangun
institusi dan mentransformasikannya. Sekarang rules of the game institusi-institusi
migas disebut sebagai extractive institution. Ini yang membuat para elite sangat
mnudah untuk merampok kekayaan negara. Harusnya dibuat sebagai institusi
yang inklusif. Jadi ini adalah transformation from extractive institution to
inclusive institution. Itulah yang dianalogikan dengan pagar yang kokoh sehingga
tidak gampang digasak oleh hama pengganggu. Tugasnya sesederhana itu,” kata
Faisal Basri dalam perbincangan dengan para wartawan di Jakarta, Rabu (19/11).
Meski demikian, kata dia, negara tetap membidik para mafia migas. “Tidak
berarti mafia itu tidak dibidik. Ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan
lainnya. Mereka sudah kerja dan tidak perlu menunggu saya. Pararel saja,” kata
Faisal.
Selain di tim reformasi migas, Faisal menjelaskan bahwa dirinya juga
diminta masuk ke dalam tim rekrutmen para petinggi untuk masuk dalam lelang
jabatan. “Tugas tim ini adalah membuat satu mekanisme yang memungkinkan
rezim migas dipimpin oleh orang-orang yang kredibel. Yang tidak mau ikut rules
of the game akan disikat,” kata Faisal.
Faisal membantah jika aturan main itu tidak jalan jika pejabat yang
berwenang dicopot. Dia mencontohkan, mekanisme di Direktorat
Jenderal Minyak dan Gas yang tetap berjalan meski Edy Hermantoro dipecat.
Pada Minggu (16/11) lalu, Faisal Basri ditunjuk pemerintah sebagai ketua
sektor migas serta memberantas mafia migas yang telah menghalangi
pengembangan sektor energi dalam negeri sehingga Indonesia selalu bergantung
pada pasokan impor.
2.2. Pengaturan Harga BBM di Indonesia
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri menemukan keanehan
dalam impor bahan bakar minyak (BBM), di mana BBM yang diimpor berjenis
Ron 92 namun kemudian diolah untuk dijadikan Ron 88 alias Premium.
“Nggak benar (mekanisme) itu. Ini wajib saya sampaikan karena
orang Pertamina juga nggak tahu. Jadi, di dunia ini nyaris tidak ada yang
namanya spesifikasi Ron 88. Di Mean of Platts Singapore (MOPS) tidak ada, tapi
Indonesia pesannya Ron 88,” ujar Faisal di Jakarta, Kamis (4/12).
Menurut Faisal, karena Indonesia pesan jenis Ron 88, maka oleh penjual,
BBM Ron 92 diolah dengan nafta sehingga menghasilkan Ron 88 yang kemudian
dijual ke Indonesia. “Bukannya Pertamina mengolah lagi, ini malah
men-downgrade. Kan tolol itu cara berpikirnya. Logikanya, Ron 92 lebih mahal
daripada Ron 88. Tapi karena dicampur, ujung-ujungnya lebih murah,” tutur
Faisal.
Namun, ungkap Faisal, Pertamina tidak mencampur Ron 92 di dalam kilang
negeri untuk menghasilkan Ron 88. “Penjual itu (yang melakukan). Pembeli itu
pesan. Karena di pasar nggak ada Ron 88, mereka lalu blending,” ungkapnya.
Menurut Faisal, kilang Balongan lebih banyak memproduksi BBM Ron 92
meskipun BBM Ron 88 tetap bisa diproduksi namun dengan jumlah terbatas.
“Kilang Indonesia tidak bisa kalau menurunkan jadi Ron 88. Kita juga harus
mendorong agar kualitas BBM lebih baik dan bebas limbah. Kalau bebas limbah
sulfur atau makin rendah, kualitas hidup kita akan makin baik sehingga segala
macam ongkos kesehatan juga turun. Jadi ini harus lihat secara komprehensif,”
Senior Vice President (SVP) for Marketing and Distribution Pertamina
Suhartoko mengklaim, impor produk BBM jenis Premium yang dilakukan
Pertamina telah sesuai dengan kebutuhan dalam negeri. Harga yang dibayar
negara pun sesuai dengan rumus yang telah disepakati.
“Jadi harga yang dibayar itu ada rumusnya. Rumusnya adalah Ron 88
(Premium) sama dengan 103,32 persen MOPS ditambah dengan alfa (biaya
distribusi),” kata Suhartoko.
Unsur MOPS, kata dia, adalah kesepakatan bersama pemerintah untuk
sebulan sebelumnya. “Kalau kita mau menghitung, misalkan biaya subsidi
November, maka biaya MOPS itu selama Oktober. MOPS ini dalam bentuk dolar,
sedangkan kita menjualnya dalam rupiah,” jelas Suhartoko.
Sementara itu, Vice President for Corporate Communication Pertamina Ali
Mundakir mengatakan, penetapan harga BBM subsidi telah sesuai dengan formula
harga MOPS. Pembentukan harga MOPS, kata dia, telah sesuai harga pasar. “Jadi
tidak ada asumsi. MOPS sudah di harga pasar. Siapa yang bisa mempermainkan
harga MOPS?” tanya Ali.
Suhartoko juga mengungkapkan, sebenarnya harga BBM subsidi yang dijual
dengan harga eceran Rp 8500 itu mengandung unsur pajak. Jadi, kata dia,
pemerintah mengganti ke Pertamina dengan harga patokan MOPS plus alfa.
“MOPS 3,32 persen ditambah biaya angkut untuk distribusi. Ini yang diserahkan
pemerintah kepada Pertamina. Subsidi itu konteksnya di sini,” ujar Suhartoko.
Dia menambahkan, meskipun jika Pertamina melakukan kekeliruan dalam
mendistribusikan kuota BBM subsidi, hal itu tidak ada hubungannya dengan
subsidi BBM. Ali mempertanyakan, bagaimana mungkin Pertamina membeli
2.3. Reformasi Pengelolaan Cost Recovery
Tim Reformasi Tata Kelola Migas merekomendasikan agar sistem cost
recovery (pengembalian biaya operasi) di sektor migas diganti dengan royalti
dan pajak.
Sistem cost recovery selama ini memang banyak mengundang kontroversi
karena dinilai banyak menimbulkan permasalahan dan kerugian bagi negara
seperti pengeluaran yang masuk wilayah abu-abu sehingga melebihi batas
kewajaran.
“Dengan sistem royalti dan pajak, masyarakat lebih gampang
mengontrolnya. Daerah dapat bagian dari produksi 10 persen. Split-nya 85:15, di
mana negara dapat 85 persen. Kalau sekarang kan kita tidak pernah dapat 85
persen karena bukan production sharing, harus dipotong cost dulu seluruhnya.
Kalau cost-nya 100 persen, negara tidak kebagian apa-apa,” kata anggota Tim
Reformasi Tata Kelola Migas Djoko Siswanto di kantor ESDM, Jakarta, Rabu
(10/12).
Djoko yang juga direktur Gas BPH Migas ini menambahkan, dengan sistem
royalti dan pajak, dengan sendirinya kontraktor akan melakukan efisiensi untuk
mendapatkan profit yang besar.
Selanjutnya, pajak yang akan didapatkan oleh negara akan semakin besar.
Produksi minyak juga akan cepat meningkat sehingga keuntungan pemerintah
dan kontraktor semakin besar. Apalagi sekarang, menurut dia, banyak keluhan
dari para kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) di mana sistem cost
recovery memperlambat proses sehingga produksi juga terhambat.
“Kalau profit besar, perusahaan untung, negara juga untung dari pajak.
Masa sih kontraktor nggak mau sebuah sistem yang menguntungkan kedua belah
pihak?” tanya Djoko. Jadi Djoko akan mengubah sistem cost recovery yang
Kontraktor juga harus mendapat insentif sebelum berproduksi. “Risiko
tinggi ada pada tahap eksplorasi karena mengebor dengan biaya puluhan juta dolar
belum tentu dapat minyak. Insentifnya, kita bisa bebaskan dari pajak atau
semacam tax holiday. Sebelum ada profit, tidak bayar pajak,” tambahnya.
Namun, meski sejak pertama produksi kontraktor belum balik modal, negara
jangan sampai tidak mendapat apa-apa. “Sebelum dia balik modal, okelah kita
hanya dapat royalti beberapa persen. Misalnya setelah balik modal, royalti
minimum 51 persen dong. Setelah 51 persen, kontrak harusnya yang lebih
menguntungkan negara,” jelas Djoko.
2.4. Pemangkasan Perizinan Usaha Migas
Tim Reformasi Tata Kelola Migas mengusulkan dilakukannya pemangkasan
perizinan di sektor hulu maupun hilir migas menjadi hanya 10. Selama ini ada
sekitar 286 proses perizinan yang harus dilalui Kontraktor Kontrak Kerjasama
(KKKS) untuk dapat berproduksi. “Soal perizinan juga akan kami pangkas.
Sekarang ini kan perizinan di hulu dan hilir masih di atas 100. Nanti akan kami
potong jadi kira-kira hanya 10 perizinan,” ujar anggota Tim Reformasi Tata
Kelola Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto, Rabu (10/12).
Untuk itu, pihaknya menargetkan dalam seminggu ini dapat menyelesaikan
rekomendasi pemangkasan perizinan demi menarik investor dalam dan luar
negeri. “Dari segi waktu, kami berkomitmen rekomendasi bisa selesai dalam
seminggu ini. Kalau ada hal-hal terkait dengan isu lain, akan kami limpahkan ke
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),” ungkap Djoko.
2.5. Hasil Diskusi Panel Tata Kelola Migas di UP45
Diskusi tentang Tata Kelola Migas Indonesia di Universitas Proklamasi 45
mempertemukan dua kubu yang selama ini saling tuding mengenai isu mafia di
tubuh anak usaha Pertamina, Petral. Seminar itu dihadiri Ketua Tim Reformasi
Finance, Risk, and General Affairs PT Pertamina Energy Trading (Petral) Simson
Panjaitan.
Rektor Universitas Proklamasi 45, Dawam Rahardjo, mengatakan
sebenarnya seminar itu rencananya dihadiri juga oleh Presiden Direktur PT Petral
Bambang Irianto. Bambang sudah datang di Yogyakarta. "Tapi tadi pagi, dia
mendadak harus ke Jakarta karena dipanggil pimpinan PT Pertamina," kata
Dawam, Selasa, 2 Desember 2014. Cendekiawan sepuh itu menjelaskan seminar
tersebut sengaja mempertemukan beragam pihak yang saat ini terlibat langsung
dalam pengelolaan sektor migas. Dawam mengaku awalnya gembira ketika ada
orang baru seperti Faisal Basri yang menempati posisi di lembaga reformasi tata
kelola migas.
Dawam menyayangkan ternyata lembaga tersebut hanya bertugas
memberikan rekomendasi perbaikan tata kelola sektor migas. "Saya kira itu
lembaga superbody, ternyata bukan," kata dia.
Faisal membenarkan pernyataan Dawam. Begitu mendapatkan kesempatan
berbicara, Faisal langsung tancap gas. "Tugas kami membangun pagar agar kebun
migas kita tidak dijarah mafia pemburu rente," kata dia. Faisal menuding
pemerintahan SBY sebagai biang kebangkrutan sektor migas nasional. Menurut
Faisal, sebelum SBY jadi presiden, sector migas masih memberikan surplus US$
300 juta. Di tahun pertama SBY, sektor ini justru defisit hingga sekarang. Faisal
menjelaskan sumber utama defisit berasal dari impor minyak yang besar.
Indonesia hanya memproduksi 700-an ribu barel per hari, tapi mengkonsumsi 1,4
juta barel per hari. Celah kebutuhan yang dipenuhi oleh impor sebanyak 741 ribu
barel per hari.
Sayangnya, menurut Faisal, rantai perdagangan impor minyak diganggu
jaringan mafia yang berkolaborasi dengan PT Petral. Faisal mengaku menerima
banyak laporan dari orang dalam di Pertamina dan Petral. "Ada calonya, mereka
dapat fee US$ 80 ribu untuk setiap transaksi pengapalan minyak impor," kata
Singapura. Faisal mengatakan akibat aktivitas bisnis itu, pajak besar dari
perdagangan impor minyak ke Indonesia justru dinikmati Singapura. Fakta ini,
menurut dia, ironis karena Indonesia saat ini merupakan pengimpor bensin
Premium, Pertamax, dan solar terbesar di dunia. "Buat apa (ada Petral), kalau
hanya beri untung sedikit ke negara," ujarnya.
Mendengar ucapan Faisal, Simson Panjaitan dari Petral tak mau kalah.
Simson mengatakan tudingan adanya mafia migas di Petral tidak benar. "Kami
selalu transparan, tapi sering dijadikan kambing hitam," kata Simson.
Begitu Simson naik podium, Faisal berjingkat dari kursinya. Dia beralih
duduk di kursi peserta bagian depan agar bisa melihat materi presentasi Simson di
layar LCD. Simson beralasan Singapura menjadi lokasi bisnis Petral karena
negara ini menjadi basis bisnis banyak perusahaan minyak besar, baik swasta
asing maupun milik negara lain. Di sana, Petral bisa mendapatkan kebutuhan
layanan bisnis dan jaminan hukum yang lebih memadai. "Kami wajib bayar pajak
5 persen dari omzet, itu nilai terkecil hanya 30-an perusahaan minyak yang dapat
hak itu," kata dia. Tudingan Faisal soal fee bagi calo perdagangan minyak impor
untuk Petral juga dibantah Simson. Menurut Simson, setiap aktivitas pengapalan
minyak hanya bernilai US$ 300 ribu. "Isu itu sulit dibuktikan, tak sesuai dengan
business nature," kata dia.
Sebelum meninggalkan lokasi seminar, Faisal kembali membantah
pembelaan wakil Petral. Dia mengaku isu fee untuk calo ada buktinya di data
keputusan pengadilan di Singapura. Soal tarif pajak di Singapura, "Nilainya 2,5
juta dolar AS per hari," kata Faisal.
2.6 Biografi Faisal Basri (Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas)
Faisal Batubara atau lebih dikenal sebagai Faisal Basri (lahir
di Bandung, Jawa Barat, 6 November 1959; umur 55 tahun) adalah ekonom dan
politikus asal Indonesia. Basri merupakan nama ayahnya (Hasan Basri Batubara)
ayahnya. Pria berdarah Batak ini juga merupakan salah seorang keponakan dari
mendiang Wakil Presiden RI Adam Malik.
Ia juga ikut menjadi salah satu pendiri Mara (Majelis Amanah Rakyat) (yang
merupakan cikal bakal Partai Amanat Nasional) dan beberapa organisasi nirlaba
seperti Yayasan Harkat Bangsa, Global Rescue Network, dan Yayasan
Pencerahan Indonesia. Sejak tahun 2000, Faisal juga diangkat menjadi anggota
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU).
Pada Oktober 2011, Faisal Basri menggandeng Biem Benyamin, putra tokoh
legendaris Betawi Benyamin Sueb maju mencalonkan diri sebagai calon Gubernur
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pemerintah sedang berusaha membenahi tata kelola sektor perminyakan.
Sampai sejauh mana mereka mampu membongkar jaringan spekulan yang sudah
beroperasi sejak lama?
Membendung Mafia Minyak dan Gas Bumi ada banyak cara, program
pemerintahan sekarang juga sebenarnya sudah baik dengan dibentuknya Tim
reformasi tata kelola migas nasional yang dipimpin oleh Bapak Faisal Bashri guna
membentengi lahan migas kita dari oknum-oknum rente ini.
Tugas Pokok Tim Reformasi Tata Kelola Migas, yaitu :
1. Meninjau ulang, mengkaji seluruh proses perizinan dari hulu hingga hilir.
Harapannya, kebijakan dan aturan yang teridentifikasi menyuburkan
praktik mafia migas akan dihapus atau diubah.
2. Menata ulang kelembagaan, termasuk di dalammya memotong mata rantai
birokrasi yang tidak efisien. Merekomendasikan untuk menata ulang
kelembagaan, bagaimana hubungan Dirjen Migas dengan SKK Migas.
3. Mempercepat revisi UU Migas dan memastikan seluruh substansinya
sesuai dengan konstitusi dan memiliki keberpihakan yang kuat terhadap
kepentingan rakyat.
4. Mendorong lahirnya iklim industri migas di Indonesia yang bebas dari
para pemburu rente di setiap rantai nilai aktivitasnya, sebagai contoh
banyak pemegang wilayah kerja yang tidak dikerjakan dengan baik,
banyak pekerjaan di belakang meja yang tidak transparan.
4.2. Saran
Menurut saya untuk Tim Reformasi Tata Kelola Migas perlu didukung
sepenuhnya oleh rakyat Indonesia, karena bertujuan untuk mencegah atau
guna seutuhnya untuk kemakmuran rakyat. Langkah- langkah yang harus
disiapkan diantaranya :
1.Meningkatkan cadangan dengan eksplorasi dan menambah kilang minyak
Indonesia berencana menambah minimal 9,4 juta barel kapasitas
penyimpanan bahan bakar baru pada 2019, meningkat sekitar 40 persen, dengan
biaya US$2,44 miliar. Dalam jangka panjang, Pertamina ingin meng-upgrade
enam kilang untuk meningkatkan kapasitas menjadi 1,5 juta barel per hari dari
saat ini 1 juta barel per hari. Hal ini juga mempertimbangkan investasi di kilang
baru, meskipun tidak tidak ada kilang baru sejak tahun 1994. Rencana
pembangunan kilang dan memperbesar cadangan bukanlah hal yang baru saja
ditetapkan pada era pemerintahan Jokowi-JK.
2. Relokasi Petral ke dalam negeri
Kemungkinan besar, Presiden juga akan memindahkan basis Pertamina
Energy Trading Limited (Petral). Perusahaan yang melakukan usaha perdagangan
dari Singapura, memegang monopoli perdagangan miliaran dolar produk dan
minyak mentah dari mantan anggota OPEC.
Tetapi, kurangnya transparansi dari perdagangan minyak telah
meningkatkan kekhawatiran terhadap manipulasi oleh mafia minyak. Menteri
Badan Usaha Milik Negara, Rini Soemarno, akan mempertimbangkan relokasi
Petral ke Indonesia dari kantornya di Hong Kong dan Singapura. Langkah itu
memungkinkan pemerintah mudah mengawasi Petral.
3. Pertamina harus fokus di bisnis minyak
Fokus Pertamina di hulu dengan cara peningkatan kemampuan lokal seperti
itu akan mempercepat Pertamina bertransformasi menjadi perusahaan kelas dunia.
Terjadinya kongkalikong dengan para pemburu rente hingga maraknya broker
migas, karena tata kelola migas selama ini memungkinkan untuk itu. Juga, diduga
ada faktor kepentingan tertentu dari pengambil keputusan baik di Pertamina
REFERENSI
http://migasreview.com/faisal-basri-ketuai-tim-reformasi-tata-kelola-migas.html#sthash.GYrLxvlZ.dpuf
http://migasreview.com/kesdm-kaji-keberadaan-petral.html#sthash.BRIyjl9a.dpuf
http://migasreview.com/tim-reformasi-siap-transformasikan-institusi-migas-jadi-inklusif.html#sthash.z1IP656s.dpuf
http://migasreview.com/cost-recovery-direkomendasikan-diganti-royalti-dan-pajak.html#sthash.C7b6KZJo.dpuf
http://migasreview.com/tim-tata-kelola-migas-temukan-kejanggalan-dalam-impor-bbm.html#sthash.gXvonUHI.dpuf
http://migasreview.com/tata-tata-kelola-pangkas-perizinan-migas-jadi-10.html#sthash.Vk78j1Lt.dpuf
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/16/194828726/Faisal.Basri.Pimp
in.Komite.Reformasi.Tata.Kelola.Migas